THE INFLUENCE OF FINANCIAL REPORTING QUALITY
TO TAX AUDIT AND IT
’
S
IMPLICATION TO TAX COLLECTION
(Survey on The Corporate Taxpayers in KPP Pratama Bandung Karees)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Disusun oleh :
Nety Wiparti 21108034
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
vi
keuangan perusahaan, diawasi dengan adanya pemeriksaan pajak khususnya mengenai pajak perusahaan. Untuk itu peningkatan kualitas pelaporan keuangan diperlukan untuk efektifitas pemeriksaan pajak, sehingga penagihan pajak pun akan lebih berkualitas. Karena dasar dari penagihan pajak adalah hasil dari pemeriksaan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kualitas pelaporan keuangan, pemeriksaan pajak , penagihan pajak, juga untuk mengetahui pengaruh pelaporan keuangan terhadap pemeriksaan pajak, dan pemeriksaan pajak terhadap penagihan pajak pada wajib pajak badan KPP Pratama Bandung Karees.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif untuk mengetahui gambaran variabel kualitas pelaporan keuangan, variabel pemeriksaan pajak, dan variabel penagihan pajak, sedangkan verifikatif untuk mengetahui hubungan antara variabel kualitas pelaporan keuangan terhadap pemeriksaan pajak, dan pemeriksaan pajak terhadap penagihan pajak. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelaporan keuangan terhadap pemeriksaan pajak dan implikasinya terhadap penagihan pajak (Survey pada wajib pajak badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees) digunakan pengujian statistik. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan adalah perhitungan korelasi pearson, koefisien determinasi, uji hipotesis dengan menggunakan software SPSS 18 for windows.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa cukup berkualitasnya pelaporan keuangan yang dilakukan wajib pajak, membuat cakupan pemeriksaan pajak yang dilakukan menjadi cukup sempit. Dan dengan cukup baiknya pemeriksaan pajak yang dilakukan membuat penagihan pajak pun menjadi cukup tinggi.
v
Financial reporting as the entire process of submitting the company’s financial information is observed by tax audit procedure especially concerned on the company’s tax itself.
Increasing the improvement of financial reporting quality is needed to make the most effective tax audit. So the tax collection would have a certain quality, because the tax collection is based on the result of the audit.
The purpose of this research is to know the financial reporting quality, tax audit, tax collection, the financial reporting quality to tax audit, and tax audit to tax collection on corporate taxpayers at KPP Pratama Bandung Karees)
Research methodology in used is verified and descriptive method. Descriptive method used to know the illustration of tax reporting quality variable, while the verified method is used to know the relation between tax reporting quality variable and tax audit, also the relation between tax audit and tax collection. To explain the impact of tax reporting quality to tax audit and its implication to the tax collection (The survey is held on corporate taxpayers at KPP Pratama Bandung Karees), the writer used statistical calculation. The statistical calculation
method which in used is Pearson’s correlation calculation, determination coefficient, hypothesis
test by using SPSS 18 for window’s software.
the result of this research shows that sufficiency to the quality of financial reporting that taxpayer done, makes the coverage of tax audit that has been done to be quite small. and with the sufficient of tax audit that has been done makes the tax collection to sufficient.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan, kemampuan, dan kekuatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.
Skripsi ini di maksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam
menempuh program studi Strata 1 pada program studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia Bandung (UNIKOM). Dimana judul
yang diambil yaitu: “PENGARUH KUALITAS PELAPORAN KEUANGAN
TERHADAP PEMERIKSAAN PAJAK DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PENAGIHAN PAJAK (Survey pada Wajib Pajak Badan di
KPP Pratama Bandung Karees)”.
Penulis tidak bisa memungkiri bahwa dalam penyusunan skripsi ini, penulis
menemukan hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan Ibu Siti Kurnia
Rahayu, SE., M.Ak., Ak. Selaku Dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk
yang sangat berharga demi selesainya penyusunan usulan penelitian ini, akhirnya
dengan doa, semangat ikhtiar penulis mampu melewatinya.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih terutama
kepada Amih dan Apih yang selalu mendoakan dan memberi dukungan baik
sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini hingga selesai. Penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu:
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
2. Prof. Hj. Dr. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si, Selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universita Komputer Indonesia dan penguji.
3. Ibu Ony Widilestariningtyas, SE., M.Si selaku Penguji.
4. Ibu Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
5. Bapak Eri Rahmat selaku pegawai Seksi Fungsional Pemeriksaan KPP
Pratama Bandung Karees selaku pembimbing.
6. Dosen serta seluruh staf dan karyawan Universitas Komputer Indonesia.
7. Kakakku Riky Rusyana Pratama dan adeku Najib Djulpikar, terimakasih
sudah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.
8. Seluruh keluarga besarku terimakasih atas semangat dan dukungannya.
9. Muhammad Aziz Rafsanjani Kusuma yang selalu memberikan semangat,
dorongan, serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
10.Kimmi, dan poii kucing-kucing yang selalu menemani dan menghibur
penulis.
11.Teman-teman : Erna, Mutiara, Adinda, Evi, dan yang selalu memberikan
semangat dan dukungan kepada penulis.
12.Teman-teman satu bimbingan yang selalu memberikan motivasi dan
13.Teman-teman di AK 1 yang selama ini telah berjuang bersama-sama dengan
penulis melewati suka dan duka.
14.Teman-teman akuntansi perpajakan, kalian sungguh tidak terlupakan.
15.Seluruh pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa
saran dan kritik demi kemajuan serta penambahan wawasan penulis di masa yang
akan datang.
Akhir kata semoga amal baik semua pihak yang telah membantu
penyusunan skripsi ini mendapatkan balasan yang berlipat dari Allah SWT dan
penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
Bandung, Juli 2012 Penulis
x
PERNYATAAN KEASLIAN ... iii
MOTTO ... iv
ABSTRACT ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 6
1.2.1 Identifikasi Masalah ... 6
1.2.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7
1.3.1 Maksud Penelitian ... 7
1.4 Kegunaan Penelitian ... 8
1.4.1 Kegunaan Akademis ... 8
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 9
Hal.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN,
DAN HIPOTESIS... 11
2.1 Kajian Pustaka ... 11
2.1.1 Kualitas Pelaporan Keuangan ... 11
2.1.1.1 Pengertian Kualitas Pelaporan Keuangan ... 11
2.1.1.2 Pelaporan Keuangan dan Laporan Keuangan ... 12
2.1.1.3 Pembukuan ... 13
2.1.1.4 Kewajiban Menyelenggarakan Pembukuan ... 13
2.1.1.5 Syarat-Syarat Pembukuan ... 14
2.1.1.6 Dimensi dan Indikator Kualitas Pelaporan Keuangan ... 15
2.1.2 Pemeriksaan pajak ... 17
2.1.2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak ... 17
2.1.2.2 Tujuan Pemeriksaan Pajak ... 18
2.1.2.3 Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak... 19
2.1.2.4 Jenis dan Prioritas Pemeriksaan Pajak ... 21
2.1.2.5 Dimensi dan Indikator Pemeriksaan Pajak ... 22
2.1.3 Penagihan Pajak ... 23
2.1.3.1 Pengertian Penagihan Pajak ... 23
2.1.3.2 Dimensi dan Indikator Penagihan Pajak ... 24
2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 25
Hal.
2.2.1 Keterkaitan antara Kualitas Pelaporan Keuangan
dengan Pemeriksaan Pajak ... 30
2.2.2 Keterkaitan antara Pemeriksaan Pajak dengan Penagihan Pajak ... 30
2.3 Hipotesis ... 31
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 32
3.1 Objek Penelitian ... 32
3.2 Metode Penelitian ... 32
3.2.1 Desain Penelitian ... 35
3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 39
3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data ... 43
3.2.3.1 Sumber Data ... 43
3.2.3.2 Teknik Penentuan Data ... 44
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 46
3.2.4.1 Uji Validitas ... 47
3.2.4.2 Uji Reliabilitas... 51
3.2.4.3 Uji MSI ... 53
3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 55
3.2.5.1 Rancangan Analisis ... 55
3.2.5.2 Pengujian Hipotesis ... 60
BAB IV PEMBAHASAN ... 63
Hal.
4.1.1 Struktur Organisasi ... 64
4.1.2 Job description ... 65
4.1.3 Aktivitas Perusahaan ... 69
4.1.4Wilayah Penyebaran Perusahaan ... 73
4.2 Karakteristik Reponden ... 73
4.3 Analisis Deskriptif ... 75
4.3.1 Analisis Deskriptif Variabel Pelaporan Keuangan ... 75
4.3.2 Analisis Deskriptif Variabel Pemeriksaan Pajak ... 87
4.3.3 Analisis Deskriptif Variabel Penagihan Pajak ... 99
4.4 Analisis Verifikatif ... 107
4.4.1 Analisis Pengaruh Kualitas Pelaporan Keuangan Terhadap Pemeriksaan Pajak dan Implikasinya Terhadap Penagihan Pajak ... 107
4.4.2 Pengaruh Kualitas Pelaporan Keuangan dan Pemeriksaan Pajak Secara Parsial ... 118
4.4.3 Pengaruh Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak ... 117
Secara Parsial ... 120
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 123
5.1 Kesimpulan ... 123
5.2 Saran ... 125
Hal.
1
1.1 Latar Belakang Penelitian
Penagihan pajak merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan agar
penanggung pajak dapat melunasi utang pajak (Mardiasmo, 2009:119). Tujuannya adalah untuk mencegah timbulnya pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab
dengan tidak membayar pajak, hal ini dimaksudkan agar kepastian penerimaan
pajak dapat dijamin (Soemarso, 2007:60). Maka dari itu langkah aktif penagihan
pajak terus dilakukan Direktorat Jenderal Pajak secara konsisten dengan
penagihan persuasif maupun secara aktif. Penagihan secara persuasif dilakukan
dengan cara menghimbau atau konsultasi kepada penunggak pajak agar melunasi
utang pajaknya (Dedi Rudaedi, 2011). Selain itu juga dilakukan dengan
menggunakan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB), dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) (Early
Suandi, 2000:34).
Sedangkan, penagihan secara aktif, merupakan serangkaian kegiatan
melalui sumber data eksternal, pemblokiran rekening penunggak pajak,
melakukan cegah dan tangkal (cekal) terhadap penunggak pajak, dan tindakan
paksa badan (gijzeling) terhadap penunggak pajak dengan kondisi tertentu (Dedi
Rudaedi, 2011). Penagihan pajak aktif ini merupakan kelanjutan dari penagihan
pajak pasif, dimana dalam upaya penagihan ini Fiskus berperan aktif dalam arti
dengan tindak sita, dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang (Wirawan B. Ilyas
dan Richard Burton, 2007:43).
Langkah penagihan pajak dengan penagihan pajak pasif dan aktif ini
sesuai dengan prosedur penagihan pajak yang termasuk diantaranya adalah
menegur dan memperingatkan, penagihan seketika dan sekaligus, surat paksa,
pencegahan, penyitaan, lelang, penyanderaan (Paca kurniawan dan bagus
pamungkas, 2006:1).
Tetapi menurut Mohammad Ibrahim Adib (2012) upaya penagihan pajak
dengan surat paksa sebagai langkah penagihan aktif bagi penunggak pajak
bukanlah alternatif untuk meningkatkan pendapatan. Upaya penagihan paksa tidak
akan berjalan efektif, jika data yang menjadi dasar penagihan pajak tidak akurat.
Fenomena mengenai penagihan pajak yang terjadi adalah adanya korupsi
yang terjadi atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dengan modus
memenangkan wajib pajak dengan menerima keberatan yang di ajukan Wajib
Pajak atas SKPKB yang diterimanya (Ahmad sobari, 2011). Meningkatnya
kekuatan tawar menawar yang tersebut menurut Libman dan Feld (2009) dapat
mempengaruhi penagihan pajak (tax collector) dan dapat memanipulasi
pemeriksaan pajak (Tax audit). Lebih lanjut Ponomareva dan Zhuravskaya (2004)
dalam Libman dan Feld (2009) mengungkapkan bahwa dalam penagihan pajak
yang buruk akan berdampak pada penurunan anggaran pemerintah karena potensi
kerugian melebihi manfaat penagihan.
Penerbitan Surat Tagihan Pajak maupun Surat Ketetapan Pajak merupakan
Kurnia Rahayu, 2010:323). Demikian pula menurut Anang Mury Kurniawan yang
menyebutkan bahwa produk pemeriksaan dapat berupa penerbitan surat ketetapan
pajak (SKP), dan surat tagihan pajak ( 2011:86).
Fenomena mengenai penagihan pajak ditunjukan dengan pernyataan
ahmad Sobari (2011) bahwa terdapat modus menerima keberatan atas Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar melalui kasus Gayus. Hal ini dapat menunjukkan
bahwa pemeriksaan pajak yang dilakukan sebelumnya kurang efektif , dan
menjadi kelemahan dalam proses pemeriksaan pajak (Robert Pakpahan, 2010)
Padahal salah satu tujuan dari pemeriksaan pajak adalah sebagai dasar dari
penagihan pajak (delinquency audit) (Hanata Bwoga dkk., 2005:2). Oleh karena
itu, proses pemeriksaan dan penagihan harus terintegrasi agar efektifitas
pemeriksaan dapat menjamin kebenaran data sebagai dasar penagihan pajak
(Imam Arifin, 2012). Sehingga jika data yang menjadi dasar penagihan pajak yang
berasal dari pemeriksaan pajak tersebut tidak akurat maka upaya penagihan tidak
akan berjalan efektif (Mohammad Ibrahim Adib, 2012).
Pemeriksaan pajak merupakan proses pemeriksaan pajak yang dilakukan
secara profesional oleh aparat pajak dalam kerangka self assessment system
merupakan bentuk penegakan hukum perpajakan (Siti Kurnia Rahayu, 2010:245).
Tetapi sebagai salah satu bentuk penegakan hukum perpajakan menjadi bertolak
belakang jika yang terjadi sekarang mengindikasikan bahwa proses pemeriksaan
pajak belum sepenuhnya efektif ditandai dengan adanya manipulasi pemeriksaan
pajak dengan adanya peran aparat pajak yang tidak professional, kurang
temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang mengindikasikan pelanggaran
prosedur dalam pemeriksaan pajak. Pelanggaran tersebut adalah adanya dugaan
penyelewengan dalam restitusi pajak (Sasmito Hadi Negoro, 2011).
Kurang berkualitasnya pemeriksaan pajak berdasarkan survey
pendahuluan menurut salah satu pegawai fungsional pemeriksaan pajak di KPP
Pratama Karees (2012) disebabkan karena kurang rutinnya kegiatan pelatihan dan
hanya diadakan berdasarkan golongan saja tidak menyeluruh, dan masih
banyaknya wajib pajak yang kurang patuh bahkan melakukan pelanggaran dengan
segala cara melakukan manipulasi agar beban pajak berkurang dan berusaha
menyuap pemeriksa pajak membuat resiko penyelewengan pajak semakin besar.
Oleh karenanya standar pemeriksaan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-9/PJ/2010 mengenai pendidikan dan pelatihan pemeriksa pajak harus
dilaksanakan cukup, serta pentingnya peningkatan kompetensi dalam pemeriksaan
pajak dan standar khusus terkait perpajakan (Mikail Jam’an, 2011).
Kewajiban wajib pajak dalam melakukan pembukuan sebagai proses
pelaporan akuntansi keuangan secara andal juga dituntut untuk dapat
mempersiapkan diri untuk memenuhi ketentuan perpajakan yang berlaku (Mikail
Jam’an, 2011). Karena dengan semakin baik atau semakin berkualitasnya
pembukuan seorang wajib pajak maka semakin lancar dan efektif proses
pemeriksaan pajak (Early Suandi, 2008:94).
Masih banyaknya wajib pajak yang kurang patuh bahkan melakukan
pelanggaran dengan segala cara melakukan manipulasi agar beban pajak
pendahuluan juga ditunjukan oleh pernyataan Dedi Rudaedi (2011) bahwa
terdapat wajib pajak badan yang diduga melakukan tindak pidana perpajakan
melalui penggunaan faktur pajak fiktif yang tidak sesuai dengan transaksi
sebenarnya sebagai bukti manipulatif untuk memperleh restitusi PPN.
Faktur pajak merupakan dokumen penting dalam pelaporan Surat
Pemberitahuan Pajak Masa Pengusaha Kena Pajak (Early Suandi, 2008:95) dan
merupakan bukti pungutan yang dibuat oleh PKP karena penyerahan BKP/JKP.
(Siti Kurnia Rahayu, 2010). Faktur pajak juga merupakan bukti transaksi dalam
tahap pencatatan suatu siklus akuntansi (Ely Suhayati dan Sri Dewi Anggadini,
2009:22).
Surat Pemberitahuan merupakan laporan mengenai jumlah pajak terutang
pajak selama periode tertentu (Tahunan atau Masa) sebagai laporan hasil dari
mekanisme pembukuan (Early Suandi, 2008:95). Istilah pembukuan pada
perpajakan merupakan system pencatatan akuntansi sebagai dasar menghasilkan
informasi keuangan (Siti Kurnia Rahayu, 2010:217). Oleh karenanya jika proses
pelaporannya fiktif maka informasi yang disampaikan dalam pelaporan keuangan
yang disampaikan tidak reliable. (Zaki Baridwan, 2008:5,6). Karena penyajian
informasi merupakan proses/ kegiatan pelaporan keuangan yang dilakukan (IAI,
2007:1).
Untuk itu berdasarkan fenomena dan latar belakang masalah diatas, maka
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Belum efektifnya upaya penagihan pajak dengan surat paksa bagi penunggak
pajak.
2. Belum efektifnya pengawasan dalam proses penyampaian SKPKB kepada
wajib pajak.
3. Belum tercapainya pelaksanaan pemeriksaan pajak yang baik terlihat dengan
adanya pelanggaran prosedur dalam pemeriksaan pajak.
4. Belum profesional aparat pemeriksa pajak. Penyebabnya, kurangnya
kemampuan pemeriksa pajak.
5. Belum berkualitasnya pelaporan keuangan yang dilakukan wajib pajak badan
terlihat dengan adanya permasalahan terkait faktur pajak fiktif .
6. Belum rutinnya kegiatan pelatihan dan hanya di adakan berdasarkan golongan
saja tidak menyeluruh.
7. Masih banyaknya wajib pajak yang kurang patuh bahkan melakukan
pelanggaran dengan segala cara melakukan manipulasi agar beban pajak
berkurang dan berusaha menyuap pemeriksa pajak.
1.2.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kualitas pelaporan keuangan yang dilakukan Wajib Pajak Badan
2. Bagaimana pemeriksaan pajak yang dilakukan wajib pajak badan di KPP
Pratama Bandung Karees
3. Bagaimana proses penagihan Pajak pada Wajib Pajak Badan di KPP Pratama
Karees.
4. Seberapa besar pengaruh kualitas pelaporan keuangan terhadap pemeriksaan
pajak Wajib Pajak badan di KPP Pratama Bandung Bandung Karees.
5. Seberapa besar pengaruh pemeriksaan pajak terhadap penagihan pajak di KPP
Pratama Bandung Karees.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data, menganalisis dan
memperoleh pemahaman mengenai kualitas pelaporan keuangan berpengaruh
terhadap pemeriksaan pajak serta implikasinya terhadap penagihan pajak pada Wajib
Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana kualitas pelaporan keuangan yang dilakukan
pada Wajib Pajak badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Karees.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses pemeriksaan pajak yang dilakukan pada
3. Untuk mengetahui bagaimana proses penagihan pajak yang dilakukan pada
Wajib Pajak badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
4. Untuk mengetahui pengaruh kualitas keuangan terhadap pemeriksaan pajak
Wajib Pajak badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
5. Untuk mengetahui pengaruh pemeriksaan pajak terhadap penagihan pajak
Wajib Pajak badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Akademis
1. Bagi Peneliti
Peneliti mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat dan untuk
menambah pengetahuan, dan juga memperoleh gambaran langsung tentang
Pengaruh Kualitas Pelaporan Keuangan terhadap Pemeriksaan Pajak serta
Implikasinya pada Penagihan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama kota
Bandung Karees.
2. Bagi Instansi
Dengan penelitian ini dapat memberikan pandangan bagi instansi tentang
Pengaruh Kualitas Pelaporan Keuangan terhadap Pemeriksaan Pajak serta
Implikasinya pada Penagihan Pajak Wajib Pajak badan di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Bandung Karees.
3. Bagi Peneliti Lain
Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam
Pelaksanaan Kualitas Pelaporan Keuangan terhadap Pemeriksaan Pajak serta
Implikasinya pada Penagihan Pajak Wajib Pajak badan di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Bandung Karees.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Sebagai tambahan informasi mengenai Pengaruh Kualitas Pelaporan
Keuangan terhadap Pemeriksaan Pajak dan Implikasinya terhadap Penagihan
Pajak pada Wajib Pajak badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Karees, sehingga akan menjadi lebih baik dan berkembang.
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada wajib pajak badan yang
terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees yang berlokasi di
Jalan Ibrahim Ajdi Nomor 372 Bandung.
Adapun penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2012 sampai dengan
Agustus 2012.
1.Mengambil formulir penyusunan usulan penelitian
2.Bimbingan dengan dosen pembimbing 3.Membuat outline dan usulan penelitian 4.Menentukan tempat penelitian
II
Tahap Pelaksanaan
3. Penelitian di perusahan 4.Penyusunan skripsi
III
Tahap Pelaporan
1. Menyiapkan draf skripsi 2. Sidang akhir skripsi
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Kualitas Pelaporan Keuangan (Financial Reporting)
2.1.1.1 Pengertian Kualitas Pelaporan Keuangan (Financial Reporting)
Pelaporan keuangan menyangkut laporan keuangan utama yang terdiri
atas neraca, laporan rugi laba, laporan arus kas, dan laporan perubahan modal.
Selain itu pelaporan keuangan mencakup keseluruhan penyampaian informasi
keuangan termasuk laporan keuangan diluar laporan keuangan resmi. Laporan
selain laporan keuangan utama dibutuhkan karena keputusan atau pengumuman
resmi, aturan yang berkaitan dengan hukum, atau pelanggan, atau kerena
manajemen perlu menjelaskan secara sukarela (1995:2).
Sementara Ahmed Riahi-Belkaoui yang diterjemahkan Marwata dkk.
(2001:144) tujuan pelaporan keuangan tidak bersifat tetap. Tujuan dipengaruhi
oleh ekonomi, hukum, politik dan lingkungan sosial tempat pelaporan keuangan
dilakukan, juga dipengaruhi oleh karakteristik dan keterbatasan jenis informasi
yang disediakan dalam pelaporan keuangan. Selain itu, di tambahkan bahwa fokus
utama pelaporan keuangan adalah informasi tentang earning dan komponennya.
Informasi tentang earning perusahaan didasarkan pada akuntansi actual yang
secara umum menyediakan indikasi yang lebih baik atas kemampuan perusahaan
sekarang dan selanjutnya untuk menghasilkan aliran kas daripada informasi
2.1.1.2 Pelaporan Keuangan dan Laporan Keuangan
Dalam konsep Statement Nomor 1, FASB menggunakan istilah pelaporan
keuangan dan bukannya laporan keuangan. Dalam Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan IAI dipakai istilah laporan keuangan. Pelaporan
keuangan meliputi laporan keuangan dan cara-cara lain untuk melaporkan
informasi. Dengan demikian, pelaporan keuangan mempunyai pengertian yang
lebih luas dari laporan keuangan. Apabila laporan keuangan terdiri dari neraca,
laba rugi, laporan perubahan modal dan laporan arus kas, maka dalam pelaporan
keuangan termasuk juga prospectus peramalan oleh manajemen dan berbagai
pengungkapan informasi lainnya (Zaki Baridwan, 2008:3).
Perbedaan antara pelaporan keuangan dan laporan keuangan ini timbul
dari kegunaan masing-masing. Informasi keuangan tertentu akan lebih baik bila
disajikan dalam laporan keuangan, tetapi informasi tertentu lainnya akan lebih
baik bila dilaporkan dalam laporan lain. Walaupun demikian, laporan keuangan
merupakan unsur utama pelaporan keuangan. Karenanya tujuan laporan keuangan
akan sama dengan tujuan pelaporan keuangan (Zaki Baridwan, 2008:3).
Lebih jelas mengenai perbedaan laporan keuangan dan pelaporan
keuangan adalah bahwa pelaporan keuangan merupakan keseluruhan
penyampaian informasi keuangan termasuk laporan keuangan diluar laporan
keuangan resmi. Salah satu yang utama adalah laporan keuangan (financial
statement), laporan untuk pajak dalam bentuk Surat pemberitahuan Tahunan
2.1.1.3 Pembukuan
Sistem pencatatan suatu aktivitas bisnis atau akuntansi dalam dunia pajak
lebih dikenal dengan nama pembukuan (Siti Kurnia Rahayu, 2010:217).
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca
dan laporan laba rugi pada setiap Tahun Pajak berakhir (Early Suandi, 2008:93).
Selain itu menurut Siti Kurnia Rahayu Pembukuan yang disusun secara
rapi dan teratur dapat menghasilkan informasi mengenai pajak yang terutang atas
jumlah seluruh objek pajak yang diterima, diperoleh, diserahkan dan dilakukan
selama masa pajak (bulanan.tahunan) tertentu ( 2010:217 ).
Dan ditambahkan Soemarso (2007:51,56) bahwa Surat Pemberitahuan
Tahunan Wajib pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan harus dilampiri
dengan laporan keuangan berupa neraca dan perhitungan laba rugi.
2.1.1.4 Kewajiban Menyelenggarakan Pembukuan
Ketentuan pembukuan sebagaimana diatur dalam UU KUP dinyatakan
bahwa pada prinsipnya semua wajib pajak wajib menyelenggarakan pembukuan,
kecuali wajib pajak tertentu yang menurut undang-undang perpajakan
diperkenankan untuk tidak menyelenggarakan pembukuan, tetapi harus
menyelenggarakan pencatatan (Siti Kurnia Rahayu, 2010:219).
Pasal 28 ayat 1 UU KUP mewajibkan kepada wajib pajak orang pribadi
Indonesia, wajib menyelenggarakan pembukuan. Jadi pada prinsipnya semua
wajib pajak wajib pembukuan (Siti Kurnia Rahayu, 2010:219).
2.1.1.5 Syarat-Syarat Pembukuan
Pembukuan yang diselenggarakan wajib pajak sesuai dengan ketentuannya
haruslah memenuhi syarat antara lain sebagai berikut :
1. Pembukuan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf
latin, angka arab, satuan mata uang rupiah dan disusun dalam bahasa
Indonesia atau dalam bahasa asing atau satuan mata uang selain rupiah yang
di izinkan oleh Menteri Keuangan.
2. Pembukuan harus meliputi seluruh kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
dilakukan wajib pajak
3. Pembukuan harus dilakukan secara teratur dan diselenggarakan dengan
prinsis taat asas
4. Pembukuan harus didukung dengan bukti-bukti transaksi yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenaran dan keabsahannya.
5. Pembukuan harus dapat ditelusuri kembali apabila diperlukan.
6. Pembukuan harus ditutup dengan membuat neraca dan perhitungan laba/rugi
pada setiap akhir tahun pajak
7. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari cararan mengenai harta, utang
atau kewajiban, modal, penghasilan, biaya, penjualan, dan pembelian
sehingga dapat dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak-pajak yang
2.1.1.6 Dimensi dan Indikator Kualitas Pelaporan Keuangan (Financial Reporting Quality)
Dari beberapa definisi mengenai pelaporan keuangan (Financial
reporting), dapat di jelaskan pelaporan keuangan merupakan suatu proses
pengungkapan informasi keuangan yang meliputi :
1. Dimensi Proses Pelaporan
Pencatatan
Pencatatan transaksi berarti mengumpulkan data secara kronologis.
Penggolongan
Transaksi perusahaan digolongkan dalam kelompok atau kategori yang
berhubungan. Penggolongan transaksi penting agar penyajian dapat diringkas.
Pengikhtisaran
Pengikhtisaran (summarizing) adalah menyajikan informasi yang telah di
golong-golongkan ke dalam bentuk laporan seperti yang di inginkan pemakai
(Soemarso, 2004:20,21).
2. Dimensi Kualitas/ karakteristik kualitatif
Merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan
berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu :
Dapat dipahami
Informasi yang berkualitas adalah informasi yang dengan mudah dan segera
dapat dipahami oleh pemakainya.
Informasi mempunyai kualitas relevan bila dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pemakai, yaitu dengan cara dapat berguna untuk mengevaluasi
peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau
mengoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu. Relevansi informasi
bermanfaat dalam peramalan (predictive) dan penegasan kinerja masa depan
serta hal launnya seringkali didasarkan pada informasi posisi keuangan dan
kinerja masa lalu.
Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi mempunyai
kualitas andal jika bebas dari pengertian menyesatkan, kesalahan material,
dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur
(faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara
wajar diharapkan dapat disajikan . Selain itu keandalan informasi dipengaruhi
oleh pertimbangan sehat, kelengkapan.
Dapat dibandingkan
Pemakai harus membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode
untuk mengindentifikasi kecenderungn (trend) posisi dan kinerja keuangan,
Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar
perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan
posisi keuangan secara relatif. Oleh karenanya pengukuran dan penyajian
transaksi yang sama harus dilakukan secara konsisten. Daya banding tidak
berarti keseragaman, sehingga menghalangi penggunaan standar akuntansi
2.1.2 Pemeriksaan Pajak
2.1.2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak (Tax Audit)
Menurut Soemarso, pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh kantor pajak terhadap wajib pajak untuk mencari dan
mengumpulkan data atau keterangan lainnya guna penetapan besarnya pajak yang
terutang dan / atau tujuan lain dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan (2007:60).
Selain itu ditambahkan oleh Muda Markus dan Lalu H. mengenai
pemeriksaan pajak merupakan serangkaian kegiatan untuk mencari,
mengumpulkan dan mengolah data dan /atau keterangan lainnya dalam rangka
pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan
material peraturan perundangan perpajakan (2005:385).
Pemeriksaan pajak sebagai sarana untuk melakukan pengawasan dan
pembinaan terhadap wajib pajak, selain mempunyai tujuan lain untuk menguji
tingkat kepatuhan wajib pajak di dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, juga
mempunyai tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
perundang-undangan perpajakan (Hananta Bwoga, dkk. , 2005:2). Senada dengan tujuan
pemeriksaan pajak yang diungkapkan oleh John Hutagaol, pemeriksaan pajak
dilakukan untuk menguji kepatuhan wajib pajak dan tujuan lain. Dalam kerangka
self assesment, pemeriksaan pajak merupakan salah satu bentuk penegakkan
2.1.2.2 Tujuan Pemeriksaan Pajak
1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk
tujuan laian dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Pemeriksaan dapat di lakukan dalam hal :
a. Surat Pemberitahuan menunjukan kelebihan pembayaran pajak, termasuk
yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak
b. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan menunjukan rugi
c. Surat Pemberitahuan tidak disampaian atau disampaikan tidak pada waktu
yang telah ditetapkan
d. Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan oleh
Dirjen Pajak
e. Ada Indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban Surat Pemberitahuan
tidak dipenuhi.
2. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-undangan
perpajakan.
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka :
a. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan
b. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak
c. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
d. Wajib Pajak mengajukan keberatan
e. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan
f. Pencocokan data dan/atau alat keterangan
g. Penentuan Wajib Pajak berlokasi didaerah terpencil
h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai
i. Pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk
tujuan laian selain nomor a sampai h (Early Suandi, 2008:94).
2.1.2.3 Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan pajak dapat dibedakan berdasarkan ruang lingkup
cakupannya, yaitu terdiri dari pemeriksaan lapangan dan pemeriksaan kantor.
1. Pemeriksaan Lapangan yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib
pajak ditempat kebudukan/kantor, tempat usaha (pabrik), atau pun pekerjaan
bebas, domisili atau tempat tinggal. Pemeriksaan lapangan dapat meliputi 1
jenis pajak atau seluruh jenis pajak untuk tahun berjalan atau tahun-tahun
sebelumnya.
a. Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL)
Pemeriksaan lapangan yang dilakukan terhadap WP untuk 1 atau leih jenis
pajak secara terkordinasi antar seksi
Terkodonasi antara fungsional dan AR dikantor unit pelaksana pemeriksa
Dalam tahun berjalan atau tahun-tahun sebelumnya.
Menggunakan teknik pemeriksaan yang dianggap perlu menurut keadaan
tujuan pemeriksaan
b. Pemeriksaan Lengkap
Dilakukan satu atau lebih jenis pemeriksaan
Konsorium
Teknik yang lazim dalam pemeriksaan
Jangka waktu pemeriksaan :
4 bulan
Sejak terbit SP2 (Surat perintah pemeriksaan) sampai dengan tanggal LHP
(Laporan Hasil Pemeriksaan)
Dapat diperpanjang menjadi 8 bulan
2. Pemeriksaan Kantor, yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak
dikantor unit pemeriksaan (DJP)
Jangka waktu pemeriksaan kantor :
3 bulan
Sejak Wajib pajak harus dating memenuhi panggilan sampai dengan tanggal
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)
Dapat diperpanjang menjadi 6 bulan.
Mekanisme perpanjangan jangka waktu pemeriksaan dalam hal kondisi
regular dan adanya indikasi transfer pricing :
a. Perpanjangan hanya bias dilakukan 1 kali
b. Dilakukan dengan surat pemberitahuan perpanjangan pemeriksaan
c. Surat Pemberitahuan tersebut dapat disampaikan secara manual atau surat
biasa atau melalui elektronik (e-mail)
d. Memperhatikan jangka waktu SPT LP (Lebih bayar)
e. Surat Pemberitahuan maksimal disampaikan 1 minggu sebelum berakhirnya
f. Disampaikan kepada yang menerbitkan persetujuan (Kepala Kantor)
Kurangnya kepatuhan wajib pajak terhadap pajak maka pemeriksaan
kantor dapat dialihkan menjadi pemeriksaan lapangan (Siti Kurnia Rahayu,
2010:262 ).
2.1.2.4 Jenis dan Prioritas Pemeriksaan Pajak
Jenis pemeriksaan terdiri atas :
1. Pemeriksaan Rutin , yaitu pemeriksaan yang bersifat rutin dilakukan terhadap
Wajib Pajak sehubungan dengan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan
wajib pajak yang bersangkutan
2. Pemeriksaan khusus, yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak
berkenaan dengan adanya masalah dan/atau keterangan yang secara khusus
berkaitan dengan Wajib Pajak yang bersangkutan.
3. Pemeriksaan Bukti Permulaan, yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap
Wajib Pajak untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan
telah terjadi tindak pidana dibidang perpajakan.
4. Pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap
cabang, perwakilan, pabrik, atau tempat usaha dari Wajib Pajak Domisili,
yang lokasinya berada di luar wilayah Unit Pelksana Pemeriksaan Wajib
Pajak Domisili
5. Pemeriksaan Tahun Berjalan, yaitu pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang
dilakukan dalam tahun berjalan untuk jenis-jenis pajak tertentu dan untuk
mengumpulkan data dan atau keterangan atas kewajiban pajak lainnya.
1. Pemeriksaan rutin terhadap SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi
atau Badan yang menyatakan lebih bayar dan/atau SPT Tahunan PPh Pasal 21
yang menyatakan lebih bayar dan/atau SPT Masa PPN yang menyatakan
meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak
2. Pemeriksaan Bukti Permulaan
3. Pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi
4. Pemeriksaan Khusus
5. Pemeriksaan Rutin selain Pemeriksaan Rutin sebagaimana dimaksud pada
angka 1
6. Pemeriksaan Tahun Berjalan (Early Suandi, 2008:98)
2.1.2.5 Dimensi dan Indikator Pemeriksaan Pajak (Tax Audit)
Dari pengertian yang di sebutkan di atas penulis mengambil dimensi
mengenai pemeriksaan pajak (tax audit), yaitu :
1. Dimensi Kualitas auditor
Kualitas pemeriksa (auditor) sangat dipengaruhi oleh pengalaman, latar
belakang, dan pendidikan. Dan kualitas pemeriksa akan mempengaruhi
pelaksanaan pemeriksaan.
Sedangkan Indikatornya :
Integritas
Pelatihan
Pendidikan (Siti Kurnia Rahayu, 2010:255).
Pelaksanaan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
pemeriksa dan meliputi :
Memeriksa di tempat Wajib Pajak
Melakukan penilaian atas sistem pengendalian intern
Melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan, dan
dokumen-dokumen.
Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada Wajib pajak
Melakukan sidang penutup (Closing Conference) (Siti Kurnia Rahayu,
2010:292).
2.1.3 Penagihan Pajak (Tax Collector)
2.1.3.1 Pengertian (Tax Collector)
Penagihan yaitu perbuatan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak,
karena wajib pajak tidak mematuhi ketentuan undang-undang khususnya
mengenai pembayaran pajak (Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu, 2006:174).
Menurut Mardiasmo, penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar
penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan
menegur atau memperingatkan , melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus
memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan melaksanakan penyitaan ,
melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah di sita (2009:119).
Sedangkan menurut Paca Kurniawan dan Bagus Pamungkas, penagihan
pajak merupakan serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang
paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan
penyanderaan, menjual barang yang disita (2006:1).
2.1.3.2 Dimensi Indikator Penagihan Pajak
1. Dimensi Penagihan Pajak Pasif
Penagihan pajak pasif terdiri dari indikator:
Surat Tagihan Pajak (STP)
adalah surat yang dikeluarkan untuk menagih pajak dengan mengenakan
sanksi berupa bunga atau denda.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok
pajak, jumlah kredit pajak, jumlah pembayaran pokok pajak, besarnya
sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak
yang telah ditetapkan (dalam surat ketetapan pajak yang telah diterbitkan
sebelumnya) (Early Suandi, 2000:34).
2. Dimensi Penagihan Pajak Aktif
Penagihan pajak aktif terdiri dari indikator:
Surat Teguran
Merupakan surat peringatan untuk menegur atau memperingatkan kepada
Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya. Surat teguran sebagai awal
tindakan pelaksanaan penagihan pajak dilakukan segera setelah 7 (tujuh)
ketetapan pajak. Penerbitan Surat Teguran dalam undang-undang tidak
diatur secara khusus dalam satu bagian tersendiri.
Surat Paksa
Merupakan surat perintah untuk membayar utang pajak dan biaya penagihan
pajak. Ada 3 (tiga) hal yang menyebabkan diterbitkannya Surat Paksa (SP)
yaitu :
Apabila Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan
tanggal jatuh tempo dan telah diterbitkan Surat Teguran atau surat
peringatan atau surat lain yang sejenis.
Bahwa terhadap Penanggung Pajak telah dilakukan penagihan seketika
dan sekaligus.
Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan dalam keputusan
persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.
Surat Paksa akan disampaikan kepada Penanggung Pajak paling lambat
setelah 21 (dua pulu satu) hari setelah Surat Teguran atau surat peringatan atau
surat lain yang sejenis diterbitkan. Apabila Surat Paksa diterbitkan kurang dari
21 (dua puluh satu) hari setelah Surat Teguran diterbitkan maka Surat Paksa
menjadi batal demi hukum (Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton, 2007:43).
2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya
Selanjutnya untuk mendukung penelitian ini dapat disajikan penelian
Tabel 2.1
Tabel Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1 (tax collector) badan di daerah untuk memanipulasi pemeriksaan reporting) dan pemeriksaan pajak
(tax audit) mengarah ke tiga kesimpulan; (1) Otoritas pajak lebih
mungkin untuk mengaudit wajib pajak yang melaporkan laba akuntansi sebagai penghasilan kena
pajak (PKP) tinggi namun pajak penghasilannya rendah kemudian rendah ataupun mereka yang biaya pelaporan keuangan yang tinggi. (3)
Tingkat hubungan antara penghasilan kena pajak yang benar
dan pendapatan akuntansi yang merasakan manfaat auditor yang disediakan pelayanan pajak, yaitu
dengan ditingkatkan kualitas pelaporan keuangan karena
spillover pengetahuan untuk lebih
Data yang memberikan bukti bahwa penegakan pajak yang lebih tinggi
Monitoring and keuangan yang lebih tinggi dan bahwa relasi umumnya kuat ketika
lainnya mekanisme pemantauan lebih lemah. Secara keseluruhan,
konsisten bahwa otoritas pajak
Audit pajak mencakup apa yang seorang pejabat pajak dapat dicari
ketika bertujuan untuk
yaitu akun neraca, laba rugi dan lain yang patut akun yang bersangkutan dan jadwal yang bahwa kepatuhan hukum pajak dan
peraturan layak.
Pemeriksaan pajak (Tax audit) akan memberikan audit kualitas tinggi untuk proses pelaporan keuangan (Financial Reporting) untuk tujuan hukum, meningkatkan kemampuan negara untuk penagihan pajak (tax
collection) dan meningkatkan
Transforming the diberlakukan. Sejak saat itu, IRA
(Inland
Perubahan system perpajakan di Indonesia dari Official Assesment System
menjadi Self assessment System sebagai langkah reformasi perpajakan di
Indonesia untuk perbaikan system administrasi perpajakan. Self assessment system
adalah suatu system perpajakan yang memberi kepercayaan kepada wajib pajak
untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya.
Dengan Self assessment system mengharuskan wajib pajak untuk
mendaftar, menyetor, dan melapor mengenai kewajiban perpajakannya sendiri.
Walaupun demikian, kewajiban perpajakan yang dilakukan tetap dalam
pengawasan Direktorat Jenderal Pajak dalam penegakan hukum perpajakannya
yang di antaranya adalah pemeriksaan, penyidikan dan penagihan pajak.
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan sebagai subjek pajak yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk
melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak
tertentu. Wajib pajak bisa berupa wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak
badan. Dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya, wajib pajak seperti di
terangkan dalam Pasal 28 ayat 1 UU KUP wajib pajak orang pribadi ataupun
bahasa akuntansinya lebih dikenal dengan nama pelaporan keuangan. Pelaporan
keuangan disini mencakup keseluruhan penyampaian informasi keuangan
termasuk juga mengenai masalah perpajakan perusahaan (wajib pajak badan)
terkait SPT (Tahunan/Masa).
Pemeriksaan pajak merupakan kegiatan yang dilakukan Fiskus / Direktorat
Jenderal Pajak dalam hal mengumpulkan bukti atau pun keterangan lainnya untuk
penetapan jumlah pajak yang terutang ataupun untuk menguji kepatuhan wajib
pajak. Pemeriksaan pajak dilakukan untuk melihat seberapa patuh wajib pajak
terhadap peraturan pajak yang berlaku, sehingga jika terbukti ada kewajiban
perpajakan dari wajib pajak yang belum terpenuhi nantinya akan di tetapkan
jumlah pajak terutang yang masih harus di bayar wajib pajak. Objek pemeriksaan
pajak merupakan SPT (Tahunan/masa) yang berupa gambaran terkait pajak
perusahaan yang dihasilkan dari proses pembukuan. Untuk itu pembukuan /
pelaporan keuangan yang berkualitas dari wajib pajak akan menentukan proses
pemeriksaan pajak yang dilakukan.
Sementara penagihan pajak dilakukan jika ternyata wajib pajak tidak
mematuhi peraturan perpajakan yang berlaku dan juga terdapat utang pajak yang
masih harus dibayar. Penagihan pajak juga di lakukan sebagai tujuan lain dari
pemeriksaan pajak (delinquency audit). Hal ini terkait atas dasar dari penagihan
pajak merupakan produk hukum yang dikeluarkan setelah proses pemeriksaan
pajak berupa STP (Surat Tagihan Pajak) dan SKP (Surat Ketetapan Pajak) yang
Sehingga pembukuan atau pelaporan keuangan wajib pajak akan
menentukan bagaimana proses pemeriksaan pajak yang dilakukan untuk
selanjutnya dilakukan penagihan pajak.
2.2.1 Keterkaitan antara Pelaporan Keuangan dengan Pemeriksaan Pajak
Karena objek pemeriksaan pajak merupakan Surat Pemberitahuan (SPT
Tahunan atau Masa) yang disampaikan oleh Wajib Pajak sebagai sinopsis yang
dihasilkan dari suatu mekanisme pembukuan atau pelaporan keuangan . Oleh
karena itu penyempurnaan di bidang pemeriksaan tidak dapat dipisahkan dengan
penyempurnaan pembukuan. Semakin baik atau semakin berkualitas pembukuan
atau pelaporan keuangan seorang wajib pajak maka semakin lancar dan efektif
pekerjaan pemeriksa (Early Suandi, 2008:94).
Selain itu juga disampaikan oleh Mikail Jam’an (2011) yang menyebutkan
dikarenakan hanya opini wajar tanpa pengecualian yang dapat membebaskan
wajib pajak dari pemeriksaan, maka wajib pajak selain dituntut untuk dapat
melakukan pembukuan dan pelaporan akuntansi keuangan secara andal juga
dituntut untuk dapat mempersiapkan diri untuk memenuhi ketentuan perpajakan
yang berlaku.
2.2.2 Keterkaitan antara Pemeriksaan Pajak dengan Penagihan Pajak
Anang Mury Kurniawan (2011:19) menyebutkan bahwa salah satu tujuan
lain pemeriksaan pajak adalah dalam rangka penagihan pajak (delinquency audit).
Selain itu juga di ungkapkan dari perspektif hubungan fiscal menurut
Ponomareva dan Zhuravskaya (2004) dalam Libman dan Feld (2009) penagihan
potensi kerugian melebihi manfaat penagihan. Maka dalam hal ini kebijakan
pemeriksaan pajak dapat bertindak sebagai instrument redistribusi spasial atau
bisnis subsidi.
Dari uraian di atas maka secara sistematis paradigma penelitian dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
2.3 Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah :
1. Diduga wajib pajak badan di KPP Pratama Bandung Karees telah
melakukan pelaporan keuangan yang berkualitas.
2. Diduga pemeriksaan pajak yang dilakukan pada wajib pajak badan di KPP
Pratama Bandung Karees telah dilakukan efektif
3. Diduga proses penagihan pajak yang dilakukan pada wajib pajak badan di
KPP Pratama Bandung Karees telah dilakukan dengan berkualitas.
4. Diduga dengan pelaporan keuangan yang berkualitas akan mempengaruhi
5. Diduga dengan efektifitas pemeriksaan pajak akan mempengaruhi kualitas
32
BAB III
OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Menurut Husein Umar dalam Umi Narimawati dkk. (2010:29)
mengemukakan objek penelitian adalah sebagai berikut :
“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi
objek penelitian, juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga
ditambah hal-hal lain jika perlu.”
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian adalah
sasaran ilmiah dengan tujuan dan kegunaan tertentu untuk mendapatkan data.
Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah kualitas pelaporan
keuangan, pemeriksaan pajak, dan penagihan pajak.
3.2 Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis tidak lepas dari ilmu tentang
penelitian yang sudah dicoba dan diatur menurut aturan serta urutan secara
menyeluruh dan sistematis.
Adapun pengertian metode penelitian menurut Sugiono (2002:1) adalah
sebagai berikut :
“Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk
mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan itu
Sedangkan menurut Umi Narimawati dkk. (2010:29) pengertian metode
penelitian adalah sebagai berikut :
“Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk
mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu.”
Berdasarkan pengertian di atas maka metode penelitian adalah teknik atau
cara mencari, memperoleh, mengumpulkan dan mencatat data, baik data primer
maupun sekunder yang dapat digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah
yang kemudian menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan
pokok-pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran atau data yang di
inginkan.
Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode penulisan
survey dan metode deskriptif analisis dengan pendekatan verifikatif. Dengan
manggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara
variable yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas
gambaran mengenai objek yang diteliti.
Pengertian metode deskriptif menurut Sugiono dalam Umi Narimawati
dkk. (2010:29) adalah sebagai berikut :
”Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan
atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk
membuat kesimpulan yang lebih luas.”
Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah
dikumpulkan, dianalisis dan diproses lebih lanjut sesuai dengan teori-teori yang
telah dipelajari, jadi dari data tersebut akan ditarik kesimpulan.
Sedangkan metode verifikatif menurut Mashuri dalam Umi Narimawati
dkk. (2010:29) menyatakan bahwa :
“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan
untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah
dilaksanakan ditempat lain dengan mangatasi masalah yang serupa.”
Dalam penelitian ini metode deskriptif dan verifikatif di maksudkan untuk
menguji pengaruh kualitas pelaporan keuangan terhadap pemeriksaan pajak dan
implikasinya terhadap penagihan pajak pada Wajib Pajak Badan yang terdaftar di
KPP Pratama Bandung Karees serta menguji teori dengan pengujian suatu
hipotesis apakah di terima atau di tolak.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan
perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel X
terhadap Y, dan variabel Y terhadap Z yang diteliti. Verifikatif berarti menguji
teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.
Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang
signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang
akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, penelitian ini
3.2.1 Desain Penelitian
Dalam melakukan penelitian sangat perlu adanya desain penelitian agar
penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik.
Menurut Jonathan Sarwono (2006:27)
“Desain penelitian bagaikan alat penuntun bagi peneliti dalam melakukan
proses penentuan instrument pengambilan data, penentuan sampel, koleksi
data dan analisisnya”.
Lebih jelasnya lagi Jonathan Sarwono (2006:79) mengibaratkan bahwa :
“Desain penelitian, seperti sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun
serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan
tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.”
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa desain penelitian
merupakan suatu cara bagi penulis untuk dapat melakukan penelitian dengan baik
dan benar. Untuk melakukan penelitian diperlukan langkah-langkah desain
penelitian menurut Umi Narimawati dkk. (2010:30), yaitu sebagai berikut :
(1) Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian,
selanjutnya menetapkan judul penelitian.
(2) Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi
(3) Menetapkan rumusan masalah
(4) Menetapkan tujuan penelitian
(5) Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori.
(6) Menetapkan konsep variable sekaligus pengukuran variable penelitian yang
(7) Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan
data.
(8) Melakukan analisis data.
(9) Melakukan pelaporan hasil penelitian.
Dari pengertian dan langkah-langkah yang disebutkan diatas, desain
penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
(1) Mencari dan menetapkan fenomena yang terjadi pada Wajib Pajak Badan di
KPP Pratama Bandung Karees.
(2) Menetapkan judul dari fenomena yang didapat, sehingga dapat diketahui apa
yang akan diteliti kemudian menentukan identifikasi masalah dalam
penelitian. Dalam penelitian ini permasalahan yang terjadi difokuskan pada
kualitas pelaporan keuangan terhadap pemeriksaan pajak dan implikasinya
pada penagihan pajak.
(3) Merumuskan masalah.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bagaimana kualitas pelaporan keuangan yang di lakukan pada Wajib Pajak
badan di KPP Pratama Bandung Karees.
Bagaimana proses pemeriksaan pajak yang dilakukan pada Wajib Pajak
badan di KPP Pratama Bandung Karees.
Bagaimana proses penagihan pajak yang dilakukan pada Wajib Pajak
Seberapa besar pengaruh kualitas pelaporan keuangan terhadap
pemeriksaan pajak dan implikasinya terhadap penagihan pajak pada Wajib
Pajak badan di KPP Pratama Bandung Bandung Karees.
(4) Menetapkan hipotesis berdasarkan fenomena dan teori yang ada.
(5) Memilih serta memberi pengukuran variable. Pengukuran variable yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kualitas pelaporan keuangan (variable
X) sebagai variable bebas/ independen, pemeriksaan pajak (Y) yang menjadi
variable intervening, dan penagihan pajak (variable Z) yang menjadi variable
terikat/dependen. Dengan pengukuran menggunakan skala ordinal karena
data yang diukur berupa tingkatan.
(6) Memilih prosedur dan teknik yang digunakan.
(7) Menyusun alat serta teknik pengumpulan data-data.
(8) Melakukan analisis berdasarkan data-data yang diterima dan dikumpulkan.
(9) Melaporkan hasil dari penelitian, termasuk proses penelitian, diskusi serta
interprestasi data,
(10) Menyimpulkan penelitian, sehingga akan diperoleh penyelesaian dan
jawaban atas identifikasi masalah dalam penelitian.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diuraikan desain dari
penelitian ini, seperti pada Tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tujuan Penelitian
Desain Penelitian Jenis Penelitian Metode yang
digunakan
Unit Analisis Time Horizon
T-1 Descriptive Descriptive dan Survey
Wajib Pajak Badan
Cross Sectional
T-2 Descriptive Descriptive dan Survey
Wajib Pajak Badan
T-3 Descriptive Descriptive dan Survey
Wajib Pajak Badan
Cross Sectional
T-4 Descriptive & verifikatif
Descriptive dan eksplanatory Survey
Wajib Pajak Badan
Cross Sectional
Dari table di atas dapat penulis uraikan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kualitas pelaporan keuangan pada wajib pajak badan pada
KPP Pratama Bandung Karees, digunakan metode deskriptif analysis dan
survey dengan cara membandingkan keadaan yang ada dengan teori-teori
yang relevan dengan waktu yang dijadwalkan.
2. Untuk mengetahui pemeriksaan pajak pada wajib pajak badan di KPP
Pratama Bandung Karees digunakan metode deskriptif analysis dan survey
dengan cara membandingkan keadaan yang ada dengan teori-teori yang
relevan dengan waktu yang dijadwalkan
3. Untuk mengetahui penagihan pajak pada wajib pajak badan di KPP Pratama
Bandung Karees digunakan metode deskriptif analysis dan survey dengan
cara membandingkan keadaan yang ada dengan teori-teori yang relevan pada
KPP Pratama Bandung Karees dengan waktu yang dijadwalkan.
4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas pelaporan keuangan
terhadap pemeriksaan pajak dan implikasinya terhadap penagihan pajak pada
wajib pajak badan di KPP Pratama Bandung Karees, digunakan metode
3.2.2 Operasional Variabel
Pengertian variable menurut Sugiyono (2002:20) adalah sebagai berikut :
“Sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya.”
Sugiyono (2002:20) juga menyatakan bahwa :
“Variable di dalam penelitian merupakan suatu atribut dari sekelompok
objek yang diteliti yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lain
dalam kelompok tersebut.”
Variabel mempunyai bermacam-macam bentuk menurut hubungan antara
satu variabel dengan variabel lainnya, dibawah ini macam-macam variabel
menurut Sugiyono (2002:21), yaitu sebagai berikut :
(1)Variabel independent
Variable ini sering disebut sebagai variable stimulus, predictor, antecedent.
Dalam Bahasa Indonesia sering disebut sebagai variable bebas. Variable
bebas adalah merupakan variable yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variable dependen (terikat).
(2)Variabel dependent
Sering disebut sebagai variable output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa
Indonesia sering disebut sebagai variable terikat. Variable terikat merupakan
variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variable
bebas.
Adalah variable yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah)
hubungan antara variable independen dan dependen. Variable ini disebut juga
sebagai variable independen kedua.
(4)Variabel intervening,
Adalah variable yang secara teoritis mempengaruhi (memperlemah dan
memperkuat) hubungan antara variable independen dengan dependen, tetapi
tidak dapat diukur.
(5)Variabel Kontrol,
Adalah variable yang dikendalikan dibuat konstan sehingga peneliti dapat
melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.
Sedangkan didalam variabel penelitian ini terdiri atas tiga variabel pokok
yang meliputi variable bebas (variable independent) dengan simbol X, variabel
intervening dengan simbol Y, dan variabel terikat (variable dependent) dengan
simbol Z, yaitu sebagai berikut :
(1) Variabel independent atau variabel bebas (variable X) adalah kualitas
pelaporan keuangan
(2) Variabel intervening (variable Y) adalah pemeriksaan pajak dan
(3) Variable dependent atau variabel terikat (Variabel Z) adalah variabel
penagihan pajak.
Variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
Variabel independent (Variabel X) :
Variabel X = variable kualitas pelaporan keuangan
Variabel Y = variable pemeriksaan pajak
Variabel dependent (Variabel Z) :
Variabel Z = variabel penagihan pajak
Penjelasan tentang masalah variabel independent, intervening dan dependent
dapat dilihat pada tabel operasional variabel dibawah ini :
TABEL 3.2
OPERASIONAL VARIABEL
Variabel Konsep Variabel Dimensi Indikator Skala
No.
Pelaporan keuangan (Financial Reporting) adalah penyajian dan penyampaian informasi keuangan terutang dan / atau tujuan lain dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Soemarso, 2007:60).
undang-Dalam operasionalisasi variable ini semua variable menggunakan skala
ordinal. Pengertian dari skala ordinal menurut Umi Narimawati (2007:23) adalah
sebagai berikut :
“Skala pengukuran ordinal memberikan informasi tentang jumlah relative
karakteristik berbeda yang dimiliki oleh objek atau individu tertentu.”
Dari pengertian diatas tujuan dari penggunaan skala ordinal adalah
memperoleh informasi berupa nilai pada jawaban. Variable-variable tersebut
diukur oleh instrument pengukur dalam bentuk kuesioner berskala ordinal yang
memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala likert.
Menurut Sugiyono skala likert (2002:73) adalah sebagai berikut :
“Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.”
Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus
menggambarkan, mendukung pertanyaan (item positif) atau tidak mendukung
pernyataan (item negatif). Skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang
diajukan untuk pernyataan positif adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3
Pilihan Jawaban Kuesioner Positif
JAWABAN RESPONDEN SKOR
A 5
B 4
C 3
D 2
E 1