• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL STEBC 02 : SURVEI LAPANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODUL STEBC 02 : SURVEI LAPANGAN"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

CONSTRUCTION

(AHLI STRUKTUR PEKERJAAN JEMBATAN)

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA

PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN

KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK)

MODUL

STEBC – 02 :

SURVEI LAPANGAN

PEKERJAAN JEMBATAN

(2)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) i

KATA PENGANTAR

Modul ini berisi bahasan tentang pelaksanaan pekerjaan survei lapangan pekerjaan jembatan. Pengetahuan ini sangat bermanfaat dalam menunjang tugas-tugas ahli struktur pekerjaan jembatan untuk melaksanakan pekerjaan struktur jembatan berdasarkan gambar kerja sesuai dengan spesifikasi dan dokumen kontrak yang berlaku.

Modul ini disusun dalam rangka membekali seorang ahli struktur pekerjaan jembatan untuk melakukan survei lapangan pekerjaan jembatan.

Disadari bahwa buku ini masih cukup banyak kekurangannya, oleh karena itu berbagai masukan demi sempurnanya buku ini sangat diharapkan. Kepada siapapun yang berkenan untuk memberikan masukan termaksud, kami ucapkan banyak terima kasih.

Jakarta, Desember 2006 Penyusun

(3)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) ii

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : Pelatihan Ahli Struktur Pekerjaan Jembatan (Structure Engineer of Bridge Construction)

MODEL PELATIHAN : Lokakarya terstruktur

TUJUAN UMUM PELATIHAN :

Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu melaksanakan pekerjaan struktur jembatan berdasarkan gambar kerja sesuai dengan spesifikasi dan pengendalian waktu.

TUJUAN KHUSUS PELATIHAN :

Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu:

1. Menerapkan ketentuan UUJK, mengawasi penerapan K3 dan memantau lingkungan selama pelaksanaan pekerjaan jembatan

2. Melakukan survei lapangan untuk memastikan kesesuaian gambar rencana dengan lokasi jembatan di lapangan.

3. Melakukan koordinasi dengan petugas/teknisi laboratorium di lapangan dalam rangka pengujian tanah dan material untuk pekerjaan pondasi, pekerjaan bangunan bawah dan pekerjaan bangunan atas.

4. Menyusun detail jadwal pelaksanaan pekerjaan struktur jembatan sesuai dengan urutan pelaksanaannya.

5. Meneliti kesesuaian gambar kerja dengan metode pelaksanaan yang akan digunakan dalam upaya memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.

6. Menyiapkan perhitungan volume pekerjaan, penggunaan peralatan, material dan tenaga kerja yang diperlukan untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan.

7. Memecahkan permasalahan konstruksi yang mungkin timbul sesuai dengan metode pelaksanaan selama pekerjaan berjalan.

8. Mengorganisasi alat, bahan dan tenaga pekerjaan struktur jembatan dan membuat laporan.

(4)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) iii

NOMOR : STEBC – 02

JUDUL MODUL : SURVEI LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN

TUJUAN PELATIHAN :

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu melakukan survei lapangan untuk memastikan kesesuaian gambar rencana dengan lokasi jembatan di lapangan.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Pada akhir pelatihan peserta mampu :

1. Menjelaskan gambar rencana secara teliti.

2. Melakukan identifikasi lapangan (site plan, jalan akses, detour, perkuatan jembatan, jembatan darurat, dll.) dalam rangka penyiapan gambar kerja.

3. Melakukan identifikasi permasalahan yang mungkin ditimbulkan oleh lingkungan sekitar lokasi pekerjaan.

(5)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) iv

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ... i LEMBAR TUJUAN ... ii DAFTAR ISI ... iv

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN AHLI STRUKTUR PEKERJAAN JEMBATAN (Structure Engineer of Bridge

Construction) ... vi

DAFTAR MODUL ... vii

PANDUAN INSTRUKTUR ... viii

BAB I : PENDAHULUAN

BAB II : GAMBAR RENCANA

2.1 DIMENSI, BENTUK DAN HAL-HAL LAIN DALAM GAMBAR

RENCANA ... II-1 2.2 RESUME BAGIAN-BAGIAN PEKERJAAN ... II-7 2.2.1 Jembatan ... II-8 2.2.2 Ketentuan teknis untuk pembuatan elemen-elemen

jembatan ... II-12 2.2.3 Staking Out ... II-13

BAB III : IDENTIFIKASI LAPANGAN

3.1 SURVEI DAN PEMETAAN KONDISI EKSISTING ... III-1 3.1.1 Urutan Pekerjaan ... III-1 3.1.2 Penetapan Titik Pengukuran ... III-1 3.1.3 Pengukuran Jembatan ... III-2 3.1.4 Pemetaan Kondisi Eksisting... III-9 3.1.5 Pekerjaan Survei Lapangan Untuk Peninjauan Kembali

Rancangan ... III-20 3.1.6 Peninjauan Kembali Rancangan ... III-21 3.2 PERENCANAAN PEKERJAAN PENUNJANG... III-22 3.2.1 Jalan Akses ... III-22 3.2.2 Jalan Alih Sementara Atau Detour ... III-23 3.2.3 Rambu Dan Penghalang (Barrier) ... III-23 3.2.4 Perkuatan Jembatan ... III-24 3.2.5 Kantor Lapangan ... III-24

(6)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) v

3.2.6 Fasilitas Laboratorium Dan Pengujian ... III-25

BAB IV: IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

4.1 SURVEI UTILITAS... IV-1 4.1.1 Relokasi Utilitas ... IV-1 4.1.2 Bangunan Yang Terkena Pengaruh Pekerjaan Konstruksi IV-5 4.2 PENERAPAN METODE KERJA ... IV-5 4.2.1 Kondisi Lalu Lintas ... IV-5 4.2.2 Mengenali Frekwensi Banjir Sungai ... IV-6 4.2.3 Perlintasan Dengan Jalan Kereta Api ... IV-7

RANGKUMAN DAFTAR PUSTAKA HAND OUT

(7)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) vi

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN

AHLI STRUKTUR PEKERJAAN JEMBATAN

(Structure Engineer of Bridge Construction)

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Struktur Pekerjaan

Jembatan (Structure Engineer of Bridge Construction) dibakukan dalam Standar

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Ahli Struktur Pekerjaan Jembatan

(Structure Engineer of Bridge Construction) unit-unit tersebut menjadi Tujuan

Khusus Pelatihan.

2. Standar Latih Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.

3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Ahli Struktur Pekerjaan Jembatan (Structure

Engineer of Bridge Construction).

DAFTAR MODUL

Jabatan Kerja : Ahli Struktur Pekerjaan Jembatan

(Structure Engineer of Bridge Construction/STEBC) Nomor

Modul Kode Judul Modul

1 STEBC – 01 UUJK, K3 dan Pemantauan Lingkungan

2

STEBC – 02 Survei Lapangan Pekerjaan Jembatan

3 STEBC – 03 Pengujian Tanah dan Material

4 STEBC – 04 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan 5 STEBC – 05 Gambar Kerja Pekerjaan Jembatan 6 STEBC – 06 Kebutuhan Sumber Daya

7 STEBC – 07 Permasalahan Pelaksanaan Jembatan 8 STEBC – 08 Metode Pelaksanaan Jembatan

(8)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) vii

PANDUAN INSTRUKTUR

A. BATASAN

NAMA PELATIHAN : AHLI STRUKTUR PEKERJAAN JEMBATAN

(Structure Engineer of Bridge Construction )

KODE MODUL : STEBC - 02

JUDUL MODUL : SURVEI LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN

DESKRIPSI : Materi ini menjelaskan tentang gambar rencana secara

teliti, identifikasi lapangan (site plan, jalan akses, detour, perkuatan jembatan, jembatan darurat, dll.) dalam rangka penyiapan gambar kerja, identifikasi permasalahan yang mungkin ditimbulkan oleh lingkungan sekitar lokasi pekerjaan yang memang penting untuk diajarkan pada suatu pelatihan bidang jasa konstruksi sehingga perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pekerjaan konstruksi betul-betul dapat dikerjakan dengan penuh tanggung jawab yang berazaskan efektif dan efisien, nilai manfaatnya dapat mensejahteraan bangsa dan negara.

TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya. WAKTU PEMBELAJARAN : 6 (Enam) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit)

(9)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) viii

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

1. Ceramah Pembelajaran  Pengantar

 Menjelaskan TIU dan TIK serta pokok pembahasan

 Merangsang motivasi peserta untuk mengerti/memahami dan membandingkan

pengalamannya  Bab I Pendahuluan Waktu = 10 menit

 Mengikuti penjelasan, pengantar, TIU,TIK, dan pokok bahasan.

 Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas atau sangat berbeda dengan pengalaman

OHT

2. Ceramah Bab II Gambar Rencana  Dimensi, bentuk dan hal-hal lain

dalam gambar rencana

 Resume bagian-bagian pekerjaan jembatan, ketentuan teknis untuk elemen-elemen jembatan, penyelidikan untuk podasi

Waktu = 90 menit

 Mengikuti ceramah dengan tekun dan memperhatikan hal-hal penting yang perlu di catat

 Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas atau sangat berbeda dengan fakta yang ada di lapangan dan atau pengalaman

OHT

3. Ceramah Bab III Identifikasi Lapangan

 Survei dan Pemetaan Kondisi Eksisting (Urutan Pekerjaan, Penetapan Titik Pengukuran, Pengukuran Jembatan, Pemetaan Kondisi Eksisting, pekerjaan survei lapangan untuk peninjauan kembali rancangan, peninjauan kembali rancangan)

 Perencanaan pekerjaan penunjang (Jalan Akses, Jalan Alih Sementara Atau Detour, Rambu Dan Penghalang

(Barrier), Perkuatan Jembatan, Kantor Lapangan, Fasilitas Laboratorium Dan Pengujian)

Waktu = 80 menit

 Mengikuti ceramah dengan tekun dan memperhatikan hal-hal penting yang perlu di catat

 Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas atau sangat berbeda dengan fakta dilapangan dan atau pengalaman

(10)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) ix

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

4. Ceramah Bab IV Identifikasi Permasalahan

 Survei utilitas (relokasi utilitas, bangunan yang terkena pengaruh pekerjaan konstruksi)

 Penerapan metode kerja (kondisi lalu lintas, frekwensi banjir sungai, perlintasan dengan jalan kereta api) Waktu = 90 menit

 Mengikuti ceramah dengan tekun dan memperhatikan hal-hal penting yang perlu di catat

 Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas atau sangat berbeda dengan fakta dilapangan dan atau pengalaman

(11)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) I-1

BAB I

PENDAHULUAN

Pelaksanaan pekerjaan jembatan di lapangan memerlukan tingkat kecermatan dan ketelitian yang harus mendapat perhatian penuh dari seorang structure engineer of bridge construction. Oleh karena itu peserta pelatihan tersebut perlu menguasai metode pelaksanaan yang akan digunakan dalam upaya memenuhi Spesifikasi Teknis yang telah ditetapkan untuk pelaksanaan pekerjaan survei lapangan pekerjaan jembatan.

Modul ini akan menguraikan prinsip-prinsip pelaksanaan survei lapangan untuk memastikan kesesuaian gambar rencana dengan lokasi jembatan di lapangan yang secara teknis urutan pekerjaan meliputi :

 Gambar rencana

Identifikasi lapangan (site plan, jalan akses, detour, perkuatan jembatan, jembatan darurat, dll.) dalam rangka penyiapan gambar kerja.

 Identifikasi permasalahan yang mungkin ditimbulkan oleh lingkungan sekitar lokasi pekerjaan.

Dalam pelaksanaan lapangan pekerjaan jembatan, ada 3 (tiga) hal yang saling berkaitan satu sama lain yaitu :

 Jika kurang memahami spesifikasi teknis, tidak mampu menyiapkan gambar kerja, dan tidak mempunyai SDM (Sumber Daya Manusia) lapangan yang tangguh, kontraktor akan sulit menghindar dari kesalahan/kelalaian pelaksanaan lapangan.

 Kesalahan/kelalaian pelaksanaan lapangan akan membawa akibat timbulnya permasalahan-permasalahan teknis di lapangan.

 Setiap ada permasalahan teknis, kontraktor harus segera mengatasinya, sebab kalau tidak, jembatan yang dibangun belum tentu layak digunakan meskipun telah selesai. Mengapa demikian ? Karena bisa saja terjadi, misalnya dalam pekerjaan beton lantai jembatan, tinggi jatuh adukan beton terlalu tinggi. Ini salah, akibatnya akan terjadi segregasi, dan mutu beton akan turun, tidak memenuhi persyaratan teknis yang dikehendaki.

Oleh karena itu dalam pelaksanaan survei lapangan untuk pekerjaan jembatan harus memenuhi prinsip-prinsip aspek teknis yang tertuang dalam Spesifikasi Teknis agar dapat memperkecil kesalahan-kesalahan umum yang sering dijumpai pada pelaksanaan pekerjaan jembatan.

(12)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) II-1

BAB II

GAMBAR RENCANA

2.1 DIMENSI,

BENTUK

DAN

HAL-HAL

LAIN

DALAM

GAMBAR RENCANA

Survei lapangan dimaksudkan untuk memastikan kesesuaian gambar rencana dengan lokasi jembatan di lapangan. Sebelum melakukan survei lapangan perlu ada konfirmasi antara structure engineer of bridge construction dengan konsultan supervisi tentang apa yang dimaksudkan dengan elemen-elemen jembatan dan bagaimana menempatkan elemen-elemen jembatan tersebut di lapangan sesuai dengan kondisi lapangan.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang elemen-elemen jembatan tersebut, berikut ini diberikan contoh Gambar Rencana Jembatan :

Gambar 2.1: Penampang Memanjang Jembatan

Gambar di atas menunjukkan penampang memanjang jembatan dengan bangunan rangka baja, sedangkan bangunan bawah terdiri pondasi tiang pancang dan abutment / pilar darin beton. Dalam gambar juga ditunjukkan elemen-elemen jembatan dari berbagai level. Sebelum diuraikan lebih lanjut apa yang dimaksud dengan elemen-elemen jembatan, perlu diketengahkan berbagai contoh-contoh penampang memanjang dan penampang melintang jembatan.

(13)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) II-2

(14)
(15)
(16)
(17)
(18)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) II-7 Apa yang harus dilakukan oleh structure engineer of bridge construction setelah menerima Gambar Rencana Jembatan ?

Yang harus dilakukan adalah menyiapkan rencana survei lapangan untuk memastikan :

 Bahwa gambar rencana jembatan dipersiapkan berdasarkan ketentuan-ketentuan perencanaan sehingga tidak ada keraguan jika gambar rencana tersebut dilaksanakan di lapangan.

 Bahwa gambar rencana yang akan dijadikan acuan utama di dalam menyiapkan gambar kerja harus sudah mempertimbangkan kondisi lapangan terakhir.

 Bahwa gambar rencana yang sudah mempertimbangkan kondisi lapangan terakhir tersebut merupakan hasil pekerjaan review design (rekayasa lapangan). Pekerjaan review design merupakan tugas konsultan supervisi, yang pada awal penugasannya sesuai dengan tatacara pelaksanaan pekerjaan berdasarkan spesifikasi teknis harus menyiapkan review design.

 Bahwa untuk dapat melaksanakan review design, diperlukan data-data teknis yang baru dapat diperoleh jika dilakukan survei lapangan. Sesuai dengan tatacara yang diatur di dalam spesifikasi teknis, tanggung jawab survei lapangan ada pada kontraktor.

 Bahwa di dalam melakukan survei lapangan, kontraktor menugaskan urusannya kepada structure engineer of bridge construction.

Dari contoh-contoh gambar rencana yang diberikan dapat diperhatikan bahwa elemen-elemen jembatan mengandung unsur-unsur fungsi elemen-elemen, dimensi elemen-elemen, bahan pembuatan elemen, penempatan elemen, jarak antara satu elemen dengan elemen lainnya dan lain sebagainya, yang jika dipadukan akan membentuk suatu struktur jembatan. Perpaduan seluruh elemen inilah yang nantinya akan merupakan bagian dari ruas jalan dan memberikan kontribusi untuk pelayanan bagi pengguna jalan.

2.2 RESUME BAGIAN-BAGIAN PEKERJAAN

Resume bagian-bagian pekerjaan dibuat berdasarkan gambar rencana dan spesifikasi yang dipersyaratkan. Mengambil referensi dari ”Panduan Pemeriksaan Jembatan” yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Depertemen Pekerjaan Umum – 2006, berikut ini adalah elemen-elemen jembatan yang dicakup di dalam Gambar Rencana jembatan, disusun menurut hirarkienya :

(19)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) II-8

2.2.1 Jembatan

2.2.1.1 Aliran Sungai / Timbunan

 Aliran Sungai

 Tebing sungai

 Aliran air utama

 Daerah genangan banjir

 Bangunan Pengaman

 Krib / pengarah arus sungai

 Bronjong dan matras

 Talud beton

 Pasangan batu kosong

 Turap baja

 Sistem fender

 Dinding penahan tanah

 Tanah Timbunan

 Timbunan jalan pendekat

 Drainase di daerah timbunan

 Lapisan perkerasan  Pelat injak  Tanah bertulang 2.2.1.2 Bangunan Bawah  Pondasi  Tiang pancang  Pondasi sumuran  Pondasi langsung  Angker

 Pondasi balok pelengkung

 Kepala jembatan / pilar

 Kepala tiang

 Pilar dinding / kolom

 Kepala jembatan / dinding penahan tanah

(20)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) II-9

 Balok kepala

 Balok penahan gempa

 Penunjang / pengaku  Penunjang sementara  Drainase dinding 2.2.1.3 Bangunan Atas  Sistem gelegar  Gelagar  Gelagar melintang  Diafragma  Sambungan gelegar

 Perkuatan ikatan angin

 Pelat pengaku (stiffener)

 Pelat penutup (cover plate)

 Jembatan pelat

 Pelat beton bertulang

 Pelat beton pracetak

 Pelat beton prategang

 Kabel prategang melintang

 Pelengkung

 Bagian pelengkung

 Dinding tegak pelengkung

 Balok pelengkung

 Gelagar balok pelengkung

 Balok pelengkung

 Balok vertikal

 Balok melintang

 Balok pengaku mendatar

 Sambungan balok pelengkung

 Rangka

 Panel rangka (bailley)

 Gelagar penguat (bailley)

(21)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) II-10

 Raker penyokong (bailley)

 Pin panel (baailley)

 Clamp (bailley)

 Batang tepi atas

 Batang tepi bawah

 Batang diagonal

 Batang vertikal (Rangka Baja Belanda, Rangka Baja Austria)

 Ikatan angin atas

 Ikatan angin bawah

 Diafragma

 Sambungan / pelat buhul

 Baut

 Batang tengah

 Batang diagonal kecil (Calender Hamilton)

 Jembatan gantung

 Kabel pemikul

 Kabel penggantung

 Kabel penahan ayun

 Kolom pylon

 Pengaku pylon

 Sadel pylon

 Balok melintang (gantung)

 Ikatan angin bawah

 Sambungan (gantung)

 Sistem lantai

 Gelagar memanjang lantai

 Pelat lantai (kayu/beton/baja)

 Pelat baja bergelombang

 Balok tepi

 Jalur roda kendaraan (lantai kayu)

 Trotoir / kerb

 Pipa cucuran

 Drainase lantai

 Lapisan permukaan

(22)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) II-11

 Sambungan siar / muai baja

 Sambungan siar / muai baja profil

 Sambungan siar / muai karet

 Sambungan-sambungan

 Landasan / perletakan

 Perletakan baja

 Perletakan karet

 Perletakan pot

 Bantalan mortar / pelat dasar

 Baut pengikat

 Sandaran

 Tiang sandaran

 Sandaran horizontal

 Penunjang sandaran

 Parapet / tembok sedada

2.2.1.4 Perlengkapan

 Bangunan Pelengkap

 Rambu-rambu dan tanda-tanda

 Marka jalan  Papan nama  Lampu penerangan  Tiang lampu  Kabel listrik  Utilitas  Median 2.2.1.5 Gorong-gorong  Gorong-gorong persegi  Gorong-gorong pipa  Gorong-gorong pelengkung

(23)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) II-12

2.2.2 Ketentuan teknis untuk pembuatan elemen-elemen jembatan

Elemen-elemen jembatan tersebut di atas harus direncanakan dengan mengikuti persyaratan-persyaratan teknis yang berlaku untuk perencanaan jembatan. Sebelum pekerjaan jembatan dilaksanakan, tugas konsultan adalah mereview Gambar Rencana dan perhitungan-perhitungan perencanaan yang dibuat pada saat ahli perencana jembatan menyiapkan Gambar Rencana. Dokumen berupa gambar rencana pada umumnya merupakan salah satu dokumen dari dokumen lelang yang dipersiapkan untuk peserta lelang, namun perhitungan-perhitungan perencanaan tidak termasuk dalam dokumen lelang tersebut. Oleh karena itu konsultan pemenang lelang, yang akan ditugasi untuk melakukan supervisi pekerjaan jembatan perlu mengumpulkan seluruh data-data dan perhitungan perencanaan (dimintakan kepada pemilik pekerjaan) sebagai bahan masukan untuk diskusi dengan structure engineer of bridge construction sebelum survei lapangan dilakukan oleh kontraktor.

Survei lapangan mencakup kegiatan-kegiatan teknis yang akan digunakan oleh konsultan untuk melakukan review perencanaan teknis (rekayasa lapangan). Hasil review perencanaan teknis yang dibuat oleh konsultan, dijadikan dasar oleh structure engineer of bridge construction untuk menetapkan lokasi jembatan di lapangan sesuai dengan kondisi lapangan dan membuat jembatan yang elemen-elemennya dibuat sesuai dengan persyaratan-persyaratan teknis yang ditentukan dalam spesifikasi teknis.

Jadi ada 2 (dua) jenis ketentuan teknis yang digunakan :

 Untuk kepentingan perencanaan teknis, ahli perencana jembatan harus berpedoman pada persyaratan teknis yang berlaku untuk perencanaan teknis jembatan.

 Untuk kepentingan pelaksanaan konstruksi, structure engineer of bridge construction harus berpedoman pada spesifikasi teknis.

Berkaitan dengan penyiapan review design, structure engineer of bridge construction harus dapat memastikan bahwa konsultan setelah mempelajari Gambar Rencana, hasil-hasil perhitungan untuk perencanaan teknis dan hasil-hasil survei lapangan yang dilakukan oleh kontraktor, akan menggunakan rujukan di bawah untuk menyiapkan review design jembatan :

(24)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) II-13 NO ITEM PERENCANAAN KRITERIA PERENCANAAN

1. Pembebanan

 SNI 03-1725-1989 : Tata cara perencanaan pembebanan jembatan jalan raya

 SNI 03-2833-1992 : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk jembatan jalan raya

2.

Spesifikasi Perencanaan

 BMS’92 : Bridge Management System ’92  Spesifikasi Jembatan Jalan Raya AASHTO.  Spesifikasi JEPANG.

3. Fungsi & Status Wewenang Jalan

Kelas A, 100% beban D (beban garis ditambah beban kejut) 100% beban T Kelas B, 70% Beban D 70% Beban T Kelas C, 50% Beban D 50% Beban T 4. Perencanaan Beton

 SNI-2 1971 : Peraturan beton bertulang Indonesia

 SK SNI T-15-1991-03 : Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung  SNI 03-2847-1992 : Tata cara perhitungan

struktur beton untuk bangunan gedung  AASHTO : Sixteenth edition, 1986  ACI 315 : Manual of standard practice for

detailing reinforced concrete structures, American Concrete Institute

5. Perencanaan Baja

 PBBI 1984 : Peraturan perencanaan bangunan baja Indonesia

 SNI 03-1747-1989 : Spesifikasi konstruksi jembatan tipe balok T bentang s/d 25 meter untuk BM 70

6. Hidrologi Standar Metode Perhitungan Debit Banjir – SK SNI M – 18 – 1989 – F

2.2.3 Staking Out

Suatu pembangunan membutuhkan pelaksanaan seluruh elemen-elemennya pada posisi yang benar.

Untuk memindahkan suatu Gambar Rencana dari atas kertas ke suatu bangunan di lapangan, maka dibutuhkan :

 Disana harus ada sejumlah titik kontrol pengukuran yang harus dikaitkan pada suatu

sistem koordinat yang tetap.

 Perencanaan konstruksi harus dikaitkan pada sistem koordinat yang sama.

Apabila terdapat ketidak jelasan informasi pada gambar rencana yang menimbulkan keraguan interpretasi, maka pengawas lapangan harus menghubungi perencananya untuk mendapatkan kejelasan. Kontraktor bertanggung jawab dalam penentuan dan pematokan secara keseluruhan, sedang pengawas lapangan harus memastikan bahwa

(25)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) II-14 kontraktor mendapatkan informasi yang tepat serta menyiapkan titik-titik kontrol yang dipasang.

2.2.3.1 Titik Kontrol Survei

Suatu jaringan titik kontrol survei ditentukan untuk mencakup seluruh daerah proyek, dan ditempatkan pada posisi yang tepat didalam pekerjaan konstruksi. Jarak antara titik-titik kontrol dianjurkan kira-kira 50 meter.

Titik-titik kontrol survei sebaiknya berada dekat dengan lokasi pekerjaan tetapi bebas dari area kegiatan, dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan adanya pergeseran posisi akibat aktivitas pekerjaan termasuk pengoperasian dari peralatan. Untuk itu letak titik-titik kontrol tersebut harus selalu dicek secara teratur. Perubahan letak titik kontrol juga dapat terjadi pada dasar tanah, pada timbunan pelapisan tanah yang mudah mampat atau proses dalam tanah itu sendiri, seperti proses yang terjadi akibat besarnya variasi kadar kelembaban.

2.2.3.2 Penentuan Elemen-elemen Struktur

Letak dari elemen-elemen utama struktur ditentukan berdasarkan pada sistem referensi yang digunakan. Titik offset referensi harus ditetapkan untuk tiap elemen utama. Letak dan jarak offset tiap-tiap titik referensi harus hati-hati diputuskan dan dikenali dilapangan dan untuk menyiapkan tahap penentuan kembali yang mudah bagi letak elemen utama selama pelaksanaan pekerjaan sehingga titik-titik ini tidak terganggu.

Letak elemen-elemen kecil lain seperti kerb, parapet, galian drainase ditentukan berdasarkan pada letak elemen-elemen dengan mempertimbangkan pengukuran.

Penempatan dan pematokan letak elemen-elemen yang telah ditentukan harus diperiksa. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara terpisah dan dilakukan oleh Staf Engineer dengan menggunakan peralatan lain yang berbeda dengan peralatan yang digunakan pada saat penempatan dan pematokan awal.

Bagi kontraktor yang melaksanakan pemeriksaan ulang atas hasil pekerjaannya sendiri, dianjurkan untuk menggunakan methoda lain yang berbeda dengan methoda yang telah digunakan pada saat awal penempatan dan pematokan. Untuk menghindari kesalahan dari ketidak tepatan identifikasi patok, ketidak-tepatan panandaan atau kesalahan dalam melaksanakan survei, maka pengukuran jarak dan beda tinggi dilakukan dengan memeriksa hasil pekerjaan dari titik awal suatu sisi sampai pada titik akhir pada sisi yang lain, kemudian diikatkan pada titik kontrol hasil survei pertama. Pemeriksaan ini tidak

(26)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) II-15 diperkenankan dilakukan hanya dengan mengukur dari satu titik akhir saja atau dua titik akhir pada sisi yang terpisah.

2.2.3.3 Pematokan Bersama (Setting Out)

Semua survei di lapangan selama pematokan bersama dan selama konstruksi akan dilaksanakan oleh kontraktor di bawah petunjuk konsultan.

Hasil survei tersebut akan dikaitkan dengan gambar-gambar konstruksi, kondisi yang ada dan beberapa ketidaksesuaian antara gambar-gambar dan kondisi-kondisi yang ada akan dipergunakan untuk mereview design untuk keperluan proyek (bila ada).

(27)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) III-1

BAB III

IDENTIFIKASI LAPANGAN

3.1 SURVEI DAN PEMETAAN KONDISI EKSISTING

3.1.1 URUTAN PEKERJAAN

Cakupan pekerjaan dalam Kontrak mensyaratkan bahwa kegiatan tertentu harus diselesaikan secara berurutan menurut tongak-tonggak yang telah ditetapkan sebe-lumnya. Kecuali jika ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, tanggal yang menjadi tonggak utama bagi kegiatan yang kritis adalah sebagai berikut :

a) Survei lapangan termasuk peralatan pengujian yang diperlukan dan penyerahan laporan oleh Kontraktor.

: 30 hari setelah pengambilalihan lapangan oleh Kontraktor b) Peninjauan kembali rancangan oleh

Direksi Pekerjaan telah selesai.

: 60 hari setelah pengambilalihan lapangan oleh Kontraktor, walau keluarnya detil pelaksanaan dapat bertahap setelah tanggal ini.

c) Pekerjaan pengembalian kondisi perkerasan dan bahu jalan selesai.

: 60 hari setelah pengambilalihan lapangan oleh Kontraktor.

d) Pekerjaan minor pada selokan, saluran air, galian dan timbunan, pemasangan perlengkapan jalan dan pekerjaan pengembalian kondisi jembatan.

: 90 hari setelah pengambilalihan lapangan oleh Kontraktor.

e) Pekerjaan drainase selesai. : Sebelum dimulainya setiap overlay.

3.1.2 PENETAPAN TITIK PENGUKURAN

Pada umumnya, alinyemen jalan lama, permukaan jalur lalu lintas (carriageway surface), dan patok kilometer lama harus menjadi patokan untuk memulai pekerjaan, kecuali bila diperlukan perubahan kecil pada alinemen jalan, maka dalam hal ini diperlukan titik kontrol sementara yang akan diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan dan data-data detilnya akan diserahkan kepada Kontraktor bersama dengan semua data yang bersangkutan untuk menentukan titik pengukuran pada alinyemen yang akan diubah.

Jika dipandang perlu menurut pendapat Direksi Pekerjaan maka Kontraktor harus melakukan survei dengan akurat dan memasang “Bench Mark” (BM) pada lokasi tertentu di sepanjang proyek untuk memungkinkan revisi minor terhadap Gambar, pengukuran

(28)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) III-2 ketinggian permukaan perkerasan atau penetapan titik pengukuran (setting out) yang akan dilakukan. Bench Mark permanen harus dibuat di atas tanah yang tidak akan mudah bergeser.

Kontraktor harus memasang titik patok pelaksanaan yang menunjukkan garis dan ketinggian untuk pekerjaan jembatan yang diberikan dalam Gambar dan harus mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan. Jika menurut pendapat Direksi Pekerjaan, setiap perubahan dari garis dan ketinggian diperlukan, baik sebelum maupun sesudah penempatan patok, maka Direksi Pekerjaan akan mengeluarkan perintah yang terinci kepada Kontraktor untuk melaksanakan perubahan tersebut dan Kontraktor harus mengubah penempatan patok sambil menunggu persetujuan lebih lanjut. Profil yang diterbitkan harus digambar di atas kertas kalkir dengan skala, ukuran dan tata letak (layout) sebagaimana yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Gambar penampang melintang harus menunjuk-kan elevasi permukaan akhir yang diusulkan, yang diperoleh dari gambar detil rancangan.

Gambar profil asli bersama dengan tiga salinannya harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan. Direksi Pekerjaan akan menandatangani satu salinan untuk disetujui atau untuk direvisi, dan selanjutnya dikembalikan kepada Kontraktor.

Bilamana Direksi Pekerjaan memandang perlu, maka Kontraktor harus menyediakan semua instrumen, personil, pekerja dan bahan yang mungkin diperlukan untuk meme-riksa penetapan titik pengukuran (setting out) atau untuk setiap pekerjaan relevan lainnya yang harus dilakukan.

3.1.3 PENGUKURAN JEMBATAN

Pengukuran jembatan dilakukan untuk mengetahui posisi rencana jembatan, kedalaman serta lebar sungainya.

Tahapan kegiatan pengukuran jembatan pada dasarnya sama seperti dengan tahapan pengukuran jalan, yaitu terdiri dari kegiatan persiapan, survei pendahuluan, pemasangan patok BM dan CP dan patok kayu, pengukuran kerangka kontrol vertikal, pengukuran kerangka kontrol horizontal, pengukuran situasi, pengukuran penampang memanjang jalan, pengukuran melintang jalan, pengukuran penampang melintang sungai dan pengukuran detail situasi (lihat Gambar 3.1)

Pekerjaan persiapan dan survei pendahuluan pengukuran perencanaan jembatan sama dengan pekerjaan pengukuran perencanaan jalan.

(29)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) III-3

Gambar 3.1: Gambar pengukuran jembatan

Pemasangan monumen

Monumen yang dipasang pada pengukuran jembatan terdiri dari patok BM (Bench Mark) / CP (Concrete Point) dan patok kayu. BM / CP dipasang disekitar rencana jembatan, pada masing-masing tepi sungai yang berseberangan. Spesifikasi BM maupun CP dapat dilihat pada Gambar 3.2

(30)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) III-4

 Patok kayu dipasang dengan interval jarak 25 meter sepanjang 100 meter dari masing-masing tepi sungai ke arah as rencana jalan. Patok kayu juga dipasang di tepi sungai dengan interval jarak setiap 25 meter sepanjang 125 meter ke arah hulu dan ke arah hilir sungai (lihat Gambar 3.1).

 Patok kayu dibuat sepanjang 40 cm dari kayu ukuran 3 cm x 4 cm, pada bagian atasnya dipasang paku, diberi nomor sesuai urutannya dan dicat warna kuning.

Setiap pemasangan patok CP dan patok kayu dicatat dalam formulir dan dibuatkan sketsanya dan perkiraan pola konturnya.

Pengukuran kerangka kontrol vertikal

 Pengukuran kerangka kontrol vertikal jembatan dilakukan dengan metode sipat datar terhadap semua patok CP dan patok kayu

 Pengukuran sipat datar dilakukan pergi-pulang pada setiap seksi dan dilakukan pengukuran kring tertutup, dengan ketelitian 10 mm D. Dimana D = jumlah jarak dalam Km.

 Pengukuran sipat datar harus menggunakan alat sipat datar otomatis atau yang sederajat, pembacaan rambu harus dilakukan pada 3 benang silang yaitu benang atas (ba), nenang tengah (bt) dan benang bawah (bb).

 Rambu ukur harus dilengkapi nivo kotak untuk pengecekan vertikalnya rambu.

 Syarat dan cara pengukuran kerangka kontrol vertikal jembatan sama dengan pengukuran kerangka kontrol vertikal pekerjaan jalan.

Pengukuran kerangka kontrol horizontal

 Pengukuran kerangka kontrol horizontal dilakukan dengan metode poligon tertutup (kring), yaitu dimulai dan diakhiri dari BM/CP yang sama.

 Azimut awal / akhir poligon didapatkan dari pengamatan matahari. Pengamatan matahari dilakukan dengan sisitem tinggi matahari, dilakukan pengamatan pagi dan sore.

 Peralatan, dan tatacara pengukuran kerangka kontrol horizontal jembatan sama dengan pengukuran kerangka kontrol horizontal pekerjaan jalan, yaitu pengukuran kerangka kontrol horizontal melewati semua BM / CP dan patok kayu, sehingga BM, CP dan patok kayu terletak dalam satu rangkaian titik-titik poligon. Pengukuran sudut tiap titik poligon dilakukan dengan teodolit dengan ketelitian 1 “ dilakukan pengukuran dengan sistem satu seri rangkap (4 kali sudut).

(31)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) III-5

Pengukuran penampang memanjang jalan

 Pengukuran penampang memanjang jalan dilakukan dengan alat ukur sipat datar atau dengan menggunakan teodolit dengan ketelitian bacaan 20 “.

 Pengambilan data dilakukan pada setiap perubahan permukaan tanah pada as jalan exsiting /rencana sepanjang 100 m.

 Setiap pembacaan rambu harus dilakukan pada ketiga benang silang horizontalnya yaitu benang atas (ba), benang tengah (bt) dan benang bawah (bb) untuk kontrol bacaan.

 Pengambilan data dilakukan sepanjang ruas jalan pada setiap perubahan muka tanah. Setiap pembacaan rambu harus dilakukan pada ketiga benang silang horizontalnya yaitu benang atas (ba), benang tengah (bt) dan benang bawah (bb).

 Tatacara pengukurannya sama dengan cara pengukuran penampang memanjang jalan

Pengukuran penampang melintang jalan

 Pengukuran penampang melintang jalan dilakukan dengan menggunakan alat ukur sipat datar atau dengan menggunakan teodolit dengan ketelitian bacaan 20“ (detik). Pengambilan data dilakukan setiap interval jarak 25 m sepanjang 100 m dari tepi masing-masing sungai ke arah rencana jalan/jalan eksisting, dengan koridor 50 m as rencana jalan/exsisting. Lihat Gambar 3.3

Gambar 3.3: Gambar penampang melintang jalan

 Tatacara pengukurannya sama dengan cara pengukuran perencanaan jalan, yaitu pengambilan data penampang melintang jalan harus tegak lurus dengan as jalan. Sketsa penampang melintang tidak boleh terbalik antara sisi kiri dengan sisi kanan.

(32)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) III-6

 Pembacaan rambu harus dilakukan pada ketiga benang silang mendatar yaitu benang atas (ba), benang tengah (bt) dan benang bawah (bb) sebagai kontrol bacaan.

 Setiap rinci data yang diambil harus dibuat sketsanya.

 Tatacara pengukurannya sama dengan cara pengukuran penampang melintang jalan

Pengukuran penampang melintang sungai

 Koridor pengukuran kearah hulu dan hilir masing-masing 125 meter dari as rencana jembatan, dengan interval pengukuran tiap 25 meter.

 Pengukuran penampang melintang sungai untuk mengetahui topografi dasar sungai dilakukan dengan menggunakan rambu ukur atau bandul zonding jika kedalaman air kurang dari 5 m dan arus tidak deras, jika arus deras dan kedalaman air lebih dari 5 m pengukuran dilakukan dengan alat echo sounding. Pengukuran penampang melintang sungai dimulai dari tepi atas, tepi bawah, alur sungai, dan setiap interval 5m untuk sungai dengan lebar antara 5 – 20 m. Bila lebar sungai lebih dari 20m, maka kerapatan pengambilan data dasar sungai dilakukan setiap interval 10 m.

Bila pengukuran melintang sungai dilakukan dengan pengukuran dengan echo-sounding, maka tahapan yang dilakukan (lihat Gambar 3.4) adalah :

1. siapkan echo-sounder dengan perahu di sungai.

2. bentangkan tali dari patok tepi sungai, atau arahkan dengan menggunakan alat ukur teodolit sejajar kedua patok yang terdapat pada dua tepi sungai (misal patok B dan patok C)

3. siapkan perahu pada jalur BC, dan alat echo-sounder siap digunakan untuk pengukuran.

4. pasang teodolit pada pada titik A yang terletak tegak lurus dari garis BC, dan terletak pada tepi sungai yang sama, kemudian arahkan teropong pada titik B, baca piringan horizontal serta ukur jarak AB, catat jarak ukur dan hasil bacaan.

5. lakukan pengukuran sounding mulai bagian tepi sungai, misal dari titik 1. 6. arahkan teropong ke titik 1 (echo-sounder), baca dan catat bacaan sudut

horizontal. Sudut 1AB adalah ø, maka jarak dari B ke perahu adalah AB tan ø. 7. pindahkan kapal 10 meter ke arah 2 (posisi 2), lakukan sounding, arahkan

(33)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) III-7 8. ulangi pekerjaan sounding untuk titik yang lain sepanjang garis BC sampai

ketepi bagian C.

9. kemudian pasang rambu ukur secara vertikal pada permukaan air sungai untuk mengukur beda tinggi antara muka air terhadap tinggi patok tepi sungai (B), baca dan catat benang atas (ba), benang tengah (bt),benang bawah (bb) dan sudut vertikal, pindahkan rambu ke titik B, baca dan catat bacaan benang atas (ba), benang tengah (bt), benang bawah (bb) dan sudut vertikal.

10. Ulangi lagi pekerjaan sounding untuk jalur yang lain dengan interval antar jalur sebesar 25 m

Gambar 3.4: Pengukuran kedalaman sungai dengan sounding

Pengukuran situasi

 Pengukuran situasi sisi darat dilakukan dengan menggunakan teodolit dengan metode tachimetri, mencakup semua obyek bentukan alam dan buatan manusia yang ada disekitar jembatan seperti posisi pier dan abutmen exsisting bila ada, tambatan perahu/dermaga, bentuk tepi sungai, posisi talud, rumah atau bangunan lain yang ada di sekitar sungai. Dalam pengambilan data harus diperhatikan kerapatan detail yang diambil sehingga cukup mewakili kondisi sebenarnya (lihat Gambar 3.5). A B C θ ► Jalur pengukuran 1 2 3 4

(34)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) III-8

Gambar 3.5: Pengukuran detail situasi

 Pembacaan rambu harus dilakukan pada ketiga benang silang mendatar yaitu benang atas (ba), benang tengah (bt) dan benang bawah (bb).

 Semua pengukuran titik detail harus dibuat sketsa (arah utara dan sketsa situasi).

 Tahapan pengukuran situasi sekitar sungai adalah sebagai berikut:

1. pasang alat ukur teodolit tepat diatas patok (yang diketahui koordinatnya) pengukuran jalan.

2. atur sumbu satu vertikal. 3. ukur tinggi alat.

4. arahkan teropong ke titik pengukuran lain yang diketahui koordinatnya (patok nomor sebelumnya atau nomor sesudahnya), tepatkan pada target, baca dan catat bacaan sudut horizontalnya.

5. tempatkan rambu ukur secara vertikal pada titik detai yang akan diukur.

6. arahkan teropong pada rambu tersebut kuatkan klem vertikal dan horizontal, tepatkan dengan penggerak halus verikal dan horizontal. Baca dan catat bacaan rambu meliputi benang atas benang tengah dan benang bawah. Baca dan catat juga bacaan sudut vertikal dan horizontalnya.

7. pindahkan rambu ke titik detail lain yang akan diukur.

8. lepas klem vertikal dan horizontal, arahkan teodolit ke rambu.

9. arahkan teropong pada rambu tersebut kuatkan klem vertikal dan horizontal, tepatkan dengan penggerak halus verikal dan horizontal. Baca dan catat bacaan rambu meliputi benang atas benang tengah dan benang bawah. Baca dan catat juga bacaan sudut vertikal dan horizontalnya.

10. ulangi untuk titik detail yang lain, setiap mengukur titik detail harus dibuat sketsanya.

(35)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) III-9

3.1.4 PEMETAAN KONDISI EKSISTING

Penggambaran

 Penggambaran dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penggambaran secara manual dan penggambaran secara digital. Penggambaran secara manual dilakukan berdasarkan hasil pengukuran lapangan yang dilakukan dengan cara manual diatas kertas milimeter dengan masukan data dari hitungan manual. Penggambaran secara digital dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer dan plotter dengan data masukan dari hasil hitungan menggunakan spreadsheet ataupun download data dari pengukuran digital yang kemudian diproses dengan perangkat lunak topografi.

 Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses penggambaran antara lain : a. pemilihan skala peta yaitu 1 : 1000 untuk peta situasi dan 1 : 500 untuk situasi

khusus

b. grid koordinat pada umumnya dilakukan setiap 10 cm

c. garis kontur normal yaitu 1/2000 X skala peta dan kontur indeks setiap kelipatan 5 dari kontur normal,

d. gambar dan cara penulisan kontur index, penggambaran legenda, penulisan huruf tegak dan huruf miring dan ukuran huruf.

Penggambaran secara manual

 Penggambaran secara manual dilakukan dengan tangan menggunakan alat bantu penggaris/mistar, busur derajat, pensil, rapido dan scriber dengan cara plotting hasil pengukuran berupa koordinat, sudut dan jarak, serta data tinggi masing-masing obeyek/detail di atas kertas milimeter.

Hasil akhir dari proses penggambaran hanya sampai draft milimeter (obrah). Editing data situasi dan garis kontur dapat dilakukan secara langsung di atas kertas, dengan demikian proses penggambaran secara manual cukup sederhana dan cepat. Ketelitian hasil penggambaran sangat tergantung pada ketelitian interpolasi busur derajat, penggaris/mistar, besar kecilnya mata pensil yang digunakan. Hasil gambar secara manual tidak dapat diperbanyak dan disimpan dalam bentuk file.

(36)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) III-10

Pemilihan skala peta

 Pemilihan skala peta erat kaitannya dengan kebutuhan dari pengukuran. Skala peta adalah perbandingan antara jarak sesungguhnya dengan jarak di peta.

 Skala peta pada pengukuran jalan dan jembatan yang ditujukan untuk perencanaan biasanya menggunakan skala besar seperti 1 : 1000 sampai skala 1 : 500. Gambar penampang memanjang, skala horizontal 1: 1.000 dan skala vertikal 1: 100. Gambar penampang melintang skala horizontal 1: 200 skala vertikal 1 : 100

Ploting grid dan koordinat poligon

 Untuk peta situasi skala 1 : 1000, grid pada peta dibuat pada setiap interval 10 cm pada arah absis (X) maupun ordinat (Y) dengan nilai 100 m untuk masing-masing absis dan ordinat. Angka grid koordinat dituliskan pada tepi peta bagian bawah untuk absis dan tepi kiri peta untuk angka ordinat.

 Kemudian ploting koordinat dan elevasi titik-titik BM, patok CP, titik poligon dari hasil hitungan koordinat kerangka kontrol horizontal dan hitungan kerangka kontrol vertikal.

Ploting data situasi

 Ploting data situasi didasarkan pada jarak dan sudut dari titik-titik kontrol horizontal dan vertikal ke titik detail.

 Data jarak, sudut horizontal yang diperoleh dari pengukuran situasi, kemudian di ploting dengan bantuan mistar/penggaris dan busur derajat.

 Data ketinggian untuk semua detail hasil pengukuran detail situasi dan tinggi titik kontrol, angka ketinggiannya diplotkan di peta manuskrip.

 Ketelitian gambar situasi sangat tergantung saat melakukan interpolasi sudut horizontal dengan busur derajat dan interpolasi jarak dengan menggunakan mistar/penggaris.

 Data-data situasi yang telah dilengkapi dengan elevasi dan atribut/diskripsinya diplotkan ke peta manuskrip (obrah). Semua detail situasi seperti sungai, bangunan existing, jalan existing yang terukur harus di gambarkan di atas peta.

Penggambaran garis kontur

 Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama.

(37)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) III-11

 Penggambaran garis kontur dilakukan berdasarkan ploting tinggi titik detail. Dari nilai tinggi titik-titik tersebut dilakukan penarikan garis kontur dengan cara interpolasi.

 Interval kontur normal adalah 1 / 2.000 kali skala peta, sedangkan kontur indeks adalah setiap kelipatan 5 dari kontur normal.

 Penarikan/penggambaran garis kontur sebaiknya dilakukan terhadap kontur indeks terlebih dahulu. Hal ini untuk mengetahui secara umum pola kontur yang terdapat dalam peta situasi.

 Kontur indeks digambarkan dengan garis yang lebih tebal dari garis kontur biasa, dan diberi warna yang berbeda dengan kontur normal.

Penggambaran arah utara peta dan legenda

Penggambaran arah utara dibuat searah dengan sumbu Y, dan sebaiknya di gambar pada setiap lembar peta untuk memudahkan orientasi pada saat membaca peta. Legenda dibuat berdasarkan aturan dan standar yang berlaku (lihat Gambar 3.6).

Gambar 3.6: Contoh-contoh legenda

Penggambaran secara digital

 Penggambaran secara digital adalah proses suatu rangkaian proses penggambaran yang dimulai dari proses inputing data, penggambaran situasi dari

(38)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) III-12 titik-titik koordinat yang ada, pembentukan digital terrain model, pembuatan garis kontur, pembuatan grid dan legenda serta pencetakan.

 Secara garis besar proses penggambaran secara digital dapat dilihat pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7: Diagram alir proses penggambaran secara digital

Data inputing

 Penggambaran secara digital dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu data hitungan dengan menggunakan spreadsheet yang kemudian disimpan dalam bentuk file ASCII (american standard code for information interchange), dan data dari hasil rekaman file elektronik dan kemudian diproses dengan software topografi (Format batch file) .

Tipe pertama, data atau file hasil hitungan dengan spreadsheet selanjutnya dibuat dalam format ASCII sehingga dapat dibaca oleh semua perangkat lunak yang digunakan pada komputer. Urutan format koordinat tersebut di atas adalah X (Easting), Y (Northing), Z (elevasi) dan deskripsi.

(39)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) III-13 Contoh data dalam format ASCII adalah sebagai berikut :

EAST NORTH ELEVASI DISKRIPSI 527.997.667 9.503.848.635 16.130 A0-25 527.997.934 9.503.848.099 16.330 A0-25-a-aspal 527.999.542 9.503.844.877 16.540 A0-25-b-as 528.000.959 9.503.842.035 16.730 A0-25-c-aspal 528.001.763 9.503.840.422 16.760 A0-25-d-bh.jalan 528.004.094 9.503.835.749 16.030 A0-25-e-kebun 528.008.379 9.503.827.159 16.220 A0-25-f-kebun 528.015.521 9.503.812.841 16.140 A0-25-g-kebun 527.997.132 9.503.849.707 16.260 A0-25-1'-bh.jalan 527.990.170 9.503.863.666 15.890 A0-25-1-kebun 527.982.404 9.503.879.235 15.900 A0-25-2-kebun 527.976.065 9.503.891.944 15.970 A0-25-3-kebun 527.964.549 9.503.915.032 16.600 A0-25-4-kebun 527.954.639 9.503.934.900 16.210 A0-25-5-kebun 527.941.874 9.503.960.493 16.420 A0-25-6-kebun 527.959.508 9.503.824.785 15.800 A0-25-7-TL 528.011.294 9.503.837.816 16.050 A0-25-8-TL 528.024.620 9.503.794.598 15.610 g-h-kebun

Tipe kedua, data hasil pengukuran di lapangan yang tersimpan di dalam memory data recorder atau data collector bisa langsung di downloaded ke komputer dengan bantuan interface. Format data ini dikonversi ke format raw data dan selanjutnya dilakukan proses konversi ke data field book (data field book ini mempunyai format yang sama dengan batch file). Data field book kemudian dihutung dengan perangkat lunak khusus topografi untuk memperoleh harga koordinatnya. Untuk format batch file tersebut sebelumnya harus diketahui Survei Command Language dari perangkat lunak yang digunakan, sebagai misal AZ adalah kepanjangan dari azimuth, BS adalah back sight (titik bidik acuan), AD VA adalah angle distance (sudut horizontal, jarak) vertical angle (sudut vertikal) dan seterusnya.

Berikut contoh formatnya : ANGLE RIGHT ZENITH UNIT METRIC DMS TEMP 32 C

SF 1

NEZ 2 5000 5000 500 STA2-PKS STN 2 5.1

(40)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) III-14 AZ 2 1 91.2305 BS 1 PRISM 5.04 AD VA 3 67.1514 310.425 93.3843 STA3-PKS PRISM 4.67 AP ON 201 AD VA 299.2456 16.71 92.5512 UP 89.1147 24.85 90.3920 CL 244.3732 115.56 86.2002 CL BEGIN WALL AD VA 231.3911 108.26 85.4036 EOW END AD VA 240.5415 44.46 86.4932 CL 76.4607 79.10 95.2119 CL 71.1702 174.74 95.1117 CL CONTINUE WALL AD VA 81.0244 171.18 94.2528 EOW END

Parameter-parameter data lapangan tersebut (jarak datar atau jarak miring, sudut vertikal atau beda tinggi, sudut horizontal atau azimuth dan deskripsi), selanjutnya dihitung dengan menggunakan bantuan perangkat lunak yang berkaitan dengan penghitungan dan penggambaran data survei. Hasil hitungan koordinat tersebut sekaligus bisa digambarkan posisinya.

Contoh format Raw data yang diperoleh dari Data Collector adalah seperti tersebut di bawah :

!DCA COLLECTOR NUMBER 4 RAW DATA HEADER

 00NMSDR24 V03-01.7000013-Sep-93 19:21 121111 10NM302-1 13NMSVTUTOR 06NM1.00000000 13CPSea level crn:N 13CPC and R crn : N 13CPAtmos crn : N 01NME 000000 00000031 0.000 02TV00025000.000 5000.000 500.000 5.100 PKS 05NM101.60 20.0 09MC00020001 80.00000 GBF 03NM4.620 09F100020001323.165 97.37806 0.00000 GBF 03NM5.040 09F100020003310.425 93.64528 67.25389 PKS 12TV0002002 09MC00020001323.104 97.29364 80.00000 GBF 09MC00020003310.421 93.63423 147.25389 PKS 08TV00034739.437 5167.575 480.323 PKS 07TV00020003147.25389 67.25389 03NM4.670 09F10002010116.715 92.92000 299.41583 UP

(41)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) III-15 Dari data ukur tersebut selanjutnya dilakukan proses konversi ke data field book (data field book ini mempunyai format yang sama dengan batch file), untuk

Titik-titik koordinat yang telah selesai dihitung kemudian digambarkan posisinya secara digital. Semua setup parameter-parameter pengukuran yang digunakan di lapangan pada saat pengukuran haruslah sesuai dengan setup yang ada pada perangkat lunaknya, sebagai contoh adalah ukuran dalam meter, skala penggambaran, satuan sudut yang digunakan.

Gambar 3.8 di bawah menunjukkan hasil hitungan sekaligus penggambaran dari data survei yang diperoleh setelah melalui proses perhitungan dengan menggunakan perangkat lunak yang berkaitan dengan survei topografi.

Gambar 3.8: Titik-titik koordinat hasil perhitungan dan pengeplotan secara digital

Titik-titik koordinat yang telah selesai dihitung dan digambarkan posisinya secara digital seperti yang termuat dalam gambar di atas, semua setup parameter-parameter pengukuran yang digunakan di lapangan pada saat pengukuran haruslah sesuai dengan setup yang ada pada perangkat lunaknya, sebagai contoh adalah ukuran dalam meter, skala penggambaran, satuan sudut yang digunakan.

(42)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) III-16

Penggambaran situasi

 Ploting/penggambaran situasi berdasarkan data-data koordinat yang telah dihitung dan di input ke dalam program penggambaran. Data-data situasi telah dilengkapi dengan elevasi dan atribut/diskripsinya.

 Proses selanjutnya adalah penarikan garis-garis antara 2 titik yang menggambarkan dari kondisi yang ada di lapangan, seperti yang terlihat pada Gambar 3.9 di bawah ini.

 Seperti garis-garis tepi jalan, rumah-rumah, jembatan, sungai dan sebagainya dengan menggunakan fasilitas penggambaran yang terdapat pada menu.

Gambar 3.9: Penarikan garis-garis dari titik koordinat untuk menggambarkan kondisi situasi di lapangan.

Digital terrain model

 Apabila perhitungan dan penggambaran kondisi detail situasi yang diukur di lapangan sudah selesai dikerjakan semua, proses selanjutnya adalah pembuatan ground model dari kondisi permukaan tanah asli hasil dari pengukuran (lihat Gambar 3.10).

(43)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) III-17 ba bt bb B α A ∆H AB ti bt

Gambar 3.10: Pengukuran beda tinggi tachimetri

Pembuatan ground model ini lebih sering dikenal dengan nama surface. Bentukan surface ini adalah pembuatan interpolasi data di antara 3 titik koordinat yang terdekat. Proses ini lebih dikenal dengan nama pembentukan TIN (triangulated irregular network), pembuatan jaring-jaring segitiga yang tidak beraturan.

Gambar 3.11: Pembentukan jaring-jaring segitiga yang tidak beraturan

 Garis-garis jaring segitiga ini selanjutnya diedit, proses interpolasi data ini disesuaikan dengan kondisi yang ada dilapangan, sebagai misal garis surface yang berada di tepi jalan sebelah kiri harus dihubungan dengan dengan titik yang berada disebelah kiri jalan juga, begitu juga dengan surface yang mengkondisikan

(44)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) III-18 sungai, titik koordinat yang berada di tepi bawah sungai sebelah kanan juga harus dihubungkan dengan titik koordinat tepi bawah sungai sebelah kanan juga dan tidak biperbolehkan garis tersebut dihubungan dengan garis tepi atas sungai sebelah kiri. Sehingga kondisi sungai dapat tervisualisasikan.

 Setelah pembentukan surface selesai dikerjakan, proses selanjutnya adalah penarikan garis kontour, garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai elevasi yang sama (lihat Gambar 3.12).

 Garis kontour ini dibuat berdasarkan surface yang diperoleh dari interpolasi-interpolasi TIN. Kontour yang telah selesai dikerjakan selanjutnya diberikan label elevasinya.

 Interval garis kontour dan kontour index disesuaikan dengan skala peta yang akan dibuat.

Gambar 3.12: Pembuatan garis kontour dan pelabelannya

Penggambaran garis grid, arah utara peta dan legenda

 Peta situasi yang telah selesai di gambar garis kontournya selanjutnya dilengkapi dengan garis-garis grid dan legendanya (lihat Gambar 3.13 dan Gambar 3.14).

 Garis-garis grid yang digambar pada peta situasi tergantung dari skala gambar yang akan dihasilkan.

(45)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) III-19

Gambar 3.13: Pemberian garis-garis grid pada basemap

Gambar 3.14 Simbol-simbol atau legenda yang biasa digunakan pada pembuatan peta dasar

(46)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) III-20

3.1.5 PEKERJAAN SURVEI LAPANGAN UNTUK PENINJAUAN KEMBALI RANCANGAN

Survei Lapangan oleh Kontraktor

 Selama 30 hari pertama sejak periode mobilisasi kontraktor harus mengerahkan personil tekniknya untuk melakukan survei lapangan dan membuat laporan tentang kondisi fisik dan struktur dari jembatan dan struktur lainnya, serta perlengkapan lainnya seperti Rambu-rambu dan tanda-tanda, marka jalan, papan nama, lampu penerangan, tiang lampu, kabel listrik, utilitas, pagar pengaman. Pekerjaan survei lapangan ini harus dilaksanakan pada seluruh panjang jembatan (rencana jembatan) dan oprit jembatan (rencana jembatan) di kedua belah sisi abutment jembatan.

 Setelah pekerjaan survei lapangan ini selesai, Kontraktor harus menyiapkan dan menyerahkan laporan lengkap dan detil dari hasil survei ini kepada Direksi Pekerjaan, tidak lebih dari tanggal yang ditentukan dalam Spesifikasi. Tanggal penyerahan ini akan merupakan tonggak yang sangat penting bagi dimulainya pekerjaan dalam Kontrak dengan lebih dini dan berhasil.

Pekerjaan Persiapan dan Gambar

 Kontraktor harus mempelajari Gambar asli yang terdapat dalam Dokumen Kontrak dan berkonsultasi dengan Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan survei dimulai. Gambar ini harus diantisipasi terhadap perubahan kecil pada aspek perencanaan yang mungkin terjadi selama pelaksanaan.

 Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud dari Gambar dan Spesifikasi, dan tidak boleh mengambil keuntungan atas setiap kesalahan atau kekurangan dalam Gambar atau perbedaan antara Gambar dan Spesifikasi dan Kontraktor harus menandai dan memperbaiki setiap kesalahan atau kekurangan, terutama yang berhubungan dengan pekerjaan struktur.

 Direksi Pekerjaan akan melakukan perbaikan dan interpretasi untuk melengkapi Spesifikasi dan Gambar ini. Bilamana dimensi yang diberikan dalam Gambar atau dapat dihitung, pengukuran berdasarkan skala tidak boleh digunakan kecuali bila disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

 Setiap penyimpangan dari Gambar sehubungan dengan kondisi lapangan yang tidak terantisipasi akan ditentukan dan diperintahkan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan. Kontraktor dan Direksi Pekerjaan harus mencapai kesepakatan terhadap ketepatan atas setiap perubahan yang diambil terhadap Gambar Rencana.

(47)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) III-21

Survei Struktur Jembatan Lama dan Pekerjaan Lainnya

 Pekerjaan jembatan kadangkala mencakup bukan hanya jembatan baru akan tetapi juga perbaikan jembatan lama; jadi kegiatan survei juga harus dilakukan untuk jembatan lama jika perbaikan jembatan lama tersebut memang dicakup di dalam pekerjaan di maksud.

 Survei Kontraktor pada pekerjaan perlindungan talud, struktur jembatan lama, marka dan perlengkapan jalan lama harus dilaksanakan di bawah pengawasan Direksi Pekerjaan, yang harus menjamin bahwa semua kondisi yang ada telah dicatat dengan baik dan teliti. Formulir pelaporan kondisi tersebut harus dalam formulir yang dapat diterima Direksi Pekerjaan.

Kegagalan Dalam Melaksanakan Pekerjaan Survei Lapangan

 Penyelesaian pekerjaan survei lapangan yang tepat waktu, akan sangat menentukan bagi kewajiban Direksi Pekerjaan dalam melaksanakan revisi minor dan menyediakan gambar pelaksanaan bagi Kontraktor sebelum dimulainya kegiatan pelaksanaan yang ditentukan. Oleh karena itu Direksi Pekerjaan akan memantau kemajuan kegiatan survei lapangan oleh Kontraktor untuk menjamin bahwa pekerjaan ini akan selesai dalam batas waktu yang ditentukan.

 Jika menurut pendapat Direksi Pekerjaan, kemajuan kegiatan survei lapangan oleh Kontraktor tidak dapat memenuhi waktu yang telah dijadwalkan atau bilamana Kontraktor tidak memulai pekerjaan tersebut, atau tidak melaksanakan pekerjaan tersebut menurut standar yang diminta Direksi Pekerjaan, maka Direksi Pekerjaan dapat memilih untuk menyelesaikan survei lapangan itu dengan sumber dayanya sendiri atau sumber daya lainnya sebagaimana dipandang perlu.

 Dalam hal ini, Direksi Pekerjaan akan mengenakan sanksi yang dirinci sebagaimana diatur di dalam Spesifikasi Teknis bilamana menentukan tingkat pembayaran untuk atau dari Kontraktor untuk pekerjaan survei lapangan yang dilaksanakan dengan prosedur sepertri di maksud.

3.1.6 PENINJAUAN KEMBALI RANCANGAN

Berdasarkan hasil survei lapangan Direksi Pekerjaan akan melakukan suatu peninjauan kembali seluruh rancangan (full design review) atau revisi desain dari cakupan pekerjaan yang dilelang. Peninjauan kembali seluruh rancangan atau revisi desain ini, yang telah menyertakan data terbaru tentang kondisi fisik dan struktur pekerjaan lama saat sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan, dapat dilaksanakan langsung oleh Direski Pekerjaan

(48)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) III-22 dengan bantuan komputer yang menggunakan rumus atau metode yang disetujui oleh Pemilik.

Peninjauan kembali rancangan atau revisi desain akan mengakibatkan diterbitkannya Variasi (Pekerjaan Tambah/Kurang) kepada Kontraktor, meliputi revisi perkiraan kuantitas untuk setiap mata pembayaran bersama dengan jadwal yang mendetil dari semua pekerjaan yang termasuk dalam cakupan Kontrak. Revisi perkiraan kuantitas ini harus diantisipasi agar tidak mengubah Jumlah Harga Kontrak yang ada.

Detil pelaksanaan yang lengkap pada setiap mata pekerjaan dalam cakupan Kontrak ini akan diterbitkan secara bertahap untuk Kontraktor dan bilamana detil pelaksanaan ini telah disiapkan, dapat mencakup, tetapi tidak boleh terbatas pada, sebagian atau seluruh hal-hal berikut :

 Revisi terhadap rancangan jembatan yang terdapat dalam dokumen lelang untuk pekerjaan penggantian jembatan.

 Detil struktur drainase

 Detil pekerjaan pengendalian lereng, pasangan batu kososng, pekerjaan stabilisasi timbunan atau galian.

 Detil marka jalan.

 Detil rambu jalan, patok pengaman dan rel pengaman dan lain sebagainya, baik pemasangan baru maupun penggantian.

 Detil pekerjaan pengembalian kondisi jembatan.

3.2 PERENCANAAN PEKERJAAN PENUNJANG

Yang dimaksud dengan pekerjaan penunjang di sini antara lain adalah jalan akses, detour, rambu penghalang, perkuatan jembatan, kantor lapangan dan fasilitasnya, dan fasilitas laboratorium dan pengujian. Seluruh pekerjaan penunjang ini harus diselesaikan dalam periode mobilisasi.

3.2.1 JALAN AKSES

 Kontraktor harus menyediakan memelihara, dan membongkar semua jalan, jembatan, jalan masuk dan sejenisnya yang diperlukan oleh Kontraktor untuk menghubungkan Kontraktor dengan jalan umum pada saat Penyelesaian Pekerjaan.

(49)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) III-23

 Jalan sementara ini harus dibangun sampai diterima Direksi Pekerjaan, meskipun demikian Kontraktor tetap harus bertanggungjawab terhadap setiap kerusakan yang terjadi atau disebabkan oleh jalan sementara ini.

 Sebelum membuat jalan atau jembatan sementara, Kontraktor harus melakukan semua pengaturan yang diperlukan, bila diperlukan termasuk pembayaran kepada pemilik tanah yang bersangkutan atas pemakaian tanah tersebut dan harus memperoleh persetujuan dari pejabat yang berwenang dan Direksi Pekerjaan. Setelah pekerjaan selesai, Kontraktor harus membersihkan dan mengembalikan kondisi tanah itu ke kondisi semula sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan dan pemilik tanah yang bersangkutan.

 Kontraktor harus membangun dan memelihara jembatan dan jalan samping sementara untuk jalan masuk umum dari dan ke jalan raya pada semua tempat bilamana jalan masuk tersebut sudah ada sebelum pekerjaan dimulai dan pada tempat lainnya yang diperlukan atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

3.2.2 JALAN ALIH SEMENTARA ATAU DETOUR

 Jalan alih sementara atau detour harus dibangun sebagaimana yang diperlukan untuk kondisi lalu lintas yang ada, dengan memperhatikan ketentuan keselamatan dan kekuatan struktur. Semua jalan alih yang demikian tidak boleh dibuka untuk lalu lintas umum sampai alinyemen, pelaksanaan, drainase dan pemasangan rambu lalu lintas sementara telah disetujui Direksi Pekerjaan. Selama digunakan untuk lalu lintas umum Kontraktor harus memelihara pekerjaan yang telah dilaksanakan, drainase dan rambu lalu lintas sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan.

 Semua jalan alih sementara dan pemasangan pengendali lalu lintas yang disiapkan oleh Kontraktor selama pelaksanaan Pekerjaan harus dipelihara agar tetap aman dan dalam kondisi pelayanan yang memenuhi ketentuan dan dapat diterima Direksi Pekerjaaan sehingga menjamin keselamatan lalu lintas dan bagi pemakai jalan umum.

3.2.3 RAMBU DAN PENGHALANG (BARRIER)

 Agar dapat melindungi Pekerjaan, dan menjaga keselamatan umum dan kelancaran arus lalu lintas yang melalui atau di sekitar pekerjaan, Kontraktor harus memasang dan memelihara rambu lalu lintas, penghalang dan fasilitas lainnya yang sejenis pada setiap tempat dimana kegiatan pelaksanaan akan mengganggu lalu lintas umum. Semua

Gambar

GAMBAR RENCANA
Gambar 3.2 :Patok BM (Bench Mark) / CP (Concrete Point) dan Patok Kayu
Gambar 3.3: Gambar penampang melintang jalan
Gambar 3.4: Pengukuran kedalaman sungai dengan sounding
+7

Referensi

Dokumen terkait