• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KOSAKATA SISWA KELAS V DI SALAH SATU SD SWASTA YOGYAKARTA (KAJIAN JENIS KATA DAN KESALAHAN EJAAN) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KOSAKATA SISWA KELAS V DI SALAH SATU SD SWASTA YOGYAKARTA (KAJIAN JENIS KATA DAN KESALAHAN EJAAN) SKRIPSI"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS KOSAKATA SISWA KELAS V DI SALAH SATU SD SWASTA YOGYAKARTA (KAJIAN JENIS KATA DAN KESALAHAN EJAAN)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Stephanus Rizal Prabowo NIM: 161134072

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(2)

iv MOTTO

Setiap orang bisa memberikan solusi & cara untuk menyelesaikan suatu persoalan, tetapi solusi & cara yang paling tepat adalah solusi & cara yang muncul dari diri

kita sendiri, karena kita mengetahui porsi potensi yang kita miliki.

Berusaha atas kegagalan, berbuat atas kejujuran, berdoa atas usaha, dan semua yang baik atas kehendakNYA.

Kita boleh belajar hingga memperoleh gelar tertinggi dalam bidang pendidikan tetapi kita tetap tidak bisa mengalahkan pengalaman hidup orangtua kita.

Berusaha, Jujur, Bertanggung Jawab, dan Andhap Asor.

(3)

vii ABSTRAK

ANALISIS KOSAKATA SISWA KELAS V DI SALAH SATU SD SWASTA YOGYAKARTA (KAJIAN JENIS KATA DAN KESALAHAN EJAAN)

Stephanus Rizal Prabowo Universitas Sanata Dharma

2020

Kemampuan kosakata siswa dapat mempengaruhi proses belajar, oleh sebab itu orang tua, guru maupun orang yang berada di lingkungannya harus mampu memberikan kontribusinya terhadap seseorang yang sedang berproses mempelajari bahasa. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui kesalahan jenis kata dan ejaan siswa kelas V atau siswa berumur 10-12 tahun. Pada penelitian ini kemampuan jenis kata dan kesalahan ejaan siswa diuraikan secara terperinci berdasarkan PEUBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia).

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Instrumen yang digunakan adalah (human instrument) atau instrumen dari peneliti sendiri. Penelitian ini menggunakan prosedur penelitian menurut Patton yaitu dengan langkah penelitian yang sudah disesuaikan (1) observasi (2) tahap perencanaan (3) mempertajam fokus dan perumusan masalah penelitian (4) pengambilan data berupa observasi, wawancara, dan tes (5) pengecekan keabsahan data (6) temuan.

Hasil dari penelitian ini pada siswa kelas V menunjukkan bahwa penguasaan kosakata tidak dipengaruhi oleh umur. Kosakata yang dikuasai dengan baik oleh siswa yaitu jenis kata benda, berjumlah 1162 kata (38%) dan jenis kata kerja 1014 kata (33%). Sedangkan jenis kata yang paling rendah yaitu jenis kata sifat yaitu 112 kata (3,8%) apabila dilihat melalui pola penguasaan kosakata secara umum kelas V yaitu Kata Benda - Kata Kerja - Kata Depan – Kata Hubung -Kata Sifat. Sehingga dapat dikatakan siswa kelas V rendah dalam penguasaan kata sifat. Sedangkan kesalahan ejaan yang memiliki persentase terbanyak pada karangan yaitu penggunaan kata tidak baku yaitu 563 kata (46%). Dengan demikian disimpulkan kosakata siswa kelas V atau siswa berumur 10-12 tahun rendah dalam penguasaan jenis kata sifat dan rendah dalam penguasaan kata baku.

Kata Kunci: penelitian kualitatif, kosakata siswa, kesalahan jenis kata, kesalahan ejaan siswa, bahasa indonesia

(4)

viii ABSTRACT

VOCABULARY ANALYSIS OF FIFTH GRADE STUDENT IN ONE PRIVATE ELEMENTARY SCHOOL IN YOGYAKARTA (STUDY OF WORD

TYPE AND SPELLING ERRORS)

Stephanus Rizal Prabowo

Sanata Dharma University 2020

The ability of students' vocabulary can affect their learning process. Therefore, parents, teachers and people in their environment must be able to contribute to their learning in the process of learning a language. This study aims to determine the errors in words and spelling of the fifth grade students or students aged between 10 anda 12 years. In this study, the students' ability to type words and spelling errors are described in detail based on the PEUBI (General Guidelines for Indonesian Spelling).

This type of study is a qualitative descriptive study. The instruments used are (human instruments) or instruments from the researchers themselves. This study applies a research method according to Patton, namely, adjusted research steps (1) observation (2) planning stage (3) sharpening the focus and formulation of research problems (4) data collection in the form of observations, interviews, and tests (5) checking the validity data (6) findings.

The results of this study in the fifth grade students indicate that vocabulary mastering cannot be found by age. The vocabulary that is mastered well by the students are the types of nouns, 1162 words (38%) and 1014 types of verbs (33%). While the lowest type of words is the adjective type that are 112 words (3.8%). This ia seen through the general vocabulary mastery pattern of the fifth grade students, namely nouns - verbs - prepositions - conjunctions - adjectives. So it can be said that the fifth grade students are low in adjective mastery. While spelling errors that have the most proportion in essays are the use of non-standard words, namely 563 words (46%). Therefore, the fifth grade students or students who are 10-12 years old are low in mastery of word types and low in mastery of standard words.

Keywords: qualitative research, student vocabulary, typographical errors, student spelling errors, Indonesian

(5)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

1. Manfaat secara Teoritis ... 4

a. Manfaat bagi Guru ... 4

b. Manfaat bagi Siswa ... 5

c. Manfaat bagi Peneliti ... 5

2. Manfaat secara Praktis ... 5

E. Asumsi Penelitian ... 5

F. Definisi Operasional... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Kajian Pustaka ... 8 1. Pengertian Analisis ... 8 2. Pengertian Kosakata ... 8 3. Pengertian Menulis ... 9 4. Pengertian Karangan ... 9 a. Karangan Deskripsi ... 10 b. Karangan Narasi ... 11 c. Karangan Eksposisi ... 11 d. Karangan Argumentasi ... 12 e. Karangan Persuasi ... 12

(6)

xii

5. Pengertian Kata Baku dan Tidak Baku ... 13

6. Jenis Kata ... 14 a. Kata Kerja ... 14 b. Kata Benda ... 14 c. Kata Sifat ... 15 d. Kata Keterangan ... 15 e. Kata Depan ... 15 f. Kata Penghubung ... 15 7. Analisis Ejaan... 16

a. Penggunaan Huruf Kapital ... 16

b. Penggunaan Kata Depan ... 21

c. Penggunaan Tanda Baca ... 21

1. Titik (.) ... 21

2. Tanda Koma (,) ... 24

3. Tanda Titik Koma (;) ... 27

4. Tanda Titik Dua (:)... 28

5. Tanda Hubung (-) ... 29 6. Tanda Pisah (—) ... 30 7. Tanda Tanya (?) ... 30 8. Tanda Seru (!) ... 32 9. Tamda Elipsis (…) ... 32 10. Tanda Petik (“…”) ... 32

11. Tanda Petik Tunggal (‘…’) ... 33

12. Tanda Kurung ((…)) ... 34

13. Tanda Kurung siku ([…])... 35

14. Tanda Garis Miring (/) ... 35

15. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘) ... 36

8. Perkembangan Bahasa Anak ... 37

B. Penelitian yang Relevan ... 39

C. Kerangka Berpikir ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

A. Jenis Penelitian ... 44 B. Setting Penelitian ... 45 1. Tempat Penelitian ... 45 2. Subjek Penelitian ... 45 3. Objek Penelitian ... 45 4. Waktu Penelitian... 45 C. Desain Penelitian ... 45

D. Teknik Pengumpulan Data ... 49

1. Observasi ... 49 2. Wawancara ... 49 3. Tes ... 49 E. Instrumen Penelitian... 49 1. Pedoman Observasi ... 50 2. Pedoman Wawancara ... 51 3. Instrumen Tes ... 52

F. Validitas Instrumen Penelitian ... 53

(7)

xiii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Hasil Penelitian ... 55

1. Observasi ... 55

2. Wawancara ... 57

3. Hasil Analisis Kosakata Siswa ... 59

B. Pembahasan ... 65 BAB V PENUTUP ... 72 A. Kesimpulan ... 72 B. Keterbatasan Penelitian ... 72 C. Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN ... 77

(8)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi Kosakata Siswa ... 50

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara kepada Guru ... 51

Tabel 3.3 Instrumen analisis Jenis Kata ... 52

Tabel 3.4 Instrumen Analisis Kesalahan Ejaan... 52

Tabel 4.1 Hasil Observasi Siswa Kelas V ... 56

Tabel 4.2 Hasil Wawancara Guru Kelas V ... 58

Tabel 4.3 Hasil Analisis Kosakata Siswa Kelas V ... 59

Tabel 4.4 Urutan Jenis Kata yang Dikuasai Siswa ... 62

Tabel 4.5 Jumlah Kesalahan Ejaan Siswa ... 63

(9)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ... 46

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian yang Sudah Dimodifikasi ... 47

Gambar 3.3 Persentase Jenis Kata ... 67

(10)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian... 78

Lampiran 2 Instrumen Identifikasi Potensi dan Masalah ... 79

Lampiran 2.1 Hasil Observasi Siswa Kelas V ... 79

Lampiran 2.2 Observasi Karya Siswa ... 80

Lampiran 2.3 Hasil Wawancara Wali Kelas V ... 81

Lampiran 3 Hasil Karangan Siswa ... 82

Lampiran 3.1 Karangan Siswa yang Belum Dianalisis ... 82

Lampiran 3.2 Karangan Siswa yang Sudah Dianalisis ... 86

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian... 89

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penggunaan Bahasa Indonesia di lembaga pendidikan terdapat pada Peratuan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2019 tentang penggunaan bahasa Indonesia. Oleh sebab itu seseorang diharuskan menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Menurut Aslinda dan Leni Syafyahya, (2007: 117) menyatakan terdapat empat komponen yang bertanggung jawab dalam perencanaan pengembangan dan pembinaan bahasa, yakni para ahli bahasa, pemerintah, guru bahasa, dan masyarakat penutur yang bersangkutan. Keempat komponen tersebut haruslah saling berkaitan dan mendukung agar mendapatkan hasil yang optimal sehingga berdampak positif pada bidang pendidikan. Dalam hal ini seorang guru mendapatkan posisi yang paling dibutuhkan dalam proses perkembangan bahasa seseorang, karena pada masa ini merupakan masa dimana seseorang siswa berkembang, apabila masa perkembangan dalam perolehan bahasa Indonesia dapat dimanfaatkan dan dimaksimalkan oleh guru maka akan menjadikan seseorang tersebut kaya akan kosakata dalam bahasa Indonesia.

Dalam dunia pendidikan seorang siswa tidak hanya berpatokan kepada penyelesaian suatu persoalan, melainkan seorang siswa harus mampu berkomunikasi secara baik dan benar dengan teman maupun gurunya. Pentingnya komunikasi di sekolah dapat menunjang bagaimana siswa berkembang dan berelasi dengan banyak orang pada lingkungan sekolahnya. Pemahaman siswa dalam menguasai kosakata dapat dilihat melalui bagaimana cara berbicara. Dalam memahami kosakata seseorang tidak dapat menganggapnya sebagai hal yang mudah, dari anak-anak hingga dewasa pemahaman dan penguasaan kosakata seseorang selalu berkembang dan memiliki peningkatan dalam perkembangannya.

Kasno, (2004: 1) menyatakan bahwa kosakata sebagai salah satu materi pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah menempati peran yang sangat penting sebagai dasar siswa untuk menguasai materi mata pelajaran bahasa

(12)

2

Indonesia dan penguasaan mata pelajaran lainnya. Penguasaan kosakata memengaruhi cara berpikir dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran bahasa sehingga penguasaan kosakata dapat menentukan kualitas seorang siswa dalam berbahasa. Seseorang siswa dapat menguasai pembelajaran dengan baik juga karena didukung bagaimana seorang anak tersebut menguasai kosakata, banyaknya kosakata yang dimiliki seseorang maka akan lebih memudahkan seseorang tersebut menerima dan memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

Kemampuan kosakata seseorang atau siswa juga dapat dilihat dari bagaimana cara menulis pada buku ketika diminta untuk mencatat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Tarigan (2008: 3) menyatakan bahwa menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan oranglain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam hal ini seorang siswa akan menulis berdasarkan pemahaman atau pengetahuannya yang diterima atau informasi yang didapatkan dari membaca. Semakin banyak siswa menyimak atau membaca maka akan semakin banyak informasi yang diterimanya, sehingga siswa memiliki pemahaman kosakata yang beragam. Kemampuan siswa dalam mengungkapkan kosakata yang dimilikinya dapat melalui karya tulis berupa karangan cerita..

Hal tersebut didukung oleh pendapat Santrock, (1996: 333) membaca berarti memahami bahasa tertulis. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit dan melibatkan kemampuan yang kompleks. Membaca dikatakan rumit dan melibatkan kemampuan yang kompleks karena dalam proses membaca tidak hanya melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Setelah memahami tulisan secara visual, siswa kemudian berpikir tentang apa yang dibacanya. Selanjutnya, siswa mengolah informasi yang diperolehnya untuk disintesiskan dengan pengalaman dan apa yang dirasakan. Hasil kesimpulan tersebut membentuk suatu informasi atau pengetahuan baru. Berdasarkan definisi tersebut, keterampilan membaca berarti kemampuan untuk melakukan, menangkap, dan memahami suatu teks,

(13)

3

tidak hanya melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan wali kelas V di salah satu SD swasta Yogyakarta pada hari Senin, 19 Agustus 2019, bahwa wali kelas belum mempunyai dasar ataupun jenis mengenai kosakata yang dapat disesuaikan dengan umur siswa dan yang perlu diingat adalah siswa memerlukan wawasan yang luas agar dapat mengkategorikan kata-kata berdasarkan jenis-jenisnya. Berdasarkan wawancara, dengan guru, dalam menjelaskan materi pembelajaran pun tetap menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa penunjang , oleh sebab itu hal tersebut perlu diperhatikan karena dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia yang telah dijelaskan bahwa lembaga pendidikan atau pariwisata harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berkomunikasi maupun pemberian nama tempat. Guru yang menggunakan bahasa campuran antara bahasa Jawa dan bahasa Indonesia, sehingga menimbulkan berbagai pertanyaan atau rancu karena adanya dua bahasa yang dikombinasikan, berdasarkan pendapat sementara oleh peneliti hal tersebut dilakukan untuk mempermudah pemahaman siswa dalam menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Pendapat yang disampaikan oleh peneliti juga dibuktikan dengan adanya siswa yang belum dapat menguasai bagaimana cara menulis yang baik dan benar, terdapat beberapa siswa yang belum menulis dengan lancar ketika didikte oleh guru kelas serta kesalahan dalam menulis kata, huruf dan tanda baca kaitannya dengan ejaan.

Analisis kesalahan kosakata ini telah diteliti oleh Ayudia, Edi Suryanto, dan Budhi Waluyo (2016) yang berjudul “Analisis Kesalahan Penggunaan bahasa Indonesia Dalam Laporan Hasil Observasi Pada Siswa SMP” penelitian dilakukan di SMP Negeri 8 Surakarta, penelitian tersebut merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Berdasarkan analisis dari sampel laporan yang diambil, terdapat kesalahan berbahasa yang meliputi ejaan, diksi, penyusunan kalimat dan kesalahan paragraf. Secara umum kesalahan tersebut terjadi karena kurangnya penguasaan kaidah kebahasaan siswa.

(14)

4

Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Ayudia, Edi Suryanto, dan Budhi Waluyo di atas berkaitan dengan penelitian ini, yaitu mencakup topik mengenai analisis kesalahan penulisan bahasa Indonesia yang dilakukan oleh siswa, namun perbedaan pada penelitian yang akan dilakukan ini yaitu mengarah kepada bagaimana siswa SD kelas V dapat menguasai kosakata berdasarkan jenis kata dan ejaan kata yang kemudian akan dianalisis secara terperinci berdasarkan karangan yang dibuat oleh siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penguasaan jenis kata siswa kelas V di salah satu SD swasta Yogyakarta berdasarkan PEUBI melalui menulis karangan?

2. Bagaimana kesalahan ejaan siswa kelas V di salah satu SD swasta Yogyakarta berdasarkan PEUBI melalui menulis karangan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan penguasaan jenis kata siswa kelas V di salah satu SD swasta Yogyakarta berdasarkan PEUBI melalui menulis karangan.

2. Mendeskripsikan kesalahan ejaan siswa kelas V di salah satu SD swasta Yogyakarta berdasarkan PEUBI melalui menulis karangan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Manfaat secara teoritis

a. Manfaat bagi guru

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi landasan oleh guru dalam mengembangkan media pembelajaran atau sebagai acuan dalam membuat media pembelajaran. selain itu melalui penelitian ini guru dapat mengetahui berbagai macam kesalahan serta perkembangan kosakata siswa.

(15)

5 b. Manfaat bagi siswa

Siswa dapat memahami dan mengetahui kesalahan serta perkembangan kosakatanya dalam menuliskan karangan.

c. Manfaat bagi peneliti

Peneliti akan mengetahui kesalahan yang dilakukan siswa sehingga peneliti dapat mempersiapkan strategi pembelajaran ataupun mengusulkan media pembelajaran kepada guru sesuai dengan kelemahan siswa, selain itu peneliti mendapatkan wawasan dan pemahaman baru mengenai karya menulis karangan dari siswa serta kosakata siswa.

2. Manfaat secara praktis

Sementara manfaat praktis dari penelitian ini berguna untuk memudahkan guru dalam mengetahui permasalahan kosakata yang dihadapi siswa, dengan mengetahui berbagai permasalahan maka guru dapat mengetahui strategi pembelajaran yang harus dilakukan dalam upaya peningkatan pengetahuan mengenai kosakata anak serta guru dapat membuat suatu media pembelajaran untuk memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.

E. Asumsi Penelitian

1. Peneliti memiliki pendapat bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menguasai dalam cakupan kajian jenis kata dan kesalahan ejaan.

2. Minat baca siswa yang rendah sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menulis karangan.

3. Siswa tidak mendapat pendampingan yang baik dari guru dan orangtua sehingga dalam menulis karangan atau menggunakan kosakata mengalami kesalahan.

4. Siswa tidak memiliki dasar pemahaman mengenai menulis karangan dan tidak mengetahui jenis-jenis karangan.

5. Tidak adanya ketertarikan siswa terhadap kosakata baru yang diterimanya, sehingga siswa beranggapan tidak pentingnya mempelajari kosakata baru.

(16)

6 F. Definisi Operasional

1. Analisis

analisis adalah menguraikan atau penyelidikan terhadap suatu perstiwa melalui beberapa langkah atau tahapan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.

2. Kosakata

Kosakata adalah merupakan kata-kata yang tidak mudah berubah dan kosakata dapat mempengaruhi cara berpikir serta kreativitas seseorang. 3. Menulis

Menulis merupakan keterampilan dari serangkaian kegiatan kreatif seseorang dalam mengungkapkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis. 4. Karangan

a. Karangan deskripsi

Karangan deskripsi adalah karangan yang dapat melukiskan benda, keadaan, dan perasaan melalui wujud kalimat.

b. Karangan narasi

Karangan narasi merupakan sebuah karangan yang menggambarkan suatu peristiwa pada waktu tertentu yang dapat membuat pembaca seolah-olah mengalami peristiwa tersebut.

c. Karangan eksposisi

Karangan eksposisi merupakan karangan yang menjelaskan atau menguraikan suatu objek dengan maksud dan tujuan memperluas pengetahuan seseorang tanpa adanya pemaksaan.

d. Karangan argumentasi

Karangan argumentasi merupakan karangan yang dibuat untuk memperkuat alasan sehingga dapat meyakinkan pembaca.

e. Karangan persuasi

Karangan persuasi merupakan karangan yang bertujuan untuk mempengaruhi dan meyakinkan pembaca supaya dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak penulis karangan persuasi baik diwaktu sekarang atau mendatang.

(17)

7 5. Bahasa Baku dan Tidak Baku

Bahasa baku dan merupakan ragam bahasa yang cara pengucapan dan penulisan sesuai dengan kaidah-kaidah standar sedangkan bahasa tidak baku adalah bahasa yang cara pengucapannya dan penulisannya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah standar.

6. Jenis Kata

Kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dan membentuk suatu makna bebas, berdasarkan ciri dan karakteristiknya, kata dikelompokkan menjadi kata kerja, kata benda, kata sifat, kata bilangan, kata keterangan, kata depan, kata ganti, kata sandang, kata ulang, kata depan, kata sambung, dan kata seru.

7. Ejaan

Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.

8. Perkembangan Bahasa Anak

Perkembangan bahasa anak adalah proses pemerolehan bahasa melalui cara-cara yang sistematis dan berkembang meskipun dengan waktu yang berbeda dan bergantung kepada latarbelakang kehidupan anak.

(18)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Analisis

Analisis atau analisa berasal dari kata Yunani kuno “analusis” yang berarti melepaskan. Analusis terbentuk dari dua suku kata, yaitu ana yang berarti kembali, dan luein yang berarti melepas, jika di gabungkan maka artinya adalah melepas kembali atau menguraikan. Kata anlusis ini di serap kedalam bahasa Inggris menjadi analysis, yang kemudian juga di serap juga ke dalam bahasa Indonesia menjadi “analisis”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Luar Jaringan (Luring) analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Ellis (dalam Setyawati 2013: 15) menyatakan bahwa dalam analisis terdapat lima langkah kerja, yaitu:

a. Mengumpulkan sampel kesalahan. b. Mengidentifikasi kesalahan. c. Menjelaskan kesalahan. d. Mengklasifikasikan kesalahan. e. Mengevaluasi kesalahan.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas menurut peneliti, analisis adalah menguraikan atau penyelidikan terhadap suatu perstiwa melalui beberapa langkah atau tahapan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.

2. Pengertian Kosakata

Menurut Kasno, (2004: 1) kosakata sebagai salah satu materi pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah menempati peran yang sangat penting sebagai dasar siswa untuk menguasai materi mata pelajaran bahasa Indonesia dan penguasaan mata pelajaran lainnya. Penguasaan kosakata memengaruhi cara berpikir dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran bahasa sehingga penguasaan kosakata dapat menentukan kualitas seorang

(19)

9

siswa dalam berbahasa. Menurut Kasno menguasai kosakata dengan baik tentunya akan memudahkan siswa pula dalam menguasai mata pelajaran lain. Karena fungsi dalam bahasa tentunya akan mengubah cara berpikir dan kreativitas siswa. Sedangkan Tarigan, (1986: 175) menyatakan bahwa kosakata dasar atau basic vocabulary merupakan kata-kata yang tidak mudah berubah atau sedikit kemungkinannya untuk dipungut dari bahasa lain.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas menurut peneliti, kosakata adalah merupakan kata-kata yang tidak mudah berubah dan kosakata dapat mempengaruhi cara berpikir serta kreativitas seseorang. 3. Pengertian Menulis

Tarigan, (2008: 3) menyatakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, atau tidak secara tatap muka. Menulis merupakan suatu kegiatan yang bersifat ekspresif dan produktif. Sedangkan pendapat dari Nurudin, (2010: 4) menyatakan bahwa menulis adalah segenap rangkaian dari kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui Bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami. Dengan demikian pendapat dua tokoh ahli di atas didukung dengan pendapat dari Nurjamal dalam Sumirat, Darwis, (2011: 69) bahwa menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis dan bertujuan untuk memberitahu, meyakinkan, serta menghibur.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, menurut peneliti menulis merupakan keterampilan dari serangkaian kegiatan kreatif seseorang dalam mengungkapkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis.

4. Pengertian Karangan

Karangan dapat dijadikan awalan dalam mengembangkan diri seseorang, dengan mengarang maka seseorang akan berpikir penggunaan kosakata yang sistematis dan berhubungan. Sebelum merumuskan karangan, perlu adanya pengertiannya sendiri, bahwa mengarang adalah mengarah ke

(20)

10

dalam hal “menyusun” atau “merangkai”. Dalam mengarang, seseorang perlu memperhatikan susunan kalimat yang baik dan benar, mengarang perlu merangkai, menyusun kata, frasa, dan dapat memadukan alinea dari topik pertama ke alinea selanjutnya harus berkaitan sehingga suatu karangan apabila dibaca oleh oranglain akan mendapatkan wawasan yang sistematis atau teratur.

Karangan merupakan hasil dari mengarang, baik dalam menyusun atau merangkai. Wibowo, (2003: 56) menyatakan bahwa karangan merupakan penyampaian pikiran secara resmi atau teratur dalam tulisan, karena disampaikan secara resmi atau teratur, berarti karang-mengarang memiliki mekanisme, yang mau tidak mau harus dipahami secara sungguh-sungguh. Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa karangan merupakan proses penyampaian ide yang dilakukan dalam bentuk tulisan secara teratur dan memiliki mekanisme dan dapat mewakili ide dari seorang pengarang.

a. Karangan Deskripsi (lukisan)

Finoza (2010: 244) menyatakan bahwa karangan deskripsi adalah karangan yang menonjolkan pelukisan atau gambaran sebuah benda. Hal tersebut sesuai dengan asal katanya, yaitu describere (Bahasa Latin) yang berarti menuliskan tentang, membeberkan sesuatu, melukiskan sesuatu. Suparno dan Yunus (2006: 46) menyatakan bahwa karangan deskripsi merupakan suatu bentuk tulisan yang melukiskan sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang dilukis sesuai dengan penulisnya tersebut. Sedangkan menurut Nurudin (2010: 60) menyatakan bahwa menulis deskripsi juga dapat dilakukan dengan menuliskan perasaan, seperti bahagia, takut, sepi, sedih, dan sebagainya. Pengga,baran itu mengandalkan pancaindra dalam proses penguraiannya. Deskripsi yang baik harus didasarkan pada pengamatan yang cermat dan penyusunannya tepat.

(21)

11

Dari pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa karangan deskripsi adalah karangan yang dapat melukiskan benda, keadaan, dan perasaan melalui wujud kalimat.

b. Karangan Narasi (kisahan)

Nurudin (2010: 95) menyatakan narasi berasal dari narration yang memiliki arti bercerita. Karangan narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, menggisahkan, mengrangkaikan tindakan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis dan dalam kesatuan waktu. Sedangkan Akhadiah (2007: 73) menyatakan bahwa narasi adalah bentuk karangan atau wacana yang mengisahkan peristiwa atau kejadian disuatu rangkaian waktu. Dengan pengisahan peristiwa ini penulis berharap dapat membawa pembaca kepada suasana yang memungkinkannya seperti menyaksikan atau mengalami peristiwa itu sendiri. Pendapat kedua tokoh tersebut di dukung oleh Kuntarto (2007: 222-223) menyatakan bahwa karangan narasi adalah satu bentuk karangan yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca, sehingga pembaca seolah-olah mengalami sendiri peristiwa tersebut.

Dari pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa karangan narasi merupakan sebuah karangan yang menggambarkan suatu peristiwa pada waktu tertentu yang dapat membuat pembaca seolah-olah mengalami peristiwa tersebut.

c. Karangan Eksposisi (paparan)

Finoza (2008: 246) menyatakan ekposisi berasal dari kata bahasa Inggris yaitu exposition yang memiliki tujuan dan arti untuk memberi tahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. Sedangkan menurut Sudarno dan Rahman (1986: 174) karangan eksposisi merupakan karangan yang memberikan informasi, penjelasan, atau laporan kepada pembaca. Pada dasarnya eksposisi merupakan karangan yang menjelaskan suatu prosedur, definisi, menerangkan, menjelaskan gagasan, menerangkan bagan atau tabel, atau mengulas sesuatu. Pendapat dari kedua ahli di atas didukung oleh Kuntarto, (2007: 233) menyatakan bahwa karangan eksposisi atau paparan adalah bentuk karangan yang

(22)

12

memaparkan suatu informasi kepada pembaca dengan tujuan memperluas wawasan pembaca tanpa adanya pemaksaan.

Dari pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa karangan eksposisi merupakan karangan yang menjelaskan atau menguraikan suatu objek dengan maksud dan tujuan memperluas pengetahuan seseorang tanpa adanya pemaksaan.

d. Karangan Argumentasi (alasan)

Depdiknas (2008) menyatakan bahwa argumentasi merupakan alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Sedangkan menurut Nurudin (2010: 250) menyatakan bahwa karangan argumentasi bertujuan untuk meyakinkan pembaca, termasuk membuktikan pendapat atau pendiriannya sendiri.

Berdasarkan kesimpulan dari para ahli di atas, bahwa karangan argumentasi merupakan karangan yang dibuat untuk memperkuat alasan sehingga dapat meyakinkan pembaca.

e. Karangan Persuasi

Suparno dan Yunus (2006: 5) menyatakan bahwa karangan persuasi adalah karangan yang berisi paparan berdaya –bujuk, berdaya – ajuk, ataupun berdaya himbau yang membangkitkan ketegiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti himbauan implisit maupun eksplisit yang disampaikan oleh penulis. Pendapat di atas didukung oleh pendapat Finoza (2008: 2530) bahwa karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan yang berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat/gagasan ataupun perasaan seseorang. Dari kedua pendapat para ahli di atas didukung oleh pendapat Kuntarto, (2007: 239-240) menyatakan bahwa karangan persuasi adalah bentuk karangan yang berusaha untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh penulis pada waktu sekarang atau pada waktu yang akan datang.

Berdasarkan dari para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa karangan persuasi merupakan karangan yang bertujuan untuk

(23)

13

mempengaruhi dan meyakinkan pembaca supaya dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak penulis karangan persuasi baik diwaktu sekarang atau mendatang.

5. Pengertian Kata Baku dan Tidak Baku

Waridah, (2008: 186) menyatakan bahwa berbahasa terdapat 2 kata yaitu kata baku dan kata tidak baku, bahasa baku merupakan ragam bahasa yang cara pengucapan dan penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah standar. Kaidah standar sendiri terdapat pada pedoman ejaan (EYD), tata bahasa baku, dan kamus umum.

a. Bahasa tidak baku merupakan ragam bahasa yang cara pengucapan dan penulisannya tidak memenuhi kaidah-kaidah standar tersebut. Misalnya:

b. Tidak dipengaruhi bahasa asing atau daerah

c. Bukan merupakan ragam bahasa percakapan

d. Pemakaian imbuhan secara eksplisit

Baku Tidak Baku

Saya Gue

Merasa Ngerasa

Ayah Bokap

Baku Tidak Baku

banyak guru Banyak guru-guru

Itu benar Itu adalah benar

Kesempatan lain Lain kesempatan

Baku Tidak Baku

Bagaimana Gimana

begitu Gitu

tidak nggak

Baku Tidak Baku

Ia mendengarkan radio Ia dengarkan radio

(24)

14

e. Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat

f. Tidak mengandung hiperkorek

6. Jenis Kata

Ernawati (2009: 264) menyatakan bahwa kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dan membentuk suatu makna bebas, berdasarkan ciri dan karakteristiknya, kata dikelompokkan menjadi kata kerja, kata benda, kata sifat, kata bilangan, kata keterangan, kata depan, kata ganti, kata sandang, kata ulang, kata depan, kata sambung, dan kata seru.

a. Kata Kerja (Verba)

Menurut Ernawati (2009: 264) kata kerja adalah kata yang menyatakan makna perbuatan, pekerjaan, tindakan, proses, atau keadaan. Ciri-ciri kata kerja dapat didahului kata keterangan akan, sedang,dan sudah. b. Kata Benda (Nomina)

Menurut Ernawati (2009: 271) kata benda atau nomina adalah kata yang mengacu kepada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Contoh : burung, kursi, murid, dan kemiskinan adalah nomina. Pada kata benda tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak. Kata benda dasar terdapat satu morfem dengan contoh : daun, jika kata benda dasar terdapat dua morfem dapat dicontohkan dengan dedaunan.

Kami bermain bola di lapangan

Kami main bola di lapangan

Baku Tidak Baku

terdiri atas terdiri

dan lain sebagainya dan sebagainya

siapa namamu? Siapa namanya?

Baku Tidak Baku

khusus husus

sabtu saptu

(25)

15 c. Kata Sifat (Adjektiva)

Menurut Ernawati (2009: 269) kata sifat adalah kata yang menerangkan kata benda. Ciri-ciri kata sifat dapat bergabung dengan partikel tidak, lebih, sangat, agak. Contoh : tidak sakit, lebih sabar, sangat bagus, agak panas. Kata sifat dapat mendampingi kata benda, contoh : sepatu baru, mobil kuno, lukisan indah. Pada kata sifat dapat diulang dengan imbuhan se-nya dan dapat diawali imbuhan ter- yang bermakna paling. Contoh : setinggi-tingginya dan tertinggi.

d. Kata Keterangan (Adverbia)

Menurut Ernawati (2009: 277) kata keterangan adalah kata yang memberikan keterangan pada kata lainnya, pada kata keterangan bentuk dasar dapat berupa contoh: alangkah, amat, barangkali, hamper, hanya, kerap, masih, memang, mungkin, nian, niscaya, sangat, saling, selalu, senantiasa, sudah, telah, tidak.

e. Kata Depan (Preposisi)

Menurut Ernawati (2009: 283) kata depan adalah kata tugas yang berfungsi sebagai unsur pembentuk frasa preposional. Kata depan berdasarkan bentuknya dapat dicontohkan: di, ke, dari, bagi, untuk, dalam, guna, pada, oleh, dengan, tentang, karena.

f. Kata Penghubung (Konjungsi)

Menurut Ernawati (2009: 285-288) kata penghubung atau kata sambung adalah kata tugas yang menghubungkan dua klausa, kalimat, atau paragrap. Kata penghubung dibagi ke dalam lima kelompok yaitu penghubung koordinatif (memiliki kedudukan setara) dengan contoh: dan, atau, tetapi. Penghubung subordinatif (menggabungkan dua klausa atau lebih namun bertingkat) dengan contoh: sesudah, jika, agar, biarpun, seakan-akan, sebab, bahwa, dengan. Kata penghubung korelatif (menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa memiliki unsur yang sama) dengan contoh : tidak hanya, tetapi juga, bahkan, bukannya, makin, melainkan, jangankan, pun, baik, maupun, demikian, sehingga, atau, entah. Kata penghubung antar kalimat dengan contoh : biarpun demikian/begitu, sekalipun demikian/begitu, walaupun itu, sesudah itu, selanjutnya, sesungguhnya,

(26)

16

sebaliknya, namun, kecuali itu. Kata hubung antar paragraph dengan contoh: di samping itu, bagaimanapun juga, sebagaimana, oleh karena itu, untuk itulah, pada intinya, kemudian, di sinilah.

7. Analisis Ejaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ejaan merupakan kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi seperti kata, kalimat serta bentuk tulisan huruf-huruf serta penggunaan tanda baca. Pada penelitian ini, peneliti akan menganalisis karangan yang dibuat oleh subjek penelitian, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan yaitu menggunakan PEUBI atau Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Sehingga acuan untuk menganalisis karangan sebagai berikut:

a. Penggunaan Huruf Kapital

Huruf kapital dipakai sebagai huruf awal kalimat. Misalnya: Apa maksudnya?

Dia membaca buku. Kita harus bekerja keras.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan. Misalnya:

Amir Hmzah Dewa Pedang

Halim Perdanakusumah Catatan:

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang merupakan jenis atau satuan ukuran. Misalnya:

ikan mujair mesin diesel 10 volt

(27)

17

Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang bermakna ‘anak dari’, seperti bin, binti, boru, dan van,atau huruf pertama kata tugas. Misalnya:

Abdul Rahman bin Zaini Indani boru Sitanggang Mutiara dari Selatan

Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung. Misalnya: Adik bertanya, “kapan kita pulang?”

“Besok pagi,” katanya, “mereka akan berangkat.” Orang itu menasihati anaknya, “Berhati-hatilah, Nak!”

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan kata ganti untuk Tuhan. Misalnya:

Islam Alkitab

Ya, Tuhan, bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang Engkau beri rahmat.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang. Misalnya:

Nabi Ibrahim

Doktor Mohammad Hatta

Agung Permana, Sarjana Hukum

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan. Misalnya:

Selamat datang, Yang Mulia. Semoga berbahagia, Sultan. Terima kasih, Kiai.

(28)

18

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya:

Wakil Presiden Adam Malik Perdana Menteri Nehru Profesor Supomo

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya:

bangsa Indonesia suku Dani

bahasa Bali

Catatan: Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:

pengindonesiaan kata asing keinggris-inggrisan

kejawa-jawaan

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari raya. Misalnya:

tarikh Masehi bulan Agustus bulan Maulid

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah. Misalnya:

Konferensi Asia Afrika Perang Dunia II

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Catatan: Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama tidak ditulis dengan huruf kapital. Misalnya:

(29)

19

Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya: Jakarta

Asia Tenggara Pulau Miangas

Catatan: Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis dengan huruf kapital. Misalnya:

berlayar ke teluk mandi di sungai menyeberangi selat berenang di danau

Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak ditulis dengan huruf kapital. Misalnya:

jeruk bali (Citrus maxima)

kacang bogor (Voandzeia subterranea) nangka belanda (Anona muricata)

Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya. Misalnya:

Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula pasir, gula tebu, gula aren, dan gula anggur.

Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai fungsi yang berbeda. Contoh berikut bukan nama jenis:

Dia mengoleksi batik Cirebon, batik Pekalongan, batik Solo, batik Yogyakarta, dan batik Madura.

Selain film Hongkong, juga akan diputar film India, film Korea, dan film Jepang.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk. Misalnya:

(30)

20 Republik Indonesia

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya:

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.

Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan. Misalnya:

S.H. = sarjana hukum

S.K.M. = sarjana kesehatan masyarakat S.S. = sarjana sastra

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan. Misalnya: “Kapan Bapak berangkat?” tanya Hasan. Dendi bertanya, “Itu apa, Bu?” “Silakan duduk, Dik!” kata orang itu.

Surat Saudara telah kami terima dengan baik.

Catatan: Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan penyapaan atau pengacuan. Misalnya:

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

Sedangkan kata ganti Anda ditulis dengan huruf kapital. Misalnya: Sudahkah Anda tahu?

(31)

21 b. Penggunaan Kata Depan

Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:

Di mana dia sekarang?

Kain itu disimpan di dalam lemari.

Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan. Mari kita berangkat ke kantor.

Saya pergi ke sana mencarinya. Ia berasal dari Pulau Penyengat. Cincin itu terbuat dari emas.

c. Penggunaan Tanda Baca 1. Titik: .

Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan. Misalnya: Mereka duduk di sana.

Dia akan datang pada pertemuan itu.

Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya:

I. Kondisi Kebahasaan di Indonesia A. Bahasa Indonesia 1. Kedudukan 2. Fungsi 1. Patokan Umum 1.1 Isi Karangan 1.2 Ilustrasi 1.2.1 Gambar Tangan 1.2.2 Tabel 1.2.3 Grafik

Catatan: Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung dalam suatu perincian. Misalnya:

bahasa Indonesia berkedudukan sebagai 1) bahasa nasional yang berfungsi, antara lain,

(32)

22 a) lambang kebanggaan nasional, b) identitas nasional, dan

c) alat pemersatu bangsa;

Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital yang lebih dari satu angka (seperti pada Misalnya III.A.2.b). Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam penomoran deret digital yang lebih dari satu angka dalam judul tabel, bagan, grafik, atau gambar. Misalnya:

Tabel 1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia Tabel 1.1 Kondisi Bahasa Daerah di Indonesia Bagan 2 Struktur Organisasi

Bagan 2.1 Bagian Umum

Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu. Misalnya:

pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)

01.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik) 00.20.30 jam (20 menit, 30 detik) 00.00.30 jam (30 detik)

Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan (yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat terbit. Misalnya:

Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peta Bahasa di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta.

Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah. Misalnya:

(33)

23

Penduduk kota itu lebih dari 7.000.000 orang.

Anggaran lembaga itu mencapai Rp225.000.000.000,00.

Catatan: Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya:

Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.

Kata sila terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa halaman 1305.

Nomor rekening panitia seminar adalah 0015645678.

Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, ilustrasi, atau tabel. Misalnya:

Acara Kunjungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)

Gambar 3 Alat Ucap Manusia

Tabel 5 Sikap Bahasa Generasi Muda Berdasarkan Pendidikan

Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) alamat penerima dan pengirim surat serta (b) tanggal surat. Misalnya:

Yth. Direktur Taman Ismail Marzuki Jalan Cikini Raya No. 73

Menteng Jakarta 10330

Yth. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jalan Daksinapati Barat IV

Rawamangun Jakarta Timur Indrawati, M.Hum. Jalan Cempaka II No. 9 Jakarta Timur

21 April 2013

(34)

24 2. Tanda koma: ,

Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan. Misalnya:

Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi. Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.

Satu, dua, ... tiga!

Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara). Misalnya:

Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup. Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.

Dia membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama.

Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya. Misalnya:

Kalau diundang, saya akan datang.

Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman.

Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku. Catatan: Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat. Misalnya:

Saya akan datang kalau diundang.

Dia mempunyai banyak teman karena baik hati.

Kita harus banyak membaca buku agar memiliki wawasan yang luas.

Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian. Misalnya:

Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.

Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang pelajar

(35)

25

Orang tuanya kurang mampu. Meskipun demikian, anak-anaknya berhasil menjadi sarjana.

Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak. Misalnya:

O, begitu?

Wah, bukan main!

Hati-hati, ya, jalannya licin!

Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Misalnya:

Kata nenek saya, “Kita harus berbagi dalam hidup ini.”

“Kita harus berbagi dalam hidup ini,” kata nenek saya, “karena manusia adalah makhluk sosial.”

Catatan: Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang berupa kalimat tanya, kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya. Misalnya:

“Di mana Saudara tinggal?” tanya Pak Lurah. “Masuk ke dalam kelas sekarang!” perintahnya. “Wow, indahnya pantai ini!” seru wisatawan itu.

Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya:

Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Matraman, Jakarta 13130

Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta

Surabaya, 10 Mei 1960

Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya:

(36)

26

Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.

Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.

Tulalessy, D. dkk. 2005. Pengembangan Potensi Wisata Bahari di Wilayah Indonesia Timur. Ambon: Mutiara Beta.

Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir. Misalnya:

Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.

Hadikusuma Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.

W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.

Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya:

Ratulangi, S.E. Ny. Khadijah, M.A. Bambang Irawan, M.Hum.

Catatan: Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).

Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Misalnya:

12,5 m 27,3 kg Rp500,50

Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi. Misalnya:

(37)

27

Di daerah kami, misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum diolah.

Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan paduan suara.

Soekarno, Presiden I RI, merupakan salah seorang pendiri Gerakan Nonblok.

Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca/salah pengertian. Misalnya: Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah. Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.

3. Tanda titik koma: ;

Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam kalimat majemuk. Misalnya:

Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku.

Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu menulis makalah; Adik membaca cerita pendek.

Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa. Misalnya:

Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah (1) berkewarganegaraan Indonesia;

(2) berijazah sarjana S-1; (3) berbadan sehat; dan

(4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma. Misalnya:

(38)

28

Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; pisang, apel, dan jeruk.

Agenda rapat ini meliputi

a. pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara;

b. penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; dan

c. pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.

4. Tanda titik dua: :

Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau penjelasan. Misalnya:

Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari. Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.

Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Misalnya:

Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari. Tahap penelitian yang harus dilakukan meliputi a. persiapan,

b. pengumpulan data, c. pengolahan data, dan d. pelaporan.

Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian. Misalnya:

Ketua : Ahmad Wijaya Sekretaris : Siti Aryani Bendahara : Aulia Arimbi

Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya:

Ibu : “Bawa koper ini, Nak!” Amir : “Baik, Bu.”

(39)

29

Ibu : “Jangan lupa, letakkan baik-baik!”

Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka. Misalnya:

Horison, XLIII, No. 8/2008: 8 Surah Albaqarah: 2-5

Matius 2: 1-3

Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa.

5. Tanda hubung: -

Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris. Misalnya:

Di samping cara lama, diterapkan juga ca- ra baru ….

Nelayan pesisir itu berhasil membudidayakan rum- put laut.

Kini ada cara yang baru untuk meng- ukur panas.

Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang. Misalnya: anak-anak

berulang-ulang kemerah-merahan

Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka atau menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-satu. Misalnya:

11-11-2013 p-a-n-i-t-i-a

(40)

30

Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan. Misalnya:

ber-evolusi meng-ukur

dua-puluh-lima ribuan (25 x 1.000)

Tanda hubung dipakai untuk merangkai

a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-Indonesia, se-Jawa Barat);

b. ke- dengan angka (peringkat ke-2); c. angka dengan –an (tahun 1950-an);

d. kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital (hari-H, sinar-X, ber-KTP, di-SK-kan);

e. kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas rahmat-Mu); f. huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan

g. kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital (KTP-mu, SIM-nya, STNK-ku).

Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing. Misalnya:

di-sowan-© (bahasa Jawa, ‘didatangi’)

ber-pariban (bahasa Batak, ‘bersaudara sepupu’) di-back up

Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan. Misalnya:

Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.

Akhiran -isasi pada kata betonisasi sebaiknya diubah menjadi pembetonan.

6. Tanda pisah: —

Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat. Misalnya:

(41)

31

Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.

Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau berusaha keras.

Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain. Misalnya:

Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—diabadikan menjadi nama bandar udara internasional.

Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan pembelahan atom— telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.

Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia—amanat Sumpah Pemuda— harus terus digelorakan.

Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’. Misalnya:

Tahun 2010—2013

Tanggal 5—10 April 2013 Jakarta—Bandung

7. Tanda tanya: ?

Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Misalnya: Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati?

Siapa pencipta lagu “Indonesia Raya”?

Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya:

Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?). Di Indonesia terdapat 740 (?) bahasa daerah.

(42)

32 8. Tanda seru: !

Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat. Misalnya:

Alangkah indahnya taman laut di Bunaken!

Mari kita dukung Gerakan Cinta Bahasa Indonesia! Bayarlah pajak tepat pada waktunya!

Masa! Dia bersikap seperti itu? Merdeka!

9. Tanda elipsis: …

Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan. Misalnya:

Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bahasa negara ialah ....

..., lain lubuk lain ikannya.

Catatan: Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi. Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat buah).

Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog. Misalnya:

“Menurut saya ... seperti ... bagaimana, Bu?” “Jadi, simpulannya ... oh, sudah saatnya istirahat.”

10. Tanda petik: “…”

Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Misalnya:

“Merdeka atau mati!” seru Bung Tomo dalam pidatonya.

“Kerjakan tugas ini sekarang!” perintah atasannya. “Besok akan dibahas dalam rapat.”

(43)

33

Menurut Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, “Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan.” Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya: Sajak “Pahlawanku” terdapat pada halaman 125 buku itu.

Marilah kita menyanyikan lagu “Maju Tak Gentar”!

Film “Ainun dan Habibie” merupakan kisah nyata yang diangkat dari sebuah novel.

Saya sedang membaca “Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia” dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani.

Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya:

“Tetikus” komputer ini sudah tidak berfungsi. Dilarang memberikan “amplop” kepada petugas!

11. Tanda petik tunggal: ‘…’

Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain. Misalnya:

Tanya dia, “Kaudengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”

“Kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang!’, dan rasa letihku lenyap seketika,”ujar Pak Hamdan.

“Kita bangga karena lagu ‘Indonesia Raya’ berkumandang di arena olimpiade itu,” kata Ketua KONI.

Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan. Misalnya:

tergugat ‘yang digugat’

retina ‘dinding mata sebelah dalam’ noken ‘tas khas Papua’

(44)

34 12. Tanda kurung: (…)

Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya:

Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM).

Warga baru itu belum memiliki KTP (kartu tanda penduduk). Lokakarya (workshop) itu diadakan di Manado.

Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat. Misalnya:

Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.

Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri.

Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di dalam teks dapat dimunculkan atau dihilangkan. Misalnya:

Dia berangkat ke kantor selalu menaiki (bus) Transjakarta. Pesepak bola kenamaan itu berasal dari (Kota) Padang.

Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan sebagai penanda pemerincian. Misalnya:

Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.

Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan (1) akta kelahiran,

(2) ijazah terakhir, dan

(45)

35 13. Tanda kurung siku: […]

Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain. Misalnya:

Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

Penggunaan bahasa dalam karya ilmiah harus sesuai [dengan] kaidah bahasa Indonesia.

Ulang tahun [Proklamasi Kemerdekaan] Republik Indonesia dirayakan secara khidmat.

Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang terdapat dalam tanda kurung. Misalnya:

Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35-38]) perlu dibentangkan di sini.

14. Tanda garis miring: /

Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Misalnya:

Nomor: 7/PK/II/2013 Jalan Kramat III/10 tahun ajaran 2012/2013

Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap. Misalnya:

mahasiswa/mahasiswi = ‘mahasiswa dan mahasiswi’

dikirimkan lewat darat/laut = ‘dikirimkan lewat darat atau lewat laut’ buku dan/atau majalah = ‘buku dan majalah atau buku atau majalah’ harganya Rp1.500,00/lembar = ‘harganya Rp1.500,00 setiap lembar’

(46)

36

Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain. Misalnya:

Buku Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak beberapa kali. Asmara/n/dana merupakan salah satu tembang macapat budaya Jawa. Dia sedang menyelesaikan /h/utangnya di bank.

15. Tanda penyingkat atau apostrof: ‘

Tanda penyingkat atau apostrof dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu. Misalnya:

Dia ‘kan kusurati. (‘kan = akan)

Mereka sudah datang, ‘kan? (‘kan = bukan) Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah)

(47)

37 8. Perkembangan Bahasa Anak

Perkembangan bahasa merupakan proses penting yang harus dilalui oleh seseorang, perkembangan berawal anak-anak hingga dapat menguasai bahasa yang kompleks. Memahami perkembangan bahasa adalah aspek penting untuk memahami dasar komponen linguistik. Berbahasa bermula dengan ejaan dan kata-kata sederhana yang diucapkan bersamaan vokal khas yang dimiliki orang tersebut hal tersebut diuraikan oleh Daryanto (2010:110) menyatakan bahwa bahasa anak adalah sistem simbol lisan yang digunakan anak. Sistem tersebut digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain yang mengacu kepada bahasa tertentu, seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, Bahasa Inggris. Pendapat tokoh ahli diatas pun didukung oleh Wardani dan Asmawulan (2011: 83) menyatakan bahwa bahasa merupakan rangkaian bunyi yang melambangkan pikiran, perasaan dan sikap manusia. Dengan menggunakan bahasa maka anak akan tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang dapat bergaul di tengah-tengah masyarakat.

Perkembangan bahasa anak menurut Vygosky dalam Hurlock (1978: 11) menyatakan bahwa perkembangan bahasa anak yang menentukan tingkat perkembangan berpikir, yaitu tahap eksternal, egosentris, dan internal. Tahap pertama atau eksternal yaitu tahap berpikir dengan sumber berpikir anak berasal dari luar dirinya. Sumber eksternal tersebut terutama dari orang dewasa yang memberikan pengaruh kepada anak dengan cara tertentu. Tahap egosentris yaitu tahap ketika pembicaraan orang dewasa tidak lagi menjadi persyaratan dengan suara khas atau sumber pikiran berasal dari dirinya sendiri. Kemudian tahap internal yaitu merupakan tahap ketika anak dapat menghayati proses berpikir, misalnya seorang anak menggambar kucing.

Berdasarkan pendapat ahli di atas perkembangan bahasa anak adalah proses pemerolehan bahasa melalui cara-cara yang sistematis dan berkembang meskipun dengan waktu yang berbeda dan bergantung kepada latarbelakang kehidupan anak.

Menurut Susanto (2017: 165) Secara naluri, anak memiliki potensi untuk berkomunikasi dengan lingkungannya, namun terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi tahap perkembangan bahasa anak, yaitu:

(48)

38

a. Pengaruh biologis terhadap perkembangan bahasa anak

Chomsky menyatakan bahwa anak-anak dilahirkan ke dunia dengan alat penguasaan bahasa Languade Acquisition Device (LAD), yaitu suatu keterikatan biologis yang memudahkan anak untuk mendeteksi kategori bahasa tertentu, seperti fonologi, sintaksis, dan semantik. LAD menurut Chomsky adalah suatu kemampuan tata bahasa bawaan yang mendasari semua bahasa.

b. Pengaruh intelektual terhadap perkembangan bahasa anak

Anak memiliki intelektual atau kognisi tinggi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Misalnya bayi, tingkat intelektualnya belum berkembang, tetapi semakin bayi itu tumbuh dan berkembang serta mulai mampu memahami lingkungan maka bahasa mulai berkembang dari tingkat yang sangat sederhana menuju bahasa yang lebih kompleks.

c. Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan bahasa anak

Lingkungan yang berperan besar dalam perkembangan awal bahasa anak adalah lingkungan sosial. Lingkungan sosial pertama yaitu keluarga, lingkungan sosial yang kedua yang memberikan pengaruh perkembangan bahasa adalah sekolah. Ketika seorang anak di sekolah maka akan berinteraksi dengan teman sebayanya serta bapak/ibu guru dan orang dewasa lainnya.

Faktor perkembangan bahasa anak di atas pun didukung berdasarkan teori yang telah ada yaitu teori nativis, behavioristik, dan teori perkembangan. Oleh sebab itu peneliti menguraikan teori tersebut menurut Susanto (2017: 163-165) menyatakan bahwa teori Nativis, merupakan teori yang berpandangan bahwa ada unsur keterikatan erat antara faktor biologis dengan perkembangan bahasa. Para Ahli nativis berpendapat bahwa kemampuan berbahasa memiliki sifat yang natural (bawaan), seiring dengan pertumbuhan fisik dan mental anak maka perkembangan bahasa menjadi lebih baik dan meningkat. Para ahli nativis juga meyakini bahwa anak-anak menginternalisasi aturan tata bahasa seningga mereka dapat menyusun

(49)

39

berbagai macam kalimat tanpa latihan, penguatan, maupun meniru bahasa orang dewasa. Jadi, teori nativis ini lebih cenderung pada kemampuan internal tiap-tiap anak dan perkembangan bahasa berjalan seiring dengan kematangan otak.

Sedangkan teori behavioristik beranggapan bahwa bahasa merupakan masalah respon sebuah imitasi, yaitu bahasa dipelajari melalui pembiasaan dari lingkungan dan merupakan hasil imitasi terhadap orang dewasa. Dengan kata lain perkembangan bahasa menurut teori behavioristik berasal dari luar atau disebut dengan faktor eksternal, perkembangan bahasa pada anak usia dini diperoleh melalui pergaulan dan interaksi yang diperoleh anak dengan teman sebayanya atau orang dewasa.

Sedangkan menurut teori perkembangan kognitif beranggapan bahwa berpikir sebagai prasyarat berbahasa, bahasa terus berkembang sebagai hasil dari pengalaman dan penalaran. Teori perkembangan kognitif lebih menekankan kepada proses berpikir dan penalaran. Salah satu tokoh teori perkembangan kognitif adalah Jean Peaget, Ia mengungkapkan bahwa perkembangan bahsa bersifat progresif dan terjadi pada setiap tahap perkembangan. Artinya perkembangan bahasa anak berkaitan erat dengan berbagai kegiatan anak, objek dan kejadian yang mereka alami. Selain Peaget. Vygotsky menyatakan bahwa perkembangan kognitif dan bahsa anak berkaitan erat dengan kebudayaan dan masyarakat tempat anak dibesarkan. Jadi, para ahli perkembangan kognitif meyakini bahwa perkembangan bahasa ada kaitannya dengan hubungan antar anak, orang dewasa, dan lingkungan sosialnya. Dengan adanya interaksi yang harmonis antara anak, orang dewasa dan orang-orang yang ada di sekitar lingkungan, maka anak tersebut dapat meningkatkan kemampuannya.

B. Penelitian yang Relevan

Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti telah menelusuri beberapa hasil penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan ini. Penelitian terdahulu akan dipaparkan sebagai berikut:

Gambar

Tabel 1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia  Tabel 1.1 Kondisi Bahasa Daerah di Indonesia  Bagan 2 Struktur Organisasi
Gambar 3 Alat Ucap Manusia
Gambar 3.1 Prosedur penelitian  Studi awal  Tahap  perencanaan  Mempertajam  fokus dan  perumusan  masalah  penelitian  Pelaksanaan (observasi, interview, dokumen)  Studi awal Pengecekan  keabsahan  data  Temuan  Simpulan hasil penelitian, rekomendasi, dal
Gambar 3.2. Prosedur penelitian yang sudah dimodifikasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Faktor yang potensial menjadi penyebab komitmen kalkulatif antara lain usia, masa kerja, kepuasan karir dan niat untuk keluar (Dunham dkk., 1994). Usia dan masa kerja

Berdasarkan data yang telah terkumpul, account/credit officer bank akan melakukan analisis kredit. Pada dasarnya, ada dua golongan data yang dianalisis yaitu pertama

Mutta työlläni on myös käytännöllinen puolensa, sillä kaiken tämän teorioissa käytetyn ajan jälkeen saan uudenlaisen käsityksen siitä, mistä maineen käsite

● Dari 4601 DYS yang telah diajukan oleh PTU, sebanyak 177 DYS tidak dapat diajukan untuk penilaian oleh PTPS karena Skor TKBI atau Skor TKDA tidak lengkap, dan bermasalah

Simpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara statistik tidak terbukti ada pengaruh elektroakupuntur titik Weishu (BL 21) dan Zusanli (ST 36) terhadap

Beberapa buah hadits shahih yang dikeluarkan oleh Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Nasa‟i, dan yang selain mereka meriwayatkan sejumlah hukum, antara

melawan atau berjuang ( fight ) dilakukan, di antaranya dengan mela- wan kembali ( fight back ) kelompok yang mengancam keberadaan atau identitas yang menjadi tatanan

Diharapkan penggunaan LKS dengan model ini dapat membantu siswa dalam memahami materi, mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematika dan menumbuhkan rasa