i DAFTAR ISI
Daftar Isi i
Daftar Tabel iii
Daftar Gambar iv Daftar Singkatan v Abstract vi Abstrak vii BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rumusan Masalah 3 1.3. Tujuan Penelitian 4 1.4. Manfaat Penelitian 4 1.5. Sistematika Penulisan 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Kajian Pustaka 6
2.2 Kerangka Pemikiran 11
2.2.1 Konsep Kepentingan Nasional 12
2.2.2 Konsep Power 13
ii
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 19
3.1 Jenis Penelitian 19
3.2 Sumber Data 19
3.3 Tingkat Analisa 19
3.4 Teknik Pengumpulan & Penyajian Data 20
BAB IV. PEMBAHASAN 21
4.1. Kondisi Timor Leste Pasca Merdeka dari Indonesia 22
4.2. Kebijakan Ekonomi Timor Leste Pasca Merdeka 24
4.3. Timor Leste dan Blok Greater Sunrise 31
4.4. Perbatasan Timor Leste dengan Indonesia 43
4.5. Strategi Perundingan Timor Leste dengan Indonesia untuk Memperoleh Blok
Greater Sunrise 51
BAB V PENUTUP 59
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Human Development Index (HDI) Tahun 1999 23 Tabel 2. Persentase Keuntungan Sektor Migas dan Non-Migas pada GDP Timor
Leste Tahun 2005-2010 26
Tabel 3. Ladang Minyak dan Gas Alam di Laut Timor 30 Tabel 4. Potensi Sektor Hulu Blok Greater Sunrise 32 Tabel 5. Potensi Keuntungan Sektor Hilir Kluster Suai Supply Base 34 Tabel 6.Potensi Keuntungan Sektor Hilir Kluster Betano Refinery and
Petrochemical Industry 37
Tabel 7. Potensi Keuntungan Sektor Hilir Kluster Beaço LNG Plant 38
Tabel 8. Perbandingan Ekonomi Timor Leste-Indonesia 46
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Element of Power 14
Gambar 2. Pelaksaan Referendum oleh Penduduk Timor Timur di Tahun 1999 21 Gambar 3. Ladang Minyak dan Gas di Wilayah Laut Timor 27 Gambar 4. Wilayah Pengembangan di Pesisir Selatan 33
Gambar 5. Kluster Suai Supply Base 35
Gambar 6. Kluster Betano Refinery and Petrochemical Industry 36 Gambar 7. Jaringan Pipa Gas Bawah Laut Timor-Leste 39
Gambar 8. Wilayah Nova Beaço 41
Gambar 9. Wilayah Nova Viqueque 42
Gambar 10. Wilayah Timor Leste 50
Gambar 11. Rancangan Maritim Timor 53
Gambar 12. Pulau Batek 54
Gambar 13. Wilayah Penentuan Titik Kordinat Pulau Batek 56 Gambar 14. Peta Garis Kordinat Batas Maritim Timor Leste dengan Indonesia di
v
DAFTAR SINGKATAN
BHP : Broken Hill Proprietary
CAVR : Commission for Reception, Truth and Reconciliation Timor Leste
GDP : Gross Domestic Product
HDI : Human Development Index
JPDA : Joint Petroleum Development Area
NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia
NTT : Nusa Tenggara Timur
OLNG : Onshore Liquefied Natural Gas
TCF : Trillion Cubic Feet
UNAMET : United Nations Mission for East Timor
vi ABSTRACT
This research explained Timor Leste’s strategy on hoisting Batek Island ownership issue which is used to gain advantages in negotiation of southern sea border, which is Block Greaater Sunrsie. Qualitative method was used as a means to collect secondary data through the documentation and literature study. Aftewards, all of the secondary data was analysed by using foreign policy theory, concept of national interest and also concept of power to explain the reson behind Timor Leste’s hoisting the ownership issue of Batek Island issue based on intentions to gain one of natural source of power, which is natural resources. By getting that power sources, that’s closely related to the national interest of Timor Leste, that is to pursuit their state survival. That source of power is the means for Timor Leste to achieve of one its national interests, that is state survival. Which is closely related to the national interest of Timor Leste, is one of the main
vii ABSTRAK
Penelitian ini menjelaskan strategi Timor Leste mengangkat isu kepemilikan Pulau Batek, yang mana digunakan Timor Leste untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar dalam perundingan batas laut di perairan selatan, yakni Blok Greater Sunrise. Berkenaan dengan metodologi penelitian menggunakan metodo kualitatif dengan sumber data sekunder yang diperoleh dari teknik dokumentasi dan kajian kepustakaan. Selanjutnya, seluruh sumber data sekunder dianalisis dengan menggunakan Teori Kebijakan Luar Negeri, konsep kepentingan nasional (national interest) serta konsep power untuk menjelaskan alasan Timor Leste mengangkat isu kepemilikan Pulau Batek dalam perundingan batas maritim dengan Indonesia. Hasil penelitian ini menjelaskan isu yang diangakat Timor Leste terkait kepemilikan Pulau Batek, didasari atas kepentingan untuk mendapatkan salah satu natural source of power yakni sumber daya alam. Didapatkannya sumber power tersebut nantinya akan berhubungan erat dengan kepentingan nasional Timor Leste yang ingin mewujudkan state survival.
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemulihan sektor ekonomi merupakan hal yang penting dilakukan oleh negara-negara yang baru keluar dari situasi konflik. Pernyataan ini ditegaskan oleh United
Nations Development Programme (UNDP) dalam laporannya yang berjudul Post-Conflict Economic Recovery Enabling Local Ingenuity tahun 2008;
“Countries emerging from violent conflict face extraordinary constraints mobilizing the human and financial resources that are urgently needed, first for economic recovery”
Timor Leste adalah sebuah negara di kawasan Asia Tenggara yang baru memperoleh kemerdekaanya di tahun 2002. Timor Leste sebelumnya merupakan bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun, pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie tahun 1998-1999, Timor Leste memisahkan diri dari Indonesia melalui proses referendum1. Pasca referendum, para milisi yang menolak kemerdekaan Timor Leste dari Indonesia melakukan pelbagai macam tindakan kekerasan seperti pembunuhan dan pengerusakan terhadap beberapa bangunan di Timor Leste (BBC, 2003). Situasi konflik yang terjadi kemudian menyebabkan PBB mengirimkan pasukan keamanan ke Timor Leste guna membantu menormalkan kembali situasi keamanan disana (BBC, 2005).
1 Menurut PBB (1983) referendum adalah proses pengambilan suara yang dilakukan oleh penduduk
di suatu negara atau daerah dalam rangka memutuskan suatu persoalan politik atau sosial yang penting.
2
Pasca konflik tersebut, Pemerintah Timor Leste mulai memprioritaskan pembangunan di sektor ekonomi. Upaya tersebut dilakukan dengan menempatkan sektor minyak dan gas (migas) sebagai sektor utama. Hal ini mengingat pendapatan dari sektor migas merupakan penyumbang terbesar bagi perekonomian Timor-Leste (Hamutuk, 2005: 2). Merujuk pada data tahun 2012 yang menjelaskan tiga per-empat GDP Timor Leste didapat dari ekspor migas (The Jakarta Post, 2013). Data di tahun 2012 mencatat total GDP Timor Leste sebesar 5.579 juta USD yang mana 77.2 persen berasal dari sektor migas dan sisanya 22.8 persen berasal dari sektor non-migas (Official Spokesperson for the Government of Timor-Leste, 2014). Pendapatan dari sektor migas tersebut sebagian besar berasal dari ladang minyak dan gas Bayu Undan yang terletak di wilayah perairan selatan Timor Leste. Ladang Bayu Undan mengandung sekitar 400 juta barel cadangan minyak dan 3. 4
Trillion Cubic Feet (TCF) gas alam (Franco dan Sandbu, 2008). Akan tetapi,
pengelolaan ladang minyak dan gas Bayu Undan yang dimulai tahun 2004 akan berakhir di tahun 2023. Kekhawatiran tersebut kemudian memaksa Pemerintah Timor Leste untuk mencari ladang minyak dan gas alam yang terdapat di wilayah lain Timor Leste (La’o Hamutuk, 2005).
Blok Greater Sunrise merupakan ladang minyak dan gas terbesar yang berada di wilayah perairan selatan yang ditemukan pada tahun 1974 (Rmol, 2016).
Petroleum Economist (2011) menyebutkan bahwa Blok Greater Sunrise
diperkirakan memiliki kandungan kondensat sebanyak 300 juta barel dan 8.3 TCF gas alam. Besarnya potensi yang dimiliki wilayah tersebut menarik perhatian Pemerintah Timor Leste. Akan tetapi, letak Blok Greater Sunrise yang berada
3
diantara perbatasan laut Timor Leste dan Indonesia membuat pengembangan blok tersebut menjadi sulit untuk dilakukan. Pemerintah Timor Leste melihat perlu adanya kesepakatan terlebih dahulu dengan Pemerintah Indonesia sebelum dilakukannya pengembangan Blok Greater Sunrise.
Pemerintah Timor Leste kemudian memanfaatkan permasalahan wilayah dan tapal batas antara Timor Leste dan Indonesia untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar terkait Blok Greater Sunrise. Hal ini dilakukan Pemerintah Timor Leste dengan menggunakan klaim atas Pulau Batek untuk memaksa Indonesia menggeser garis lateral batas laut Timor Leste danIndonesia di wilayah perairan selatan. Perwakilan Timor Leste dalam pertemuan Regional Ministerial Meeting on
Counter-Terrorism di Bali tahun 2004, Ramos Horta, menyampaikan klaim atas
Pulau Batek dalam perundingan penetapan batas maritim Timor Leste dan Indonesia di perairan Selatan (Departemen Pertahanan Republik Indonesia, 2007). Strategi Pemerintah Timor Leste dalam mendapatkan Blok Greaters Sunrise melalui perundingan batas maritim di perairan Selatan dengan Indonesia kemudian membuat Penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini.
1.2 Rumusan Masalah
Mengapa Timor Leste mengeluarkan strategi perebutan Pulau Batek dalam upaya memperoleh Blok Greater Sunrise saat perundingan batas maritim di perairan selatan dengan Indonesia. Lokus penelitian diambil dari tahun 2004 sampai 2010. Tahun 2004 merupakan tahun sejak Timor Leste memunculkan isu kepemilikan Pulau Batek dan tahun 2010 merupakan tahun ketika terjadi perebutan Pulau Batek oleh Timor Leste dari Indonesia.
4
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan strategi Timor Leste dalam upaya memperoleh Blok Greater Sunrise dengan memunculkan klaim terhadap Pulau Batek saat perundingan batas maritim di perairan selatan dengan Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dalam kajian Hubungan Internasional dengan menjelaskan strategi suatu negara dalam memperoleh kepentingan nasionalnya. Negara mengeluarkan kebijakan luar negeri dengan memunculkan sengketa wilayah dan tapal batas dengan negara yang berbatasan langsung dengannya untuk mencapai kepentingan nasional. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan manfaat praktis kepada pemerintah atau pengambil kebijakan di suatu negara dalam mempertimbangkan dan memutuskan suatu kebijakan terkait sengketa wilayah dan tapal batas negara.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dibutuhkan untuk memahami alur dari panelitian yang sudah ditetapkan oleh Penulis. Penelitian ini dibagi menjadi empat bagian atau bab. Bab I dari penelitian ini membahas mengenai pendahuluan yang menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, kerangka konseptual, metodologi penelitian dan yang terakhir sistematika penulisan. Lebih lanjut pada bagian metodologi penelitian, Penulis menjelaskan tentang jenis penelitian, sumber data, tingkat analisa, teknik
5
pengumpulan data serta teknik penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini. Bab II pada penelitian membahas mengenai gambaran umum penelitian yang mana membahas kepentingan Timor Leste dalam mendapatkan wilayah Greater Sunrise. Bab III dalam penelitian ini menjelaskan alasan Timor Leste mengangkat sengketa kepemilikan Pulau Batek dengan Indonesia untuk mendapatkan kepentingannya. Penulis menutup penelitian ini dengan kesimpulan di Bab IV.