• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terkait topik atau tema yang diteliti. Pada bab ini diharapkan mampu. mempermudah dalam memperoleh hasil penelitian.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terkait topik atau tema yang diteliti. Pada bab ini diharapkan mampu. mempermudah dalam memperoleh hasil penelitian."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tinjauan pustaka yang berisi mengenai deskripsi atau uraian tentang bahan – bahan teori, doktrin, pendapat para ahli atau sarjana, serta kajian yuridis berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku dan kajian terdahulu terkait topik atau tema yang diteliti. Pada bab ini diharapkan mampu mempermudah dalam memperoleh hasil penelitian.

A. Tinjauan Umum Tentang Pajak

Tinjauan tentang Pajak ini menjelaskan pengertian pajak peraturan hukum yang berlaku, serta menjelaskan tentang pengertian pajak, jenis pajak, asas – asas pemungutan pajak, sumber – sumber penerimaan pajak, kriteria pajak, fungsi pajak.

1. Pengertian Pajak

Pengertian pajak adalah kontribusi yang di wajibkan kepada masyarakat atau warga negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan sebagai keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.13

2. Jenis Pajak

Jenis pajak dapat di kelompokkan menjadi tiga (3) , yaitu pengelompokan menurut golongan,menurut sifat, dan menurut lembaga

(2)

17

pemungutannya yaitu akan dijabarkan seperi dibawah ini. Menurut Golongan Pajak dikelompokan menjadi dua, yaitu :14

a) Pajak Langsung

Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban wajib pajak yang bersangkutan, misalnya pajak penghasilan (PPh).

b) Pajak Tidak Langsung

Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa, misalnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Menurut pemungutannya pajak dapat dikelompokkan menjadi dua (2) yaitu sebagai berikut :

a) Pajak Negara (Pajak Pusat)

Pajak Negara (Pajak Pusat) adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya, misalnya PPh, PPN dan PPnBM.

b) Pajak Daerah

(3)

18

Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat 1 (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten /kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing –masing, misalnya Pajak kendaraan bermotor, pajak hotel, pajak restoran, pajak air tanah, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Sedangkan jenis-jenis pajak daerah dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a) Pajak Provinsi, yang terdiri dari: Pajak Kendaraan Bermotor

(PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan, hingga Pajak Rokok.

b) Pajak Kabupaten/Kota, yang terdiri dari: Pajak Hotel, Pajak

Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, PBB, hingga Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.15

3. Asas-AsasPemungutan Pajak

a) Asas finansial

Berdasarkan asas ini, pungutan pajak dilakukan sesuai dengan kondisi keuangan (finansial) atau besaran pendapatan yang diterima oleh wajib pajak. Contohnya: Pak Ahmad bekerja sebagai guru honorer dengan pendapatan sekitar Rp15.000.000 per tahun, sedangkan Bu

15

Ekil Amas Setiani, dkk, “Kontribusi Pajak Daerah Bagi Pembangunan Infrastruktur Jalan”, Jurnal Adminitrasi Publik, Vol. 2, No. 3, Tahun 2014, Hal. 150

(4)

19

Laila bekerja sebagai Advokat dengan pendapatan sekitar Rp1.000 000.000 per tahun. Berdasarkan asas finansial, besaran pajak yang harus dibayar kedua orang tersebut tentu saja berbeda. Berdasarkan asas ini pula, penetapan pungutan pajak yang harus dibayarkan kedua orang tersebut harus lebih kecil dari pendapatan mereka selama setahun.16

b) Asas ekonomis

Berdasarkan asas ekonomis, hasil pemungutan pajak di Indonesia harus digunakan sesuai dengan kepentingan umum (kepentingan rakyat secara menyeluruh). Pajak juga tidak boleh menjadi penyebab merosotnya kondisi perekonomian rakyat. Bahkan, dengan adanya pemanfaatan hasil pajak, diharapkan pemerintah bisa membangun negeri ini secara maksimal tanpa harus mendapatkan pembiayaan melalui skema lain seperti utang luar negeri.

c) Asas yuridis

Asas yuridis pemungutan pajak di Indonesia adalah pasal 23 ayat 2 UUD 1945. Selain itu pemungutan pajak di Indonesia juga diatur oleh beberapa undang-undang, yaitu:

a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP).

16 https://www.online-pajak.com/asas-pemungutan-pajak-dan-penerapannya-di-indonesia,Asas

(5)

20

b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh).

c. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa, serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

d. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Aturan dan Prosedur Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

e. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

f. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak yang Berlaku di Indonesia.

g. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

d) Asas umum

Asas pemungutan pajak yang selanjutnya adalah asas umum. Berdasarkan asas ini, pemungutan pajak di Indonesia didasarkan atas keadilan umum. Artinya, baik pemungutan maupun penggunaan pajak memang dirancang dari dan untuk masyarakat Indonesia.

e) Asas kebangsaan

Berdasarkan asas kebangsaan, setiap orang yang lahir dan tinggal di Indonesia, wajib membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku di negeri ini. Berdasarkan asas kebangsaan pula, warga asing

(6)

21

yang tinggal atau berada di Indonesia selama lebih dari 12 bulan tanpa pernah sekalipun meninggalkan negara ini wajib dikenai pajak selama penghasilan yang mereka dapatkan bersumber dari Indonesia.

f) Asas sumber

Asas sumber merupakan dasar pemungutan pajak sesuai dengan tempat perusahaan berdiri atau tempat tinggal wajib pajak. Jadi, pajak yang dipungut di Indonesia hanya diberlakukan untuk orang yang tinggal dan bekerja di Indonesia. Sebagai contoh, Pak Ahmad merupakan warga Indonesia yang tinggal dan bekerja di Australia, meskipun secara dokumen kebangsaan Pak Ahmad adalah WNI tetapi berdasarkan sumber pendapatannya Pak Ahmad tidak wajib membayar PPH yang dipungut oleh pemerintah Indonesia.

g) Asas wilayah

Asas ini berlaku berdasarkan wilayah tempat tinggal wajib pajak. Contohnya, Bu Laila merupakan WNI yang tinggal di Taiwan, maka menurut asas wilayah, baik rumah maupun barang yang digunakan Bu Laila tidak wajib dikenai pajak oleh pemerintah Indonesia. Sebaliknya, jika ada WNA yang tinggal di Indonesia dalam jangka waktu tertentu, WNA tersebut wajib dikenai pajak berdasarkan hukum yang berlaku di negeri ini.

(7)

22

4. Sumber – sumber Penerimaan Pajak a) PajakPenghasilan(PPh)

Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Pajak Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Pajak penghasilan juga merupakan pungutan resmi oleh pemerintah yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah.17

b) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Berdasarkan Undang-Undang No. 42 tahun 2009PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean (dalam wilayah Indonesia). Orang Pribadi, pengusaha, maupun pemerintah yang mengkonsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dikenakan PPN. Pada dasarnya, setiap barang dan jasa adalah Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang PPN.

c) Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

17

Sabil, “Peranan Penerimaan Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Provinsi Wilayah Kabupaten Bogor”, Jurnal Moneter, Vol. 4 No. 1, Tahun 2017, Hal 50

(8)

23

Selain dikenakan PPN, atas pengkonsumsian Barang Kena Pajak tertentu yang tergolong mewah, juga dikenakan PPnBM. Menurut Undang-Undang No. 42 Tahun 2009 yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah adalah:

a. Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok; atau

b. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu; atau

c. Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi; atau

d. Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukan status; atau

e. Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat, serta mengganggu ketertiban masyarakat.

d) Bea Meterai

Berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 1985 Bea Meterai adalah pajak yang dikenakan atas pemanfaatan dokumen, seperti surat perjanjian, akta notaris, serta kwitansi pembayaran, surat berharga, dan efek, yang memuat jumlah uang atau nominal di atas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan.18

18

Novi Andriani, dkk “Eksistensi Pengaturan Pajak Daerah Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Di Pemerintah Provinsi Jawa Tengah”, Jurnal Pengaturan Pajak, Vol. 12 No. 1, Tahun 2017, Hal. 75

(9)

24

5. Kriteria Pajak Daerah

a. Bersifat pajak, dan bukan retribusi;

b. Obyek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan;

c. Obyek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum;

d. Potensinya memadai. Hasil penerimaan pajak harus lebih besar dari biaya pemungutan;

e. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif. Pajak tidak mengganggu alokasi sumber-sumber ekonomi dan tidak merintangi arus sumber daya ekonomi antar daerah maupun kegiatan ekspor-impor;

f. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat; dan g. Menjaga kelestarian lingkungan, yang berarti bahwa pengenaan

pajak tidak memberikan peluang kepada pemda atau Pemerintah atau masyarakat luas untuk merusak lingkungan.19

19 http://seputarpengertian.blogspot.com/2016/08/pengertian-pajak-daerah-jenis-dan-kriteriannya.html/ , Diakses tanggal 23 Juni 2019

(10)

25

6. Fungsi Pajak Daerah

1. Fungsi Anggaran

Pajak daerah digunakan untuk pendanaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, pembangunan, dan juga sebagai tabungan pemerintah daerah.

2. Fungsi Mengatur

Pemerintah daerah mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak daerah. Melalui fungsi ini, dana dari pajak daerah dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan ekonomi pemerintahan dan mengurangi masalah ekonomi. 3. Fungsi Stabilitas

Pajak daerah yang dananya terus ada membantu pemerintah untuk menstabilkan harga barang dan jasa sehingga dapat mengurangi inflasi. Tetapi untuk dapat memenuhi fungsi ini pemungutan dan penggunaan pajak harus dilakukan secara efektif dan efisien. 4. Fungsi Retribusi Pendapatan

Pajak daerah yang ada digunakan untuk mebiayai semua kepentingan umum termasuk untuk membuka lapangan kerja baru sehingga terjadi pemerataan pendapatan agar kesenjangan ekonomi antara yang kaya dan miskin tidak terlalu menonjol.20

20

https://www.ilmudasar.com/2017/09/Pengertian-Fungsi-Sumber-Ciri-dan-Macam-Macam-Pajak-Daerah-adalah.html/ , Diakses tanggal 21 Juni 2019

(11)

26

7. Syarat Pemungutan Pajak

a. Pemungutan Pajak Harus Adil (Syarat Keadilan).

Seperti halnya produk hukum yang lain, maka hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya.

Contohnya:

a) Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak

b) Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai wajib pajak

c) Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan berat ringannya pelanggaran.

b. Pengaturan Pajak Harus Berdasarkan UU (Syarat Yuridis)

Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi:"Pajak dan pungutan yang bersifat untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang", ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan UU tentang pajak yaitu:

a) Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan UU tersebut harus dijamin kelancarannya.

b) Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan secara umum.

(12)

27

c) Jaminan hukum akan terjaganya kerahasiaan bagi para wajib pajak.

c. Pungutan Pajak Tidak Mengganggu Perekonomian (Syarat Ekonomis)

Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa supaya jangan sampai mengganggu kondisi perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan, maupun jasa. Pemungutan pajak jangan sampai merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat lajunya usaha masyarakat pemasok termasuk kecil dan menengah

d. Sistem Pemungutan Pajak Harus Sederhana

Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan dalam pungutan pajak. Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan memberikan dampak yang positif bagi para wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem pemungutan pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar pajak.

Contoh:

a) Bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam tarif.

b) Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif, yaitu 10%

(13)

28

c) Pajak perseorangan untuk badan dan pajak pendapatan untuk perseorangan disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh) yang berlaku bagi badan maupun perseorangan (pribadi).

B. Tinjauan tentang Pendapatan Asli Daerah

Dalam tinjauan ini penulis mendifinisikan mengenai Pendapatan Asli Daerah dan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah.

1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Yang dimaksud dengan Pendapatan Daerah sesuai Undang-Undang No.33 Tahun 2004 Pasal 1 adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Sesuai dengan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan daerah pasal 6 bahwa Sumber Pendapatan Asli Daerah adalah sebagai berikut :

a. Pendapatan Asli Daerah Sendiri yang sah : 1) Hasil Pajak Daerah

2) Hasil Retribusi Daerah

3) Hasil Perusahaan Milik Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan

4) Lain-lain pendapatan daerah yang sah

(14)

29

1) Sumbangan dari pemerintah

2) Sumbangan lain yang diatur dengan peraturan perundangan

3) Perundangan lain-lain yang sah21

2. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan daerah sebagaimana penerimaan kas atau tambahan hasil dari daerah merupakan sarana untuk pemerintah guna melaksanakan tujuan yang optimal sebagai kemakmuran masyarakat yaitu dengan menumbuhkan disegala bidang kehidupan, sebelum berlakunya otonomi daerah, antara provinsi, kabupaten dan kota, yaitu menurut undang-undang No.31 tahun 2004 tentang pemerintah Daerah, yaitu :

a. Penerimaan Asli Daerah (PAD), yang diantaranya yaitu :

(15)

30

1) Hasil pajak daerah, yaitu pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah daerah untuk membiayai rumah tangganya sebagai badan hukum publik, pajak daerah sebgai pungutan yang dilakukan untuk penegluaran umum yang balas jasanya tidak langung diberikan sedangkan pelaksanaanya dapat dipaksakan.

2) Hasil retribusi daerah, yaitu pungutan yang telah secara sah menjadi pungutan daerah sebagai pembayaran/pemakaian karena memperoleh jasa yang diberikan oleh daerah yang bersangkutan. Retribusi memliki sifat-sifat yaitu pelaksanaannya ekonomis, ada imbalan langsung, walu harus memenuhi syarat-syarat formil dan metrial, tetapi ada alternative untuk tidak membayar, merupakan pungutan yang bersifat budgetetairnya idak menonjol, dalam hal tertentu retribusi daerah merupakan pengembalian biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan anggota masyarakat.22

3) Hasil penerimaan perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, yaitu hasil penerimaan daerah yang berasal daripengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, mencangkup bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD,

22

(16)

31

bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik negara/BUMN, bagian laba atas penyertaan modal apada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha milik masyarakat.

4) Penadapatan asli daerah lain yang sah, yaitu pendapatan-pendapatan yang tidak termasuk dalam jeni-jenis pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan dinas-dinas. Lain-lain usaha yang sah mempunyai sifat yang pembka bagi pemerintah daerah untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan, baik berupa materi dalam kegitan tersebut yang bertujuan untuk menunjang, melapangkan, atau memantapkan suatu kebijakan daerah disuatu bidang tertentu.23

C. Tinjauan Tentang Pajak Reklame

Tinjauan ini penulis akan mendefinisikan pengertian pajak reklame, dasar hukum pemungutan pajak reklame, subjek dan objek pajak reklame, prosedur pembayaran dan penagihan pajak reklame, prosedur pendaftaran dan pendataan wajib pajak.

23

(17)

32

1. Pengertian Pajak Reklame

Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Sedangkan Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, digunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan, memujikan suatu barang, jasa, orang atau badan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap suatu barang, jasa, orang atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dan dinikmati oleh umum.

Adapun pengertian lain dari Pajak reklame adalah salah satu pajak daerah dan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah yang menunjukkan posisi strategis dalam hal pendanaan pembiayaan daerah. Dalam pengenaan pajak reklame tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kota. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan pajak yang sesuai dengan keadaan objek pajak dari reklame.24

2. Faktor – faktor hukum yang mempengaruhi efektivitas

1) Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)

24

Boby Rantow Payu, “Analisis Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Gorontalo”, Jurnal Akuntansi Vol. XVIII, No. 01, Tahun 2014, Hal 147

(18)

33

2) Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum

3) Faktor saran atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum

4) Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan

5) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.25

3. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Reklame

a) Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang menyatakan bahwa : Pendapatan Daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.26 b) Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun

2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang menyatakan bahwa : Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang – undangan.

25

Soerjono Soekamto, “Faktor-faktor yang mempengaruhi hukum”, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Tahun 2008 hal. 8

26 ibid

(19)

34

c) Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

d) Peraturan Daerah Kota Kediri Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah27

3. Subjek dan Objek Pajak Reklam

Subjek pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan reklame tersebut. Sedangkan objek pajak reklame adalah :

a. Semua penyelenggaraan reklame.

b. Objek pajak yang dimaksud pada poin pertama, meliputi : c. Reklame papan/billboard/videotron/megatron,

d. Reklame kain,

e. Reklame melekat, stiker, f. Reklame selebaran,

g. Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan, h. Reklame udara,

i. Reklame apung , j. Reklame suara,

Selain objek pajak reklame, ada juga yang tidak termasuk objek pajak reklame, di antaranya :

27 http://www.jdih.setjen.kemendagri.go.id/files/KOTA_KEDIRI_6_2010.pdf/ ,Diakses tangga 23 Juli 2019

(20)

35

a) Reklame yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah.

b) Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan, dan sejenisnya.

c) Label/merek produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan, yang berfungsi untuk membedakan dari produk sejenis lainnya.

d) Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan tempat usaha atau profesi diselenggarakan dengan ketentuan yang mengatur nama pengenal usaha atau profesi tersebut luasnya tidak melebihi 1 m² (satu meter persegi) dengan ketinggian maksimum 15 meter dan jumlah reklame tidak lebih dari 1 buah.

e) Penyelenggaraan reklame semata-mata memuat nama tempat ibadah dan panti asuhan.

f) Penyelenggaraan reklame yang semata-mata mengenai pemilikan dan/atau peruntukan tanah, dengan ketentuan luasnya tidak lebih damri 1 m² dan diselenggarakan di atas tanah tersebut kecuali reklame produk.

g) Reklame yang diselenggarakan oleh perwakilan diplomatik, perwakilan PBB, badan dan lembaga khususnya

(21)

36

badan atau lembaga organisasi internasional pada lokasi kantor badan yang dimaksud.28

4. Prosedur Pendaftaran dan Pendataan Pajak Reklame a. Tata cara Perolehan Izin Reklame

a) Setiap orang pribadi atau badan usaha yang akan melaksanakan pemasangan reklame wajib memperoleh Surat Izin dari Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk. b) Mengajukan Permohonan Izin Reklame dengan

melampirkan syarat – syarat sebagai berikut :

1. Fotocopy Kartu Identitas

Diri/Penanggungjawab/Penerima Kuasa (KTP/SIM/Paspor) bagi pemohon perorangan; 2. Fotocopy akta pendirian perusahaan/surat izin

perusahaan/surat keterangan lainnya bagi pemohon badan;

3. Fotocopy izin lama (bagi permohonan perpanjangan izin);

4. Surat Kuasa apabila pemilik/penanggung jawab berhalangan dengan disertai fotocopy KTP, SIM, Paspor dari pemberi lain.

5. Surat perjanjian kontrak pembuatan dan/atau pemasangan reklame, apabila diselenggarakan.

28

(22)

37

6. Gambar sketsa titik lokasi penyelenggaraan reklame, desain dan tipologi reklame.

7. Surat persetujuan dari pemilik tanah dan/atau bangunan dengan melampirkan surat kepemilikan atas tanah dan/atau bangunan yang sah, bagi objek pajak reklame yang pertama kali dimohonkan. 8. Pas foto warna (Ukuran 3x4) 2 lembar.

c) Permohonan izin disampaikan kepada Kepala Badan dan wajib diteliti oleh Kepala Badan meliputi : Keamanan dan Ketertiban Umum, Kesopanan, Kesusilaan, Keamanan, Keagamaan, Keindahan, Kesehatan, Lingkungan Hidup. d) Kepala Badan menunjuk Sub bidang Penetapan sebagai

pelaksana administrasi dalam hal penetapan izin reklame. e) Dikeluarkan izin oleh Kepala Badan bersamaan dengan

ditertibkannya Surat Penetapan Pajak Reklame, maka Wajib Pajak harus menyetorkan jumlah pajak terutang ditempat yang telah ditentukan.

f) Setelah pembayaran pajak maka wajib pajak dapat memasang Reklame.29

5. Dasar Pengenaan Pajak, Nilai Jual, dan Tarif

Dasar Pengenaan Pajak Reklame adalah Nilai Sewa Reklame (NSR), yaitu nilai yang ditetapkan sebagai dasar perhitungan penetapan

29

https://klikpajak.id/ketentuan-dan-syarat-pendaftaran-pajak-reklame/, Diakses tanggal 23 Juni 2019

(23)

38

besarnya Pajak Reklame. Nilai Sewa Reklame ditetapkan berdasarkan penjumlahan antara Nilai Jual Reklame dengan Nilai Strategis Reklame. Nilai Jual Reklame adalah perkalian antara luas/ukuran media reklame dengan jangka waktu dengan harga satuan reklame. Reklame yang diselenggarakan oleh pihak ketiga, Nilai Sewa Reklame ditetapkan berdasarkan nilai kontrak reklame. Apabila reklame diselenggarakan sendiri, Nilai Sewa Reklame dihitung dengan memperhatikan faktor jenis reklame, bahan yang digunakan, lokasi penempatan, jangka waktu penyelenggaraan, jumlah dan ukuran media reklame, biaya pemasangan reklame, pemeliharaan reklame, lama pemasangan reklame, nilas strategis lokasi reklame.

Adapun komponen Nilai Sewa Reklame terdiri dari : a. Luas reklame

b. Harga satuan reklame c. angka waktu pemasangan

Nilai Sewa Reklame dapat dihitung dengan rumus :

Nilai Sewa Reklame = Nilai Jual Objek Reklame (NJOR) + Nilai Strategis Pemasangan Reklame (NSPR)

Besarnya Nilai Jual Objek Reklame dihitung dengan rumus :

Nilai Jual Objek Reklame = (Ukuran Reklame x Harga Dasar Ukuran Reklame) + (Ketinggian Reklame x Harga Dasar Ketinggia Reklame).

(24)

39

Nilai Jual Objek Reklame (NJOR) adalah keseluruhan pembayaran/ pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemilik dan atau penyelenggara reklame, termasuk biaya/harga beli bahan reklame, konstruksi, instalasi listrik, pembayaran/ongko s perakitan, pemancaran, peragaan, penayangan, pengecatan, pemasangan dan transportasi pengangkutan sampai dengan bangunan reklame selesai dipancarkan, diperagakan, ditayangkan dan/atau terpasang ditempat yang telah diizinkan. Perhitungan Nilai Jual Objek Reklame didasarkan pada besarnya komponen biaya penyelenggaraan reklame, yang meliputi biaya pembuatan, biaya pemeliharaan, lama pemasangan, jenis reklame, luas bidang reklame, ketinggian reklame.30

6. Prosedur Perhitungan Pajak Reklame

Untuk besaran pajak reklame yang harus dibayarkan adalah 20% dari NSR (Nilai Sewa Reklame). Tetapi untuk menghitung NSR ada banyak faktor yang memengaruhinya. Berikut beberapa faktor yang memengaruhi besaran pajak reklame :

a. Jenis reklame, apakah produk atau non-produk. b. Lokasi pemasangan reklame.

c. Kategori kelas jalan.

d. Jumlah reklame yang terpasang, semakin banyak semakin murah. e. Bahan yang digunakan untuk membuat reklame.

f. Ukuran reklame.

30 ibid

(25)

40

g. Jangka waktu pemasangan reklame. h. Waktu pemasangan reklame

Jika semua faktor tersebut sudah terhitung, perlu diketahui juga karena reklame biasanya dikelola oleh pihak ketiga, maka perhitungan nilai sewa reklame (NSR) biasanya sudah diatur dan sudah ditetapkan melalui Nilai Kontrak Reklame. Nilai Kontrak Reklame adalah nilai yang terdapat dalam kontrak pembuatan reklame antara pemesan reklame dengan pihak ketiga selaku pemilik reklame.31

D. Tinjauan Tentang Efektivitas Hukum 1. Pengertian tentang efektivitas

Efektivitas adalah keaktifan, daya guna, adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju. Efektivitas pada dasarnya menunjukkan pada taraf tercapainya hasil, sering atau senantiasa dikaitkan dengan pengertianefisien , meskipun sebernarnya ada perbedaan diantar keduanya.

Efektivitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaimana cara mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan outputnya.

2. Jenis – jenis Efektivitas

Efektivitas itu sendiri memiliki tiga tingkatan yang berbeda, dikelompokkan pada tingkat individu, kelompok, danorganisasi

31

https://www.jurnal.id/id/blog/2018-pembahasan-tentang-pajak-reklame-beserta-cara-menghitungnya/ , Diakses tanggal 24 Juli 2019

(26)

41

sebagaimana yang didasarkan oleh David J. Lawless dalam Gibson, Ivancevich dan Donnely antara lain :

a) Efektivitas Individu

Efektivitas individu didasarkan pada pandangan dari segi individu yangmenekankan pada hasil karya karyawan atau anggota dari organisasi.

b) Efektivitas kelompok

Adanya pandangan bahwa pada kenyataannya individu saling bekerjasama dalam kelompok. Jadi efektivitas kelompok merupakan jumlahkontribusi dari semua anggota kelompoknya.

c) Efektivitas organisasi

Efektivitas organisasi terdiri dari efektivitas individu dan kelompok.Melalui pengaruh sinergitas, organisasi mampu mendapatkan hasil karyayang lebih tinggi tingkatannya daripada jumlah hasil karya tiap –tiap bagiannya.

3. Indikator Efektivitas

Mengukur efektivitas yang dilakukan pada sebuah organisasi bukanmerupakan suatu hal yang sederhana, karena suatu efektivitas dapat dikajidari berbagai sudut pandang dan sesuai dengan masing masing penelitiyang menilainya berdasarkan konsep yang telah ada.Tingkat efektivitas juga dapat dilihat dengan membandingkan antara apayang direncanakan

(27)

42

dengan hasil yang telah dicapai. Maka demikian,apabila sesuatu yang direncanakan tidak sesuai dengan hasil yang dicapaimaka dapat dikatakan tidak efektif. Semakin besar kontribusi keluaran yang dihasilkan terhadappencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan, maka semakin efektifproses kerja yang dilakukan suatu unit organisasi. Penilaian efektivitasPajak Reklame dalam penelitian ini menggunakan serangkaian ukuransebagai berikut :

a) Hasil (Yield) b) Keadilan (Equity)

c) Daya Guna Ekonomi (Economic Efficiency)

d) Kemampuan Melaksanakan (Abbility to Implement) e) Kecocokan Sebagai Sumber Penerimaan Daerah

Referensi

Dokumen terkait

10.6 Produk berbahaya hasil penguraian tidak ada informasi yang tersedia BAGIAN 11: Informasi Toksikologi 11.1 Informasi tentang efek toksikologis. Toksisitas akut

Henpin bersistem operasi Android 4.4 KitKat ini dilengkapi fitur-fitur untuk mendukung kinerja seperti prosesor Cortex A7 Snapdragon Dual Core 1.2GHz dan kartu grafis atau GPU

Dengan berlakukanya peraturan Daerah ini, maka peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 18 Tahun 2013 tentang Bagian Desa dari Hasil penenmaan Pajak Daerah dan

Setiap manusia tidak akan terlepas dari orang-orang yang berbeda disekelilingnya ataupun tempat mereka bekerja untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Mereka akan

Kebijakan moneter adalah kebijakan ekonomi yang digunakan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter, untuk mengendalikan atau mengarahkan perekonomian pada kondisi yang lebih baik atau

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan teoretis dari penelitian ini menganalisis untuk mengungkapkan citra kehidupan kaum marginal, khususnya dalam

menyatakan bahwa hakikat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kwajiban aparatur pemerintahan sebagai instansi

Yang berhak mengikuti UN untuk perbaikan adalah peserta didik yang telah terdaftar sebagai peserta ujian, namun belum mengikuti UN pada bulan April 2018 karena alasan tertentu dan