• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. suatu kehidupan di dalam masyarakat. Penciptaan karya sastra tidak dapat dipisahkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. suatu kehidupan di dalam masyarakat. Penciptaan karya sastra tidak dapat dipisahkan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Karya sastra dapat digunakan untuk menyampaikan ide dan menggambarkan suatu kehidupan di dalam masyarakat. Penciptaan karya sastra tidak dapat dipisahkan dari unsur masyarakat. Sastra menampilkan gambaran kehidupan, sedangkan kehidupan merupakan suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat, yakni antara masyarakat dengan individu, dan antara peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Bagaimanapun juga, peristiwa-peristiwa dalam batin seseorang yang sering menjadi bahan dalam penulisan sastra adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat (Damono,1984: 1). Dengan demikian, sastra senantiasa merujuk pada nilai-nilai kemanusiaan yang ada dalam masyarakat. Karena itulah, karya sastra disebut sebagai bentuk refleksi sosial dalam masyarakat karena penciptaannya selalu mengandung nilai kemanusiaan.

Esten (1978: 9) manyatakan bahwa sastra adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia melalui medium bahasa dan memiliki efek positif terhadap kehidupan manusia. Merujuk pada pendapat Esten (1978 : 9), didapatkan suatu fakta bahwa gejala sastra yang lahir tidak lepas dari unsur realitas yang ada dalam masyarakat. Dengan berkembangnya realitas yang mempengaruhi terciptanya karya sastra, secara langsung dan tidak langsung karya sastra melakukan pendekatan yang ada dalam masyarakat. Unsur realitas yang ada ikut mempengaruhi

(2)

unsur karya sastra dalam struktur pembangunnya. Merujuk pada pernyataan bahwa karya sastra tidak terlepas dari unsur realitas. Artinya, karya sastra sanggup menjadikan dirinya sebagai cermin realitas sosial yang ada di masyarakat. Dalam perkembangannya, realitas masyarakat marginal mendapat cakupan yang lebih besar dalam karya sastra, terutama sastra serius. Seperti halnya, Karya-karya Wijil Tukul bisa menjadi pembanding. Lewat karyanya, ia kerap kali membawa isu-isu kaum buruh dan segala pernak-pernik yang menyertainya: kemiskinan, keterbelakangan, dan ketertindasan. Masyarakat marginal barang kali identik dengan sastrawan yang selama ini lebih banyak menjadi pengamat sosial. Ruang gerak seorang sastrawan dari jalan pintu ke pintu lain senantiasa lebih didasari oleh kejujuran hati untuk menguak realitas sosial.

Dari realitas tersebut, sastra menampilkan gambaran kehidupan; dan kehidupan tersebut merupakan suatu kenyataan sosial. Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan adalah anggota masyarakat; ia terikat oleh status sosial tertentu, sama seperti Seno yang berusaha menyuarakan realitas sosial lewat karyanya. Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium; bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial.

Salah satu sastrawan di Indonesia yang mendapatkan banyak apresiasi dari masyarakat adalah Seno Gumira Adjidarma. Karya-karyanya tidak hanya dikenal oleh masyarakat Indonesia, melainkan hingga mancanegara. Saksi Mata (1994) mendapat penghargaan Penulis Karya Sastra dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pada 1997,

(3)

terjemahanya yang terbit di Australia sebagai Eyewitness, mendapat Dinny O’Hearn Prize for Literatry Translation.

Seno Gumira Ajidarma dilahirkan di Boston, 19 Juni 1958, dan dibesarkan di Yogyakarta dengan latar belakang keluarga yang mengabdikan diri dalam dunia pendidikan. Berbeda dengan latar belakang keluarganya, ia mencoba menjadi seniman karena saat itu ia terinspirasi oleh Rendra yang pola hidupnya lebih santai, tidak memperlihatkan orang yang berpendidikan tinggi, tetapi bisa berkarya dengan luar biasa dan dapat diterima oleh masyarakat. Seno terinspirasi untuk mengikuti sosok Rendra yang sangat kritis dalam menyikapi masalah sosial. Mulai belajar menulis sejak tahun 1974 dan bekerja sebagai wartawan sejak 1977. Awal mula menulis puisi, baru kemudian cerita pendek, dan salah satu karyanya adalah kumpulan cerpen yang berjudul Penembak Misterius. Yakni, “Dua Anak Kecil” (DAK), “Tragedi Asih Istrinya Sukab” (TAIS), dan “Becak Terakhir Di Dunia” (BTD).

Kumpulan cerita pendek berjudul Penembak Misterius merupakan salah satu karya Seno yang mengangkat peristiwa dari kehidupan nyata. Kumpulan cerita pendek tersebut terdiri atas lima belas cerpen, di antaranya: Dua Anak Kecil (DAK), Tragedi Asih Istrinya Sukab (TAIS), dan Becak Terakhir Didunia (BTD). Cerpen Pertama, DAK menceritakan tentang dua anak kecil, Naro dan Isti, yang masing-masing ibunya berprofesi sebagai pelacur. Dari sudut pandang manapun, pelacur selalu dianggap sebagai pekerjaan haram dan bertentangan dengan etika dan nilai sosial. Oleh karena itu, kehadirannya tidak hanya mendapat tentangan

(4)

dari masyarakat, tetapi juga dari pemerintah. Berawal dari hal tersebut, akan menjadi hal yang menarik dan istimewa jika dibahas dalam penelitian ini.

Cerpen kedua, TAIS, menceritakan nasib Sukab yang dua tahun memilih tidak pulang karena bekerja sebagai buruh bangunan di kota untuk membahagiakan anak isterinya. Sukab dan isterinya, berasal dari masyarakat miskin yang identik dengan masyarakat marginal. Keinginan untuk mengubah nasib membawanya ke Jakarta yang pada akhirnya mereka sama-sama terpinggirkan.

Cerpen ketiga, BTD, menyajikan fenomena seorang tokoh bernama Atawa Rambo yang berprofesi sebagai tukang becak. Atas nama pembangunan becak digusur pemerintah. Keberadaanya tidak diinginkan oleh penguasa atas nama modernitas. Modernitas pada akhirnya meminggirkan dan memarginalkan segala hal yang berbau tradisional dan lamban.

Cerpen-cerpen tersebut menggambarkan tentang ketidakberdayaan masyarakat kelas bawah dalam menyikapi realitas kehidupan. Seperti dalam cerpen “DAK” yang menceritakan tentang sisi lain dari kehidupan seorang pelacur. Pelacur tersebut memiliki seorang anak yang dia telantarkan. Kehidupan sebagai pelacur juga menjadi beban moral terutama bagi bermasyarakat. Pelacur dan keluarganya merasa dikucilkan dan dianggap sebelah mata oleh lingkungannya. Selain cerpen di atas terdapat cerpen “TAIS” yang menceritakan nasib seorang buruh, bagi sebagian orang, buruh dianggap sebagai profesi yang dianggap rendah. Karena setiap harinya tidak memungkinkan untuk memenuhi keluarganya dengan penghasilan yang tidak tetap. Selain itu, efek sebagai pekerja

(5)

rendahan menjalar ke keluarganya. Dalam TAIS, efek paling menonjol pada tokoh Asih, isterinya Sukab yang berprofesi sebagai buruh. Lalu cerpen “BTD” yang menceritakan nasib becak, becak sebagai alat transportasi yang dianggap kuno oleh pemerintah. Cerpen ini menceritakan nasib kaum bawah yang berprofesi sebagai penarik becak, kemudian dihilangkan demi kemajuan negara atas nama modernisasi. Untuk itulah, keistimewaan ketiga cerpen tersebut yang menggambarkan ketidakberdayaan masyarakat yang direfleksikan dalam cerpen-cerpen tersebut berusaha dilihat faktor-faktor yang berkaitan dengan yang ada di dalam karya sastra melalui pendekatan teori sosiologi sastra Ian Watt. Ketidakberdayaan ini diwakilkan dalam tokoh-tokoh tersebut sebagai manifestasi citra masyarakat yang terpinggirkan atau termarginalkan. Meskipun masih ada beberapa cerpen yang masih ada kaitannya dengan masyarakat marginal, tetapi dalam pandangan peneliti ketiga cerpen tersebut dapat mewakili permasalahan utama pada penelitian kumpulan cerpen PM. Alasan pemilihan ketiga cerpen ini tidak lain karena tokoh utama pada cerpen tersebut, merupakan sosok kaum yang tertindas dan juga kaum yang tidak dapat perhatian dari pihak berwenang atau kelompok yang dominan. Oleh karna itu, citra kaum marginal yang ada dalam kumpulan cerpen ini layak untuk dianalisis agar mendapat gambaran tentang dunia kaum marginal. Pemilihan ketiga cerpen ini selain minimnya analisis sastra yang dilihat dari perspektif kaum marginal, juga disebabkan sejauh ini belum ditemukan penelitian terhadap “DAK”, “TAIS”, dan “BTD” dalam kumpulan cerpen penembak misterius yang memfokuskan pada citra kaum marginal.

(6)

Adapun teori sosiologi sastra Ian Watt yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah hasil rumusan yang dilakukan oleh Sapardi Djoko Damono. Penelitian ini akan difokuskan pada analisis terhadap konteks sosial pengarang, cerminan masyarakat, dan fungsi sosial sastra yang ada dalam DAK, TAIS, dan BTD. Dengan demikian, korelasi antara karya sastra dengan realitas sosial yang ingin disampaikan pengarang dapat menjadi bahasan dalam analisis ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang penelitian di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Konteks sosial pengarang, dalam hal ini termasuk faktor-faktor sosial yang mempengaruhi pengarang sebagai individu di samping mempengaruhi karyanya, khususnya dalam kumpulan cerpen PM yang diwakilkan dalam tiga cerpen, yakni “DAK”, “TAIS”, dan “BTD”

b. Sastra sebagai cerminan masyarakat, yang menggolongkan kehidupan citra kaum marginal dalam kumpulan cerpen PM yang diwakilkan dalam 3 cerpen, yakni “DAK”, “TAIS”, dan “BTD”

c. Fungsi sosial kumpulan cerpen PM dalam kaitannya dengan citra kaum marginal. Dalam hal ini dilihat keberadaan PM sebagai hiburan atau sebagai pembaharu dan pendobrak tatanan sosial di masyarkat, khususnya masyarakat marginal di Indonesia melalui analisis pada tiga cerpen, yakni, “DAK”, “TAIS”, dan “BTD”. Dalam analisis ini menghubungkan antara konteks sosial pengarang dan sastra sebagai cerminan masyarakat.

(7)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dibagi dua, yakni tujuan teoretis dan tujuan praktis. Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan teoretis dari penelitian ini menganalisis untuk mengungkapkan citra kehidupan kaum marginal, khususnya dalam masyarakat Indonesia yang digambarkan dalam kumpulan cerpen PM dengan analisis sosiologi sastra Ian Watt. Yakni, konteks sosial pengarang, cerminan masyarakat, dan fungsi sosial dalam kaitannya dengan citra kaum marginal pada kumpulan cerpen PM.

Tujuan praktis penelitian ini, yaitu untuk membantu masyarakat dalam memahami citra kaum marginal yang tersirat dalam kumpulan cerpen Penembak Misterius karya Seno Gumira Ajidharma. Di samping itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memaparkan pesan moral terhadap kehidupan suatu masyarakat yang tertuju, dengan demikian mampu memberikan kesadaran kritis terhadap masyarakat marginal. Selanjutnya, penelitian ini juga diharapkan mampu memunculkan referensi-referensi baru untuk sebuah penelitian yang berkelanjutan nantinya.

1.4 Tinjauan Pustaka

Sejauh ini, telah ditemukan beberapa penelitian yang berkaitan dengan teori maupun karya sastra yang digunakan pada penelitian ini. Dyah Erta Damayanti (2014) menulis skripsi dengan judul “Novel Tarian Bumi Karya Oka Rusmini: Analisis Sosiologi Sastra Ian Watt”. Penelitian ini menggunakan novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini sebagai objek material dan teori sosiologi sastra Ian

(8)

Watt sebagai objek formal. Masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini meliputi konteks sosial pengarang yang berkaitan dengan latar belakang penciptaan novel dan problematika sosial sebagai cermin masyarakat. Pandangan Oka Rusmini mengenai kehidupan beragama, adat istiadat, dan perempuan yang terkandung dalam novel merupakan wujud keterkaitan tersebut. Ide yang disampaikan melalui kehidupan tokoh-tokoh imajinernya merupakan sebuah fungsi kritis terhadap peningkatan martabat hidup manusia dan perempuan agar dapat hidup lebih mandiri sehingga transformasi sosial yang lebih baik dapat terwujud. Gagasan Oka Rusmini mengenai perlawanan terhadap sistem kasta digambarkan melalui fenomena pernikahan beda kasta yang terjadi antara kasta Brahmana dan kasta Sudra. Melalui gambaran permasalahan tersebut, dapat disimpulkan bahwa novel Tarian Bumi merupakan cermin masyarakat. Kata kunci: gagasan, sebangun, pengarang, cermin masyarakat, dan fungsi sosial. Indra Dwi Fitrianto (2009) menulis skripsi dengan judul “Relasi Kekuasaan antara Elit dan Massa dalam Bibir Merah Karya Achmad Munif: Analisis Sosiologi Sastra”. Disimpulkan oleh Fitrianto hasil penelitian ini bahwa di dalam novel Bibir Merah terdapat masalah sosial yang kuat, yaitu masalah politik dan masalah kekuasaan. Lebih tepatnya masyarakat Desa Kapur yang merupakan korban penindasan dari para penguasa.

Muhammad Ardi Kurniawan (2008) menulis skripsi dengan judul “Negeri Senja Karya Seno Gumira Ajidarma: Analisis Sosiologi sastra”. Dalam penelitiannya Kurniawan menghasilkan kesimpulan bahwa setiap pengalaman Seno Gumira saat menjadi wartawan, hal ini yang mempengaruhi terciptanya

(9)

suatu teks “Negeri Senja”. Beragam masalah saat kekuasan Orde Baru yang tidak terlepas dari kontroversi, penindasan dari yang kuat terhadap yang lemah, hingga perlawanan dari rakyat kepada pemerintah meskipun dengan kondisi yang terbelit kemiskinan. Dalam skripsinya, Kurniawan menggunakan teori sosiologinsastra Ian watt.

Penelitian menggunakan sosiologi sastra ian watt “Novel Mahar Cinta Gondoriah karya Mardhiyan Novita MZ: Analisisi sosiologi sastra Ian watt” oeh Eka Damayanti (2014) untuk menyelesaikan progam studi dengan penelitianya tentang tradisi bajak puik beserta strata harga laki-laki ketika pernikahan khas orang Pariaman, Minang kabau. Dalam penelitian ini dihasilkan kesimpulan bahwa terdapat adanya pola hubungan tradisi baja puik dengan latar belakang penciptaan novel melihat kenyataan bahwa pengarang berasal dari lingkungan yang sama.

Novriani (2014) mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan menulis skripsi dengan judul “Nilai Sosial Dalam Kumpulan Cerita Rakyat Jawa Timur Karya Sekar Septiandari (Kajian Sosiologi Sastra). Skripsi ini membahas nilai-nilai sosial yang terdapat didalam Kumpulan Cerita Rakyat Jawa Timur karya Sekar Septiandari. Hasil analisis yang menggunakan teori sosisologi sastra Rene Wellek & Austin Warren ini menunjukkan bahwa nilai-nilai sosial yang terkandung dalam Kumpulan Cerita Rakyat Jawa Timur masih dapat ditemui dalam kehidupan masyarakat masa kini, yaitu toleransi dan kasih sayang meskipun lebih banyak nilai-nilai sosial tersebut yang kini telah ditinggalkan, misalnya tolong menolong, kepedulian, tanggung jawab, dan empati.

(10)

Rachmad Bayu Aji (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Konflik Sosial Politik dalam Novel Tapol karya Ngarto Februana: Analisis Sosiologi Sastra.” Dalam penelitianya Aji mengatakan bahwa terdapat kesejajaran terhadap konflik sosial dan politik masyarakat Indonesia pada tahun 1965 dan 1989 dengan konflik yang ada dalam novel tersebut. Konflik sosial dan politik yang ada dalam novel Tapol meliputi peristiwa demonstrasi mahasiswa dan G30SPKI dengan konflik yang berdampak pada terciptanya tahanan politik yang diakronimkan menjadi tapol. Dalam penelitiannya, Aji menjelaskan bahwa latar belakang sosial geografis pengarang ketika tinggal di Yogyakarta. Pengalaman-pengalaman dari sang pengarang ketika aktif dalam pergerakan kemahasiswaan di bidang jurnalistik juga berdampak pada kematangan pengarang dalam hak cipta karya.

Mukhanif Yasin Yusuf (2015) dalam skripsinya berjudul "Citra Difabel dalam Novel Biola Tak Berdawai Karya Seno Gumira Ajidarma: Analisis Sosiologi Sastra Ian Watt" menemukan adanya 'komitmen sosial" pada diri pengarang dengan realitas sosial di masyarakat, khususnya kelompok difabel. Hal ini didasarkan pada latar belakang pengarang yang berprofesi sebagai wartawan, di samping sebagai sastrawan. Dalam Biola Tak Berdawai peneliti juga menemukan adanya fenomena serupa terkait difabel dalam masyarakat, yakni masih berada dalam posisi yang marginal dan terdiskriminasi. Dari penelitian diatas yang paling mendekati dengan penelitian ini adalah citra difabel dalam Novel Biola Tak Berdawai, karena kelompok difabel merupakan bagian dari kelompok marginal. Akan tetapi, penelitian yang berhubungan langsung dengan objek penelitian skripsi ini belum penulis temukan, baik untuk “DAK”, “TAIS”,

(11)

maupun “BTD”. Di sisi lain, penelitian ini memfokuskan pada kaum marginal secara umum yang muncul dan menonjol dari obyek penelitian, yakni Tukang Becak, Buruh, dan Pelacur.

1.5 Landasan Teori

Karya sastra tidak terlepas dari masyarakat yang melatar belakangi pembuatanya , pendekatan terhadap karya sastra yang memprioritaskan faktor kemasyarakatanya disebut sosiologi sastra. menurut Ian watt, sebagaimana dikatakan (Damono, 1979: 2--4) , ada tiga macam pendekatan sosioogi sastra. yakni, konteks sosial sastra, cerminan masyarakat, dan fungsi sosia masyarakat. Konteks sosial pengarang berhubungan dengan penulis dan kaitanya dengan penikmat pembaca. cerminan sosial, berhubungan dengan sejauh mana sastra mencerminkan pada waktu karya sastra ditulis. Fungsi sosial, bagaimana masyarakat pembaca memehami kemudian dapat berinteraksi untuk kepentingan sendiri, serta sejauh mana karya befungsi mengubah masyarakatnya. Sastra sebagai alat perjuangan sosial, alat menyuarakan aspirasi dan nasib masyarakat tertindas, seperti yang ada dalam gagasan realisme, naturalism, dan realisme sosialis (Faruk, 2010: 41-45).

Dalam penelitian ini yang digunakan adalah teori sosiologi sastra Ian Watt. Menurut Ian Watt dalam esainya yang berjudul “Literatur on Society” terdapat hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra, maupun masyarakat, yang secara menyeluruh terdapat tiga klasifikasi: pertama, konteks sosial pengarang; kedua, sastra sebagai cermin masyarakat, dan ketiga, fungsi sosial sastra (Damono, 1979:3---4).

(12)

Pertama, konteks sosial pengarang. Aspek pertama ini ada pada hubungannya dengan pondasi sosial pengarang dalam masyarakat dan kaitannya dengan pembaca. Dalam aspek ini termasuk juga faktor-faktor sosial yang mempengaruhi pengarang. Hal penting yang diteliti adalah (a) profesi pengarang, (b) profesionalisme pengarang, dan (c) masyarakat yang dituju pengarang (Watt via Damono, 1984: 3).

Kedua, sastra sebagai cerminan masyarakat. Sejauh mana sastra dapat dianggap mencerminkan keadaan masyarakat menjadi pokok bahasaan dalam aspek ini, terutama saat karya sastra tersebut ditulis atau dihasilkan (Watt via Damono, 1984: 3--4).

Ketiga, fungsi sosial sastra. Hal jni berkaitan dengan sejauh mana nilai sastra berkaitan dengan masyarakat. Dalam hubungan ini ada tiga hal yang harus mendapat perhatian, yakni: (a) sudut pandang kaum Romantik yang memandang karya sastra harus berfungsi sebagai pembaharu dan perombak, (b) dari sudut pandang lain, yakni gagasan "seni untuk seni", seperti pada kaum Struktural, yang menempatkan sastra sebagai penghibur belaka, dan (c) semacam kompromi antara keduanya (Watt via Damono, 1984: 3--4). Oleh karena itu, ada tiga hal yang diutamakan, yakni sastra sebagai pembaharu dan perombak. Selain itu, sastra berfungsi sebagai penghibur belaka. Artinya sastra harus mengajarkan sesuatu dengan cara menghibur, dan sejauh mana terjadi sintesis antara fungsi sastra sebagai pembaharu dan pendobrak dengan sastra sebagai penghibur. (Watt via Faruk, 2010: 5--6). Dalam wacana sosiologi sastra, ketika terjadi sintesis antara keduanya, yakni ketika sastra selain bersifat menghibur, tetapi juga memainkan

(13)

peranan dalam kaitannya dengan fungsi sosial di masyarakat, mengindikasikan bahwa karya sastra telah berada dalam posisi yang ideal.

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode dialektik. Metode dialektik ini berdasarkan pada asumsi adanya rangkaian hubungan timbal balik antara sastra dengan masyarakat. Artinya, antara masyarakat dengan sastra kemungkinan mempunyai hubungan yang dialektik atau timbal balik, sebagaimana yang ada pada nilai-nilai esensi sosiologi sastra (Faruk, 2010 : 12). Dengan demikian metode dialektik berusaha membandingkan antara kehidupan nyata dengan fiksi. Perbandingan yang dilakukan tidak sama persis karena terdapat faktor yang berperan sebagai mediator, yaitu pandangan dunia pengarang.

Menurut Goldmann (dalam Faruk, 2010:79) teknik pelaksanaan metode dialektik mempunyai ruang lingkar yang serupa itu berlangsung sebagai berikut. Pertama, peneliti membangun sebuah model yang dianggapnya memberikan probilitas atas dasar bagian yang mempunyai tingkatan tertentu. Kedua, ia melakukan pengecekan terhadap model itu dengan membandingkan secara keseluruhan: (1) sejauh mana setiap unit yang dianalisis tergabungkan dalam hipotesis yang menyeluruh; (2) daftar elemen-elemen dan hubungan-hubungan baru yang tidak diperlengkapi dalam model semula; (3) frekuensi elemen-elemen dan hubungan-hubungan yang diperlengkapi dalam model yang sudah dicek.

(14)

Analisis data penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif merupakan metode penelitian yang bermaksud memahami fenomena yang dialami subjek peneliti seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, dan pada suatu konteks khusus yang alamiah (Moleong, 1989 : 6). Secara informal, pembahasan terhadap hasil penelitian menggunakan penjabaran secara deskriptif agar dapat digambarkan secara rinci dan jelas.

Secara umum langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menentukan karya sastra yang akan dianalisis, yaitu cerpen Dua Anak Kecil, Tragedi Asih Istrinya Sukab, dan Becak Terakhir Di Dunia yang ada di dalam kumpulan cerpen Penembak Misterius.

2. Membaca cerpen Dua Anak Kecil, Tragedi Asih Istrinya Sukab, dan Becak Terakhir Di Dunia secara berulang-ulang agar menemukan pemahaman yang komprehensif.

3. Merumuskan masalah

4. Mengumpulkan dan melakukan studi literatur untuk menemukan metode yang tepat.

5. Menentukan metode penelitian.

6. Melakukan analisis dengan metode studi literatur. 7. Melaporkan hasil penelitian dalam bentuk skripsi.

(15)

1.7 Populasi, Sampel, Data

Populasi dari penelitian ini adalah cerpen dari Seno Gumira Adjidarma yang berjudul PM. Tidak semua cerpen yang ada di dalam kumpulan cerpen Penembak Misterius diteliti, agar mendapat cerpen yang lebih terinci dari 15 cerpen, diambil tiga cerpen yang dominan dalam menggambarkan masyarakat marginal dan cukup ruang untuk dianalisis dalam perspektif sosiologi sastra. Ketiga cerpen tersebut adalah “Dua Anak Kecil” (DAK), “Tragedi Asih Istrinya Sukab” (TAIS), dan “Becak Terakhir Di dunia” (BTD). Data penelitian ini adalah konteks sosial, cerminan sosial, dan fungsi sosial masyarakat yang ada kaitannya dengan masyarakat marginal dalam cerpen “DAK”, “TAIS”, dan “BTD”.

1.8 Sistematika Laporan Penelitian

Laporan hasil penelitian ini meliputi lima bab. Pertama pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian; rumusan masalah; tujuan penelitian; tinjauan pustaka; landasan teori; metode penelitian; populasi; sampel; data; dan sistematika laporan.

Bab kedua berisi tentang pengarang, yakni Seno Ajidarma dan masyarakat yang dituju. Bukti ini untuk menjawab konteks sosial pengarang yang melatar belakangi penciptaan cerpen “Dua Anak Kecil”,“Tragedi Asih Istrinya Sukab”, dan “Becak Terakhir Di Dunia”. Bab ketiga berupa cerminan masyarakat sosial yang ada dalam cerpen “Dua Anak Kecil”, “Tragedi Asih Istrinya Sukab”, dan “Becak Terakhir Di Dunia”. Bab keempat yakni memuat fungsi sosial, fungsi sosial dapat dijelaskan/disimpulkan ketika konteks sosial dan cerminan sosial

(16)

sudah merujuk pada penjelasan yang ada kaitannya dengan kehidupan citra kaum marginal di Indonesia. Bab kelima kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini.

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa definisi para ahli di atas dapat disimpulkan risk behavior adalah suatu bentuk perilaku yang berpotensi untuk memberikan dampak positif maupun negatif

Bagian pertama tentang pendekatan dalam kajian etika komunikasi yaitu pendekatan kultural guna menganalisis perilaku pelaku profesi komunikasi dan pendekatan strukrural

3. Masih ditemukannya paradigma lama yang masih berkembang dalam penyajian informasi publik, sehingga masih ditemukan Perangkat Daerah yang belum bersedia

Definisi konsepsional dalam penelitian ini adalah Studi Tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Sempaja Kecamatan Samarinda Utara Kota

Hasil dari pengujian yang sudah di dilakukan dengan mengukur kualitas pelayanan Full Board dengan menggunakan 5 prinsif dimensi yaitu realiability, Responsif,

Gambar 4 Pertumbuhan diameter koloni dua isolat cendawan antagonis Trichoderma dibanding dengan lima isolat patogen Ganoderma pada media PDA.. Perlakuan kontrol koloni

Data primer pada penelitian ini diperoleh dari hasil survei dengan cara menyebarkan kuisioner kepada responden (mahasiswa) secara langsung. Sementara itu, data sekunder

Eva Dewi (2010 : 61) mengatakan hasil belajar siswa yang diajar dengan strategi Genius Learning Strategy lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang diajari dengan