• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Budidaya Selada Aeroponik

Penyemaian

Tugas utama dari kegiatan penyemaian adalah menyediakan bibit-bibit tanaman sehingga persediaan bibit untuk ditanam selalu tersedia setiap hari. Alur kegiatan penyemaian ini dimulai dari penyemaian benih di ruang semai, penyimpanan di ruang gelap selama dua hari, dan terakhir pemindahan bibit di green house nursery selama 14 hari atau lebih sampai bibit siap dipindahtanamkan ke bak tanam aerponik. Benih-benih selada disemai pada media tanam rockwool.

Kelebihan rockwool rockwool merupakan media tanam inert. Porositas rockwool lebih tinggi daripada media tanam artifisial lainnya dan juga dapat menahan air 92% dari volumenya sehingga air tersedia dengan baik untuk pertumbuhan tanaman. Namun air dibebaskan oleh rockwool dengan cepat pula sehingga aerasi perakaran tetap optimum (Fonteno dan Nelson, 1990). Pembuatan rockwool ini menggunakan suhu yang sangat tinggi (1 500 0C) sehingga rockwool bebas dari hama, penyakit tanaman, dan benih gulma (Bussell dan Mckennie, 2004). Penelitian Susila dan Koerniawati (2004) juga menunjukkan bahwa media tanam rockwool memberikan hasil yang baik pada pertumbuhan dan hasil panen selada.

Proses persiapan media tanam rockwool di Kebun Cikahuripan 1 diawali dengan memotong lembaran rockwool besar berukuran 120 x 60 x 5 cm3 (p x l x t) menjadi potongan rockwool kecil dengan ukuran 24 x 5 x 1.5 cm3 dengan orientasi serat rockwool horizontal. Rockwool dengan orientasi serat horizontal memiliki kapasitas jerap air dan aerasi yang lebih tinggi daripada rockwool dengan orientasi serat vertikal (Bussell dan Mckennie, 2004). Selanjutnya pada potongan rockwool kecil tersebut dibuat petak-petak kecil pada permukaannya sebanyak 36 petak dengan cara disayat tipis dengan menggunakan pisau potong khusus. Kemudian, potongan rockwool tersebut disusun pada wadah atau tray semai sebanyak 6 potong/tray. Proses persiapan media tanam bisa dilihat pada Gambar 8. Persiapan media tanam ini dilakukan di ruang semai.

(2)

(a)

(c) (c)

(b) (a)

Satu lembar rockwool besar bisa dibuat menjadi 30 tray semai. Setiap hari, satu orang karyawan bagian penyemaian bertugas membuat dan meyiapkan potongan rockwool pada tray semai (Gambar 8c). Jumlah tray semai yang harus disiapkan setiap harinya tidak ditentukan jumlahnya. Karyawan bagian penyiapan media ini akan terus memotong lembaran rockwool sebanyak yang dibutuhkan oleh karyawan bagian penyemaian benih. Setiap hari karyawan bagian penyiapan media ini dapat menyiapkan tray semai minimal 32 tray dan bisa mencapai lebih dari 100 tray (Lampiran 5) tergantung kebutuhan. Penulis hanya mampu meyiapkan media rockwool ini sebanyak 30 tray dalam satu hari kerja.

Gambar 8. Persiapan Media Persemaian. Potongan rockwool kecil (a), pembuatan petak-petak kecil (b), dan penyusunan potongan rockwool pada tray semai (c)

Benih-benih selada disemai pada media rockwool yang telah disusun pada tray semai. Benih-benih tersebut disemai dengan cara diletakkan dan sedikit ditekankan pada serat rockwool sehingga benih tersebut sedikit masuk ke dalam rockwool. Peletakkannya menggunakan pinset dan mengikuti petak-petak kecil

(3)

yang terdapat pada permukaan rockwool (Gambar 9). Benih disemai satu benih/petak. Satu potongan rockwool kecil dibuat 36 petak, sehingga terdapat 216 benih/tray semai.

Gambar 9. Penyemaian Benih Selada

Benih selada keriting yang digunakan Amazing Farm yaitu benih selada kultivar Grand Rapid. Benih selada lollo rossa yang digunakan yaitu benih selada kultivar Estafet. Benih selada romaine yang digunakan yaitu benih selada kultivar Maximus. Benih selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine yang akan disemai direndam dalam air terlebih dahulu sekitar satu malam. Benih-benih yang akan disemai untuk besok direndam di sore hari sebelum para pekerja bagian semai pulang. Perendaman benih ini dimaksudkan untuk menginisiasi perkecambahan. Benih selada memang sering menunjukkan kondisi dormansi, khususnya ketika benih disimpan pada suhu yang tinggi dan disemai pada tanah dengan temperatur di atas 24 0C. Cara paling baik untuk mematahkan dormansi adalah dengan menyimpan benih yang telah dibasahi pada suhu 2-5 0C selama 1-3 hari (Grubben dan Sukprakarn, 1994).

Tray semai yang telah terisi benih selanjutnya dibasahi dengan cara dicelupkan ke dalam bak air selama kurang lebih tiga detik untuk membasahi rockwool, kemudian ditiriskan. Cara ini menurut penulis kurang efektif sebab benih-benih yang telah disemai dan disusun rapi berdasarkan petak-petak pada rockwool tersebut terkadang hanyut terbawa air atau berceceran dan menempel pada petak lainnya. Benih-benih yang tumbuh berkecambah dalam satu petak yang sama (terdapat lebih dari 1 kecambah/petak) atau tumbuh bergerombol akan menyebabkan permasalahan pada proses penanaman selanjutnya. Dalam proses

(4)

(a)

(b)

penanaman, bibit ditanam beserta rockwoolnya dengan cara dirobekkan berdasarkan petakan-petakan rockwool tersebut. Bibit-bibit yang bergerombol atau bibit yang tumbuh dalam petak yang sama biasanya akan tetap ditanam pada satu lubang tanam yang sama pada styrofoam. Hal tersebut dilakukan karena setelah bibit tumbuh akan sulit untuk dipisahkan dan jika dipaksakan maka akan merusak akar bibit. Penanaman lebih dari satu bibit per lubang ini akan menyebabkan tanaman kurus. Sebagai solusinya, menurut penulis tray semai yang telah terisi benih sebaiknya dibasahi dengan cara disemprot dengan menggunakan hand sprayer sehingga benih-benih yang telah disemai dan disusun rapi pada rockwool berdasarkan petak-petak tersebut tidak akan hanyut oleh air dan tidak akan berceceran. Cara lainnya yaitu dengan mencelupkan rockwool ke dalam bak air terlebih dahulu sebelum benih disemai pada rockwool.

Selanjutnya benih yang telah disemai tersebut disimpan di ruang gelap selama dua hari dan disusun berdasarkan kelompok komoditasnya (Gambar 10a). Suhu di dalam ruang gelap ini berkisar antara 17-25 0C. Benih selada akan berkecambah dalam kurun waktu empat hari, bahkan untuk benih yang viabel dapat berkecambah dalam waktu satu hari pada suhu 15-25 0C (Grubben dan Sukprakarn, 1994). Benih yang telah berkecambah kemudian dipindahkan ke bak tanam DFT di green house nursery (Gambar 10b). Bibit-bibit selada ditanam di green house nursery dengan cara diapungkan di atas styrofoam yang telah dilubangi sebanyak 49 lubang/styrofoam. Pembibitan di green house nursery ini dilakukan selama 14 hari.

Gambar 10. Ruang Gelap dan Green House Nursery. Ruang gelap (a), penanaman bibit di green house nursery (b)

(5)

Benih selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine yang digunakan oleh Amazing Farm dapat dikatakan benih bermutu sebab dipersemaian DB benih tersebut lebih tinggi dari standar dan DB minimal pada kemasan. Daya berkecambah selada romaine lebih tinggi dari DB selada keriting dan selada lollo rossa (Tabel 3). Standar untuk DB minimal benih selada adalah 80% (Harrington dan Minges dalam Splittstoesser, 1990). Daya berkecambah (DB) merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad, 1993). Benih bermutu tinggi adalah benih yang murni genetis, dapat berkecambah, vigor, tidak rusak, bebas dari kontaminan dan penyakit, berukuran tepat (jika perlu), cukup terawat (untuk jenis-jenis yang perlu dirawat), dan secara keseluruhan berpenampilan baik (Mugnisjah dan Setiawan, 2004).

Tabel 3. Rata-rata Daya Berkecambah Benih Selada di Kebun Cikahuripan 1 pada Bulan Maret-April 2011

Varietas Rata-rata DB di Lapang (%) DB Kemasan (%)

Selada Keriting 90.67 ± 3.09 80

Selada Lollo Rossa 87.54 ± 5.56 -

Selada Romaine 94.61 ± 3.19 -

Keterangan: n = 10 tray semai

Pemeliharaan bibit di green house nursery harus dilakukan untuk mempertahankan bibit dalam kualitas prima sampai bibit siap dipindahtanamkan. Kegiatan pemeliharaan bibit tersebut meliputi pengaturan EC agar berada pada kisaran 1-1.5 mS/cm, pengaturan naungan dengan menggunakan paranet hitam pada saat cuaca terlalu cerah, pembersihan bak tanam dan styrofoam dari lumut dan kotoran lainnya, serta pengendalian hama secara manual.

Benih yang berkecambah tidak semuanya tumbuh prima atau terdapat beberapa bibit afkir. Bibit afkir selada romaine paling sedikit diantara ketiga varietas yang diamati (Tabel 4). Bibit-bibit afkir yang dimaksud di sini yaitu bibit kerdil dan bibit yang terserang OPT (Gambar 11). Bibit kerdil ini diduga disebabkan oleh faktor genetik, sebab faktor lingkungan tumbuhnya sudah diusahakan optimum. Beberapa OPT yang menyerang bibit di persemaian di Amazing Farm adalah Spodoptera litura, kutu daun (Aphis nasturtii Kaltenbach), siput (Vaginula sp), dan cendawan. Organisme pengganggu tanaman tersebut

(6)

merupakan OPT yang paling sering mengganggu tanaman selada (Grubben dan Sukprakarn, 1994).

Gambar 11. Bibit Afkir. Bibit kerdil (a) dan bibit terserang OPT (b) Tabel 4. Rata-rata Bibit Afkir Selada di Kebun Cikahuripan 1

Varietas Rata-rata Bibit Afkir/Tray Semai (%)

Selada Keriting 11.63 ± 4.27

Selada Lollo Rossa 11.36 ± 4.04

Selada Romaine 8.61 ± 2.39

Keterangan: n = 10 tray semai

Karyawan bagian penyemaian di Kebun Cikahuripan 1 menyemai benih rata-rata sebanyak 71 tray semai atau setara dengan 15 336 benih/hari yang terdiri dari 58.50% selada keriting, 10.95% selada lollo rossa, 15.57% selada romaine, dan 14.98% komoditas lainnya (Gambar 12). Komoditas selada keriting merupakan komoditas yang paling banyak disemai dan ditanam di Kebun Cikahuripan 1 sebab permintaannya paling tinggi diantara selada lainnya maupun komoditas sayuran lainnya (Lampiran 6).

Gambar 12. Persentase Komposisi Benih Selada yang Disemai Setiap Hari pada Bulan April 2011 58.50% 10.95% 15.57% 14.98% Selada Keriting Selada Lollo Rossa Selada Romaine Komoditas Lain (b) (a)

(7)

Banyaknya benih yang disemai oleh dua orang karyawan semai setiap harinya biasanya didasarkan pada pengalaman kerja karyawan semai. Total benih yang disemai (semua komoditas) biasanya 70-80 tray semai/hari. Jumlah tersebut bisa menjadi lebih sedikit atau lebih banyak tergantung persediaan bibit di green house nursery dan tergantung kondisi cuaca. Pada kondisi cuaca mendung, biasanya jumlah benih yang disemai lebih banyak. Dua orang karyawan semai Kebun Cikahuripan 1 mampu menyemai benih sampai 112 tray semai/hari (Lampiran 5). Pada saat magang penulis hanya mampu menyemai benih selada paling banyak 13 tray semai/hari.

Penyemaian benih selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine tergolong sulit bagi pemula karena ukuran benihnya yang kecil dengan diameter benih kurang dari 2 mm. Selain itu, benih selada yang telah direndam air sangat rapuh dan mudah rusak jika dijepit terlalu keras dengan pinset. Jadi, pada proses pengambilan benih selada dari wadah dengan menggunakan pinset harus dilakukan dengan hati-hati.

Patokan atau pedoman dalam menentukan banyaknya benih yang harus disemai setiap bak dapat dilakukan dengan pendekatan teknis berdasarkan DB, bibit onspec, sulaman, dan populasi (Lampiran 7). Kebutuhan benih setiap bak dihitung dengan rumus:

Namun penentuan banyaknya benih yang harus disemai setiap hari tidak dapat hanya berdasarkan data tersebut, tetapi juga berdasarkan banyaknya permintaan terhadap komoditas. Pada dasarnya, dalam penentuan banyaknya benih yang harus disemai setiap hari lebih baik berlebih daripada kurang. Jika persediaan bibit di pembibitan kurang, kegiatan produksi akan terganggu.

Penanaman

Bibit selada yang ditanam di bak tanam produksi yaitu bibit yang telah berumur 14 hari dan muncul daun minimal 2 helai. Bibit yang telah siap tanam tersebut ditanam beserta rockwoolnya. Bibit ditanam dengan cara memasukkan rockwool dan menempelkannya ke dalam lubang tanam pada styrofoam dengan

(8)

akar menggantung ke dalam bak tanam (Gambar 13). Bibit ditanam satu tanaman/lubang dengan jarak tanam 14 cm x 14 cm. Penanaman pada sistem DFT hampir sama dengan sistem aeroponik. Perbedaanya hanya pada penanaman sistem DFT, akar tanaman tidak menggantung melainkan terendam oleh larutan hara. Satu bak tanam dengan ukuran 4 x 1 m2 terdiri dari empat styrofoam ukuran 1 x 1 m2. Setiap styrofoam memiliki lubang tanam sebanyak 49 lubang, sehingga populasi tanaman setiap bak yaitu 196 tanaman.

Gambar 13. Penanaman Selada Keriting. Bibit ditanam beserta rockwoolnya (a) dan akar tanaman selada keriting yang menggantung (b)

Bibit yang ditanam lebih dari satu tanaman/lubang akan mengakibatkan tanaman tersebut kurus. Penanaman lebih dari satu tanaman/lubang ini mengakibatkan populasi tanaman terlalu padat sehingga ruang gerak untuk pertumbuhan tanaman terhambat dan penerimaan cahaya matahari kurang optimal akibatnya tanaman menjadi kurus. Tanaman kurus juga dapat disebabkan oleh peletakkan bibit sisa penanaman di atas bak tanam. Peletakkan bibit sisa di atas bak tanam ini dapat menghalangi tanaman utama dalam memperoleh cahaya (Gambar 14).

(9)

Gambar 14. Bibit Sisa yang Diletakkan di Atas Bak Tanam

Bibit selada yang akan dipindah tanam adalah bibit selada yang telah berumur 14 hari, akan tetapi kadang bibit yang digunakan telah berumur lebih dari 14 hari. Hal ini disebabkan oleh terjadinya over stock bibit selada di green house nursery. Jika demikian, penanaman bibit selada di bak tanam aeroponik diutamakan menggunakan bibit selada yang berumur lebih dari dua minggu atau bibit-bibit besar terlebih dahulu supaya bibit-bibit tua tidak banyak yang terbuang. Penentuan jenis sayuran yang akan ditanam di masing-masing green house adalah berdasarkan pola tanam yang telah ditentukan oleh supervisor produksi. Kemudian kelima karyawan bagian penanaman mengambil bibit di green house nursery dan menanamnya di green house produksi mereka masing-masing. Setiap harinya kelima karyawan tersebut rata-rata menanam selada dan komoditas lainnya sebanyak 46 bak atau setara dengan 9 016 tanaman (Lampiran 8). Pada saat magang penulis hanya mampu menanam sebanyak 4.5 bak dalam satu hari kerja.

Sebelum bak ditanami, bak kosong yang telah dipanen dibersihkan dari lumut, ganggang, sisa-sisa akar, serta kotoran lainnya dan dikuras agar larutan hara tidak menggenangi bak tanam (Gambar 15a). Hal ini dilakukan agar saluran pipa dan selang tidak tersumbat oleh kotoran. Selain bak tanam, styrofoam juga dibersihkan dengan cara disikat dan dicuci dengan detergen (Gambar 15b). Styrofoam-styrofoam yang telah bersih dipasang kembali pada bak tanam untuk ditanami selada dan komoditas sayuran lainnya. Styrofoam-styrofoam tersebut dapat digunakan berulang-ulang hingga kurang lebih selama lima tahun.

(10)

(b) (a)

Gambar 15. Pembersihan Bak Tanamam (a) dan Styrofoam (b)

Pemeliharaan

Setelah bibit dipindahtanamkan, pemeliharaan tanaman harus dilakukan. Pemeliharaan tanaman di Kebun Cikahuripan 1 meliputi kegiatan penyulaman, pengendalian OPT, pengontrolan EC, dan fertigasi. Bibit yang dipindahtanamkan dapat mengalami stres dan mati. Pada saat bibit dipindahtanamkan perakaran bibit dapat rusak (Mabesa et al., 1986). Bibit yang mati disulam pada umur tanaman 7 HST. Rata-rata besarnya sulaman selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine ditunjukkan oleh Tabel 5. Sulaman untuk varietas selada lollo rossa paling tinggi diantara ketiga varietas selada yang diamati.

Tabel 5. Rata-Rata Sulaman Selada di Kebun Cikahuripan 1

Varietas Rata-rata Sulaman/Bak (%)

Selada Keriting 5.93 ± 2.07

Selada Lollo Rossa 8.74 ± 2.21

Selada Romaine 6.01 ± 3.07

Keterangan: n = 10 bak

Pengendalian OPT dilakukan secara manual. Hama yang paling banyak mengganggu tanaman selada di Kebun Cikahuripan 1 adalah hama kutu daun (Gambar 16a) dan ulat (Gambar 16b). Ulat yang menyerang daun diambil satu per satu dengan tangan. Sedangkan penyakit tanaman yang sering menyerang tanaman selada di Kebun Cikahuripan 1 yaitu bacterial leaf spot (Gambar 16c) atau black spot daun (istilah yang digunakan di Kebun Cikahuripan 1). Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv. vitians (Koike dan Gilbertson, 1997). Di Kebun Cikahuripan 1, tanaman yang terserang bacterial leaf

(11)

spot tidak disemprot dengan bakterisida dan juga tidak segera dimusnahkan. Pengendalian manual pada serangan bacterial leaf spot di Kebun Cikahuripan 1 terbilang lambat, karena pemusnahan tanaman yang terserang dilakukan saat tanaman terserang hampir satu bak. Seharusnya pengendalian pada serangan bacterial leaf spot ini dilakukan saat tanaman mulai terserang dengan cara membuang tanaman yang terserang sehingga penyebaran serangan terhadap tanaman lainnya dapat diminimalisasi.

Gambar 16. Serangan OPT pada Selada. Kutu daun pada selada keriting (a), ulat (b) dan bacterial leaf spot pada daun selada romaine (c)

Serangan OPT mengakibatkan tanaman tidak dapat dipanen atau disebut dengan tanaman underspec (istilah yang digunakan di Kebun Cikahuripan 1). Tanaman underspec ini juga bisa disebabkan oleh kerusakan fisiologis seperti tipburn pada daun, tanaman kerdil, dan tanaman kurus. Tipburn merupakan gejala defisiensi Ca dan berkaitan dengan suhu udara yang tinggi (di atas 25 0C) yang dapat merangsang pertumbuhan yang cepat namun transportasi air ke tanaman lambat (Jones, 2005). Tipburn juga disebabkan oleh kurangnya suplai air ke

(a) (b)

(12)

tanaman dan pemberian nitrogen yang berlebihan (Grubben dan Sukprakarn, 1994). Solusi dari masalah tipburn yaitu dengan penambahan kadar Ca pada larutan hara. Penambahan kadar Ca pada larutan hara ini dapat mengurangi rasio K:Ca dan mempertahankan EC tetap rendah sehingga dapat meminimalisasi terjadinya tipburn (Jones, 2005).

Tanaman kerdil biasanya terjadi pada tanaman yang tepat berada di atas nozzle. Pengabutan larutan hara pada sistem aeroponik di Kebun Cikahuripan 1 ini kurang merata (Gambar 17) sehingga tanaman yang berada tepat di atas nozzle kurang mendapat suplai hara. Sedangkan tanaman kurus disebabkan oleh penanaman lebih dari satu tanaman/lubang tanam dan peletakkan bibit cadangan di atas bak tanam (Gambar 14).

Gambar 17. Pengabutan pada Sistem Aeroponik di Kebun Cikahuripan 1 (a) dan Tanaman Kerdil yang Berada Tepat di Atas Nozzle (b)

Tanaman yang terserang OPT dan mengalami kerusakan fisiologis merugikan bagi perusahaan karena kerusakan yang ditimbulkan mengurangi hasil panen. Tanaman underspec selada lollo rossa paling tinggi diantara ketiga varietas selada yang diamati (Tabel 6).

Tabel 6. Rata-Rata Tanaman Underspec Selada di Kebun Cikahuripan 1 Varietas Rata-rata Tanaman Underspec/Bak (%)

Selada Keriting 4.60 ± 1.13

Selada Lollo Rossa 8.80 ± 4.97

Selada Romaine 7.45 ± 3.73

Keterangan: n = 10 bak

(13)

Konsentrasi unsur hara dalam larutan hara AB mix harus tepat agar pertumbuhan dan hasil tanaman optimum. Kekurangan dan kelebihan unsur hara dapat mengakibatkan kerusakan fisiologis tanaman (Jones, 2005). Pemberian hara yang mengandung NO3- dan NH4+ sekaligus lebih baik daripada kedua komponen

tersebut diaplikasikan secara mandiri (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Pada sistem aeroponik, larutan hara AB mix disuplai ke tanaman dengan cara disemprotkan ke akar dengan menggunakan pompa bertekanan tinggi. Fertigasi di Kebun Cikahuripan 1 dilakukan secara otomatis dengan menggunakan panel listrik yang telah diatur ritme pengabutannya dengan timer yaitu 5 menit pengabutan kemudian 10 menit berhenti dan seterusnya seperti itu dari pukul 06.00-18.00. Pengontrolan EC dilakukan dengan mengukur EC larutan hara di setiap tangki dengan ECmeter dan menambahkan larutan hara AB mix sehingga EC larutan hara dalam tangki sesuai dengan yang diinginkan. Pengontrolan EC ini dilakukan tiga kali/hari setiap pagi, siang, dan sore. Nilai EC yang digunakan di Kebun Cikahuripan 1 berbeda untuk tiap bloknya yaitu sekitar 2.4-3.0 mS/cm.

Panen dan Pascapanen

Panen sayuran daun lebih baik dilakukan pagi atau sore agar tidak layu. Di Kebun Cikahuripan 1, tanaman selada dipanen dua kali sehari yaitu pukul 06.30 dan 15.30. Tanaman dipanen pada umur tanaman sekitar 30 HST atau tinggi tanaman telah mencapai kriteria panen yaitu tinggi tanaman sesuai dengan standar kualitas produk (Lampiran 4). Panen yang dilakukan di Amazing Farm yaitu panen cabut dan panen potong. Tanaman yang dipanen cabut ditujukan untuk produk aeroponik yang dikemas sedangkan tanaman yang dipanen potong ditujukan untuk produk curah yang dijual kepada restoran secara langsung. Tata cara panen harus dilakukan sesuai SOP panen (Lampiran 3).

Setiap hari 2 orang karyawan bagian panen memanen selada dan komoditas lainnya rata-rata sebanyak 48 bak (berdasarkan laporan monitoring panen). Selama magang, penulis hanya mampu memanen 2.5 bak dalam setengah hari kerja yaitu panen pagi saja. Sore harinya membantu pengemasan.

Produktivitas selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine di Kebun Cikahuripan 1 lebih dari 8 kg/bak (Tabel 7) atau setara dengan 20 ton/ha. Produktivitas tersebut lebih tinggi dari produktivitas selada yang dibudidayakan

(14)

secara konvensional. Pada budidaya selada konvensional, produktivitas selada jenis head di daerah tropis sebesar 5-10 ton/ha, sedangkan jenis leaf sebesar 3-8 ton/ha (Grubben dan Sukprakarn, 1994). Produktivitas yang dimaksud di sini yaitu produktivitas berdasarkan bobot kotor (yield) bukan berdasarkan bobot bersih (marketable yield).

Tabel 7. Produktivitas Selada di Kebun Cikahuripan 1 pada Bulan Mei 2011

Varietas Produktivitas/Bak (kg)

Selada Keriting 10.60 ± 1.31

Selada Lollo Rossa 8.02 ± 1.85

Selada Romaine 9.34 ± 1.27

Keterangan: n = 8 bak

Kegiatan pascapanen yang dilakukan yaitu penyortiran, perompesan (trimming), dan pengemasan. Penyortiran dilakukan pada tanaman yang tidak masuk standar kualitas produk (Lampiran 4). Perompesan dilakukan pada daun tua, rusak, kuning, dan yang terserang OPT. Pengemasan menggunakan kemasan plastik bucket dan kemasan plastik seal (Gambar 18). Produk dikemas 250 g/pak untuk produk “Aeroponik” dan 200 g/pak untuk produk “Mr. Vegie” dan “Disney”. Jumlah tanaman dalam satu pak untuk masing-masing komoditas berbeda-beda tergantung ukuran tanamannya. Jumlah tanaman/pak selada lollo rossa paling banyak diantara ketiga varietas yang diamati (Tabel 8) karena bobot/tanaman selada lollo rossa lebih rendah daripada selada keriting dan selada romaine (Tabel 13).

Kegiatan pascapanen dikerjakan oleh tenaga kerja wanita sebanyak enam orang karyawan. Keenam karyawan bagian pascapanen ini setiap hari mampu mengemas lebih dari 1000 pak/hari. Selama magang, penulis hanya membantu menimbang dan mengemas.

Tabel 8. Rata-Rata Jumlah Tanaman/Pak di Kebun Cikahuripan 1

Varietas Rata-rata Jumlah Tanaman/Pak

Selada Keriting 7.80 ± 1.99

Selada Lollo Rossa 9.00 ± 2.75

Selada Romaine 7.60 ± 1.58

(15)

Gambar 18. Kemasan Plastik Bucket (a) dan Kemasan Plastik Seal (b) Tingkat kehilangan hasil pada proses pascapanen selada romaine aeroponik di Kebun Cikahuripan 1 lebih tinggi daripada tingkat kehilangan hasil selada keriting dan selada lollo rossa (Tabel 9). Selada romaine ini memiliki daun yang lebih renyah daripada jenis selada krop lainnya (Splittstoesser, 1990) sehingga mudah patah atau rusak saat pemanenan. Tingkat kehilangan hasil pada proses pascapanen tanaman selada di Kebun Cikahuripan 1 ini cukup tinggi. Winata (2006) melaporkan tingkat kehilangan hasil pada proses pascapanen selada daun di petani PD Pacet Segar dan CV Putri Segar yang dibudidayakan secara konvensional berkisar antara 8.8-9.1%. Tingkat kehilangan hasil pada proses pascapanen di Kebun Cikahuripan 1 tinggi karena sortasi dan perompesan yang dilakukan pada daun sangat ketat karena harus menjamin produk yang dihasilkan memiliki kualitas tinggi agar diterima di supermarket.

Tabel 9. Rata-Rata Kehilangan Hasil pada Budidaya Selada Aeroponik di Kebun Cikahuripan 1

Varietas Rata-rata Kehilangan Hasil/Bak (%)

Selada Keriting 48.43 ± 1.99

Selada Lollo Rossa 36.12 ± 2.75

Selada Romaine 50.66 ± 1.58

Keterangan: n = 10 bak

(16)

Prospek Agribisnis Selada Aeroponik

Pangsa pasar selada aeroponik Amazing Farm ditujukan untuk pasar Jakarta, Bandung, dan pasar ekspor. Beberapa supermarket di Bandung yang menjadi konsumen Amazing Farm yaitu Griya Setia Budi, Papaya, Total, dan Yogya Riau Junction. Produksi Kebun Cikahuripan 1 Amazing Farm masih belum dapat memenuhi total permintaan selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine dari pasar-pasar tersebut. Dalam hal ini kebijakan yang diambil oleh Amazing Farm yaitu memenuhi terlebih dahulu pasar Jakarta dan pasar ekspor. Ini berarti masih ada peluang bisnis pada agribisnis selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine aeroponik (Lampiran 6).

Investasi dalam agribisnis ini memang terbilang besar, akan tetapi omset yang diperolehnya pun besar yaitu mencapai Rp 1 437 696 000/tahun dengan asumsi produktivitas selada aeroponik 8 kg/bak. Dari perhitungan cashflow (Lampiran 9), investasi pada pengusahaan selada secara aeroponik di dalam green house layak untuk dilaksanakan sebab memiliki nilai net B/C (net benefit cost ratio) lebih dari satu, NPV (net present value) lebih besar dari nol, IRR (internal rate of return) lebih besar dari DF (discount factor), dan memiliki PP (payback period) yang singkat. Biaya investasi dari agribisnis selada aeroponik ini dapat dikembalikan dalam waktu 3.13 tahun. Net B/C, NPV, IRR, dan PP merupakan beberapa kriteria penentuan kelayakan bisnis (Nurmalina et al., 2009).

Penyinaran dengan Lampu LED

Pada saat penulis melaksanakan kegiatan magang, Amazing Farm sedang melaksanakan percobaan sederhana tentang penggunaan lampu LED. Pada saat musim hujan, biasanya produktivitas Kebun Cikahuripan 1 menurun. Ini disebabkan oleh kurangnya cahaya matahari yang diterima tanaman akibat cuaca mendung. Seperti telah diketahui, cahaya adalah salah satu faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis (Herdiana et al., 1990; Lakitan 2010; Zulkarnain, 2009).

Percobaan penyinaran dengan lampu LED ini sebagai upaya untuk mengoptimalkan proses fotosintesis pada tanaman selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine. Ketiga komoditas tersebut dipilih sebab merupakan

(17)

komoditas andalan, yakni paling tinggi permintaanannya diantara komoditas yang ada di Amazing Farm. Permintaan selada keriting rata-rata 150.88 kg/hari, selada lollo rossa 53.84 kg/hari, dan selada romaine 52.43 kg/hari, sedangkan permintaan selada butterhead dan selada batavia masing-masing sebesar 12.62 kg/hari dan 3.84 kg/hari (Lampiran 6).

Penanaman dan pengamatan selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine yang disinari dilaksanakan antara bulan Maret dan April. Sebagai pembanding, diamati juga pertumbuhan selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine yang tidak disinari. Penyinaran dengan lampu LED dilakukan selama 4 jam/hari pada pukul 05.00-07.00 dan 17.00-19.00 WIB. Lampu yang digunakan yaitu lampu LED dengan daya 90 W (Gambar 19). Lampu LED ini memiliki dua jenis cahaya (merah dan biru) dalam satu lampu. Lampu dipasang 3 lampu/4 bak.

Gambar 19. Penyinaran dengan Lampu LED

Parameter yang diamati pada percobaan ini yaitu pertumbuhan dan hasil tanaman. Pengamatan pertumbuhan dilakukan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan lebar daun. Pengamatan pertumbuhan tersebut dilakukan pada 5 tanaman contoh dan 4 ulangan (styrofoam). Data dari pengamatan pertumbuhan dianalisa dengan uji t-student. Pengamatan hasil tanaman dilakukan pada bobot kotor, bobot bersih (marketable yield), bobot per tanaman, dan persentase kehilangan hasil. Data bobot per tanaman diperoleh dengan membagi bobot kotor dengan jumlah tanaman yang dipanen. Data dari pengamatan hasil tanaman dianalisa secara deskriptif. Percobaan sederhana ini diharapkan dapat

(18)

meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman serta dapat mempercepat waktu panen tanaman selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine.

Pengaruh Penyinaran Lampu LED pada Pertumbuhan Selada

Tinggi tanaman selada keriting dan selada lollo rossa yang disinari lebih tinggi daripada yang tidak disinari (Tabel 10). Pada umur panen (30 HST) perbedaan tinggi tanaman selada keriting yang disinari dengan yang tidak disinari sangat nyata. Bahkan saat umur tanaman 25 HST selada keriting yang disinari memiliki tinggi tanaman yang hampir sama (hanya berbeda 0.3 cm) dengan selada keriting yang tidak disinari yang sudah berumur 30 HST. Begitu pula dengan selada lollo rossa, pada umur panen perbedaan tinggi tanaman selada lollo rossa yang disinari dengan yang tidak disinari sangat nyata.

Tabel 10. Perbandingan Tinggi Tanaman (cm) Selada yang Disinari Lampu LED dengan Kontrol

Perlakuan

Varietas

Selada Keriting Selada Lollo Rossa Selada Romaine 25 HST 30 HST 25 HST 30 HST 25 HST 30 HST

Kontrol 19.6 25.4 14.5 17.9 25.8 29.4

Penyinaran 25.7 30.3 16.1 21.7 24.5 29.7

Uji t-student ** ** ** ** * tn

Keterangan: ** berbeda sangat nyata pada taraf 1% * berbeda nyata pada taraf 5%

tn tidak berbeda nyata

Penyinaran dengan lampu LED ini juga meningkatkan jumlah daun selada keriting dan selada lollo rossa (Tabel 11). Pada umur panen daun selada keriting dan selada lollo rossa lebih banyak daripada yang tidak disinari. Bahkan saat umur tanaman 25 HST selada keriting yang disinari memiliki daun yang lebih banyak 1.1 helai daripada selada keriting yang tidak disinari yang sudah berumur 30 HST. Selada lollo rossa yang disinari saat berumur 25 HST memiliki jumlah daun yang hampi sama (hanya berbeda 0.2 helai) dengan selada lollo rossa yang tidak disinari yang sudah berumur 30 HST.

(19)

Tabel 11. Perbandingan Jumlah Daun (helai) Selada yang Disinari Lampu LED dengan Kontrol

Perlakuan

Varietas

Selada Keriting Selada Lollo Rossa Selada Romaine 25 HST 30 HST 25 HST 30 HST 25 HST 30 HST

Kontrol 8.1 10.3 7.8 8.9 11.2 13.8

Penyinaran 11.4 11.8 8.7 9.8 11.0 12.5

Uji t-student ** ** ** ** tn **

Keterangan: ** berbeda sangat nyata pada taraf 1% * berbeda nyata pada taraf 5%

tn tidak berbeda nyata

Daun selada keriting yang disinari lebih lebar daripada daun selada keriting yang tidak disinari (Tabel 12). Bahkan saat umur tanaman 25 HST daun selada keriting yang disinari lebih lebar 1.3 cm daripada daun selada keriting yang tidak disinari yang sudah berumur 30 HST. Penyinaran dengan lampu LED ini tidak meningkatkan lebar daun selada lollo rossa dan selada romaine. Penyinaran dengan lampu LED ini juga tidak meningkatkan tinggi tanaman (Tabel 10) dan jumlah daun selada romaine (Tabel 11). Bahkan pada umur panen jumlah daun selada romaine yang tidak disinari masih lebih banyak daripada jumlah daun selada romaine yang disinari.

Tabel 12. Perbandingan Lebar Daun (cm) Selada yang Disinari Lampu LED dengan Kontrol

Perlakuan

Varietas

Selada Keriting Selada Lollo Rossa Selada Romaine 25 HST 30 HST 25 HST 30 HST 25 HST 30 HST

Kontrol 13.6 16.6 12.5 14.3 11.0 11.9

Penyinaran 17.9 19.1 12.3 15.0 10.6 12.0

Uji t-student ** ** tn tn tn tn

Keterangan: ** berbeda sangat nyata pada taraf 1% * berbeda nyata pada taraf 5%

tn tidak berbeda nyata

Kaitannya cahaya dengan proses fotosintesis yaitu cahaya mempengaruhi fotosintesis berdasarkan intensitas cahaya, lamanya penyinaran, dan kualitas cahaya (Herdiana et al., 1990). Kisaran cahaya yang paling efisien untuk fotosintesis adalah pada kisaran cahaya jingga-merah hingga biru (Herdiana et al., 1990; Zulkarnain, 2009). Kombinasi pemberian cahaya tambahan dengan cahaya

(20)

merah dan biru dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman (Wu et al., 2007).

Respon tanaman selada terhadap penyinaran lampu LED pada pertambahan tinggi tanaman berbeda-beda, ada yang responsif dan ada juga yang kurang responsif. Selada keriting lebih responsif terhadap penyinaran lampu LED daripada selada lollo rossa dan selada romaine (Gambar 20). Respon tanaman selada terhadap penyinaran lampu LED ini dilihat dari selisih tinggi tanaman selada yang disinari dengan yang tidak disinari. Peubah tinggi tanaman dipilih karena peubah tinggi tanaman merupakan peubah pertumbuhan yang utama dalam penentuan waktu panen.

Gambar 20. Selisih Tinggi Tanaman Selada yang Disinari Lampu LED dengan Kontrol

Selisih tinggi tanaman pada selada keriting lebih tinggi daripada selisih pada selada lollo rossa dan selada romaine (Gambar 20). Ini berarti selada keriting lebih responsif terhadap penyinaran lampu LED daripada selada lollo rossa dan selada romaine. Penyinaran dengan lampu LED ini justru menghambat pertumbuhan selada romaine. Tinggi tanaman selada romaine yang tidak disinari lebih tinggi dari yang disinari (Tabel 10) sehingga nilai selisihnya negatif (Gambar 20). 2.3 1.8 1.9 2.7 6.1 4.9 2.2 0.4 -0.6 1.3 1.6 3.8 -1.8 -2.6 -5.9 -1.8 -1.3 0.3 -7.0 -5.0 -3.0 -1.0 1.0 3.0 5.0 7.0 5 10 15 20 25 30 Selis ih T in g g i T an am an y an g Dis in ar i d en g an Ko n tr o l (cm ) Umur Tanaman (HST) Selada Keriting Selada Lollo Rossa Selada Romaine

(21)

Peningkatan laju pertambahan tinggi tanaman selada keriting, selada lollo rossa, dan selada romaine mulai signifikan pada umur tanaman 15-25 HST (Gambar 21). Pertumbuhan tanaman selada merupakan pertumbuhan yang eksponensial, lambat di awal pertumbuhan dan sangat cepat di minggu-minggu terakhir sebelum masuk umur waktu panen (Grubben dan Sukprakarn, 1994).

Gambar 21. Laju Pertambahan Tinggi Tanaman Selada Keriting, Selada Lollo Rossa, dan Selada Romaine

Penyinaran dengan lampu LED dapat meningkatkan laju fotosintesis selada keriting dan selada lollo rossa (Gambar 21) sehingga selada keriting pada umur tanaman 25 HST dan selada lollo rossa pada umur kurang dari 30 HST sudah dapat dipanen (Tabel 10). Umumnya semakin tinggi intensitas cahaya akan semakin bertambah besar kecepatan fotosintesisnya sampai suatu faktor (dalam hal ini kadar CO2) menjadi faktor pembatas (Herdiana et al., 1990). Selain itu,

kualitas cahaya juga berpengaruh dalam mempercepat fotosintesis. Cahaya merah dapat meningkatkan luas daun (Wu et al., 2007) dan cahaya biru dapat meningkatkan kapasitas fotosintesis (Saebo et al., 1995; Hogewoning et al., 2010) sehingga dapat memaksimalkan proses fotosintesis.

Pengaruh Penyinaran Lampu LED pada Hasil Tanaman Selada

Penyinaran dengan lampu LED dapat meningkatkan hasil tanaman (yield) selada keriting dan selada lollo rossa (Tabel 13). Rata-rata bobot per tanaman

(22)

selada keriting dan selada lollo rossa yang disinari lampu LED lebih besar daripada selada keriting dan selada lollo rossa yang tidak disinari, sehingga bobot kotor atau hasil tanamannya pun meningkat. Bobot bersih atau bobot total yang terjual (marketable yield) selada keriting dan selada lollo rossa yang disinari lebih besar daripada yang tidak disinari meskipun angka rata-rata kehilangan hasil di tahap pascapanen lebih tinggi pada selada keriting dan selada lollo rossa yang disinari. Bobot bersih selada keriting yang disinari yaitu sebanyak 35 pak atau setara dengan 8.75 kg/bak dan bobot bersih selada lollo rossa yang disinari yaitu sebanyak 24 pak atau setara dengan 6 kg/bak. Bobot bersih selada keriting yang disinari lebih besar daripada nilai taksasi bobot bersih yang berlaku di kebun Cikahuripan 1 Amazing Farm yakni sebesar 8 kg/bak. Namun penyinaran dengan lampu LED ini menghambat pertumbuhan selada romaine sehingga hasil selada romaine yang tidak disinari lebih tinggi dibandingkan yang disinari dengan lampu LED.

Cahaya merah (Saebo et al., 1995) dan cahaya biru (Wu et al., 2007) dapat meningkatkan bobot tanaman. Cahaya merah berperan dalam peningkatan akumulasi pati pada tanaman (Saebo et al., 1995) dan intensitas cahaya yang optimum dapat menyediakan jumlah energi yang cukup untuk penggabungan CO2

dan air dalam pembentukan karbohidrat pada proses fotosintesis (Zulkarnain, 2009).

Tabel 13. Perbandingan Hasil Tanaman Selada yang Disinari Lampu LED dengan Kontrol Varietas Perlakuan Jumlah Tanaman/ Bak Bobot Kotor (kg/bak) Bobot/ Tanaman (g) Bobot Bersih (kg/bak) Kehilangan Hasil (%/bak) Selada Keriting Kontrol 182 11.50 63.19 8.00 30.43 Penyinaran 173 14.10 81.50 8.75 37.94 Selada Lollo Rossa Kontrol 181 6.80 37.57 4.75 30.15 Penyinaran 183 9.20 50.27 6.00 34.78 Selada Romaine Kontrol 182 16.10 88.46 11.75 27.02 Penyinaran 186 10.90 58.60 5.50 49.54

Respon tanaman selada terhadap penyinaran lampu LED pada pertambahan bobot tanaman berbeda-beda. Penggunaan lampu LED paling baik

(23)

diterapkan pada tanaman selada keriting. Respon pertambahan tinggi (Gambar 20) dan bobot tanaman (Gambar 22) selada keriting paling responsif jika dibandingkan dengan selada lollo rossa dan selada romaine. Penyinaran dengan lampu LED ini justru menghambat pertumbuhan selada romaine. Kebutuhan cahaya bervariasi menurut jenis tanamannya dan tanaman yang responsif terhadap pemberian cahaya tambahan (supplemental lighting) akan lebih menguntungkan jika diberi perlakuan penyinaran. Intensitas cahaya untuk mendukung pertumbuhan selada pada budidaya di dalam greenhouse yaitu sekitar 800-1200 foot candles (Jones, 2005).

Gambar 22. Selisih Bobot Tanaman Selada yang Disinari Lampu LED dengan Kontrol

Secara agronomi penggunaan teknologi penyinaran lampu LED mampu memberikan hasil yang baik pada budidaya selada keriting dan selada lollo rossa aeroponik. Umur panen selada keriting dan selada lollo rossa dapat dipercepat serta hasil tanaman (yield) selada keriting dapat dinaikkan sebesar 2.6 kg dan selada lollo rossa sebesar 2.4 kg tiap bak. Secara ekonomi, penggunaan teknologi penyinaran lampu LED ini mengakibatkan pertambahan biaya produksi yaitu sebesar Rp 17 730/bulan/bak. Meskipun demikian, penyinaran dengan lampu LED ini juga dapat meningkatkan pendapatan pada budidaya selada keriting dan selada lollo rossa aeroponik, sehingga masih menguntungkan. Pertambahan

2.60 2.40 -5.20 -6.00 -5.00 -4.00 -3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 Sel isi h B obot T ana m an y ang D isi nar i deng an K ont rol ( k g ) Varietas Selada Keriting Selada Lollo Rossa Selada Romaine

(24)

keuntungan yang diperoleh dari penggunaan lampu LED pada budidaya selada keriting aeroponik yaitu sebesar Rp 16 603.30/bulan/bak (Tabel 14) dan pada budidaya selada lollo rossa aeroponik sebesar Rp 12 319.92/bulan/bak (Tabel 15).

Tabel 13. Perhitungan Ekonomi dari Penggunaan Lampu LED pada Budidaya Selada Keriting Aeroponik

Uraian Komponen Perhitungan Biaya

Peningkatan pendapatan Rp 31 566.08

Pertambahan biaya:

Biaya operasional tagihan listrik1 Rp 6 480.00 Biasa investasi2 Rp 11 250.00 +

Total pertambahan biaya produksi Rp 17 730.00 -

Pertambahan keuntungan Rp 13 836.08 +

Keuntungan dari percepatan panen (5 hari) Rp 2 767.22 +

Total pertambahan keuntungan Rp 16 603.30

Keterangan: 1 biaya tagihan listrik berdasarkan tarif dasar listrik yang berlaku untuk industri pada

penggunaan daya 60 000 VA

2

biaya instalasi lampu LED (Rp 900 000/lampu) yang telah dikonversi dari umur ekonomi lampu LED yaitu 5 tahun

Tabel 14. Perhitungan Ekonomi dari Penggunaan Lampu LED pada Budidaya Selada Lollo Rossa Aeroponik

Uraian Komponen Perhitungan Biaya

Peningkatan pendapatan Rp 30 049.92

Pertambahan biaya:

Biaya operasional tagihan listrik1 Rp 6 480.00 Biasa investasi2 Rp 11 250.00 +

Total pertambahan biaya produksi Rp 17 730.00 -

Pertambahan keuntungan Rp 12 319.92

Keterangan: 1 biaya tagihan listrik berdasarkan tarif dasar listrik yang berlaku untuk industri pada

penggunaan daya 60 000 VA

2 biaya instalasi lampu LED (Rp 900 000/lampu) yang telah dikonversi dari umur

Gambar

Gambar 8. Persiapan Media Persemaian. Potongan rockwool kecil (a), pembuatan  petak-petak kecil (b), dan penyusunan potongan rockwool pada tray  semai (c)
Gambar 9. Penyemaian Benih Selada
Gambar 10. Ruang Gelap dan Green House Nursery. Ruang gelap (a), penanaman    bibit di green house nursery (b)
Gambar 11. Bibit Afkir. Bibit kerdil (a) dan bibit terserang OPT (b)  Tabel 4. Rata-rata Bibit Afkir Selada di Kebun Cikahuripan 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari segi aspek teknis dan operasional BRAND ASRI yang dekat dengan pasar yang berada di Kelurahan Padang Serai bahwa dari segi aspek teknis dan

Pendapat lain mengenai transmigrasi adalah perpindahan dalam hal ini memindahkan orang dari daerah yang padat penduduknya ke daerah yang jarang penduduknya dalam

Pericardiac window adalah sebuah prosedur medis dimana diciptakan sebuah ‘jendela’ yang memungkinkan cairan untuk dikeluarkan dari jantung menuju ke rongga dada, yang mana

Telah menerima anugerah atau pengiktirafan akademik daripada badan profesional dan ilmiah di peringkat kebangsaan atau antarabangsa.. Membawa impak secara langsung

Capaian kinerja rekomendasi wilayah keprospekan, potensi dan status sumber daya panas bumi, batubara, CBM, bitumen padat, dan mineral tercapai 63 rekomendasi/wilayah dari

17.00 - 18.00 60' Penutupan Kegiatan PKKP Lapangan Utama PNJ - Mahasiswa baru sudah hadir dan menempati gugus masing-masing Lapangan Utama PNJ - Presensi dan Kesiapan peserta