• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLIKASI INTEGRASI LATVIA DENGAN UNI ER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLIKASI INTEGRASI LATVIA DENGAN UNI ER"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLIKASI INTEGRASI LATVIA DENGAN UNI EROPA

TERHADAP KRISIS EKONOMI LATVIA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Hubungan Internasional pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

dengan Minat International Development

DISUSUN OLEH:

YANUAR RAHMADAN

NIM: 0911243031

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

IMPLIKASI INTEGRASI LATVIA DENGAN UNI EROPA

TERHADAP KRISIS EKONOMI LATVIA

SKRIPSI

Disusun oleh: YANUAR RAHMADAN

NIM. 0911243031

Telah disetujui oleh dosen pembimbing:

Pembimbing Utama

Erza Killian, S.IP, M.IEF NIK. 83090911120078 Tanggal: 01 November 2013

Pembimbing Pendamping

Henny Rosalinda, S.IP, M.A NIK. 79080811120008 Tanggal: 01 November 2013

Mengetahui,

Ketua Program Studi Hubungan Internasional

(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

IMPLIKASI INTEGRASI LATVIA DENGAN UNI EROPA TERHADAP KRISIS EKONOMI LATVIA

SKRIPSI

Disusun Oleh: YANUAR RAHMADAN

NIM. 0911243031

Telah diuji dan dinyatakan LULUS dalam ujian Sarjana pada 01 November 2013

Tim Penguji: Pembimbing Utama

Erza Killian, S.IP, M.IEF NIK. 83090911120078 Tanggal: 01 November 2013

Pembimbing Pendamping

Henny Rosalinda, S.IP, M.A NIK. 79080811120008 Tanggal: 01 November 2013 Anggota Penguji 1.

Aswin Ariyanto Azis, S.IP, M.DevSt NIP. 19780220201012001

Anggota Penguji 2.

Joko Purnomo, S.IP, M.A NIP. 197804012009121002 Malang, 01 November 2013

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang

(4)

iv

SURAT PERNYATAAN KEABSAHAN SKRIPSI

Nama : YANUAR RAHMADAN NIM : 0911243031

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Implikasi Integrasi Latvia dengan Uni Eropa terhadap Krisis Ekonomi Latvia adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh dari skripsi tersebut.

Malang, November 2013 Yang membuat pernyataan

(5)

v

LEMBAR PERSEMBAHAN

Yang pertama dan utama, puji syukur kehadirat Allah SWT, yang tanpa rahmat dan hidayah yang diberikan-Nya, penulis takkan pernah mungkin mampu untuk menjalankan setiap proses dalam kehidupan, termasuk di dalam proses pengerjaan skripsi ini. Terima kasih atas setiap kesempatan untuk dapat merasakan kesenangan dan juga kesedihan di dalam proses mengerjakan skripsi ini hingga selesai.

Selanjutnya, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan memohon maaf kepada pihak-pihak yang telah memberikan warna di dalam kehidupan penulis selama mengenyam pendidikan lebih dari empat tahun di Malang:

1) Kedua orang tua: Ibu, Bapak. Terima kasih atas setiap dukungan moril dan materil yang selalu diberikan setiap harinya. Terima kasih atas semua doa dan pengorbanan yang telah kalian berikan untuk ketiga anak kalian. Semoga Allah membalas semua jerih payah yang telah kalian berikan. Terima kasih juga kepada kedua adik penulis, keluarga besar penulis, yang tak pernah lupa untuk memberikan perhatian dan semangat bagi penulis. 2) Ibu Erza Killian, S.IP, M.IEF yang telah dengan sabar menjadi dosen

pembimbing skripsi serta dosen pembimbing akademik. Terima kasih atas semua ilmu, pengetahuan, wawasan, serta pengalaman yang telah engkau berikan. Semoga bisa bermanfaat di kemudian hari.

(6)

vi

4) Malta Citra, Ruth Marlyn Grace, Santi Setiawati, Diza Gambino, IGN Eka, Shinta Ary. Terima kasih atas semua kebaikan yang pernah kalian berikan, tawa yang kalian bagi, pengalaman yang kalian indahkan. Semoga tak pernah kita temui akhir dari persahabatan ini kecuali kematian yang merenggutnya.

5) Harry Dharma Yudha, Rehza Pahlevi, Bian Damara, Ferdi Ahmadi. Terima kasih telah menjadi saudara yang sangat baik, orang-orang yang selalu akan penulis sebut ‘rumah’.

6) Wahyu Widya Lestari a.k.a si Mbok atas setiap perjamuan di rumahnya. Naya, Baiq, Nelly, Yuliana, Destia, Randy, atas semua kenangan yang pernah terekam dan tak pernah terlupakan.

7) Serta teman-teman seperjuangan lainnya di program studi Hubungan Internasional angkatan 2009, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya, Malang. Terima kasih telah menjadi tuan rumah yang baik sehingga penulis bisa selalu berkembang, memperbaiki diri, mempersiapkan amunisi, untuk menghadapi realita kehidupan yang sesungguhnya sebagai manusia.

There is particular reason why they call it goodbye. Because something good

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi hasil yang lebih baik.

Akhirnya penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat yang sebaik-baiknya bagi penulis khususnya dan rekan-rekan mahasiswa pada umumnya.

Malang, 01 November 2013

(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Surat Pernyataan Keabsahan Skripsi ... iv

Halaman Persembahan ... v

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Bagan ... xii

Daftar Diagram ... xiii

Daftar Singkatan ... xiv

Abstrak ... xv

Abstract ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 12

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

1.4.1 Perkembangan Keilmuan ... 12

1.4.2 Praktis ... 13

BAB II KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Studi Terdahulu ... 14

2.2 Kajian Teoritis ... 16

2.3 Operasionalisasi Konsep ... 21

2.3.1 Definisi Konseptual ... 21

2.3.2 Definisi Operasional ... 22

(9)

ix BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 24

3.2 Ruang Lingkup Penelitian ... 24

3.3 Penelitian Data ... 25

3.4 Teknik Analisa Data ... 25

3.5 Sistematika Penulisan ... 25

BAB IV UNI EROPA DAN KRISIS EKONOMI LATVIA 4.1 Uni Eropa ... 29

4.1.1 Sejarah Pembentukan Uni Eropa ... 29

4.1.2 Decision-making dalam Uni Eropa ... 33

4.1.3 Common Policy ... 41

4.1.4 Exclusive Competence Uni Eropa ... 44

4.2 Krisis Ekonomi Latvia ... 47

4.2.1 Sistem Perekonomian Latvia pada Masa Pendudukan Soviet ... 48

4.2.2 Sistem Perekonomian Latvia sebelum Bergabung dengan Uni Eropa ... 50

4.2.3 Kondisi Ekonomi Latvia saat terjadi Krisis Eko- nomi 2008 ... 56

BAB 5 TRANSFER OF POWER KEPADA UNI EROPA SEBAGAI PENYEBAB TERJADINYA KRISIS EKONOMI DI LATVIA 5.1 Implikasi Exclusive Competence Uni Eropa terhadap Negara Anggota ... 60

5.2 Transfer of Power dalam Kebijakan Ekonomi dari Pemerintah Latvia kepada Uni Eropa ... 62

(10)

x

Trans-border Economic Movement yang sejalan dengan EU Exclusive Competence ... 75

5.3 Hilangnya Peran Pemerintah untuk Mengatur Perekonomian Latvia sebagai Dampak dari Adanya Transfer of Power kepada Uni Eropa ... 84

BAB 6 PENUTUP

6.1 Kesimpulan ... 88 6.2 Saran ... 89

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Dimensi Transfer of Economic Power ... 22

Tabel 2. Penurunan GDP Kelima Negara Pasca Runtuhnya Uni Soviet ... 50

Tabel 3. Deregulasi Kebijakan Fiskal di Latvia (Pajak) ... 54

Tabel 4. Indikator Ekonomi di Latvia Tahun 1995-2000 ... 55

(12)

xii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Consultation Procedure dalam Decision-making Process

Uni Eropa ... 37 Bagan 2. Assent Procedure dalam Decision-making Process Uni Eropa ... 38 Bagan 3. Co-decision Procedure dalam Decision-making Process

(13)

xiii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1. Tingkat Potential and Actual GDP Negara Latvia ... 6

Diagram 2. Tingkat Inflasi di Latvia Tahun 1991-1994 ... 53

Diagram 3. Perubahan Struktur Hutang di Latvia ... 58

(14)

xiv

DAFTAR SINGKATAN

AS Amerika Serikat

CEEC Central and Eastern European Countries

EBRD European Bank for Reconstruction and Development

EC European Commission

ECSC European Coal and Steel Community

EEC European Economic Community

EMU European Monetary Union

ERM Exchange Rate Mechanism

EU European Union

FDI Foreign Direct Investment

FTA Free Trade Agreement

GDP Gross Domestic Product

IMF International Monetary Fund

LVL Latvian Lats

SEA Single European Act

TEU Treaty on the European Union

TFEU Treaty on the Functioning of European Union

(15)

xv ABSTRAK

Tahun 2004 menjadi tahun bersejarah bagi negara Latvia karena Latvia secara resmi telah menjadi anggota Uni Eropa. Keanggotaan di Uni Eropa tersebut menjadi sesuatu hal yang penting untuk semakin mendorong pertumbuhan ekonomi di negara Latvia. Tiga tahun pertama setelah bergabung dengan Uni Eropa, negara Latvia mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan yakni mencapai angka pertumbuhan ekonomi di atas dua digit. Hampir seluruh indikator perekonomian berada pada trend yang positif.

Namun, perekonomian negara Latvia secara mendadak mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif. Hal tersebut tercermin dari penurunan perolehan GDP tahun 2008 yang hampir menyentuh level 20%. Indikator-indikator perekonomian lainnya pun mengalami trend penurunan yang serupa. Kondisi tersebut akhirnya membuat Latvia harus menghadapi krisis ekonomi yang cukup parah sehingga negara Latvia mendapatkan sejumlah dana bailout (dana talangan) untuk mencegah terjadinya krisis ekonomi yang lebih parah.

Krisis ekonomi di Latvia tidak terlalu menjadi fokus perhatian dari beberapa pihak bila dibandingkan dengan krisis ekonomi di Yunani yang hingga saat ini masih terus berlangsung. Melalui teori transfer of power, penulis mencoba untuk melakukan analisa terkait hubungan antara krisis ekonomi di Latvia dengan keanggotaan Latvia di Uni Eropa. Dengan menguraikan kedua variabel tersebut diharapkan dapat mencari penyebab terjadinya krisis ekonomi di Latvia berdasarkan sudut pandang yang lain.

(16)

xvi ABSTRACT

Year of 2004 is a historical time for Latvia for oficially becoming the new member state of European Union. Entering into European Union become one big step for Latvia to boost its economic development. The first three year after integrating its self to European Union, Latvia experienced a significant economic growth, which reached two digit economic growth. Nearly all economic indicators showed positif trend.

But, in relative short period, the economic of Latvia fell into negative situation. It showed clearly in the down fall of Latvia’s GDP which nearly reached minus 20% in the year of 2008. The other indicators also showed the same negative trend. This condition forced Latvia to face serious economic crisis, so that Latvia needed to accept bailout to prevent more serious downfall.

Only a few researcher take in depth study about economic crisis faced by Latvia, compared to economic crisis in Greece which unfortunately still happening till this year. Through Transfer of Power Theory, author try to analyze the corelation between Latvia’s economic crisis and its membership in European Union. By describing and connecting both variable, author hope to find the main cause of Latvia’s economic crisis from another perspective which pretty different from the other researcher.

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Uni Eropa, yang pada saat awal pembentukannya diprakarsai oleh 6 negara (Belgia, Luxemburg, Belanda, Perancis, Jerman dan Italia), saat ini mewakili sepertiga dari total Gross Domestic Product (GDP) dunia serta mewakili seperlima dari jumlah total perdagangan barang dunia. Dalam beberapa dekade terakhir, Uni Eropa telah mencapai hasil yang signifikan dalam hal pertumbuhan ekonomi, yakni mencapai 22,4% sejak tahun 1995 hingga 20041. Pencapaian tersebut masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan capaian pertumbuhan ekonomi negara Jepang pada jangka waktu yang sama dan capaian tersebut hanya bisa dikalahkan oleh capaian pertumbuhan ekonomi negara Amerika Serikat yang masing-masing mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 9,8% dan 33,9%2.

Pada tahun 2004, Uni Eropa akhirnya melakukan enlargement dengan menerima negara-negara eks-Uni Soviet sebagai bagian dari integrasi kawasan tersebut, meskipun beberapa pihak meragukan keuntungan dari enlargement tersebut mengingat masih rendahnya standar kehidupan di negara-negara bekas penganut sosialisme tersebut. Namun, negara-negara yang berada di kawasan Eropa Tengah dan Timur tersebut, atau yang biasa disebut dengan Central and Eastern European Countries (CEECs), tetap diterima sebagai bagian dari Uni

1

R. Dalimov. The EU Economic Integration: ‘Prons’ and ‘Cons’ (Tashkent: Maxwell Scientific Organization. 2009) hlm 1.

2

(18)

2

Eropa karena telah memenuhi persyaratan yang diberika, seperti keharusan untuk memfungsikan pasar ekonominya secara bebas serta adanya penjaminan untuk menciptakan stabilitas politik dari pemerintahan yang berdemokrasi3. Namun, alasan penting mengapa negara CEEC diterima sebagai anggota yakni karena adanya stagnansi ekonomi yang dialami oleh beberapa negara, khususnya Jerman, Italia, dan Perancis. Sehingga adanya pengharapan agar negara-negara CEEC tersebut bisa mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih positif bagi Uni Eropa mengingat negara-negara tersebut masih digolongkan sebagai negara berkembang yang lebih memiliki kemampuan untuk mengalami pertumbuhan ekonomi di atas dua digit4.

Pada awal bergabungnya dengan Uni Eropa, negara-negara CEEC memang menikmati pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Hal tersebut sejalan dengan yang dikatakan Stephen D. Krasner (2003) bahwa negara-negara kecil memiliki kecenderungan untuk membuka ekonomi mereka secara bebas, salah satunya dengan melakukan integrasi ekonomi dengan tujuan untuk mendapatkan agregat pendapatan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi5. Contoh dari keberhasilan negara-negara CEEC di dalam mencapai pertumbuhan ekonomi bisa dilihat dari negara Latvia yang kemudian menikmati pertumbuhan GDP sebesar 11,9% pada tahun 2006, yang sebelum bergabung dengan Uni Eropa hanya

3

Anonym, 2008. Diakses dari http://www.slovak-republic.org/eu/ pd 08 April 12 pukul 20:29 WIB

4

Ognian N. Hishow. Economic Effects of EU Eastern Expansion: High Growth in the New Member Economies with a Continuing Prosperity Gap. Berlin: German Institute for International and Se- curity Affairs. 2004) hlm 7.

5

(19)

3

mencapai 6 – 7% per tahunnya6. Peningkatan pertumbuhan GDP Latvia ditopang oleh tiga pemicu utama, yakni (1) karena tersedia nya tambahan pasar eksternal bagi produk-produk ekspor Latvia, (2) masuknya lebih banyak Foreign Direct Investment (FDI), (3) serta terbukanya pasar domestik Latvia untuk ekspansi

bank-bank swasta lokal maupun asing7. Selain itu, Latvia juga mendapatkan stimulus dana dari the common European budget yang memiliki fungsi sebagai structural and cohesion fund8. Total dana yang diterima Latvia berjumlah 4.530,45 juta Euro dari total 347 milyar Euro yang disediakan Uni Eropa untuk pendanaan structural and cohesion fund9. Dengan demikian, integrasi dengan Uni Eropa membuat Latvia mendapatkan tambahan suntikan dana sebagai stimulus percepatan pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut kemudian juga diikuti dengan adanya peningkatan standar upah pegawai di Latvia yang naik setiap tahunnya sejak bergabung dengan Uni Eropa hingga tahun 2007. Berdasarkan data dari Central Statistical Bureau, Bank of Latvia, standar upah pegawai di Latvia naik dari 211 Euro pada tahun 2004 menjadi 398 Euro pada tahun 200710. Selain itu, tingkat pengangguran di Latvia semakin menurun. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah pengangguran yang hanya sebesar 6,0% dari total angkatan kerja Latvia pada tahun 2007 dari sebelumnya 10,4% pada tahun 200411.

6

Dace Akule. The Europeanization of Latvia: Becoming Good Europeans?. 7

Igors Kasjanovs dan Anna Kasjanova. The Crisis in Latvia: Reasons and Consequences. (World Economics Vol.12 No.3. 2011) hlm 107.

8

Ibid.

9

Anonym. 2012. EU Cohesion Funding – Key Statistics. European Commission Wesbite. Diakses dari http://ec.europa.eu/regional_policy/thefunds/funding/index_en.cfm pada 29 Nov 2012

10

Igors Kasjanovs dan Anna Kasjanova. The Crisis in Latvia: Reasons and Consequ- ences. (World Economics Vol.12 No.3. 2011) hlm 108.

11

(20)

4

Peningkatan standar upah dan penurunan tingkat pengangguran di Latvia tersebut merupakan hasil dari terbukanya kesempatan bagi warga Latvia untuk dapat bekerja di negara-negara Uni Eropa lainnya sebagai implikasi dari terbukanya labor market karena telah terintegrasi dengan Uni Eropa12. Pasca menjadi anggota Uni Eropa, warga dari negara Latvia kemudian bebas mencari pekerjaan di negara manapun yang juga menjadi anggota Uni Eropa. Dua negara yang kemudian menjadi tujuan utama warga Latvia untuk mencari pekerjaan adalah negara Inggris dan Irlandia13. Kondisi tersebut bukan hanya akan mengurangi angka jumlah pengangguran di negara Latvia, namun juga memperketat kualifikasi pekerja di domestik Latvia itu sendiri14. Kenaikan standar upah tersebut juga didorong dengan adanya peningkatan tenaga kerja terdidik di Latvia, serta juga akibat banyaknya FDI yang masuk sehingga standarisasi upah menjadi naik15.

Dengan menggunakan indikator seperti pertumbuhan GDP yang tinggi serta pendapatan pajak yang meningkatkan, pemerintah Latvia kemudian mengambil kesimpulan bahwa perekonomian Latvia berada dalam kondisi yang ‘sehat’ karena data-data pertumbuhan ekonomi di Latvia menujukan adanya kondisi ideal dari negara yang telah melakukan integrasi. Seperti halnya kenaikan tingkat upah, kemudahan untuk mendapatkan barang dengan range harga yang variatif akibat adanya zero tariff policy, serta kenaikan jumlah ekspor dari tahun

12

Ibid. hlm 107.

13

Ibid.

14

Ibid.

15

(21)

5

sebelumnya akibat terbukanya pasar yang lebih luas16. Latvia juga dinobatkan sebagai negara peringkat ke 27 dalam hal kemudahan untuk membuka bisnis di negaranya17.

Namun pada kenyataannya, data-data pertumbuhan ekonomi yang positif tersebut tidak bisa bertahan lebih lama dan justru membuat Latvia mengalami keterpurukan ekonomi. Pakar-pakar ekonomi di Latvia serta Bank Sentral Latvia pada dasarnya telah memberikan peringatan kepada pemerintah Latvia bahwa pertumbuhan GDP Latvia melebihi level potensial teoritis18. Actual GDP yang didapat oleh Latvia pada boom period jauh melebihi potential GDP yang diperkirakan. Actual GDP merupakan besaran GDP yang didapatkan secara nyata, sedangkan potential GDP adalah besaran GDP yang mungkin didapatkan oleh suatu negara dengan mempertimbangkan dan melihat pada indikator-indikator ekonomi yang ada19. Dari data yang ada, Latvia mendapatkan actual GDP yang selalu lebih besar dari potential GDP sejak kuartal pertama 2006 hingga kuartal keempat 200820. Mulai kuartal pertama 2009, actual GDP Latvia sama dengan potential GDP dan kemudian semakin menurun seiring terjadinya krisis ekonomi

yang menerpa Latvia21. Pertumbuhan GDP yang melebihi level potensial tersebut merupakan implikasi dari adanya overheating economy di Latvia, yang mana

16

Richard E. Baldwin, Joseph F. Francois, Richard Portes. The Cost and Benefit of Eastern Enlarge- ment: The Impact on the EU and Central Europe. hlm 3 – 6.

17

World Bank Group, “Economiy Rankings” in “Doing Business 2010” report. Diakses dari http://www.doingbusiness.org/economyrankings.

18

Igors Kasjanovs dan Anna Kasjanova. loc.cit. hlm 109.

(22)

6

aliran FDI, cohesion and structural fund dari Uni Eropa, serta pertumbuhan kredit bertumbuh secara sangat positif.

Diagram 1 : Tingkat Potential and Actual GDP Negara Latvia22

Namun pemerintah Latvia mengabaikan peringatan tersebut dengan tetap menerapkan kebijakan budget deficit. Padahal, di tengah boom period tersebut seharusnya pemerintah Latvia menerapkan budget surplus untuk mengimbangi overheating tersebut. Pemerintah Latvia tetap mempertahankan kebijakannya

tersebut dengan menggunakan semua positive output gap tersebut untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial di domestik Latvia23 meskipun neraca pembayaran negara Latvia menunjukkan angka yang defisit, hingga menyentuh

22

Igors Kasjanovs dan Anna Kasjanova. loc.cit. hlm 120

23

(23)

7

level 22,5% dari GDP pada tahun 2006 dan 200724. Hal tersebut merupakan imbas dari impor Latvia yang jumlahnya dua kali lipat dari jumlah ekspornya, yang mana barang-barang yang diekspor Latvia pada dasarnya merupakan barang bernilai ekonomis rendah seperti produk kayu dan tekstil25. Selain itu, 70% dari GDP Latvia pada dasarnya berasal dari sektor jasa26 dan sisanya berasal dari sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan (sebesar 5%), serta sektor manufaktur (25%)27. Selain dari adanya pertumbuhan GDP yang melebihi level potensial teoritis, negara Latvia juga mengalami inflasi yang cukup tinggi sejak bergabung dengan Uni Eropa. Inflasi negara Latvia pada tahun 2001 hingga 2003 berturut-turut, 3,2%, 1,4%, dan 3,6%28. Sedangkan, periode setelah bergabung dengan Uni Eropa (tahun 2004 hingga 2008), negara Latvia mengalami inflasi berturut-turut, 7,3%, 7,0%, 6,8%, 14,1%, dan 15,4%29.

Tingkat inflasi yang tinggi di Latvia tersebut merupakan implikasi dari beberapa faktor di antaranya: kenaikan standar upah yang sangat tinggi, tingkat konsumsi yang meningkat tajam akibat jumlah impor barang yang lebih besar daripada ekspor, serta kenaikan harga perumahan yang sangat signifikan30. Kenaikan upah di Latvia, dan negara-negara Baltik pada umumnya, juga didorong

24

Ibid. hlm 109.

25

Ted Reinert, Zuzana Svetlosakova, Antonia Karaisl, and Philip Bednarczyk. International and Do- mestic Financial Crisis Responses in Latvia and Ukraine, 2008-2010. (Johns Hopkins University’s Paul H. Nitze School for Advanced International Studies. April 2010) hlm 8.

26

Terdiri atas retail trade, transport, shipping, storage, real estate, dan IT.

27

(24)

8

dengan adanya exceeded productivity growth31, sedangkan kenaikan harga perumahan di Latvia merupakan akibat dari banyaknya bermunculan kredit-kredit rumah dari perbankan asing yang menjalankan bisnisnya di Latvia sebagai dampak dari adanya permintaan dalam jumlah banyak dari masyarakat domestik Latvia akibat adanya peningkatan kondisi sosial dan ekonomi di Latvia32. Ketiga indikator makroekonomi (inflasi, anggaran belanja yang defisit, serta GDP output gap) tersebutlah yang kemudian membuat pertumbuhan ekonomi Latvia dapat

dikatakan sebagai pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil dan kemudian menyebabkan krisis ekonomi pada tahun 2008 yang lalu.

Krisis ekonomi di Latvia pada awalnya ditandai dengan adanya penurunan harga sektor perumahan di Latvia yang turun drastis sebesar 35% pada kuartal pertama tahun 2008 bila dibandingkan pada musim panas tahun sebelumnya33. Latvia sebagai salah satu negara paling overheated secara ekonomi, menjadi salah satu negara paling awal yang terkena imbas penurunan harga perumahan di Amerika Serikat yang mulai terjadi pada pertengahan kuartal kedua (Q2) tahun 200634. Hal tersebut diakibatkan oleh empat faktor utama. Pertama, pemerintah Latvia mengeluarkan anti-inflation plan pada awal tahun 2007 untuk memperketat pemberian kredit untuk sektor perumahan serta untuk meningkatkan rasio simpanan perbankan35. Hal tersebut kemudian membuat tingkat pertumbuhan

31

Rainer Kattel and Ringa Raudla. Can Austerity Bring Growth?. Diakses dari

http://triplecrisis.com/can-austerity-bring-growth/ pada 17 Juni 2012 pukul 09:49 WIB

32

Ibid.

33

Anders Aslund and Valdis Dombrovskis. 2011. How Latvia Came Through the Financial Crisis. Chaper 3: hlm. 35.

34

Ibid. hlm.34.

35

(25)

9

kredit menurun pada pertengahan tahun 200736. Kedua, pada musim panas tahun 2007, bank-bank asing yang beroperasi di Latvia, termasuk SEB Unibanka dan Swedbank juga memberlakukan kebijakan pengetatan kredit37. Ketiga, berlanjutnya trend inflasi di Latvia sehingga membuat kondisi perekonomian Latvia tidak stabil, tingginya angka kredit oleh rumah tangga (individu)38 serta rasio hutang luar negeri Latvia yang telah melebihi 100% dari GDP39. Keempat, kondisi tersebut diperparah dengan adanya kesulitan likuditas yang dialami oleh bank terbesar kedua di Latvia, Parex, akibat gelombang krisis yang datang dari runtuhnya Lehman Brothers di Amerika Serikat40. Sehingga membuat bank-bank di Latvia mengalami kesulitan dalam mengakses uang dari pasar internasional akibat membekunya likuiditas global pasca kejatuhan Lehman Brothers tersebut.

Akibat resesi global yang terjadi sejak tahun 2008 hingga 2009, negara Latvia mengalami kontraksi ekonomi sebesar 18% pada tahun 2009 dan menjadi salah satu resesi yang terdalam di antara 27 negara Uni Eropa41. Selain Latvia, negara-negara di kawasan Baltik lainnya juga mengalami hal yang serupa, dimana Estonia mengalami penurunan GDP sebesar 15,1% pada tahun 2009, dan

Igors Kasjanovs dan Anna Kasjanova. loc.cit. hlm 108

39

Yoji Koyama. loc.cit. hlm 102.

40

Anders Aslund and Valdis Dombrovskis. op.cit. hlm 35

41

Wibisono. 2009. Diakses dari

http://www.antaranews.com/berita/1251400467/imf-setujui-pinjaman-untuk-latvia pada 02 Oktober 2012.

42

Yoji Koyama. loc.cit. hlm 109.

43

(26)

10

beberapa tahun terakhir pemerintah Latvia menggantungkan pertumbuhan ekonomi negaranya dari hutang dengan total. Sumber hutang tersebut berasal dari International Monetary Fund (IMF) sebesar 1,7 milyar Euro, European Union

sebesar 3,1 milyar Euro, negara-negara Skandinavia sebesar 1,8 milyar Euro, World Bank sebesar 0,4 milyar Euro, Republik Ceko sebesar 0,2 milyar Euro,

serta European Bank for Reconstruction and Development (EBRD), Estonia dan Poland dengan masing-masing memberikan pinjaman sebesar 0,1 milyar Euro44.

Total semua pinjaman tersebut berjumlah 7,5 milyar Euro atau setara dengan sepertiga dari total GDP Latvia tahun 200845. Dengan menerima total pinjaman 7,5 milyar Euro tersebut, Latvia telah menerima provision dari IMF dan Uni Eropa untuk melakukan budget consolidation guna mengurangi tingkat defisit anggaran belanja Latvia46. Salah satunya melalui penerapan fiscal discipline untuk memastikan terciptanya pembangunan ekonomi yang berkelanjutan47. Selain itu juga, adanya penurunan gaji dan belanja administrasi pemerintah dan mengalokasikan dana tersebut untuk meningkatkan pembiayaan di sektor social safety48. Provision yang terakhir yakni adanya restrukturisasi sistem perpajakan di Latvia untuk meningkatkan pendapatan di sektor pajak serta untuk mengurangi

Experiences, Challenges Ahead, and Main Lessons. ECFIN Economic Brief.

44

IMF Press Release No.08/332, 19 Desember 2008. Disarikan dari Yoji Koyama, op.cit, hlm 105

45

Ibid.

46

Agnese Belkevica. 2011. Three-year-long Latvian International Loan Programme is Closed. Diakses dari http://www.mk.gov.lv/en/aktuali/zinas/2011/12/221211-mof-01/ pada 08 April 2012 pukul 11:42 WIB

47

Ibid

48

(27)

11

beban perusahaan dan pekerja buruh di berbagai sektor akibat kondisi perekonomian yang melemah49.

Sektor-sektor yang kemudian terkena dampak krisis diantaranya sektor perdagangan dan pariwisata, konstruksi, manufaktur, transportasi dan komunikasi, serta public service50. Sektor-sektor seperti sektor konstruksi, komunikasi, dan perdagangan merupakan sektor-sektor yang menjadi penopang saat boom period di Latvia namun harus mengalami kontraksi masing-masing sebesar 19,0%, 4,0%, dan 24,0%51.

Dari data di atas telah jelas bahwa sektor ekonomi Latvia semakin memburuk pasca dilakukannya integrasi dengan Uni Eropa. Pertumbuhan ekonomi yang sempat mencapai di atas 10%, pada dasarnya tidak bisa menjadi patokan bahwa perekonomian Latvia telah bertumbuh dengan baik. Karena pada kenyataannya, yang kemudian muncul adalah gelembung ekonomi yang semakin memperburuk sektor perekonomian Latvia. Hal tersebutlah yang kemudian terjadi dengan Latvia dimana 70% dari total GDP negara Latvia berasal dari sektor jasa. Terlebih dengan adanya integrasi dengan pasar Uni Eropa, maka kondisi perekonomian Latvia menjadi semakin rentan dengan kondisi eksternal.

Sehingga, berdasarkan latar belakang di atas, bagaimana implikasi bergabungnya suatu negara ke sebuah organisasi internasional (dalam hal ini negara Latvia ke Uni Eropa) masih bisa diperdebatkan, karena bila berkaca pada kondisi Latvia, seperti yang telah digambarkan secara jelas dalam latar belakang

49

Ibid.

50

Mohamed Ihsan Ajwad, Francisco Haimovich, Mehtabul Azam. The Employment and Welfare Impact of Financial Crisis in Latvia (Latvia Technical Assistance, TA-P118609-TAS-BB)

51

(28)

12

di atas, maka integrasi dengan Uni Eropa justru dapat memberikan dampak/implikasi yang negatif. Apa yang kemudian dapat menyebabkan Latvia pada akhirnya dapat mengalami krisis ekonomi pada tahun 2008 yang lalu?

1.2 Rumusan Masalah

Mengapa integrasi dengan Uni Eropa dapat menyebabkan krisis ekonomi bagi negara Latvia?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam penelitian ini diantaranya : 1. Menganalisa peran Uni Eropa dalam memberikan pengaruh terhadap pembuatan kebijakan domestik negara Latvia, khususnya dalam bidang ekonomi.

2. Memberi rekomendasi kebijakan bagi pemerintah Latvia untuk dapat memaksimalkan keanggotaannya di Uni Eropa, dan untuk mengantisipasi krisis ekonomi serupa di masa yang akan datang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Perkembangan Keilmuan

(29)

13

kontribusi integrasi dengan organisasi regional terhadap terjadinya krisis ekonomi di suatu negara.

1.4.2 Praktis

(30)

14 BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Studi Terdahulu

Terdapat cukup banyak penelitian yang membahas tentang bagaimana integrasi dengan Uni Eropa, khususnya Eurozone, dapat memberikan dampak yang negatif bagi suatu negara. Hal tersebutlah yang kemudian juga coba diungkapkan oleh Sahako Kaji dalam tulisannya yang berjudul Economic Stability and Choice of Exchange Rate Regimes52. Dalam tulisannya tersebut, Kaji menguraikan bagaimana Euro bukan hanya menjadi satu-satu nya penyebab dari terciptanya bubble economy di Uni Eropa, khususnya di Eurozone53. Namun, kondisi domestik ekonomi negara-negara anggota Uni Eropa juga ikut menyumbangkan di dalam ‘masalah’ di dalam sistem perekonomian Uni Eropa54.

Mata uang Euro yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi fiskal dan mereformasi struktur ekonomi, pada kenyataannya gagal untuk mencapai goal yang diharapkan. Hal tersebut dikarenakan adanya “one-size-fits-all” monetary policy dan Excessive Deficite Procedures bagi semua negara yang ingin

mengadopsi mata uang Euro55. Yang justru terjadi adalah adanya peningkatan dalam sektor perumahan, peningkatan upah pekerja yang berarti perusahaan harus menanggung beban yang lebih besar56, dan defisit belanja pemerintah57.

52

Sahako Kaji. Economic Stability and Choice of Exchange Rate Regimes (Policy Research Institute, Ministry of Finance of Japan. Public Policy Review Vol.8 No.3. Augustus 2012).

53

Ibid. hlm 341.

54

Ibid.

55

Ibid. hlm 343.

56

(31)

15

Selain itu, Janis Berzins dalam tulisannya berjudul Latvia and EU: the Political Economy of Underdevelopment menyatakan adanya anggapan bahwa

konsep pembangunan, khususnya dalam bidang ekonomi, selalu diidentikkan dengan adanya economic growth yang kemudian berimplikasi pada peningkatan standar hidup, pendidikan, moral, dan kebiasaan58. Hal tersebutlah yang kemudian negara Latvia lakukan, bahwa dengan bergabung dengan Uni Eropa, maka Latvia akan memulai proses pembangunan yang sejalan dengan paradigma neoliberal capitalism yang dapat mempercepat pembangunan ekonomi hingga level yang

paling optimal59. Oleh karena itu, pasca bergabung dengan Uni Eropa, Latvia melakukan berbagai structural adjustment seperti membuka sebebas-bebasnya terhadap financial and capital accounts60.

Yang kemudian dilakukan oleh Latvia yakni melakukan deregulasi di sektor perbankan untuk mempermudah pemberian kredit untuk memenuhi permintaan dari publik61. Dan hal tersebut kemudian menyebabkan terjadinya peningkatan harga perumahan di Latvia karena merupakan satu-satunya sektor yang masih dapat memberikan keuntungan akibat sektor manufaktur yang kalah bersaing dengan mesin-mesin impor62.

sosial meningkat. Hal tersebut akan berimplikasi pada tingginya harga pekerja dan tingginya jaminan sosial yang harus diberikan oleh perusahaan, sehingga membuat perusahaan harus memikirkan cara untuk menghemat biaya produksi. Salah satu caranya yakni dengan melaku- kan pengurangan karyawan.

57

Ibid. hlm 347-355.

58

Janis Berzins. Latvia and EU: the Political Economy of Underdevelopment. hlm 1.

(32)

16

Dari kedua studi terdahulu, penulis dapat menyimpulkan bahwa adanya kecendrungan, baik dari negara maupun organisasi internasional, untuk mengikuti sistem yang telah ada. Seperti dalam organisasi regional Uni Eropa, yang mana menggunakan “one-size-fits-all” monetary policy dan Excessive Deficite Procedures, serta negara Latvia yang juga percaya bahwa pembangunan hanya

bisa dicapai dengan cara menggunakan sistem neoliberal capitalism. Dan hal tersebutlah yang kemudian dapat penulis simpulkan sebagai salah satu penyebab dari terjadinya krisis ekonomi.

2.2 Kajian Teoritis

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori dari Dan Sarooshi. Teori tersebut untuk menjelaskan transfer kekuasaan dari Latvia ke Uni Eropa. Dan Sarooshi dalam tulisannya yang berjudul International Organization and Their Exercise of Sovereign Power menjelaskan bahwa setidaknya terdapat tiga kategori

pendelegasian kekuasaan negara kepada organisasi internasional. Tiga kategori tersebut dibedakan berdasarkan spektrum/derajat pendelegasiannya. Tiga kategori tersebut yakni :

1. An Agency Relationship, yang dijelaskan oleh Dan Sarooshi sebagai tindakan dari satu pihak yang mewakili pihak yang lain.

(33)

17

organisasi internasional63. Lebih lanjut, Dan Sarooshi juga mendefisiniskan delegasi sebagai adanya hak dari negara tersebut untuk kemudian dapat keluar dari keanggotaan ataupun tidak menyetujui kerangka kerjasama yang dibuat, dengan catatan belum adanya sebuah perjanjian yang sah64. Dalam kategori ini, hak-hak kekuasaan negara tidak terbatasi dengan adanya kesepakatan-kesepakatan yang dibuat. Konsekuensi yang kemudian didapat oleh sebuah negara bila ia mendelegasikan kekuasaannya kepada sebuah organisasi internasional yakni : (1) negara tersebut berhak untuk menentukan apakah ia mau menyetujui kesepakatan yang akan dibuat atau menolak kesepakatan tersebut; (2) organisasi tersebut tidak bertindak atau berjalan di atas nama negara yang mendelegasikannya65. Bila dapat disimpulkan, bahwa dalam pendelegasian kekuasaan, negara secara sadar memilih untuk ikut berpartisipasi secara aktif, mengimplementasikannya dalam level domestik negara tanpa ada paksaan, dan setiap keputusan yang dibuat oleh organisasi internasional tersebut merupakan keputusan yang dibuat atas dasar kesepakatan bersama negara-negara anggotanya yang bergabung secara sukarela66. Contoh organisasi internasional yang bisa dikategorikan sebagai organisasi dimana anggota negara nya mendelegasikan kekuasaannya yakni United Nations (PBB), serta badan-badan di bawah PBB seperti UNHRC (UN Human Rights Committee).

63

Dan Sarooshi. International Organization and their Exercise of Sovereign Power (New York: Ox- ford University Press. 2005) hlm.6

64

Ibid. hlm. 2.

65

Ibid. hlm 9-10.

66

(34)

18

3. Transfer of Power, yang dijelaskan oleh Dan Sarooshi sebagai pendelegasian kekuasaan dalam tingkatan yang lebih tinggi. Dimana suatu negara yang melakukan transfer kekuasaan kepada sebuah organisasi internasional akan cenderung lebih ‘menuntut’ kepada organisasi tersebut67. Hal tersebut bukanlah tanpa sebab mengingat suatu negara yang mentransfer kekuasaan nya (bisa juga dikatakan sebagai transfer kedaulatan) maka ia akan bergerak sepenuhnya dalam kerangka yang telah ditetapkan oleh organisasi tersebut68. Sehingga setiap negara yang bergabung di dalamnya akan mengharapkan adanya keuntungan yang didapatkan lebih besar dari yang lainnya. Dalam kategori pendelegasian ini, negara-negara yang bergabung di dalam sebuah organisasi internasional, mereka secara sadar menyerahkan hak-hak kekuasaannya, sehingga kekuasaan negara secara langsung dibatasi oleh kesepakatan-kesepakatan yang dibuat69. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan hak-hak eksklusif yang ditawarkan oleh organisasi internasional tersebut70. Konsekuensi yang kemudian di dapat oleh sebuah negara bila ia melakukan transfer kekuasaan kepada organisasi internasional yakni : (1) negara tersebut tidak diperbolehkan melakukan tindakan di luar kerangka yang telah ditetapkan; (2) setiap tindakan ataupun kebijakan yang dikeluarkan oleh organisasi internasional tersebut, merupakan cerminan dari negara-negara

67

Ibid. hlm 12.

68

Ibid. hlm 12.

69

Ibid. hlm 16.

70

(35)

19

anggotanya71. Contoh organisasi internasional yang dikategorikan sebagai organisasi yang anggota negaranya mentransfer kekuasannya yakni World Trade Organization (WTO) & European Community (EC).

Namun, teori yang kemudian penulis gunakan hanya teori transfer of power karena teori tersebut yang dapat menggambarkan tingkatan pendelegasian

power dari negara-negara anggota kepada Uni Eropa dalam bidang ekonomi. Di

dalam teori transfer of power, pada dasarnya tidak membahas secara eksplisit mengenai power (dalam bidang ekonomi) apa saja yang harus diserahkan. Sehingga penulis membutuhkan sebuah konsep untuk bisa menemukan indikator transfer of power dalam bidang ekonomi.

Simon V. Sanders dalam tulisannya yang berjudul The Meaning of Economic Sovereignty: Categorizing Sovereignty and the Development of an

Un-Strecheted Concept menjelaskan mengenai transfer of power dalam bidang

ekonomi sebagai hilangnya mandat (self-determination) suatu negara untuk melakukan kontrol terhadap struktur ekonominya sendiri72. Dimensi kontrol yang hilang tersebut di antaranya :

Tabel 1: Dimensi Transfer of Economic Power

Dimensi Indikator

1. Kebijakan Makroekonomi 1. Kebijakan fiskal 2. Kebijakan moneter

71

Ibid. hlm 47-48.

72

(36)

20

Kebijakan makroekonomi sendiri merupakan kebijakan negara untuk mengatur kondisi perekonomiannya secara makro yang mana melibatkan dua unsur penting, yakni kebijakan fiskal dan moneter. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang terkait dengan belanja negara dan hutang luar negeri74, sedangkan kebijakan moneter merupakan kebijakan yang terkait dengan tingkat suku bunga dan transaksi nilai tukar mata uang75.

Sedangkan dalam trans-border economic movement, negara harus kehilangan otoritasnya untuk mengatur pergerakan barang dan jasa (trade), pergerakan labor (migrasi manusia, pekerja); serta pergerakan modal, baik dalam bentuk FDI maupun investasi76. Pergerakan barang dan jasa di sini bukan hanya adanya pengurangan dalam hal biaya transaksi (tarif), namun juga adanya penghilangan hambatan-hambatan non-tarif (non-tariff barriers)77.

73

Ibid.

74

Andrew Walter and Gautam Sen. Analyzing the Global Political Economy. (Princeton, New Jersey: Princeton University Press. 2009) hlm 104

75

Ibid.

76

Ibid. hlm 191.

77

(37)

21 2.3 Operasionalisasi Konsep

2.3.1 Definisi Konseptual

Dalam penelitian ini, penulis mengidentifikasi setidaknya terdapat 2 konsep utama, yakni konsep organisasi regional dan krisis ekonomi. Definisi dari organisasi regional adalah organisasi yang di dalamnya terdiri dari negara-negara yang saling berdekatan (neighbouring countries) yang sama-sama memiliki keinginan untuk melakukan kerjasama yang lebih mendalam yang kemudian diwujudkan dengan adanya pembentukan kerangka kerjasama, baik yang bersifat formal maupun informal78. Definisi yang lain dari organisasi regional yaitu merupakan organisasi di bawah organisasi internasional, yang mana terdiri atas lembaga-lembaga supra regional yang anggotanya merupakan pemerintah negara yang berada di bagian bumi tertentu79.

Sedangkan definisi dari krisis ekonomi yaitu kondisi dimana terjadinya penurunan di sebagian besar indikator makroekonomi, seperti penurunan GDP, pelambatan pertumbuhan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi yang negatif, penurunan tingkat produksi dan investasi, penurunan tingkat pendapatan per kapita, penurunan tingkat konsumsi rumah tangga, serta peningkatan tingkat pengangguran80. Dalam definisi yang lain, krisis/resesi ekonomi yaitu penurunan

78

Mary Farrell. The Global Politics of Regionalism: An Introduction. Dalam Global Politics of Regio- nalism: Theory and Practice. Edited by Mary Farrell, Björn Hettne and Luk Van Langenhove (London and Ann Arbor: Pluto Press. 2005) hlm 1.

79

Currency Union Technical Expert Group (CUTEG). Draft Follow-Up Paper CUTEG #6. Diakses dari http://www.imf.org/external/np/sta/bop/pdf/fp6.pdf pada tanggal 12 Oktober 2012

pukul 20:49 WIB.

80

(38)

22

secara signifikan di berbagai sektor ekonomi yang terjadi selama dua kuartal berturut-turut yang dilihat berdasarkan GDP81.

2.3.2 Definisi Operasional

Dari kedua konsep utama di atas, kemudian penulis dapat melakukan operasionalisasi kedalam konsep-konsep yang lebih spesifik sesuai dengan tema penelitian yang diangkat. Konsep-konsep spesifik tersebut yakni Uni Eropa dan krisis ekonomi Latvia. Definisi dari Uni Eropa adalah sebuah organisasi regional yang memiliki karakteristik yang berbeda, baik dengan rezim internasional ataupun sebuah negara, yang di dalamnya terdapat two levels of government yang masing-masing nya memiliki otonomi yang sah82. Uni Eropa memiliki 3 pilar utama yang utama yang mengatur permasalahan yang berbeda, seperti justice, foreign affair, security, dan lain-lain83.

Sedangkan definisi dari krisis ekonomi Latvia yakni krisis ekonomi yang terjadi di negara Latvia pada tahun 2008 yang lalu. Krisis ekonomi tersebut ditandai dengan adanya kenaikan tingkat pengangguran di Latvia sejak tahun 2008 hingga 2010, pertumbuhan ekspor Latvia yang berada pada level negatif, serta tingkat inflasi yang tidak terkendali84.

Krisis ekonomi di Latvia memang merupakan serangkaian krisis ekonomi di kawasan Uni Eropa yang memiliki keterkaitan yang tidak bisa dipisahkan

81

Anonymous. Definition of Recession.

Diakses dari http://investopedia.com/terms/r/recession.asp#axzz29IHYQqj pada 15 Oktober 2012 pukul 00:10 WIB.

82

Finn Laursen. Theory and Practice of Regional Integration (Jean Monnet/Robert Schuman Paper Series Vol.8 No.3, University of Miami. Februari 2008) hlm. 15.

83

Ibid.

84

(39)

23

dengan krisis-krisis ekonomi di negara anggota Uni Eropa lainnya seperti krisis ekonomi di Yunani, Irlandia, Italia, dan lain-lain. Meskipun demikian, krisis ekonomi di Latvia, serta negara-negara di kawasan Baltik pada umumnya, terjadi lebih dikarenakan adanya pengaruh dari eksternal seperti penurunan tingkat perdagangan pada sektor-sektor tertentu serta kontribusi sektor finansial di dalam menciptakan pasar keuangan yang kurang stabil dan terlalu besar.

Di lain pihak, krisis ekonomi di negara-negara Eropa bagian Selatan, seperti Yunani dan Italia, lebih dikarenakan adanya peningkatan tingkat hutang luar negeri serta tingkat defisit anggaran yang sudah sangat parah. Sebagai contoh pada kasus Yunani, dimana tingkat hutang luar negerinya telah berada pada level dimana negara Yunani tidak akan mampu membayarnya sendiri tanpa bantuan pihak lain85.

2.4 Hipotesis

Krisis ekonomi yang terjadi di Latvia pada tahun 2008 yang lalu disebabkan oleh hilangnya kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah latvia di dalam mengatur perekonomian domestik negaranya sebagai akibat dari adanya transfer of power kepada Uni Eropa.

85

(40)

24 BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam proposal penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif eksplanatif. Dimana tidak hanya berisi deskriptif data semata, tetapi juga mulai menghubungkan indikator dari variabel-variabel yang telah ditentukan. Sehingga melalui pencarian hubungan di antara indikator-indikator tersebut, bisa diketahui penjelasan mengenai sebab-akibat dari permasalahan yang diangkat serta juga diharapkan bisa menjawab rumusan masalah yang telah dibuat sebelumnya.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini, yakni :

a) Terbatas pada studi kasus tentang krisis di Latvia, yang mana memiliki perbedaan-perbedaan yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan krisis yang dialami oleh negara Yunani ataupun Irlandia, namun tetap memiliki kaitan yang erat dengan krisis yang terjadi di Amerika Serikat; b) Sentral kajian penelitian yakni bagaimana Latvia mendelegasikan

(41)

25

c) Pembahasan mengenai beberapa kebijakan dalam bidang ekonomi yang diambil oleh pemerintah Latvia yang kemudian penulis anggap menjadi penyebab Latvia terkena krisis ekonomi pada tahun 2008 yang lalu;

d) Pembahasan singkat mengenai hal-hal yang telah dilakukan, baik oleh pemerintah Latvia maupun Uni Eropa, untuk keluar dari krisis ekonomi serta untuk mencegah terjadinya krisis di masa mendatang.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan untuk menyusun proposal penelitian ini yakni dengan studi/kajian pustaka melalui berbagai referensi. Mulai dari jurnal penelitian, artikel, website dan beberapa buku yang relevan dengan permasalahan yang penulis angkat.

3.4 Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian yang bersifat kualitatif. Dimana penulis berusaha menjelaskan permasalahan dengan menggunakan metode sebab-akibat.

3.5 Sistematika Penulisan

(42)

26

BAB 1 Pendahuluan

Bagian ini berisi permasalahan yang melatar belakangi penulisan proposal penelitian; perumusan masalah yang menjadi fokus penelitian; tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian; serta manfaat diadakannya penelitian, baik bagi peneliti selanjutnya maupun bagi masyarakat.

BAB 2 Kajian Teoritis

Bagian ini berisi kerangka konseptual yang mana membantu penulis untuk dapat membangun kerangka pemikiran untuk kemudian menjelaskan preposisi dalam teori-teori yang digunakan; operasionalisasi konsep yang mana berisi penurunan dari konsep-konsep yang telah ditentukan sebelumnya menjadi beberapa variabel maupun indikator yang bisa menjelaskan keterkaitan satu dengan yang lainnya; argumen yang akan diuji kebenarannya dalam bab hasil dan pembahasan

BAB 3 Metode Penelitian

Bagian ini berisi penjelasan mengenai jenis penelitian yang digunakan;

ruang lingkup/batasan yang menjadi fokus penelitian; teknik pengumpulan data; teknik analisis data yang berupa penjelasan bagaimana fakta-fakta yang telah ditemukan dikorelasikan dan diolah; serta sistematika penulisan proposal penelitian.

BAB 4 Struktur Perekonomian Latvia

(43)

27

BAB 5 Hasil dan Pembahasan

Bagian ini berisi kronologis singkat terjadinya krisis subprime mortgage yang bermula di Amerika Serikat yang kemudian bisa merambat hingga ke benua Eropa; kronologis dan penyebab terjadinya krisis ekonomi yang melanda di Latvia dilihat dari teori transfer of power.

BAB 6 Kesimpulan

(44)

28 BAB 4

UNI EROPA DAN KRISIS EKONOMI LATVIA

(45)

29 4.1 Uni Eropa

4.1.1 Sejarah Pembentukan Uni Eropa

European Union (EU) atau Uni Eropa bukan hanya telah menjadi pioneer dalam hal integrasi kawasan namun juga telah dilihat sebagai model integrasi kawasan yang paling berkembang86. Bila dibandingkan dengan integrasi kawasan lainnya seperti Association of South East Asian Nations (ASEAN), African Union (AU), Gulf Cooperation Council (GCC) serta Mercosur, Uni Eropa masih setingkat lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya87. Belum ada dari ASEAN, AU, GCC atau Mercosur yang memberikan indikasi akan melakukan pembagian kedaulatan seperti yang dilakukan oleh Uni Eropa.

Sejarah perkembangan Uni Eropa bisa dilihat sejak adanya usaha dari negara-negara di Eropa untuk memulihkan kondisi perekonomiannya pasca berakhirnya Perang Dunia II yang telah menghancurkan perekonomian mereka. Hal tersebut berawal dari adanya usaha dari Perancis untuk melakukan modernisasi pada industri bajanya88. Namun terdapat hambatan bagi Perancis yakni adanya rencana pembentukan negara Jerman Barat pada tahun 1949 karena hal tersebut dianggap sebagai sebuah ancaman yang dapat mengancam keamanan negara Perancis mengingat Perancis telah tiga kali melakukan invasi ke negara Jerman (1870, 1914, dan 1939)89. Serta munculnya ancaman kedua yakni

86

Fraser Cameron. The European Union as a Model for Regional Integration. EU Council of Fo- reign Relations Website. Diakses dari http://www.cfr.org/eu/european-union-model-regional-integration/p22935 pada 12 Desember 2012 pukul 19:46 WIB.

87

Ibid.

88

Stephen George. The European Union, 1992, and the Fear of ‘Fortress Europe’. hlm 21.

89

(46)

30

kembalinya Kekaisaran Ruhr di Jerman yang dapat sewaktu-waktu menghentikan pasokan baja ke Perancis90.

Sehingga Perdana Menteri Perancis, Robert Schuman, memimpin sebuah usaha untuk membentuk European Coal and Steel Community (ECSC) berdasarkan Treaty of Paris pada tahun 195191. Enam negara yang bergabung dalam pembentukan ECSC di antaranya Italia, Luxembourg, Belgia, Belanda, Perancis, serta Jerman. Kemudian pada tahun 1957 melalui Treaty of Rome, keenam negara tersebut membuat sebuah bentuk kerjasama lanjutan yakni dengan membentuk European Atomic Energy Community (Euratom) dan European Economic Community (EEC)92. Tujuan pembentuk kedua komunitas tersebut bukan lagi sekedar untuk melakukan perbaikan ekonomi, namun telah selangkah lebih maju menjadi usaha untuk menjamin kemakmuran ekonomi, serta usaha untuk memerangi komunisme di kawasan Eropa Barat dan sebagai respon atas munculnya ‘american challenge’. American challenge ini diartikan sebagai adanya dominasi dari Amerika Serikat terhadap negara-negara Eropa baik secara finansial maupun teknologi.

Pada dekade 1970-an, terjadi krisis ekonomi akibat runtuhnya sistem Bretton Woods yang sehingga adanya usaha dari negara-negara anggota EEC untuk semakin mengikatkan kerangka kerjasama yang lebih mendalam dengan menggunakan mekanisme mata uang tunggal93. Selain itu pula, krisis ekonomi tersebut juga berakibat dari naiknya harga minyak yang diproduksi oleh OPEC

90

Ibid.

91

Ibid.

92

Ibid.

93

(47)

31

serta berakhirnya masa convertibility emas terhadap mata uang dollar AS94. Usaha-usaha untuk mencapai monetary union, bukan lagi sekedar common market, telah dilakukan sejak akhir tahun 1960-an hingga 1980-an, dimana

diberlakukannya penghapusan hambatan-hambatan dalam perdagangan baik berupa hambatan tarif maupun non-tarif95.

Pada tahun 1985, Jacques Delors menjadi Presiden European Commission (EC) yang mana setelah beberapa bulan menjabat ia membuat sebuah white paper yang isinya yakni usaha-usaha untuk membebaskan pasar internal Uni Eropa yang diharapkan dapat tercapai pada akhir tahun 199296. Pembebasan pasar internal tersebut yakni : (1) penghapusan hambatan-hambatan non-tarif bagi barang-barang industri; (2) membebaskan pasar jasa; (3) menghentikan praktek pemberian kontrak-kontrak publik hanya kepada perusahaan-perusahaan nasional (milik pemerintah); (4) mencari cara untuk memfasilitasi terciptanya pergerakan yang bebas bagi buruh melalui kerangka EC; (5) serta menghilangkan kontrol ketat bagi pergerakan capital (modal). Dari the 1992 project tersebutlah kemudian tercipta Single European Act (SEA).

Untuk melangkah pada tingkatan integrasi yang lebih tinggi lagi, pada Desember 1991 terselenggaralah Treaty on the European Union (TEU) di Maastricht, Belanda97. Dari hasil intergovernmental conferences tersebutlah tercipta komitmen dari seluruh negara anggota untuk memperdalam proses

94

Ibid.

95

Ibid. hlm 25.

96

Commission of the European Communities. Completing the Internal Market. 14 Juni 1985. COM (45) hlm 310. Dikutip dari Stephen George. The European Union, 1992, and the Fear od “For- tress of Europe”. hlm 21.

97

(48)

32

integrasi menuju terciptanya monetary union, serta political union. Melalui Treaty on the European Union (TEU), atau yang lebih dikenal dengan Treaty of

Maastricht, Uni Eropa membentuk dua pilar baru yakni intergovernmental

co-operation on justice and home affairs serta intergovernmental arrangements for a

common foreign and security policy, melengkapi European Community sebagai

pilar yang pertama98.

Kini, jumlah negara yang telah bergabung ke dalam Uni Eropa bukan hanya 6 negara saja sebagaimana awal terbentuknya ECSC. Pada tahun 1973, negara Denmark, Irlandia, dan United Kingdom bergabung ke dalam keanggotaan Uni Eropa. Selanjutnya disusul oleh Yunani pada tahun 1981, Spanyol dan Portugal di tahun 1986, Austria, Finlandia, dan Swedia di tahun 1995, serta mayoritas negara Balkan dan pecahan Uni Soviet yang bergabung pada tahun 2004 dan 2007, seperti Cyprus, Republik Ceko, Estonia, Hungaria, Latvia, Lithuania, Malta, Polandia, Slovakia, Slovenia, Bulgaria, serta Romania99. Hingga saat ini anggota Uni Eropa berjumlah 27 negara, ditambah 2 negara yang masih menunggu kejelasan keanggotaan, yakni Kroasia serta Turki100.

98

Ibid. hlm 28.

99

European Communities. EU Integration Seen through Statistics: Key Facts on 18 Policy Areas (Luxembourg: Office for Official Publications of the European Communities. 2006) hlm 11. Diakses dari http://epp.eurostat.ec.europa.eu/cache/ITY_OFFPUB/KS-71-05-691/EN/KS-7105-691-EN.PDF pada 12 Desember 2012 pukul 20:20 WIB

100

(49)

33 4.1.2 Decision Making dalam Uni Eropa

Uni Eropa bukanlah sebuah entitas tunggal di regional Eropa. Uni Eropa tidak bisa dilihat sebagai sebuah negara ataupun institusi internasional karena Uni Eropa merupakan kombinasi dari institusi supranasional dan intergovernmental. Hal tersebut berarti di dalam Uni Eropa terdapat badan-badan atau institusi-institusi yang menjalankan peran dan fungsinya masing-masing.

Setidaknya terdapat 4 institusi utama dan 13 institusi komplementer di dalam Uni Eropa. Keempat institusi utama tersebut yakni European Concil, European Parliament, Council of the European Union, serta European

Commission, yang mana keempatnya berfungsi sebagai agenda setting serta

legislasi di Uni Eropa101. Sedangkan 13 institusi komplementer tersebut yakni EU Court of Justiece, EU Court of Auditors, European Economic & Social

Committee, Committee of the Regions, European Investment Bank, European

Central Bank, European Ombudsman, European Data Protection Supervisor,

Publications Office, European Personnel Selection Office, European School of

Administration, Specialised Agencies & Decentralised Bodies, European External

Action Service102. Keempat institusi utama tersebut memiliki tugas yang mencakup kerangka-kerangka besar di dalam operasionalisasi kebijakan di Uni Eropa:

101

Anonymous. EU Institutions and Other Bodies. European Union Website. Diakses dari http://europa.eu/about-eu/institutions-bodies/index_en.htm pada 12 Desember 2012 pukul 19:55 WIB.

102

(50)

34

1) European Council merupakan institusi yang merumuskan arah kebijakan politik Uni Eropa secara keseluruhan, namun tidak memiliki power untuk membuat aturan-aturan hukum103.

2) European Parliament merupakan institusi utama dalam urusan law-making bersama dengan the Council of the European Union104. Anggota-anggota European Parliament dipilih melalui voting oleh seluruh masyarakat Uni

Eropa setiap 5 tahun sekali105. Tiga tugas utama European Parliament adalah : merencanakan dan mengesahkan aturan-aturan hukum di Uni Eropa; melakukan koordinasi dan kontrol terhadap institusi-institusi lain agar dapat bekerja secara demokratis; serta merencanakan dan mengadopsi anggaran belanja Uni Eropa106. The Parliament sendiri terdiri atas 736 anggota yang dibagi kedalam 20 komite kebijakan khusus seperti contohnya komite lingkungan, dan sebagainya107.

3) Council of the European Union merupakan institusi tempat bertemunya Menteri dari seluruh anggota Uni Eropa untuk melakukan koordinas kebijakan108. Tugas dan kewenangan dari the Council adalah : bersama

103

Ibid.

104

Anonymous. European Parliament. European Union Website. Diakses dari

http://europa.eu/about-eu/institutions-bodies/european-parliament/index_en.htm pada 12 Desember 2012 pukul 19:54 WIB.

Maximilian Mungersdorff. Evaluating EU Decision-Making Processes: A Case Study on the ‘Re- newable Energy in Transport Target’ and the ‘Sustainability Criteria fo Biofuel Production’ in the Context of the EU’s Climate and Energy Package (Sweden: Stockholm Environment Insti- tute. 2009) hlm 4. Diakses dari

http://www.sei- international.org/mediamanager/documents/Publications/Sustainable-livelihoods/Evaluating-EU-WP-100319.pdf pada 6 Januari 2013 pukul 12:38 WIB.

108

Anonymous. Council of the European Union. European Union Website. Diakses dari

(51)

35

dengan European Parliament mengesahkan aturan-aturan hukum yang dirancang oleh European Commission; melakukan koordinasi dengan negara-negara anggota Uni Eropa dalam kebijakan ekonomi secara keseluruhan; melakukan penandatanganan perjanjian antara Uni Eropa dengan negara lain; menyetujui anggaran belanja Uni Eropa; mengembangkan kebijakan luar negeri dan pertahanan Uni Eropa; serta melakukan koordinasi dengan pengadilan dan kepolisian di negara-negara anggota109.

4) Dan institusi utama yang terakhir yakni European Commission yang mana merupakan institusi yang merepresentasikan kepentingan Uni Eropa secara keseluruhan. European Commission bertugas untuk : membuat draft proposal aturan-aturan hukum (perundang-undangan); mengatur anggaran belanja Uni Eropa serta melakukan alokasi anggaran; bersama dengan Court of Justice melakukan law enforcement; serta menjadi representasi Uni Eropa dalam sistem internasional110.

Namun, hanya tiga dari empat institusi utama tersebut yang memainkan peran di dalam decision-making Uni Eropa111. Ketiga institusi tersebut, yang biasa disebut sebagai institutional triangle, yakni the European Commission, the European Parliament, serta the Council of the European Union. Pada prinsipnya, the

European Commission yang melakukan mengusulkan draft hukum baru, dan the

109

Ibid.

110

Anonymous. European Commission. European Union Website. Diakses dari

http://europa.eu/about-eu/institutions-bodies/european-commission/index_en.htm pada 12 Desember 2012 pukul 19:54 WIB.

111

Anonymous. Decision-making Process. European Commission Website. Diakses dari

(52)

36

European Parliament dengan the Council yang melakukan pengesahan serta

pengadopsian hukum tersebut112. Atau dengan istilah yang lain, the European Parliament dan the Council of the European Union merupakan representasi badan

legislatif, sedangkan the European Commission merupakan representasi badan eksekutif113

Terdapat tiga prosedur pembuatan kebijakan di Uni Eropa114, yakni :

1) Consultation. Melalui prosedur ini, the European Commission mengirimkan proposal hukum kepada the Council of the European Union dan juga kepada the European Parliament. Namun, yang kemudian melakukan prosedur konsultasi ini adalah the Council of the European Union kepada the European Parliament. Setelah mendapatkan proposal

dari the Commission, selanjutnya the Parliament berhak memutuskan untuk menerima, menolak atau meminta dilakukannya amandemen terhadap proposal tersebut. Bila the Parliament menyarankan untuk melakukan amandemen proposal, maka the Commission akan mempertimbangkan usulan perubahan yang diberikan oleh the Parliament. Jika proposal tersebut telah diamandemen, kemudian

proposal yang telah diamandemen tersebut diberikan kepada the Council dan kemudian the Council akan memutuskan apakah akan menerima atau harus dilakukan amandemen lebih lanjut. Area atau bidang yang dapat dikenakan prosedur consultation tersebut yakni : (1) police and judicial

112

Ibid.

113

Maximilian Mungersdorff. loc.cit. hlm 3.

114

(53)

37

cooperation in criminal matters; (2) revisi atau perbaikan dalam treaties;

(3) diskriminasi terhadap jenis kelamin, ras dan etnis, konflik agama dan politik, disability, umur, ataupun orientasi seksual; (4) kewarganegaraan EU; (5) pertanian; (6) visa, asylum, imigrasi, dan kebijakan lainnya yang terkait dengan pergerakan bebas manusia; (7) transportasi; (8) competition rules; (9) tax arrangements; (10) kebijakan ekonomi; serta

(11) enhanced cooperation.

(54)

38

2) Assent. Merupakan prosedur yang hampir sama dengan consultation, namun bedanya the Council of the European Union harus mendapatkan persetujuan dari the European Parliament sebelum akhirnya menetapkan sebuah keputusan yang penting, serta the Parliament tidak memiliki hak untuk memerintahkan melakukan amandemen terhadap proposal yang diajukan oleh the European Commission. Area yang dapat dikenakan Assent Procedure ini yakni : (1) tugas-tugas khusus dari European

Central Bank; (2) amandemen statuta the European System of Central

Banks; (3) the Structural Funds and Cohesion Funds; (4) the uniform

electoral procedure for the European Parliament; (5)

perjanjian-perjanjian internasional tertentu; serta (6) proses accession anggota-anggota Uni Eropa yang baru.

(55)

39

3) Co-decision. Merupakan prosedur yang paling sering digunakan di dalam pembuatan aturan di Uni Eropa, dimana kedudukan power baik the Council maupun the Parliement sama-sama besar. The Commission

mengirimkan proposal kepada the Council dan the Parliament dan kemudian keduanya mendiskusikan proposal tersebut secara terpisah selama dua kali suksesi. Bila keduanya belum menemui titik temu, maka dibuat Conciliation Committee yang mana terdiri atas sejumlah anggota baik dari pihak the Council maupun the Parliament dalam jumlah anggota yang sama banyak. Dan anggota perwakilan kedua belah pihak yang tergabung dalam the Counciliation Committee tersebut melakukan diskusi intensif hingga tercapai kata sepakat. Area yang dapat dikenakan Co-decision procedure ini yakni : (1) non-diskriminasi atas dasar

kewarganegaraan; (2) the right to move and reside; (3) pergerakan bebas tenaga kerja; (4) social security untuk pekerja migran; (5) the right to establishment; (6) transportasi; (7) pasar internal; (8) employment; (9)

customs cooperation; (10) the fight against social exclusion; (11)

persamaan kesempatan dan persamaan tindakan; (12) implementasi kebijakan terkait European Social Fund; (13) pendidikan; (14) vocational training; (15) kebudayaan; (16) kesehatan; (17) perlindungan

(56)

Gambar

Tabel 1: Dimensi Transfer of Economic Power
Tabel 2 : Penurunan GDP kelima negara pasca runtuhnya Uni Soviet
Tabel 3 : Deregulasi Kebijakan Fiskal di Latvia (pajak)
Tabel 4 : Indikator Ekonomi di Latvia 1995-2000
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada masing-masing bentuk dari verba memukul dalam bahasa Bali memiliki perbedaan yang dapat dilihat dari tata cara memukul yang berkaitan dengan alat yang

Contoh pada Persamaan (2.8) adalah formula yang digunakan dengan patokan tenaga propulsi/penggerak utama yang terpasang untuk menentukan kebutuhan tenaga listrik pada

2.06 2.06.01 15 03 Implementasi Sistem Administrasi kependudukan (membangun, updating dan pemeliharaan) Terwujudnya peningkatan pelayanan masyarakat dan kelancaran

Menimbang, bahwa Pengadilan Tinggi setelah memeriksa dan meneliti serta mencermati dengan seksama berkas perkara beserta turunan putusan Pengadilan Negeri

Komunikasi pengguna HT biasanya melakukan perubahan frekuensi mereka jika terjadi hal-hal yang dapat mengganggu privasi komunitas.Perubahan frekuensi pada stasiun

Analisis secara lebih mendalam terkait istighfar sebagai terapi dalam memperoleh keturu- nan. Istighfar merupakan ucapan yang memiliki makna ampunan kepada Allah SWT

Karakteristik keefektifan sekolah menurut Ornstein dan Levine adalah : (1) lingkungan yang aman dan teratur yang mendukung proses belajar mengajar, (2) misi dan

Biasanya digital video direkam dalam tape, kemudian didistribusikan melalui optical disc, misalnya VCD dan DVD.Salah satu alat yang dapat digunakan untuk menghasilkan