• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANTI-FOAMING DAN DISINFEKTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANTI-FOAMING DAN DISINFEKTAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Tiara Novitasari NIM : 03111003070 Shift : Selasa, 08.00-10.00 Kelompok : 4

ANTI-FOAMING DAN DISINFEKTAN

1. Anti Foaming

Defoamer atau Anti Foam Agent merupakan bahan kimia yang berfungsi untuk mengurangi dan menghambat pembentukan busa dalam cairan proses industry, seperti proses pada industri Pulp & Paper, Karet, Tekstil dan Unit Waste

& Water Treatment . Secara sederhana dapat didefinisikan, busa atau pembusaan

(foaming) merupakan suatu fenomena umum yang timbul sebagai kompensasi atau akibat reaksi dari perbedaan tegangan osmotik (diffrential osmotic pressure) pada suatu media fluida cair akibat lanjutan dari suatu reaksi tertentu.

Umumnya defoamer tidak larut dalam medium yang berbuih dan memiliki sifat permukaan aktif. Sifat penting dari sebuah produk defoamer adalah viskositas yang rendah dan sifat untuk menyebar dengan cepat pada permukaan berbusa. Dalam suatu proses atau suatu reaksi, busa sangatlah tidak dikehendaki karena menjadi pemicu terjadinya “carry over” yang dapat mengakibatkan pencemaran, termasuk terhadap suatu proses produksi. Dibutuhkan anti busa/anti foam yang dapat bereaksi dengan cepat dan tidak menimbulkan efek samping baik terhadap lingkungan maupun terhadap prose situ sendiri. Selain itu penanganannya haruslah mudah, bersifat biodegradable.

Anti-foaming digunakan untuk mengendalikan baik pembentukan busa

atau menghilangkan busa dari pembentukan selama proses dimaksudkan. Busa dapat dihasilkan dengan agitasi mekanik atau melalui mekanisme dengan dipengaruhi bahan kimia, seperti proses fermentasi, misalnya. Anti foaming diproduksi dan direkayasa untuk bekerja dalam lingkungan tertentu. Lingkungan di mana anti-foaming diharapkan untuk bekerja dapat mencakup untuk suhu, pH, kelarutan, underpressure, atau kompatibilitas bahan kimia lainnya.

1.1. Mekanime

Pembentukan busa adalah hasil dari molekul terlarut dalam cairan. Molekul yang larut mengubah tegangan permukaan cairan, dan dapat dilihat sebagai zat aktif permukaan (surfaktan). Surfaktan dapat nonionik, kationik, anionik, atau amfoter. Cairan dapat berupa berair, berair, atau keduanya (beberapa

(2)

sistem industri mungkin berisi organik terlarut yang memerlukan pertimbangan khusus). Surfaktan yang berbeda akan menghasilkan berbagai jenis busa, dan stabilitas busa. Kemudian gelembung akan membentuk, yang segera akan terpengaruhi efek gravitasi untuk menarik cairan disepanjang dinding gelembung kembali ke dalam cairan di bawah gelembung. surfaktan yang dihasilkan busa umumnya digambarkan sebagai memiliki kepala hidrofobik (air porsi larut) pada antarmuka udara-cairan, dan ekor hidrofilik (air yang larut) pada larutan berair. Orientasi akan dibalikkan dalam cairan berair.

Ketika tegangan permukaan cukup tinggi, pembentukan gelembung menjadi lebih kaku dan stabil. Jika gelembung terkena agitasi mekanik, gelembung disebabkan oleh udara yang masuk, akan membentuk struktur yang sangat stabil. Efek Marangoni adalah faktor utama dalam menstabilkan busa, dan didorong oleh tekanan osmotik. Dalam beberapa kasus, cairan berair ditarik melalui 'dinding menciptakan daerah konsentrasi surfaktan rendah dan tinggi, yang membuat sebuah gradien sepanjang gelembung. Gradien akan memompa cairan kembali ke dinding gelembung, di mana fenomena ini disebut sebagai transportasi permukaan.

Viskositas juga memberikan kontribusi terhadap stabilitas busa. Peningkatan viskositas sistem juga mengurangi kemampuan perpaduan gelembung kecil penggabungan menjadi gelembung yang lebih besar. Jika gelembung menjadi cukup besar (meningkatkan diameter), stabilitas gelembung menurun. Viskositas permukaan juga penting, karena berpengaruh terhadap pembentukan perpaduan antara gelembung. Semakin tinggi viskositas bulk menjadi, semakin rendah pembentukan perpaduan antara gelembung. Ketika tegangan permukaan diturunkan pada gelembung, itu akan meledak. Interaksi yang dihasilkan dari defoamer untuk menghilangkan busa dan pembentukan gelembung.

1.2. Klasifikasi

1) Oil based defoamer

Defoamer berbasis minyak memiliki oil carrier. misalnya minyak

(3)

media berbusa, kecuali minyak silikon. Sebuah defoamer berbasis minyak juga mengandung lilin dan / atau silika hidrofobik untuk meningkatkan kinerja. Lilin yang tipikal adalah etilena bis stearamida (EBS), lilin parafin, lilin ester dan lilin alkohol lemak. Produk ini mungkin juga memiliki surfaktan untuk meningkatkan emulsifikasi dan menyebar di media berbusa. Kerja defoamers ini lebih sulit namun terbaik dalam menghancurkan busa permukaan.

2) Defoamers powder

Defoamers Powder berada di defoamers berdasarkan prinsip minyak

pada pembawa partikulat seperti silika. Zat ini ditambahkan dalam produk bubuk seperti semen, plester dan deterjen.

3) Water based defoamer

Defoamers berbasis air berbeda dengan jenis minyak dan lilin. Pada

umumnya minyak sering minyak putih atau minyak sayur dan lilin terdiri dari rantai panjang alcohol dan sabun asam lemak atau ester. Zat ni biasanya terbaik sebagai deaerators, yang berarti mereka adalah yang baik di melepaskan udara yang masuk.

4) Silicone based defoamer

Defoamers berbasis silikon adalah polimer dengan backbone silicone.

Senyawa silikon terdiri dari silika hidrofobik yang tersebar dalam minyak silikon. Pengemulsi ditambahkan untuk memastikan bahwa silikon menyebar cepat dan baik di media berbusa. Senyawa silikon juga mungkin mengandung glikol silikon dan cairan silikon dimodifikasi lainnya.

2. Desinfektan

Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan. Tapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan

(4)

desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.

2.1. Bahan disinfektan 1) Golongan aldehid

Pada prinsipnya golongan aldehid ini dapat digunakan dengan spektrum aplikasi yang luas, misalkan formaldehid untuk membunuh mikroorganisme dalam ruangan, peralatan dan lantai, sedangkan glutaraldehid untuk membunuh virus. Keunggulan golongan aldehid adalah sifatnya yang stabil, persisten, dapat dibiodegradasi, dan cocok dengan beberapa material peralatan. Sedangkan beberapa kerugiannya antara lain dapat mengakibatkan resistensi dari mikroorganisme, untuk formaldehid diduga berpotensi bersifat karsinogen, berbahaya bagi kesehatan, mengakibatkan iritasi pada sistem mukosa, aktivitas menurun dengan adanya protein serta berisiko menimbulkan api dan ledakan.

2) Golongan alkohol

Golongan alkohol ini tidak efektif untuk bakteri berspora serta kurang efektif bagi virus non-lipoid. Penggunaan pada proses desinfeksi adalah untuk permukaan yang kecil, tangan dan kulit. Adapun keunggulan golongan alkohol ini adalah sifatnya yangn stabil, tidak merusak material, dapat dibiodegradasi, kadang cocok untuk kulit dan hanya sedikit menurun aktivasinya bila berinteraksi dengan protein

3) Golongan halogen

Golongan halogen yang umum digunakan adalah berbasis iodium seperti larutan iodium, iodofor, povidon iodium, sedangkan senyawa terhalogenasi adalah senyawa anorganik dan organik yang mengandung gugus halogen terutama gugus klor, misalnya natrium hipoklorit, klor dioksida, natrium klorit dan kloramin. Golongan ini berdaya aksi dengan cara oksidasi dalam rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 1-5%.

4) Golongan fenol

Senyawa golongan fenol dan fenol terhalogenasi yang telah banyak dipakai antara lain fenol (asam karbolik), kresol, para kloro kresol dan para kloro

(5)

xylenol. Golongan ini berdaya aksi dengan cara denaturasi dalam rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1-5%. Aplikasi proses desinfeksi dilakukan untuk virus, spora tetapi tidak baik digunakan untuk membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi. Umum digunakan sebagai dalam proses desinfeksi di bak mandi, permukaan dan lantai, serta dinding atau peralatan yang terbuat dari papan/kayu. Adapun keunggulang dari golongan-golongan fenol dan fenol terhalogenasi adalah sifatnya yang stabil, persisten, dan ramah terhadap beberapa jenis material, sedangkan kerugiannya antara lain susah terbiodegradasi, bersifat racun, dan korosif.

5) Golongan garam amonium kuarterner

Beberapa bahan kimia yang terkenal dari golongan ini antara lain benzalkonium klorida, bensatonium klorida, dan setilpiridinium klorida. Golongan ini berdaya aksi dengan cara aktif-permukaan dalam rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1%-5%. Aplikasi untuk proses desinfeksi hanya untuk bakteri vegetatif, dan lipovirus. terutama untuk desinfeksi peralatannya.

2.2. Disinfektan menggunakan senyawa klor

Pemakaian gas klor sebagai bahan desinfeksi untuk air minum perlu penanganan yang lebih efektif mengingat daya reaktifitas dan toksisitasnya yang tinggi. Pemakaian gas klor masih perlu mendapat kajian yang lebih teliti dimana gas klor dalam kinerjanya akan menghasilkan zat sisa dan tidak efektif dalam kasus- kasus tertentu misalnya:

1) Gas klor dapat menimbulkan rasa dan bau yang khas sehingga dapat mengurangi estetika dan visual air, hal ini dapat diminimalisir dengan menggunakan karbon aktif.

2) Reaksinya dengan zat organik (NH3) berlebih akan bereaksi membentuk

ammonium klorida dan gas nitrogen, jika chlorine yang berlebih akan membentuk nitrogen klorida yang bersifat explosive.

3) Sebagian besar zat organik yang terdapat dalam berbagai jenis air adalah berupa zat humus. Konsentrasi asam humus dan asam flufik kadang-kadang relatif besar. Zat humus di dalam air menyebabkan warna kuning (warna

(6)

sejati) yang dikenal dengan“air gambut” yang dapat dipulihkan (dipudarkan) oleh oksidasi.

Selain itu asam humus dan asam flufik mengandung grup Keto yang dapat menyebabkan terbentuknya “haloform” setelah bereaksi dengan klor/senyawa klor. Dengan cara ini senyawa haloform seperti kloroform (CHCl3);

monobromodiklorometan (CHCl2Br); dibromomonoklorometan (CHClBr2) dan

bromoform (CHBr3) dengan kondisi tertentu dapat terbentuk, sebagai produk

samping klorinasi yang dikenal dengan “THMs (trihalomethanes)“, dimana senyawa ini dikatagorikan “karsinogenik” (penyebab kanker). Tri halometan merupakan produk samping desinfeksi. Klor terlarut/Hipoklorit dapat bereaksi dengan zat organik (karbon organik, C – org.) dalam air yang didesinfeksi dengan klor, sehingga menjadi senyawa organik terkhlorinasi, seperti THM,

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Antifoam and Defoamer. http://www.antifoam.info/antifoams-defoamers.html. Diakses pada 12 September 2014

Anonym. 2010. Antifoam. http://www.alchemyst.in/products/antifoams. diakses pada 12 September 2014

Ayuning, Febri. 2012. Disinfektan Air. febrrisendaljepit.wordpress.com/2012/06 /14/desinfektan-air-4/. Diakes pada 12 September 2014

Syarifah, Hana. 2010. Antifoam Agent. http://ilmucat.blog.com/anti-foaming-agent/. Diakses pada 12 September 2014

Hubbe, Martin. 2011.Defoamer. http://www4.ncsu.edu/~hubbe/DFOM.htm. Diakses pda 12 September 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Kapasitas produksi sorbitol dengan bahan dasar tepung singkong ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan sorbitol yang semakin melonjak dan mengimbangi produksi sorbitol di

Dalam Pengadilan Negeri Purwodadi Nomor : 33/Pid.Sus./2013/PN.Pwi, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Purwodadi yang terdiri dari satu Hakim sebagai Hakim ketua majelis dan

7 Bahkan, orang jang lagi tinggal daripada Jakub akan ada diantara segala bangsa, diantara bangsa jang besar-besar, seperti singa diantara segala binatang jang dihutan, seperti

Hasil kerja Proyek Kampanye Bangga Yayasan Pekat dengan dukungan penuh RARE selama 24 bulan di beberapa desa sekitar CA Dolok Sibualbuali dan SA Dolok Lubuk Raya di kawasan

Berdasarkan hasil uji analisis dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing memberikan pengaruh lebih besar dan

Kelemahan pendidikan Islam dilihat justru terjadi pada sector utama, yaitu pada konsep, sistem, dan kurikulum, yang dianggap mulai kurang relevan dengan kemajuan peradaban

Secara teoritis untuk memberikan gambaran bagi para pembaca tentang bagaimana seorang project manager dalam melaksanaan proyek guna mencapai tujuan dari proyek