• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Dusun Jimbaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Dusun Jimbaran"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Dusun Jimbaran

Dusun Jimbaran merupakan dusun yang berada di kabupaten Semarang. Tepatanya di Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Bandungan. Secara geografis wilayah Desa Jimbaran, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang memiliki batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara Desa Poncoruso

Sebelah Timur Desa Poncoruso

Sebelah Selatan Desa Duren dan Desa Mlilir

Sebelah Barat Desa Sidomukti

Menurut catatan dan data kepala Desa Jimbaran pada bulan November 2017 jumlah penduduk 4.596 dan 1368 kepala keluarga, terdiri dari 5 dusun ada 28 RT dan 07 RW. Masyarakat di Dusun Jimbaran mayoritas bermata pencaharian sebagai petabi dan pedagang hasil pertaanian.

Warga Dusun Jimbaran terdiri dari berbagai agama seperti Islam, Kristen, Katholik, dan aliran kepercayaan namun mereka menjunjung tinggi nilai persatuan dan kerukunan. Contoh dari adanya persatuan dan kerukunan diantara warga dusun Jimbaran adalah dibentuknya organisasi-organisasi di Dusun Jimbaran, seperti organisasi pemuda, hingga organisasi bapak-bapak dan ibu. Kerukunan juga Nampak dari cara saling menghormati umat beragama contohnya juga ada umat Kristen sedang persekutuan doa untuk orang yang meninggal umat beragama lainya datang walaupun tidak mengikuti prosesinya.

Sarana dan prasarana yang ada di Dusun Jimbaran meliputi :

1. Sarana transportasi menggunakan kendaran umum lajur Bandungan-Babadan dan Jimbaran-Ungaran.

(2)

2. Sarana peribadatan 1 masjid, 1 mushola, 1 gereja Katholik, dan 1 gereja Kristen.

3. Sarana olahraga terdapat 1 lapangan volley, 1 lapangan sepak bola. 4. Pelayanan keamanan terdapat 4 pos kamling.

5. Sarana penerangan menggunakan listrik. 6. Sarana kesehatan terdapat 1 puskemas 1 klinik.

7. Sarana pendidikan terdapat 1 taman kanak-kanak, 2 sekolah dasar, dan 2 sekolah menengah pertama.

B. Dusun Jimbaran

Dusun Jimbaran merupakan sebuah dusun sebuah dusun yang berada di kaki Gunung Ungaran tepatnya di Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Bandungan Kabbupaten semarang. Dusung ini konon ada karna ada tiga pasang suami istri yaitu Kyai Jembrak dan Nyai Jembrak, Kyai Gumer dan Nyai Gumer, Kyai Brojo dan Nyai brojo. Konon tiga pasang suami istri ini bersaudara datang ke Dusun Jimbaran. Kyai Jembrak dan Nyai Jembrak menetap dan Kyai Gumer dan Nyai Gumer, Kyai Brojo dan Nyai brojo pergi mengembara ke tempat yang lain. Kyai Jembrak dan Nyai jembrak tinggal menetap di Dusun Jimbaran. Setelah mengembara kebeberapa tempat Kyai Gumer dan Nyai Gumer, Kyai Brojo dan Nyai brojo kembali lagi ke Dusun Jimbaran konon katanya penduduk Dusun Jimbaran adalah keturunan dari Kyai Jembrak dan Nyai Jembrak, Kyai Gumer dan Nyai Gumer, Kyai Brojo dan Nyai brojo.

Pada masa penjajahan Belanda konon katanya Dusun Jimbaran akan di jajah oleh Belanda akan tetapi karna adanya makam leluhur yang sampai sekarang di beri nama Setaman, Dusun Jimbaran terlihaat seperti Hutan dan terlihat tidak subur. Akan tetapi sebenarnya Jimbaran adalah daerah yang subur, mitos tersebut berkembang di masyarakat di Dusun Jimbaran. Hingga sekarang makam tersebut di anggap sebagai makam keramat oleh warga sekitar dan setiap bulan syawal ada tradisi nyadran atau doa bersama di makam tersebut (Wawancara Supoyo, 17 November 2017)

C. Tradisi Merti Dusun

(3)

Merti Dusun atau Bersih Dusun atau Merti Desa atau pada hakikatnya merupakan sebuah kegiatan yang menjadi symbol rasa syukur masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala karunia yang diberikan-Nya. Karunia tersebut bisa berupa apa saja seperti rezeki, keselamatan atau juga keselarasan dan ketentraman. Lebih dari itu, merti desa juga merupakan sebuah wadah di mna para penduduk bisa membina tali silahturami, saling menghormati, serta tepa selira. Seperti diketahui bersama bahwa ketiga hal tersebut sudah mulai jarang terekspresikan di dalam masyarakat (Pratoyo,2013:37)

2. Sejarah singkat Tradisi Merti Dusun Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang

Merti Dusun adalah tradisi di dusun Jimbaran, kelurahan Jimbaran, kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang yang biasanya dilakukan setiap bulan Sawal sampai Maulud. Dusun Jimbaran terletak di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Tradisi ini di peruntukan untuk sedekah bumi dan untuk mendoakan para arwah nenek moyang. Inti dari tradisi ini adalah sedekah bumi dan berdoa untuk para pendahulu desa atau nenek moyang. Di adakan merti dusun ini melambangkan penhormatan terhadap para arwah leluhur yang sudah membangun Dusun Jimbaran.

Awal mula tradisi Merti Dusun Jimbaran tidak lepas dari kepercayaan warga terhadap sebuah perlindungan yang di berikan Tuhan Yang Maha Kuasa dan nenek moyang terhadap warga dusun. Tradisi Merti Dusun adalah tradisi budaya lokal di Jimbaran dilakukan setiap syawal sampai maulud. Dalam rangka memayu hayaning buwono. Memayu hayaning buwono berarti tidak mau memaksakan diri pada sesuatu (orang, binatang, tumbuhan, batu atau sungai) melainkan mau menghormatinya, membiarkannya dalam irama tersindiri, mencari kebebasan. Sikap ini tidak sama dengan sikap acuh tak acuh (Frans Magnis Suseno, 1983: 51-52). Tradisi merti dusun pada jaman dahulu di awali dari Gecok Banyu yaitu sedekah bumi terhadap mata air yang sudah menjadi sumber kehidupan sehari-hari di Dusun Jimbaran, prosesi ini dilakukan dengan memasak beberapa jenis dedaunan dan di cammpur dengan daging kambing yang di cincang hingga halus, pembuatan gecok ini di lakukan

(4)

bersama-sama. Setelah usai disiapkan daun pisang yang di gelar untuk menaruk nasi dan gecok kambing, setelah di doakan oleh modin (tokoh agama) kemudian di nikmati bersama ssebagi wujud rasa syukur mereka terhadaap Tuhan Yang Maha Kuasa. Kemudian setelah 35 hari dilakukan prosesi nyadran Setaman (makam leluhur ) yang di yakini sebagai pelindung desa dari pengaruh buruk. Para warga mebawa aneka sesaji dan jajanan pasar (buah-buahan dan makanan tradisional) nyadran tersebut dilakukan di setaman setiap kepala keluarga diwakili oleh satu orang. Setelah di doakan oleh tokoh agama dan berdoa bersama para warga saling bertukar makanan sebagai wujud kerukunan dalam masyarakat. Kemudian 35 hari setelahnya dilakukan nyadran Ngares (makam penduduk dusun) nyadran ini dilakukan di makam peenduduk dusun, para warga membawa sesaji yang berupa nasi dan segala lauk pauknya, dan berdoa bersama untuk keluarga mereka yang sudah meminggal makna dari nyadran ini adalah sebagai wujud penghormatan dan pengirim doa kepada keluarga-keluarga mereka yang sudah meninggal.

Tradisi tersebut tetap di lakukan sampai sekarang, akan tetapi dengan adanya perjalanan waktu tradisi merti dusun Jimbaran di selenggarakan lebih meriah dan diserhanakan. Mulai tahun 2000-an Merti Dusun di jimbaran dilakukan dengan serentetan prosesi seperti Kirab Budaya yaitu pawai mengelelingi Dusun Jimbaran membawa hasil bumi seperti padi, sayur-sayuran, buah-buahan dan lain-lain. Makna dari kirab budaya ini sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian tiga hari setelahnya diadakan Gecok Banyu dengan melakukan masak bersama pembuatan Gecok Kambing yang akan di santap bersama oleh warga Dusun Jimbaran. Seminngu setelah diadakan Gecok banyu diadakan acara wayangan makna dari wayangan ini adalah sebagai sarana berkumpulnya masyrakat dusun untuk saling bercengkrama dan bertegur sapa dengan melihat pertunjukan wayang bersama, sehari sebelum pertunjukan wayang di Dusun Jimbaran para warga bersama-sama mencari Bajing (hewan celeng) sebagai syarat sesaji pertunjukan wayang di Dusun Jimbaran, masyarakat Dusun Jimbaran meyakini bahwa bajing tersebut sebagai penangkal bala atau pengaruh roh jahat terhadap kelangsungan hidup bersama di Dusun Jimbaran. Makna dari Gobyak Bajing ini sebagai wujud kerukunan warga Dusun Jimbaran yang berbeda agama berbeda status sosial tapi mau bahu membahu saling meembantu satu

(5)

sama lain agar mewujudkan kehidupan bersama yang damai. Kemudian prosesi terakhir ialah nyadran yang dilakukan di rumah kepala Jimbaran, warga dengan sukarela membawa sesaji mereka kerumah kepala dusun berkumpul bersama untuk mendoakan arawah leluhur dusun dan berdoa untuk keluarga masing-masing. Nyadran ini bentuk sederhana dari Nyadran Setaman dan Nyadran Ngares, akan tetapi makna dan arti tetap sama yaitu sebagai wujud rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa dan pengiriman doa kepada leluhur dan para penduduk Dusun Jimbaran yang telah wafat.

3. Pelaku Upacara Tradisi Merti Dusun Jimbaran a. Modin

Modin adalah orang yang memberikan doa setiap prosesi demi prosesi Merti Dusun Jimbaran berlangsung. Namun tidak hanya sebagai pembawa doa pada prosesi merti dusun saja tapi modin juga adalah orang yang berperan sebagai pemimpin sholat jenazah dan memimpin doa-doa pada acara slametan dan lain-lain diDusun Jimbaran. Di Dusun Jimbaran modin biasanya dipilih oleh masyarakat dusun, sedangkan doa yang dipimpin oleh modin adalah doa Islam yang ditambah dengan doa Jawa. Tugas modin pada Tradisi Merti Dusun Jimbaran adalah memberikan doa selama prosesi demi prosesi Tradisi Merti Dusun Jimbaran berlangsung.

b. Kepala Desa Jimbaran

Kepala desa adalah orang yang dianggap sebagai sesepuh desa atau orang yang paling bertanggung jawab di desa. Kepala desa ini dipilih warga desa secara ihklas tanpa paksaan. Kepala desa adalah orang yang mengerti seluk beluk desa kepemimpinanya, serta dijadikan sebagai orang yang mempipin acara-acara. Dalam tradisi Merti Dusun di Dusun Jimbaran kepala desa dijadikan sebagai pemimpin pembuka acara Kirab Budaya dan Wayangan.

(6)

Ketua panitia adalah orang yang di anggap mengetahui asal mula Merti Dusun di Dusun Jimbaran. Dalam pemilihan ketua panitia dilakukan oleh masyarakat pada kumpulan rutin yang dilakukan warga. Tugas panitia adalah mengatur rangkaian prosesi dari Kirab Budaya, Gecok Banyu, wayangan dan nyadran berlangsung dengan berurutan dan lancer. Ketua panitia di bantu oleh pantia-panitia kecil yang ia tunjuk sendiri untuk membantunya.

d. Peserta Tradisi Merti Dusun Jimbaran

Peserta Tradisi Merti Dusun Jimbaran adalah sebagian besar warga Dusun Jimbaran dan warga sekitar Dusun Jimbaran yang bersedia hadir saat Peserta Tradisi Merti Dusun Jimbaran, baik anak-anak, remaja maupun orang tua. Pada saat Peserta Tradisi Merti Dusun Jimbaran tampak warga sangat atntusias saat mengituhi serangkaian prosesi.

4. Wujud Sesaji a. Kirab budaya

Sejaji dalam prosesi kirab budaya terdiri dari hasil bumi seperti padi, kelapa, sayur-sayuran, buah-buahan yang diarak keliling dusun dengan menggunakan pakaian adat jawa sebagai wujud rasa syukur atas apa yang sudah di beri oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh warga Dusun Jimbaran.

b. Gecok banyu

Sesaji dalam prosesi Gecok Banyu terdiri dari sayur-sayuran hijau yang dimasak dengan dagi kambing yang di cincang dan di hidangkan dengan nasi putih, sebagi sesaji untuk sumber mata air di Dusun Jimbaran.

c. Wayangan

Sesaji dalam prosesi wayangan terdiri dari aneka jajanan pasar, buah-buahan, nasi putih, ayam ikung, ddaging bajing yang sudah di bakar, dupa dan kemenyan serta bunga tujuh rupa. Sesaji tersebut bertujuan untuk dipersembahkan kepada leluhur agar masyarakat di beri perlindungan dan sebagai syarat wayangan agar berlangsung tanpa hambatan. Dan aneka jajanan pasar dan jenang serta uang receh limaratu rupiah yang di letakan di atas anyaman bambu yang suda di

(7)

siapkan sesaji ini di letakan di ujung-ujung jalan dusun bertujuan untuk menolak bala untuk Dusun Jimbaran

d. Nyadran

Sesaji dalam prosesi ini terdiri dari nasi putih, dan aneka lauh serta jajanan pasar dibawa kerumah bapak kadus untuk di doakan bersama, yang dipimpin modin doa ini di tujukan kepada leluhur dusun yang telah membangun dusun dan para penduduk dusun yang telah mendahului agar di terima di sisi Tuhan Yang Maha Esa.

5. Pelaksanaan Prosesi Tradisi Merti Dusun di Dusun Jimbaran a. Kirab Budaya

Tahap persiapan kirab budaya (pawai keliling desa) dilakukan sehari sebelumnya dengan meenyiapkan gunungan aneka hasil bumi sperti gunungan sayuran dan gunungan buah-buahan. Serta menyiapkan gunungan jajanan pasar seperti apem, jadah, jenang, dan lainnya, yang nanti akan di arak keliling Dusun Jimbaran dengan para warga menggunakan pakaian adat jawa sambil di dendangkan kesenian drumblek.

Tradisi Merti Dusun di Dusun Jimbaran prosesi Kirab Budaya di mulai saat warga mulai berkumpul di lapangan desa jimbaran. Ketika semua warga dan pantia berkumpul beserta gunungan-gunungan yang telah dibuat dan akan di arak keliling dusun. Kepala desa Jimbaran memberikan sambutan, lalu berdoa bersama yang dipipin oleh modin kemudian kepala desa memberi tanda tiga bunyi ketukan warga mulai mengarah gunungan-gunungan keliling dusun.

Setelah usai mengarak gunungan-gunungan keliling dusun kemudian berhenti di tengah dusun warga mulai mengambil sayur-sayuran, buah-buahan, dan jajanan pasar secara berebutan karna warga meyakini bahwa semakin banyak mengambil sesaji tersebut semakin banyak pula berkah dan rejeki yang akan di dapat.

b. Gecok Banyu

Gecok banyu di mulai dengan memetik sayur-sayuran hijau yang ada di sawah di dekat sumber mata air kemudian di masak denfan di campur dengan

(8)

daging kambing yang sudag dicincang setelah masak di hindangkan dengan nasi diatas daun pisang yang sudah di gelar diatas tanah. Setelah di doakan oleh modin kemudian hidangan tersebut di santab bersama. Sebagai wujud rasa syukur atas sumber mata air yang sudah menjadi sumber kehidupan di Dusun Jimbaran. c. Wayangan

Wayangan di mulai dengan meletakkan sesaji sebelum wayangan berlansung di tempat wayangan berlangsung sesajinya yaitu aneka jajanan pasar, buah-buahan, nasi putih, ayam ikung, daging bajing yang sudah di bakar, dupa dan kemenyan serta bunga tujuh rupa. Pembakaran menyan dilalukan oleh dalang wayang dengan membaca doa-doa Jawa yang bertujuan agar menolak bala dan pertunjukan wayang berlangsung dengan lancar. Setelah dalang usai mendoakan, kemudian di lanjutkan dengan sambutan-sambutan dari kepala desa dan kepala dusun. Setelah itu berdoa bersama yang di pimpin oleh modin secara islam doa ini bertujuan untuk mmendoakan leluhur dan masyarakat dusun Jimbaran agar tetap hidup berdampingan dengan rukun agar tercipta keharmonisan antar warga. d. Nyadran

Nyadran dimulai setelah warga Dusun Jimbaran sudah berkumpul di tempat kepala dusun dengan membawa sesaji berupa nasi, lauk pauk dan aneka jajanan pasar. Kemudian sambutan dari kepala dusun. Setelah itu di lanjutankan doa dari modin yang bertujuan mendoakan leluhur yang sudah membangun Dusun Jimbaran dan penduduk dusun yang telah mendahului menghadap Tuhan agar di terima di sisi Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian seusai doa bersama warga saling bertukar sesaji yang diabawa sebagai bentuk kerukunan antar warga.

6. Makna Tradisi Merti Dusun di Dusun Jimbaran

Makna penting dalam pelaksanaan Tradisi Merti Dusun di Dusun Jimbaran dapat dilihat dari dari berbagai aspek, diantaranya adalah :

1. Makna Tradisi Merti Dusun di Dusun Jimbaran dalam kehidupan Sosial

Kehidupan masyarakat Jimbaran diwarnai oleeh sikap solidaritas warganya, karena situasi sosial tersebut menuntut adanya sikap kebersamaan dalam menghadapi

(9)

tantangan hidup di masyarakat. Gotong royong merupakan salah satu ciri kehidupan sosial warga Jimbaran dalam mengadakan Tradisi Merti Dusun di Dusun Jimbaran Pelaksanaan Tradisi Merti Dusun di Dusun Jimbaran merupakan kegiatan yang selalu mengeedapankan sikap maupun perilaku saling membantu tanpa memandang status sosial, latar belakang pendidikan dan agama. Hal ini dapat di buktikan dalam pelaksaan Tradisi Merti Dusun di Dusun Jimbaran ini, setiap warga masyrakat antusias mempererat hubungan sosial antar warga Dusun Jimbaran.

Dengan demikian terlihat jelas Tradisi Merti Dusun di Dusun Jimbaran mempunyai makna sebagai pemersatu atau jembatan antara warga untuk menjalin suatau hubungan sosial yang dapat menumbuhkan persatuan dan persaudaraan dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Makna Tradisi Merti Dusun di Dusun Jimbaran dalam membina kerukunan

Tradisi Tradisi Merti Dusun di Dusun Jimbaran dilihat dari tahap prosesi demi prosesi bahwa mereka membina persatuan dan kesatuan masyarakat Dusun Jimbaran mereka juga bersatu tanpa memandang status sosial dan perbedaan agama saat berkumpul melakukan segenap prosesi demi prosesi berlangsung. Kerukunan warga Dusun Jimbaran Nampak saat mencari bajing untuk sesaji dan menyantap Gecok Kambing bersama. Mereka sangat antusias dan berbondong-bondong dan saling sapa dan bercada para orang tua, remaja, anak-anak, baiki laki-laki maupun perempuan.

Rasa kebersamaan terlihat Nampak saat Kirab Budaya selesai yaitu saat mereka merebutkan gunungan walaupun akhirnya dibagikan kembali bagi yang belum mendapatkan hingga akhirnya mereka memakanya bersama.tanpa memandang status sosial, agama dan latar pendidikan.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan atau kajian bagi organisasi mengenai pengaruh motivasi eksistensi dan stres kerja pegawai

Prasyarat bagi guru adalah harus memiliki kemampuan memahami tingkatan aspek kognitif berikut penjabaran KKO dalam indikator pencapaian kompetensi, serta membuktikannya

budgetary slack pada tabel 4.19 diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0,054 dan nilai signifikansi ini lebih besar dari 0,05 (α=5%) maka H 6 ditolak (0,054 >

Dalam penerapannya, muqarnas dapat bertransformasi menjadi bentuk yang benar- benar tiga dimensional, seperti yang terdapat pada kubah-kubah dan relung pintu gerbang, dapat

Hal ini yang menjadikan penyandang difabel masih jarang yang menggunakan sarana bantu ketika ketika menuju kamar mandi, Oleh sebab itu, untuk memudahkan

2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal. Gangguan pertukaran

nepaisant pakankamai ištobulintos specialiųjų poreikių nustatymo sistemos, visada yra gali­ mybė, kad kai kurios diagnozės (ir „nežymus intelekto sutrikimas") nėra

Pada suatu perusahaan Wagner dalam Karsono (2008) berpendapat bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja adalah tingkat dimana seseorang merasa komit dengan