• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPADATAN POPULASI KEPIK PENGHISAP BUAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEPADATAN POPULASI KEPIK PENGHISAP BUAH"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KEPADATAN POPULASI KEPIK PENGHISAP BUAH (Helopeltis theivora)

PADA PERKEBUNAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PADANG

MARDANI KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

E JURNAL

WIDYA FITRIANI

NIM. 11010065

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

(2)
(3)

KEPADATAN POPULASI KEPIK PENGHISAP BUAH (Helopeltis theivora)

PADA PERKEBUNAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PADANG

MARDANI KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

Widya Fitriani, Rina Widiana, dan Febri Yanti

Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Widya Fitriani185@gmail.com

ABSTRACT

Indonesia has one of the cocoa crop cultivators, cultivation of cocoa plants have good prospects for cocoa beans needs both at home and abroad are growing and can not be fulfilled as well as the selling prices tend to be high. One of the problems found in the cultivation of these plants are pests. Given the scale of cultivation of this crop is still small and simple if pests do not rapidly controlled , it can result in lower yields or even death in plants. Based on this research has been done on Population Density of Dented Pests Fruit of Inhalator (Helopeltis theivora) In Plantation Cocoa (Theobroma cacao L.) In Padang Mardani Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam, This research is a descriptive study. Determination of the point is done systematically by assigning 5 points, each point of sampling is done 3 times with 3 different sample trees. Sampling is done on the sub block I farm production in PT Inang Sari Padang Mardani kecamatan Lubuk basung kabupaten Agam. From the results, the density Helopeltis theivora at Plantation (Theobroma cacao L.) In Padang Mardani Lubuk basung kabupaten Agam of as much as 2.89 individual / trunk and has not crossed the threshold of control.

Key Words : Density, Helopeltis theivora, and Theobroma cacao L

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara pembudidaya tanaman kakao dan termasuk negara penghasil kakao terbesar ketiga setelah Ivory-Coast dan Ghana, yang nilai produksinya mencapai 1.315.800 ton/tahun. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, perkembangan luas areal perkebunan kakao meningkat secara pesat dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 8% per tahun dan saat ini mencapai 1.462.000 ha. Hampir 90% dari luasan tersebut merupakan perkebunan rakyat (Karmawati dkk., 2010)

Usaha budidaya tanaman kakao memiliki prospek yang cukup baik karena kebutuhan biji kakao baik dalam dan luar negeri yang terus bertambah dan belum bisa terpenuhi serta harga jual yang cenderung tinggi pada setahun terakhir (Republika, 2014). Salah satu permasalahan yang terdapat pada usaha budidaya tanaman ini adalah serangan hama dan penyakit. Hama dan penyakit tanaman kakao ini dapat mengakibatkan turunnya hasil panen atau bahkan kematian pada tanaman. Mengingat skala usaha budidaya tanaman ini masih

kecil dan sederhana jika serangan hama dan penyakit tidak cepat dikendalikan. Hal ini akan memperparah akibat serangan hama dan penyakit pada tanaman kakao.

Organisme pengganggu tanaman yang menyebabkan penurunan hasil produksi perkebunan kakao adalah serangga. Hama yang banyak ditemukan pada tanaman kakao, diantaranya hama penggerek buah kakao (Conopomopha cramerella) dan kepik pengisap buah (Helopeltis spp.). Hama ini merupakan hama utama pada tanaman kakao (Siswanto dan Karmawati, 2012). Salah satu spesies Helopeltis spp yang berperan dalam penurunan hasil produksi pada perkebunan kakao adalah Helopeltis theivora.

Helopeltis theivora termasuk ke dalam ordo Hemiptera, sub ordo Cimicomorpha, famili Miridae, genus Helopeltis (Borror, 1992). Helopeltis theivora merupakan salah satu hama utama kakao yang banyak dijumpai hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Jenis Helopeltis yang menyerang tanaman kakao diketahui lebih dari satu spesies, yaitu H. antonii, H. theivora dan H. Claviver (Karmawati dkk., 2010).

(4)

Helopeltis theivora mengisap cairan tumbuhan pada pucuk muda, tunas, bunga, dan buah muda. Setelah cairan diisap, air liurnya yang sangat beracun dikeluarkan dan tempat yang terkena akan melepuh dan berwarna coklat tua (Karmawati, 2010). Hal ini sesuai dengan tipe mulut Helopeltis theivora yaitu tipe menusuk dan menghisap dalam bentuk probosis yang beruas dan ramping, bagian beruas dari probosis itu adalah labium, yang bertindak sebagai suatu selubung bagi empat stilet penusuk (dua mandibula dan dua maksila), maksila bersama-sama cocok di dalam probosis membentuk dua saluran, sebuah saluran makanan dan sebuah saluran air liur (Borror, 1992).

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 di PT Inang Sari Cacao Plantation Padang Mardani Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam. Perhitungan kepadatan populasi Helopeltis theivora dilakukan langsung di lapangan.

Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lup, thermohigrometer, botol koleksi, botol semprot, plastik putih, tali rafia, kuas, pinset, masker, kertas label, kamera digital dan alat–alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah alkohol 70%, insektisida dan serangga kepik penghisap buah pada tanaman kakao (Helopeltis theivora).

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey deskriptif. Pengambilan sampel di lapangan dilakukan secara sistematik dengan membuat 5 titik pengambilan sampel, masing-masing titik terdapat 3 pohon sampel yang diambil secara acak, pengambilan sampel dilakukan sebanyak 3 kali dengan interval 1 minggu 1 kali pengambilan sampel, setiap pengambilan sampel dilapangan dilakukan di pohon yang berbeda dari pengambilan sebelumnya. Sampel diambil secara langsung yaitu dengan cara menyemprotkan insektisida pada buah yang dihinggapi, sehingga menyebabkan serangga lepas dari buah dan berjatuhan di atas plastik putih yang telah dibentangkan di bawah pohon kakao. Pengambilan sampel dilakukan di kebun produksi PT inang sari Padang Mardani Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam, tepatnya dilakukan di Sub

Blok 1 dengan varietas kakao ICS60 dengan luas 2,64 Ha (176 m x 150 m) pada pagi hari yaitu pukul 08.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB. Data kepadatan dihitung mengacu pada Suin (2006).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan kepadatan Helopeltis theivora di PT. Inang Sari Padang Mardani Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam seperti pada Histogram berikut:

Gambar 1.Histogram Rata-rata Kepadatan Individu Helopeltis theivora pada Masing-masing Pengamatan

Hasil pengukuran faktor fisika lingkungan pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 1. Suhu dan Kelembaban Udara di Lokasi Penelitian. Parameter Pengamatan Minggu I Minggu II Minggu III Suhu (0C) 28 29 28 Kelembaban (%) 80 83 85

Berdasarkan hasil penelitian kepadatan populasi Helopeltis theivora di PT. Inang Sari Padang Mardani Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam pada fase nimfa didapatkan kepadatan total sebanyak 2,89 individu/batang, dengan kisaran suhu 280 C-290C dan kelembaban 80%-85%, kepadatan Helopeltis theivora ini lebih rendah dari yang didapatkan oleh Anggraini (2012) di daerah Lubang Panjang Kecamatan Baringin Kota Sawahlunto yaitu sebanyak 7,64 individu/batang dengan kisaran suhu 210 C-250C dan kisaran kelembaban 81%-86%. Rendahnya kepadatan yang didapat dalam penelitian ini terkait dengan keadaan fisika

0 0.5 1 1.5 Minggu I Minggu II Minggu III 0.89 1 1 Pengambilan Sampel

(5)

lingkungan yang tidak mendukung perkembangan Helopeltis theivora dibandingkan dengan Anggraini (2012), suhu yang didapat dalam penelitian ini tergolong tinggi bagi perkembangan Helopeltis theivora .

Menurut Jumar (2000) serangga memiliki kisaran suhu tertentu dimana dia dapat hidup, di luar suhu kisaran tersebut serangga akan mati kedinginan atau kepanasan. Pengaruh suhu ini jelas terlihat pada proses fisiologi serangga, pada suhu tertentu aktivitas serangga tinggi, akan tetapi pada suhu yang lain akan berkurang (menurun). Pada umumnya kisaran suhu yang efektif adalah suhu minimum 150 C, suhu optimum 250 C, dan suhu maksimum 300 C, sementara itu kelembaban juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi distribusi, kegiatan, dan perkembangan serangga, dalam kelembaban yang sesuai serangga biasanya lebih tahan terhadap suhu ekstrim.

Selain suhu, Rendahnya kepadatan Helopeltis theivora yang didapatkan juga dipengaruhi oleh kelembaban lingkungan, kisaran kelembaban lingkungan yang diperoleh 80%-85%, kisaran kelembaban ini termasuk tinggi. Menurut Susniahti dkk., (2005) Perkembangan Helopeltis banyak dipengaruhi oleh keadaan iklim dan ketersediaan makanan. Pada umumnya keadaan cuaca yang panas dengan kelembaban relatif sekitar 70%-80% cocok bagi perkembangan Helopeltis theivora sehingga populasinya bertambah banyak. Serangan hama ini banyak terjadi pada musim penghujan dan berkurang pada musim kemarau.

Faktor makanan juga berpengaruh terhadap perkembangan Helopeltis theivora. Pada saat pengambilan sampel dilapangan telah dilakukan pemetikan buah dan pembersihan perkebunan oleh petani, sehingga makanan yang tersedia juga berkurang, selain itu kondisi buah dan batang kakao yang sudah tua juga berpengaruh terhadap perkembangan Helopeltis theivora, hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Kepadatan Helopeltis theivora yang didapat pada minggu I adalah 0,89 individu/batang, kepadatan Helopeltis theivora minggu ke II adalah 1 individu/batang dan kepadatan Helopeltis theivora pada minggu ke III adalah 1

individu/batang. Menurut Jumar (2000) makanan merupakan sumber gizi yang diperlukan oleh serangga untuk hidup dan berkembang, jika makanan tersedia dalam kualitas yang cocok dan kuantitas yang cukup, maka populasi serangga akan naik dengan cepat. Sebaliknya, jika keadaan makanan berkurang maka populasi serangga juga akan menurun.

Pada saat pengambilan sampel di lapangan ditemukan adanya semut hitam (Dolichoderus thoracicus) dan semut rangrang (Oecophylla smaragdina), semut-semut ini merupakan predator dari Helopeltis theivora, adanya semut ini dapat mengurangi perkembangan Helopeltis theivora yang ada pada tanaman kakao. Menurut Siswanto dan Karmawati (2012) Semut hitam (Dolichoderus thoracicus) atau semut rangrang (Oecophylla smaragdina) merupakan predator dari Helopeltis theivora. Semut hitam bersimbiose dengan kutu putih yang menghasilkan cairan yang mengandung banyak gula.

Kepadatan populasi Helopeltis theivora yang didapatkan rendah dan belum melewati ambang kendali sehingga status Helopeltis theivora pada perkebunan kakao (Theobroma cacao L.) di Padang Mardani Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam belum termasuk hama. Apabila populasi hama 5 individu setiap batangnya, maka belum terjadi penurunan hasil sehingga petani masih bisa mentoleransi (belum dikatakan hama). Pada populasi hama 6 sampai 7 individu setiap batangnya petani sudah mulai merasakan kerugian ekonomi atau ambang kendali (Anonimous, 2012 dalam Anggraini, 2012).

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: Kepadatan populasi kepik penghisap buah (Helopeltis theivora) pada perkebunan kakao (Theobroma cacao L.) di Padang Mardani Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam yang didapatkan adalah 2,89 individu/batang dan belum melewati ambang kendali. Keadaan faktor fisika lingkungan yakni suhu dan kelembaban dilokasi penelitian kurang cocok untuk kehidupan Helopeltis theivora. suhu yang didapatkan berkisar 28o-29oC, sedangkan kelembaban berkisar antara 80%-85%.

(6)

Disarankan bagi peneliti selanjutnya agar memperluas areal pengambilan sampel atau melakukan penelitian dengan membandingkan varietas kakao yang berbeda atau membandingkan umur kakao yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, F. (2012). Kepadatan Hama Kepik Penghisap Buah (Helopeltis sp) yang Ditemukan Pada Tanaman Kakao Di Daerah Lubang Panjang Kecamatan Baringin Kota Sawahlunto. Skripsi, Padang: STKIP PGRI Sumatera Barat.

Borror, DJ., Triplehorn, CA., dan Johnson, NF. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi ke-6. Diterjemahkan oleh Partosoedjono, S. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta:

Rineka Cipta.

Karmawati, E. 2010. Pengendalian Hama

Helopeltis spp. Pada Jambu Mete

Berdasarkan Ekologi: Strategi Dan Implementasi. Bogor: Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan. Jurnal litbang pertanian 3(2) Hal 102-119. Diakses 13 April 2015.

Karmawati, E., dkk. 2010. Budidaya Dan Pasca Panen Kakao. Bogor: Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan Bogor.

Siswanto dan E. Karmawati. 2012. Pengendalian Hama Utama Kakao (Conopomorpha cramerella dan Helopeltia spp) Dengan Pestisida Nabati dan Agens Hayati. Bogor. Jurnal Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan 11(2) Hal 99-103. Diakses 12 Maret 2015.

Suin, N, M dan R. Syafinah. 2006. Ekologi Bahan Ajar Laboratorium.

Padang: Andalas University Press.

Susniahti, N., Sumeno dan Sudarajat. 2005. Bahan Ajar Ilmu Hama Tumbuhan. Bandung: Universitas Padjadjaran

Referensi

Dokumen terkait

Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Penggolongan Ilmu

Arus kompensasi harmonisa yang dihasilkan oleh filter aktif shunt kemudian diinjeksikan kembali ke terminal masukan rectifier sehingga arus fundamental yang akan

KEY WORDS: Generative Modeling, Procedural Modeling, Inverse Modeling, Modeling Applications, Shape Description, Language

FORMULIR PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU SMPN ANDA TAHUN PELAJARAN 2017/20181. KETERANGAN CALON

Berdasarkan parameter antrian jumlah kedatangan pelanggan dan waktu pelayanan setiap periode, diperoleh tingkat utilitas (tingkat kesibukan) antrian untuk periode 1 ( ρ 1

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan oleh penulis dimana beberapa pengguna media sosial memilih untuk menggunakan akun alter ego dalam melakukan

CP Mata kuliah (CPMK) : Mampu menganalisis berbagai macam problematika dalam kehidupan masyarakat, melalui penelaahan konsep-konsep, dalil, aksioma, hokum, dan teori-teori

Berdasarkan hasil Uji Hedonik terhadap daya terima tortilla secara keseluruhan substitusi tepung tulang ikan lele menunjukan taraf perlakuan yang memiliki rata- rata