• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN VCT UNTUK MENINGKATKAN NILAI EMPATI PADA SISWA DALAM MATA PELAJARAN PKN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN VCT UNTUK MENINGKATKAN NILAI EMPATI PADA SISWA DALAM MATA PELAJARAN PKN."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 1 Banyusari Kabupaten Karawang)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Disusun Oleh: DEDEH KARTINI

NIM. 1103408

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

DALAM MATA PELAJARAN PKN

(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 1 Banyusari Kabupaten Karawang)

TESIS

Oleh Dedeh Kartini

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

© Dedeh Kartini 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

November 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

ABSTRAK

Dedeh Kartini: “Penerapan Metode Pembelajaran VCT untuk Meningkatkan Nilai Empati pada Siswa dalam Mata Pelajaran PKn: Penelitian tindakan di kelas VIII SMP Negeri 1 Banyusari Kabupaten Karawang”.

Penelitian ini bertujuan menggali dan mengungkapkan informasi tentang Penerapan metode pembelajaran VCT untuk meningkatkan nilai empati pada siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 1 Banyusari kelas VIII. Masalah yang menjadi fokus kajian penelitian ini adalah bagaimana penerapan metode pembelajaran VCT untuk meningkatkan nilai empati pada diri siswa. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas, dengan model siklus yang dilakukan sebanyak tiga kali pengamatan dan tindakan, yang terdiri dari beberapa fase pengamatan kegiatan pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian tindakan kelas dengan metode siklus sebanyak 3 kali perencanaan, pengamatan, tindakan dan refleksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) perencanaan pembelajaran yang diwarnai oleh gaya konvensional, dilakukan tindakan perbaikan dengan memilih materi, metode, dan media yang disesuaikan dengan kebutuhan dasar peserta didik dapat membantu siswa memahami, menghayati, dan melaksanakan nilai empati dalam kehidupan sehari-hari; (2) pembelajaran yang dilaksanakan dengan metode ceramah, dilakukan tindakan perbaikan dengan mengubah cara mengajar guru dari memposisikan diri sebagai satu-satunya sumber belajar, menjadi fasilitator dan mitra dialog bagi siswa, dapat membantu siswa dalam mengeksplorasi, meng-inquiry, dan mensimulasikan nilai empati: (3) kendala dalam pembelajaran PKn yang meliputi kebijakan tentang kurikulum, sarana dan prasarana, dilakukan tindakan perbaikan dengan melibatkan guru belajar sambil praktek (learning by doing) untuk memahami langsung pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan, melibatkan siswa untuk melengkapi sumber dan media pembelajaran dari sumber-sumber yang terjangkau, serta memanfaatkan sarana yang ada secara efektif, dan dapat mengatasi kendala-kendala tersebut, yang ditandai dengan berjalannya proses belajar mengajar yang efektif: (4) perilaku siswa yang menyimpang seperti tawuran, kurang hormat terhadap guru, dilakukan perbaikan dengan melibatkan siswa dalam simulasi penerapan nilai empati, selanjutnya metode pembelajaran VCT digunakan dalam proses belajar mengajar sehingga dapat mengubah perilaku siswa kearah perilaku yang menjunjung tinggi nilai empati.Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran VCT dapat meningkatkan nilai empati pada siswa dalam mata pelajaran PKn. Penelitian ini merekomendasikan kepada guru PKn bagaimana mengembangkan

metode pembelajaran VCT yang dapat memotivasi siswa dalam belajar dan

berperilaku sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku sehingga manfaat dari

(5)

Dedeh Kartini : "Application of Learning Method to Increase the Value VCT Empathy in Students in Civics Lesson : classroom action research in SMP Negeri 1 Banyusari Kabupaten Karawang" .

This study aims to explore and reveal information about the application of learning methods VCT to increase the value of empathy in students in the subjects of Citizenship Education ( Civics ) in SMP Negeri 1 Banyusari class VIII. Problems that are the focus of this research study is how the application of learning methods to improve the value of empathy VCT on students . Research methodology is action research , the model of cycles performed three times of observation and action , which consists of several phases of observational learning activities.

This study used a qualitative approach to action research methods class with method 3 times the cycle of planning, observation , action and reflection. The results showed that : ( 1 ) learning plan that is colored by a conventional style , performed remedial action by selecting the materials, methods, and media tailored to the needs of learners basis can help students to understand, appreciate , and implement the values of empathy in everyday life , (2 ) study conducted by the lecture method , performed remedial action to change the way teachers teach from positioning itself as the only source of learning , and facilitating dialogue partners for students, can assist students in exploring , clicking -inquiry , and simulate the value empathy : ( 3 ) difficulties in learning about civics curriculum that includes policies, facilities and infrastructure , performed remedial action by involving teachers learn and practice ( learning by doing ) to understand the direct implementation of the curriculum unit level education , involving students and media sources to supplement learning from affordable sources, as well as utilizing existing facilities effectively , and be able to overcome these constraints , marked by the passage of effective teaching and learning process : ( 4 ) aberrant student behavior such as fighting , lack of respect for teachers, improvements by involving students in the application of simulation the value of empathy , learning methods VCT subsequently used in the learning process so as to change the behavior of students towards behavior that values empati. This study concluded that the application of learning methods VCT can increase the value of empathy in

students in the subjects of Civics .

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR BAGAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Indentifikasi dan Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Asumsi Penelitian ... 13

F. Struktur Organisasi Tesis ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Pembelajaran PKn ... 15

1. Pengertian dan Hakikat PKn ... 15

2. Visi dan Misi PKn ... 17

3. Fungsi dan Tujuan PKn ... 18

4. Pembelajarn Nilai Sebagai Esensi PKn ... 22

5. PKn Sebagai Mata Pelajaran di Sekolah ... 25

6. Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 26

7. Strategi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 28

B. Pendekatan Klarifikasi Nilai ... 30

1. Hakikat Klarrifikasi Nilai ... 30

2. Langkah – Langkah Pembelajaran Klarifikasi Nilai ... 31

3. Keunggulan dan Kelemahan Klarifikasi Nilai ... 32

C. Model Pembelajaran VCT (Value Claification Technique) ... 34

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 34

2. Hakikat Model Pembelajaran Value Claification Technique ... 35

3. Langkah – Langkah Pembelajaran Value Claification Technique ... 37

4. Keunggulan dan Kelemahan Value Claification Technique ... 39

5. Jenis Model Pembelajaran (Value Claification Technique .. 40

D. Tinjauan Tentang Nilai Empati ... 46

1. Pengertian Empati ... 46

(7)

3. Unsur-Unsur dan fungsi Empati ... 49

4. Pendekatan Guru dalam Menanamkan Nilai Empati Pada Anak ... 52

5. Proses Pembelajaran Nilai Empati Melalui Pembelajaran PKn ... 53

E. Penelitian Teradahulu ... 54

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 56

1. Lokasi Penelitian ... 56

2. Subjek Penelitian ... 57

B. Desain Penelitian ... 58

C. Metode Penelitian ... 59

D. Definisi Operasional ... 64

E. Instrumen Penelitian ... 66

F. Teknik Pengumpulan Data dan Alasan Rasionalnya ... 67

G. Prosedur Penelitian ... 74

H. Analisis Data ... 80

I. Pengolahan Data Presentase ... 84

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 85

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 85

2. Keadaan kelas VIII C ... 90

3. Deskripsi keadaan guru SMP Negeri Banyusari ... 91

4. Keadaan Siswa VIII C ... 92

5. Profil Awal Pembelajaran Pkn ... 94

6. Refleksi Awal ... 99

7. Perencanaan Untuk Tindakan Pertama ... 101

B. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan ... 103

1. Pelaksanaan metode VCT siklus Pertama ... 103

2. Pelaksanaan Tindakan siklus Kedua ... 115

3. Pelaksanaan Tindakan Siklus Ketiga ... 127

C. Peningkatan dari Siklus I, II dan III ... 138

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 142

1. Perencanaan Pembelajaran PKn dengan menggunakan metode VCT untuk meningkatkan nilai empati. ... 142

2. Implementasi pembelajaran PKn dengan menggunakan metode VCT untuk meningkatkan nilai empati. ... 144

3. Proses menanamkan nilai empati melalui pembelajaran PKn menggunakan metode pembelajaran VCT ... 145

4. Peningkatan nilai empati siswa setelah diterapkan metode VCT ... 146

(8)

A. Kesimpulan ... 148 B. Rekomendasi ... 151

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Penafsiran Persentase Hasil Angket... 84

Tabel 4.1 Kepemimpinan dan Pergantian Nama Sekolah. ... 86

Tabel 4.2 Keadaan siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Banyusari berdasarkan agam ... 92

Tabel 4.3 Keadaan siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Banyusari berdasarkan suku bangsa ... 93

Tabel 4.4 Keadaan siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Banyusari Berdasarkan pekerjaan orang tua... 93

Tabel 4.5 Keadaan siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Banyusari menurut tingkat kecerdasan. ... 93

Tabel 4.6 Daftar nilai ulangan harian pada masa Orentasi ... 98

Tabel 4.7 Hasil Observasi kegiatan guru Siklus I ... 110

Tabel 4.8 Hasil Observasi kegiatan Siswa Siklus I ... 111

Tabel 4.9 Data Hasil Angket Siklus I ... 112

Tabel 4.10 Hasil Observasi kegiatan guru Siklus II ... 121

Tabel 4.11 Hasil Observasi kegiatan Siswa Siklus II ... 122

Tabel 4.12 Data Hasil Angket Siklus II ... 122

Tabel 4.13 Daftar Nilai Ulangan Harian Pada Siklus Ketiga ... 131

Tabel 4.14 Hasil Observasi kegiatan guru Siklus III ... 133

Tabel 4.15 Hasil Observasi kegiatan Siswa Siklus III... 133

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Model Dasar Penelitian Tindakan dari Kurt Lewin ... 63

Gambar 3.2 Paradigma Penelitian ... 63

Gambar 3.3 Alur Kegiatan Penelitian Tiandakan Kelas Berdasarkan Spiral (Adaptasi dari Hopkins, 1993:48) ... 77

Gambar 3.2 The Three Phase Observation Cyle (Hopkins, 1993:81) ... 80

Gambar 4.1 Denah Tempat Duduk VIII C ... 91

(11)

DAFTAR BAGAN

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kondisi saat ini peserta didik sudah jarang mencerminkan sebagai seorang

pelajar. Diantara mereka cenderung mengucapkan kalimat yang kurang baik,

terkadang para peserta didik bertingkah laku tidak sopan dan tidak lagi patuh

terhadap orang tua maupu terhadap gurunya. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh

kondusif tidaknya pendidikan nilai moral yang mereka dapatkan, baik dari

lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Terlepas dari itu peran

sekolah sebagai wahana dalam penyampaian pengajaran dan pendidikan turut

mempengaruhi pula tingkat perkembangan nilai moral seorang anak. Peranan guru

sangat penting karena seorang guru tidak hanya memberikan pendidikan itu dalam

bentuk materi-materi, tetapi lebih dari itu harus dapat menyentuh sisi

tauladannya, sebab perilaku seorang guru yang pertama-tama dilihat peserta

didiknya. Seorang guru selain memberikan pendidikan yang bersifat materi

pelajaran tetapi harus juga memberikan contoh yang baik di dalam sosialisasi

kehidupan.

Fenomena kekerasan sudah menjadi suatu tradisi yang melekat dalam

masyarakat di Indonesia. Tidak seharipun media massa melewatkan pemberitaan

tentang kekerasan, kejahatan. Kekerasan memang meningkat, baik dalam jumlah,

jenis, maupun kualitasnya. Lebih dari itu, pelaku maupun korban makin beragam,

baik ditinjau dari jenis kelamin, latar belakang, maupun tingkatan usia. Hampir

setiap persoalan di negeri ini diselesaikan dengan kekerasan dan kekerasan sudah

menjadi budaya yang tertanam kuat dalam masyarakat dan sangat di sayangkan

(13)

aktor dari kekerasan tersebut adalah para siswa sendiri. Bahkan kekerasan tidak

hanya terjadi di jenjang pendidikan tinggi akan tetapi sudah merambah sampai

pendidikan menengah pertama. Hal ini memberikan gambaran kurang baik bagi

dunia pendidikan.

Siswa sekolah menengah pertama adalah kelompok usia anak-anak yang

sedang mengalami perubahan dan perkembangan diri dalam segala aspek. Salah

satu perkembangan diri yang dialami mereka adalah pekembangan

sosioemosional. Empati merupakan satu konstruk yang membantu perkembangan

sosioemosinal anak. Dengan empati anak dapat memahami, merasakan,

menghayati orang lain karena dalam proses empati ini berlangsung proses

pengertian dan perasaan yang dinyatakan bentuk hubungang antar pribadi.

Dengan kemampuan empati yang dimiliki oleh anak membantu mereka untuk

mencegah perilaku yang mengarah pada kekerasan. Berdasarkan hal ini, sekolah

dapat mencegah kekerasan yang terjadi disekolah dengan meningkatkan empati

pada diri siswa.

Sebagai contoh kasus empati yang terjadi di sekolah yaitu pada waktu

pelajaran, guru sedang menjelaskan pelajaran di depan kelas, akan tetapi ada 2

peserta didik malah asyik mengobrol dengan temannya, sehingga peserta didik

yang mengobrol tidak paham tentang pelajaran yang diterangkan oleh guru.

Sehingga timbul berpikir, seandainya anda menjadi guru tersebut, bagaimana

perasaan anda ? untuk itulah perlu di tumbuhkan sikap empati pada peserta didik

agar dapat mengerti perasaan orang lain dan tidak mengabaikan norma-norma dan

aturan yang berlaku disekolah.

Penyelesaian permasalahan kasus tawuran jangka panjang yaitu dengan

kurikulum pendidikan yang harus dibenahi. Pada saat ini anak-anak memikul

beban yang berat karena pembelajaran disekolah yang terus menerus memberikan

materi-materi akademis, di sisi lain peserta didik sedang mencari bentuk konsep

diri. Pencarian bentuk konsep diri bagi anak usia remaja bukanlah hal yang

mudah, karena memerlukan banyak bimbingan dan panduan, baik dari orang tua,

keluarga, dan guru-guru di sekolah. Para peserta didik membutuhkan berekspresi

(14)

menyediakan ruang untuk itu. Sehingga terjadi penyalurannya lewat tawuran yang

dilakukan oleh peserta didik. Sebagai contoh kasus tawuran antara SMA Negeri

70 Jakarta dan SMA Negeri 6 Jakarta.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran

penting dalam proses pendidikan. Pendidikan Kewarganegaraan mengajarkan

peserta didik untuk mengenal dasar aturan kewarganegaraan, media untuk

mengajarkan kehidupan politik, mendidik untuk lebih memiliki toleransi, empati

dan tenggang rasa, memberikan pengetahuan tentang peraturan negara yang

mengikat agar para peserta didik bisa hidup dalam aturan hukum yang berlaku,

sarana untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air. Persepsi peserta didik merupakan

cerminan guru untuk menjadikan seorang yang kreatif dalam melakukan

pembelajaran peserta didiknya.

Pendidikan Kewarganegaraan dalam Undang- Undang Nomor 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Pendidikan

Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang bertugas membentuk warga

negara yang baik (how a good citizen). Warga negara yang baik adalah warga

negara yang sadar akan hak dan kewajibannya. Selain itu PKn merupakan suatu

mata pelajaran yang membekali peserta didik dengan budi pekerti, pengetahuan

dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan warganegara dengan

negara, serta pendidikan perdahuluan bela negara yang bertujuan untuk

mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada

budaya bangsa Indonesia agar menjadi warganegara yang mampu diandalkan oleh

bangsa dan negara. Jadi, pada dasarnya mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan merupakan suatu wahana untuk dapat menciptakan manusia

Indonesia yang memiliki perilaku yang mencerminkan nilai luhur Pancasila.

Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu proses interaksi antara guru

dengan peserta didik (Permendiknas No. 41 tahun 2007). Menurut Maftuh dan

Sapriya (2005:30) bahwa, Tujuan negara mengembangkan Pendidikan

Kewarganegaraan agar setiap warga negara menjadi warga negara yang baik (to

(15)

dikembangkan oleh guru terhadap peserta didik, yaitu kecerdasan warganegara

(civic intelligence), tanggung jawab warganegara (civic responsibility) dan

Partisipasi warganegara (civic Partisipation). Untuk mengebangkan tiga hal

tersebut, harus pintar menggunakan berbagai metode, media, dan evaluasi

pembelajaran (khususnya PKn). Ketidatapatan memilih dan menggunakan metode

pembelajaran akan mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Misalnya untuk mengembangkan sikap empati, tidak cukup hanya

menggunakan metode ceramah murni, tetapi perlu divariasikan dengan metode

yang dapat mengungkapkan nilai, seperti analisis nilai, simulasi, permainan dan

percontohan. Dalam PKn dikenal suatu model pembelajaran yaitu, VCT.

Menurut Djahiri, A. K (1985:67) model pembelajaran VCT meliputi;

metode percontohan; analisis nilai; daftar/matriks; kartu keyakinan; wawancara,

yurisprudensi dan teknik inkuiri nilai. selain itu dikenal juga dengan metode

bermain peran. Metode dan model di atas dianggap sangat cocok diterapkan

dalam pembelajaran PKn, karena mata pelajaran PKn mengemban misi untuk

membina nilai, moral, sikap, dan perilaku peserta didik, disamping membina

kecerdasan (knowledge) bagi peserta didik.

Pola pembelajaran VCT menurut Djahiri, A.K (1992:54), dianggap unggul

untuk pembelajaran afektif karena; pertama, mampu membina dan

mempribadikan nilai dan moral; kedua, mampu mengklarifikasi dan

mengungkapkan isi pesan materi yang disampaikan; ketiga, manpu

mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri peserta didik dan nilai moral

dalam kehidupan nyata; keempat, mampu mengundang, melibatkan, membina dan

mengembangkan potensi diri peserta didik terutama potensi afektualnya; kelima,

mampu memberikan pengalaman belajar dalam berbagai kehidupan; keenam,

mampu menangkal, mengintervensi dan menyubversi berbagai nilai moral naif

yang ada dalam sistem nilai dan moral yang ada dalam diri seseorang; ketujuh,

menuntun dan memotivasi untuk hidup layak dan bermoral tinggi.

Salah satu metode yang paling efektif untuk meningkatkan nilai empati

siswa yaitu metode teknik inkuiry nilai dengan pertanyaan acak merupakan salah

(16)

masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia (interpersonal

relationship), terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik. Pengalaman

belajar yang diperolehya dari metode ini meliputi, kemampuan kerja sama,

komunikatif, dan menigterpretasikan suatu kejadian.

Sebagai salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan secara

formal, sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan

pendidikan nasional melalui proses belajar mengajar. Pendidikan mempunyai

fungsi yang harus diperhatikan, seperti dapat dilihat pada UU No. 20 tahun 2003

menyebutkan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk perkembangannya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakqa pada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat ilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga yang demokratis dan tanggung jawab.

Tujuan Pendidikan Nasional yaitu menjadi manusia yang berahlak mulia,

berkaitan dengan empati yang akan dikembangkan anak sebagai inti dari

pendidikan moral menurut (Borba. M 2008:5) akan mampu menyentuh

perkembangan perilaku anak secara mendasar. Perlunya nilai empati pada peserta

didik yaitu sebagai kesadaran bahwa setiap orang memiliki sudut pandang

berbeda akan mendorong peserta didik dan mampu menyesuaikan diri sesuai

dengan lingkungan sosialnya. Selain itu empati dapat mengurangi atau

menghilangkan penderitaan orang lain, tetapi juga ketidaknyamanan perasaan

melihat penderitaan orang lain. Merasakan apa yang dirasakan individu lain akan

menghambat kecenderungan perilaku agresif terhadap individu. Berempati berarti

mempersepsikan kerangka pikir internal orang lain secara tepat yang mencakup

unsur-unsur emosional dan cara-cara bertingkah laku, disertai dengan kepedulian

seolah-olah diri sendiri adalah orang lain yang sedang dipersepsi tetapi tanpa

kehilangan kesadaran sedang mengandaikan sebagai orang lain.

Kurikulum pada saat ini hampir tidak memberi porsi penanaman empati,

rasa, dan pengolahan hati dikalangan peserta didik. Semua cenderung

(17)

peserta didik sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan rasa saling menghormati,

saling memahami, dan saling menyayangi, tetapi kenyataanyan porsinya dalam

kurikulum minim. Apabila ada penanaman nilai empati, cenderung diberikan

sebatas pengetahuan yang tentu tidak akan efektif, karena nilai empati berkaitan

dengan rasa yang harus ditanamkan, bukan hanya sekedar diajarkan.

Empati merupakan bagian penting sosial competency (kemampuan sosial).

Empati juga merupakan salah satu dari unsur-unsur kecerdasan sosial. Ia terinci,

dan berhubungan erat dengan komponen-komponen lain, seperti empati dasar,

penyelarasan, ketepatan empatik dan pengertian sosial. Empati dasar yakni

memiliki perasaan dengan orang lain atau merasakan isyarat-isyarat emosi non

verbal. Penyelarasannya yakni dengan mendengarkan dengan penuh reseptivitas,

penyelarasan diri, perasaan dan maksud orang lain dan pengertian sosial yakni

mengetahui bagimana dunia sosial bekerja (Daniel. G, 2007:115). Sementara itu,

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), empati adalah keadaan mental

yang membuat seseorang merasa atau mengindentifikasi dirinya dalam keadaan

perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. selain itu

empati adalah kemampuan seseorang dalam ikut merasakan atau menghayati

perasaan dan pengalaman orang lain. Seseorang tersebut tidak hanyut dalam

suasana orang lain, tetapi memahami apa yang dirasakan orang lain.

Secara lebih luas empati diartikan keterampilan sosial tidak sekedar ikut

merasakan pengalaman orang lain (vicarious affect response), tetapi juga mampu

melakukan respon kepedulian (concern) terhadap perasaan dan perilaku orang

tersebut. tidak heran apabila latihan memberikan sesuatu atau bersedekah, selain

merupakan sarana beribadah juga melatih empati anak pada orang lain yang

memunculkan sifat berderma (filantropi) (Manungsong. F 2010:12). Nilai empati

akan membantu peserta didik dapat memisahkan antara masalah dengan orangnya.

Kemampuan empati akan mendorong peserta didik mampu melihat permasalahan

dengan lebih jernih dan menempatkan objektifitas dalam memecahkan masalah.

Banyak alternatif yang dapat diambil manakala peserta didik dapat berempati

dengan orang lain dalam menghadapi masalah di sekolah maupun di masyarakat.

(18)

sedang dihadapi temannya kerena kita tidak dapat memasuki perasaannya dan

memahami kondisi yang sedang dialami.

Pembelajaran nilai empati dapat meningkatkan kemampuan empati,

kemampuan empati dapat diperoleh melalui pembelajaran (becoming), yang dapat

diajarkan kepada anak-anak ataupun orang lain. Dalam penelitian

(Haynes&Avery, 1979:90) bahwa pelatihan tentang nilai-nilai empati dapat

digunakan untuk mengasah perasaan, pemahaman dan perilaku empati.

Michele Borba juga menawarkan pola atau model untuk pembudayaan

akhlak mulia. Michele Borba menggunakan istilah membangun kecerdasan moral.

Dia menulis sebuah buku dengan judul Building Moral Intelligence (Membangun

Kecerdasan Moral: Tujuh Kebajikan Utama Agar Anak Bermoral Tinggi, 2008).

Kecerdasan moral, menurut (Borba. M. 2008:4) adalah kemampuan seseorang

untuk memahami hal yang benar dan yang salah, yakni memiliki keyakinan etika

yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakinan tersebut, sehingga ia bersikap

benar dan terhormat. Itu merupakan sifat-sifat utama yang dapat mengantarkan

seseorang menjadi baik hati, berkarakter kuat, dan menjadi warga negara yang

baik. Dalam pengbangan pembelajaran PKn yang inovatif, menitikberatkan pada

kajian terhadap 7 (tujuh) kebajikan utama agar anak bermoral tinggi. Ketujuh

kebajikan utama tersebut merupakan syarat dalam membangun kecerdasan moral

anak. Mengenai kedudukan 7 (tujuh) kebajikan utama agar anak bermoral tinggi

yang dimaksud dari nilai moral tersebut yakni mengacu pada teori Borba. M.

(2007:7) yang menjelaskan bahwa kecerdasan moral terbangun dari ketujuh

kebajikan utama yaitu : empati, hati nurani. kontrol diri, rasa hormat, kebaikan

hati, toleransi, dan keadilan, yang membantu anak menghadapi tantangan dan

tekanan etika yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupannya kelak.

Kebajikan-kebajikan utama tersebutlah yang akan melindungi agar tetap berada

dijalan yang benar dan membantunya agar selalu bermoral dalam bertindak.

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa dalam membentuk serta

membangun moral anak menjadi warganegara yang bermoral tinggi, maka harus

(19)

sebab kecerdasan moral anak akan terbangun melalui ketujuh (7) kebajikan utama

anak sebagimana teori diatas.

Adapun ketujuh (7) kebajikan utama kecerdasan moral (Borba. M

.2008:7), dapat dipahami sebagai berikut :

1. Empati merupakan inti emosi moral yang membantu anak memahami

perasaan orang lain. Mendorong menolong orang yang kesusahan atau

kesakitan, serta menuntutnya memperlakukan orang dengan kasih sayang.

2. Hati Nurani adalah suara hati yang membantu anak memilih jalan yang benar

dari pada jalan yang salah serta tetap berada dijalur yang bermoral, membantu

dirinya merasa bersalah ketika menyimpang dari jalur yang semestinya.

3. Kontrol Diri adalah membantu anak menahan dorongan dari dalam dirinya

dan berfikir sebelum bertindak, sehingga ia melakukan hal yang benar dan

kecil kemungkinan mengambil tindakan yang akan menimbulkan akibat buruk.

4. Rasa Hormat mendorong anak bersikap baik dan menghormati orang lain.

Tidak bertindak kasar, selalu bersikap adil, dan selalu bersahabat.

5. Kebaikan Hati adalah sikap terhadap kesejahteraan dan perasaan orang lain.

Memberi bantuan kepada yang memerlukan, serta melindungi sesama yang

kesulitan atau kesakitan.

6. Toleransi adalah menghargai perbedaan kualitas dalam diri orang lain,

membuka diri terhadap pandangan dan keyakinan baru, dan menghargai orang

lain tanpa membedakan suku, gender, penampilan, budaya, kepercayaan, serta

mendengar semua pihak secara terbuka sebelum memberi penilaian apapun.

7. Keadilan menuntun agar memperlakukan orang lain dengan baik, tidak

memihak, dan adil. sehingga ia mematuhi aturan, mau bergiliran dan berbagi,

serta mendengar semua pihak secara terbuka sebelum memberi penilaian

apapun.

Kecerdasan yang sangat penting mencakup karakter-karakter utama,

seperti kemampuan untuk memahami penderitaan orang lain dan tidak bertindak

jahat, mampu mengendalikan dorongan dan penundaan pemuasaan,

mendengarkan dari berbagai pihak sebelum memberikan penilaian, menerima dan

(20)

memperjuangkan keadilan, dan menunjukan kasih sayang dan rasa hormat

terhadap orang lain. Hal diatas merupakan sifat-sifat utama yang akan membentuk

anak menjadi baik hati, berkarakter kuat, dan warga negara yang baik. Ketujuh (7) kebajikan utama di atas menurut Michele Borba ”dapat diajarkan, dicontohkan, disadarkan, serta didorong sehingga dapat dicapai anak.

Membangun kecerdasan moral anak melalui tujuh (7) kebajikan utama

diatas harus dilakukan langkah demi langkah. Setiap kali anak berhasil

memguasai satu kebajikan, maka kecerdasan moralnya akan bertambah, dan ia

pun menaiki tangga kecerdasan moral yang lebih tinggi lagi. Ketujuh (7)

Kebajikan Utama Agar Anak Bermoral Tinggi digolongkan dalam beberapa

tingkatan. Michele Borba membagi tiga (3) kebajikan: empati, hati nurani, dan

kontrol diri sebagai inti dari moral karena merupakan dasar kecerdasan moral.

Setelah dasar pertumbuhan moral tersebut tertanam kuat, dua (2) kebajikan: rasa

hormat dan kebaikan hati dapat ditambahkan. Kebajikan ini merupakan bentuk

kasih dan sayang dalam suatu hubungan. Dua (2) kebajikan terakhir: toleransi dan

keadilan merupakan dasar bagi kekuatan moral, keadilan, dan kewarganegaraan.

Kecerdasan anak-anak pada masa kini jarang memiliki ketujuh (7)

kebajikan moral, walupun ada sebagian dari peserta didik memiliki sikap seperti

dijelaskan diatas, maka untuk itu nilai empati perlu ditekankan pada peserta didik.

Pada masa dahulu anak lebih mengedepankan moral dan sikapnya dibandingkan

dengan ego (nafsu), sehingga muncul dalam pola tindakannya kesopanan dalam

bergaul, menghormati orang tua, memiliki tutur kata yang lembut. Tetapi pada

saat sekarang sebaliknya, anak-anak pada masa sekarang lebih mengedepankan

egonya dari pada nilai moral dan sikap, sehingga yang muncul adalah sikap mau

menang sendiri, tidak mau disalahkan meskipun dalam keadaan yang bersalah dan

tidak mau menghormati orang lain. Nilai-nilai seperti humanisme, toleransi sopan

santun, disiplin, jujur, mandiri, bertanggung jawab, sabar, empati, dan saling

menghargai perlu dibangun tatkala peserta didik berada di sekolah dan di

lingkungannya.

Membentuk dan mendidik pribadi anak yang di dalamnya mengkristal

(21)

semudah membalikan telapak tangan. Disini dibutuhkan kesabaran, keikhlasan,

wawasan, dan pengetahuan yang luas serta pendekatan yang benar dari seorang

guru. Citizenship education sebagai proses pendidikan yang mencakup

pengalaman belajar di sekolah dan di luar sekolah, seperti yang terjadi di

lingkungan keluarga, dalam organisasi keagamaan, dalam organisasi

kemasyarakatan dan media (Cogen & Derricot, 1998:8).

Pendidikan empati anak sebagai inti dari pendidikan moral atau budi

pekerti akan mampu menyentuh perkembangan perilaku anak secara mendasar,

apabila pendidikan empati tersebut ditanamkan pada anak usia dini, sedangkan

jika pendidikan empati tersebut diberikan pada anak setelah menginjak dewasa

maka tidak akan begitu berpengaruh secara mendasar terhadap karakter dan

pembentukan pribadi anak. Perilaku individu dapat diprediksi apabila diketahui

bagaimana individu mempersepsikan situasi dan apa yang diharapkan. Perilaku

seseorang ditentukan oleh persepsi mengenai diri mereka dan lingkungan

sekitarnya. Perilaku dapat diobservasi, dipelajari, baik langsung maupun tidak

langsung. Oleh karena itu, penelitian ini fokus pada perilaku peserta didik dalam

meningkatkan nilai empati di lingkungan sekolah SMP Negeri 1 Banyusari kelas

VIII C. Situasi pada sekolah SMP Negeri 1 Banyusari memperhatinkan dimana

peserta didik sering melakukan tawuran dengan sekolah SMP yang berdekatan

dengan lokasi SMP Negeri 1 Banyusari, sekolahpun mengadakan pendekatan

dengan orang dan dengan masyarakat sekitar. Dengan adanya permasalahan itu

maka nilai empati semestinya harus ditanamkan dalam proses pembelajaran di

sekolah SMP Negeri 1 Banyusari Karawang.

Salah satu metode yang paling efektif untuk meningkatkan empati siswa

yaitu metode teknik inkuiry nilai dengan pertanyaan acak merupakan salah satu

metode pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah

yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia (interpersonal relationship),

terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik. Pengalaman belajar yang

diperolehya dari metode ini meliputi, kemampuan kerja sama, komunikatif, dan

(22)

Apa yang di ungkap diatas, kiranya memberikan sedikit gambaran tentang

kondisi peserta didik pada saat sekarang. Dari ke tujuh (7) Kebajikan Utama Agar

Anak Bermoral Tinggi, penulis mengambil sikap yang pertama yaitu empati,

empati sangatlah penting bagi kepribadian peserta didik dan menurut peneliti,

pembelajaran PKn melalui metode VCT efektif mendukung peserta didik

perperilaku empati. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengadakan

penelitian ini untuk dapat menggambarkan penerpaan metode pembelajaran VCT

untuk meningkatkan nilai empati dalam siswa pada mata pelajaran PKn.

Dipilihnya sekolah SMP Negeri 1 Banyusari sebagai lokasi penelitian karena

termasuk salah satu sekolah unggulan di wilayah Karawang.

B. Indentifikasi dan Perumusan Masalah

Penelitian ini merupakan sebuah investigasi terkendali yang dirancang

dengan melakukan suatu analisis kebutuhan untuk mengkaji PKn sebagai wahana

pendidikan nilai yaitu empati. Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagimana Penerapan

metode pembelajaran VCT untuk meningkatkan nilai empati pada siswa dalam

mata pelajaran PKn? Sedangkan yang menjadi rumusan masalah khususnya

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perencanaan Pembelajaran PKn dengan menggunakan motode

pembelajaran VCT untuk meningkatkan nilai empati pada siswa ?

2. Bagaimana impelementasi siswa terhadap pembelajaran PKn dengan

menggunakan motode VCT untuk meningkatkan nilai empati ?

3. Bagimana proses menanamkan nilai empati melalui pembelajaran PKn

menggunakan metode pembelajaran VCT ?

4. Bagimana peningkatan nilai empati siswa setelah diterapkan metode VCT?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki dan

(23)

memperbaiki pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan di dalam kelas

dan menerapkan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik siswa di kelas melalui menerapkan pembelajaran dengan metode

VCT pada Mata Pelajaran PKn di sekolah SMP Negeri 1 Banyusari Kabupaten

Karawang.

2. Tujuan Khusus

Penelitian bertujuan untuk mengungkapkan dan mengetahui hal-hal

sebagai berikut :

a. Perencanaan pembelajaran PKn dengan menggunakan motode

pembelajaran VCT untuk meningkatkan nilai empati pada siswa.

b. Implementasi siswa terhadap pembelajaran PKn dengan menggunakan

motode VCT untuk meningkatkan nilai empati.

c. Proses menanamkan nilai empati melalui pembelajaran PKn menggunakan

metode pembelajaran VCT.

d. Peningkatan nilai empati siswa setelah diterapkan metode VCT.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

1) Dengan PTK guru akan merasa percaya diri, melakukan evaluasi diri,

dan menganalisis kinerjanya sendiri di dalam kelas, sehingga akan

menemukan kekuatan, kelemahan, dan tantangan pembelajaran dan

pendidikan masa depan, dan mengembangkan alternative pemecahan

masalah/ kelemahan yang ada pada dirinya dalam pembelajaran.

2) Tujuan utama penggunaan metode pembelajaran VCT adalah untuk

membantu peserta didik agar dapat mudah menyerap dan memahami

materi yang disampaikan oleh guru. Dengan penanaman nilai empati

pada siswa akan membuat siswa menjadi berempati pada keadaan di

sekeliling peserta didik baik di sekolah maupun di dalam masyarakat.

3) Untuk bahan penelitian ini sebagai penguatan dalam teori PKn

khususnya di sekolah agar menghasilkan peserta didik yang berjiwa

(24)

b. Manfaat praktis

Bagi peserta didik : Menghilangkan sikap egois pada anak,

menghilangkan sifat kesombongan, dan

mengembangkan kemampuan evaluasi dan kontrol

diri pada anak.

Bagi guru : Guru juga dapat mengenal tabiat anak didiknya serta

menambah wawasan, dan pengetahuan yang luas

serta pendekatan yang benar dalam membentuk dan

mendidik pribadi peserta didik.

Bagi Sekolah : Kajian nilai empati dapat di masukan dalam program

RPP dan Silabus di sekolah sehingga penguatan

pembelajaran PKn semakin bertambah pada peserta

didik.

Bagi Masyarakat : Mengurangi keresahan masyarakat akibat

perilaku-perilaku amoral yang dilakukan peserta didik atau

remaja.

E. Asumsi Penelitian

a. Inti dari pembelajaran PKn adalah menegaskan tentang nilai dan moral,

empati merupakan bagian dari nilai inti sehingga penanaman nilai empati

terhadap peserta didik sangat penting untuk pendewasaan dirinya sebagai

warga negara yang baik.

b. Membedakan benar dan salah melalui nilai empati, akan menjadikan diri

sebagai sumber energi positif untuk melayani kehidupan sosial yang penuh

dinamika. Hati nurani adalah penghasil moral, dan saat hati nurani di isi

dengan hal-hal dan nilai-nilai positif, maka hati nurani akan menghasilkan

kualitas moral yang cerdas untuk memutuskan apa yang baik, apa yang

buruk, apa yang benar, apa yang tidak benar, apa yang adil, apa yang tidak

(25)

F. Struktur Organisasi Tesis

Untuk mempermudah penulisan tesis ini, penulis akan menyusun

Sistimatika penulisan sebagai berikut :

Bab I tentang pendahuluan. Dalam bab ini akan diuraikan dalam beberapa

sub bab antara lain; (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Indentifikasi dan

Perumusan Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Asumsi

Penelitian dan (6) Struktur Organisasi Tesis.

Bab II membahas kajian teoritis / kajian pustaka yang berisi deskripsi,

analisis dan rekonseptualisasi penelitian. Pada bab ini terbagi dalam sub bab

antara lain ; A. (1) Pengertian dan Hakikat PKn, (2) Visi dam Misi PKn, (3)

Fungsi dan Tujuan PKn, (4) Unsur Perkembangan PKn, (5) Karakteristik PKn, (6)

Pembelajaran Nilai Sebagai Esensi PKn, (7) Pendidikan Kewarganegaraan

sebagai Mata Pealajaran di sekolah, (8) Proses pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan, (8) Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, dan (9)

Strategi Pembelajaran PKn. B (1) Hakikat Klarifikasi Nilai dalam PKn, (2)

Langkah-Langkah Pembelajaran Klarifikasi Nilai, dan (3) Keunggulan dan

Kelemahan Klarifikasi Nilai.

Bab III membahas metode penelitian dalam bab ini terbagi dalam sub bab

antara lain; (1) Lokasi dan Subjek, (2) Pendekatan dan Metode, (3) Definisi

opersional, (4) Teknik Pengumpulan Data, (5) Analisis Data, (6) Uji Validitas

Data.

Bab IV membahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Dalam bab

ini terbagi dalam sub bab antara lain; (1) Deskripsi Lokasi Penelitian, (2) Hasil

Penelitian dan (3) Pembahasan.

Bab V membahas simpulan. Dalam bab ini terbagi dalam sub bab antara

(26)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Menurut Nasution, S (1996 : 43), lokasi penelitian adalah Lokasi situasi

sosial yang mengandung tiga unsur, yakni: tempat, pelaku dan kegiatan. Tempat

adalah tiap lokasi dimana melakukan sesuatu, pelaku adalah semua orang yang

terdapat di lokasi tersebut. Sedangkan kegiatan adalah apa yang dilakuakan orang

dalam situasi sosial tsersebut.

Berdasarkan pengertian tersebut atas, maka yang dimaksud dengan lokasi

penelitian di sini adalah SMP Negeri 1 Banyusari Kabupaten Karawang. Dasar

pertimbangan dijadikan SMP Negeri 1 Banyusari sebagai lokasi penelitian adalah

sebagai berikut :

a. Letak Geografis; SMP Negeri 1 Banyusari terletak didaerah jalur pantura

Subang-Karawang, wilayah ini memiliki iklim yang cukup panas karena

berdekatan dengan pantai dan merupakan jalur alternatif arah Jakarta-Jawa

dan sebaliknya. Kemudian sebagian wilayah ini berbatasan dengan

wilayah Subang yang beriklim panas.

b. Kondisi sosial ekonomi, kondisi sosial ekonomi siswa-siswi SMP Negeri 1

Banyusari sangat beragam, mulai dari kalangan prasejahtara / kurang

mampu, cukup dan kelas menengah atas, hal ini disebabkan karena mata

pencaharian orang tua mereka yang sangat beragam, misalnya ada yang

berprofesi sebagai pengusaha baik sawah maupun tambak, buruh,

pedagang kecil sampai pedagang grosir, pegawai negeri dan lain-lain.

c. Kondisi sosial budaya, kondisi sosial budaya siswa-siswi SMP Negeri 1

Banyusari, juga sangat beragam ada anak seorang petani, pedangang,

(27)

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini tindakan ini adalah guru kelas VIII (kelas II SMP)

dalam pembelajaran PKn. Dalam penelitian ini yang diamati sebagai sumber data

adalah munusia, peristiwa dan situasi (Nasution, 1996:9). Manusia yang dimkasud

adalah semua orang yang terlibat dalam penelitian tindakan ini yaitu terdiri dari

guru, siswa, dan peneliti. Peristiwa yang dimaksud adalah semua kejadian yang

diamati selama kegiatan pembelajaran berlangsung di dalam kelas. Sedangkan

yang dimaksud dengan situasi adalah latar atau gambaran yang menyangkut

keadaan atau kondisi ketika berlangsung pengamatan terhadap pengembangan

pembelajaran peneliti dan guru.

Pada penelitian ini, peneliti berusaha memperoleh berbagai macam data

yang berhubungan dengan penelitian. Data tersebut akan diperoleh dari semua

perkataan, tindakan, situasi dan peristiwa yang dapat diamati oleh peneliti selama

kegiatan pembelajaran PKn di kelas VIII A SMP Negeri 1 Banyusari. Sedangkan

sumber data tersebut yaitu guru, siswa, dan pihak-pihak lain yang sesuai dengan

penelitian.

Untuk menemukan informan maka peneliti menggunakan pengambilan

sample secara porposive sampling, internal sampling, dan time sampling.

Berdasarkan pada teknik porposive sampling maka peneliti menetapkan informan

kunci pada penelitian ini antara lain : Guru PKn dan siswa kelas VIII C,

pengambilan sample dengan internal sampling memfokuskan gagasan utama

tentang apa yang diteliti, dengan siapa yang diwawancara, kapan melakukan

obsevasi, dan dokumen apa yang dibutuhkan. Sedangkan teknik pengambilan

sample dengan time sampling yaitu peneliti mengambil data dengan mengunjungi

lokasi didasarkan pada waktu dan kondisi tempat. Karena situasi disekitar

mempengaruhi data yang dikumpulkan. Penentuan subyek penelitian dilakukan

dengan menggunakan porposive sampling, adapun yang menjadi subjek penelitian

yaitu Kepala sekolah, Guru, dan peserta didik dikelas VIII yang mempunyai

(28)

1 Banyusari yang tentu saja diharapkan mampu mendukung dalam pemenuhan

data yang dibutuhkan.

B. Desain Penelitian

Pendekatan ini menggunakan pendekatan kualitataif. Pendekatan ini

dimaksud untuk mengungkapkan dan memahami kenyataan-kenyataan yang

terjadi di lapangan sebagaimana adanya. Pendekatan tersebut dianggap tepat

untuk kajian dalam penelitian ini, karena fokus penelitian ini adalah kasus yang

terjadi dalam kehidupan masyarakat atau siswa di wilayah Kabupaten Karawang.

Melaui pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus akan lebih luas dan lebih

mendalam mengungkap aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran

PKn dan perilaku yang diwujudkan oleh siswa dilingkungan sekolah.

Selanjutnya menurut Maleong. L. J. (1996:35) menjelaskan mengenai

pendekatan kualitatif, sebagai berikut :

Penelitian kualitatif berakar pada latar belakang alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis secara induktif, mengarahkan sesama penelitian pada usaha menemukan teori-teori dari dasar yang bersifat deskriptif, lebih menutamakan proses dari pada hasil, membatasi fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya yang bersifat sementara dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak, peneliti dan subyek peneliti.

Sedankan menurut Creswell, J. W. (2010:43) bahwa Penelitian Kualitatif

adalah:

Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analyses words, report detailed views of informants, and conducts the study in a natural setting.

Kutipan di atas dapat dejelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah proses

penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi metodologi penelitian tertentu

dengan cara menyelidiki masalah sosial atau manusia. Penelitian membuat

gambaran kompleks bersifat holistik, menganalisis kata-kata melaporkan

(29)

situasi alamiah. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang

seutuhnya (mendalam dan kontekstual) mengenai satu hal menurut pandangan

manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, dan

pendapat.

Lebih lanjut menurut Nasution, S. (1989 : 8-11) bahwa penelitian kualitatif

memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Sumber data ialah situasi yang wajar atau natural setting.

b. Peneliti sebagai instrumen penelitian

c. Sangat deskriptif.

d. Mementingkan proses produk.

e. Mencari makna dibelakang kelakuan atau perbuatan, yang dapat

memahami masalah atau situasi.

f. Mengutamakan data langsung atau first hand.

g. Trigulasi, yaitu memeriksa kebenaran dengan cara memperoleh data dari

sumber lain.

h. Menonjolkan perincian konsektual.

i. Subyek yang diteliti berkedudukan sama dengan peneliti.

j. Mengutamakan perspektif emic, artinya mementingkan pandangan

responden tentang bagaimana ia mamandang dan menafsirkan dunia dari

segi pendiriannya.

k. Verfikasi, yaitu mencari kasus lain yang berbeda dengan apa yang

ditemukan untuk memperoleh hasil yang lebih dipercaya.

l. Sampling yang purposif, dilihat menurut tujuan penelitian.

m. Menggunakan audit trial yaitu mengikuti jejak atau melacak untuk

mengetahui apakah laporan sesuai dengan apa yang dikumpulkan.

n. Partisipasi tanpa menggangu untuk mempeoleh situasi yang natural.

o. Mengadakan analisis sejak penelitian awal.

(30)

Metode penelitian adalah suatu teknis atau cara mencari, memperoleh,

dan mengumpulkan atau mencatat data, baik yang berupa data primer maupun

data sekunder yang digunakan untuk keperluan menyusun suatu karya ilmiah dan

kemudian menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok

permasalahan sehingga akan terdapat suatu kebenaran data-data yang akan

diperoleh. Sugiyono (2008:4), menyatakan bahwa metode penelitian adalah

sebagai berikut :

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode tindakan kelas

dengan pendekatan kualitatif, dimana peneliti berupaya menguraikan dan

menjelaskan secara komprehensif mengenai berbagai aspek yang diteliti. Merujuk

pandangan Irawan (2007:4) makna dari penelitian kualitatif tidak terbatas pada

urusan data, objek kajian, atau bahkan prosedur penelitian. Makna penelitian

kualitatif sungguh tidak mudah didefinisikan, tetapi bisa dipahami ciri-ciri khasnya. Satu ciri khasnya yang sangat penting adalah makna “kebenaran” menurut penelitian kualitatif. Lebih lanjut makna kebenaran menurut penelitian kualitatif adalah kebenaran “intersubjektif”, bukan kebenaran “objektif”. Pengertian kebenaran intersubjektif adalah kebenaran yang dibangun dari jalinan

berbagai faktor yang bekerja bersama-sama, seperti budaya dan sifat-sifat unik

dari individu manusia. Pendekatan kualitatif, artinya data yang dikumpulkan

bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah

wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen

resmi lainnya. Penelitian ini merupakan kajian kontribusi metode pembelajaran

VCT untuk meningkatkan nilai empati pada siswa dalam mata pelajaran PKn.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan ragam penelitian

pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk

memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru,

(31)

pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran. Menurut Stephen

Kemmis seperti dikutip D. Hopkins (2013: 45-47) dalam bukunya yang berjudul A Teacher’s Guide to Classroom Research, menyatakan bahwa :

action research adalah: a from of self-reflektif inquiry undertaken by participants in a social (including education) situation in order to improve the rationality and of (a) their own social or educational practices justice (b) their understanding of these practices, and (c) the situastions in which practices are carried out.

Secara singkat PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh

pelaku tindakan, untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan

mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap

tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki dimana praktek-praktek

pembelajaran dilaksanakan. Action research dipandang sebagai suatu cara untuk

memberi ciri bagi seperangkat kegiatan yang direncanakan untuk meningkatkan

mutu pendidikan; pada pokoknya ia merupakan suatu cara eklektik yang

dituangkan ke dalam suatu program refleksi-diri (self-reflection) yang tujuannya

untuk peningkatan mutu pendidikan. Action research adalah suatu bentuk

penelitian refleleksi-diri yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa, atau

kepala sekolah,) dalam situasi-situsi sosial (termasuk pendidikan) untuk

memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) preaktek-praktek sosial atau

pendidikan yang dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktek-praktek ini,

dan (c) situasi-situasi (dan lembaga-lembaga) di mana praktek-praktek tersebut

dilaksanakan. Action research adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki

pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan

praktek mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktek tersebut, dan agar mau

untuk memperbaikinya. Penelitian tindakan merupakan intervensi praktik dunia

nyata yang ditujukan untuk meningkatkan situasi praktis

Penelitian ini memfokuskan pada situasi sosial kelas, atau masalah yang

secara aktual dihadapi dalam kelas. Penelitian dimaksudkan untuk meningkatkan

(32)

secara mendalam tentang penerapan model metode pembelajaran VCT untuk

meningkatkan nilai empati pada siswa dalam mata pelajaran PKn. Hakekat dari

penelitian tindakan kelas ini adalah suatu usaha yang berupa tindakan atau

intervensi yang dilakukan dengan prosedur terencana dan sistematik untuk

memecahkan masalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peneliti di

kelas. Penggunaan metode VCT di kelas dapat membawa perbaikan pada situasi

sistem pembelajaran sebagai hasil refleksi diri (Self Reflection) Elliot’s 1993:49).

Kolaborasi antara peneliti dan guru, dimana peneliti membuat rancangan,

pengamatan dan mengkritisi, sementara guru merupakan praktisi mitra kerja

dilapangan bagi peneliti. Guru dan peneliti mitra akan bersama-sama akan diskusi

mulai dari tahap perencanaan, tindakan dan refleksi dengan guru untuk

menemukan langkah-langkah selanjutnya untuk mencapai tujuan penelitian.

Menurut Wiriatmadja, (2004:72) penelitian tindakan merupakan :

Suatu bentuk penelaahaan atau Inquary melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan tertentu (guru) dan atau kepala sekolah dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaikai rasionalitas dan kebenaran serta keabsahan dari (praktik-praktik sosial atau kependidikan yang mereka lakukan sendiri, pemahaman mereka mengenai praktik-praktik tersebut, dan situasi kelembagaan tepat paraktik-praktik itu dilaksanakan.

Dengan demikian yang dimaksud penelitian tindakan kelas dengan metode

VCT dalam penelitian ini adalah upaya yang dilakukan oleh guru PKn (Pak S S,

S.Pd) untuk selalu berusaha memperbaiki suatu tindakan yang dilakukan melalui

serangkain kegiatan yang berupa siklus yang berkelanjutan. Penelitian ini

bertujuan untuk menanggulangi masalah atau kesulitan dalam pendidikan dan

pengajaran, melaksanakan program pelatihan, memberikan pedoman bagi guru

untuk perbaikan suasana sistem keseluruhan sekolah, dan juga memasukan

unsur-unsur pembaharuan dalam sistem pendidikan dan pengajaran.

Sedangkan menurut Lewin. K (dalam Kasbolah 1999:14), menyatakan

bahwa penelitian tindakan adalah penelitian yang merupakan suatu

langkah-langkah (a spiral of steps). Setiap langkah-langkah terdiri atas empat tahap, yaitu

(33)

Dedeh Kartini, 2013

komponen tersebut menunjukan sebuah siklus (kegiatan) berkelanjutan dan

berulang. Siklus inilah yang sebenarnya menjadi salah satu cirri utama penelitian

tindakan, sehingga tidak dilakukan dalam satu kali intervensi saja (Arikunto,

2002: 82).

ACTING

PLANNING SERVING

[image:33.595.114.511.239.824.2]

REFLECTING

Gambar 3.1. Rancangan Penelitian Tindakan Model Kurt Lewin

Pada awalnya proses penelitian dimulai dari perencanaan, namun karena ke

empat komponen tersebut berfungsi dalam suatu kegiatan yang berupa siklus,

maka untuk selanjutnya masing-masing berperan secara berkesinambungan.

 Wawancara  Obsevasi  Dokumentasi

Analisis model pembelajaran VCT di SMP Negeri 1 Banyusari kota Karawang

Penerapan Motode Pembelajarn VCT untuk meningkatkan nilai empati pada siswa dalam mata pelajaran PKn

1. Perencanaan pembelajaran PKn dengan menggunakan metode VCT untuk meningkatkan nilai empati pada siswa. 2. Implementasi

pembelajaran PKn dengan menggunakan metode VCT . 3. Proses menanamkan

nilai empati melalui pemblajaran PKn. 4. Peningkatan nilai

empati siswa setelah

1. Guru

(34)

Bagan 3.1 Paradigma Penelitian

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan interprestasi penggunaan istilah dalam

penelitiaan ini, maka istilah penting yang digunakan dalam penelitian ini di

definisikan sebagai berikut :

1. Konstribusi

Konstribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution,

maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan,

kontribusi dapat berupa materi atau tindakan.

2. Metode Pembelajaran VCT

Metode VCT adalah salah satu teknik pembelajaran yang dapat memenuhi

tujuan pencapaian pendidikan nilai. Djahiri (1979:115) mengemukakan bahwa

Value Clarification Technique (VCT), merupakan sebuah cara bagaimana

menanamkan dan menggali / mengungkapkan nilai-nilai dari diri peserta didik.

Teknik mengklarifikasi nilai (value clarification technique) atau sering disingkat

VCT dapat diartikan sebagai teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam

mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu

persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam

diri siswa.

3. Nilai

Nilai (Value) adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas

pilihannya. Nilai telah diartikan oleh para ahli dengan berbagai pengertian,

(35)

pengertian tentang nilai ini dapat dimaklumi oleh para ahli itu sendiri karena nilai

tersebut sangat erat hubungannya dengan pengertian-pengertian dan aktivitas

manusia yang komplek dan sulit ditentukan batasanya. Bahkan karena sulitnya itu

Kosttaf (dalam Thoha, 1996:61), memandang bahwa nilai merupakan kualitas

empiris yang tidak dapat didefinisikan, tetapi hanya dapat dialami dan dipahami

secara langsung.

4. Empati

Empati adalah kemampuan untuk menyadari perasaan orang lain dan

bertindak (sesuai) untuk membantu. Kohut (1997:40) melihat empati sebagai

suatu proses dimana seseorang berpikir mengenai kondisi orang lain yang

seakan-akan dia berada pada posisi orang lain. Selanjutnya Kohut melakukan penguatan

atas definisinya itu dengan menyatakan bahwa empati adalah kemampuan

kehidupan terdalam dari orang lain.

5. Siswa

Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang

selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang

berkualitas.

6. Mata Pelajaran PKn

Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan berdasarkan

nili-nilai Pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai

luhur dan moral yang berkarkter pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan

menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan

sehari-hari para peserta didik baik sebagai individu, anggota masyarakat dan mahluk

ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan Kewarganegaran mempunyai arti luas

dan arti sempit. Dalam arti sempit PKn itu sebagai mata pelajaran sekolah, tetapi

dalam arti luas PKn sebagai suatu bidang kajian disiplin ilmu, sebagai program

(36)

Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk

mengembangkan kemampuan-kemampuan sebagai berikut : (1) Berpikir secara

kritis, rasional, dan kreatif dalam menangapi isu kewarganegaraan, (2)

Berpartisifasi secara aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak cerdas dalam

kegiatan kemasyarakatan, berbangsa dan bernegara. Berkembang secara positif

dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter

masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lainnya.

E. Instrumen penelitian

Untuk menunjang penelitian yang akan dilaksanakan, digunakan instrumen

penelitian yaitu penulis sendiri, karena dalam penelitian ini penulis langsung

terjun kelapangan untuk mencari bahan, data dan informasi yang dilakukan

dengan cara yang sudah dijelaskan diatas, yaitu dengan melakukan obsevasi dan

wawancara. Peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data, yang

diperlukan dilapangan. Peran peneliti ini sebagai partisipan penuh agar peneliti

diketahui statusnya sebagai peneliti oleh subjek atau informan. Seperti yang dijelaskan oleh Nasution (1996:9) “Dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrumen penelitian”. Peneliti adalah alat penelitian utama, dialah sendiri yang mengadakan penelitiaan, pengamatan dan wawancara tak berstuktur sehingga

dapat menyelami dan memahami makna interaksi antara manusia dengan dibantu

oleh pedoman wawancara dan obsevasi.

Adapun yang menjadi alasan dijadikanya penulis sebagai instrumen

penelitian utama dalam penelitian ini, seperti yang dikemukakan oleh Nasution

(2003:55-56) yang menjelaskan bahwa :

a. Peneliti sebagai alat peka dan dapat beraksi terhadap stimulus dari

lingkungan yang diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.

Tidak ada instrumen lain yang dapat berinteraksi terhadap demikian

(37)

b. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek

keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus tidak ada

alat lain, seperti yang digunakan dalam penelitiaan kualitataif, yang dapat

menyesuaikan diri dengan bermacam-macam situasi serupa itu. Suatu tes

hanya cocok untuk mengukur variabel tertentu akan tetapi tidak dapat

dipakai untuk mengukur macam-macam variabel lainya.

c. Setiap situasi merupakan suatu keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen

berupa tes atau angka yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali

manusia. Hanya manusia sebagai instrumen dapat memahami situasi

dalam segala seluk beluknya

d. Suatu situasi melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan

pengetahuan semata-mata. Untuk memahami kita perlu sering

mmerasakanya, dan menyelaminya berdasarkan penghayatan.

e. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisa data yang diperoleh.

Peneliti dapat menafsirkanya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk

menentukan arah pengamatan, untuk melakukan tes, hipotesis yang timbul

seketika.

f. Hanya manusia sebagai instrumen yang dapat mengambil kesimpulan

berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera

menggunakanya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan,

perbaikan, atau penolakan.

g. Dalam penelitiaan dengan menggunakan tes atau angket yang bersifat

kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasikan

agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu

tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh,

bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat

kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.

Dalam penelitian ini penulis sebagai peneliti lebih mengutamakan

pendekatan antarmanusia, maksudnya disini adalah agar peneliti mampu untuk

(38)

tentang kondisi, fakta yang ada pada objek yang diteliti. Hal ini dilakukan dalam

penelitian ini penulis lebih leluasa mencari data dan informasi apabila

menggunakan pendekatan antarmanusia.

F. Teknik Pengumpulan Data dan Alasan Rasionalnya

Untuk memenuhi dan mendapatkan data-data yang digunakan didalam

penelitian ini, maka diperlukan suatu teknik pengumpulan data. Teknik

pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara peneliti

mengadakan pengamatan secara langsung, terhadap objek yang diteliti, hal ini

dimaksudkan agar penulis mendapatkan gambaran kontribusi pembelajaran VCT

untuk meningkatkan nilai empati pada siswa dalam mata pelajaran PKn. Menurut

pendapat Nasution (1992:122) pengertian observasi yaitu :

Observasi yaitu pengamatan dilakukan yang secara langsung terhadap

objek penelitian yang dimaksud untuk memperoleh suatu gambaran yang jelas

tentang kehidupan sosial yang wajar dan sebenarnya sukar diperoleh dengan

metode-metode lain.

Observasi dilakukan dilokasi penelitian, dengan cara pengamatan secara

langsung dilapangan terhadap objek yang akan diteliti untuk mendapatkan

informasi yang akan dipergunakan untuk penelitiaan ini. Objek yang akan diteliti

yaitu SMP negeri 1 Banyusari Kabupaten Karawang. Observasi digunakan untuk

mengumpulkan data tentang tindakan atau perilaku siswa terhadap metode

pembelajaran VCT untuk meningkatkan nilai empati pada siswa dalam proses

pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa dalam pembelajaran PKn. Instrumen

untuk observasi menggunakan lembaran observasi dengan poin-poin seperti yang

dikemukakan dalam panduan observasi. Observasi yang dilakukan langsung

lapangan ini dikarenakan manfaatnya secara langsung dalam penelitian ini

memberikan informasi tambahan tentang masalah yang sedang diteliti secara jelas

(39)

lingkungan sekolah SMP Negeri 1 Banyusari akan menambah wawasan baru yang

tidak dapat diungkap dengan alat pengumpul data lainnya, seperti wawancara

ataupun angket. Dengan teknik observasi ini seperti yang dikemukakan oleh

Lincoln dan Guba (1989:138) dalam Maleong yang mengemukakan :

Metode penelitian kualitatif secara metodologis menggunakan pengamatan

dapat mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan,

perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan lain sebagainya.

Dengan observasi dimaksudkan untuk merekam data tentang aktifitas guru

serta perilaku siswa terhadap proses pelaksanaan pembelajaran PKn.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk

melengkapi data yang akhirnya diperoleh gambaran yang jelas, didalam

wawancara peneliti harus secara nyata mengadakan interaksi dengan responden.

Menurut pendapat Esterberg (2002:76) sebagaimana dikutip oleh Sugiono

(2007:27) mendefinisikan wawancara sebagai berikut, “a meeting of two persons

to exchange information and idea through question and respons, resulting in

communication and joint construction of meaning about a particular topic”.

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu.

Wawancara dimaksudkan untuk melengkapi serta memperkuat data yang

diperoleh serta untuk mendapatkan informasi secara langsung dari responden,

sehingga data yang kita peroleh dapat dipertanggung jawabkan. Adapun tujuan wawancara yang dikemukakan oleh Nasution (2003:73) yaitu :” Tujuan wawancara adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dari hati

(40)

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada sejumlah responden

antara lain guru mata pelajaran PKn serta siswa di SMP Negeri 1 Banyusari

Kabupaten Karawang. Selain guru (Soleh Suhada, S.Pd) dan siswa kelas VIII A,

peneliti akan mewawancarai pihak-pihak yang terkait baik kepala sekolah dan

para pembantu sekolah. Informasi dengan wawancara ini dilakukan sesuai

sebagaimana yang diungkap oleh Nasution. S (1992:174) dimana dalam

melakukan wawancara melalui tiga pendekatan : 1) Dalam percakapan informal,

yang mengandung unsur spontanitas, kesantaian, tanpa pola atau arah yang

ditentukan sebelumnya; 2) Topik atau masalah yang dijadikan sebagai pedoman

atau pegangan; 3) Menggunakan daftar pertanyaannya yang lebih rinci akan tetapi

bersifat terbuka yang telah dipersiapkan pertanyaannya lebih dahulu dan akan

diajukan menurut urutan rumusan pertanyaan itu.

Dalam penelitian tindakan, wawancara merupakan hal yang pentin

Gambar

Gambar 3.1     Model Dasar Penelitian Tindakan dari Kurt Lewin ................   63
Gambar 3.1. Rancangan Penelitian Tindakan Model Kurt Lewin
Gambar 3.1 Alur Kegiatan Penelitian Tiandakan Kelas Berdasarkan Spiral
Gambar 3.4 Gambar 4 The Three Phase Observation Cyele (Hopkins, 1993:81)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Aktiviti pekerjaan yang dilakukan adalah bagi memenuhi keperluan manusia pengguna kerana ia adalah sebagai wasilah manusia untuk memakmurkan bumi dan jalan untuk memperolehi

Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Dan Organisasi Intra Kampus Terhadap Akhlak Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Dari analisis pola sedimentasi-erosi hasil simulasi model transport sedimen pada musim barat, erosi terlihat dominan di pantai bagian barat daya, sedangkan sedimentasi dominan

[r]

We set out to test, first, whether certain psychological dispositions lead to different self-reported answers on ethics questions among business students and, second, if

bangunan gedung adalah fenomena puntir yang terjadi pada balok tepi (eksterior). Momen torsi dalam balok menimbulkan tegangan geser torsi sehingga. secara akumulatif menambah

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan biaya relevan dalam pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak pesanan khusus sudah tepata. Penelitian ini

Hasil validasi produk multimedia video pembelajaran pembuatan bouste houder oleh ahli materi pembuatan bouste houder diperoleh nilai dengan persentase kelayakan