(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 1 Banyusari Kabupaten Karawang)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Disusun Oleh: DEDEH KARTINI
NIM. 1103408
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA
DALAM MATA PELAJARAN PKN
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 1 Banyusari Kabupaten Karawang)
TESIS
Oleh Dedeh Kartini
Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
© Dedeh Kartini 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
November 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
Dedeh Kartini: “Penerapan Metode Pembelajaran VCT untuk Meningkatkan Nilai Empati pada Siswa dalam Mata Pelajaran PKn: Penelitian tindakan di kelas VIII SMP Negeri 1 Banyusari Kabupaten Karawang”.
Penelitian ini bertujuan menggali dan mengungkapkan informasi tentang Penerapan metode pembelajaran VCT untuk meningkatkan nilai empati pada siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMP Negeri 1 Banyusari kelas VIII. Masalah yang menjadi fokus kajian penelitian ini adalah bagaimana penerapan metode pembelajaran VCT untuk meningkatkan nilai empati pada diri siswa. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas, dengan model siklus yang dilakukan sebanyak tiga kali pengamatan dan tindakan, yang terdiri dari beberapa fase pengamatan kegiatan pembelajaran.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian tindakan kelas dengan metode siklus sebanyak 3 kali perencanaan, pengamatan, tindakan dan refleksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) perencanaan pembelajaran yang diwarnai oleh gaya konvensional, dilakukan tindakan perbaikan dengan memilih materi, metode, dan media yang disesuaikan dengan kebutuhan dasar peserta didik dapat membantu siswa memahami, menghayati, dan melaksanakan nilai empati dalam kehidupan sehari-hari; (2) pembelajaran yang dilaksanakan dengan metode ceramah, dilakukan tindakan perbaikan dengan mengubah cara mengajar guru dari memposisikan diri sebagai satu-satunya sumber belajar, menjadi fasilitator dan mitra dialog bagi siswa, dapat membantu siswa dalam mengeksplorasi, meng-inquiry, dan mensimulasikan nilai empati: (3) kendala dalam pembelajaran PKn yang meliputi kebijakan tentang kurikulum, sarana dan prasarana, dilakukan tindakan perbaikan dengan melibatkan guru belajar sambil praktek (learning by doing) untuk memahami langsung pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan, melibatkan siswa untuk melengkapi sumber dan media pembelajaran dari sumber-sumber yang terjangkau, serta memanfaatkan sarana yang ada secara efektif, dan dapat mengatasi kendala-kendala tersebut, yang ditandai dengan berjalannya proses belajar mengajar yang efektif: (4) perilaku siswa yang menyimpang seperti tawuran, kurang hormat terhadap guru, dilakukan perbaikan dengan melibatkan siswa dalam simulasi penerapan nilai empati, selanjutnya metode pembelajaran VCT digunakan dalam proses belajar mengajar sehingga dapat mengubah perilaku siswa kearah perilaku yang menjunjung tinggi nilai empati.Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran VCT dapat meningkatkan nilai empati pada siswa dalam mata pelajaran PKn. Penelitian ini merekomendasikan kepada guru PKn bagaimana mengembangkan
metode pembelajaran VCT yang dapat memotivasi siswa dalam belajar dan
berperilaku sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku sehingga manfaat dari
Dedeh Kartini : "Application of Learning Method to Increase the Value VCT Empathy in Students in Civics Lesson : classroom action research in SMP Negeri 1 Banyusari Kabupaten Karawang" .
This study aims to explore and reveal information about the application of learning methods VCT to increase the value of empathy in students in the subjects of Citizenship Education ( Civics ) in SMP Negeri 1 Banyusari class VIII. Problems that are the focus of this research study is how the application of learning methods to improve the value of empathy VCT on students . Research methodology is action research , the model of cycles performed three times of observation and action , which consists of several phases of observational learning activities.
This study used a qualitative approach to action research methods class with method 3 times the cycle of planning, observation , action and reflection. The results showed that : ( 1 ) learning plan that is colored by a conventional style , performed remedial action by selecting the materials, methods, and media tailored to the needs of learners basis can help students to understand, appreciate , and implement the values of empathy in everyday life , (2 ) study conducted by the lecture method , performed remedial action to change the way teachers teach from positioning itself as the only source of learning , and facilitating dialogue partners for students, can assist students in exploring , clicking -inquiry , and simulate the value empathy : ( 3 ) difficulties in learning about civics curriculum that includes policies, facilities and infrastructure , performed remedial action by involving teachers learn and practice ( learning by doing ) to understand the direct implementation of the curriculum unit level education , involving students and media sources to supplement learning from affordable sources, as well as utilizing existing facilities effectively , and be able to overcome these constraints , marked by the passage of effective teaching and learning process : ( 4 ) aberrant student behavior such as fighting , lack of respect for teachers, improvements by involving students in the application of simulation the value of empathy , learning methods VCT subsequently used in the learning process so as to change the behavior of students towards behavior that values empati. This study concluded that the application of learning methods VCT can increase the value of empathy in
students in the subjects of Civics .
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR BAGAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1
B. Indentifikasi dan Perumusan Masalah ... 11
C. Tujuan Penelitian ... 12
D. Manfaat Penelitian ... 12
E. Asumsi Penelitian ... 13
F. Struktur Organisasi Tesis ... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Pembelajaran PKn ... 15
1. Pengertian dan Hakikat PKn ... 15
2. Visi dan Misi PKn ... 17
3. Fungsi dan Tujuan PKn ... 18
4. Pembelajarn Nilai Sebagai Esensi PKn ... 22
5. PKn Sebagai Mata Pelajaran di Sekolah ... 25
6. Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 26
7. Strategi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 28
B. Pendekatan Klarifikasi Nilai ... 30
1. Hakikat Klarrifikasi Nilai ... 30
2. Langkah – Langkah Pembelajaran Klarifikasi Nilai ... 31
3. Keunggulan dan Kelemahan Klarifikasi Nilai ... 32
C. Model Pembelajaran VCT (Value Claification Technique) ... 34
1. Pengertian Model Pembelajaran ... 34
2. Hakikat Model Pembelajaran Value Claification Technique ... 35
3. Langkah – Langkah Pembelajaran Value Claification Technique ... 37
4. Keunggulan dan Kelemahan Value Claification Technique ... 39
5. Jenis Model Pembelajaran (Value Claification Technique .. 40
D. Tinjauan Tentang Nilai Empati ... 46
1. Pengertian Empati ... 46
3. Unsur-Unsur dan fungsi Empati ... 49
4. Pendekatan Guru dalam Menanamkan Nilai Empati Pada Anak ... 52
5. Proses Pembelajaran Nilai Empati Melalui Pembelajaran PKn ... 53
E. Penelitian Teradahulu ... 54
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 56
1. Lokasi Penelitian ... 56
2. Subjek Penelitian ... 57
B. Desain Penelitian ... 58
C. Metode Penelitian ... 59
D. Definisi Operasional ... 64
E. Instrumen Penelitian ... 66
F. Teknik Pengumpulan Data dan Alasan Rasionalnya ... 67
G. Prosedur Penelitian ... 74
H. Analisis Data ... 80
I. Pengolahan Data Presentase ... 84
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 85
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 85
2. Keadaan kelas VIII C ... 90
3. Deskripsi keadaan guru SMP Negeri Banyusari ... 91
4. Keadaan Siswa VIII C ... 92
5. Profil Awal Pembelajaran Pkn ... 94
6. Refleksi Awal ... 99
7. Perencanaan Untuk Tindakan Pertama ... 101
B. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan ... 103
1. Pelaksanaan metode VCT siklus Pertama ... 103
2. Pelaksanaan Tindakan siklus Kedua ... 115
3. Pelaksanaan Tindakan Siklus Ketiga ... 127
C. Peningkatan dari Siklus I, II dan III ... 138
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 142
1. Perencanaan Pembelajaran PKn dengan menggunakan metode VCT untuk meningkatkan nilai empati. ... 142
2. Implementasi pembelajaran PKn dengan menggunakan metode VCT untuk meningkatkan nilai empati. ... 144
3. Proses menanamkan nilai empati melalui pembelajaran PKn menggunakan metode pembelajaran VCT ... 145
4. Peningkatan nilai empati siswa setelah diterapkan metode VCT ... 146
A. Kesimpulan ... 148 B. Rekomendasi ... 151
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pedoman Penafsiran Persentase Hasil Angket... 84
Tabel 4.1 Kepemimpinan dan Pergantian Nama Sekolah. ... 86
Tabel 4.2 Keadaan siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Banyusari berdasarkan agam ... 92
Tabel 4.3 Keadaan siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Banyusari berdasarkan suku bangsa ... 93
Tabel 4.4 Keadaan siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Banyusari Berdasarkan pekerjaan orang tua... 93
Tabel 4.5 Keadaan siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Banyusari menurut tingkat kecerdasan. ... 93
Tabel 4.6 Daftar nilai ulangan harian pada masa Orentasi ... 98
Tabel 4.7 Hasil Observasi kegiatan guru Siklus I ... 110
Tabel 4.8 Hasil Observasi kegiatan Siswa Siklus I ... 111
Tabel 4.9 Data Hasil Angket Siklus I ... 112
Tabel 4.10 Hasil Observasi kegiatan guru Siklus II ... 121
Tabel 4.11 Hasil Observasi kegiatan Siswa Siklus II ... 122
Tabel 4.12 Data Hasil Angket Siklus II ... 122
Tabel 4.13 Daftar Nilai Ulangan Harian Pada Siklus Ketiga ... 131
Tabel 4.14 Hasil Observasi kegiatan guru Siklus III ... 133
Tabel 4.15 Hasil Observasi kegiatan Siswa Siklus III... 133
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Model Dasar Penelitian Tindakan dari Kurt Lewin ... 63
Gambar 3.2 Paradigma Penelitian ... 63
Gambar 3.3 Alur Kegiatan Penelitian Tiandakan Kelas Berdasarkan Spiral (Adaptasi dari Hopkins, 1993:48) ... 77
Gambar 3.2 The Three Phase Observation Cyle (Hopkins, 1993:81) ... 80
Gambar 4.1 Denah Tempat Duduk VIII C ... 91
DAFTAR BAGAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kondisi saat ini peserta didik sudah jarang mencerminkan sebagai seorang
pelajar. Diantara mereka cenderung mengucapkan kalimat yang kurang baik,
terkadang para peserta didik bertingkah laku tidak sopan dan tidak lagi patuh
terhadap orang tua maupu terhadap gurunya. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh
kondusif tidaknya pendidikan nilai moral yang mereka dapatkan, baik dari
lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Terlepas dari itu peran
sekolah sebagai wahana dalam penyampaian pengajaran dan pendidikan turut
mempengaruhi pula tingkat perkembangan nilai moral seorang anak. Peranan guru
sangat penting karena seorang guru tidak hanya memberikan pendidikan itu dalam
bentuk materi-materi, tetapi lebih dari itu harus dapat menyentuh sisi
tauladannya, sebab perilaku seorang guru yang pertama-tama dilihat peserta
didiknya. Seorang guru selain memberikan pendidikan yang bersifat materi
pelajaran tetapi harus juga memberikan contoh yang baik di dalam sosialisasi
kehidupan.
Fenomena kekerasan sudah menjadi suatu tradisi yang melekat dalam
masyarakat di Indonesia. Tidak seharipun media massa melewatkan pemberitaan
tentang kekerasan, kejahatan. Kekerasan memang meningkat, baik dalam jumlah,
jenis, maupun kualitasnya. Lebih dari itu, pelaku maupun korban makin beragam,
baik ditinjau dari jenis kelamin, latar belakang, maupun tingkatan usia. Hampir
setiap persoalan di negeri ini diselesaikan dengan kekerasan dan kekerasan sudah
menjadi budaya yang tertanam kuat dalam masyarakat dan sangat di sayangkan
aktor dari kekerasan tersebut adalah para siswa sendiri. Bahkan kekerasan tidak
hanya terjadi di jenjang pendidikan tinggi akan tetapi sudah merambah sampai
pendidikan menengah pertama. Hal ini memberikan gambaran kurang baik bagi
dunia pendidikan.
Siswa sekolah menengah pertama adalah kelompok usia anak-anak yang
sedang mengalami perubahan dan perkembangan diri dalam segala aspek. Salah
satu perkembangan diri yang dialami mereka adalah pekembangan
sosioemosional. Empati merupakan satu konstruk yang membantu perkembangan
sosioemosinal anak. Dengan empati anak dapat memahami, merasakan,
menghayati orang lain karena dalam proses empati ini berlangsung proses
pengertian dan perasaan yang dinyatakan bentuk hubungang antar pribadi.
Dengan kemampuan empati yang dimiliki oleh anak membantu mereka untuk
mencegah perilaku yang mengarah pada kekerasan. Berdasarkan hal ini, sekolah
dapat mencegah kekerasan yang terjadi disekolah dengan meningkatkan empati
pada diri siswa.
Sebagai contoh kasus empati yang terjadi di sekolah yaitu pada waktu
pelajaran, guru sedang menjelaskan pelajaran di depan kelas, akan tetapi ada 2
peserta didik malah asyik mengobrol dengan temannya, sehingga peserta didik
yang mengobrol tidak paham tentang pelajaran yang diterangkan oleh guru.
Sehingga timbul berpikir, seandainya anda menjadi guru tersebut, bagaimana
perasaan anda ? untuk itulah perlu di tumbuhkan sikap empati pada peserta didik
agar dapat mengerti perasaan orang lain dan tidak mengabaikan norma-norma dan
aturan yang berlaku disekolah.
Penyelesaian permasalahan kasus tawuran jangka panjang yaitu dengan
kurikulum pendidikan yang harus dibenahi. Pada saat ini anak-anak memikul
beban yang berat karena pembelajaran disekolah yang terus menerus memberikan
materi-materi akademis, di sisi lain peserta didik sedang mencari bentuk konsep
diri. Pencarian bentuk konsep diri bagi anak usia remaja bukanlah hal yang
mudah, karena memerlukan banyak bimbingan dan panduan, baik dari orang tua,
keluarga, dan guru-guru di sekolah. Para peserta didik membutuhkan berekspresi
menyediakan ruang untuk itu. Sehingga terjadi penyalurannya lewat tawuran yang
dilakukan oleh peserta didik. Sebagai contoh kasus tawuran antara SMA Negeri
70 Jakarta dan SMA Negeri 6 Jakarta.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran
penting dalam proses pendidikan. Pendidikan Kewarganegaraan mengajarkan
peserta didik untuk mengenal dasar aturan kewarganegaraan, media untuk
mengajarkan kehidupan politik, mendidik untuk lebih memiliki toleransi, empati
dan tenggang rasa, memberikan pengetahuan tentang peraturan negara yang
mengikat agar para peserta didik bisa hidup dalam aturan hukum yang berlaku,
sarana untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air. Persepsi peserta didik merupakan
cerminan guru untuk menjadikan seorang yang kreatif dalam melakukan
pembelajaran peserta didiknya.
Pendidikan Kewarganegaraan dalam Undang- Undang Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang bertugas membentuk warga
negara yang baik (how a good citizen). Warga negara yang baik adalah warga
negara yang sadar akan hak dan kewajibannya. Selain itu PKn merupakan suatu
mata pelajaran yang membekali peserta didik dengan budi pekerti, pengetahuan
dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan warganegara dengan
negara, serta pendidikan perdahuluan bela negara yang bertujuan untuk
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada
budaya bangsa Indonesia agar menjadi warganegara yang mampu diandalkan oleh
bangsa dan negara. Jadi, pada dasarnya mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan suatu wahana untuk dapat menciptakan manusia
Indonesia yang memiliki perilaku yang mencerminkan nilai luhur Pancasila.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu proses interaksi antara guru
dengan peserta didik (Permendiknas No. 41 tahun 2007). Menurut Maftuh dan
Sapriya (2005:30) bahwa, Tujuan negara mengembangkan Pendidikan
Kewarganegaraan agar setiap warga negara menjadi warga negara yang baik (to
dikembangkan oleh guru terhadap peserta didik, yaitu kecerdasan warganegara
(civic intelligence), tanggung jawab warganegara (civic responsibility) dan
Partisipasi warganegara (civic Partisipation). Untuk mengebangkan tiga hal
tersebut, harus pintar menggunakan berbagai metode, media, dan evaluasi
pembelajaran (khususnya PKn). Ketidatapatan memilih dan menggunakan metode
pembelajaran akan mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Misalnya untuk mengembangkan sikap empati, tidak cukup hanya
menggunakan metode ceramah murni, tetapi perlu divariasikan dengan metode
yang dapat mengungkapkan nilai, seperti analisis nilai, simulasi, permainan dan
percontohan. Dalam PKn dikenal suatu model pembelajaran yaitu, VCT.
Menurut Djahiri, A. K (1985:67) model pembelajaran VCT meliputi;
metode percontohan; analisis nilai; daftar/matriks; kartu keyakinan; wawancara,
yurisprudensi dan teknik inkuiri nilai. selain itu dikenal juga dengan metode
bermain peran. Metode dan model di atas dianggap sangat cocok diterapkan
dalam pembelajaran PKn, karena mata pelajaran PKn mengemban misi untuk
membina nilai, moral, sikap, dan perilaku peserta didik, disamping membina
kecerdasan (knowledge) bagi peserta didik.
Pola pembelajaran VCT menurut Djahiri, A.K (1992:54), dianggap unggul
untuk pembelajaran afektif karena; pertama, mampu membina dan
mempribadikan nilai dan moral; kedua, mampu mengklarifikasi dan
mengungkapkan isi pesan materi yang disampaikan; ketiga, manpu
mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri peserta didik dan nilai moral
dalam kehidupan nyata; keempat, mampu mengundang, melibatkan, membina dan
mengembangkan potensi diri peserta didik terutama potensi afektualnya; kelima,
mampu memberikan pengalaman belajar dalam berbagai kehidupan; keenam,
mampu menangkal, mengintervensi dan menyubversi berbagai nilai moral naif
yang ada dalam sistem nilai dan moral yang ada dalam diri seseorang; ketujuh,
menuntun dan memotivasi untuk hidup layak dan bermoral tinggi.
Salah satu metode yang paling efektif untuk meningkatkan nilai empati
siswa yaitu metode teknik inkuiry nilai dengan pertanyaan acak merupakan salah
masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia (interpersonal
relationship), terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik. Pengalaman
belajar yang diperolehya dari metode ini meliputi, kemampuan kerja sama,
komunikatif, dan menigterpretasikan suatu kejadian.
Sebagai salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan secara
formal, sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan
pendidikan nasional melalui proses belajar mengajar. Pendidikan mempunyai
fungsi yang harus diperhatikan, seperti dapat dilihat pada UU No. 20 tahun 2003
menyebutkan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk perkembangannya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakqa pada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat ilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga yang demokratis dan tanggung jawab.
Tujuan Pendidikan Nasional yaitu menjadi manusia yang berahlak mulia,
berkaitan dengan empati yang akan dikembangkan anak sebagai inti dari
pendidikan moral menurut (Borba. M 2008:5) akan mampu menyentuh
perkembangan perilaku anak secara mendasar. Perlunya nilai empati pada peserta
didik yaitu sebagai kesadaran bahwa setiap orang memiliki sudut pandang
berbeda akan mendorong peserta didik dan mampu menyesuaikan diri sesuai
dengan lingkungan sosialnya. Selain itu empati dapat mengurangi atau
menghilangkan penderitaan orang lain, tetapi juga ketidaknyamanan perasaan
melihat penderitaan orang lain. Merasakan apa yang dirasakan individu lain akan
menghambat kecenderungan perilaku agresif terhadap individu. Berempati berarti
mempersepsikan kerangka pikir internal orang lain secara tepat yang mencakup
unsur-unsur emosional dan cara-cara bertingkah laku, disertai dengan kepedulian
seolah-olah diri sendiri adalah orang lain yang sedang dipersepsi tetapi tanpa
kehilangan kesadaran sedang mengandaikan sebagai orang lain.
Kurikulum pada saat ini hampir tidak memberi porsi penanaman empati,
rasa, dan pengolahan hati dikalangan peserta didik. Semua cenderung
peserta didik sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan rasa saling menghormati,
saling memahami, dan saling menyayangi, tetapi kenyataanyan porsinya dalam
kurikulum minim. Apabila ada penanaman nilai empati, cenderung diberikan
sebatas pengetahuan yang tentu tidak akan efektif, karena nilai empati berkaitan
dengan rasa yang harus ditanamkan, bukan hanya sekedar diajarkan.
Empati merupakan bagian penting sosial competency (kemampuan sosial).
Empati juga merupakan salah satu dari unsur-unsur kecerdasan sosial. Ia terinci,
dan berhubungan erat dengan komponen-komponen lain, seperti empati dasar,
penyelarasan, ketepatan empatik dan pengertian sosial. Empati dasar yakni
memiliki perasaan dengan orang lain atau merasakan isyarat-isyarat emosi non
verbal. Penyelarasannya yakni dengan mendengarkan dengan penuh reseptivitas,
penyelarasan diri, perasaan dan maksud orang lain dan pengertian sosial yakni
mengetahui bagimana dunia sosial bekerja (Daniel. G, 2007:115). Sementara itu,
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), empati adalah keadaan mental
yang membuat seseorang merasa atau mengindentifikasi dirinya dalam keadaan
perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. selain itu
empati adalah kemampuan seseorang dalam ikut merasakan atau menghayati
perasaan dan pengalaman orang lain. Seseorang tersebut tidak hanyut dalam
suasana orang lain, tetapi memahami apa yang dirasakan orang lain.
Secara lebih luas empati diartikan keterampilan sosial tidak sekedar ikut
merasakan pengalaman orang lain (vicarious affect response), tetapi juga mampu
melakukan respon kepedulian (concern) terhadap perasaan dan perilaku orang
tersebut. tidak heran apabila latihan memberikan sesuatu atau bersedekah, selain
merupakan sarana beribadah juga melatih empati anak pada orang lain yang
memunculkan sifat berderma (filantropi) (Manungsong. F 2010:12). Nilai empati
akan membantu peserta didik dapat memisahkan antara masalah dengan orangnya.
Kemampuan empati akan mendorong peserta didik mampu melihat permasalahan
dengan lebih jernih dan menempatkan objektifitas dalam memecahkan masalah.
Banyak alternatif yang dapat diambil manakala peserta didik dapat berempati
dengan orang lain dalam menghadapi masalah di sekolah maupun di masyarakat.
sedang dihadapi temannya kerena kita tidak dapat memasuki perasaannya dan
memahami kondisi yang sedang dialami.
Pembelajaran nilai empati dapat meningkatkan kemampuan empati,
kemampuan empati dapat diperoleh melalui pembelajaran (becoming), yang dapat
diajarkan kepada anak-anak ataupun orang lain. Dalam penelitian
(Haynes&Avery, 1979:90) bahwa pelatihan tentang nilai-nilai empati dapat
digunakan untuk mengasah perasaan, pemahaman dan perilaku empati.
Michele Borba juga menawarkan pola atau model untuk pembudayaan
akhlak mulia. Michele Borba menggunakan istilah membangun kecerdasan moral.
Dia menulis sebuah buku dengan judul Building Moral Intelligence (Membangun
Kecerdasan Moral: Tujuh Kebajikan Utama Agar Anak Bermoral Tinggi, 2008).
Kecerdasan moral, menurut (Borba. M. 2008:4) adalah kemampuan seseorang
untuk memahami hal yang benar dan yang salah, yakni memiliki keyakinan etika
yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakinan tersebut, sehingga ia bersikap
benar dan terhormat. Itu merupakan sifat-sifat utama yang dapat mengantarkan
seseorang menjadi baik hati, berkarakter kuat, dan menjadi warga negara yang
baik. Dalam pengbangan pembelajaran PKn yang inovatif, menitikberatkan pada
kajian terhadap 7 (tujuh) kebajikan utama agar anak bermoral tinggi. Ketujuh
kebajikan utama tersebut merupakan syarat dalam membangun kecerdasan moral
anak. Mengenai kedudukan 7 (tujuh) kebajikan utama agar anak bermoral tinggi
yang dimaksud dari nilai moral tersebut yakni mengacu pada teori Borba. M.
(2007:7) yang menjelaskan bahwa kecerdasan moral terbangun dari ketujuh
kebajikan utama yaitu : empati, hati nurani. kontrol diri, rasa hormat, kebaikan
hati, toleransi, dan keadilan, yang membantu anak menghadapi tantangan dan
tekanan etika yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupannya kelak.
Kebajikan-kebajikan utama tersebutlah yang akan melindungi agar tetap berada
dijalan yang benar dan membantunya agar selalu bermoral dalam bertindak.
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa dalam membentuk serta
membangun moral anak menjadi warganegara yang bermoral tinggi, maka harus
sebab kecerdasan moral anak akan terbangun melalui ketujuh (7) kebajikan utama
anak sebagimana teori diatas.
Adapun ketujuh (7) kebajikan utama kecerdasan moral (Borba. M
.2008:7), dapat dipahami sebagai berikut :
1. Empati merupakan inti emosi moral yang membantu anak memahami
perasaan orang lain. Mendorong menolong orang yang kesusahan atau
kesakitan, serta menuntutnya memperlakukan orang dengan kasih sayang.
2. Hati Nurani adalah suara hati yang membantu anak memilih jalan yang benar
dari pada jalan yang salah serta tetap berada dijalur yang bermoral, membantu
dirinya merasa bersalah ketika menyimpang dari jalur yang semestinya.
3. Kontrol Diri adalah membantu anak menahan dorongan dari dalam dirinya
dan berfikir sebelum bertindak, sehingga ia melakukan hal yang benar dan
kecil kemungkinan mengambil tindakan yang akan menimbulkan akibat buruk.
4. Rasa Hormat mendorong anak bersikap baik dan menghormati orang lain.
Tidak bertindak kasar, selalu bersikap adil, dan selalu bersahabat.
5. Kebaikan Hati adalah sikap terhadap kesejahteraan dan perasaan orang lain.
Memberi bantuan kepada yang memerlukan, serta melindungi sesama yang
kesulitan atau kesakitan.
6. Toleransi adalah menghargai perbedaan kualitas dalam diri orang lain,
membuka diri terhadap pandangan dan keyakinan baru, dan menghargai orang
lain tanpa membedakan suku, gender, penampilan, budaya, kepercayaan, serta
mendengar semua pihak secara terbuka sebelum memberi penilaian apapun.
7. Keadilan menuntun agar memperlakukan orang lain dengan baik, tidak
memihak, dan adil. sehingga ia mematuhi aturan, mau bergiliran dan berbagi,
serta mendengar semua pihak secara terbuka sebelum memberi penilaian
apapun.
Kecerdasan yang sangat penting mencakup karakter-karakter utama,
seperti kemampuan untuk memahami penderitaan orang lain dan tidak bertindak
jahat, mampu mengendalikan dorongan dan penundaan pemuasaan,
mendengarkan dari berbagai pihak sebelum memberikan penilaian, menerima dan
memperjuangkan keadilan, dan menunjukan kasih sayang dan rasa hormat
terhadap orang lain. Hal diatas merupakan sifat-sifat utama yang akan membentuk
anak menjadi baik hati, berkarakter kuat, dan warga negara yang baik. Ketujuh (7) kebajikan utama di atas menurut Michele Borba ”dapat diajarkan, dicontohkan, disadarkan, serta didorong sehingga dapat dicapai anak.
Membangun kecerdasan moral anak melalui tujuh (7) kebajikan utama
diatas harus dilakukan langkah demi langkah. Setiap kali anak berhasil
memguasai satu kebajikan, maka kecerdasan moralnya akan bertambah, dan ia
pun menaiki tangga kecerdasan moral yang lebih tinggi lagi. Ketujuh (7)
Kebajikan Utama Agar Anak Bermoral Tinggi digolongkan dalam beberapa
tingkatan. Michele Borba membagi tiga (3) kebajikan: empati, hati nurani, dan
kontrol diri sebagai inti dari moral karena merupakan dasar kecerdasan moral.
Setelah dasar pertumbuhan moral tersebut tertanam kuat, dua (2) kebajikan: rasa
hormat dan kebaikan hati dapat ditambahkan. Kebajikan ini merupakan bentuk
kasih dan sayang dalam suatu hubungan. Dua (2) kebajikan terakhir: toleransi dan
keadilan merupakan dasar bagi kekuatan moral, keadilan, dan kewarganegaraan.
Kecerdasan anak-anak pada masa kini jarang memiliki ketujuh (7)
kebajikan moral, walupun ada sebagian dari peserta didik memiliki sikap seperti
dijelaskan diatas, maka untuk itu nilai empati perlu ditekankan pada peserta didik.
Pada masa dahulu anak lebih mengedepankan moral dan sikapnya dibandingkan
dengan ego (nafsu), sehingga muncul dalam pola tindakannya kesopanan dalam
bergaul, menghormati orang tua, memiliki tutur kata yang lembut. Tetapi pada
saat sekarang sebaliknya, anak-anak pada masa sekarang lebih mengedepankan
egonya dari pada nilai moral dan sikap, sehingga yang muncul adalah sikap mau
menang sendiri, tidak mau disalahkan meskipun dalam keadaan yang bersalah dan
tidak mau menghormati orang lain. Nilai-nilai seperti humanisme, toleransi sopan
santun, disiplin, jujur, mandiri, bertanggung jawab, sabar, empati, dan saling
menghargai perlu dibangun tatkala peserta didik berada di sekolah dan di
lingkungannya.
Membentuk dan mendidik pribadi anak yang di dalamnya mengkristal
semudah membalikan telapak tangan. Disini dibutuhkan kesabaran, keikhlasan,
wawasan, dan pengetahuan yang luas serta pendekatan yang benar dari seorang
guru. Citizenship education sebagai proses pendidikan yang mencakup
pengalaman belajar di sekolah dan di luar sekolah, seperti yang terjadi di
lingkungan keluarga, dalam organisasi keagamaan, dalam organisasi
kemasyarakatan dan media (Cogen & Derricot, 1998:8).
Pendidikan empati anak sebagai inti dari pendidikan moral atau budi
pekerti akan mampu menyentuh perkembangan perilaku anak secara mendasar,
apabila pendidikan empati tersebut ditanamkan pada anak usia dini, sedangkan
jika pendidikan empati tersebut diberikan pada anak setelah menginjak dewasa
maka tidak akan begitu berpengaruh secara mendasar terhadap karakter dan
pembentukan pribadi anak. Perilaku individu dapat diprediksi apabila diketahui
bagaimana individu mempersepsikan situasi dan apa yang diharapkan. Perilaku
seseorang ditentukan oleh persepsi mengenai diri mereka dan lingkungan
sekitarnya. Perilaku dapat diobservasi, dipelajari, baik langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, penelitian ini fokus pada perilaku peserta didik dalam
meningkatkan nilai empati di lingkungan sekolah SMP Negeri 1 Banyusari kelas
VIII C. Situasi pada sekolah SMP Negeri 1 Banyusari memperhatinkan dimana
peserta didik sering melakukan tawuran dengan sekolah SMP yang berdekatan
dengan lokasi SMP Negeri 1 Banyusari, sekolahpun mengadakan pendekatan
dengan orang dan dengan masyarakat sekitar. Dengan adanya permasalahan itu
maka nilai empati semestinya harus ditanamkan dalam proses pembelajaran di
sekolah SMP Negeri 1 Banyusari Karawang.
Salah satu metode yang paling efektif untuk meningkatkan empati siswa
yaitu metode teknik inkuiry nilai dengan pertanyaan acak merupakan salah satu
metode pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah
yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia (interpersonal relationship),
terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik. Pengalaman belajar yang
diperolehya dari metode ini meliputi, kemampuan kerja sama, komunikatif, dan
Apa yang di ungkap diatas, kiranya memberikan sedikit gambaran tentang
kondisi peserta didik pada saat sekarang. Dari ke tujuh (7) Kebajikan Utama Agar
Anak Bermoral Tinggi, penulis mengambil sikap yang pertama yaitu empati,
empati sangatlah penting bagi kepribadian peserta didik dan menurut peneliti,
pembelajaran PKn melalui metode VCT efektif mendukung peserta didik
perperilaku empati. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengadakan
penelitian ini untuk dapat menggambarkan penerpaan metode pembelajaran VCT
untuk meningkatkan nilai empati dalam siswa pada mata pelajaran PKn.
Dipilihnya sekolah SMP Negeri 1 Banyusari sebagai lokasi penelitian karena
termasuk salah satu sekolah unggulan di wilayah Karawang.
B. Indentifikasi dan Perumusan Masalah
Penelitian ini merupakan sebuah investigasi terkendali yang dirancang
dengan melakukan suatu analisis kebutuhan untuk mengkaji PKn sebagai wahana
pendidikan nilai yaitu empati. Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagimana Penerapan
metode pembelajaran VCT untuk meningkatkan nilai empati pada siswa dalam
mata pelajaran PKn? Sedangkan yang menjadi rumusan masalah khususnya
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perencanaan Pembelajaran PKn dengan menggunakan motode
pembelajaran VCT untuk meningkatkan nilai empati pada siswa ?
2. Bagaimana impelementasi siswa terhadap pembelajaran PKn dengan
menggunakan motode VCT untuk meningkatkan nilai empati ?
3. Bagimana proses menanamkan nilai empati melalui pembelajaran PKn
menggunakan metode pembelajaran VCT ?
4. Bagimana peningkatan nilai empati siswa setelah diterapkan metode VCT?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki dan
memperbaiki pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan di dalam kelas
dan menerapkan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik siswa di kelas melalui menerapkan pembelajaran dengan metode
VCT pada Mata Pelajaran PKn di sekolah SMP Negeri 1 Banyusari Kabupaten
Karawang.
2. Tujuan Khusus
Penelitian bertujuan untuk mengungkapkan dan mengetahui hal-hal
sebagai berikut :
a. Perencanaan pembelajaran PKn dengan menggunakan motode
pembelajaran VCT untuk meningkatkan nilai empati pada siswa.
b. Implementasi siswa terhadap pembelajaran PKn dengan menggunakan
motode VCT untuk meningkatkan nilai empati.
c. Proses menanamkan nilai empati melalui pembelajaran PKn menggunakan
metode pembelajaran VCT.
d. Peningkatan nilai empati siswa setelah diterapkan metode VCT.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
1) Dengan PTK guru akan merasa percaya diri, melakukan evaluasi diri,
dan menganalisis kinerjanya sendiri di dalam kelas, sehingga akan
menemukan kekuatan, kelemahan, dan tantangan pembelajaran dan
pendidikan masa depan, dan mengembangkan alternative pemecahan
masalah/ kelemahan yang ada pada dirinya dalam pembelajaran.
2) Tujuan utama penggunaan metode pembelajaran VCT adalah untuk
membantu peserta didik agar dapat mudah menyerap dan memahami
materi yang disampaikan oleh guru. Dengan penanaman nilai empati
pada siswa akan membuat siswa menjadi berempati pada keadaan di
sekeliling peserta didik baik di sekolah maupun di dalam masyarakat.
3) Untuk bahan penelitian ini sebagai penguatan dalam teori PKn
khususnya di sekolah agar menghasilkan peserta didik yang berjiwa
b. Manfaat praktis
Bagi peserta didik : Menghilangkan sikap egois pada anak,
menghilangkan sifat kesombongan, dan
mengembangkan kemampuan evaluasi dan kontrol
diri pada anak.
Bagi guru : Guru juga dapat mengenal tabiat anak didiknya serta
menambah wawasan, dan pengetahuan yang luas
serta pendekatan yang benar dalam membentuk dan
mendidik pribadi peserta didik.
Bagi Sekolah : Kajian nilai empati dapat di masukan dalam program
RPP dan Silabus di sekolah sehingga penguatan
pembelajaran PKn semakin bertambah pada peserta
didik.
Bagi Masyarakat : Mengurangi keresahan masyarakat akibat
perilaku-perilaku amoral yang dilakukan peserta didik atau
remaja.
E. Asumsi Penelitian
a. Inti dari pembelajaran PKn adalah menegaskan tentang nilai dan moral,
empati merupakan bagian dari nilai inti sehingga penanaman nilai empati
terhadap peserta didik sangat penting untuk pendewasaan dirinya sebagai
warga negara yang baik.
b. Membedakan benar dan salah melalui nilai empati, akan menjadikan diri
sebagai sumber energi positif untuk melayani kehidupan sosial yang penuh
dinamika. Hati nurani adalah penghasil moral, dan saat hati nurani di isi
dengan hal-hal dan nilai-nilai positif, maka hati nurani akan menghasilkan
kualitas moral yang cerdas untuk memutuskan apa yang baik, apa yang
buruk, apa yang benar, apa yang tidak benar, apa yang adil, apa yang tidak
F. Struktur Organisasi Tesis
Untuk mempermudah penulisan tesis ini, penulis akan menyusun
Sistimatika penulisan sebagai berikut :
Bab I tentang pendahuluan. Dalam bab ini akan diuraikan dalam beberapa
sub bab antara lain; (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Indentifikasi dan
Perumusan Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Asumsi
Penelitian dan (6) Struktur Organisasi Tesis.
Bab II membahas kajian teoritis / kajian pustaka yang berisi deskripsi,
analisis dan rekonseptualisasi penelitian. Pada bab ini terbagi dalam sub bab
antara lain ; A. (1) Pengertian dan Hakikat PKn, (2) Visi dam Misi PKn, (3)
Fungsi dan Tujuan PKn, (4) Unsur Perkembangan PKn, (5) Karakteristik PKn, (6)
Pembelajaran Nilai Sebagai Esensi PKn, (7) Pendidikan Kewarganegaraan
sebagai Mata Pealajaran di sekolah, (8) Proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, (8) Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, dan (9)
Strategi Pembelajaran PKn. B (1) Hakikat Klarifikasi Nilai dalam PKn, (2)
Langkah-Langkah Pembelajaran Klarifikasi Nilai, dan (3) Keunggulan dan
Kelemahan Klarifikasi Nilai.
Bab III membahas metode penelitian dalam bab ini terbagi dalam sub bab
antara lain; (1) Lokasi dan Subjek, (2) Pendekatan dan Metode, (3) Definisi
opersional, (4) Teknik Pengumpulan Data, (5) Analisis Data, (6) Uji Validitas
Data.
Bab IV membahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Dalam bab
ini terbagi dalam sub bab antara lain; (1) Deskripsi Lokasi Penelitian, (2) Hasil
Penelitian dan (3) Pembahasan.
Bab V membahas simpulan. Dalam bab ini terbagi dalam sub bab antara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Menurut Nasution, S (1996 : 43), lokasi penelitian adalah Lokasi situasi
sosial yang mengandung tiga unsur, yakni: tempat, pelaku dan kegiatan. Tempat
adalah tiap lokasi dimana melakukan sesuatu, pelaku adalah semua orang yang
terdapat di lokasi tersebut. Sedangkan kegiatan adalah apa yang dilakuakan orang
dalam situasi sosial tsersebut.
Berdasarkan pengertian tersebut atas, maka yang dimaksud dengan lokasi
penelitian di sini adalah SMP Negeri 1 Banyusari Kabupaten Karawang. Dasar
pertimbangan dijadikan SMP Negeri 1 Banyusari sebagai lokasi penelitian adalah
sebagai berikut :
a. Letak Geografis; SMP Negeri 1 Banyusari terletak didaerah jalur pantura
Subang-Karawang, wilayah ini memiliki iklim yang cukup panas karena
berdekatan dengan pantai dan merupakan jalur alternatif arah Jakarta-Jawa
dan sebaliknya. Kemudian sebagian wilayah ini berbatasan dengan
wilayah Subang yang beriklim panas.
b. Kondisi sosial ekonomi, kondisi sosial ekonomi siswa-siswi SMP Negeri 1
Banyusari sangat beragam, mulai dari kalangan prasejahtara / kurang
mampu, cukup dan kelas menengah atas, hal ini disebabkan karena mata
pencaharian orang tua mereka yang sangat beragam, misalnya ada yang
berprofesi sebagai pengusaha baik sawah maupun tambak, buruh,
pedagang kecil sampai pedagang grosir, pegawai negeri dan lain-lain.
c. Kondisi sosial budaya, kondisi sosial budaya siswa-siswi SMP Negeri 1
Banyusari, juga sangat beragam ada anak seorang petani, pedangang,
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini tindakan ini adalah guru kelas VIII (kelas II SMP)
dalam pembelajaran PKn. Dalam penelitian ini yang diamati sebagai sumber data
adalah munusia, peristiwa dan situasi (Nasution, 1996:9). Manusia yang dimkasud
adalah semua orang yang terlibat dalam penelitian tindakan ini yaitu terdiri dari
guru, siswa, dan peneliti. Peristiwa yang dimaksud adalah semua kejadian yang
diamati selama kegiatan pembelajaran berlangsung di dalam kelas. Sedangkan
yang dimaksud dengan situasi adalah latar atau gambaran yang menyangkut
keadaan atau kondisi ketika berlangsung pengamatan terhadap pengembangan
pembelajaran peneliti dan guru.
Pada penelitian ini, peneliti berusaha memperoleh berbagai macam data
yang berhubungan dengan penelitian. Data tersebut akan diperoleh dari semua
perkataan, tindakan, situasi dan peristiwa yang dapat diamati oleh peneliti selama
kegiatan pembelajaran PKn di kelas VIII A SMP Negeri 1 Banyusari. Sedangkan
sumber data tersebut yaitu guru, siswa, dan pihak-pihak lain yang sesuai dengan
penelitian.
Untuk menemukan informan maka peneliti menggunakan pengambilan
sample secara porposive sampling, internal sampling, dan time sampling.
Berdasarkan pada teknik porposive sampling maka peneliti menetapkan informan
kunci pada penelitian ini antara lain : Guru PKn dan siswa kelas VIII C,
pengambilan sample dengan internal sampling memfokuskan gagasan utama
tentang apa yang diteliti, dengan siapa yang diwawancara, kapan melakukan
obsevasi, dan dokumen apa yang dibutuhkan. Sedangkan teknik pengambilan
sample dengan time sampling yaitu peneliti mengambil data dengan mengunjungi
lokasi didasarkan pada waktu dan kondisi tempat. Karena situasi disekitar
mempengaruhi data yang dikumpulkan. Penentuan subyek penelitian dilakukan
dengan menggunakan porposive sampling, adapun yang menjadi subjek penelitian
yaitu Kepala sekolah, Guru, dan peserta didik dikelas VIII yang mempunyai
1 Banyusari yang tentu saja diharapkan mampu mendukung dalam pemenuhan
data yang dibutuhkan.
B. Desain Penelitian
Pendekatan ini menggunakan pendekatan kualitataif. Pendekatan ini
dimaksud untuk mengungkapkan dan memahami kenyataan-kenyataan yang
terjadi di lapangan sebagaimana adanya. Pendekatan tersebut dianggap tepat
untuk kajian dalam penelitian ini, karena fokus penelitian ini adalah kasus yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat atau siswa di wilayah Kabupaten Karawang.
Melaui pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus akan lebih luas dan lebih
mendalam mengungkap aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran
PKn dan perilaku yang diwujudkan oleh siswa dilingkungan sekolah.
Selanjutnya menurut Maleong. L. J. (1996:35) menjelaskan mengenai
pendekatan kualitatif, sebagai berikut :
Penelitian kualitatif berakar pada latar belakang alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis secara induktif, mengarahkan sesama penelitian pada usaha menemukan teori-teori dari dasar yang bersifat deskriptif, lebih menutamakan proses dari pada hasil, membatasi fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya yang bersifat sementara dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak, peneliti dan subyek peneliti.
Sedankan menurut Creswell, J. W. (2010:43) bahwa Penelitian Kualitatif
adalah:
Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analyses words, report detailed views of informants, and conducts the study in a natural setting.
Kutipan di atas dapat dejelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah proses
penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi metodologi penelitian tertentu
dengan cara menyelidiki masalah sosial atau manusia. Penelitian membuat
gambaran kompleks bersifat holistik, menganalisis kata-kata melaporkan
situasi alamiah. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang
seutuhnya (mendalam dan kontekstual) mengenai satu hal menurut pandangan
manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, dan
pendapat.
Lebih lanjut menurut Nasution, S. (1989 : 8-11) bahwa penelitian kualitatif
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Sumber data ialah situasi yang wajar atau natural setting.
b. Peneliti sebagai instrumen penelitian
c. Sangat deskriptif.
d. Mementingkan proses produk.
e. Mencari makna dibelakang kelakuan atau perbuatan, yang dapat
memahami masalah atau situasi.
f. Mengutamakan data langsung atau first hand.
g. Trigulasi, yaitu memeriksa kebenaran dengan cara memperoleh data dari
sumber lain.
h. Menonjolkan perincian konsektual.
i. Subyek yang diteliti berkedudukan sama dengan peneliti.
j. Mengutamakan perspektif emic, artinya mementingkan pandangan
responden tentang bagaimana ia mamandang dan menafsirkan dunia dari
segi pendiriannya.
k. Verfikasi, yaitu mencari kasus lain yang berbeda dengan apa yang
ditemukan untuk memperoleh hasil yang lebih dipercaya.
l. Sampling yang purposif, dilihat menurut tujuan penelitian.
m. Menggunakan audit trial yaitu mengikuti jejak atau melacak untuk
mengetahui apakah laporan sesuai dengan apa yang dikumpulkan.
n. Partisipasi tanpa menggangu untuk mempeoleh situasi yang natural.
o. Mengadakan analisis sejak penelitian awal.
Metode penelitian adalah suatu teknis atau cara mencari, memperoleh,
dan mengumpulkan atau mencatat data, baik yang berupa data primer maupun
data sekunder yang digunakan untuk keperluan menyusun suatu karya ilmiah dan
kemudian menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok
permasalahan sehingga akan terdapat suatu kebenaran data-data yang akan
diperoleh. Sugiyono (2008:4), menyatakan bahwa metode penelitian adalah
sebagai berikut :
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode tindakan kelas
dengan pendekatan kualitatif, dimana peneliti berupaya menguraikan dan
menjelaskan secara komprehensif mengenai berbagai aspek yang diteliti. Merujuk
pandangan Irawan (2007:4) makna dari penelitian kualitatif tidak terbatas pada
urusan data, objek kajian, atau bahkan prosedur penelitian. Makna penelitian
kualitatif sungguh tidak mudah didefinisikan, tetapi bisa dipahami ciri-ciri khasnya. Satu ciri khasnya yang sangat penting adalah makna “kebenaran” menurut penelitian kualitatif. Lebih lanjut makna kebenaran menurut penelitian kualitatif adalah kebenaran “intersubjektif”, bukan kebenaran “objektif”. Pengertian kebenaran intersubjektif adalah kebenaran yang dibangun dari jalinan
berbagai faktor yang bekerja bersama-sama, seperti budaya dan sifat-sifat unik
dari individu manusia. Pendekatan kualitatif, artinya data yang dikumpulkan
bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah
wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen
resmi lainnya. Penelitian ini merupakan kajian kontribusi metode pembelajaran
VCT untuk meningkatkan nilai empati pada siswa dalam mata pelajaran PKn.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan ragam penelitian
pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk
memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru,
pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran. Menurut Stephen
Kemmis seperti dikutip D. Hopkins (2013: 45-47) dalam bukunya yang berjudul A Teacher’s Guide to Classroom Research, menyatakan bahwa :
action research adalah: a from of self-reflektif inquiry undertaken by participants in a social (including education) situation in order to improve the rationality and of (a) their own social or educational practices justice (b) their understanding of these practices, and (c) the situastions in which practices are carried out.
Secara singkat PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh
pelaku tindakan, untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan
mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap
tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki dimana praktek-praktek
pembelajaran dilaksanakan. Action research dipandang sebagai suatu cara untuk
memberi ciri bagi seperangkat kegiatan yang direncanakan untuk meningkatkan
mutu pendidikan; pada pokoknya ia merupakan suatu cara eklektik yang
dituangkan ke dalam suatu program refleksi-diri (self-reflection) yang tujuannya
untuk peningkatan mutu pendidikan. Action research adalah suatu bentuk
penelitian refleleksi-diri yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa, atau
kepala sekolah,) dalam situasi-situsi sosial (termasuk pendidikan) untuk
memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) preaktek-praktek sosial atau
pendidikan yang dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktek-praktek ini,
dan (c) situasi-situasi (dan lembaga-lembaga) di mana praktek-praktek tersebut
dilaksanakan. Action research adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki
pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan
praktek mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktek tersebut, dan agar mau
untuk memperbaikinya. Penelitian tindakan merupakan intervensi praktik dunia
nyata yang ditujukan untuk meningkatkan situasi praktis
Penelitian ini memfokuskan pada situasi sosial kelas, atau masalah yang
secara aktual dihadapi dalam kelas. Penelitian dimaksudkan untuk meningkatkan
secara mendalam tentang penerapan model metode pembelajaran VCT untuk
meningkatkan nilai empati pada siswa dalam mata pelajaran PKn. Hakekat dari
penelitian tindakan kelas ini adalah suatu usaha yang berupa tindakan atau
intervensi yang dilakukan dengan prosedur terencana dan sistematik untuk
memecahkan masalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peneliti di
kelas. Penggunaan metode VCT di kelas dapat membawa perbaikan pada situasi
sistem pembelajaran sebagai hasil refleksi diri (Self Reflection) Elliot’s 1993:49).
Kolaborasi antara peneliti dan guru, dimana peneliti membuat rancangan,
pengamatan dan mengkritisi, sementara guru merupakan praktisi mitra kerja
dilapangan bagi peneliti. Guru dan peneliti mitra akan bersama-sama akan diskusi
mulai dari tahap perencanaan, tindakan dan refleksi dengan guru untuk
menemukan langkah-langkah selanjutnya untuk mencapai tujuan penelitian.
Menurut Wiriatmadja, (2004:72) penelitian tindakan merupakan :
Suatu bentuk penelaahaan atau Inquary melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan tertentu (guru) dan atau kepala sekolah dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaikai rasionalitas dan kebenaran serta keabsahan dari (praktik-praktik sosial atau kependidikan yang mereka lakukan sendiri, pemahaman mereka mengenai praktik-praktik tersebut, dan situasi kelembagaan tepat paraktik-praktik itu dilaksanakan.
Dengan demikian yang dimaksud penelitian tindakan kelas dengan metode
VCT dalam penelitian ini adalah upaya yang dilakukan oleh guru PKn (Pak S S,
S.Pd) untuk selalu berusaha memperbaiki suatu tindakan yang dilakukan melalui
serangkain kegiatan yang berupa siklus yang berkelanjutan. Penelitian ini
bertujuan untuk menanggulangi masalah atau kesulitan dalam pendidikan dan
pengajaran, melaksanakan program pelatihan, memberikan pedoman bagi guru
untuk perbaikan suasana sistem keseluruhan sekolah, dan juga memasukan
unsur-unsur pembaharuan dalam sistem pendidikan dan pengajaran.
Sedangkan menurut Lewin. K (dalam Kasbolah 1999:14), menyatakan
bahwa penelitian tindakan adalah penelitian yang merupakan suatu
langkah-langkah (a spiral of steps). Setiap langkah-langkah terdiri atas empat tahap, yaitu
Dedeh Kartini, 2013
komponen tersebut menunjukan sebuah siklus (kegiatan) berkelanjutan dan
berulang. Siklus inilah yang sebenarnya menjadi salah satu cirri utama penelitian
tindakan, sehingga tidak dilakukan dalam satu kali intervensi saja (Arikunto,
2002: 82).
ACTING
PLANNING SERVING
[image:33.595.114.511.239.824.2]REFLECTING
Gambar 3.1. Rancangan Penelitian Tindakan Model Kurt Lewin
Pada awalnya proses penelitian dimulai dari perencanaan, namun karena ke
empat komponen tersebut berfungsi dalam suatu kegiatan yang berupa siklus,
maka untuk selanjutnya masing-masing berperan secara berkesinambungan.
Wawancara Obsevasi Dokumentasi
Analisis model pembelajaran VCT di SMP Negeri 1 Banyusari kota Karawang
Penerapan Motode Pembelajarn VCT untuk meningkatkan nilai empati pada siswa dalam mata pelajaran PKn
1. Perencanaan pembelajaran PKn dengan menggunakan metode VCT untuk meningkatkan nilai empati pada siswa. 2. Implementasi
pembelajaran PKn dengan menggunakan metode VCT . 3. Proses menanamkan
nilai empati melalui pemblajaran PKn. 4. Peningkatan nilai
empati siswa setelah
1. Guru
Bagan 3.1 Paradigma Penelitian
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan interprestasi penggunaan istilah dalam
penelitiaan ini, maka istilah penting yang digunakan dalam penelitian ini di
definisikan sebagai berikut :
1. Konstribusi
Konstribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution,
maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan,
kontribusi dapat berupa materi atau tindakan.
2. Metode Pembelajaran VCT
Metode VCT adalah salah satu teknik pembelajaran yang dapat memenuhi
tujuan pencapaian pendidikan nilai. Djahiri (1979:115) mengemukakan bahwa
Value Clarification Technique (VCT), merupakan sebuah cara bagaimana
menanamkan dan menggali / mengungkapkan nilai-nilai dari diri peserta didik.
Teknik mengklarifikasi nilai (value clarification technique) atau sering disingkat
VCT dapat diartikan sebagai teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam
mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu
persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam
diri siswa.
3. Nilai
Nilai (Value) adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas
pilihannya. Nilai telah diartikan oleh para ahli dengan berbagai pengertian,
pengertian tentang nilai ini dapat dimaklumi oleh para ahli itu sendiri karena nilai
tersebut sangat erat hubungannya dengan pengertian-pengertian dan aktivitas
manusia yang komplek dan sulit ditentukan batasanya. Bahkan karena sulitnya itu
Kosttaf (dalam Thoha, 1996:61), memandang bahwa nilai merupakan kualitas
empiris yang tidak dapat didefinisikan, tetapi hanya dapat dialami dan dipahami
secara langsung.
4. Empati
Empati adalah kemampuan untuk menyadari perasaan orang lain dan
bertindak (sesuai) untuk membantu. Kohut (1997:40) melihat empati sebagai
suatu proses dimana seseorang berpikir mengenai kondisi orang lain yang
seakan-akan dia berada pada posisi orang lain. Selanjutnya Kohut melakukan penguatan
atas definisinya itu dengan menyatakan bahwa empati adalah kemampuan
kehidupan terdalam dari orang lain.
5. Siswa
Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang
selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang
berkualitas.
6. Mata Pelajaran PKn
Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan berdasarkan
nili-nilai Pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai
luhur dan moral yang berkarkter pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan
menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan
sehari-hari para peserta didik baik sebagai individu, anggota masyarakat dan mahluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan Kewarganegaran mempunyai arti luas
dan arti sempit. Dalam arti sempit PKn itu sebagai mata pelajaran sekolah, tetapi
dalam arti luas PKn sebagai suatu bidang kajian disiplin ilmu, sebagai program
Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk
mengembangkan kemampuan-kemampuan sebagai berikut : (1) Berpikir secara
kritis, rasional, dan kreatif dalam menangapi isu kewarganegaraan, (2)
Berpartisifasi secara aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak cerdas dalam
kegiatan kemasyarakatan, berbangsa dan bernegara. Berkembang secara positif
dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter
masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lainnya.
E. Instrumen penelitian
Untuk menunjang penelitian yang akan dilaksanakan, digunakan instrumen
penelitian yaitu penulis sendiri, karena dalam penelitian ini penulis langsung
terjun kelapangan untuk mencari bahan, data dan informasi yang dilakukan
dengan cara yang sudah dijelaskan diatas, yaitu dengan melakukan obsevasi dan
wawancara. Peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data, yang
diperlukan dilapangan. Peran peneliti ini sebagai partisipan penuh agar peneliti
diketahui statusnya sebagai peneliti oleh subjek atau informan. Seperti yang dijelaskan oleh Nasution (1996:9) “Dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrumen penelitian”. Peneliti adalah alat penelitian utama, dialah sendiri yang mengadakan penelitiaan, pengamatan dan wawancara tak berstuktur sehingga
dapat menyelami dan memahami makna interaksi antara manusia dengan dibantu
oleh pedoman wawancara dan obsevasi.
Adapun yang menjadi alasan dijadikanya penulis sebagai instrumen
penelitian utama dalam penelitian ini, seperti yang dikemukakan oleh Nasution
(2003:55-56) yang menjelaskan bahwa :
a. Peneliti sebagai alat peka dan dapat beraksi terhadap stimulus dari
lingkungan yang diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.
Tidak ada instrumen lain yang dapat berinteraksi terhadap demikian
b. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus tidak ada
alat lain, seperti yang digunakan dalam penelitiaan kualitataif, yang dapat
menyesuaikan diri dengan bermacam-macam situasi serupa itu. Suatu tes
hanya cocok untuk mengukur variabel tertentu akan tetapi tidak dapat
dipakai untuk mengukur macam-macam variabel lainya.
c. Setiap situasi merupakan suatu keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen
berupa tes atau angka yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali
manusia. Hanya manusia sebagai instrumen dapat memahami situasi
dalam segala seluk beluknya
d. Suatu situasi melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan
pengetahuan semata-mata. Untuk memahami kita perlu sering
mmerasakanya, dan menyelaminya berdasarkan penghayatan.
e. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisa data yang diperoleh.
Peneliti dapat menafsirkanya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk
menentukan arah pengamatan, untuk melakukan tes, hipotesis yang timbul
seketika.
f. Hanya manusia sebagai instrumen yang dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera
menggunakanya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan,
perbaikan, atau penolakan.
g. Dalam penelitiaan dengan menggunakan tes atau angket yang bersifat
kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasikan
agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu
tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh,
bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat
kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.
Dalam penelitian ini penulis sebagai peneliti lebih mengutamakan
pendekatan antarmanusia, maksudnya disini adalah agar peneliti mampu untuk
tentang kondisi, fakta yang ada pada objek yang diteliti. Hal ini dilakukan dalam
penelitian ini penulis lebih leluasa mencari data dan informasi apabila
menggunakan pendekatan antarmanusia.
F. Teknik Pengumpulan Data dan Alasan Rasionalnya
Untuk memenuhi dan mendapatkan data-data yang digunakan didalam
penelitian ini, maka diperlukan suatu teknik pengumpulan data. Teknik
pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara peneliti
mengadakan pengamatan secara langsung, terhadap objek yang diteliti, hal ini
dimaksudkan agar penulis mendapatkan gambaran kontribusi pembelajaran VCT
untuk meningkatkan nilai empati pada siswa dalam mata pelajaran PKn. Menurut
pendapat Nasution (1992:122) pengertian observasi yaitu :
Observasi yaitu pengamatan dilakukan yang secara langsung terhadap
objek penelitian yang dimaksud untuk memperoleh suatu gambaran yang jelas
tentang kehidupan sosial yang wajar dan sebenarnya sukar diperoleh dengan
metode-metode lain.
Observasi dilakukan dilokasi penelitian, dengan cara pengamatan secara
langsung dilapangan terhadap objek yang akan diteliti untuk mendapatkan
informasi yang akan dipergunakan untuk penelitiaan ini. Objek yang akan diteliti
yaitu SMP negeri 1 Banyusari Kabupaten Karawang. Observasi digunakan untuk
mengumpulkan data tentang tindakan atau perilaku siswa terhadap metode
pembelajaran VCT untuk meningkatkan nilai empati pada siswa dalam proses
pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa dalam pembelajaran PKn. Instrumen
untuk observasi menggunakan lembaran observasi dengan poin-poin seperti yang
dikemukakan dalam panduan observasi. Observasi yang dilakukan langsung
lapangan ini dikarenakan manfaatnya secara langsung dalam penelitian ini
memberikan informasi tambahan tentang masalah yang sedang diteliti secara jelas
lingkungan sekolah SMP Negeri 1 Banyusari akan menambah wawasan baru yang
tidak dapat diungkap dengan alat pengumpul data lainnya, seperti wawancara
ataupun angket. Dengan teknik observasi ini seperti yang dikemukakan oleh
Lincoln dan Guba (1989:138) dalam Maleong yang mengemukakan :
Metode penelitian kualitatif secara metodologis menggunakan pengamatan
dapat mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan,
perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan lain sebagainya.
Dengan observasi dimaksudkan untuk merekam data tentang aktifitas guru
serta perilaku siswa terhadap proses pelaksanaan pembelajaran PKn.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk
melengkapi data yang akhirnya diperoleh gambaran yang jelas, didalam
wawancara peneliti harus secara nyata mengadakan interaksi dengan responden.
Menurut pendapat Esterberg (2002:76) sebagaimana dikutip oleh Sugiono
(2007:27) mendefinisikan wawancara sebagai berikut, “a meeting of two persons
to exchange information and idea through question and respons, resulting in
communication and joint construction of meaning about a particular topic”.
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu.
Wawancara dimaksudkan untuk melengkapi serta memperkuat data yang
diperoleh serta untuk mendapatkan informasi secara langsung dari responden,
sehingga data yang kita peroleh dapat dipertanggung jawabkan. Adapun tujuan wawancara yang dikemukakan oleh Nasution (2003:73) yaitu :” Tujuan wawancara adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dari hati
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada sejumlah responden
antara lain guru mata pelajaran PKn serta siswa di SMP Negeri 1 Banyusari
Kabupaten Karawang. Selain guru (Soleh Suhada, S.Pd) dan siswa kelas VIII A,
peneliti akan mewawancarai pihak-pihak yang terkait baik kepala sekolah dan
para pembantu sekolah. Informasi dengan wawancara ini dilakukan sesuai
sebagaimana yang diungkap oleh Nasution. S (1992:174) dimana dalam
melakukan wawancara melalui tiga pendekatan : 1) Dalam percakapan informal,
yang mengandung unsur spontanitas, kesantaian, tanpa pola atau arah yang
ditentukan sebelumnya; 2) Topik atau masalah yang dijadikan sebagai pedoman
atau pegangan; 3) Menggunakan daftar pertanyaannya yang lebih rinci akan tetapi
bersifat terbuka yang telah dipersiapkan pertanyaannya lebih dahulu dan akan
diajukan menurut urutan rumusan pertanyaan itu.
Dalam penelitian tindakan, wawancara merupakan hal yang pentin