• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU PIJAT BAYI BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERILAKU PIJAT BAYI BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

SURYA 1 Vol.03, No.XIX, September 2014 PERILAKU PIJAT BAYI BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN DAN

DUKUNGAN KELUARGA Dadang Kusbiantoro

…………...……….…… …… . .….ABSTRAK…… … ...………. …… …… . .….

Pijat bayi menjadi penyelesaian masalah dari setiap ibu yang mempunyai bayi. Pijat bayi merupakan stimulus touch. Melalui pijat bayi akan terjadi komunikasi yang nyaman dan aman antara ibu dan buah hati. Tujuan penelitian ini Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dan dukungan keluarga dengan perilaku pijat bayi usia 0-12 bulan di Posyandu Desa Made Lamongan tahun 2013. Desain penelitian analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional, sampel sejumlah 46 responden diambil secara simple random sampling. Data diambil menggunakan kuesioner tertutup kemudian dianalisis dengan uji Spearman Rank dengan taraf signifikasi p ≤ 0,05. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar (69,6%) ibu berpengetahuan kurang, hampir setengah (45,7%) ibu mendapat dukungan kurang dari keluarga, dan sebagian besar (65,2%) perilaku ibu kurang baik dalam melaksanakan pijat bayi. Dari uji Spearman Rank diperoleh ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pijat bayi dengan nilai nilai p = 0,007. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku pijat bayi dengan nilai p = 0,043. Melihat hasil penelitian ini maka perlu adanya peningkatan pengetahuan dan dukungan keluarga dan keterlibatan tenaga kesehatan dalam melaksanakan pijat bayi.

Keyword : Pijat Bayi, Pengetahuan, Dukungan Keluarga

PENDAHULUAN. …… . … … .

Salah satu sentuhan yang kini dikenal memberikan banyak manfaat adalah pijat bayi. Pijat bayi disebut juga terapi sentuh. Dikatakan terapi sentuh karena melalui pijat bayi akan terjadi komunikasi yang nyaman dan aman antara ibu dan buah hatinya. Sentuhan kepada bayi dengan memberikan pijatan-pijatan ringan segera setelah kelahiran merupakan suatu kontak tubuh kelanjutan yang diperlukan bayi untuk mempertahankan rasa aman dan nyaman (Ria Riksani, 2012)

Pijat bayi tradisional masih sering dijumpai didaerah-daerah, biasanya dilakukan oleh dukun bayi. Banyak diantara ibu, ayah atau anggota keluarga lain belum mengetahui manfaat dari pijat bayi. Mereka beranggapan bahwa pijat bayi hanya dilakukan sebagai terapi untuk menyembuhkan penyakit.

Pada kenyataannya, pijatan yang dilakukan ibu, ayah, atau anggota keluarga lain merupakan pijatan terbaik karena terbukti dapat menghasilkan perubahan

fisiologis yang menguntungkan terutama bisa memenuhi kebutuhan kasih sayang. Sentuhan yang diberikan oleh ibu selama pemijatan akan direspon oleh bayi sebagai bentuk perlindungan, kasih sayang, perhatian dan ungkapan cinta yang tulus (Ria Riksani, 2012). Semakin sering frekuensi sentuhan atau pemijatan, maka akan semakin dekat pula hubungan emosional antara ibu dan bayi. Namun, sebaliknya tidak hanya ibu yang bisa melakukan pijat bayi, tetapi ayah, nenek, atau kakek juga bisa dilibatkan. Hal ini bermanfaat, terutama untuk mengurangi ketergantungan bayi terhadap ibunya.

Manfaat lain dari pijat bayi yaitu membuat bayi semakin tenang karena selama pemijatan, bayi akan mengalami tekanan, peregangan, dan relaksasi, kemudian dapat meningkatkan efektifitas istirahat (tidur) bayi. Bayi yang otot-ototnya distimulus dengan urutan atau pemijatan akan nyaman dan mengantuk, dapat memperbaiki konsentrasi bayi, meningkatkan produksi ASI, membantu

(2)

meringankan ketidaknyamanan dalam pencernaan dan tekanan emosi, memacu perkembangan otak dan sistem syaraf, meningkatkan gerak peristaltik untuk pencernaan, menstimulasi aktivitas nervus vagus untuk perbaikan pernafasan, meningkatkan aliran oksigen dan nutrisi menuju sel, meningkatkan kepercayaan diri ibu, memudahkan orang tua mengenali bayinya dan merupakan hiburan yang menyenangkan bagi keluarga (Yazid Subakti, Deri Rizky A, 2009).

Hasil penelitian Erni Arifa Muniro Yanti, tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan perilaku pijat bayi di BPS Suhartatik Kembangbahu bahwa dari 36 orang hampir sebagian (41,7 %) ibu berpengetahuan baik, dan sebagian kecil (25 %) berpengetahuan cukup. Hasil survey, melalui observasi dan wawancara terhadap 10 ibu yang memiliki bayi di Desa Made Kecamatan Lamongan didapatkan hampir seluruhnya tidak pernah memijat bayinya sendiri melainkan ke dukun bayi,sebagian besar ibu mengetahui pijat bayi tetapi tidak pernah melakukan pijat bayi dan sebagian kecil ibu tidak mengetahui tentang pijat bayi. Ibu memijatkan bayinya hanya jika bayi sakit seperti panas, flu, masuk angin ataupun jika bayi dicurigai ada kelainan tulang dan otot.

Pijat bayi merupakan tradisi lama yang digali kembali dengan sentuhan ilmu kesehatan dan tinjauan ilmiah yang bersumber dari penelitian para ahli neonatologi, syaraf, dan psikologi anak (Yazid Subakti, Deri Rizky A, 2009).Dewasa ini penelitian di Australia membuktikan bahwa bayi yang dipijat oleh orang tuanya akan mempunyai kecenderungan peningkatan berat badan, hubungan tingkat emosional, dan sosial yang lebih baik (Utami, Roesli, 2001).

Sayangnya, masih banyak orang tua yang belum mengerti tentang pijat bayi, Sebagian dari mereka beranggapan bahwa pijat bayi dilakukan hanya pada bayi yang sakit serta dilakukan oleh dukun atau tenaga medis yang menguasai pijat bayi. Hal ini tidak sepenuhnya salah, melalui teknik

tertentu, pijat bayi diyakini mampu mengatasi kolik sementara, sembelit dan bayi rewel. Namun, manfaat utama dari pijat bayi adalah membantu mengoptimalkan tumbuh kembang bayi. Kurangnya informasi yang tepat tentang perkembangan terbaru pijat bayi di masyarakat juga membuat orang tua takut menyentuh bayinya.

Banyak faktor yang mempengaruhi penatalaksanaan pijat bayi oleh ibu meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal diantaranya pendidikan, dengan pendidikan yang tinggi ibu akan lebih paham tentang kesehatan bayinya, faktor pengetahuan, dengan pengetahuan ibu yang luas akan berpengaruh pula pada keinginan ibu untuk melakukan pijat bayi, selain itu ada pula faktor pekerjaan, sikap dan presepsi yang dapat mempengaruhi ibu untuk melakukan pijat bayi. Faktor eksternal meliputi faktor kebudayaan, ibu melakukan pijat bayi kepada bayinya dikarenakan sudah menjadi sebuah kepercayaan dan tradisi tersendiri, faktor lingkungan sosial serta dukungan keluarga juga berpengaruh pada minat ibu untuk melakukan pijat bayi (Enidya, Santi, 2012).

Dengan memijat bayi mereka, rasa percaya diri orang tua bertambah. Mereka belajar untuk memperhatikan dan memahami reaksi bayi pada saat disentuh, mengetahui perkembangan naluri alamianya, apa yang disukai dan tidak disukainya, sehingga membuat orang tua lebih mudah mengerti dan terkadang menjadi sabar disaat mereka tidak sanggup menenangkannya. Saat orang tua memperhatikan dan mengenali reaksi anak-anaknya dan memberikan responnya, para bayi memberikan reaksinya kembali dan terbangunlah sebuah hubungan yang positif diantara mereka.

Untuk mewujudkan semua itu, maka diperlukan pengetahuan yang cukup bagi orang tua dan juga dukungan keluarga untuk melaksanakan pijat bayi, sehingga dengan adanya pengetahuan yang cukup dan dukungan keluarga maka mendorong terbentuknya perilaku melakukan pijat bayi. Serta berusaha meningkatkan pelaksanaan

(3)

pijat bayi di masyarakat terutama pada ibu yang mempunyai bayi yaitu, dengan diadakannya penyuluhan oleh tenaga kesehatan (perawat atau bidan) terhadap ibu. Dalam penyuluhan ini perawat atau bidan harus memberikan informasi lebih tentang pijat bayi, mengenalkan pijat bayi dengan teknik tertentu dan menjelaskan manfaat dari dilakukannya pijat bayi. Kegiatan ini bisa dilakukan pada saat pemeriksaan kehamilan, nifas dan saat pelaksanaan posyandu. Diharapkan juga pijat bayi dijadikan program rutin di posyandu. Peningkatan pengetahuan perawat dan bidan tentang pijat bayi juga harus dikembangkan agar pengetahuan tentang stimulasi khususnya pijat bayi merata bukan hanya di kalangan masyarakat tapi juga di kalangan tenaga kesehatan.

METODE PENELITIAN.… .…

Desain penelitian dalam penelitian ini adalah menggunakan metode analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2003). Populasi sejumlah 52 ibu yang memiliki bayi usia 0-12 bulan di posyandu Desa Made kecamatan Lamongan Tahun 2013. Sampel sebanyak 46 ibu diambil secara simple random sampling.data dikumpulkan menggunakan kuesioner. Data dianalisa dengan menggunakan uji Spearman Rank.

HASIL

.PENELITIAN … 1. Data Umum

1) Karakteristik Responden (1) Distribusi umur ibu

Tabel 1. Distribusi frekuensi umur ibu di Posyandu desa Made kecamatan Lamongan tahun 2013

No. Umur Frekuensi Prosentase

1. 21-30 tahun 30 65,2

2. 31-40 tahun 16 34,8

Jumlah 46 100%

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan sebagian besar ibu berumur 21-30 tahun.

(2) Distribusi pekerjaan ibu

Tabel 2. Distribusi frekuensi pekerjaan ibu di Posyandu desa Made kecamatan Lamongan tahun 2013

No. Pekerjaan Frekuensi Prosentase

1. Tidak bekerja 28 60,9

2. Wiraswasta 14 30,4

3 PNS 4 8,7

Jumlah 46 100%

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan sebagian besar (60,9 %) ibu tidak bekerja

(3) Karakteristik pendidikan ibu

Tabel 3. Distribusi frekuensi pendidikan ibu di Posyandu desa Made kecamatan Lamongan tahun 2013

No. Pendidikan Frekuensi Prosentase

1. SD 2 4,3

2. SLTP 4 8,7

3 SLTA 25 54,3

4 PT 15 32,6

Jumlah 46 100

Dari tabel 3 menunjukkan sebagian besar (54,3 %) ibu berpendidikan SLTA

2. Data Khusus 1). Pengetahuan ibu

Tabel 4 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang pijat bayi di Posyandu desa Made kecamatan Lamongan tahun 2013

No. Pengetahuan Frekuensi %

1. Baik 2 4,3

2. Cukup 12 26,1

3. Kurang 32 69,6

Jumlah 46 100

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan sebagian besar (69,6 %) ibu mempunyai pengetahuan kurang tentang pijat bayi

(4)

Tabel 5 Distribusi frekuensi dukungan keluarga di Posyandu desa Made kecamatan Lamongan tahun 2013

No Dukungan keluarga Frekuensi %

1. Baik 6 13,0

2. Cukup 19 41,3

3. Kurang 21 45,7

Jumlah 46 100

Dari tabel 5 menunjukkan hampir setengah (45,7 %) mendapat dukungan kurang dari keluarga

3). Perilaku ibu dalam pijat bayi

Tabel 6 Distribusi perilaku ibu dalam pijat bayi di Posyandu desa Made kecamatan Lamongan tahun 2013

No. Perilaku Frekuensi %

1. Baik 7 15,2

2. Cukup 9 19,6

3. Kurang 30 65,2

Jumlah 46 100

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan sebagian besar (65,2 %) perilaku ibu kurang dalam melaksanakan pijat bayi

4). Hubungan pengetahuan dengan perilaku pijat bayi

Tabel 7. Hubungan Pengetahuan ibu dengan perilaku pijat bayi di Posyandu desa Made kecamatan Lamongan tahun 2013

No

Penge tahuan

Perilaku Total

Baik Cukup Kurang

1 Baik 0 (0%) 0 (0%) 2 (100%) 2 (100%) 2 Cukup 0 (0%) 1 (8,3%) 11 (91,7%) 12 (100) 3 Kurang 7 (21,9%) 8 (25,0%) 17 (53,1%) 32 (100%) Jumlah 7 (15,2%) 9 (19,6%) 30 (65,2%) 46 (100%) P = 0,007

Dari tabel 7 menunjukkan sebagian besar (53,1 %) ibu berpengetahuan kurang mempunyai perilaku kurang dalam melaksanakan pijat bayi. Tidak satupun (0 %) ibu berpengetahuan baik mempunyai

perilaku pijat bayi baik. Berdasarkan uji statistik didapatkan p = 0,007 dimana kurang dari p=0,05. Terdapat hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku ibu melaksanakan pijat bayi.

5) Hubungan dukungan Keluarga dengan perilaku pijat bayi

Tabel 8. Hubungan dukungan keluarga dengan perilaku pijat bayi di Posyandu desa Made kecamatan Lamongan tahun 2013

No Dukungan

keluarga

Perilaku Total

Baik Cukup Kurang

1 Baik 1 (16,7%) 1 (16,7%) 4 (66,7%) 6 (100%) 2 Cukup 2 (10,5%) 2 (10,5%) 15 (78,9%) 19 (100) 3 Kurang 4 (19,0%) 6 (28,6%) 11 (52,4%) 21 (100%) Jumlah 7 (15,2%) 9 (19,6%) 30 (65,2%) 46 (100%) P = 0,043

Berdasarkan tabel 8 menunjukkan hampir seluruhnya (78,9 %) dukungan keluarga cukup perilaku ibu kurang dalam melakukan pijat bayi. Sebagian kecil (16,7 %) dukungan keluarga baik didapatkan ibu berperilaku baik pula. Uji statistik didapatkan p=0,043 dimana kurang dari p=0,05. Terdapat hubungan dukungan keluarga dengan perilaku pijat bayi

PEMBAHASAN .… .…

1. Tingkat Pengetahuan Ibu

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan sebagian besar (69,6%) ibu berpengetahuan kurang dan sebagian kecil (4,3%) ibu mempunyai pengetahuan baik tentang pijat bayi. Dari fakta diatas sebagian besar ibu mempunyai pengetahuan kurang, hal ini bisa dipengaruhi oleh faktor pendidikan ibu yang sebagian besar ibu berpendidikan SLTA/SMA sehingga ibu masih sedikit sulit mencerna atau menerima informasi dan pada akhirnya makin sedikit pula pengetahuan yang didapat. Tetapi disisi lain hampir setengah ibu berpendidikan Perguruan

(5)

Tinggi, maka bisa dikatakan bahwa selain pendidikan, pengetahuan juga dipengaruhi oleh pengalaman, informasi dan kebudayaan. Tingkat pendidikan yang terlalu rendah, akan sulit mencerna pesan dan informasi yang disampaikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah mencerna informasi sehingga semakin banyak juga pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam,Siti Pariani, 2001).

2. Dukungan Keluarga

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan hampir setengah (45,7%) ibu mendapat dukungan kurang dan sebagian kecil (13,0%) ibu mendapat dukungan yang baik dari keluarga.Dari fakta diatas hampir setengah ibu mendapat dukungan kurang dari keluarga untuk melaksanakan pijat bayi, hal ini bisa dipengaruhi oleh faktor tingkat pendidikan atau pengetahuan, dan latar belakang budaya. Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Tetapi disisi lain sebagian kecil ibu mendapat dukungan yang baik dari keluarga, maka bisa dikatakan bahwa selain pendidikan, pengetahuan dan kebudayaan, keluarga harus memberikan dukungan secara informasional, penilaian, instrumental dan emosional sehingga dukungan keluarga kepada ibu dalam melaksanakan pijat bayi bisa lebih baik.

Dukungan keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial. Ketiga dimensi interaksi dukungan sosial keluarga tersebut bersifat reprokasitas (sifat dan hubungan timbal balik), advis atau umpan balik (kuantitas dan kualitas komunikasi) dan keterlibatan emosional (kedalaman intimasi dan kepercayaan) dalam hubungan sosial (Friedman, Marylin M, 1998).

Dukungan keluarga adalah komunikasi verbal dan non verbal, saran, bantuan, yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan sebyek di dalam lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya (Walker, Peter, 2011).

Dukungan keluarga sangat penting dan dibutuhkan bagi ibu guna mendukung peningkatan keinginan ibu untuk melaksanakan pijat bayi. Pada dasarnya pelaksanaan pijat bayi oleh ibu memang perlu mendapat perhatian yang baik dan lebih besar dari orang-orang yang peduli dan mampu membina ibu untuk menjadi ibu yang bisa melaksanakan atau melakukan pijat bayi. Keluarga sebagai orang terdekat dengan ibu tentu merupakan support sistem yang paling berharga (Yazid Subakti, Deri Rizky A, 2009).

3. Perilaku Ibu

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa sebagian besar (65,2%) perilaku ibu kurang dan sebagian kecil (15,2%) perilaku ibu baik dalam melaksanakan pijat bayi. Dari fakta diatas sebagian besar perilaku ibu kurang dalam melaksanakan pijat bayi, hal ini bisa di pengaruhi oleh faktor pendidikan ibu yang sebagian besar ibu berpendidikan SLTA/SMA sehingga ibu masih sedikit sulit mencerna atau menerima informasi dan pada akhirnya makin berkurang pula perilaku dalam melaksanakan pijat bayi. Selain itu faktor umur sangatlah berpengaruh bagi seseorang dalam melakukan atau bersikap terhadap sesuatu termasuk dalam melaksanakan pijat bayi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu berumur 21-30 tahun. Ibu yang berada dalam umur tersebut tergolong umur yang sudah matang sehingga mudah untuk memperoleh informasi.

(6)

Perubahan perilaku dikelompokkan menjadi 3 yaitu : Perubahan alamiah atau Natural Change, perilaku manusia disebabkan karena kejadian alamiah, kemudian perubahan terencana atau Planned Change, perubahan perilaku yang terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subyek dan kesediaan untuk berubah atau Readdines to Change, apabila terjadi suatu inovasi atau program pembangunan di masyarakat, maka sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi dan ada yang sangat lambat menerima perubahan tersebut (Notoatmodjo, Soekidjo, 2007).

4. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Perilaku Pijat Bayi.

Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa sebagian besar (53,1%) ibu berpengetahuan kurang mempunyai perilaku kurang dalam melaksanakan pijat bayi. Sedangkan tidak satupun (0%) ibu berpengetahuan baik mempunyai perilaku dalam melaksanakan pijat bayi baik pula.Uji statistik didapatkan nilai p = 0,007 dimana p ≤ 0,05. terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan perilaku ibu dalam melaksanakan pijat bayi usia 0-12 bulan di Posyandu Desa made Lamongan.

Seperti yang kita ketahui domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu tahu (know), memahami (comprehention), aplikasi (aplication), analisis (analysis), sistesis (sintesis), evaluasi (evaluation). Berdasarkan hasil penelitian bahwa hampir seluruh ibu bukan hanya sekedar tahu, memahami bahkan tidak mengaplikasikan pijat bayi kepada bayinya. Proses penerimaan pengetahuan meliputi : 1. Awareness (Kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu. 2. Interest, dimana orang tersebut mulai tertarik kepada stimulus. 3. Evaluation (Evaluasi), menimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4. Trial (Mencoba), dimana orang tersebut mulai mencoba perilaku baru. 5. Adoption (Adopsi), dimana subyek telah berperilaku

baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses di atas, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lebih lama (Notoatmodjo, Soekidjo, 2007).

5. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Ibu Dalam Melaksanakan Pijat Bayi Usia 0-12 Bulan.

Berdasarkan tabel 8 menunjukkan hampir seluruhnya (78,9 %) ibu yang mendapat dukungan dari keluarga cukup tentang pijat bayi perilaku ibu kurang Sedangkan sebagian kecil (16,7%) ibu yang mendapatkan dukungan keluarga baik tentang pijat bayi didapatkan ibu berperilaku baik pula. Uji statistik didapatkan hasil nilai p = 0,043 dimana p ≤ 0,05. Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku ibu dalam melaksanakan pijat bayi usia 0-12 bulan di Posyandu Desa made Lamongan.

Dari fakta diatas dengan dukungan keluarga baik masih ada perilaku ibu yang kurang, ini diakibatkan karena dukungan keluarga bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi perilaku ibu, tetapi masih ada faktor lain yang mempengaruhi perilaku diantaranya adalah pengetahuan, sikap, nilai, prestasi dan keyakinan. Keyakinan keluarga yang selalu memijatkan bayi mereka ke dukun bayi mengakibatkan perilaku ibu kurang dalam melaksanakan pijat bayi. Tetapi setidaknya dukungan keluarga mempunyai peranan yang penting untuk meningkatkan perilaku ibu dalam melaksanakan pijat bayi.

Jika dukungan keluarga baik, maka perilaku ibu dalam melaksanakan pijat bayi akan baik pula, karena keluarga bisa memberikan bantuan apa saja yang dibutuhkan ibu bisa terpenuhi. Dukungan keluarga adalah komunikasi verbal dan non

(7)

verbal, saran, bantuan, yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan sebyek di dalam lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya (Walker, Peter, 2011).

Dengan dukungan keluarga yang cukup mampu melakukan komunikasi efektif setiap kali berinteraksi dengan ibu, maka akan memfasilitasi ibu dalam melaksanakan pijat bayi, khususnya aspek informasional dan emosional dari ibu, sehingga ibu akan memeperoleh informasi mengenai pijat bayi dan mendapat perhatian dalam melaksanakan pijat bayi sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan perilaku ibu dalam melaksanakan pijat bayi (Enidya, Santi, 2012).

KESIMPULAN DAN SARAN. …

1. Kesimpulan

1) Sebagian besar ibu di posyandu desa Made Lamongan memiliki pengetahuan kurang tentang pijat bayi

2) Hampir setengah ibu di posyandu desa Made Lamongan mendapat dukungan kurang dari keluarga

3) Sebagian besar ibu di posyandu desa Made Lamongan memiliki perilaku kurang dalam melakukan pijat bayi 4) Terdapat hubungan antara pengetahuan

ibu dengan perilaku ibu dalam melaksanakan pijat bayi di posyandu desa Made Lamongan

5) Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku pijat bayi di posyandu desa Made Lamongan

2. Saran

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk memberikan informasi kepada ibu tentang pijat bayi melalui berbagai metode pendidikan

kesehatan sehingga ibu dapat melakukan pijat bayi dengan baik dan benar

. . .DAFTAR PUSTAKA . . .

Enidya Santi, (2012). Buku Pintar Pijat Bayi Untuk Tumbuh Kembang Optimal Sehat & Cerdas. Yogyakarta : Pinang Merah

Friedman, Marylin M, (1998). Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Nursalam, (2003), Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam, Siti Pariani (2001). Pendekatan Praktis Metode Riset Keperawatan. Jakarta : Sagung Seto

Notoatmodjo, Soekidjo (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta

Ria Riksani, (2012). Cara Mudah Dan Aman Pijat Bayi. Jakarta : Dunia Sehat

Utami, Roesli, (2001). Pedoman Pijat Bayi. Jakarta : Trubus Agriwidya

Walker, Peter. (2011). Panduan Lengkap Pijat Bayi. Jakarta : Puspa Swara Yazid Subakti, Deri Rizky Anggraini,

(2009). Keajaiban Pijat Bayi & Balita. Jakarta : Wahyu Media

Gambar

Tabel  6  Distribusi  perilaku  ibu  dalam  pijat  bayi  di  Posyandu  desa  Made  kecamatan Lamongan tahun 2013  No

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi lingkungan di wilayah RW 02 Kelurahan Bandarharjo menunjukkan bahwa seluruh total rumah responden memiliki tempat penampungan sampah (TPS) dengan kondisi

Berdasarkan hasil dari analisis data yang mengalir pada masalah kedua yaitu ada perbedaan preferensi pendengar dilihat dari berbagai kelompok tingkat usia, jenis kelamin

Kandungan selulosa pada jerami cukup besar yaitu sekitar 37,71%, sehingga jerami padi dapat digunakan sebagai penjernihan air untuk menghilangkan atau mengurangi kadar

Hasil penelitian ini mendukung pernyataan Kenis dalam Damanik (2011), yang menyatakan bahwa umpan balik terhadap sasaran anggaran yang dicapai adalah variabel

Pernikahan usia dini atau nikah di bawah umur di Indonesia memang menjadi isu yang patut diteliti, sebab isu ini berkembang seiring dengan tidak dilaksanakannya ketentuan Pasal 7

telah diujikan dalam sidang munaqosyah oleh Dewan Penguji Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

Hal ini berarti autogenic training dengan pursed lips breathing efektif dalam menurunkan kecemasan dan meningkatkan nilai FEV 1 pada pasien PPOK.. Autogenic training

Pembuatan briket arang ini dapat memberikan beberapa keuntungan, antara lain: kerapatan arang dapat ditingkatkan, bentuk dan ukuran arang dapat disesuaikan dengan