• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "5 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kriteria Produktivitas dan Indikator Kinerja

Kriteria-kriteria yang akan diukur meliputi kriteria efisiensi, kriteria efektivitas, dan kriteria inferensial. Kriteria efisiensi menunjukkan bagaimana penggunaan sumberdaya perusahaan (galangan), seperti tenaga kerja, energi, material serta modal yang sehemat mungkin. Kriteria efektivitas menunjukkan bagaimana galangan mencapai hasil bila dilihat dari sudut akurasi dan kualitasnya. Kriteria inferensial menunjukkan suatu kriteria yang tidak secara langsung mempengaruhi produktivitas tetapi bila diikutsertakan dalam matriks dapat membantu memperhitungkan variabel yang mempengaruhi faktor-faktor yang mayor.

Kriteria yang ditetapkan mengacu pada kriteria yang digunakan oleh Mahendra (2007) yang telah meneliti tentang “Peningkatan Produktivitas Galangan Kapal Menggunakan Model OMAX (Studi kasus: di PT. BEN SANTOSA Surabaya)”. Mahendra (2007) awalnya menetapkan sebanyak tiga belas indikator kinerja berdasarkan tiga kriteria tersebut. Namun, setelah dilakukan wawancara dan pengisian kuesioner oleh tim manajemen diperoleh hasil bahwa indikator kinerja yang dapat digunakan hanya tujuh indikator. Ketujuh indikator tersebut adalah man hour, material, tenaga kerja, pemakaian mesin, jam kerja aktual, jam kerja efektif, dan jumlah ketidakhadiran karyawan.

Penetapan kriteria pada penelitian ini dilakukan dengan cara observasi lapang, wawancara dan kuesioner yang mengacu berdasarkan tujuh indikator yang dikemukakan oleh Mahendra (2007). Hasil observasi, wawancara dan kuesioner menunjukkan bahwa indikator kinerja yang dapat digunakan dalam penelitian ini ada lima indikator dari tujuh indikator yang diacu pada penelitian Mahendra (2007). Indikator-indikator tersebut yaitu: pemakaian mesin, pemakaian tenaga kerja, jam kerja aktual, jam kerja efektif, dan jumlah ketidakhadiran. Hal tersebut terjadi karena ketersediaan data yang ada di Dok Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Balai Teknologi Penangkapan Ikan (UPT BTPI) yang tidak memiliki data man hour dan material.

(2)

5.2 Model Objective Matrix (OMAX) 5.2.1 Penilaian indikator kinerja

1) Indikator kinerja yang termasuk dalam kriteria “Efisiensi”

(1) Tenaga kerja

Penentuan nilai indikator tenaga kerja dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 8 Nilai indikator tenaga kerja

Periode Tenaga Kerja yg. Digunakan (orang)

Tenaga Kerja yg. Ada (orang) Prosentase Tenaga Kerja (%) 2006 16 30 53,33 2007 16 30 53,33 2008 16 30 53,33 2009 16 30 53,33 2010 16 30 53,33 Rata-rata 53,33

Tenaga kerja yang ada di Dok Pembinaan UPT BTPI sebanyak 30 orang. Tenaga kerja tersebut terdiri dari 7 orang staf lapang tetap, 13 orang staf administrasi tetap, dan 10 orang staf lapang tidak tetap. Reparasi kapal dilakukan oleh staf lapang (tetap dan tidak tetap). Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk reparasi sebanyak 16 orang. Terdapat 1 orang yang tidak melakukan pekerjaan reparasi yaitu juru alur. Meskipun tidak terjun dalam proses reparasi kapal, namun juru alur termasuk ke dalam tenaga kerja langsung karena tugas juru alur yang berkaitan langsung dengan proses reparasi. Tugas juru alur yaitu untuk menentukan kapal yang dapat naik di atas galangan sesuai dengan standar ukuran alur yang dipakai dan kapasitas galangan serta bertanggung jawab penuh dalam mengatur kapal-kapal yang akan masuk maupun keluar galangan.

Berdasarkan rumus rasio indikator tenaga kerja:

Prosentase tenaga kerja yang digunakan di Dok Pembinaan UPT BTPI adalah 53,33 %. Hal tersebut dapat terjadi karena tenaga kerja yang ada di Dok Pembinaan UPT BTPI digunakan sama dari tahun 2006 sampai 2010 yaitu sebanyak 16 orang dari 30 orang tenaga kerja. Tenaga kerja yang tidak digunakan dalam kegiatan reparasi adalah 13 orang staf administrasi dan 1 orang staf lapang sebagai juru alur.

Pembagian tugas yang dilakukan oleh staf lapang tetap pada saat melakukan reparasi kapal adalah 1 orang sebagai juru alur, 1 orang mengoperasikan mesin

(3)

dan sisa 5 orang lainnya melakukan persiapan kapal naik dok di dalam air. Persiapan yang dilakukan adalah persiapan dudukan lunas dan bantalan untuk lunas agar kapal dapat berdiri dengan posisi mantap yang dilakukan mulai dari kapal berada di dalam air hingga kapal naik dok. Setelah kapal naik dok dan sudah dalam posisi yang mantap, mesin dimatikan. Tugas selanjutnya adalah melakukan penyekrapan, pembakaran teritip, pengecatan dan penurunan kapal ke dalam air setelah reparasi kapal selesai dilakukan.

Tugas-tugas yang dilakukan oleh staf lapang tidak tetap sebagian sama dengan yang dilakukan oleh staf lapang tetap. Perbedaannya adalah operasional mesin yang hanya dilakukan oleh staf lapang tetap (juru mesin), penaikan kapal ke dok, dan penurunan kapal dari dok. Selain itu, perbedaan lainnya adalah tugas tambahan yang hanya dilakukan oleh staf lapang tidak tetap. Tugas yang dimaksud seperti tenaga perbengkelan, listrik, dan pergantian kayu.

(2) Pemakaian mesin

Penentuan nilai indikator pemakaian mesin dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 9 Nilai indikator pemakaian mesin

Periode Jam Pemakaian Mesin (jam)

Jumlah Jam Tersedia (jam)

Prosentase Pemakaian Mesin (%) 2006 882 2.400 36,75 2007 624 2.400 26 2008 780 2.400 32,5 2009 840 2.400 35 2010 582 2.400 24,25 Rata-rata 30,9

Mesin yang digunakan adalah mesin winch yang berfungsi untuk menarik kapal pada saat kapal akan naik dok dan memberikan tahanan pada saat kapal turun dok setelah kapal selesai direparasi. Lama waktu mesin stand by untuk digunakan dalam satu hari sama dengan waktu kerja kantor UPT BTPI yaitu selama delapan jam dalam satu hari, sehingga dalam satu tahun, jumlah jam tersedia untuk pemakaian mesin adalah 2.400 jam dengan asumsi dalam satu tahun periode kerja adalah 300 hari.

Mesin digunakan hanya pada saat kapal naik dok dan turun dok. Lama waktu kapal naik dan turun dok masing-masing adalah tiga jam, sehingga lama operasional mesin untuk reparasi satu buah kapal adalah enam jam. Berdasarkan Tabel 10 di atas, dapat dilihat pada tahun 2006, jumlah kapal yang melakukan

(4)

reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI ada 147 kapal sehingga jam pemakaian mesin pada tahun tersebut adalah 147 kapal x 6 jam = 882 jam. Tahun 2007 ada 104 kapal, 130 kapal pada tahun 2008, 140 kapal pada tahun 2009, dan 97 kapal pada tahun 2010. Jam pemakaian mesin yang digunakan berturut-turut adalah 624, 780, 840, dan 582 jam. Tingkat utilitas Dok Pembinaan UPT BTPI dapat dikatakan masih rendah karena fasilitas dalam hal ini mesin winch tidak dioperasikan mendekati kapasitasnya.

Prosentase pemakaian mesin diperoleh dengan cara jam pemakaian mesin dibagi jumlah jam tersedia dikalikan 100 %. Hasil prosentase pemakaian mesin berturut-turut dari tahun 2006 sampai 2010 adalah 36,75 %; 26 %; 32,5 %; 35 %; dan 24,25 %. Tahun 2006 prosentase pemakaian mesin bernilai 36,75 %. Hal tersebut menandakan bahwa pada tahun 2006, mesin hanya digunakan 36,75 % dari jumlah jam pemakaian yang tersedia sebesar 2400 jam. Waktu pemakaian mesin yang terpakai pada tahun 2006 hanya 882 jam. Nilai prosentase pada tahun 2007 sampai 2010 juga menandakan hal yang sama. Jumlah kapal yang melakukan reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI pada tahun 2006 sampai 2010 dapat dilihat pada Tabel 10 dan Gambar 6.

Tabel 10 Jumlah kapal yang melakukan reparasi berdasarkan ukuran di Dok Pembinaan UPT BTPI.

Ukuran Kapal Tahun Jumlah

2006 2007 2008 2009 2010 1-10 GT 40 25 23 30 21 139 11-20 GT 18 9 18 14 10 69 21-30 GT 84 67 86 93 58 387 31-50 GT 4 2 3 1 5 15 >50 GT 1 1 0 2 3 7 Jumlah 147 104 130 140 97 618

(5)

Gambar 7 Fluktuasi produksi reparasi kapal tahun 2006 sampai 2010 di Dok Pembinaan UPT BTPI

Tahun 2007 dan 2010, jumlah kapal yang naik jauh lebih sedikit dibandingkan dengan tahun 2006, 2008, dan 2009 karena pada tahun 2007 bulan Oktober sampai Desember dilakukan perbaikan dan pembangunan slipway di galangan dan pada tahun 2010 bulan Oktober sampai Desember dilakukan peninggian dok galangan.

2) Indikator kinerja yang termasuk dalam kriteria “Efektivitas”

(1) Jam kerja aktual

Penentuan nilai indikator jam kerja aktual dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 11 Nilai indikator jam kerja aktual produksi

Periode Jam Kerja Aktual Produksi (jam)

Working Time (jam) Prosentase Jam Kerja

Aktual (%) 2006 1470 2.100 70 2007 1040 2.100 49,524 2008 1300 2.100 61,905 2009 1400 2.100 66,667 2010 970 2.100 46,19 Rata-rata 58,86 2006 2007 2008 2009 2010 Kapal Ukuran 1-10 GT 40 25 23 30 21 Kapal Ukuran 11-20 GT 18 9 18 14 10 Kapal Ukuran 21-30 GT 84 67 86 93 58 Kapal Ukuran 31-50 GT 4 2 3 1 5 Kapal Ukuran >50 GT 1 1 0 2 3 Jumlah total 147 104 130 140 97 0 20 40 60 80 100 120 140 160 Ju m lah K ap al

(6)

Jam kerja aktual produksi adalah jam kerja yang benar-benar digunakan oleh staf lapang di Dok Pembinaan UPT BTPI dalam operasional reparasi kapal. Jam kerja aktual produksi diperoleh dengan mengalikan jumlah kapal dengan jam yang digunakan oleh pekerja dalam mereparasi satu kapal. Waktu yang dibutuhkan oleh staf lapang tetap untuk mereparasi satu kapal adalah 10 jam dengan pembagian waktu yaitu: penaikan kapal ke atas dok selama 3 jam, penyekrapan selama 1 jam, pembakaran teritip selama 2 jam, pengecatan selama 1 jam, dan penurunan kapal dari dok ke dalam air setelah selesai dilakukan reparasi selama 3 jam.

Pengerjaan yang dilakukan oleh staf lapang tetap tersebut bukan keseluruhan pengerjaan pada proses reparasi kapal. Pengerjaan tersebut hanyalah tugas yang dilakukan oleh staf lapang tetap. Pengerjaan reparasi kapal lainnya dilakukan oleh staf lapang tidak tetap.

Working time adalah jam kerja yang sudah ditetapkan oleh perusahaan kepada staf lapang di Dok Pembinaan UPT BTPI. Working time staf lapang Dok Pembinaan UPT BTPI yaitu selama 7 jam dari pukul 09.00 sampai pukul 16.00 dalam satu hari dan dalam satu tahun periode kerja diasumsikan selama 300 hari, sehingga working time staf lapang di Dok Pembinaan UPT BTPI adalah 2.100 jam dalam periode satu tahun (300 hari). Prosentase jam kerja aktual Dok Pembinaan UPT BTPI diperoleh dengan cara jam kerja aktual produksi dibagi dengan working time dikalikan 100 %.

Berdasarkan tabel nilai indikator jam kerja aktual produksi di atas, jam kerja aktual produksi Dok Pembinaan UPT BTPI berturut-turut dari tahun 2006 sampai 2010 adalah 1470 jam dengan jumlah kapal yang direparasi sebanyak 147 kapal atau 70 % dari jam kerja sebesar 2.100 jam dalam satu tahun; 1.040 jam dengan jumlah kapal yang direparasi sebanyak 104 kapal atau 49,52 % dari jam kerja sebesar 2100 jam dalam satu tahun, 1300 jam dengan jumlah kapal yang direparasi sebanyak 130 kapal atau 61,91 % dari jam kerja sebesar 2100 jam dalam satu tahun, 1400 jam dengan jumlah kapal yang direparasi sebanyak 140 kapal atau 66,67 % dari jam kerja sebesar 2.100 jam dalam satu tahun, dan 970 jam dengan jumlah kapal yang direparasi sebanyak 97 kapal atau 46,19 % dari

(7)

jam kerja sebesar 2.100 jam dalam satu tahun. Jumlah kapal yang direparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI dapat dilihat pada Tabel 10.

(2) Jam kerja efektif

Penentuan nilai indikator jam kerja efektif dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 12 Nilai indikator jam kerja efektif

Periode Operating Time (jam) Working Time (jam) Prosentase Jam Kerja Efektif (%) 2006 1800 2.100 85,714 2007 1800 2.100 85,714 2008 1800 2.100 85,714 2009 1800 2.100 85,714 2010 1800 2.100 85,714 Rata-rata 85,714

Jam kerja efektif (operating time) adalah jam kerja yang baku yang harus dilaksanakan di luar jam istirahat makan siang selama satu jam. Apabila dalam satu hari, working time di Dok Pembinaan UPT BTPI adalah 7 jam, maka setelah dikurangi waktu istirahat makan siang yang sudah ditentukan oleh perusahaan selama 1 jam diperoleh operating time selama 6 jam dalam satu hari. Dengan asumsi yang sama yaitu periode bekerja dalam satu tahun diasumsikan selama 300 hari, maka operating time Dok Pembinaan UPT BTPI dalam satu tahun adalah 1.800 jam. Operating time dari tahun 2006 sampai 2010 nilainya sama sehingga prosentasenya pun bernilai sama yaitu sebesar 85,714 %. Prosentase jam kerja efektif diperoleh dengan cara operating time dibagi working time dikali 100 %.

3) Indikator kinerja yang termasuk dalam kriteria “Inferensial”

(1) Ketidakhadiran karyawan

Nilai indikator ketidakhadiran karyawan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 13 Nilai indikator jumlah ketidakhadiran

Periode Jumlah karyawan (orang)

Jumlah Karyawan Absen (hari) Prosentase Ketidakhadiran (%) 2006 20 80 1,33 2007 20 80 1,33 2008 20 80 1,33 2009 20 80 1,33 2010 20 80 1,33 Rata-rata 1,33

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa jumlah karyawan yang tersedia di Dok Pembinaan UPT BTPI sebanyak 20 orang dengan rincian 7 orang staf lapang dan 13 orang staf administrasi. Nilai jumlah karyawan absen pada Tabel 14 di atas bernilai sama yaitu 80 hari. Nilai tersebut adalah nilai gabungan

(8)

jumlah ketidakhadiran karyawan staf lapang dan karyawan staf administrasi. Data ketidakhadiran karyawan staf lapang diperoleh dengan cara wawancara langsung salah seorang pekerja lapangan dan pegawai kantor UPT BTPI. Hal tersebut dikarenakan Dok Pembinaan UPT BTPI tidak memiliki data tertulis terkait absen staf lapang. Sedangkan data ketidakhadiran karyawan staf administrasi diperoleh dari rekapitulasi absen, namun data yang ada hanya dari Januari 2010 sampai November 2011.

Berdasarkan hasil wawancara, untuk jumlah ketidakhadiran karyawan staf lapang diperoleh dari asumsi-asumsi. Ketidakhadiran karyawan diasumsikan dalam satu bulan rata-rata hanya satu orang yang absen dan hanya satu hari orang tersebut absen, sehingga diperoleh hasil jumlah ketidakhadiran karyawan sebesar 12 hari dalam satu tahun untuk staf lapang.

Nilai jumlah ketidakhadiran karyawan staf administrasi diperoleh dari rata-rata rekapitulasi data yang diperoleh yaitu Januari 2010 sampai November 2011. Penggunaan rata-rata dari rekapitulasi data dikarenakan data yang ada hanya data dari Januari 2010 sampai November 2011. Hal tersebut mengakibatkan nilai rata-rata dari rekapitulasi data tersebut dibutuhkan untuk dijadikan asumsi jumlah ketidakhadiran karyawan staf administrasi dalam satu tahun. Berdasarkan hasil rekapitulasi data, untuk jumlah ketidakhadiran karyawan staf administrasi adalah 68 hari dalam satu tahun. Dengan demikian, diperoleh hasil dalam satu tahun jumlah hari karyawan absen adalah 80 hari. Prosentase ketidakhadiran karyawan memiliki nilai sebesar 1,33 % diperoleh dengan cara:

5.2.2 Pencapaian awal dari indikator kinerja (skor 3)

Pencapaian setiap indikator kinerja pada saat matrik mulai dioperasionalkan dikategorikan ke dalam skor 3. Besarnya nilai pencapaian ini sama dengan rata-rata nilai pencapaian indikator-indikator kinerja (tenaga kerja, pemakaian mesin, jam kerja aktual produksi, jam kerja efektif, ketidakhadiran karyawan) pada periode pengukuran dalam hal ini periode lima tahun terakhir dari tahun 2006 sampai 2010. Nilai pencapaian awal (skor 3) dapat dilihat pada Tabel 14.

(9)

Tabel 14 Nilai pencapaian awal (skor 3)

Nomor Indikator Indikator Kinerja Satuan Nilai Awal

1 Tenaga Kerja % 53,33

2 Pemakaian Mesin % 30,90

3 Jam Kerja Aktual Produksi % 58, 86

4 Jam Kerja Efektif % 85,71

5 Jumlah Ketidakhadiran % 1,33

5.2.3 Target realistis dan terendah indikator kinerja (skor 10 dan 0)

Target realistis yang ditetapkan berkenaan dengan target yang ingin dicapai perusahaan di masa mendatang untuk tiap-tiap prespektif kinerja yang diukur. Target yang ingin dicapai tersebut akan ditempatkan dalam skala skor 10 untuk setiap indikator kinerja.

Target ditentukan oleh pihak manajemen perusahaan, karena pihak manajemen mengetahui keadaan perusahaan yang sebenarnya sehingga dapat menentukan kemajuan yang akan dicapai. Nilai target realistis ini diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner kepada pihak manajemen yang dapat dilihat pada Lampiran 8. Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner tersebut disebutkan bahwa untuk target realistis tertinggi yang ingin dicapai oleh perusahaan ditentukan berdasarkan target perusahaan yaitu dalam 3 slipway yang dimiliki mampu menampung masing-masing 2 kapal dan dalam satu bulan terjadi 4 kali frekuensi reparasi kapal dikalikan 12 bulan sehingga diperoleh target reparasi kapal dalam satu tahun sebanyak 288 kapal. Sementara itu, dilihat dari ketidakhadiran karyawan, diasumsikan bahwa dalam satu tahun, masing-masing karyawan hanya absen dua kali, sehingga jumlah ketidakhadiran karyawan dalam satu tahun adalah 40 hari absen. Berdasarkan hasil tersebut dapat diperoleh nilai tiap indikator kinerja yang diukur pada skor 10. Nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Nilai target realistis (skor 10)

Nomor Indikator Indikator Kinerja Satuan Nilai Awal

1 Tenaga Kerja % 100,00

2 Pemakaian Mesin % 72,00

3 Jam Kerja Aktual Produksi % 137,14

4 Jam Kerja Efektif % 85,71

(10)

Penetapan skor 0 juga dilakukan dengan wawancara dan kuesioner. Berdasarkan wawancara dan kuesioner tersebut, nilai target terendah perusahaan adalah jika dalam 3 slipway yang dimiliki oleh perusahaan masing-masing hanya memuat 1 kapal dan dalam satu bulan hanya terjadi 3 kali frekuensi reparasi kapal dikalikan 12 bulan sehingga diperoleh target reparasi kapal terendah dalam satu tahun sebanyak 108 kapal. Apabila dilihat dari ketidakhadiran karyawan, diasumsikan bahwa masing-masing karyawan menggunakan jatah cuti mereka dalam setahun yaitu 12 hari, sehingga dalam satu tahun jumlah ketidakhadiran adalah 240 hari. Berdasarkan hal tersebut, nilai yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Nilai terendah (skor 0)

Nomor Indikator Indikator Kinerja Satuan Nilai Awal

1 Tenaga Kerja % 70,00

2 Pemakaian Mesin % 27,00

3 Jam Kerja Aktual Produksi % 51,43

4 Jam Kerja Efektif % 78,57

5 Jumlah Ketidakhadiran % 4,00

5.2.4 Bobot indikator kinerja

Setiap indikator kinerja yang telah ditentukan memiliki pengaruh yang relatif berbeda terhadap peningkatan kinerja secara keseluruhan. Dibutuhkan suatu pembobotan untuk dapat mengetahui derajat kepentingan suatu indikator kinerja terhadap lainnya dalam menentukan kinerja perusahaan. Pembobotan dilakukan oleh pihak manajemen yang berkepentingan dengan kuesioner. Hasil kuesioner dihitung dengan matrik perbandingan berpasangan. Data matrik perbandingan berpasangan dapat dilihat pada Lampiran 9. Nilai pembobotan dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Nilai pembobotan

Nomor Indikator Indikator Kinerja Satuan Bobot

1 Tenaga Kerja % 21

2 Pemakaian Mesin % 14

3 Jam Kerja Aktual Produksi % 14

4 Jam Kerja Efektif % 21

(11)

5.2.5 Penyusunan tabel objective matrix (OMAX)

Pada langkah ini data yang telah diperoleh disusun dalam tabel objective matrix untuk dilakukan analisa. Berikut adalah tabel pengukuran produktivitas model objective matrix pada tahun 2006 sampai 2010:

Tabel 18 Matriks tahun 2006

Tabel 19 Matriks tahun 2007

Kriteria Inferensial

Rasio-Rasio Rasio 1 Rasio 2 Rasio 3 Rasio 4 Rasio 5

Nilai Aktual 53,33 36,75 70 85,714 1,33 100 72 137,143 85,714 0,67 10 Sangat Baik 93,33 66,12857 125,9593 85,714 0,76428571 9 86,67 60,25714 114,7756 85,714 0,85857143 8 80,00 54,38571 103,5919 85,714 0,95285714 7 73,33 48,51429 92,40814 85,714 1,04714286 6 66,66 42,64286 81,22443 85,714 1,14142857 5 60,00 36,77143 70,04071 85,714 1,23571429 4 53,33 30,9 58,857 85,714 1,33 3 Sedang 48,89 29,6 56,381 83,333 2,22 2 44,44 28,3 53,905 80,952 3,11 1 40 27 51,429 78,571 4 0 Sangat Buruk Skor Aktual 3 3 3 10 3 Bobot 21 14 14 21 30 Nilai Produktivitas 63 42 42 210 90

Keterangan Sedang Sedang Sedang Sangat Baik Sedang

Saat ini Periode Dasar Index

447 300 49

Saat ini Periode Sebelum Index

447 0 0 Efisiensi Efektivitas Target Skor Indikator Performansi Keterangan Buruk Baik Indikator Performansi Kriteria Inferensial

Rasio-Rasio Rasio 1 Rasio 2 Rasio 3 Rasio 4 Rasio 5

Nilai Aktual 53,33 26 49,52380952 85,714 1,33 100 72 137,143 85,714 0,67 10 Sangat Baik 93,33 66,12857143 125,9592857 85,714 0,76428571 9 86,67 60,25714286 114,7755714 85,714 0,85857143 8 80,00 54,38571429 103,5918571 85,714 0,95285714 7 73,33 48,51428571 92,40814286 85,714 1,04714286 6 66,66 42,64285714 81,22442857 85,714 1,14142857 5 60,00 36,77142857 70,04071429 85,714 1,23571429 4 53,33 30,9 58,857 85,714 1,33 3 Sedang 48,89 29,6 56,381 83,333 2,22 2 44,44 28,3 53,905 80,952 3,11 1 40 27 51,429 78,571 4 0 Sangat Buruk Skor Aktual 3 0 0 10 3 Bobot 21 14 14 21 30 Nilai Produktivitas 63 0 0 210 90

Keterangan Sedang Sangat Buruk Sangat Buruk Sangat Baik Sedang

Saat ini Periode Dasar Index

363 300 21

Saat ini Periode Sebelum Index

363 447 -18,791946 Efisiensi Efektivitas Skor Keterangan Indikator Performansi Target Baik Buruk Indikator Performansi

(12)

Tabel 20 Matriks tahun 2008

Tabel 21 Matriks tahun 2009

Kriteria Inferensial

Rasio-Rasio Rasio 1 Rasio 2 Rasio 3 Rasio 4 Rasio 5

Nilai Aktual 53,33 32,5 61,90476 85,714 1,33 100,00 72 137,143 85,714 0,67 10 Sangat Baik 93,33 66,12857 125,9593 85,714 0,76428571 9 86,67 60,25714 114,7756 85,714 0,85857143 8 80,00 54,38571 103,5919 85,714 0,95285714 7 73,33 48,51429 92,40814 85,714 1,04714286 6 66,66 42,64286 81,22443 85,714 1,14142857 5 60,00 36,77143 70,04071 85,714 1,23571429 4 53,33 30,9 58,857 85,714 1,33 3 Sedang 48,89 29,6 56,381 83,333 2,22 2 44,44 28,3 53,905 80,952 3,11 1 40,00 27 51,429 78,571 4 0 Sangat Buruk Skor Aktual 3 3 3 10 3 Bobot 21 14 14 21 30 Nilai Produktivitas 63 42 42 210 90

Keterangan Sedang Sedang Sedang Sangat Baik Sedang

Saat ini Periode Dasar Index

447 300 49

Saat ini Periode Dasar Index

447 363 23,1404959 Efisiensi Efektivitas Skor Keterangan Indikator Performansi Target Baik Buruk Indikator Performansi Kriteria Inferensial

Rasio-Rasio Rasio 1 Rasio 2 Rasio 3 Rasio 4 Rasio 5

Nilai Aktual 53,33 35 66,66667 85,714 1,33 100 72 137,143 85,714 0,67 10 Sangat Baik 93,3328571 66,12857 125,9593 85,714 0,76428571 9 86,6657143 60,25714 114,7756 85,714 0,85857143 8 79,9985714 54,38571 103,5919 85,714 0,95285714 7 73,3314286 48,51429 92,40814 85,714 1,04714286 6 66,6642857 42,64286 81,22443 85,714 1,14142857 5 59,9971429 36,77143 70,04071 85,714 1,23571429 4 53,33 30,9 58,857 85,714 1,33 3 Sedang 48,8866667 29,6 56,381 83,333 2,22 2 44,4433333 28,3 53,905 80,952 3,11 1 40 27 51,429 78,571 4 0 Sangat Buruk Skor Aktual 3 3 3 10 3 Bobot 21 14 14 21 30 Nilai Produktivitas 63 42 42 210 90

Keterangan Sedang Sedang Sedang Sangat Baik Sedang

Saat ini Periode Dasar Index

447 300 49

Saat ini Periode Dasar Index

447 447 0 Efisiensi Efektivitas Skor Keterangan Indikator Performansi Target Baik Buruk Indikator Performansi

(13)

Tabel 22 Matriks tahun 2010

Keterangan: 1) Rasio 1: rasio indikator pemakaian tenaga kerja 2) Rasio 2: rasio indikator pemakaian mesin 3) Rasio 3: rasio indikator jam kerja aktual 4) Rasio 4: rasio indikator jam kerja efektif

5) Rasio 5: rasio indikator jumlah ketidakhadiran karyawan

5.3 Tingkat Produktivitas Pada Aktivitas Reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI

Setelah dilakukan pengolahan data, langkah selanjutnya adalah melakukan analisa dan interpretasi terhadap hasil pengolahan data. Hal-hal yang akan dibahas meliputi analisa terhadap masing-masing indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran kinerja dengan menggunakan model OMAX, analisa terhadap indeks pencapaian kinerja tiap periode pengukuran, dan analisa keseluruhan nilai kinerja total pada unit produksi.

Analisa terhadap indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran kinerja Dok Pembinaan UPT BTPI dilakukan untuk memberikan gambaran tentang pencapaian hasil dari setiap indikator kinerja sehingga galangan, dalam hal ini pihak manajemen, dapat mengukur kinerja yang telah dilakukan dan selanjutnya melakukan tindakan-tindakan yang dianggap perlu dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerja galangan. Berikut ini akan dijelaskan

Kriteria Inferensial

Rasio-Rasio Rasio 1 Rasio 2 Rasio 3 Rasio 4 Rasio 5

Nilai Aktual 53,33 24,25 46,19047619 85,714 1,33 100 72 137,143 85,714 0,67 10 Sangat Baik 93,3328571 66,12857143 125,9592857 85,714 0,76428571 9 86,6657143 60,25714286 114,7755714 85,714 0,85857143 8 79,9985714 54,38571429 103,5918571 85,714 0,95285714 7 73,3314286 48,51428571 92,40814286 85,714 1,04714286 6 66,6642857 42,64285714 81,22442857 85,714 1,14142857 5 59,9971429 36,77142857 70,04071429 85,714 1,23571429 4 53,33 30,9 58,857 85,714 1,33 3 Sedang 48,8866667 29,6 56,381 83,333 2,22 2 44,4433333 28,3 53,905 80,952 3,11 1 40 27 51,429 78,571 4 0 Sangat Buruk Skor Aktual 3 0 0 10 3 Bobot 21 14 14 21 30 Nilai Produktivitas 63 0 0 210 90

Keterangan Sedang Sangat Buruk Sangat Buruk Sangat Baik Sedang Saat ini Periode Dasar Index

363 300 21

Saat ini Periode Dasar Index

363 447 -18,791946 Efisiensi Efektivitas Skor Keterangan Indikator Performansi Target Baik Buruk Indikator Performansi

(14)

hasil yang dicapai masing-masing indikator kinerja galangan untuk setiap periode pengukuran. Analisa ini dibuat berdasarkan hasil pengolahan data berupa tabel pengukuran kinerja di setiap periode pengukuran. Tabel hasil pengolahan dapat dilihat pada Tabel 19 sampai Tabel 23 di atas.

Nilai pencapaian untuk indikator tenaga kerja konstan pada skor 3 (tiga) dengan nilai sebesar 53,33 dengan bobot 21 %. Hal ini terjadi karena tenaga kerja yang digunakan dan tenaga kerja yang tersedia tidak mengalami perubahan. Berdasarkan hasil pengukuran 5 tahun menggunakan model OMAX tersebut tampak bahwa pencapaian kinerja untuk indikator tenaga kerja sudah cukup baik karena berada pada skor 3 (tiga) dan konstan selama 5 tahun. Jika dilihat berdasarkan pencapaian sasaran akhir (skor 10), indikator tenaga kerja ini perlu ditingkatkan dengan syarat seluruh tenaga kerja digunakan sepenuhnya untuk melakukan reparasi kapal. Hal tersebut dikarenakan perbedaan nilai yang cukup jauh antara pencapaian awal (skor 3) dengan pencapaian sasaran akhir (skor 10) dengan perbedaan mencapai 46,7 %.

Nilai pencapaian skor tertinggi untuk indikator kinerja pemakaian mesin dicapai pada tahun 2006 dengan skor 3 dan nilai sebesar 36,75. Nilai indikator yang memiliki bobot 14 % tersebut lebih besar dari nilai pada tahun lainnya meskipun pada tahun 2008 dan 2009 mencapai skor yang sama yaitu skor 3 namun memiliki nilai lebih kecil yaitu 32,2 dan 35. Hal tersebut dapat terjadi karena pada tahun 2006 terjadi produksi yang lebih banyak daripada tahun-tahun lainnya sehingga pemakaian mesin juga lebih besar daripada tahun yang lainnya.

Nilai indikator terendah dicapai pada tahun 2007 dan 2010 yaitu pada skor 0 dengan nilai masing-masing sebesar 26 dan 24,25. Penurunan yang terjadi pada tahun 2007 dan 2010 dari tahun sebelumnya dikarenakan pada tahun 2007 terjadi perbaikan dan pembangunan slipway pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember, sedangkan pada tahun 2010 terjadi peninggian dok galangan dari bulan Oktober sampai bulan Desember. Hal tersebut mengakibatkan pada tahun 2007 dan 2010 terjadi pemangkasan periode produksi menjadi 9 bulan dari 12 bulan. Pemangkasan periode produksi tersebut mengakibatkan produksi galangan juga menurun sehingga pemakaian mesin juga menurun.

(15)

Nilai pencapaian skor tertinggi untuk indikator kinerja jam kerja aktual produksi dicapai pada tahun pada skor 3 dengan nilai 70. Nilai indikator yang memiliki bobot 14 % tersebut lebih besar daripada nilai pada tahun yang lainnya meskipun pada tahun 2008 dan 2009 mencapai skor yang sama yaitu skor 3 dengan nilai masing-masing 61,9 dan 66,67. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya pengurangan pemakaian waktu setup produksi pada tahun 2007 sampai 2010 dibandingkan dengan waktu setup produksi pada tahun 2006. Nilai indikator terendah pada tahun 2007 dan 2010 yaitu pada skor 0 dengan nilai masing-masing sebesar 49,52 dan 46,19. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, penurunan terjadi karena pada tahun 2007 dan 2010 periode produksi hanya 9 bulan.

Berdasarkan hasil pengukuran selama 5 tahun tampak bahwa kinerja untuk indikator jam kerja aktual produksi masih sangat rendah dan perlu diberi perhatian untuk lebih ditingkatkan karena nilai indikator tersebut masih jauh dibawah target realistis yang telah ditetapkan yang terdapat pada skor 10 yaitu sebesar 137,14. Solusi yang dapat digunakan agar target realistis dapat dicapai adalah dengan penambahan jumlah tenaga kerja langsung sehingga waktu yang digunakan untuk melakukan reparasi kapal sesuai dengan target realistis jumlah kapal yang direparasi lebih cepat terselesaikan.

Nilai pencapaian untuk indikator kinerja jam kerja efektif konstan pada skor 10 (sepuluh) dengan nilai sebesar 85,71 dengan bobot 21 %. Hal ini terjadi karena jam kerja efektif (operating time) yang digunakan dan jam kerja yang ditetapkan tidak mengalami perubahan. Berdasarkan hasil pengukuran 5 tahun tersebut tampak bahwa pencapaian kinerja untuk indikator jam kerja efektif sudah sangat baik.

Nilai pencapaian untuk indikator kinerja ketidakhadiran karyawan konstan pada skor 3 (tiga) dengan nilai sebesar 1,33 dengan bobot 30 %. Hal ini terjadi karena jumlah ketidakhadiran karyawan dengan jumlah karyawan tidak mengalami perubahan. Berdasarkan hasil pengukuran 5 tahun tersebut tampak bahwa pencapaian kinerja untuk indikator ketidakhadiran karyawan cukup baik (sedang). Indikator jumlah ketidakhadiran karyawan pada kasus ini sulit untuk ditingkatkan. Hal tersebut dikarenakan ketidakhadiran karyawan yang terjadi di Dok Pembinaan UPT BTPI masih termasuk dalam penggunaan jatah cuti dalam

(16)

satu tahun, yaitu masing-masing karyawan mendapatkan hak jatah cuti selama 12 hari dalam satu tahun. Nilai jumlah ketidakhadiran karyawan di Dok Pembinaan UPT BTPI yang didapat bernilai 80 hari dalam satu tahun, sedangkan jika karyawan menggunakan seluruh jatah cutinya dalam satu tahun maka nilai jumlah ketidakhadiran karyawan bernilai sebesar 240 hari.

Selain itu, perolehan data jumlah ketidakhadiran karyawan pada kasus ini diperoleh berdasarkan asumsi-asumsi dan rekapitulasi data dua tahun terakhir yang dirata-ratakan. Hal tersebut terjadi karena tidak terdapatnya data tertulis jumlah ketidakhadiran karyawan staf lapang, sedangkan data jumlah ketidakhadiran karyawan staf administrasi hanya ada dari Januari 2010 sampai November 2011.

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja selama 5 (lima) periode dengan menggunakan model Objective Matrix (OMAX) dapat dibuat tabel pencapaian kinerja total dan tabel prosentase peningkatan kriteria sebagai berikut:

Tabel 23 Pencapaian kinerja total dengan menggunakan periode dasar dan periode sebelum

No Periode Pencapaian Kinerja Total Indeks berdasarkan periode dasar (%)

Indeks berdasarkan periode sebelum (%) Sekarang Dasar Sebelum

1 2006 447 300 0 49 0

2 2007 363 300 447 21 -18,79

3 2008 447 300 363 49 23,14

4 2009 447 300 447 49 0

5 2010 363 300 447 21 -18,79

Berdasarkan Tabel 23 di atas tampak bahwa Dok Pembinaan UPT BTPI mencapai nilai kinerja total tertinggi berdasarkan periode dasar terjadi pada tahun 2006, 2008 dan 2009, dimana peningkatan kinerja yang berhasil dicapai lebih tinggi dibandingkan dengan periode-periode yang lainnya. Pada tahun 2006, 2008 dan 2009 mencatat nilai indeks sebesar 49 %. Hal tersebut dapat terjadi karena jumlah produksi reparasi kapal yang terjadi pada tahun 2006, 2008 dan 2009 lebih besar daripada jumlah produksi yang terjadi pada tahun 2007 dan 2010.

Nilai kinerja total tertinggi berdasarkan periode sebelum terjadi pada tahun 2008, dimana peningkatan kinerja yang berhasil dicapai dibandingkan periode sebelumnya sangat tinggi dibandingkan dengan peningkatan kinerja yang terjadi pada tahun-tahun yang lain. Pada tahun 2008 mencatat nilai indeks sebesar 23,14 % jauh meningkat dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2007 yang mencatat indeks sebesar -18,79 %. Hal tersebut terjadi karena pada tahun 2008 terjadi

(17)

peningkatan jumlah produksi yang sangat signifikan dari tahun 2007, dimana pada tahun 2008 jumlah produksi reparasi kapal yang terjadi di Dok Pembinaan UPT BTPI mencapai angka 130 kapal sedangkan pada tahun 2007 sebesar 104 kapal. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa pada tahun 2007 terjadi perbaikan slipway sehingga bulan produksi dalam satu tahun pada tahun 2007 hanya sembilan bulan.

Perbedaan hasil yang ditunjukkan pada Tabel 24 di atas karena pada nilai indeks terhadap periode dasar menunjukkan peningkatan kinerja yang terjadi dilihat dari jumlah produksi reparasi kapal yang dilakukan oleh Dok Pembinaan UPT BTPI pada masing-masing periode. Periode yang digunakan sebagai pembanding pada pencarian indeks menggunakan periode dasar yaitu 300. Lain halnya dengan nilai indeks terhadap periode sebelum menunjukkan peningkatan kinerja yang dilihat adalah peningkatan jumlah produksi reparasi antara tahun yang ditentukan dengan tahun sebelumnya, sehingga periode yang digunakan sebagai pembanding untuk mencari indeks menggunakan periode sebelumnya (tahun sebelumnya).

Secara keseluruhan, kinerja yang dihasilkan oleh Dok Pembinaan UPT BTPI sudah tergolong cukup baik karena pada setiap periode pengukuran banyak indikator kinerja yang pencapaian nilainya stabil pada skor 3 bahkan ada yang stabil pada skor 10. Skor 3 merupakan skala nilai rata-rata dari seluruh periode pengukuran. Meskipun terdapat beberapa indikator kinerja yang pencapaian nilainya berada di bawah skor 3, bahkan mencapai skor 0 yaitu pada tahun 2007 dan 2010. Hal tersebut dikarenakan faktor perbaikan dan perawatan sarana dan prasarana Dok Pembinaan UPT BTPI.

Tentunya diharapkan pencapaian kinerja untuk semua indikator dapat melebihi nilai rata-rata pengukuran karena hal itu menunjukkan adanya perbaikan atau peningkatan kerja yang lebih baik. Namun kecenderungan yang terjadi pada sebagian besar nilai indikator-indikator kinerja yang diukur setiap periode ini ada yang stabil dan ada juga yang fluktuatif, dimana tingkat perubahan nilai indikator antara satu periode dengan periode berikutnya bisa meningkat ataupun menurun secara tajam. Hal ini menunjukkan suatu indikasi bahwa upaya perusahaan untuk melakukan perbaikan kinerja masih belum menunjukkan hasil yang lebih baik.

(18)

Adapun indikator-indikator yang memiliki nilai tergolong rendah (tidak pernah melebihi skor 3) antara lain pemakaian mesin dan jam kerja aktual. Bahkan, indikator-indikator tersebut ada yang berubah secara menurun pada tahun 2007 dan 2010 hingga mencapai skor 0.

5.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Langkah Awal yang Dilakukan Dalam Upaya Peningkatan Produktivitas Pada Aktivitas Reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produktivitas pada aktivitas reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI menggunakan model OMAX berturut-turut dari yang paling berpengaruh adalah jumlah ketidakhadiran karyawan, tenaga kerja, jam kerja efektif, pemakaian mesin, dan jam kerja aktual. Tingkat pengaruhnya ditentukan berdasarkan bobot kepentingan masing-masing indikator. Jumlah ketidakhadiran karyawan memiliki bobot kepentingan sebesar 30 %, tenaga kerja sebesar 21 %, jam kerja efektif sebesar 21 %, pemakaian mesin sebesar 14 %, dan jam kerja aktual sebesar 14 %.

Jumlah ketidakhadiran karyawan memiliki bobot paling tinggi dikarenakan karyawan lapang yang dimiliki oleh Dok Pembinaan UPT BTPI hanya ada tujuh orang dan masing-masing orang sudah memiliki tugasnya sendiri yang tidak bisa digantikan oleh orang lain. Hal tersebut mengakibatkan jika ada satu orang yang tidak hadir, maka tugas orang yang tidak hadir tersebut tidak dapat berjalan yang mengakibatkan kegiatan reparasi kapal tertunda.

Tenaga kerja yang terdapat di Dok Pembinaan UPT BTPI terdiri dari dua bagian yaitu tenaga kerja lapang dan tenaga kerja administrasi. Jumlah tenaga kerja lapang yang ada di Dok Pembinaan UPT BTPI lebih sedikit dibanding jumlah tenaga kerja administrasi. Tenaga kerja lapang terdiri dari tujuh orang, sedangkan tenaga kerja administrasi terdiri dari 13 orang. Jumlah tenaga kerja lapang yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja administrasi tersebut mengakibatkan kurang efisiennya kegiatan reparasi kapal di Dok Pembinaan UPT BTPI.

Jam kerja efektif antara tenaga kerja lapang dan administrasi di Dok Pembinaan UPT BTPI berbeda. Jam kerja efektif untuk tenaga kerja administrasi lebih lama dibanding tenaga kerja administrasi. Jam kerja efektif tenaga kerja

(19)

administrasi adalah tujuh jam, sedangkan jam kerja efektif untuk tenaga kerja lapang adalah enam jam. Perbedaan jam kerja efektif tersebut juga mengakibatkan kegiatan reparasi kapal jadi kurang efektif.

Pemakaian mesin dan jam kerja aktual memiliki bobot kepentingan yang lebih kecil dibanding dengan indikator lainnya dikarenakan pengaruh kedua indikator ini juga tergantung dari indikator yang lain seperti tenaga kerja dan jumlah ketidakhadiran karyawan. Pemakaian mesin tergantung dari jumlah kapal yang direparasi dan kehadiran karyawan. Semakin banyak kapal yang direparasi dan semakin sering kehadiran karyawan khususnya karyawan yang bertanggung jawab terhadap pengoperasian mesin maka pemakaian mesin di Dok Pembinaan UPT BTPI akan semakin efisien dan kegiatan reparasi kapal di Dok Pembinaan UPT BTPI juga akan efisien.

Jam kerja aktual di Dok Pembinaan UPT BTPI juga tergantung dari indikator yang lainnya seperti jumlah kapal yang direparasi, tenaga kerja dan kehadiran karyawan. Semakin banyak kapal yang direparasi, semakin banyak tenaga kerja yang terlibat dan semakin sedikit ketidakhadiran karyawan maka jam kerja aktual di Dok Pembinaan UPT BTPI akan lebih efektif. Hal tersebut mengakibatkan perbandingan antara working time dan jam kerja aktual akan semakin sedikit.

Berdasarkan hal tersebut, maka langkah awal yang harus dilakukan dalam upaya peningkatan produktivitas pada aktivitas reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI adalah dengan memperhatikan nilai indikator yang memiliki bobot tertinggi yaitu jumlah ketidakhadiran karyawan dengan bobot kepentingan sebesar 30 %. Indikator ini mampu mencapai skor 3 bahkan secara stabil selama lima tahun berada di skor 3 dengan derajat kepentingan yang cukup tinggi dibandingkan dengan indikator lainnya. Langkah awal yang dapat dilakukan contohnya adalah memberikan pelatihan kepada seluruh karyawan lapang terkait kegiatan reparasi. Pelatihan yang diberikan bertujuan agar seluruh karyawan lapang yang ada di Dok Pembinaan UPT BTPI dapat saling mengisi dalam melakukan tugas reparasi yang ada sehingga jika terjadi absen pada satu atau beberapa orang karyawan tidak akan menyebabkan kegiatan reparasi tertunda.

(20)

Pencapaian kinerja keseluruhan dari Dok Pembinaan UPT BTPI dapat ditingkatkan bila pihak galangan memiliki komitmen untuk terus melakukan perbaikan pada indikator-indikator yang pencapaiannya masih rendah dan memperhatikan nilai indikator yang memiliki bobot cukup besar serta mempertahankan indikator yang pencapaiannya hampir atau sudah memenuhi target realistis yang ditentukan. Hasil pengukuran kinerja yang dilakukan selama 5 (lima) periode ini dapat memberikan gambaran tentang nilai pencapaian kinerja perusahaan yang sebenarnya sesuai dengan data yang dimiliki galangan.

Gambar

Tabel 8 Nilai indikator tenaga kerja
Tabel 9 Nilai indikator pemakaian mesin
Tabel 10  Jumlah  kapal  yang  melakukan  reparasi  berdasarkan  ukuran  di  Dok   Pembinaan UPT BTPI
Gambar 7  Fluktuasi  produksi  reparasi  kapal  tahun  2006  sampai  2010  di  Dok  Pembinaan UPT BTPI
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perdebatan tentang subtype berpusat pada unipolar (hanya episode mania atau hanya episode depresi) dan bipolar (dimana pada seorang didapatkan kedua episode mania

lJ.Ela5i manaiswa UT, terdapat perbedaan yang signifikan antara mahasiswa yang baru masuk dengan yang telah lulus progr<IIJ D II c1a13m; jarak. rlDah, waktu

Pihak Pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti

Salah satu permasalahan yang ada di Desa Argosari adalah sumber mata air yang jauh dari wilayah penduduk, dan tidak adanya sistem distribusi perpipaan yang baik untuk

Fenomena bergugurannya orang dari jalan dakwah ini tentunya adalah hal yang mesti kita hindari karena hanya akan menimbulkan kerugian bagi kita.. Abu Lubabah yang sempat

The  consultant  will  work  with  DJPK  staff  in  developing  procedures  and  databases  (joint  development).  This  collaboration  is  necessary  condition 

Di FKIP khususnya, dan lebih luas lagi di Universitas Ahmad Dahlan, sistem layanan legalisasi ijazah dan tanskrip akademik masih bersifat konvensional, yaitu

Apabila lingkungan kerja memungkinkan, maka para karyawan akan menjadikan tempat kerja sebagai suatu lingkungan yang menyenangkan dalam melaksanakan aktivitas