• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Lahan di Pedesaan dan Perkota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penggunaan Lahan di Pedesaan dan Perkota"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

“Penggunaan Lahan di Pedesaan dan

Perkotaan”

Mata Kuliah: Tata Guna Lahan

Dosen: Ir. Sonny Tilaar M.si

Destela Haurissa (13021105016)

Universitas Sam Ratulangi

Fakultas Teknik

Jurusan Arsitektur

(2)

A. Pengertian Tanah

Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar permukaan planet bumi yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula. Tanah merupakan komponen penting dan utama bagi daya dukung suatu lahan (kemampuan lahan) terhadap pemanfaatannya oleh berbagai manusia.

Indonesia merupakan negara agraris karenasebagian besar penduduknya bekerja disektor pertanian. Oleh karena itu, tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang aktifitas masyarakat di bidang pertanian. Kondisi tanah harus tetap dijaga dan dipelihara tingkat kesuburannya.

B.

Pengertian Lahan

Sejak tahun 1970, istilah lahan mulai banyak digunakan. Menurut FAO, lahan diartikan sebagai tempat di permukaan bumi yang sifat-sifatnya layak disebut seimbang dan saling berkaitan satu sama lain, memiliki atribut mulai dari biosfer atmosfer, batuan induk, bentuk-bentuk lahan, tanah dan ekologinya, hidrologi, tumbuh-tumbuhan, hewan dan hasil dari aktivitas manusia pada masa lalu dan sekarang yang menegaskan bahwa variabel itu berpengaruh nyata pada penggunaan manusia saat ini dan akan datang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) istilah lahan bararti tanah terbuka, tanah garapan.Lahan diartikan sebagai suatu tempat terbuka di permukaan bumi yang dimanfaatkan oleh manusia, misalnya untuk lahan pertanian, untuk membangun rumah, dan lain-lain.

Pemahaman tentang tipe-tipe tanah yang penting bagi pemanfaatan dan daya guna lahan.Tidak semua tipe tanah bisa dipakai untuk lahan pertanian, untuk membangun rumah, berdirinya pabrik, atau alas jalan.Setiap tanah memiliki karakteristiknya sendiri yang memberi pengaruh pada terbatasnya daya guna lahan di atas tanah itu.Sebelum pemanfaatan lahan di atas tanah, harus melakukan survey tanah terlebih dahulu.

(3)

dalam kehidupan manusia, tumbuhan, dan makhluk lainnya. Manusia selalu berusaha memiliki dan menguasai lahan, yang ikut menentukan status sosialnya.Kebutuhan hidup manusia yang beragam, penguasaan teknologi, kondisi sosial budaya, dan ekonomi masyarakat yang berbeda merupakan faktor yang menentukan dalam penggunaan lahan.Pengelolaan lahan merupakan upaya yang dilakukan manusia dalam pemanfaatan lahan sehingga produktivitas lahan tetap tinggi secara berkelanjutan (jangka panjang).

Penggunaan sumber daya lahan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok manfaat dan peranan, yaitu (M. Ardi, dkk : 274) :

a. Lahan digunakan untuk tempat tinggal, berusaha, bercocok tanam, dan tambak ikan. b. Lahan sebagai kawasan hutan yang menopang kehidupan vegetasi satwa liar.

c. Lahan sebagai daerah pertambangan yang bermanfaat bagi manusia.

Besarnya manfaat dan pentingnya peran lahan menyebabkan sering terjadi konflik kepentingan dalam penggunaannya.Namun, bagaimana manusia dapat memanfaatkan dengan baik sumber daya tanah berupa lahan secara seimbang sesuai dengan potensi dan kebutuhannya

Pada lahan-lahan dalam satuan persil, pengunaan lahan oleh masyarakat terkait dengn adanya hak atas lahan tersebut. Dalam Undang-Undang Pokok Agraria disebutkan beberapa jenis hak yang berlaku atas suatu lahan. Hak-hak atas lahan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

7. hak memungut hasil hutan. (pasal 16 UUPA tahun 1960 dalam Boedi Harsono, 1981). Batas-batas maksimal atau minimal penguasaan lahan tidak sama pada satu wilayah dengan wilayah lainnya. Penentuan batas-batas maksimal dan minimal ini tergantung pada tingkat kepadatan penduduk, lokasi daerah, dan kepentingan daerah yang ditetapkan oleh pemerintah setempat.

(4)

pemanfaatan ruang antara berbagai macam kegiatan yang dapat menghambat kelancaran kegiatan itu. Hak guna usaha, misalnya kegiatan pertanian dapat terjadi tumpang tindih dengan kegiatan pertambangan berdasarkan hak kuasa pertambangan (daud, 2001).

Dinamika pengunaan lahan sesuai dengan nilai kegiatan ekonomi pada suatu saat, seperti dari hutan ke perladangan, dari perladangan ke perkebunan, dari perkebunan ke persawahan, dari persawahan ke perumahan dan seterusnya (brahmana, 2002). Lahan memiliki nilai ekonomis yang dipengaruhi oleh lingkungan pada lokasi lahan tersebut. Pada daerah perkotaan nilai ekonomis lahan dikaitkan dengan kemudahan aksesibilitas mencapai lahan tersebut. Dengan demikian lahan-lahan yang berada pada tepi jalan akan memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan lahan-lahan yang berada jauh dari jalan. Faktor lain adalah jauh dekatnya lahan dengan pusat-pusat kegiatan seperti pusat pemerintahan, pasar, sekolah, dan sarana kesehatan. Pada daerah pedesaan, factor utama penentu nilai ekonomis lahan adalah tingkat kesuburan tanah pada lahan tersebut. Dengan demikian nilai lahan dapat bernilai rendah bila kesuburannya rendah, tetapi dapat pula menjadi tinggi apabila letaknya strategis untuk maksud-maksud ekonomi non pertanian (hadi sabari yunus, 2001).

Pemilihan penggunaan lahan oleh pemilik lahan sering dipengaruhi oleh nilai ekonomis lahan tersebut. Lahan yang memiliki nilai ekonomis tinggi cenderung akan digunakan untuk berbagai penggunaan yang berkaitan dengan kegiatan ekonomis seperti perdagangan dan jasa. Sedangkan lahan yang memiliki nilai ekonomis rendah cenderung akan digunakan sebagai lahan permukiman.

(5)

C. Karakteristik Lahan di Perkotaan dan Pedesaan

1. Penggunaan Lahan Pekotaan

Tingginya pertumbuhan penduduk Indonesia di daerah perkotaan, dalam kurun waktu tahun 1990 - 2000, menyebabkan jumlah penduduk perkotaan berkembang ± 10 kali lipat, yaitu dari 5,3 juta hinga mencapai 50 juta jiwa. Pada tingkat tertentu kota tidak mampu lagi menampung beban penduduk yang besar. Gejala urban sprawl dan konurbasi merupakan akibat dari tingginya pertumbuhan penduduk kota. Dalam kurun waktu tahun 1990 - 2000 luas wilayah perkotaan di Indonesia telah bertambah seluas 700.000 hektar. Akibatnya tentu berpengaruh pada daerah nonperkotaan Pada periode tahun 1990 - 2000, luas lahan pertanian di Pulau Jawa berkurang sebesar 5 persen.

Kegiatan ekonomi yang menggunakan lahan perkotaan

a. Industri

1) Industri berhaluan bahan (bahan mentah harus diperhitungkan secara khusus) berlokasi ditempat terdapatnya bahan mentah tersebut.

2) Di tempat pemasaran

3) Industri berhaluan pekerja, berlokasi ditempat tenaga kerja yaitu pengerjaan bahan industri yang memerlukan keahlian khusus seperti membatik, membordir

b. Jasa

Jasa yang menggunakan lahan kota adalah jalan, terminal, rel kereta api, stasiun dan sebagainya

4) Pada beberapa kasus, sector informal dan formal berhimpitan

5) Keberadaanya bukan merupakan indikasi atas ketertinggalan perkembangan ekonomi

Issue-issue Masalah Tanah Perkotan

1. Akses terhadap lahan rendah

 Pertanyaan: siapa yang mengendalikan tanah? Sangat penting untuk dicermati.

(6)

 Furtado (1970) mencatat proporsi kepemilikan lahan oleh Latifundios adalah 82% di Peru, 81% di Chile, dan 60% di Brazil.

 Di Asia sistem kepemilikan tanah (landownerships) biasanya merupakan warisan kolonial.

 Sistem kolonial umumnya mendorong “private property ownership” melalui peraturan atau hukum yang legal.

 Peraturan ini membuat sistem lahan agrarian yang diatur oleh komunitaas/adat menjadi berubah. Ditmbah lagi dengan emakin meningkatnya jumlah populasi dan berkembangnya kegiatan ekonomi.

 Di Afrika, tanah biasanya dikuasai oleh kelompok bukan indivisual misalnya suku tertentu.

 Peraturan di kelompok ini biasanya menetapkan bahwa tanah tidak boleh dijual tetapi diusahakan untuk menunjang kesejahteraan anggota kelompok.

2. Tanah tidak mendukung kebutuhan perumahan

 Banyak negara berkembang memiliki luas wilayah yang sangat besar dibanding jumlah penduduknya, tetapi sebagian besar penduduknya tidak memiliki tanah dan rumah.

 Hal ini terjadi karena sistem monopoli dan harga tanah sangat cepat berubah akibat kebutuhan/demand.

2. Penggunaan Lahan Pedesaan

Menurut UU Nomer 5 tahun 1979, Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum, yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah, langsung di bawah camat dan berhak

menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan menurut C.S Kansil, Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerntahan terendah langsung dibawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia

(7)

Berikut adalah beberapa ciri lahan di pedesaan:

a. Perbandingan tanah dan manusia (mand land ratio) biasanya besar b. Lapangan kerja agraris

c. Hubungan penduduk yang akrab

d. Sifat yang cenderung mengikuti tradisi

Pemanfaatan lahan di desa dibedakan atas dua fungsi, yaitu:

1. Fungsi sosial adalah untuk perkampungan desa.

2. Fungsi ekonomi adalah dimanfaatkan untuk aktivitas ekonomi seperti , sawah, perkebunan, pertanian dan peternakan

Pola tata ruang desa pada umumnya sangat sederhana, letak rumah di kelilingi pekarangan cukup luas, jarak antara rumah satu dengan lain cukup longgar, setiap rumah mempunyai halaman, sawah dan ladang di luar perkampungan.

Pada desa yang sudah berkembang pola tata guna lahan lebih teratur, yaitu adanya perusahaan yang biasa mengolah sumberdaya desa, terdapat pasar tradisional, tempat ibadah rapi, sarana dan prasarana pendidikan serta balai kesehatan. Semakin maju daerah pedesaan, bentuk penataan ruang semakin teratur dan tertata dengan baik.

Perkampungan atau permukiman di perdesaan di Indonesia umumnya merupakan permukiman memusat (agglomerated rural settlement) berupa dukuh atau dusun dengan jumlah rumah bervariasi. Di sekitar desa terdapat lahan pertanian, perikanan, peternakan, hutan, pertambangan, dll yang merupakan tempat penduduk mencari nafkah sehari-hari. Perkampungan tradisional Indonesia yang mengelompok berbeda dengan corak

perkampungan di Eropa Barat, AS, Kanda, dll yang jarak antar rumah relatif jauh dan terpencar (disseminated rural settlement).

Perencanaan Tata Guna Lahan Pedesaan

(8)

pemanfaatan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, kebutuhan akan sarana dan prasarana pedesaan serta unsur-unsur kelembagaan masyarakat.

Nasution A.I. (2008) berpendapat bahwa masyarakat memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai wilayahnya sendiri sehingga keterlibatan masyarakat sangat diperlukan. Salah satu kegiatan dalam perencanaan TGL adalah tracking dan mapping. Dalam hal ini masyarakat memiliki kemampuan untuk membuat peta yang lengap dan akurat mengenai sejarah desa, aturan penggunaan lahan, analisa kecenderungan, kalender musim, masalah kesehatan lingkungan dan sudah tentu harapan-harapan masyarakat yang bersangkutan di masa yang akan datang.

Secara umum permasalahan dalam pengembangan sumber daya lahan di kawasan perdesaan adalah:

1. Rendahnya produktifitas lahan di daerah lahan kering yang rawan terhadap kekeringan di kawasan perdesaan.

2. Tingginya pengaruh negatif penurunan produktifitas lahan di kawasan perdesaan.

3. Semakin rendahnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan terutama di daerah lahan kering.

D.

Perbedaan Lahan di Perkotaan dan Pedesaan

(9)

sebagai pusat kegiatan perekonomian. Sementara itu Jones (1966:1-6) menjelaskan bahwa sesuai dengan fungsi dan golongan-golongan yang utama dalam masyarakat, kota dapat dibedakan atas beberapa tipe, antara lain kota dagang, kota keagamaan, dan kota pemerintah.

Terdapat beberapa perbedaan bentuk dan cara penggunaan lahan di pedesaan dan perkotaan.

a. Ciri-ciri lahan pedesaan sebagai berikut. 1) Areal lahan cukup luas.

2) Lahan masih bersifat alami.

3) Lahan belum banyak dikemas dengan teknologi.

4) Penggunaan lahan pedesaan, antara lain untuk perkebunan, peternakan, perhutanan, tempat wisata alam, dan perikanan.

b. Ciri-ciri lahan perkotaan sebagai berikut. 1) Areal lahan perkotaan relatif sempit. 2) Lahan sudah banyak diubah.

3) Lahan sudah dikemas dengan kemajuan teknologi.Penggunaan lahan perkotaan, antara lain untuk permukiman, perkantoran, perdagangan, industri, dan jasa.

Penggunaan lahan di daerah pedesaan relatif berbeda dengan di daerah perkotaan. Di daerah pedesaan, penggunaan lahan yang dominan adalah pertanian, sedangkan di perkotaan non pertanian seperti permukiman, industri, pertokoan dan lain-lain. Struktur ruang di pedesaan secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu ruang yang berfungsi sosial dan ruang yang berfungsi ekonomi. Ruang yang berfungsi sosial berada pada wilayah permukiman. Pada wilayah tersebut, terjadi interaksi antara anggota keluarga dan masyarakat. Ruang yang berfungsi ekonomi berada pada wilayah pertanian. Pada wilayah ini, penduduk mengolah lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri maupun dijual ke daerah lainnya. Perbandingan luas penggunaan lahan untuk pertanian dan perkampungan tentunya berbeda antara satu desa dengan desa lainnya. Semakin maju atau semakin berkembang suatu desa, semakin berkurang luas lahan pertanian dan semakin bertambah luas lahan permukimannya. Hal ini terjadi karena adanya alih fungsi lahan dari lahan pertanian ke permukiman akibat bertambahnya jumlah penduduk. Jika ruang untuk non-pertanian lebih besar dibanding pertanian, maka struktur ruang desa berubah menjadi struktur ruang kota.

(10)

bekerja pada satuan luas tanah tersebut relatif sedikit, sehingga penduduk di wilayah pedesaan umumnya jarang. Penggunaan tanah di permukiman di pedesaan umumnya jarang. Penggunaan tanah di permukiman pedesaan dilakukan dengan hati-hati dan secara terbatas dengan memperhatikan aturan konservasi dalam segala kegiatan sosial ekonomi. Tanah di wilayah perkotaan, di samping untuk perumahan, umumnya digunakan bagi industri dan jasa (kegiatan produksi fasilitatif) yang dalam tiap satuan kegiatan hanya memerlukan tanah yang

relatif kecil dan jumlah orang yang bekerja pada satuan luas tanah itu banyak; penggunaan tanah yang intensif.

Satu hal yang khas bagi suatu kota ialah bahwa kota itu umumnya mandiri atau serba lengkap (self contained), yang berarti penduduk kota bukan hanya bertempat tinggal saja di dalam kota itu, tetapi bekerja mencari nafkah di dalam kota itu dan berekreasipun dilakukan di dalam kota itu. Keadaan ini sangat berlainan dengan keadaan di dalam kampung di wilayah pedesaan, di mana penduduk umumnya harus pergi ke luar kampung untuk mencari nafkah. Yang merupakan kegiatan ekonomi di kota terutama adalah kegiatan industri dan ekonomi jasa yang tidak memerlukan tanah luas, sehingga bentuk kota menjadi kompak, bangunannya berdekatan, sehingga kerapatan penduduk tinggi (Jayadinata, 1999: 128).

Pembangunan yang cepat membawa perubahan situasi lingkungan perkotaan. Di beberapa tempat dijumpai gedung-gedung baru yang akan dibangun tanpa mengindahkan rencana peruntukan lahan. Kawasan yang seharusnya digunakan bagi kegiatan permukiman kini banyak berubah menjadi kawasan perkantoran, pendidikan, industri, dan perdagangan. Akibatnya, timbul beberapa masalah lingkungan, seperti kebisingan, makin berkurangnya ruang terbuka, kemacetan lalu lintas, dan meningkatnya kadar pencemaran udara.

Perubahan penggunaan lahan juga terjadi di wilayah nonurban. Akibat tekanan penduduk kota yang tinggi, banyak areal pertanian yang subur di pedesaan berubah fungsi menjadi pemukiman baru, kawasan industri, prasarana jalan, dan bendungan.

E. Penggunaan Lahan di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta

(11)

penggunaan lahan mengalami penurunan, terutama blok penggunaan lahan untuk permukiman.

Fenomena yang paling menarik adalah perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian (sawah) menjadi permukiman dan penggunaan lainnya. (lih table 1).Pemanfaatan lahan untuk permukiman menempati areal seluas 303,14 ha pada tahun 1987, menjadi 419,20 ha pada tahun 1996. Ini berarti ada perluasan lahan permukiman sebanyak 116,06 ha atau 38,30 %. Perkembangan yang berupa perluasan penggunaan lahan untuk permukiman ini sebagian besar menempati lahan pertanian. Perkembangan ini sangat disayangkan mengingat bahwa lahan pertanian di daerah penelitian ini merupakan lahan yang sangat subur, dan menjadi sumber pangan penduduk dan penyujuk daerah perkotaan. Perkembangan permukiman ini bila tidak dikendalikan, dalam jangka 25 tahun ke depan lahan pertanian perkotaan ini akan habis. Untuk masa mendatang, sebaiknya lahan pertanian yang tersisa dijadikan sebagai lahan pertanian perkotaan, sehingga ketergantungan pangan masyarakat perkotaan terhadap suplai dari daerah hinterland atau pedesaan di sekitarnya dapat dikurangi dan sekaligus sebagai penyeimbang ekologis lingkungan permukiman.

Bentuk penggunaan lahan yang mengalami perluasan terbesar kedua setelah lahan untuk permukiman adalah lahan untuk usaha (perdagangan), yakni dari 8,946 ha (1987) menjadi 17,417 ha (1996) bertambah luas hampir dua kali lipat, suatu perkembangan yang sangat pesat karena rata-rata perluasan setiap tahunnya mencapai 1,058 ha. Secara umum perkembangan penggunaan lahan untuk usaha/perdagangan ini di daerah penelitian memiliki persentase yang paling besar diantara penggunaan lahan lainnya. Berdasarkan data hasil interpretasi foto udara dan didukung data statistik Kecamatan Umbulharjo, dapat diketahui bahwa pertumbuhan luas rata-rata penggunaan lahan per tahun adalah 13,30 %. Table 1: Bentuk dan Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Umbulharjo Berdasarkan Foto Udara Tahun 1987

dan 1996

N

o Bentuk Penggunaan Lahan Luas (ha) Perubahan(ha)

1. Permukiman - -

-a. Teratur 18,7467 49,4070 + 4,0602

b. Semi teratur 146,9641 168,8703 + 53,9566

c. Tidak teratur 147,4213 200,9206 + 21,4490

2.. Perdagangan - -

-a. Pasar 0,5378 1,0310 + 0,4932

b. Pom bensin 0,2905 0,3156 + 0,2510

c. Pertokoan 8,1175 16,0709 + 7,9534

3. Industri - -

-a. Gudang 2,6711 8,3181 + 5,6470

b. lahan undustri 14,1174 17,9876 + 3,8701

4. Jasa kelembagaan - -

-a. Perkantoran 24,4190 31,4497 +7,0307

b. Kampus/sekolah 27,3450 41,1250 +13,7800

c. Rumah sakit 0,5352 0,7321 + 0,2031

(12)

Jasa non-kelembagaan 0,5565 1,4102 + 0,8537

b. Lapangan OR 1,8797 1,5476 - 0,4030

c. Stadion 6,0000 6,0000 0

9. Hutan/Taman Wisata 1,1000 1,2000 + 0,1000

10

. Lain-laina. Kuburan 11,2475- 11,2475- 0

-b. Lahan kosong 0,1656 0,1288 0,0368

c.Lahan sedang

dibangun 3,9940 1,9300 -2, 0640

Jumlah 812,0000 812,0000

-1. Penggunaan Lahan Untuk Permukiman

Penggunaan lahan untuk permukiman di wilayah Kecamatan Umbulharjo menempati ranking teratas dalam hal perluasannya juga paling intensif perubahannya. Penggunaan lahan untuk permukiman menempati ruang seluas 303,13 ha pada tahun 1987, kemudian meningkat cukup tajam (38,29 %) pada tahun 1996 sehingga menjadi 419,20 ha. Sebagian besar lahan permukiman baru menempati lahan pertanian.

Bangunan rumah mukim di Kecamatan Umbulharjo, dilihat dari jenis bangunannya, sebagian besar berupa bangunan permanen (dinding terbuat dari batu bata atau batako), yakni sebanyak 9.086 unit, 1.660 unit bangunan semi permanen, dan 815 unit bangunan non-permanen. Proporsi jenis bangunan rumah mukim ini tergolong baik, karena rumah non-permanen hanya tinggal 7,05 %. Jenis dan persebaran bangunan rumah mukim di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 2: Jenis dan Kualitas Bangunan Rumah Mukim di Kecamatan Umbulharjo Tahun 1987 dan 1996

Jumlah 7031 7.312 3639 4.054 153 198 10.813 11.562

(13)

Pola permukiman di daerah ini terbagi menjadi 3 macam, yakni permukiman pola teratur, pola semi teratur, dan permukiman tidak teratur. Khusus untuk permukiman semi teratur dan tidak teratur menyebar hampir merata di seluruh kelurahan

2. Penggunaan Lahan Untuk Perdagangan

Bentuk dan jenis penggunaan lahan untuk perdagangan selalu berkaitan dengan kepentingan penjual dan pembeli terhadap komoditas tertentu. Berkembangnya kegiatan perdagangan sangat didukung oleh lokasi yang mempunyai aksesibilitas fisik yang tinggi agar pelaksanaan bongkar muat dan angkut, proses transaksi jual beli dan penawaran mudah dilakukan, lokasi yang demikian bisanya terdapat di sekitar jalan utama. Oleh karena itu bentuk penggunaan lahan untuk perdagangan banyak berkembang di sekitar jalan utama. Sebenarnya tidak hanya sektor perdagangan yang berkembang di jalur utama, termasuk industri jasa juga banyak berkembang.

Penggunaan lahan untuk perdagangan di daerah penelitian terbagi menjadi 3 jenis, yakni lahan untuk pertokoan, pasar, dan pom bensin. Bentuk penggunaan lahan untuk perdagangan yang paling luas adalah untuk pertokoan, dengan luas 8,12 hektar pada tahun 1987 dan 16,07 hektar pada tahun 1996. Penggunaan lahan yang paling sempit adalah untuk pom bensin, yakni hanya 0,32 hektar. Diantara ketiga penggunaan lahan tersebut yang paling tinggi tingkat perubahannya adalah lahan untuk pertokon, yakni bertambah seluas 7,95 hektar atau bertambah sekitar 50,51 %. Sementara perkembangan lahan untuk pasar juga relatif cepat. Menurut data kedua foto udara terdapat perluasan pasar seluas 0,5 hektar. Ternyata hal ini terjadi karena adanya pembangunan pasar baru (pasar buah dan sayur) di Kelurahan Giwangan yang merupakan relokasi pedagang di Shopping Centre, dalam perkembangannya pasar ini kurang diminati oleh pedagang karena sepi pembeli dan biaya angkutan lebih mahal. Untuk menghidupkan pasar ini, relokasi terminal utama di Jalan Lingkar Selatan ini harus segera direalisasikan.

(14)

untuk masa mendatang perlu dipikirkan alternatif pengelolaannya agar di sekitar daerah ini tidak berkembang menjadi daerah padat yang kumuh.

Tabel 3. Penggunaan Lahan Untuk Perdagangan Tahun 1987-1996

No. Penggunaan Lahan Luas (ha)1987 Luas (ha)1996 Perubahan(ha)

1. Pasar 0,5378 1,0310 + 0,4932

2. Pom Bensin 0.2909 0,3156 + 0,0247

3. Pertokoan 8,1175 16,0709 + 7,9534

Jumlah 8,9462 17,4475

-Sumber : Hasil interpretasi foto udara pankromatik h/p dan cek lapangan

3. Penggunaan Lahan Untuk Industri

Penggunaan lahan untuk industri yang ada di daerah penelitian ternyata tidak mempunyai pola agihan yang konsisten, karena industri yang ada mempunyai variasi yang besar dalam beberapa hal, dianataranya adalah variasi jenis produk, bahan dasar, jumlah dan kualifikasi tenaga kerja, proses produksi, dan pangsa pasarnya. Oleh karenanya sangat sulit untuk membuat evaluasi dan prediksinya.

Lahan untuk industri di daerah penelitian diklasifikasikan menjadi dua, yakni lahan untuk pabrik/perusahaan dan gudang. Secara keseluruhan luas lahan untuk industri di daerah penelitian adalah 16,78 ha pada tahun 1987 dan 26,31 ha pada tahun 1996. Perincian luas masing-masing penggunaan lahan untuk industri dan perkembangannya dapat dilihat pada tabel 4.6. Lahan untuk industri di daerah ini relatif sempit dibandingkan dengan penggunaan lahan lainnya. Lahan untuk industri hanya menempati lahan 3,24 %, sebagian besar berupa perusahaan/pabrik. Perkembangan luas lahan untuk industri relatif lambat dibandingkan dengan perubahan penggunaan lain, karena antara tahun 1987-1996 hanya bertambah rata-rata 6,30 % per tahunnya. Kelambatan perubahan perluasan ini mungkin terjadi karena masyarakat setempat lebih suka membuat bangunan untuk disewakan sebagai hunian bagi para pendatang.

Tabel 10. Penggunaan Lahan Untuk Industri Tahun 1987 dan 1996

No Penggunaan lahan Luas (ha) Perubahan

(15)

4. Penggunaan Lahan Untuk Transportasi

Penggunaan lahan untuk transportasi di daerah penelitian berupa jalan dan terminal. Lahan untuk transportasi ini menempati areal yang cukup luas, mengingat bahwa di Kecamatan Umbulharjo ini berdiri terminal utama Kota Yogyakarta yang disebut terminal Umbulharjo (terminal kendaraan penghubung antar kota dalam propinsi/AKDP maupun antar kota antar propinsi/AKAP). Adanya terminal ini menyebabkan jalan-jalan di Umbulharjo relatif besar-besar ukurannya, apalagi ditambah adanya pembangunan jalan lingkar di bagian selatan. Perubahan penggunaan lahan untuk transportasi di daerah penelitian cukup besar, disamping adanya perluasan jalan-jalan yang telah ada dan penambahan jalan-jalan di beberapa tempat juga karena adanya pembangunan jalan lingkar selatan

5. Penggunaan Lahan Untuk Jasa

Penggunaan lahan untuk jasa diklasifikasikan menjadi dua, yakni jasa yang bersifat kelembagaan dan jasa non-kelembagaan. Jasa kelembagaan meliputi lahan untuk perkantoran, tempat pendidikan/sekolah atau kampus, rumah sakit, dan bank. Jasa non-kelembagan adalah perhotelan. Pengklasifikasian lahan untuk jasa ini agak sulit karena adanya kesulitan dalam interpretasi obyek dimaksud, mengingat bahwa fungsi bangunan yang satu dengan yang lain tidak dapat secara pasti ditentukan dari foto udara. Penggunaan lahan untuk jasa ini yang paling banyak mengalami perluasann adalah jasa kelembagaan yang berupa jasa pendidikan, terutama untuk pendirian dan atau perluasan kampus diantaranya adalah STIE Widyawiwaha, FKIP UST, Universitas Ahmad Dahlan, ABA YIPK, dan AKK-AKS Tarakanita. Sementara penggunaan laha jasa yang lebih sedikit perubahannya adalah jasa non kelembagaan.

Tabel 4. Penggunaan Lahan Untuk Jasa Tahun 1987 dan 1996

No. Penggunaan Lahan Luas (ha) Perubahan

(16)

6. Penggunaan Lahan Untuk Rekreasi

Penggunaan lahan untuk rekreasi di daerah penelitian diklasifikasikan menjadi empat, yakni penggunaan lahan untuk lapangan olah raga, gedung olah raga, kebun binatang, Penggunaan lahan untuk rekreasi menempati daerah yang cukup luas, karena di daerah penelitian terdapat Stadion Mandala Krida dan Gedung Olah Raga terbesar di DIY yang terletak di sebelah selatan Mandala Krida. Disamping itu terdapat pula taman dan kebun binatang Gembira Loka yang merupakan satu-satunya kebun binatang milik DIY. Banyak fasilitas rekreasi milik pemda provinsi terletak di daerah ini.

Tabel 5. Penggunaan Lahan Untuk Rekreasi Tahun 1987 dan 1996

No Penggunaan Lahan Luas (ha) Perubahan

4. Gedung Olah raga - 1,2000 1,2000

Jumlah 14,536 14,424 2,4564

Sumber : Hasil interpretasi foto udara dan cek lapangan

7. Penggunaan Lahan Untuk Pertanian

(17)

yang beragam. Perincian penggunaan lahan dari pertanian ke non-pertanian di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Penggunaan lahan untuk pertanian dan non pertanian tahun 1987-1996

No Penggunaan Lahan Luas (ha) Perubahan

Sumber : Foto udara pankromatik h/p dan cek lapangan

8. Penggunaan Lahan Untuk Tempat Ibadah

Penggunaan lahan untuk tempat ibadah meliputi : masjid/musholla, gereja, dan Vihara. Luas tempat ibadah yang terekam pada foto udara tahun 1987 dan tahun 1997 menunjukkan bahwa tidak ada perubahan yang berarti. Pada tahun 1987 luas lahan untuk tempat ibadah adalah 2,291 ha, menjadi 2,393 ha pada tahun 1996. Penggunaan lahan untuk ibadah di daerah penelitian tidak mengalami perubahan yang berarti, baik yang menyangkut perubahan luas maupun kualitasnya. Penggunaan lahan untuk ibadah ini terutama digunakan untuk masjid/musholla, sementara tempat ibadah lainnya sangat kecil.

9. Penggunaan Lahan Untuk Taman Wisata

Penggunaan lahan untuk taman wisata terdapat di dekat kebun binatang Gembira Loka. Keberadaan taman wisata menjadi satu kesatuan areal dengan Kebun Binatang Gembiraloka, dengan luas sekitar 1,22 hektar. Luas taman wisata tersebut tidak mengalami perubahan yang berarti antara kedua tahun pemotretan. Taman wisata ini disamping sebagai tempat rekreasi bagi penduduk sekitar maupun wisatawan, dilihat dari aspek kesehatan lingkungan taman wisata ini merupakan penyejuk lingkungan permukiman di sekitarnya dan menjadi bagian dari paru-paru Kota Yogyakarta.

10. Penggunaan Lahan Untuk Lain-lain

(18)

(permukiman, lahan perdagangan, dan jasa). Perkembangan lahan untuk lain-lain ini, dari luas 37,50 hektar pada tahun 1987 menjadi 28,42 hektar pada tahun 1996 atau turun sekitar 26 %. Semakin berkurangnya lahan kosong sebenarnya tidak langsung berarti menurunnya kualitas lingkungan permukiman, kecuali bila perubahannya digunakan untuk areal permukiman baru, pertokoan, atau pabrik. Penggunaan lahan untuk keperluan tersebut akan memunculkan sejumlah persoalan dari yang berupa tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, menurunnya tingkat kenyamanan hingga peningkatan pencemaran lingkungan permukiman karena jarak septic tank yang terlalu dekat.

Tabel 14. Penggunaan Lahan Untuk Lain-lain Tahun 1987 dan 1996

No Penggunaan Lahan

Luas (ha) Perubahan

(ha)

1987 1996

1. Kuburan 20,070 20,070 0

2. Lahan kosong 13,916 7,350 -6,570

3. Lahan sedang dibangun 3,994 1,930 -2,064

Jumlah 37,500 28,425 -9,075

Sumber : Hasil interpretasi foto udara pankromatik h/p dan cek lapangan

(19)

Daftar Pustaka

http://tienadewi.blogspot.com/2013/07/pengertian-tanah-dan-lahan.html

http://lhsdesakedunglumpang.wordpress.com/karakteristik-tata-guna-lahan-desa-kedunglumpang/

Gambar

Table 1: Bentuk dan Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Umbulharjo Berdasarkan Foto Udara Tahun 1987
Tabel 2:  Jenis dan Kualitas Bangunan Rumah Mukim di Kecamatan     Umbulharjo Tahun 1987 dan1996
Tabel 10. Penggunaan Lahan Untuk Industri  Tahun 1987 dan 1996
Tabel  4. Penggunaan Lahan Untuk Jasa Tahun 1987 dan 1996
+4

Referensi

Dokumen terkait

(2) faktor perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Medan Johor disebabkan karena dua faktor yaitu: faktor eksternal meliputi pertumbuhan perkotaan ditandai

Terlihat bahwa bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kelangsungan hidup bayi di perkotaan meliputi be- rat badan lahir, waktu pemberian ASI pertama kali, peno- long persalinan

Jaraknya yang cukup dekat dengan pusat kota diduga berimbas pada tingginya pertumbuhan penggunaan lahan dan harga tanah yang ada.Kelurahan Lamper Kidul memiliki

Pengenalan tipologi suatu kawasan perkotaan diketahui dengan melihat desa perkotaan lama (tahun 1990 dan 2000 desa perkotaan yang terbentuk tidak jauh berbeda),

sampah. Karakter sampah di perkotaan sangat dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduk, serta gaya hidup masyarakat perkotaan. Sampah yang terkumpul dan tidak

Pengaruh Trend Pertambahan Jumlah Penduduk terhadap Konversi Lahan menjadi Lahan Terbangun pada setiap Kecamatan di Kota Padang tahun 1990, 2000, dan 2010...

Pertumbuhan penduduk dan aktivitas sosial ekonomi di wilayah perkotaan dapat mempengaruhi ketersediaan lahan dan akan berdampak pada keberadaan ruang terbuka hijau di area

Pertumbuhan penduduk disuatu daerah di pengaruhi oleh kelahiran, kematian dan migrasi, dengan bersumber pada data sensus penduduk tahun 1990, tahun 2000 dan tahun 2010 maka penduduk