• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C15. BKM/LKM dan UP. Manajemen Relawan. PNPM Mandiri Perkotaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C15. BKM/LKM dan UP. Manajemen Relawan. PNPM Mandiri Perkotaan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Manajemen Relawan

DEPARTEMEN

PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya

C15

MODUL KHUSUS KOMUNITAS

BKM/LKM dan UP

(2)

Modul 1 Mengapa Menjadi Relawan 1

Kegiatan 1: Apa itu Relawan? 2

Kegiatan 2: Membahas Organisasi dan Relawan 3

Kegiatan 3 : Mencari Relawan Nangkis 3

Modul 2 Merawat Relawan Nangkis 14

Kegiatan 1 : Memahami Pengelolaan Relawan 15

Kegiatan 2 : Identifikasi Peran Relawan 16

Kegiatan 3 : Menjaring Relawan 18

Kegiatan 4 : Memelihara Relawan 19

Kegiatan 5 : Supervisi dan Evaluasi 21

(3)

Modul 1

Topik: Mengapa Menjadi Relawan?

Peserta memahami dan menyadari:

1. Apa dan mengapa organisasi menggunakan relawan. 2. Apa yang membuat orang tertarik menjadi relawan 3. Apa yang membuat orang bertahan menjadi relawan

Kegiatan 1: Apa Itu Relawan?

Kegiatan 2: Mengapa Organisasi Memakai Relawan? Kegiatan 3: Mencari Relawan Nangkis

3 Jpl ( 135 ’)

1. Lembar Kerja – Debat Mengapa Kita Memakai Relawan 2. Bahan Bacaan – Prinsip Dasar Kesukarelawanan

3. Bahan Bacaan – Potret Relawan : Haswa Kenalkan Aksara dari Pintu ke Pintu 4. Bahan Bacaan – Sekilas tentang Kerelawanan

• Kertas Plano, kuda-kuda untuk Flip-chart, jepitan besar • Metaplan, Spidol, selotip kertas

• Papan Tulis dengan perlengkapannya • Amplop, kertas HVS

(4)

Apa itu Relawan?

1) Jelaskan bahwa dalam beberapa waktu ke depan, kita akan berdiskusi mengenai peran relawan dari anggota masyarakat sekitar kita untuk mendukung kerja-kerja penanggulangan kemiskinan.

2) Ajukan pertanyaan : ”Apakah ibu/bapak yang hadir di ruangan ini adalah relawan?” Gali respon beberapa orang peserta. Lanjutkan dengan pertanyaan eksplorasi : ”Apa yang membuat ibu/bapak merasa bahwa ibu/bapak adalah relawan?” Lontarkan juga : ”Apa yang ibu/bapak telah lakukan sebagai relawan?”

3) Sepakati bersama ”Apa itu relawan?” Tuliskan di papan tulis. Kesepakatan ini dapat berupa kalimat pernyataan misalnya: ’Relawan adalah ....” atau poin-poin tentang ciri atau tanda relawan.

4) Pertegas mengenai kerelawanan ini dengan mengajukan pertanyaan : ”Selain keikhlasan (tidak dibayar), nilai apa lagi yang membuat orang mau bekerja sebagai relawan?” Tulis hasil diskusi di papan tulis.

Relawan melakukan berbagai kegiatan di masyarakat:

ƒ Ibu-ibu sebulan sekali menyelenggarakan posyandu untuk melihat perkembangan balita di kampungnya.

ƒ Panti Tunanetra Wiyataguna di Bandung memiliki relawan-relawan yang membantu membacakan buku bagi anak-anak tunanetra di panti tersebut.

ƒ Gereja-gereja di Amerika memiliki program bersama pemberian makan bagi gelandangan, dimana para relawan bekerja bergantian membuat dan membagikan makanan kepada gelandangan setiap harinya.

ƒ Rumah Sakit Umum Pretoria (Afrika Selatan?) memiliki relawan yang menjadi kelompok dukungan bagi orang tua yang anaknya mengidap kanker.

ƒ LSM-LSM di Amerika dan Eropa memiliki relawan-relawan yang bekerja penuh waktu selama waktu tertentu (tahunan) untuk membantu kerja-kerja LSM.

ƒ Partai demokrat dan republik di Amerika memiliki relawan-relawan yang bekerja menyebarluaskan pamflet hanya selama masa kampanye.

ƒ Lembaga bantuan hukum (LBH) di Indonesia memiliki relawan mahasiswa hukum yang bekerja membantu menanggani kasus-kasus hukum.

(5)

Membahas Organisasi dan Relawan

1) Sampaikan, saat ini kita akan berdiskusi mengapa kita memakai relawan. Apakah semata-mata karena kita tidak perlu membayar atau alasan lain? Proses belajar akan kita lakukan melalui debat antar kelompok. Jelaskan aturan main debat. Gunakan Lembar Kerja : Debat Mengapa Kita Memakai Relawan.

2) Bagi peserta dalam 2 kelompok. Beri kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempersiapkan diri.

3) Mulailah proses debat dengan memberi kesempatan kepada setiap kelompok menyampaikan argumen pembuka. Setelah itu dorong debat terbuka. Tulis di papan tulis kata-kata kunci yang muncul dalam argumen masing-masing kelompok. Hentikan debat setelah 3 – 5 putaran diskusi.

4) Sampaikan kaji ulang terhadap proses debat dan pokok-pokok argumentasi yang muncul dari kedua kelompok.

5) Ajukan pertanyaan penegasan: ”Adakah yang masih merasa tidak setuju memakai relawan?”

Mencari Relawan Nangkis

1) Sampaikan bahwa saat ini kita akan berdiskusi lebih jauh lagi mengenai kerelawanan untuk menanggulangi kemiskinan (nangkis).

2) Ajukan pertanyaan : ”Sulitkah menemukan relawan di tengah-tengah masyarakat?” Dorong respon dari beberapa peserta. Lanjutkan dengan pertanyaan : ”Apakah yang membuat orang tertarik dan mau menjadi relawan nangkis?”

3) Jangan lupa bahwa peserta adalah juga relawan (BKM/LKM maupun UP). Pertanyaan terakhir dapat dibunyikan : ”Apa yang membuat ibu/bapak mau menjadi relawan nangkis?” Pemandu dapat meminta setiap peserta untuk menuliskan di kertas: ”Saya menjadi relawan nangkis karena ....”

4) Beri kesempatan kepada beberapa peserta untuk mengungkapkan tulisannya. Tulis jawaban peserta di papan tulis. Beri kesempatan kepada peserta lain yang memiliki alasan yang berbeda. Ingat, tidak ada salah-benar dalam hal motivasi. Jadi jangan menyalahkan atau menertawakan motivasi orang menjadi relawan nangkis.

(6)

Kertas ”Saya menjadi relawan nangkis karena....” sebaiknya disimpan BKM/LKM. Setiap peserta dapat diminta melipat dan menyimpannya dalam amplop. Kertas ini dapat menjadi pengingat motivasi awal setiap orang menjadi anggota BKM/LKM dan UP. Satu masa di depan, dalam proses refleksi atau di masa ketika semangat orang mengendur, kertas ini dapat dibuka kembali dan menjadi pemulih semangat.

5) Ajukan pertanyaan : ”Apa yang dapat membuat saya mempertahankan semangat kerelawanan saya”. Lakukan curah pendapat. Tulis pendapat peserta di papan tulis.

6) Lanjutkan kegiatan dengan mendiskusikan siapa saja yang menjadi relawan nangkis selama ini di wilayah kelurahan/desa mereka di luar BKM/LKM dan UP. Ingatkan kepada mereka bahwa proses siklus sebelum adanya BKM/LKM dan UP difasilitasi oleh para relawan.

7) Tarik kesimpulan dari hasil diskusi. Ingatkan bahwa sesama anggota BKM/LKM dan UP memiliki kewajiban kolektif untuk bersama-sama menciptakan kondisi yang membuat semua orang kuat sebagai relawan nangkis. Kewajiban kolektif lain adalah menemukan relawan-relawan lain di masyarakat kita yang akan bekerja bersama BKM/LKM dan UP serta masyarakat menanggulangi kemiskinan.

Beberapa alasan yang mendorong orang untuk menjadi relawan.

ƒ Senang mendapatkan pengakuan, minimal berupa ungkapan terima kasih, atas kerjanya untuk masyarakat.

ƒ Senang melakukan sesuatu yang ’tampak’ di masyarakat.

ƒ Ingin menjadi bagian dari organisasi, program atau gerakan (yang terkenal).

ƒ Senang bekerja dengan orang-orang yang memiliki latar belakang, nilai atau tujuan yang sama.

ƒ Menghabiskan waktu.

ƒ Senang memiliki pengaruh di masyarakat (perkataan dan perbuatanya diikuti oleh masyarakat).

ƒ Memiliki kegiatan positif.

ƒ Kalangan tua sebagai pihak yang memiliki pengalaman dapat menyumbangkan ilmu untuk kepentingan masyarakatnya dan tetap aktif berkegiatan.

ƒ Kalangan muda memiliki sarana untuk mengembangkan diri. ƒ Sebagai sarana belajar tentang diri dan lingkungan.

ƒ Peluang untuk ”berbuat” menolong pihak lain dan berkontribusi bagi penanggulangan kemiskinan.

ƒ Menjadi bagian dari riwayat diri (curriculum vitae) yang dapat digunakan untuk mencari pekerjaan maupun pengakuan masyarakat.

(7)

Debat Mengapa Kita Memakai Relawan

Pengantar Debat

Proses belajar ini dilakukan dengan berdebat. Peserta dibagi dalam 2 kelompok. Masing-masing kelompok akan menunjuk juru bicara utama kelompok dan juru bicara kedua (asisten juru bicara utama). Juru bicara utama memiliki waktu 5 menit untuk menyampaikan gagasan utama kelompok, dan juru bicara kedua memiliki waktu 3 menit untuk menyampaikan gagasan pendukung.

Proses debat akan diawali penyampaian argumen pembuka oleh masing-masing kelompok, juru bicara utama duluan baru kemudian juru bicara kedua. Setelah kedua kelompok menyampaikan argumen pembuka, dimulailah debat terbuka. Kelompok sebaiknya berdiskusi sebelum menyampaikan kontra argumen (5 menit).

Setiap kelompok diberi waktu 10 menit untuk mendiskusikan gagasan kelompok. Gagasan Utama Kelompok 1

Memakai relawan adalah tidak berperikemanusiaan. Kita memaksa orang untuk bekerja ‘gratis’ karena pada dasarnya kita tidak mampu membayar orang. Segera setelah organisasi memiliki modal, organisasi harus membayar seluruh staf dan menghentikan penggunaan relawan.

Gagasan Utama Kelompok 2

Banyak manfaat memakai relawan, baik bagi organisasi maupun si relawan tersebut. Organisasi harus terus menggunakan relawan karena manfaat tersebut.

(8)

Prinsip Dasar Kesukarelawanan

Pilihan: Kesukarelawanan harus merupakan pilihan bebas masing-masing individu tanpa paksaan dari siapa pun. Dorongan, dalam bentuk apapun, untuk terlibat dalam kesukarelawanan harus tidak berakibat pada paksaan. Kebebasan untuk menjadi relawan sama halnya dengan kebebasan untuk tidak terlibat.

Keragaman: Kesukarelawanan harus terbuka bagi siapa pun, tanpa membedakan latar belakang,

umur, ras, orientasi seksual, kepercayaan/agama, dsb. Keterlibatan menjadi relawan dapat membangun keterikatan, membantu sekelompok orang yang beragam sehingga ia merasa berguna dengan keterlibatannya itu. Penghalang atau batasan-batasan sosial dapat diatasi oleh keterampilan, pengalaman, percaya diri dan kontak yang didapat ketika membantu yang lain. Prinsip kesempatan yang sama merupakan dasar untuk mendukung keragaman.

Timbal balik: Relawan menawarkan untuk berkontribusi tanpa harus dibayar, tetapi sebagai

gantinya mendapatkan manfaat dengan cara lain. Menyediakan waktu dan keterampilan secara sukarela harus diakui sebagai upaya untuk mendukung hubungan timbal balik dimana relawan menerima sesuatu yang bermanfaat buat dirinya. Manfaat yang diharapkan oleh relawan termasuk perasaan pencapaian yang berguna, keterampilan yang berguna, pengalaman dan bertambahnya kontak/relasi, pergaulan dan kesenangan, dan keterlibatannya dalam kehidupan berorganisasi.

Pengakuan: Pengakuan secara eksplisit terhadap nilai sumbangan relawan terhadap organisasi,

komunitas, maupun tujuan sosial yang lebih luas, merupakan dasar untuk membangun hubungan yang adil antara relawan dengan organisasi.

(Dikutip dari Sri Indiyastuti & Cecep AB, Relawan Sebagai Agen Perubahan, dalam Aliansi Vol. 31

(9)

Potret Relawan :

Haswa Kenalkan Aksara dari Pintu ke Pintu

Salah satu indikasi lemahnya sumber daya manusia Indonesia adalah buta aksara yang masih disandang sebagian warga masyarakat kita. Sebuah huruf sebesar gedung stadion olahraga di Senayan, Jakarta, pun tidak bisa dibaca akibat penyakit buta yang satu itu.

Kondisi ini menjadi keprihatinan Haswa sehingga dengan sukarela dia memperkenalkan aksara Latin dari pintu ke pintu. Itu dilakukannya sejak pria ini bertugas di SMP Negeri 6 Raha, ibu kota Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, tahun 1997.

Ia menyangsikan keakuratan data statistik yang menyebutkan penduduk buta huruf di Sultra tinggal 73.787 orang pada tahun 2006 dan di Kabupaten Muna tersisa 13.457 orang. “Di lapangan, saya melihat penduduk buta baca tulis masih sangat banyak, termasuk di Kota Raha sendiri,” kata Haswa.

Sebagai warga baru di Kelurahan Wapunto, Kota Raha, Haswa membangun hubungan sosial mulai dari masjid. Dari pergaulan sesama jamaah masjid dia mengetahui bahwa sebagian teman barunya tidak pandai baca-tulis alias buta aksara. Sebagian besar mereka bekerja sebagai buruh pelabuhan. Ketika ditawari untuk belajar baca-tulis, para buruh tersebut menyatakan mau. “Tanpa pikir panjang saya langsung mengunjungi mereka dari rumah ke rumah untuk mulai memperkenalkan huruf alfabet,” tutur anak keempat dari delapan bersaudara buah perkawinan dari Lasimpa dan Wahaya ini.

Karena mulai banyak peminat dan rata-rata dari pekerja di pelabuhan, teknik pembelajaran dilakukan secara klasikal, sistem kelas. Untuk itu, dia menggunakan balai desa atau rumah-rumah peserta yang agak luas sebagai ruang belajar. Biaya untuk pengadaan papan tulis white board, spidol, buku tulis, pensil, dan sebagainya berasal dari kocek Haswa sendiri.

Pengaruh ponsel

Waktu Haswa makin tersita ketika sebagian penyandang buta aksara di kelurahan itu enggan bergabung dengan warga yang belajar di balai desa maupun berkelompok dengan sesama peserta baru. Mereka ini kebanyakan para ibu rumah tangga.

Lagi-lagi Haswa harus melayani dari rumah ke rumah. Pelayanan seperti ini agak memberatkan dari segi finansial karena harus menyediakan alat tulis-menulis dan bahan bacaan lebih banyak untuk disebar ke rumah-rumah warga binaan. “Ini risiko dari sebuah pekerjaan sosial,” katanya.

Untuk mencapai bobot yang diharapkan, Haswa menyusun sendiri kurikulumnya. Bahan ajar meliputi pelajaran membaca, menulis, dan berhitung. Pekerjaan itu tidak asing baginya karena profesi Haswa memang seorang guru berijazah S-1 dari Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Haluoleo (Unhalu), Kendari.

Ketika masih studi di perguruan tinggi negeri itu, Haswa juga aktif dalam kegiatan pembebasan buta aksara. Bukan aksara Latin, melainkan buta aksara Al Quran. Santrinya mencapai ratusan anak dari berbagai kalangan, mulai dari anak tukang becak sampai anak pejabat.

(10)

Selanjutnya, selama 1997-2004 dia telah ‘memelekkan’ lebih kurang 300 orang buta aksara di Kelurahan Wapunto. Mereka diberi semacam sertifikat berupa Surat Keterangan Melek Aksara. Bila ingin memperoleh ijazah setara sekolah dasar, mereka bisa mengikuti ujian Paket A versi Departemen Pendidikan Nasional. “Tetapi, mereka menyatakan sudah cukup mahir membaca dan menulis,” ujarnya.

Setelah menyelesaikan pendidikan S-2 jurusan Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Makassar tahun 2006, Haswa kembali melanjutkan kegiatannya memberantas buta aksara di Wapunto. Saat ini ia tengah menangani 150 peserta baru, sekitar 80 persen di antaranya adalah ibu-ibu rumah tangga.

Pengaruh alat telekomunikasi telepon genggam atau telepon seluler (ponsel) ikut memotivasi ibu-ibu itu untuk segera bebas dari buta aksara. Seperti diungkapkan Haswa, ibu-ibu-ibu-ibu itu mengaku ingin pandai baca-tulis agar bisa menggunakan telepon genggam.

Kegiatan Haswa sebagai relawan pemberantasan buta huruf menarik perhatian Ketua Penggerak Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kabupaten Muna Waode Siti Nurlaila. Istri Bupati Muna Ridwan itu kemudian menyerahkan dua kelompok PKK penyandang buta aksara untuk dimelekkan. Setiap kelompok berjumlah 20 orang. “Tugas itu sudah saya selesaikan,” ujarnya.

Lahir pada 1 Juni 1972 di Desa Bubu, Kecamatan Bonegunu (kini Kabupaten Buton Utara), Haswa kini merasa tugasnya mulai agak ringan sebagai relawan. Sebagai Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Cabang Kecamatan Lohia, ia membagi tugas itu dengan temannya yang memiliki komitmen sama. “Sejumlah anggota PGRI saya telah termotivasi untuk menjadi relawan,” katanya. Dia juga bukan lagi guru biasa untuk bidang studi IPS di sekolahnya sebab sejak 19 September 2007, Haswa diangkat sebagai Kepala SMP Negeri 6 Raha.

Dibekali keterampilan

Sasaran pelayanan Haswa kini tidak lagi hanya sebatas Kelurahan Wapunto, tetapi seluruh wilayah Kecamatan Lohia. Tantangannya pun mulai bermunculan. “Kita ini sudah tua, buat apalagi belajar,” katanya mengutip pernyataan sebagian warga.

Tantangan itu dijawabnya dengan memberikan bekal keterampilan sebagai pelajaran tambahan. Pelatihan mengolah jambu mete gelondongan menjadi kacang mete, membuat pot bunga, serta budidaya tanaman hias merupakan beberapa contoh keterampilan yang diajarkan Haswa.

Anak-anak muda putus sekolah pun digalangnya. Mereka dihimpun dalam wadah Karang Taruna Soliwunto. Sebanyak 83 anggota karang taruna itu dilatih membuat pot dan membudidayakan tanaman hias di lahan pekarangan rumah mertua Haswa yang tak seberapa luas di Jalan Sutan Syahrir Nomor 15, Kelurahan Wapunto, Raha.

Bersama istrinya, Waode Mulyana, serta kedua anaknya, Haswa masih menumpang di rumah mertua. Waode Mulyana yang berijazah S-1 juga guru IPS di SMP Negeri 1 Raha. “Baru mulai bikin fondasi,” ujar Haswa mengenai rencana membangun rumahnya sendiri.

Penulis: Yasmin Indas /KOMPAS

(11)

Sekilas Tentang Kerelawanan

(Nurani Galuh Savutri dalam ”Panudan Manajemen Kerelawanan, Ford Foundation – PIRAC)

Kerelawanan merupakan sumbangan masyarakat bagi pengembangan pembangunan masyarakat sipil. Relawan memiliki peranan penting dalam pembangunan terutama apabila dikaitkan dengan pengembangan sector nirlaba khususnya organisasi nirlaba (LSM). Masyarakat sipil yang kuat hanya mungkin dibangun dengan dukungan keberadaan organisasi nirlaba yang berdaya dan filantropi yang efektif.

Kerelawanan juga merupakan proses pendidikan masyarakat. Tidak ada seorang pun bersedia menjadi relawan tanpa menanyakan “saya bekerja untuk apa?” Lembaga harus menjelaskan isu apa yang sedang diperjuangkan secara menarik sehingga hati dan pikiran calon relawan menjadi terbuka serta secara sukarela bersedia menyumbangkan waktu, pikiran dan tenaganya untuk membantu lembaga mencapai visi dan misi lembaga. Relawan memiliki peranan penting dalam (1) filantropi, (2) fundraising (seorang relawan dapat menjadi donatur yang sangat loyal), (3) kaderisasi,(4) peningkatan akuntabilitas lembaga, dan (5) sebagai penghubung antara lembaga dan publik (vita link).

Masyarakat sipil yang kuat dapat dipastikan memiliki tingkat kerelawanan yang tinggi. Kita dapat mengambil contoh Amerika, United Kongdom, Kanada dan Belanda yang secara umum telah dikenal sebagai negara yang sangat mengutamakan kerelawanan dan kerelawanan telah menjadi suatu tradisi kuat yang telah menjadi bagian gaya hidup masyarakat. Di Amerika, 55 % penduduk Amerika terlibat dalam dunia kerelawanan. Prosentase tersebut terdiri dari 49 % pria dan 61 % perempuan, sekitar 70 % menjadi relawan di lembaga-lembaga nirlaba, 20 % menjadi relawan di organisasi kepemerintahan, dan 10 % menjadi relawan untuk lembaga profit misalnya rumah sakit, panti asuhan. Di Amerika, siapa pun dapat menjadi relawan. Setiap relawan meyumbangkan waktunya sekitar 4,2 jam.

Di UK, ada sekitar 22 juta relawan. Waktu yang disumbangkan oleh semua relawan di UK selama satu minggu adalah sekitar 90 juta jam per minggu dan hal ini berarti para relawan tersebut telah memberikan kontribusi ke negara tidak kurang dari £40 millar per tahun. Kerelawanan mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap kondisi perekonomian suatu negara. Cynthia P Scheneider dari American Women’s Club mengatakan bahwa dari hasil penelitian di 22 negara menunjukan kerelawanan di Amerika sama dengan 10,5 juta pekerjaan full-time. Pada tahun 2000, lebih dari 6,5 juta orang Kanada menjadi relawan. Rata-rata seorang relawan menyumbangkan waktunya sekitar 162 jam per tahun, yang berarti waktu yang disumbangkan oleh semua relawan di Kanada kira–kira 1,05 millyar jam. Hal ini sama dengan 549.000 pekerjaan full time (national survey of Giving, Volunteering, and Participating in 2000).

Di negara-negara tersebut diatas, kerelawanan sudah menjadi elemen penting untuk pembangunan perekonomian negara dan masyarakat sipil. Sehingga pengelolaaan kerelawanan menjadi salah satu prioritas negara. Di setiap provinsi setiap negara memiliki pusat pengelolaan kerelawanan. Bahkan di setiap lembaga yang membutuhkan jasa relawan pasti memiliki divisi khusus yang bertanggung jawab terhadap manajemen kerelawanan lembaga. Di bulan November 1997, Sekretaris Jenderal PBB menyatakan tahun 2001 sebagai International Year of Volunteer (IYV) dengan tujuan utama ditingkatkannya pengenalan (recognition), fasilitasi (Facilitation), jaringan (networking), dan promosi (promotion) kerelawanan. IYV diharapkan dapat menciptakan suatu

(12)

peluang unik untuk menunjukan prestasi jutaan relawan di seluruh dunia dan dapat mendorong lebih banyak orang untuk terlibat dalam kegiatan kerelawanan.

Dalam budaya Indonesia kerelawanan sebenarnya bukan hal baru. Sejak jaman dahulu, kerelawanan sudah mengakar dalam tradisi dan dipraktekan dalam kehidupan bermasyarakat. Bentuk kerelawanan yang paling umum dipraktekan oleh masyarakat Indonesia terutama di pedesaan adalah gotong royong dalam kegiatan pembangunan rumah, pembangunan sarana sosial, perkawinan, maupun kematian. Para pemuda, orang tua, dan wanita secara sukarela memberikan kontribusi baik berupa tenaga, uang dan sarana sesuai dengan kemampuan mereka. Sedangkan perkotaan, nilai-nilai kerelawanan sudah mulai luntur. Di kota, setiap tenaga atau bantuan yang dikeluarkan selalu diukur dengan uang atau materi. Dalam kegiatan semacam kerja bakti atau ronda, warga lebih memilih membayar orang atau mewakilkan ke pembantu daripada harus terkena giliran.

Namun demikian, seiring dengan menjamurnya lembaga nirlaba atau LSM di Indonesia paska-reformasi dan rentetan bencana alam serta kerusuhan yang kuantitasnya lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, semangat kerelawanan (Voluntarism) dan solidaritas kemanusiaan (genuine solidarity) nampak semakin menonjol. Bahkan Prof. Mitsua Nakamura, research fellow di Harvard University mengatakan bahwa mengingkatnya kerelawanan dan solidaritas kemanusiaan di Indonesia menunjukan adanya peningkatan pertumbuhan partisipasi masyarakat sipil (civil siciety) dan kemungkinan besar dapat menjadi sebuah faktor politik yang penting di masa mendatang. Pertumbuhan partisipasi di masa mendatang. Pertumbuhan partisipasi masyarakat sipil tersebut harus dipertahankan bahkan diperkuat agar semangat solidaritas kemanusiaan dan kerelawanan di masyarakat Indonesia tidak hilang.

Pemerintah Indonesia juga mulai memandang pentingnya peran kerelawanan dalam pembangunan bangsa. Untuk meningkatkan kerelawanan dan meningkatkan kapasitas relawan di Indonesia, pada bulan Agustus 2003 Kementerian Ketenagakerjaan dan Transmigrasi bekerjasama dengan UNDP membuka Pusat Pengembangan Kerelawanan (Volunteer Development Center atau VCD). Di samping sebagai pusat informasi relawan dan kerelawanan di Indonesia, VDC juga berfungsi sebagai forum bagi relawan, organisasi kerelawanan dan stakeholder yang lain untuk saling bertukar informasi, pengetahuan, skill dan keahlian.

Hampir semua LSM baik organisasi karitas, organisasi pelayanan masyarakat dan organisasi advokasi membutuhkan relawan. Sayangnya, banyak lembaga yang hanya melibatkan relawan untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat incidental saja, belum mensinergikan relawan dalam struktur lembaga sebagai bagian penting lembaga yang juga memiliki peranan penting untuk mencapai visi dan misi lembaga serta untuk keberlanjutan pencapaian misi lembaga di masa mendatang. Potensi kerelawanan masih digunakan sebatas untuk menanggulangi berbagai masalah yang diakibatkan bencana alam dan penyakit, belum disinergikan untuk mengatasi berbagai masalah sosial secara lebih strategis. Akibatnya, relawan tidak dikelola secara profesional dan akhirnya lembaga akan kehilangan media kampanye yang efektif dan modal sosial (social capital) yang sangat mahal. Yang akhirnya, lembaga akan kehilangan dukungan publik dalam memperluas gerakan sosial.

Oleh karena itu peranan relawan perlu dipandang sebagai salah satu sumber daya lembaga yang dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam mencapai visi dan misi lembaga. Karenanya

(13)

Manfaat memiliki relawan

Relawan telah menjadi sumber daya yang bernilai bagi sebagian besar lembaga non-profit (LSM). Ada beberapa alasan mengapa LSM mulai melihat pentingnya melibatkan relawan dalam program mereka, yaitu :

(1)

Relawan memiliki peranan penting untuk membangun masyarakat sipil yang adil dan demokratis

.

Hal ini akan membantu memperkuat tanggungjawab, partisipasi dan interaksi masyarakat sipil.

(2) Program relawan bermanfaat baik bagi lembaga maupun relawan

Program relawan akan membantu mempercepat terjadinya perubahan sosial dan pencapaian pembangunan masyarakat sipil yang kuat.

(3) Program relawan bermanfaat baik bagi lembaga maupun relawan

Program kerelawanan dapat meningkatkan kapasitas lembaga dalam upaya mencapai visi dan misi lembaga dan memberikan peluang atau kesempatan bagi relawan untuk dapat mengembangkan diri dan berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sipil.

(4) Program kerelawanan didasarkan pada hubungan setara dan saling menghargai.

Relawan berhak untuk mendapatkan tugas yang berarti, diperlakukan sebagai teman kerja yang setara, mendapatkan supervisi secara efektif, dan terlibat serta berpartisipasi secara penuh. Namun demikian, relawan juga harus bertanggung jawab dan melakukan tugas-tugasnya secara aktif berdasarkan kemampuannya dan loyal pada tujuan dan prosedur-prosedur lembaga.

Beberapa manfaat yang sering diaungkapkan oleh beberapa LSM baik di Indonesia maupun diluar negeri tentang program kerelawanan, antara lain :

¾ Relawan dapat menjadi penghubung antara lembaga dan masyarakat, sehingga memperkuat hubungan lembaga ke masyarakat;

¾ Lembaga memperoleh tenaga, waktu dan keahlian gratis yang bernilai sama atau bahkan lebih besar dari pekerjaan staf yang digaji dan bekerja penuh waktu;

(14)

¾ Lembaga membangun dukungan publik, yang akhirnya dapat memperluas gerakan sosial lembaga;

¾ Lembaga memiliki media kampanye gratis;

¾ Lembaga melakukan proses pendidikan masyarakat;

¾ Staf memiliki banyak waktu untuk pengembangan program dan/atau perluasan kegiatan dan pelayanan yang ditawarkan lembaga;

¾ Memberi peluang ke staff untuk meningkatkan keahlian atau expertise di area program yang sedang mereka kerjakan;

¾ Staf memiliki lebih banyak waktu untuk memperkuat jaringan lembaga; ¾ Relawan memiliki potensi besar untuk menjadi donatur lembaga;

¾ Relawan menjadi sumber ide dan energi bagi pengembangan program lembaga.

Apa dan Siapa Relawan

Pekerjaan kerelawanan (volunteer work) adalah segala bentuk bantuan yang diberikan secara sukarela untuk menolong orang lain. Sedangkan relawan adalah seseorang yang secara sukarela (uncoerced) menyumbangkan waktu, tenaga, pikiran dan keahliannya untuk menolong orang lain (help others) dan sadar bahwa tidak akan mendapatkan upah atau gaji atas apa yang telah disumbangkan (unremunerated). Menjadi relawan adalah salah satu aktivitas yang dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai wujud kepedulian dan komitmennya terhadap sebuah visi tertentu.

Hampir semua relawan yang terlibat dalam pekerjaan kerelawanan termotivasi oleh semangat untuk menolong orang lain sebagai bentuk rasa kepedulian dan tanggung jawab untuk membantu meningkatkan kesejahteraan orang lain. Tentu saja motivasi yang bersifat altruistik tersebut juga diikuti oleh motivasi-mitivasi pribadi yang lain, misalnya keinginan untuk memperoleh pengalaman baru, mendapatkan teman baru, mendapatkan perspektif baru, menggali potensi atau hanya sekedar untuk mengisi waktu luang.

Melalui kerelawanan, relawan dapat saling belajar, dapat lebih memahami isu yang diminati secara lebih kritis, lebih mampu mengorganisasi diri dan sekaligus mampu melakukan aksi nyata dalam keterlibatannya di berbagai kegiatan.

Dilihat dari pola pelaksanaannya, ada tiga pola kerelawanan yang saat ini berkembang. Pertama, kegiatan kerelawanan yang dilakukan oleh individual dan tidak dikoordinir oleh lembaga atau organisasi tertentu. Aktivitas ini banyak berlangsung di masyarakat, namun sulit untuk diukur ataupun diteliti karena dianggap sebagai kegiatan rutin harian. Kedua, kegiatan kerelawanan yang dikoordinir oleh kelompok organisasi, atau perusahaan tertentu, namun bersifat insidentil atau dilakukan secara tidak kontinyu. Misalnya, kegiatan bakti sosial dan donor darah dalam rangka ulang tahun lembaga atau perusahaan. Ketiga, kegiatan kerelawanan yang dikelola kelompok atau organisasi secara profesional dan kontinyu. Pola ketiga ini ditandai dengan adanya komitmen yang kuat dari relawan (baik tertulis maupun lisan) untuk terlibat aktif dalam kegiatan yang dilakukan, adanya aktivitas yang rutin dan kontinyu serta adanya divisi atau organisasi yang khusus merekrut dan mengelola para relawan secara profesional.

(15)

terhadap isu atau tugas yang sedang dikerjakan dan sejalan dengan lamanya partisipasinya dalam suatu lembaga, maka nilai, identitas diri dan rasa kepemilikan terhadap isu/tugas/lembaga juga akan meningkat.

Umumnya, relawan jangka panjang direkrut melalui salah satu cara berikut : rekrutmen sendiri (memiliki kepedulian dan komitmen terhadap isu dan berusaha menemukan dan bergabung dengan lembaga atau wadah yang dapat mewujudkan komitmen dirinya), keterikatan diri terhadap isu atau lembaga yang berkembang semakin kuat (ikatan batin dengan suatu isu atau lembaga tumbuh menjadi lebih kuat), dan kloning (bergabung dengan lembaga karena ajakan staf atau relawan yang sudah bergabung terlebih dahulu).

Karena lamanya bergabung dan semakin meningkatnya kapasitas relawan dalam suatu isu atau program, relawan jangka panjang dapat dilibatkan dalam penentuan deskripsi tugas relawan, bahkan relawan tersebut dapat berinisiatif untuk menambah atau memodifikasi tugas-tugasnya. Bahkan apabila diperlukan, mereka juga bersedia meluangkan lebih banyak waktu dan tenaganya agar misi yang diembannya tercapai. Pengakuan atau reward dari lembaga akan semakin memperkuat komitmen dan keterlibatannya dalam pencapaian misi lembaga.

Relawan Jangka Pendek, adalah relawan yang bergabung dengan suatu lembaga hanya dalam jangka waktu tertentu. Biasanya relawan tipe ini memiliki kepedulian terhadap suatu isu tetapi tidak menganggap isu atau keterlibatannya dalam lembaga tersebut sebagai suatu prioritas dalam hidupnya.

Relawan jangka pendek sebelum bergabung dengan suatu lembaga akan memastikan terlebih dahulu tentang deskripsi tugas yang akan mereka lakukan dan berapa lama komitmen yang harus mereka berikan ke lembaga tersebut. Mereka hanya bersedia melakukan tugas-tugas yang sesuai dengan jangka waktu mereka sediakan, sehingga biasanya relawan tipe ini tidak bergabung dalam suatu lembaga untuk jangka waktu lama.

Relawan jangka pendek biasanya direkrut oleh suatu lembaga melalui salah satu cara berikut : mereka tertarik bergabung dengan suatu lembaga karena tertarik dengan deskripsi tugas relawan, bukan pada misi lembaga; mereka terekrut melalui kegiatan-kegiatan atau event-event lembaga, biasanya mereka tertarik pada jenis event atau kegiatan yang dilakukan oleh suatu lembaga; dan mereka bergabung dengan suatu lembaga karena ajakan teman.

Agar suatu lembaga dapat memiliki cukup relawan jangka panjang, maka lembaga harus memiliki kegiatan promosi internal yang bagus dengan cara memberikan pengakuan atau recogition baik formal maupun informal ke relawan yang dimiliki, memberikan tanggung jawab dan tugas-tugas yang jelas, menarik dan menantang, serta perlahan-lahan meyakinkan mereka agar bersedia memberikan komitmen yang lebih lama. Semua hal ini dapat dilakukan apabila lembaga memiliki desain dan sistem manajemen kerelawanan yang efektif. Desain dan sistem manajemen kerelawanan tidak dapat diciptakan secara spontan, tetapi harus direncanakan dan disusun secara sistematis serta memandang program kerelawanan sebagai salahsatu bagian dari komponen utama lembaga dalam upaya mencapai misi lembaga.

(16)

Modul 2

Topik: Merawat Relawan Nangkis

Peserta memahami :

1. Peran relawan dalam program penanggulangan kemiskinan 2. Kiat-kiat mengelola relawan nangkis.

Kegiatan 1 : Peran Relawan Nangkis

Kegiatan 2 : Mengidentifikasi Kesulitan Mengelola Relawan Kegiatan 3 : Mengembangkan Kebijakan Pengelolaan Relawan

6 Jpl ( 270 ’)

1. Bahan Bacaan – Relawan dalam Penanggulangan Kemiskinan 2. Lembar Kerja – Kebijakan Pengelolaan Relawan

(17)

Memahami Pengelolaan Relawan

1) Sampaikan kepada peserta bahwa kita akan memulai modul ”Mengelola Relawan Nangkis” dan jelaskan tujuan dari pembahasan modul ini.

2) Kita akan mulai pembahasan mengenai pengelolaan relawan. Ingatkan kepada peserta bagaimana pentingnya peran relawan dalam penanggulangan kemiskinan yang sudah dibahas dalam modul – modul sebelumnya. Tekankan bahwa relawan bukan hanya dibutuhkan sampai pembangunan BKM/LKM akan tetapi untuk kegiatan – kegiatan selanjutnya. Oleh karena itu dibutuhkan sistem pengelolaan relawan yang terencana, sehingga BKM/LKM mampu menjaring relawan yang dibutuhkan dan dapat mempertahankannya.

3) Jelaskan kepada peserta pengelolaan relawan dapat dilakukan melalui tahapan seperti digambarkan dalam bagan di bawah ini :

4) Bahas bersama peserta apa saja unsur – unsur di dalam setiap tahapan.

Tahapan Unsur – Unsur

Perumusan Kebijakan Pengelolaan Relawan

Identifikasi kebutuhan relawan, merumuskan deskripsi tugas yang harus dijalankan

Perencanaan

Apa lagi ?

Menginformasikan kebutuhan relawan kepada berbagai pihak dan kualifikasinya

Membuka pendaftaran relawan

Membangun komitmen kerjasama antara BKM/LKM dengan relawan Penjaringan

Supervisi dan

Evaluasi

Penjaringan

Pemeliharaan

Perencanaan

(18)

Lainnya ?

Mengembangkan sistem peningkatan kapasitas Mengembangkan data relawan

Menciptakan iklim yang mendukung Mengembangkan sistem penghargaan Pemeliharaan

Lainnya ? Supervisi dan Evaluasi

Identifikasi Peran Relawan

1) Sampaikan kepada peserta bahwa kewajiban kolektif lain anggota BKM/LKM dan UP adalah memelihara relawan – relawan yang sudah ada dan menemukan relawan-relawan lain di masyarakat kita yang akan membantu BKM/LKM dan UP bekerja bersama-sama masyarakat menanggulangi kemiskinan. Jelaskan peran relawan, baik secara umum dalam program penanggulangan kemiskinan ini maupun dalam setiap tahapan aktivitas PNPM Mandiri Perkotaan.

2) Beri kesempatan bertanya kepada peserta hingga peserta merasa jelas apa peran relawan dalam program penanggulangan kemiskinan ini. Gunakan Bahan Bacaan : Relawan dalam Penanggulangan Kemiskinan.

Siklus/Kegiatan Nangkis Peran Relawan

Refleksi Kemiskinan Identifikasi peran – peran yang bisa dilakukan tidak

hanya sebatas fasilitasi rembug atau diskusi akan tetapi juga dalam membangun jaringan komunikasi dan informasi termasuk sosialisasi dan peran – peran lainnya yang dibutuhkan dalam kegiatan ini

Pemetaan Swadaya Idem

Pembangunan BKM Idem

Pengembangan KSM Idem

Penyusunan PJM Pronangkis Idem

Pemeliharaan KSM Bekerja sama dengan UP – UP untuk memfasilitasi

pengembangan kapasitas KSM dan peran lainnya. Contoh bidan bisa menjadi relawan untuk memberikan pemahaman mengenai kesehatan reproduksi; yang mempunyai keterampilan masak bisa memberikan peningkatan keterampilan masak kepada KSM yang berusaha di bidang ini; membangun sistem komunikasi dan infromasi yang dibutuhkan oleh KSM dan sebagainya.

(19)

Musrenbang Bekerjasama dengan BKM/LKM dan UP untuk menyiapkan dokumen yang dibutuhkan, mengadakan pendekatan dan negosiasi dengan pihak pemerintahan desa/kelurahan dan pihak – pihak yang mempunyai peran strategis dalam musrenbang dan peran – peran lainnya

Kemitraan dengan pihak lain Memberikan informasi kepada BKM/LKM mengenai

program – program nangkis yang ada di luar kelurahan yang bisa diakses. Membantu lobby dan negosiasi kepada pihak lain agar mau bermitra dengan BKM/LKM; membuat profil BKM/LKM dan media lain untuk promosi kepada pihak luar dan peran lainnya

Kegiatan lainnya ...

Secara umum, peran relawan dalam program penanggulangan kemiskinan ini adalah menjadi motor penggerak agar terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Menggerakkan masyarakat bisa dengan menyumbangkan pikiran, waktu atau tenaga dalam keseluruhan aktivitas program bersama-sama dengan anggota masyarakat lainnya. Setiap tahapan aktivitas PNPM dirancang untuk difasilitasi oleh relawan, mulai dari refleksi kemiskinan, pemetaan swadaya, pembentukan BKM/LKM hingga nanti penyusunan PJM, pelaksanaan program bahkan hingga evaluasi program. Selain peran –peran untuk memfasilitasi rmbug/diskusi relawan juga bisa mengelola jaringan informasi dan komunikasi komunitas yang berhubungan dengan kegiatan siklus khususnya dan penanggulangan kemiskinan pada umumnya.Dengan terlibat dalam setiap aktivitaslah masyarakat (relawan) dapat belajar, sehingga pada gilirannya proses penanggulangan kemiskinan bisa digerakkan oleh masyarakat bukan oleh orang luar.

Dari pengalaman sebelumnya, seringkali relawan hanya diartikan berperan sampai pembangunan BKM/LKM. Pemahaman yang berkembang, peran relawan digantikan oleh anggota BKM/LKM setelah BKM/LKM terbentuk. Pemahaman ini keliru. BKM/LKM membutuhkan ’bala tentara’ yang besar untuk dapat menanggulangi kemiskinan. BKM/LKM pasti tak dapat bekerja sendiri.

Peran relawan dapat diwujudkan dalam :

• Menjadi bagian dari gugus tugas yang ada di UP (UPK, UPS dan UPL) untuk memfasilitasi perkembangan KSM, termasuk peningkatan kondisi kesehatan, pendidikan, lingkungan, dsb. Oleh karena itu dapat juga dikembangkan relawan-relawan spesialis (kesehatan, pendidikan, ekonomi, lingkungan, dsb.).

• Hadir dan ikut sumbang saran dalam rapat-rapat BKM/LKM.

• Membantu BKM/LKM memperjuangkan PJM Pronangkis agar masuk dalam RPJM Des/Kel dan diakomodir dalam musrenbang

• Membantu terjadinya kemitraan antara BKM/LKM dengan program – program lain • Menumbuhkan proses belajar di masyarakat melalui Komunitas Belajar Kelurahan.

(20)

Menjaring Relawan

1) Tanyakan kepada peserta apakah mereka mempunyai pengalaman menjaring relawan dalam kegiatan – kegiatan lain atau dalam kegiatan nangkis sebelumnya? Dari pengalaman yang mereka punya bagaimana caranya mendapatkan relawan? Tuliskan jawaban peserta dalam kertas plano.

2) Dari jawaban di atas identifikasi bersama cara mana yang efektif dan berhasil menjaring relawan dan mana yang tidak. Apa faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan.

3) Berikan masukkan proses penjaringan relawan yang pernah dilakukan oleh fasilitator, hambatan – hambatan yang dialami dan faktor – faktor pendorong keberhasilan.

4) Tanyakan kepada peserta, apakah relawan – relawan yang selama ini sudah ada dan terlibat dalam memfasilitasi setiap kegiatan siklus sudah memadai untuk kebutuhan ke depan? Apabila belum maka BKM/LKM harus melakukan penjaringan relawan. Beri penegasan bahwa penjaringan relawan tidak hanya dilakukan sekali saja akan tetapi dapat dilakukan terus menerus, makin baik apabila makin banyak relawan yang terlibat dan ikut membantu kegiatan penanggulangan kemiskinan. Di samping itu apabila program nangkis makin berkembang kebutuhan akan relawan juga akan semakin tinggi.

5) Pemandu memberikan umpan balik untuk menguatkan wawasan peserta.

Mendapatkan relawan bukan merupakan hal mudah, karena BKM/LKM tidak menawarkan upah atau gaji kepada mereka. Proses penjaringan merupakan upaya untuk mengidentifikasi dan memperoleh relawan yang memiliki motivasi, kebutuhan dan kepentingan yang sama dengan kebutuhan dan kepentingan BKM/LKM dalam penanggulangan kemiskinan. Deskripsi tugas yang menarik dan menantang menjadi bagian yang penting sebelum dilakukan proses penjaringan.

Hasil yang akan dicapai melalui penjaringan adalah agar BKM/LKM memiliki relawan berpotensi sesuai kebutuhan lembaga. Metode yang digunakan dalam proses penjaringan menjadi hal yang menentukan apakah relawan yang diperoleh sesuai kebutuhan atau tidak. Metode yang biasa dikembangkan oleh lembaga – lembaga yang mengembangkan program relawan biasaya ada 2 yaitu : 1) publikasi/promosi kebutuhan relawan yang diperlukan lembaga. Dalam konteks kebutuhan nangkis di BKM/LKM publikasi bisa dilakukan melalui papan informasi, pengumuman secara lisan di pertemuan/acara – acara masyarakat, selebaran yang dibagikan kepada warga dan cara – cara yang lain. Dalam promosi harus disebutkan peran/deskripsi tugas yang akan dijalankan oleh relawan apabila mereka bergabung 2) menseleksi calon relawan sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan oleh lembaga

(21)

Memelihara Relawan

1) Sampaikan kepada peserta bahwa selanjutnya kita akan mendiskusikan bagaimana memelihara relawan agar bisa terus bersama-sama mendorong upaya penanggulangan kemiskinan di desa/kelurahan kita.

2) Minta peserta diskusi berpasangan ”Apa saja kesulitan merawat relawan?” dan ”Apa solusinya?” Beri ilustrasi misalnya dengan mengajak peserta membandingkan jumlah anggota masyarakat yang terlibat (menjadi relawan) sejak awal hingga sekarang. Bila semakin sedikit, maka sesungguhnya program ini memiliki kesulitan merawat relawan. Apabila kita mampu mengidentifikasi kesulitan dan merumuskan solusi, akan menjadi tindakan preventif pengelolaan relawan ke depan.

3) Persilahkan peserta menyampaikan hasil diskusinya. Tulis jawaban peserta dalam matriks di papan tulis sebagai berikut.

Kesulitan Solusi

4) Ingatkan peserta bahwa hasil diskusi ini akan sangat bermanfaat bagi BKM/LKM dan UP ke depan dalam membuat kebijakan dan kegiatan pengelolaan BKM/LKM. Beri umpan balik.

Tantangan bekerja dengan Relawan

• Kapasitas relawan tak selalu sesuai dengan kebutuhan

• Keterbatasan waktu (contohnya relawan yang bekerja sebagai karyawan, relawan yang memiliki anak balita, dsb.)

• Relawan yang merasa dirinya adalah wakil masyarakat dalam program. • Relawan tidak memahami isu/masalah yang menjadi isu program.

• Menemukan kesetimbangan jumlah relawan yang diperlukan dan mampu dikelola secara efektif.

• Menghadapi ketidakprofesionalan, dan tak jarang penyimpangan, yang dilakukan relawan tanpa menyakiti mereka.

Kerelawanan akan berhasil, bila :

• Masyarakat secara keseluruhan juga dididik mengenai kerelawanan dan paham mengapa relawan tidak dibayar.

• Terjadi perpaduan antara relawan yang bekerja (karyawan), profesional, mahasiswa/pelajar dan orang yang tidak bekerja (pengangguran, pensiunan).

• Dilakukan wawancara ketika perekrutan seperti halnya perekrutan pekerja (yang dibayar). Meski tidak harus formal, yang penting proses wawancara akan memperjelas hak dan kewajiban relawan.

• Dilakukan pengenalan (orientasi, pelatihan atau coaching) terhadap relawan baru untuk membangun pemahaman tentang program.

• Relawan memahami tugas dan tanggungjawabnya, serta tersedia aturan main dan mekanisme penyelesaian masalah.

• Relawan dihargai.

(22)

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memelihara relawan : 1. Orientasi terhadap Tujuan Lembaga dan Tugas Relawan

Relawan harus mempunyai pemahaman terhadap visi yang hendak dicapai oleh BKM/LKM dan misi yang diembannya sebagai penggerak penanggulangan kemiskinan serta peran/tugas yang diharapkan diemban oleh relawan untuk mewujudkan tujuan – tujuan penanggulangan kemiskinan. Kunci bekerjasama dengan relawan adalah pemahaman bersama (organisasi dan si relawan) bahwa meski ini kerelawanan, pekerjaan ini harus tetap dikerjakan dengan serius. Kita harus menghilangkan pemahaman bahwa karena mereka tidak dibayar mereka dapat bekerja sesukanya.

2. Iklim Organisasi

Lingkungan lembaga yang kondusif dan nyaman merupakan faktor yang menentukan bagi relawan untuk terlibat. Perasaan diterima,dihargai, tidak direndahkan, diperlakukan setara sebagai bagian dari satu tim merupakan komponen penting bagi relawan, selayaknya manusia. Nilai – nilai yang perlu dipegang dan dianut oleh BKM/LKM dalam melibatkan relawan adalah : 1) setiap individu (anggota BKM/LKM, UP dan relawan) saling memahami dan menghargai fungsi dan peran masing – masing; 2) bersedia berkorban untuk satu tujuan; 3) kepercayaan; 4) toleransi dan penerimaan; 5) Komunikasi yang jujur dan terbuka; 6) memiliki identitas bahwa ”kita bersama – sama berusaha mencapai suatu tujuan”. 7) terbuka dan kooperatif; 8) saling mendukung dan saling tergantung. Relawan juga manusia. Perlakukan ia selayaknya manusia, yang membutuhkan petunjuk bagaimana cara bekerja, yang membutuhkan ucapan terima kasih setelah bekerja, yang senang mengerjakan hal tertentu tapi tidak senang mengerjakan hal lain, yang senang mendapat perhatian, dsb. Kenali perasaan relawan.

3. Peningkatan Kapasitas

Peningkatan kapasitas merupakan salah satu elemen penting dalam pengelolaan relawan. Peningkatan kapasitas dapat dilakukan melalui pelatihan, bimbingan rutin, magang di lembaga lain dan sebagainya. Melalui kegiatan ini BKM/LKM membekali relawan untuk dapat melakukan tugas – tugasnya, sehingga relawan menjadi lebih siap dan percaya diri. 4. Pengembangan data Relawan

Pengembangan data relawan sangat penting dilakukan karena 1) untuk mengetahui jumlah relawan yang selama ini terdaftar, terlibat aktif, atau relawan – relawan yang hanya terlibat dalam kegiatan tertentu saja sehingga BKM/LKM mempunyai gambaran karakteristik relawan yang ada. 2) dari data yang ada bisa diidentifikasi kemampuan dan tugas – tugas yang telah dilakukan oleh relawan 3) menunjukkan besarnya kontribusi relawan yang akhirnya dapat dihitung sebagai nilai swadaya masyarakat dalam nangkis. 5. Sistem Penghargaan

Penghargaan bukan berbentuk uang akan tetapi bisa dalam bentuk pelibatan dalam kegiatan – kegiatan yang bisa meningkatan kapasitas mereka, memberikan pengakuan terhadap hasil kerja mereka, mengakui keberhasilan kerja yang sudah dilakukan,

(23)

Supervisi dan Evaluasi

1) Jelaskan bahwa kita perlu memonitor relawan dalam melaksanakan kewajiban – kewajiban mereka termasuk tugas – tugas yang harus dilaksanakannya. BKM/LKM harus mempunyai supervisor yang ditunjuk khusus untuk mendampingi dan mengelola relawan.

2) Bahas bersama peserta bahwa walaupun relawan tidak mendapatkan upah dari pekerjaan yang dilakukannya, tetap saja pekerjaan yang dikelolanya dan cara mereka mengelola harus diukur. Oleh karena itu penting bagi BKM/LKM untuk mengembangkan sistem evaluasi dan umpan balik untuk relawan. Hasil evaluasi akan memberikan gambaran sejauh mana program telah dilakukan dan sekaligus memberikan masukkan untuk meningkatkan capaian program.

3) Diskusikan dalam pleno kelas hal – hal apa saja yang harus dievaluasi dan kapan evaluasi tersebut dilakukan . Mintalah peserta untuk menuliskan dalam kertas metaplan mengenai unsur – unsur yang harus dievaluasi dari keterlibatan relawan, kumpulkan kartu tersebut dan kelompokkan isu – isu yang sejenis.

4) Berdasarkan kepada kelompok kartu isu tadi kemudian isilah tabel di bawah ini - yang sudah disalin ke dalam kertas plano – bersama sama .

Unsur yang harus

dievaluasi Periode waktu Metode

Kapasitas Isi dengan waktu evaluasi yang harus dilakukan apakah bulanan, triwulan atau waktu lainnya

Isi dengan metode evaluasi yang dipakai

... ... ...

Dst 5) Berikan penegasan – penegasan yang dibutuhkan

Relawan harus menerima umpan balik secara terjadwal. Di awal masa kerja relawan,

frekuensi evaluasi atau umpan balik harus dilakukan sesering mungkin, misalnya setiap bulan untuk enam bulan pertama, dan setelah itu dilakukan peling tidak dua kali dalam setahun. Metode evaluasi bisa berupa :

1) tertulis, baik relawan maupun supervisor mengisi formulir penilaian kemampuan diri yang telah dikembangkan oleh BKM/LKM

2) Tatap muka, atau diskusi , relawan dan supervisor bertemu dan mendiskusikan mekanisme dan hasil kerja yang telah dilakukan.

3) Kombinasi tertulis dan tatap muka, setelah relawan dan supervisor mengisi lembar evaluasi mendiskusikan hasil yang telah ditulis.

Proses evaluasi bukan hanya ditujukan untuk relawan saja, tetapi juga BKM/LKM. Oleh karena itu, proses komunikasi 2 arah selam proses evaluasi sangat diutamakan, baik relawan maupun lembaga memiliki posisi dan hak yang sama untuk memberikan pendapat.

(24)

Mengembangkan Kebijakan Pengelolaan Relawan

1) Sampaikan bahwa dalam proses perencanaan sebelum program dimulai, BKM/LKM harus mempunyai kebijakan yang jelas berkaitan dengan pengelolaan relawan. Jelaskan bahwa dalam sessi ini kita akan menyusun kebijakan tersebut.

2) Bagi peserta dalam beberapa kelompok. Satu kelompok sebaiknya tidak lebih dari lima orang. Tugaskan setiap kelompok untuk mendiskusikan Lembar Kerja : Kebijakan Pengelolaan Relawan, dan merumuskan setiap poin kebijakan. Minta peserta untuk menuliskan hasil diskusi di kertas plano dan menunjuk juru bicara kelompok.

3) Setelah diskusi kelompok selesai, persilahkan juru bicara kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Beri kesempatan kepada anggota kelompok lain untuk menanggapi. Setelah semua kelompok selesai, sepakati bersama rumusan seperti apa yang menjadi kebijakan pengelolaan relawan BKM/LKM.

4) Beri umpan balik. Gunakan bahan – bahan bacaan dalam modul ini untuk memperkaya pemahaman. Tegaskan bahwa hasil diskusi ini harus didokumentasikan dan menjadi acuan dalam mpengembangan program kerelawanan nangkis di wilayah mereka.

Untuk menghindari masalah, bikinlah aturan-aturan bahkan hingga sespesifik mungkin. Bikinlah aturan akses relawan terhadap sumberdaya organisasi (misalnya penggunaan telepon), penggantian biaya yang dikeluarkan, siapa yang mensupervisi pekerjaan relawan, sanksi dan penghargaan, prosedur berhenti menjadi relawan, dsb.

Relawan perlu terlibat sejak dalam perencanaan program hingga evaluasi program. Mereka perlu tahu apa yang sedang terjadi, dan diundang untuk berkontribusi sebaik mungkin.

Kegiatan 6

(25)

Kebijakan Pengelolaan Relawan

Kebijakan pengelolaan relawan biasanya memuat hal-hal dibawah ini. Rumuskanlah kebijakan BKM/LKM anda dalam mengelola relawan.

1. Tujuan Penggunaan Relawan. Ini akan menjelaskan latar belakang dan alasan-alasan mengapa BKM/LKM penting menggunakan relawan. Apa tujuan jangka pendek dan jangka panjang program relawan. Kapan program akan dimulai. Manfaat apa yang akan diperoleh lembaga dengan melibatkan relawan?

2. Definisi Relawan. Ini akan menjelaskan siapa yang disebut sebagai relawan. Secara umum biasanya dirumuskan sebagai pihak-pihak yang membantu tanpa mendapat bayaran.

3. Ruang Lingkup Kerja/Peran Relawan. Ini menjelaskan aktivitas apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh relawan. Ada organisasi yang membolehkan semua relawannya melakukan semua pekerjaan, kecuali pekerjaan yang menjadi tugas staf (yang dibayar). Ada juga organisasi yang menspesifikkan pekerjaan relawan pada ruang aktivitas tertentu, misalnya aktivitas di masyarakat, aktivitas di sekretariat, dsb.

4. Kualifikasi Relawan. Ini menjelaskan siapa yang dapat menjadi relawan. Beberapa organisasi mensyaratkan orang-orang dengan kapasitas minimal tertentu yang dapat menjadi relawan. Karena itu dilakukan penjaringan. Dalam konteks kebutuhan BKM/LKM untuk menanggulangi kemiskinan kualifikasi disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan peran yang akan dijalankan. Kualifikasi bukan hanya menyangkut pengetahuan dan keterampilan akan tetapi juga menyangkut nilai – nilai. Orang yang mempunyai kepedulian yang tinggi bisa ditingkatkan pengetahuan dan keterampilannya melalui pelatihan dan kegiatan lain apabila dibutuhkan.

5. Jangka Waktu Kerjasama. Beberapa organisasi merekomendasikan agar relawan memiliki batas waktu bekerja menjadi relawan: satu tahun, dua tahun atau tiga tahun atau bahkan sifatnya hanya mebantu secara temporer, misalnya menjadi narasumber untuk peningkatan kapasitas KSM ; membantu mencarikan mitra program dan sebagainya.

6. Hak dan Tanggung-jawab Relawan. Ini menjelaskan apa yang dapat ditagih oleh relawan kepada organisasi (hak relawan), dan sebaliknya apa yang dapat ditagih organisasi kepada relawan (tanggung-jawab relawan). Hak misalnya meliputi hak untuk mendapat kejelasan deskripsi pekerjaan, diperlakukan adil, mendapatkan pengembangan kapasitas agar dapat bekerja dengan baik, terlibat dalam kegiatan organisasi, penghargaan atas hasil kerja, dsb. Tanggung-jawab meliputi antara lain bekerja optimal sesuai kemampuan, mentaati nilai, tujuan dan aturan organisasi.

(26)

Relawan dalam Penanggulangan Kemiskinan

ƒ Siapakah yang dimaksud dengan “Relawan” ?

Relawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang secara ikhlas karena panggilan nuraninya memberikan apa yang dimilikinya tanpa mengharapkan imbalan/upah ataupun karier.

ƒ Mengapa PNPM Mandiri Perkotaan menumbuhkan relawan ?

Kenyataan bahwa hampir di semua masyarakat aktivitas sosial berupa sifat tolong-menolong sudah sejak lama sering kita jumpai. Salah satunya yang sering kita kenal adalah “gotong-royong” yang dalam kerelawanan merupakan suatu bentuk tipikal dari jaring pengaman sosial yang paling utama di masyarakat miskin.

Kenyataan ini menunjukkan bahwa sesungguhnya modal sosial berupa sifat-sifat “kerelawanan” di masyarakat sudah ada, kemudian melalui PNPM Mandiri Perkotaan justru diberikan peluang pada masyarakat untuk menumbuh-kembangkan potensi modal sosial ini dengan mengaktualisasikan dirinya sebagai relawan.

PNPM Mandiri Perkotaan merupakan gerakan moral menanggulangi kemiskinan. Hal ini sangat sejalan dengan fitrah kita sebagai manusia yang sesungguhnya adalah mahluk sosial yang sifat-sifat utamanya justru ditunjukkan oleh kemampuannya membantu orang lain sebagai wujud rasa syukur kepada Illahi.

ƒ Siapakah yang dapat menjadi Relawan ?

Semua warga yang secara ikhlas tanpa membeda-bedakan derajat dan status sosial bersedia mengabdikan dirinya tanpa mengharapkan imbalan ataupun karier dapat menjadi relawan. Artinya, siapapun dapat menjadi relawan, selama memiliki semangat dan jiwa kerelawanan. Relawan tidak tergantung dari kelompok masyarakat mana dia berasal.

ƒ Apa kontribusi Relawan bagi penanggulangan kemiskinan?

Kreatifitas seseorang untuk berkontribusi membantu orang lain sesungguhnya dapat diwujudkan dengan banyak cara, bahkan mungkin tidak terhitung. Pada dasarnya, kontribusi yang dapat diberikan oleh relawan adalah semua karunia yang telah diperolehnya, antara lain:

¾ Waktu ¾ Tenaga

¾ Bakat termasuk kemampuan intelektualitas ¾ Harta

ƒ Apa peran Relawan dalam menanggulangi kemiskinan ?

Peran utama para relawan adalah sebagai “Agen perubahan” atau “Agen Pembaruan” di masyarakat yang berfungsi mempercepat terjadinya proses penanggulangan kemiskinan. Membangun masyarakat adalah misi utama relawan dalam menanggulangi kemiskinan, yang

(27)

¾ Memberikan bantuan teknis bagi masyarakat yang dibutuhkan dalam menjalani rangkaian siklus proses PNPM Mandiri Perkotaan.

¾ Membangun jaringan kerja dan jaringan sumberdaya, sebagai upaya membuka ruang dan akses masyarakat pada informasi, teknologi, kapital, dll.

¾ Melakukan upaya-upaya mobilisasi sumberdaya, sehingga berbagai upaya penanggulangan kemiskinan dapat secara efektif terselenggara bersama masyarakat. Para relawan pun ikut berperan mendorong tumbuhnya komunitas belajar kelurahan (KBK), yang dimulai dengan membangun kelompok-kelompok diskusi diantara para relawan, kemudian mengikutsertakan pihak-pihak lain yang peduli baik dari kalangan pemerintah kelurahan/desa, maupun lembaga sosial atau kemasyarakatan yang ada di lingkungan kelurahan/desa. Dengan demikian upaya kajian atau pembelajaran mengenai berbagai hal pembangunan masyarakat, terutama penanggulangan kemiskinan dapat terus berlangsung di masyarakat. Artinya, masyarakat secara dinamis terus meningkatkan kapasitasnya, dan proses belajar menjadi budaya komunitas.

ƒ Bagaimana PNPM MANDIRI PERKOTAAN membuka peluang menumbuhkan Kerelawanan ?

¾ Sejak awal Rembuk Kesiapan Masyarakat (RKM), setiap tahapan siklus, dan setiap saat dibuka kesempatan seluas-luasnya bagi relawan melalui Pendaftaran Relawan.

¾ Konsep dasar PNPM Mandiri Perkotaan: manusia pada dasarnya baik dan kebaikan dapat diwujudkan dalam sikap memberi/membantu orang lain secara “Ikhlas”. Tidak dibayar (upah) untuk berbuat baik adalah peluang untuk seseorang mengaktualisasikan dirinya sebagai relawan, dan membangun kultur sehat di warga agar terjamin keberlanjutan nilai-nilai dan prinsip seperti yang ditumbuh kembangkan melalui PNPM Mandiri Perkotaan. ¾ PNPM Mandiri Perkotaan secara sengaja membuka ruang pengabdian yang dapat diisi oleh

para Relawan, seperti menjadi anggota BKM/LKM, merintis pengembangan Komunitas Belajar Kelurahan, pendampingan dalam pengembangan KSM, beraktivitas secara gotong-royong, membangun semangat kebersamaan dalam menyikapi kemiskinan, dsb adalah bidang-bidang kerja yang dipromosikan PNPM Mandiri Perkotaan untuk para Relawan. ¾ PNPM Mandiri Perkotaan seraca sistematis mengupayakan berbagai fasilitasi bagi para

relawan melalui pengembangan kapasitas dan pengakuan, seperti:

- kesempatan mengikuti pelatihan-pelatihan

- pengembangan jejaring

ƒ Bagaimana memelihara Semangat dan Jiwa Kerelawanan?

Dalam rangka keberlanjutan program penanggulangan kemiskinan di masyarakat maka peran para relawan menjadi sangat penting, terutama untuk terus menjaga dinamika masyarakat. Kondisi yang perlu terus dipertahankan bagi keberadaan peran para relawan ini adalah dengan terus memelihara semangat dan jiwa kerelawanannya. Hasilnya adalah semakin tumbuhnya kebersamaan (social cohesion), yang merupakan dampak positif dari tindakan kerelawanan. Baik atas prakarsa pemerintah maupun prakarsa BKM/LKM bersama unsur perangkat kelurahan/desa perlu terus (i) Membangun jejaring kebersamaan, (ii) peningkatan kapasitas, (iii) mengupayakan penghargaan dan pengakuan dari Pemda.

Salah satu komponen penting bagi keberlanjutan peran para relawan dalam penanggulangan kemiskinan adalah dengan ”manajemen relawan” melalui: perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring aktivitas kerelawanan secara terbuka dan bertanggung jawab (prinsipnya: transparansi dan akuntabilitas). Dengan demikian hasil kerja para relawan ini menjadi semakin nyata dan berarti di masyarakat.

(28)

Referensi

Dokumen terkait

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1

Info Data Penyulang : berfungsi untuk menampilkan informasi data-data penyulang yang terdapat pada setiap rayon (Lampiran 3).. Info Data Tiang : berfungsi untuk menampilkan

Permasalahan yang timbul yaitu pada saat trend pertumbuhan konstruksi meningkat, trend pertumbuhan produksi di tahun 2014 mengalami penurunan, sehingga perlu dilakukan

Jawab: yaitu dengan meyakini bahwa Allah SWT itu mempunyai sifat maha berbicara (kalam) dan sesungguhnya Berbicaranya Allah SWT itu tidaklah sama dengan berbicaranya kita

Jadi coping adalah upaya atau cara untuk mengatasi masalah dan menyesuaikan diri dengan keinginan yang akan dicapai dan respons terhadap situasi yang menjadi

Berdasarkan wawancara diatas dapat penulis simpulkan bahwa masyarakat Desa Jati Wetan melakukan strategi coping dalam menanggulangi/ mengurangi stress yang dirasakan saat

Demikian ringkasan eksekutif Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) OPD Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bengkulu, sebagai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

kali lipat daripada Usaha Kecil, dan 38 kali lipat daripada Usaha Menengah. Hal ini seakan menyiratkan bahwa produktifitas Usaha Mikro masih jauh lebih rendah daripada