• Tidak ada hasil yang ditemukan

DUKUNGAN ADAPTASI BAGI GURU SMP DAN SMA DI SEKOLAH HATI SUCI. Abstract

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DUKUNGAN ADAPTASI BAGI GURU SMP DAN SMA DI SEKOLAH HATI SUCI. Abstract"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

DUKUNGAN ADAPTASI BAGI GURU SMP DAN SMA DI SEKOLAH HATI SUCI

Joshua Wianto1, Weny Savitry Sembiring Pandia2

1, 2Fakultas Psikologi, Unika Atma Jaya

Email: joshua.201900040021@student.atmajaya.ac.id

Abstract

Being a teacher often requires adjustment to daily changes whether it is within the classroom, outside of classroom, or in the teacher’s lounge with fellow teachers. COVID-19 has caused drastic changes especially towards how school must be held, therefore requiring the teacher to adapt toward even more changes. Teachers face changes such as instructional methods, use of technology, changes of curricula, and more. Termination of some teachers due to COVID-19 forces the remaining teachers to adapt to changes in their workload and responsibilities. The death of loved ones during the pandemic can also negatively impact the performance of teachers with grief. Therefore, teachers need to develop their adaptability to constructively respond to changes. Adaptability is useful to maintain teachers’ motivation when facing challenges, and to increase the initiative to make positive changes in the workplace. This research aims to identify the changes faced by the high school teachers of Sekolah Hati Suci during COVID-19. The research also aims to understand current responses of the teachers towards the changes, to plan intervention program that encourages more optimum responses to changes. Assessment was done through online interviews and questionnaires consisting of open questions discussing the changes faced by the teachers during COVID-19. Concluding the data obtained from 10 participants, source of changes and challenges faced by the teachers are the need to adjust to online learning, the increase of workload due to the termination of some colleagues, and the grief due to the death of the foundation president of Sekolah Hati Suci.

Keywords: teachers; adaptability; COVID-19; grief; survivor syndrome ABSTRAK

Guru merupakan profesi yang sering berhadapan dengan perubahan baik di dalam kelas, di luar kelas, maupun di ruang guru dengan sesama kolega. Namun, pandemi COVID-19 yang menyebabkan perubahan drastis pada pelaksanaan sekolah, membuat guru semakin memerlukan kemampuan beradaptasi, untuk bisa menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan-perubahan yang dialami antara lain seperti Perubahan-perubahan metode instruksional, kebutuhan mempelajari teknologi, penyesuaian kurikulum, dan banyak hal lain terkait dengan pelaksanaan kelas. Selain teknis pelaksanaan kelas, pengurangan jumlah staf di sekolah akibat COVID-19 menyebabkan guru harus beradaptasi terhadap perubahan tugas dan tanggung jawab. Rasa dukacita akibat kehilangan orang-orang terdekat di masa pandemi juga dapat mempengaruhi kinerja guru secara negatif. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu kemampuan untuk secara konstruktif merespons terhadap perubahan, yakni adaptability. Adaptability berguna untuk menjaga motivasi

(2)

guru ketika menghadapi tantangan, serta meningkatkan inisiatif untuk melakukan perubahan positif dalam berprofesi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang dialami oleh guru SMP dan SMA di Sekolah Hati Suci selama pandemi COVID-19. Penelitian yang dilaksanakan juga bertujuan untuk memahami respons guru terhadap perubahan yang terjadi, guna merancangkan program intervensi untuk mengembangkan respons yang optimal terhadap perubahan yang terjadi. Pemeriksaan terhadap kendala dan perubahan yang dialami oleh guru-guru dilakukan menggunakan metode wawancara, serta menggunakan google form berisi pertanyaan-pertanyaan terbuka terkait kendala yang dialami oleh guru. Berdasarkan data yang diperoleh dari 10 partisipan, ditemukan beberapa sumber kendala yaitu kedukaan karena meninggalnya ketua yayasan, pemberhentian kolega guru di masa pandemi, serta kebutuhan menyesuaikan diri dengan pembelajaran daring.

Kata Kunci: guru; adaptability; COVID-19; kedukaan; survivor syndrome

PENDAHULUAN

Pandemi COVID-19 menyebabkan pemerintah di Indonesia mengeluarkan kebijakan untuk menerapkan PJJ dengan menggunakan metode penyampaian pengajaran secara daring, guna mencegah meluasnya penularan virus COVID-19. Perubahan ini menyebabkan pihak sekolah, terutama guru perlu mengatur sistem pembelajaran daring sedemikian rupa agar murid tetap mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. (Aliyyah et al., 2020). Guru juga harus bersiap untuk menyesuaikan materi pembelajaran agar lebih mendorong dan memudahkan murid untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam dan praktis di kehidupan nyata (Ertmer & Otenbreit-Leftwich dalam Mardiana, 2020).

Pandemi COVID-19 juga berdampak signifikan terhadap struktur organisasi, terutama terhadap tenaga kerja dalam segala bidang termasuk sekolah. Hingga bulan April 2020, terdapat 162.416 pekerja di Jakarta telah terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Para pekerja tersebut bekerja di berbagai bidang termasuk bidang konstruksi, guru honorer sekolah swasta, dan guru madrasah (Sari, 2020). Guru yang masih bertahan di tempat kerjanya mengalami hal yang disebut sebagai survivor syndrome, yaitu perasaan negatif yang muncul pada pekerja yang tetap bekerja di sebuah perusahaan setelah penurunan jumlah karyawan (Werr & Wakeman, 2020). Guru yang bertahan justru mengalami peningkatan tingkat stres, dan penurunan pada rasa otonomi, kepuasan bekerja, dan kesehatan fisik (Werr & Wakeman, 2020).

Pandemi COVID-19 juga menyebabkan korban jiwa yang tidak sedikit. Rasa duka yang muncul akibat kehilangan tersebut dapat mempengaruhi aspek kehidupan individu dalam bekerja, termasuk fungsi di tempat kerjanya. Keadaan berduka cenderung menguras sumber daya emosional, psikologis, dan spiritual seseorang (Stein & Winokuer; Bento dalam Little, 2011). Beban emosi duka yang disebabkan oleh kehilangan juga dapat berakibat pada menurunnya produktivitas individu tersebut dikarenakan kesulitannya untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan menjaga motivasi dalam bekerja (Little, 2011).

Perubahan-perubahan tersebut juga dialami oleh Sekolah Hati Suci, yang terletak di Tanah Abang, Jakarta. Semasa pandemi COVID-19, terjadi perubahan-perubahan besar di

(3)

sekolah antara lain: meninggalnya ketua Yayasan Hati Suci, metode belajar yang berubah menjadi daring sehingga guru-guru SMP dan SMA harus mempelajari teknologi dan metode instruksional baru, serta diberhentikannya sejumlah besar guru dikarenakan pandemi COVID-19, sehingga guru-guru yang menetap di Sekolah Hati Suci perlu menggantikan kekosongan peran guru yang terjadi. Perubahan-perubahan yang dialami oleh guru memunculkan urgensi dimilikinya adaptability. Adaptability merupakan suatu kemampuan untuk secara konstruktif meregulasikan fungsi psikologis dan perilaku dalam meresponi perubahan atau situasi baru (Martin, Nejad, Colmar & Liem dalam Collie & Martin, 2016). Adaptability terbagi menjadi 3 jenis respons yaitu cognitive adaptability, behavioral adaptability, dan affective adaptability. Behavioral

adaptability dilakukan dengan individu mencari solusi langsung terhadap suatu permasalahan

atau meminta bantuan orang lain yang mungkin lebih paham akan situasi. Cognitive adaptability dilakukan dengan meregulasi pikiran dengan cara mencoba menghubungkan antara informasi yang baru diterima dengan informasi yang sudah diketahui sebelumnya. Affective adaptability melibatkan regulasi emosi seperti kecemasan, kaget, atau bergairah sehingga diri bisa kembali fokus mencari solusi dalam batasan waktu yang ada (Martin et al. dalam Collie & Martin, 2016). Dengan memahami dan mengembangkan adaptability yang baik, guru di Sekolah Hati Suci diharapkan lebih mampu beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran adaptability dari guru di Sekolah Hati Suci, agar dapat memberikan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan guru-guru tersebut.

METODE

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Dilakukan wawancara kepada 2 orang guru dan 1 orang kepala sekolah terkait kendala-kendala yang dialami Sekolah Hati Suci selama pandemi COVID-19 dan juga respon yang dilakukan guru. Pertanyaan terbuka dengan menggunakan google form diberikan kepada 10 guru SMP dan SMA terkait kendala yang dialami oleh guru selama masa pandemi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengambilan Data (Analisis Kebutuhan)

Berdasarkan pengambilan data yang dilakukan ditemukan bahwa terdapat guru-guru yang merasa dirinya tidak aman dan terintimidasi dalam bekerja dikarenakan guru-guru tersebut menyaksikan sejumlah kolega-koleganya mengalami PHK. PHK yang terjadi juga menyebabkan guru yang tetap bekerja mengalami beban kerja yang meningkat karena harus mengambil alih tugas-tugas yang ditinggalkan oleh guru-guru yang mengalami PHK. Terdapat guru yang merasa bahwa komunikasi sesama pihak sekolah terkait tujuan keputusan PHK masih belum jelas. Kondisi tersebut mengonfirmasi kondisi yang dijelaskan oleh Werr & Wakeman (2020) bahwa guru yang tetap bekerja di sekolah setelah dilakukan PHK terhadap kolega cenderung merasa lebih tertekan, mengalami lebih banyak emosi negatif, dan menurunnya rasa

(4)

kesejahteraan dalam bekerja. Tidak jelasnya informasi mengenai prosedur diputuskannya PHK juga dapat membuat guru merasa tidak percaya pada sekolah dan tidak aman dalam bekerja (Brockner, 1985).

Dalam melaksanakan PJJ, guru-guru sudah dibekali oleh pihak sekolah dengan fasilitas-fasilitas daring seperti canva, Google Classroom, dan GSuite. Namun demikian, guru-guru tampak belum memaksimalkan penggunaan setiap fasilitas yang ada di dalam kelas. Ditemukan bahwa belum maksimalnya penggunaan fasilitas tersebut disebabkan oleh beban kerja guru yang sedang tinggi, sehingga kurang tersedia waktu untuk mempersiapkan materi dengan fasilitas yang ada. Guru-guru juga merasa kesulitan dalam melaksanakan PJJ dikarenakan motivasi belajar sebagian murid menurun secara signifikan, serta angka absensi siswa yang meningkat. Hal tersebut mengonfirmasi kondisi yang dipaparkan oleh Ertmer & Otenbreit-Leftwich (dalam Mardiana, 2020) bahwa dalam menghadapi pandemi, guru-guru diperhadapkan dengan tantangan untuk mengadaptasi metode mengajar untuk tetap mendorong motivasi siswa dalam belajar.

Peristiwa wafatnya ketua yayasan Sekolah Hati Suci juga menyebabkan dukacita terutama pada guru-guru yang sudah lebih lama mengenal beliau. Kondisi pandemi COVID-19 menyebabkan pihak staf sekolah tidak dapat melakukan upacara pemakaman secara layak dan bersama. Kondisi tersebut menyebabkan beberapa guru tampak merasa masih memerlukan lebih banyak waktu dan kesempatan untuk berkabung. Berdasarkan paparan oleh Little (2011), beban emosi duka yang disebabkan oleh kehilangan dapat berakibat pada menurunnya produktivitas individu tersebut dikarenakan kesulitannya untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan menjaga motivasi dalam bekerja. Apabila tidak ditangani dengan optimal, maka guru-guru yang merasa kehilangan berpotensi mengalami hambatan demikian.

Setelah analisis lebih lanjut, ditemukan juga bahwa dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang terpapar di atas, guru belum memunculkan inisiatif yang signifikan untuk menghadapi ketiga situasi tersebut. Guru tampak mengakui adanya perubahan-perubahan dan tekanan yang meningkat pada masa pandemi, namun tampak belum adanya dorongan atau urgensi untuk bersama-sama melakukan perubahan dan langkah adaptasi. Kondisi tersebut tampak menunjukkan adanya kebutuhan pengembangan pada cognitive adaptability dikarenakan guru tampak sudah menerima informasi baru berupa perubahan yang terjadi, namun kesulitan untuk menemukan urgensi dan memunculkan solusi berdasarkan sumber daya informasi lama yang telah dimilikinya. Oleh sebab itu, dilakukan pelatihan untuk guru SMP dan SMA Hati Suci yang berfokus pada pengembangan cognitive adaptability guna meningkatkan kepekaan dan efektivitas pemetaan permasalahan, serta menemukan solusi yang paling tepat sebagai satu kesatuan tim.

Pelatihan Cognitive Adaptability

Pelatihan dilakukan secara daring menggunakan zoom selama 2 jam dalam satu hari. Pelatihan dihadiri oleh 6 orang guru. Pelatihan Cognitive Adaptability memaparkan terkait pemahaman teoritis dan praktis dari aspek-aspek cognitive adaptability yang terbagi menjadi 3

(5)

sesi yaitu situational awareness, cognitive flexibility, pola pikir positif dan juga reflective thinking.

Situational awareness adalah kemampuan untuk mengidentifikasi perubahan lingkungan yang

terjadi, serta memprediksi dampak perubahan tersebut (Endsley dalam Van Dam, 2012).

Cognitive Flexibility adalah kemampuan untuk mempertimbangkan ide dan solusi baru untuk

menghadapi perubahan situasi (Good dalam Van Dam, 2012). Reflective Thinking penting dilakukan agar individu dapat terus mengevaluasi setiap keputusan yang dilakukan, guna mengoptimalkan adaptability di masa mendatang (Collie & Martin, 2016). Pola pikir positif seperti optimisme, sikap berpengharapan, percaya pada kemampuan diri, percaya diri memiliki kendali atas situasi, melihat masalah sebagai tantangan bertumbuh, pikiran terbuka, ingin belajar, dan rasa penasaran juga diperlukan untuk meningkatkan adaptability individu (Van Dam, 2012).

Hasil Intervensi

Disimpulkan bahwa semua peserta mendapatkan peningkatan pemahaman adaptabilitas, adaptabilitas kognitif beserta aspek-aspeknya. Masing-masing dari 6 guru berhasil mengembangkan pemahaman aplikatif cognitive adaptability dalam menghadapi perubahan-perubahan di lapangan pekerjaan. Beberapa hal yang hendak diterapkan oleh masing-masing partisipan menurut post-test intervensi adalah seperti mulai menghadapi perubahan sebagai kesempatan untuk berkembang, membangun pemikiran yang positif, atau hal-hal praktis seperti mengembangkan keterampilan-keterampilan mengajar daring. Terdapat partisipan yang mendapatkan pemahaman baru untuk bekerja sama dengan rekan atau struktural agar dapat bersama-sama mendapatkan solusi yang baik. Berdasarkan informasi yang didapat dari kepala sekolah setelah 1 bulan setelah dilaksanakan pelatihan terdapat beberapa guru yang meningkat inisiatif bertindaknya setelah diberikan pelatihan cognitive adaptability. Koordinator kurikulum sekolah juga menyetujui bahwa pelatihan yang diberikan telah memberi banyak manfaat dan kesadaran dalam beradaptasi terhadap perubahan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Guru merasa tertekan setelah terjadi PHK pada kolega, namun tampak belum ada komunikasi yang efektif dengan pihak atasan

2. Guru merasa berduka dikarenakan peristiwa meninggalnya ketua yayasan, namun tampak belum ada tindakan atau keputusan yang dilakukan oleh sekolah untuk merespons terhadap rasa duka tersebut.

3. Guru tampak masih kesulitan dalam menjalani PJJ dikarenakan beban kerja yang meningkat, sehingga guru-guru kesulitan menyebabkan metode mengajar yang optimal dalam meningkatkan motivasi siswa.

(6)

4. Berdasarkan pemaparan permasalahan yang dialami guru, disimpulkan bahwa guru SMP dan SMA Sekolah Hati Suci memerlukan peningkatan cognitive adaptability, sehingga perlu dilakukan pelatihan dan psikoedukasi untuk guru

5. Pelatihan yang dilaksanakan menghasilkan kerja sama antara pihak guru dengan pihak atasan yaitu kepala sekolah dan koordinator guru, dalam membahas dan mengevaluasi kondisi-kondisi yang terjadi di Sekolah Hati Suci, dan solusi yang terbaik.

Saran

1. Guru-guru di Hati Suci perlu terlebih dahulu menyamakan persepsi sebagai kesatuan tim terutama terkait pemahaman situasi, agar langkah adaptasi dapat dijalankan sebagai kesatuan tim guru.

2. Guru-guru di Hati Suci bisa melibatkan pihak atasan seperti kepala sekolah untuk bersama-sama membahas kendala dalam kelas, maupun kendala di tingkat institusi sekolah yang perlu diantisipasi oleh guru-guru untuk bersama-sama ditangani dan disesuaikan

3. Guru-guru perlu bersama menelusuri perubahan-perubahan yang terjadi dengan menerapkan langkah-langkah yang telah diterapkan dalam pelatihan yaitu menyadari situasi, menentukan langkah adaptif yang diperlukan, serta mengevaluasi setiap langkah adaptasi secara berkala

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih ditujukan kepada Sekolah Hati Suci dan guru-guru SMP dan SMA di sekolah tersebut yang telah memberikan kesempatan untuk bekerja sama serta berpartisipasi dalam kegiatan penelitian dan pelatihan.

REFERENSI

Aliyyah, R. R., Rachmadtullah, R., Samsudin, A., Syaodih, E., Nurtanto, M., & Tambunan, A. R. S. (2020). The perceptions of primary school teachers of online learning during the COVID-19 pandemic period: A case study in Indonesia. Journal of Ethnic and Cultural Studies, 7(2), 90-109.

Collie, R. J., & Martin, A. J. (2016). Adaptability: An important capacity for effective teachers. Educational Practice and Theory, 38(1), 27-39.

Little, S. (2011). Grief and compassion in the workplace. Journal of Behavioral Studies in

Business, 4, 1.

Mardiana, H. (2020). Lecturers’ adaptability to technological change and its impact on the teaching process. JPI (Jurnal Pendidikan Indonesia), 9(2), 275-289.

(7)

Van Dam, K. (2013). Employee adaptability to change at work: A multidimensional, resource-based framework. The psychology of change: Viewing change from the employee’s

perspective, 123-142.

Werr, A., & Wakeman, W. (2020, July 29). DEALING WITH ”SURVIVOR SYNDROME”. Retrieved September 19, 2020, from https://www.hhs.se/en/research/sweden-through-the-crisis/dealing-with-survivor-syndrome/.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal tersebut, maka resistensi bakteri MRSA ini dipengaruhi oleh gen mecA yang menghasilkan agen resistensi, dimana golongan antibiotik β- laktamase

Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah penambahan tepung keong mas dalam ransum sampai taraf 9 % tidak berpengaruh terhadap kualitas telur

Proses berpikir kreatif siswa berprestasi tinggi baik laki-laki dan perempuan kurang lebih sama dalam memecahkan masalah gerak lurus, (1) Tahap persiapan, subjek

Aktivitas belajar siswa sebelum menggunakan metode permainan bahasa bisikan berantai pada pembelajaran tematik tema kebersamaan .... Proses kegiatan pembelajaran tematik

Penelitian ini terbatas pada identifikasi ada dan tidaknya infeksi, untuk menentukan jenis parasit Plasmodium dan/atau Haemoproteus dalam sampel darah burung madu sriganti

Begitu juga dengan sifat-sifat yang telah disepakati atau kesesuaian produk untuk aplikasi tertentu tidak dapat disimpulkan dari data yang ada dalam Lembaran Data Keselamatan

3 Pelanggaran ringan yang kerap terjadi dalam permasalahan lalu lintas adalah seperti tidak memakai helm, menerobos lampu merah, tidak memiliki SIM atau STNK, tidak menghidupkan

4 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Pangkalpinang No 17 Tahun 2000 tentang pembentukan dan susunan Organisasi Perangkat-perangkat Pemerintah Kota