• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KOTA PANGKALPINANG TAHUN Bab 8. Aspek Kelembagaan Kota Pangkalpinang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KOTA PANGKALPINANG TAHUN Bab 8. Aspek Kelembagaan Kota Pangkalpinang"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

8- 1

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

(RPIJM) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Bab 8

Aspek Kelembagaan Kota

(2)

8- 2

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPIJM agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

8.1 ARAHAN KEBIJAKAN KELEMBAGAAN BIDANG CIPTA

KARYA

Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan

dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPIJM pada pemerintahan

kabupaten/kota.

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah. Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputsasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi eografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

(3)

8- 3

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota. PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar.(2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.

Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPIJM sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah

Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 sub bagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

Gambar 8.1

Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014

Upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan,

(4)

8- 4

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya. Untuk mendukung penata an kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerahbdiharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah di mulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :

1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi; 2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan

berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;

3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;

(5)

8- 5

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan system rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat pada gambar 8.2 berikut ini.

Gambar 8.2

Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 Cipta Karya

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat

dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan

pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program

(6)

8- 6

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.

Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Keciptakaryaan. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPIJM Bidang Cipta Karya.

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum

Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang kePU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPIJM.

Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam

koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU,

sedangkanBupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawabdi Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah

Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang keciptakaryaan, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

(7)

8- 7

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.

Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang/sub bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.

8.2 KONDISI KELEMBAGAAN SAAT INI

Bagian ini menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.

8.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud dalam pedoman ini adalah struktur, tugas, dan fungsi pemerintah daerah yang menangani bidang Cipta Karya.

Untuk mengetahui kondisi dari keorganisasian bidang cipta karya, informasi yang perlu disajikan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Peraturan Daerah yang menjadi dasar penetapan Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota.

2. Gambaran struktur organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota saat ini.

3. Gambaran struktur organisasi instansi yang menangani urusan bidang Cipta Karya saat ini.

4. Penjelasan tentang tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya dalam Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota.

(8)

8- 8

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Secara sederhana, peranan Pemerintah Daerah dalam menjalankan fungsi pelayanan publik dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, bersifat langsung (direct public goods provision) dan yang kedua bersifat tidak langsung (indirect public goods provision). Jenis yang terakhir ini melibatkan peran yang lebih besar pada sektor swasta (private) atau masyarakat (community).

Dengan dasar pengertian tersebut, peranan Pemerintah Daerah dalam menjalankan fungsi pelayanan publik cenderung lebih bersifat langsung yaitu ditunjukkan dengan melaksanakan kewenangan wajib bidang pemerintahan daerah, hanya kewenangan tertentu (penanaman modal dan pertanahan) yang pada realisasinya belum dilaksanakan setiap oleh Pemerintah Kota.

Peranan Pemerintah Daerah secara tidak langsung ini dapat dilakukan melalui regulasi, insentif, maupun kontrol terhadap fungsi pelayanan publik yang dilaksanakan oleh swasta maupun masyarakat untuk jenis pelayanan tertentu. Atas dasar pemikiran tersebut; mengambil contoh jenis pelayanan publik di bidang pendidikan; ternyata peranan pemerintah tidak selalu lebih besar dibandingkan dengan sektor swasta.

Pemerintah telah mencabut Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah yang dinyatakan belum cukup memberikan pedoman yang menyeluruh bagi penyusunan dan pengendalian organisasi perangkat daerah yang dapat menangani seluruh urusan pemerintahan, sehingga perlu dicabut dan dibentuk peraturan pemerintah yang baru yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.

Kelembagaan yang terkait dalam pengelolaan sektor-sektor prasarana dan sarana dasar di bidang air bersih, persampahan, drainase, air limbah, tata bangunan dan lingkungan serta pengembangan permukiman antara lain:

a. Bappeda Kota Pangkalpinang

b. Dinas PU (Cipta Karya dan Bina Marga) Kota Pangkalpinang c. Bagian Kepegawaian Setwilda Kota Pangkalpinang

d. Bagian Hukum Setwilda Kota Pangkalpinang e. Bagian Keuangan Setwilda Kota Pangkalpinang f. Bagian Pemerintahan Setwilda Kota Pangkalpinang g. Dinas Pendapatan (Dispenda) Kota Pangkalpinang h. PDAM Kota Pangkalpinang

i. Dinas Kebersiahan dan Kebakaran j. Dinas Tata Kota

Untuk lebih jelasnya mengenai struktur organisasi dapat di lihat pada gambar 8.3 s/d 8.6 di bawah ini.

(9)

8- 9

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Gambar 8.3

(10)

8- 10

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Gambar 8.4

(11)

8- 11

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Gambar 8.5

(12)

8- 12

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Gambar 8.6

(13)

8- 13

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

8.2.2 Kondisi Ketataklasanaan Bidang Cipta Karya

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Pangkalpinang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Pangkalpinang, penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah

menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan

menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja. Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang keciptakaryaan, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi.

Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan keciptakaryaan, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.

Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota, khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang keciptakaryaan. Dengan mengacu pada tabel berikut, dapat dicantumkan penjabaran peran masing-masing instansi dalam pembangunan bidang Cipta Karya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8.1 di bawah ini.

Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8.1 di bawah ini.

8.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Peran pemerintah daerah dalam memberikan layanan publik dapat tercermin dari penggunaan instrumen kebijakannya. Dengan melakukan analisis terhadap penggunaan instrumen ini sebenarnya dapat diketahui bagaimana karakter pemerintah daerah apabila dibandingkan dengan unsur lain di luarnya. Dengan mengacu pada taksonomi instrumen kebijakan yang telah dilakukan oleh Howlett & Ramesh (1995) maka dapat dibedakan adanya tiga kategori, yakni instrumen wajib (compulsory instruments), instrumen campuran (mixed instruments), dan instrumen sukarela (voluntary instruments).

(14)

8- 14

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Tabel 8.1

Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

No Instansi Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang Cipta

Karya

Unit/Bagian yang menangani Pembangunan Bidang Cipta Karya

1 Bappeda - menyusun program-program tahunan sebagai pelaksanaan rencana-rencana daerah,

- melakukan koordinasi perencanaan antara dinas/instansi tekait,

- menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah bersama-sama dengan bagian Keuangan Daerah,

- mengikuti persiapan dan perkembangan pelaksanaan pembangunan daerah

-

2 Dinas PU (Cipta Karya dan Bina Marga) Kota Pangkalpinang

 pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Pekerjaan Umum meliputi

 Bina Marga, Cipta Karya, Sumber Daya Air, Pembinaan dan

 Pengembangan Sarana dan Prasarana Kota;

 memberikan ijin pendirian bangunan dan penggunaan bangunan kepada pemakai baik pemerintah, swasta maupun perorangan

- Bidang Bina Marga :

 Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan

 Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

- Bidang Cipta Karya

 Seksi Pembangunan Perumahan Pemukiman

 Seksi Pemeliharaan, Perumahan Pemukiman

- Bidang Sumber Daya Air

 Seksi Pembangunan Sarana dan Prasarana SDA

 Seksi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana SDA

- Bidang Pembinaan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kota,

 Seksi Pengembangan dan Pengawasan

 Seksi Pembinaan Jasa Kontruksi 3 Bagian Kepegawaian Setwilda Kota

Pangkalpinang

penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pembinaan kelembagaan, ketatalaksanaan, pembinaan pendayagunaan aparatur negara, pengolahan data serta analisis dan formasi jabatan

- Sub Bagian Kelembagaan,

- Sub Bagian Ketatalaksanaan

- Sub Bagian Pengolahan Data serta

- Sub Bagian Analisis dan Formasi Jabatan 4 Bagian Hukum Setwilda Kota

Pangkalpinang

- melaksanakan dan meneliti perumusan peraturan perundang-undangan,

- telaah hukum,

- memberikan bantuan hukum,

- mempublikasikan dan

- mendokumentasikan produk hukum.

- Sub Bagian Peraturan Perundang-undangan,

- Sub Bagian Bantuan ukum dan

- Sub Bagian Dokumentasi Hukum 5 Bagian Keuangan Setwilda Kota - menyusun rancangan program, perubahan dan - sub bagian anggaran,

(15)

8- 15

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

No Instansi Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang Cipta

Karya

Unit/Bagian yang menangani Pembangunan Bidang Cipta Karya

Pangkalpinang perhitungan APBD serta

- membina administrasi keuangan.

- sub bagian pembukuan,

- sub bagian perbendaharaan dan

- sub bagian verifikasi 6 Bagian Pemerintahan Setwilda Kota

Pangkalpinang

- penyusunan program dan petunjuk teknis pembinaan penyelenggaraan pemerintahan umum, ketertiban, perangkat wilayah/daerah,

- administrasi kependudukan dan catatan sipil. 7 Dinas Pendapatan (Dispenda) Kota

Pangkalpinang

- melakukan pendaftaran dan

- pendataan wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah

8 PDAM Kota Pangkalpinang memberikan pelayanan air minum yang memenuhi syarat-syarat kesehatan kepada masyarakat secara terus menerus

9 Dinas Kebersihan dan Kebakaran bertanggung jawab atas urusan-urusan penyelenggaraan urusan Pemerintahan dan pelayanan umum Kebersihandan Kebakaran, yang meliputi kebersihan, sarana prasarana dan penyuluhan, pemadam kebakaran, pengolahan sampah dan limbah tinja

 Seksi Pengelolaan Limbah Tinja

 Seksi Pengolahan Sampah

10 Dinas Tata Kota  perumusan kebijakan teknis Dinas Tata Kota

 penyelenggaraan urusan Pemerintahan dan pelayanan umum lingkup Tata

 Kota

 pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Tata Kota meliputi tata ruang,

 sumber daya energi dan mineral, penataan bangunan dan lampu jalan

 pertamanan

 Seksi Penataan Bangunan

 Seksi Pemanfaatan dan Pengendalian Ruang

 Seksi Perencanaan, Survey dan Pemetaan

(16)

8- 16

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Instrumen wajib atau sering pula disebut sebagai instrumen yang mengarahkan bersifat mengarahkan tindakan warga dan lembaga swasta. Dalam hal ini pemerintah lebih mempergunakan otoritasnya untuk mengatur atau memerintahkan warga untuk melakukan tindakan tertentu (regulations), atau mendirikan perusahaan yang dikontrol oleh pemerintah untuk menjalankan fungsi tertentu yang dipilih (public-owned enterprise), atau secara langsung melakukan penyediaan layanan publik melalui jalur birokrasi (direct public goods provision). Semua ini merupakan instrumen yang bersifat memaksa karena memberikan peluang kepada pemerintah untuk menjalankan apapun yang dikehendakinya dalam koridor konstitusi yang luas ruang lingkupnya.

Kategori instrumen yang ketiga adalah instrumen campuran yang menggabungkan beberapa karakter dari instrumen wajib dan sukarela. Instrumen ini membiarkan keterlibatan pemerintah pada tingkatan tertentu dalam membentuk keputusan aktor-aktor non pemerintah, sekaligus membiarkan keputusan akhir berada di tangan aktor tersebut. Keterlibatan pemerintah ini berkisar dari yang paling kecil berupa penyebaran informasi, subsidi, pelelangan hak, sampai yang paling dalam seperti pemungutan pajak dan retribusi. Penyebaran informasi merupakan instrumen pasif yang dilakukan dengan menyediakan informasi kepada individu dan badan usaha dengan harapan dapat mengubah perilaku mereka sesuai yang diinginkan oleh pemerintah. Subsidi merupakan semua bentuk transfer keuangan kepada individu, organisasi, badan usaha dari pemerintah, atau dari pihak ketiga di bawah arahan pemerintah. Selanjutnya adalah instrumen pelelangan hak yang didasarkan pada asumsi bahwa pasar seringkali merupakan cara alokasi sumber daya yang efisien. Pelelangan hak merupakan cara pemerintah untuk memunculkan pasar dalam situasi ketiadaan pasar. Pasar diciptakan dengan merancang jumlah yang tetap atas hak mempergunakan sumber daya tertentu yang dapat dialihkan sehingga dapat memunculkan kelangkaan artifisial dan mendorong bekerjanya mekanisme pasar. Sumber daya yang dimaksud bisa berupa air, udara, hutan, dan lain sebagainya. Sumber daya tersebut ditentukan batas kuantitas sehingga dapat dilelang kepada pembeli potensial untuk didayagunakan untuk beragam kepentingan. Dengan cara ini pemerintah memperoleh harga penawaran terbaik sekaligus mampu memberikan layanan publik bagi masyarakat. Instrumen campuran lain yang dapat dipergunakan adalah pemungutan pajak yang merupakan pungutan wajib oleh pemerintah kepada perseorangan atau badan. Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya, yang dapat dilakukan dengan mengisi tabel 8.2 berikut mengenai komposisi pegawai dalam unit kerja bidang Cipta Karya.

(17)

8- 17

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 Tabel 8.2

Komposisi Pegawai dalam unit kerja Bidang Cipta Karya

Unit Kerja Golongan Jenis Kelamin Latar Belakang

Pendidikan

Jabatan Fungsional

Bappeda Gol I 0 Orang Gol II 9 Orang Gol III 24 Orang Gol IV 4 Orang Pria Orang Wanita Orang < SMA Orang SMA Orang D3 Orang S1 Orang S2 Orang S3 Orang Jafung TBP Orang Jafung TPL Orang Dinas PU (Cipta Karya

dan Bina Marga) Kota Pangkalpinang

Gol I 1 Orang Gol II 24 Orang Gol III 22 Orang Gol IV 3 Orang Pria Orang Wanita Orang < SMA Orang SMA Orang D3 Orang S1 Orang S2 Orang S3 Orang Jafung TBP Orang Jafung TPL Orang Bagian Kepegawaian Setwilda Kota Pangkalpinang Gol I 1 Orang Gol II 19 Orang Gol III 15 Orang Gol IV 4 Orang Pria Orang Wanita Orang < SMA Orang SMA Orang D3 Orang S1 Orang S2 Orang S3 Orang Jafung TBP Orang Jafung TPL Orang Bagian Hukum Setwilda Kota Pangkalpinang Gol I 0 Orang Gol II 1 Orang Gol III 9 Orang Gol IV 1 Orang Pria Orang Wanita Orang < SMA Orang SMA Orang D3 Orang S1 Orang S2 Orang S3 Orang Jafung TBP Orang Jafung TPL Orang Bagian Keuangan Setwilda Kota Pangkalpinang Gol I Orang Gol II Orang Gol III Orang Gol IV Orang Pria Orang Wanita Orang < SMA Orang SMA Orang D3 Orang S1 Orang S2 Orang S3 Orang Jafung TBP Orang Jafung TPL Orang Bagian Pemerintahan Setwilda Kota Pangkalpinang Gol I Orang Gol II Orang Gol III Orang Gol IV Orang Pria Orang Wanita Orang < SMA Orang SMA Orang D3 Orang S1 Orang S2 Orang S3 Orang Jafung TBP Orang Jafung TPL Orang Dinas Pendapatan (Dispenda) Kota Pangkalpinang Gol I 1 Orang Gol II 39 Orang Gol III 37 Orang Gol IV 1 Orang Pria Orang Wanita Orang < SMA Orang SMA Orang D3 Orang S1 Orang S2 Orang S3 Orang Jafung TBP Orang Jafung TPL Orang PDAM Kota Pangkalpinang Gol I Orang Gol II Orang Gol III Orang Gol IV Orang Pria Orang Wanita Orang < SMA Orang SMA Orang D3 Orang S1 Orang S2 Orang S3 Orang Jafung TBP Orang Jafung TPL Orang Dinas Kebersiahan dan Kebakaran Gol I 2 Orang Gol II 12 Orang Gol III 18 Orang Gol IV 4 Orang Pria Orang Wanita Orang < SMA Orang SMA Orang D3 Orang S1 Orang S2 Orang S3 Orang Jafung TBP Orang Jafung TPL Orang Dinas Tata Kota Gol I 1 Orang

Gol II 12 Orang Gol III 25 Orang

Pria Orang Wanita Orang < SMA Orang SMA Orang D3 Orang Jafung TBP Orang Jafung TPL

(18)

8- 18

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Unit Kerja Golongan Jenis Kelamin Latar Belakang

Pendidikan

Jabatan Fungsional

Gol IV 2 Orang S1 Orang S2 Orang S3 Orang

Orang

8.3 ANALISIS KELEMBAGAAN

8.3.1 Analisis Kerorganisasian Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif dapat mengacu pada pertanyaan di bawah ini:

1. Apakah struktur organisasi perangkat kerja daerah sudah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku?

2. Apakah tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya sudah sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing instansi?

3. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi struktur organisasi? 4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam keorganisasian perangkat kerja

daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

Salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk melakukan analisis ini adalah dengan melakukan diskusi antar anggota Tim RPIJM.

Dalam rangka mewujudkan terlaksananya kegiatan investasi program pembangunan jangka menengah di Kota Pangkalpinang dalam bidang prasarana dan sarana kecipta-karyaan, maka diperlukan kesamaan dan keseragaman koordinasi, integrasi, kesamaan visi dalam pembangunan dan keterpaduan dalam pelaksanaan program-program di masing-masing instansi yang terkait. Dengan demikian akan tercapai hasil sesuai dengan target yang diharapkan.

1. Bappeda Kota Pangkalpinang

Badan yang langsung berada dibawah koordinasi dan tanggung jawab kepala daerah. Lembaga ini berfungsi untuk menyusun program-program tahunan sebagai pelaksanaan rencana-rencana daerah, melakukan koordinasi perencanaan antara dinas/instansi tekait, menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah bersama-sama dengan bagian Keuangan Daerah, mengikuti persiapan dan perkembangan pelaksanaan pembangunan daerah. 2. Dinas Pekerjaan Umum (Cipta Karya dan Bina Marga) Kota Pangkalpinang

Lembaga ini dibentuk untuk melaksanakan tugas pembangunan prasarana dan sarana fisik di wilayah kewenangannnya. Lembaga ini memberikan ijin pendirian bangunan dan penggunaan bangunan kepada pemakai baik pemerintah, swasta maupun perorangan.

3. Bagian Kepegawaian Setwilda Kota Pangkalpinang

Lembaga ini mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pembinaan kelembagaan, ketatalaksanaan, pembinaan

(19)

8- 19

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

pendayagunaan aparatur negara, pengolahan data serta analisis dan formasi jabatan. Untuk menjabarkan tugas-tugas tersebut, lembaga ini di bagi menjadi 3 sub bagian, yaitu Sub Bagian Kelembagaan, Sub Bagian Ketatalaksanaan, Sub Bagian Pengolahan Data serta Sub Bagian Analisis dan Formasi Jabatan. 4. Bagian Hukum Setwilda Kota Pangkalpinang

Tugas pokok lembaga ini adalah melaksanakan dan meneliti perumusan peraturan perundang-undangan, telaah hukum, memberikan bantuan hukum, mempublikasikan dan mendokumentasikan produk hukum. Bagian Hukum ini membawahi Sub Bagian Peraturan Perundang-undangan, Sub Bagian Bantuan ukum dan Sub Bagian Dokumentasi Hukum.

5. Bagian Keuangan Setwilda Kota Pangkalpinang

Lembaga ini mempunyai tugas untuk menyusun rancangan program, perubahan dan perhitungan APBD serta membina adminisyrasi keuangan. Untuk kepentingan tersebut, lembaga ini membawahi 4 sub bagian yaitu anggaran, pembukuan, perbendaharaan dan verifikasi.

6. Bagian Pemerintahan Setwilda Kota Pangkalpinang

Bagian Pemerintahan pada Setwilda Kota Pangkalpinang ini mempunyai tugas melaksanakan penyusunan program dan petunjuk teknis pembinaan penyelenggaraan pemerintahan umum, ketertiban, perangkat wilayah/daerah, administrasi kependudukan dan catatan sipil.

7. Dinas Pendapatan (Dispenda) Kota Pangkalpinang

Dinas ini bertanggung jawab atas sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang Pendapatan Daerah dan tugas-tugas lainnya yang diserahkan oleh Kepala Daerah. Secara kongkrit, badan ini di antaranya bertugas melakukan pendaftaran dan pendataan wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah.

8. PDAM

Perusahaan Darah Air Minum memiliki tugas dalam memberikan pelayanan air minum yang memenuhi syarat-syarat kesehatan kepada masyarakat secara terus menerus. Lembaga ini pun mengemban tugas untuk melaksanakan usaha meningkatkan pendapatan asli daerah serta menerapkan rencana dan program yang telah di gariskan dalam pembangunan daerah.

9. Dinas Kebersihan dan Kebakaran

Dinas ini bertanggung jawab atas urusan-urusan mengenai kebersihan dan penanggulangan kebakaran. Yang meliputi pengelolaan persampahan dan penanggulangan bencana kebakaran.

10. Dinas Tata Kota

Dinas ini bertanggung jawab atas penataan Kota Pangkalpinang, dalam hal ini yang berhubungan dengan bidang ke-cipta karya-an adalah tentang pengelolaan RTH, Hutan Kota, dan Tata Bangunan dan Lingkungan.

(20)

8- 20

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

8.3.2 Analisis Ketataklasanaan Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasimaupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Dalam proses analisis ini beberapa pertanyaan kunci yang perlu mendapat jawaban adalah sebagai berikut:

1. Apakah Perda penetapan Organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota telah menguraikan tupoksi dari masing-masing dinas/unit kerja yang ada?

2. Bagaimana mekanisme hubungan kerja didalam dan antar instansi terkait bidang cipta karya yang terjadi selama ini?

3. Apakah keorganisasian bidang cipta karya yang ada sudah mengikuti ketentuan dalam PP 41 tahun 2007? Juga perlu dicermati apakah semua sektor bidang cipta karya yaitu bidang air minum, pengembangan permukiman, penyehatan lingkungan permukiman, dan penataan bangunan dan lingkungan sudah tercantum dalam keorganisasian yang dibentuk?

4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam ketatalaksanaan perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

5. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi ketatalaksanaan erangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

Berdasarkan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Pangkalpinang No 17 Tahun 2000 tentang pembentukan dan susunan Organisasi Perangkat-perangkat Pemerintah Kota Pangkalpinang, maka seiring dengan pembentukan tersebut juga diikuti dengan tugas pokok dan fungsi dari setiap instansi, hal ini dimaksudkan untuk adanya program kerja yang jelas maka pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan secara bedaya guna dan berhasil guna, yang pada gilirannya memberikan kualitas pelayanan yang lebih baik, sehingga penyelenggaraan pelayanan masyarakat (public Service Function), melaksanakan pembangunan (Development Function) dan perlindungan masyarakat (Protective Function) dapat berjalan dengan baik sesuai dengan prinsip Good Governance.

8.3.3 Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Dalam proses analisis SDM, beberapa pertanyaan kunci yang dapat dijawab adalah sebagai berikut :

1. Apakah SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan baik dari segi jumlah maupun kualitas dalam perangkat daerah, khususnya di bidang Cipta Karya? 2. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam manajemen SDM perangkat kerja

daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

3. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDM organisasi, khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

(21)

8- 21

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

SDM adalah potensi manusiawi yang melekat keberadaannya pada seseorang sebagai unsur masyarakat yang meliputi potensi fisik dan non fisik. SDM merupakan asset dan berfungsi sebagai modal dan mempunyai posisi strategis dalam kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh Pemerintah Kota Pangkalpinang dalam Renstra adalah meningkatkan SDM, sehingga optimalisasi dari potensi tersebut dapt digunakan dalam menunjang keberhasilan pembangunan daerah. Disamping itu untuk mendukung daya saing diperluan upaya penguatan lembaga-lembaga masyarakat sebagai wadah atau sarana bagi masyarakat dalam menyumbang ide, pemikiran serta sumbang saran sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan daerah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8.3 di bawah ini.

Tabel 8.3

Matriks Kebutuhan Sumber Daya Manusia

No Instansi Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai yang ada Jumlah Pegawai yang diperlukan 1 Bappeda SMA/sederajat Diploma - D3 Teknik - D3 Sekertaris - Dst S1/Sederajat - S1 Teknik - S1 Ekonomi Dst S2 S3 ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang 2 Dinas PU (Cipta Karya dan Bina Marga) Kota Pangkalpinang SMA/sederajat Diploma - D3 Teknik - D3 Sekertaris - Dst S1/Sederajat - S1 Teknik - S1 Ekonomi Dst S2 S3 ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang 3 Bagian Kepegawaian Setwilda Kota Pangkalpinang SMA/sederajat Diploma - D3 Teknik - D3 Sekertaris - Dst S1/Sederajat - S1 Teknik - S1 Ekonomi Dst S2 ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang

(22)

8- 22

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

No Instansi Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai yang ada Jumlah Pegawai yang diperlukan S3 4 Bagian Hukum Setwilda Kota Pangkalpinang SMA/sederajat Diploma - D3 Teknik - D3 Sekertaris - Dst S1/Sederajat - S1 Teknik - S1 Ekonomi Dst S2 S3 ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang 5 Bagian Keuangan Setwilda Kota Pangkalpinang SMA/sederajat Diploma - D3 Teknik - D3 Sekertaris - Dst S1/Sederajat - S1 Teknik - S1 Ekonomi Dst S2 S3 ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang 6 Bagian Pemerintahan Setwilda Kota Pangkalpinang SMA/sederajat Diploma - D3 Teknik - D3 Sekertaris - Dst S1/Sederajat - S1 Teknik - S1 Ekonomi Dst S2 S3 ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang 7 Dinas Pendapatan (Dispenda) Kota Pangkalpinang SMA/sederajat Diploma - D3 Teknik - D3 Sekertaris - Dst S1/Sederajat - S1 Teknik - S1 Ekonomi Dst S2 S3 ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang 8 PDAM Kota Pangkalpinang SMA/sederajat Diploma - D3 Teknik - D3 ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang

(23)

8- 23

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

No Instansi Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai yang ada Jumlah Pegawai yang diperlukan Sekertaris - Dst S1/Sederajat - S1 Teknik - S1 Ekonomi Dst S2 S3 ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang 9 Dinas Kebersiahan dan Kebakaran SMA/sederajat Diploma - D3 Teknik - D3 Sekertaris - Dst S1/Sederajat - S1 Teknik - S1 Ekonomi Dst S2 S3 ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang

10 Dinas Tata Kota SMA/sederajat Diploma - D3 Teknik - D3 Sekertaris - Dst S1/Sederajat - S1 Teknik - S1 Ekonomi Dst S2 S3 ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang ……….orang

8.3.4 Analisis SWOT Kelembagaan

Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT.

Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi W-T). Untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan mengenai

(24)

8- 24

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

kelembagaan tersebut digunakan Metode Analisis SWOT, hasil analisis yang dilakukan untuk dapat menghasilkan faktor penentu keberhasilan, di mana Faktor-faktor penentu keberhasilan ini ditetapkan berdasarkan analisis faktor lingkungan Kota Pangkalpinang baik secara Internal maupun eksternal melalui pendekatan SWOT, analisis selanjutnya dilakukan untuk menentukan tingkat urgensi dan dampak potensial serta skala prioritas bebagai peluang dan ancaman yang mungkin terjadi.

Untuk mencapai tujuan yang diinginkan sebagaimana telah direncanakan perlu ditetapkan suatu Strategi. Strategi menjadi penting karena merupakan penyatuan rencana yang mencakup banyak hal secara terpadu yang menghubungkan keunggulan-keunggulan guna mengatasi persoalan yang datang baik dari faktor internal mapun eksternal. Analisis SWOT yang terdiri dari analisis internal dan eksternal, digunakan untuk menentukan dan menganalisis strategi dimaksud, karena factor-faktor internal dan eksternal di dalam memiliki tingkat kohesi dan kombinasi yang tinggi untuk saling mempengaruhi.

Analisis SWOT dilakukan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap Lingkungan Organisasi Pemerintah Kota Pangkalpinang. Proses analisis dilakukan dengan melakukan tahapan analisis Threat (Ancaman) relative terhadap Weakness (Kelemahan), kemudian dilanjutkan dengan analisis Opportunity (Peluang) relative terhadap Strenght (Kekuatan). Dengan analisis SWOT, maka Kelemahan yang tidak mendapat Ancaman bukanlah kelemahan yang aktual, demikian juga halnya dengan Kekuatan yang tidak mendapat Peluang bukanlah Kekuatan yang aktual.

Untuk proses penilaian, maka setiap faktor di beri nilai bobot ( %) dan skore yang disesuaikan dengan tingkat kepentingan masing-masing, dengan nilai berkisar 5 % - 20 %, serta bobot antara 5 – 9, kemudian tingkat nilai akan ditentukan dari perkalian antara bobot dan skore, dan hasil perkalian tersebut akan dijumlahkan untuk mendapatkan gambaran tingkat Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman secara komulatif.

Dengan diketahuinya nilai dari masing-masing indikator, akan memudahkan untuk menyusun Strategi Kunci yang menjadi Prioritas dalam rangka memperkuat kelembagaan organisasi perangkat daerah dan dalam mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Tarik Investasi di Kota Pangkalpinang.

Dari Tabel dibawah, maka secara keseluruhan faktor Kekuatan memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan Kelemahan, yaitu 8.8 berbanding 8.1, sehingga nilai kelebihannya adalah ( 8.0 – 7.8 = 0.7). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8.4 di bawah ini. Sedangkan pembobotan terhadap faktor Peluang dibandingkan dengan faktor Ancaman sebagaimana pada Tabel 8.5 di bawah ini.

(25)

8- 25

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 Tabel 8.4

Matriks Pembobotan analisis SWOT ( S-W)

No Faktor Bobot

(%) Score

Bobot x Score Kekuatan/Strenghts (S)

1 Struktur yang sederhana dapat mengakomodir

kebutuhan daerah 20 9 1.8

2 Fasilitas yang ada dapat mempermudah

pelaksanaan tugas pokok yang berdampak pada

pencapaian Good Governance 15

8

1.2 3

Aparat mampu menjalankan tugas pokok Birokrasi

Pemerintah Daerah 15 8 1.2

4 Organisasi yang ada setelah restrukturisasi dapat

mempermudah aparat untuk mengembangkan

kemampuannya 10

7

0.7

5 Standar Pelayanan Minimal (SPM) dapat

memberikan kepastian hukum pada masyarakat 10 7 0.7

6 Pola restrukturisasi birokrasi mempermudah

Pemerintah Daerah untuk memberikan informasi

yang jelas kepada masyarakat 15

8

1.2

7 Pola restrukturisasi memudahkan pemerintah daerah

untuk bertanggung jawab pada publik. 15 8 1.2

100 8.0

Kelemahan/Weaknesses (W)

1 Masih rendahnya kualitas SDM perencana dan

pelaksana juga didalam pengawasan implemtasi

program. 20 9 1.8

2 Penempatan SDM pada posisi yang baik sesuai

dengan kredibilitas pendidikan belum tepat. 5 6 0.3

3 Sering terjadi perubahan kebijakan pemerintah pusat

dalam pengembangan kelembagaan di daerah. 5 6 0.3

4 Masih terbatasnya sarana prasarana penunjang

pelaksanaan program kerja kelembagaan di daerah 10 7 0.7

5 Kurang efektifnya pelaksanaan koordinatif antar

lembaga. 10 9 0.9

6 Keterbatasan dana dalam menjalankan tugas pokok

birokrasi 10 7 0.7

7 Motivasi aparat masih kurang dalam bekerjasama

dengan tim kerja untuk pencapaian tujuan organisasi 15 8 1.2

8 Transparansi dan akuntabilitas aparat Pemda belum

optimal 15 8 1.2

9 Masih kurangnya penyuluhan hukum terhadap

masyarakat 10 7 0.7

100 7.8

Kekuatan-Kelemahan 0.2

Tabel 8.5

Matriks Pembobotan analisis SWOT ( O-T)

No Faktor Bobot

(%) Score

Bobot x Score Peluang/Opportunities (O)

1 Kesesuaian struktur kelembagaan yang ada dengan

potensi daerah telah memberikan kemudahan

kegiatan pelayanan masyarakat secara bertahap 15 8 1.2

2 Organisasi yang dibentuk dapat melakukan

pengelolaan potensi daerah seperti pengelolaan sumber daya alam sehingga dapat meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) 20 9 1.8

3 Ketersediaan sarana pendukung dapat

mempermudah pelaksanaan tugas dan kinerja

optimal 15 8 1.2

(26)

8- 26

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

No Faktor Bobot

(%) Score

Bobot x Score Diklat secara kontinyu serta peningkatan pendidikan

S1 dan S2

5 Pola restrukturisasi birokrasi dapat berimplikasi

terhadap kejelasan hukum bagi masyarakat 15 8 1.2

6 Kemudahan masyarakat memperoleh informasi

yang jelas dapat mewujudkan Good Governance dan kemudahan masyarakat mengetahui

penggunaan dana Publik 20 9 1.8

100 8.4

Ancaman/Hambatan (T)

1 Overlap pelaksanaan tugas memberikan indikasi

akan kualitas birokrasi yang kurang baik 20 9 1.8

2 Sulitnya membangun koordinat antar instansi terkait

propinsi dan pusat 15 8 1.2

3 Kebutuhan daerah belum terungkap secara

sistematis 15 8 1.2

4 Kepercayaan masyarakat terhadap aparat Pemda

mulai menurun 20 9 1.8

5 Tuntutan globalisasi ekonomi, teknologi dan

informasi dalam bidang kelembagaan 15 8 1.2

6 belum menerapkan pendekatan yang komprehensif

yang tepat dalam mengatasi rendahnya kualitas

pelayanan publik 15 7 1.05

100 8.25

Berdasarkan hasil pembobotan terhadap masing-masing indikator tersebut, maka proses berikutnya adalah memadukan indikator masing- masing faktor internal dan eksternal baik pada faktor Peluang dengan faktor Kekuatan sehingga menghasilkan Upaya memakai Kekuatan untuk memanfaatkan Peluang dan

faktor Kelemahan dengan Peluang sehingga menghasilkan Upaya

menanggulangi Kelemahan dengan memanfaatkan Peluang.

Berikutnya adalah perpaduan antara Kekuatan dan Ancaman yang akan menghasilkan Upaya memanfaatkan Kekuatan untuk mengatasi Ancaman, dan perpaduan antara Kelemahan dengan ancaman yang menghasilkan Upaya memperkecil Kelemahan untuk mengatasi Ancaman.

Berdasarkan perpaduan masing-masing indikator tersebut, maka langkah berikutnya adalah melakukan kombinasi masing-masing faktor internal dan eksternal sehingga menghasilkan Strategis Prioritas yang merupakan Strategi Kunci untuk memecahkan persoalan yang muncul dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi dan daya tarik invesasi di wilayah Kota Pangkalpinang. Hasil kombinasi tersebut sebagaimana pada Tabel 8.6 di berikut ini.

(27)

8- 27

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Tabel 8 .6

Hasil kombinasi Faktor Internal dan Eksternal menggunakan Analisis SWOT terhadap Kelembagaan Kota Pangkalpinang

KEKUATAN

1. Struktur yang sederhana dapat mengakomodir kebutuhan daerah

2. Fasilitas yang ada dapat mempermudah pelaksanaan tugas pokok yang berdampak pada pencapaian Good Governance]

3. Aparat mampu menjalankan tugas pokok Birokrasi Pemerintah Daerah Organisasi yang ada setelah restrukturisasi dapat empermudah aparat untuk mengembangkan kemampuannya

4. Standar Pelayanan Minimal (SPM) dapat memberikan kepastian hukum pada masyarakat

5. Pola restrukturisasi birokrasi mempermudah Pemerintah Daerah di Indonesia untuk memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat

6. Pola restrukturisasi memudahkan pemerintah daerah untuk bertanggung jawab pada publik

KELEMAHAN

1. Masih rendahnya kualitas SDM perencana dan pelaksana juga didalam pengawasan

implemtasi program

2. Penempatan SDM pada posisi yang baik sesuai dengan kredibilitas pendidikan belum tepat

3. Sering terjadi perubahan kebijakan pemerintah pusat dalam pengembangan kelembagaan di daerah 4. Masih terbatasnya sarana prasarana penunjang

pelaksanaan program kerja kelembagaan di daerah 5. Kurang efektifnya pelaksanaan koordinatif antar lembaga 6. Keterbatasan dana dalam menjalankan tugas pokok

birokrasi

7. Motivasi aparat masih kurang dalam bekerjasama dengan tim kerja untuk pencapaian tujuan organisasi 8. Transparansi dan akuntabilitas aparat Pemda belum

optimal

9. Masih kurangnya penyuluhan hukum terhadap masyarakat

PELUANG

1. Kesesuaian struktur kelembagaan yang ada dengan potensi daerah telah memberikan kemudahan kegiatan pelayanan masyarakat secara bertahap

2. Organisasi yang dibentuk dapat melakukan pengelolaan potensi daerah seperti pengelolaan sumber daya alam sehingga dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

3. Kemampuan aparat dapat dicapai dengan kegiatan Diklat secara kontinyu serta peningkatan pendidikan S1 dan S2 4. Pola restrukturisasi birokrasi dapat berimplikasi terhadap

kejelasan hukum bagi masyarakat

5. Kemudahan masyarakat memperoleh informasi yang jelas dapat mewujudkan Good Governance dan kemudahan masyarakat mengetahui penggunaan dana Publik

Strategi SO (Kuadran 1)

Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan Pemda disamping memiliki peluang dan kekuatan, sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.

Strategi

Penataan kelembagaan pemerintah kota dan

perbaikan system organisasi termasuk Pengkajian, pemetaan dan analisa kebutuhan produk hukum

daerah serta penyesuaian penyusunan dan

sosialisasi produk Hukum terhadap penyelenggaraan

pemerintahan kota termasuk azas transparansi, partisipasi dan akuntabilitas

Penyusunan tolok ukur kinerja (indikator kinerja) aparatur pemerintah di setiap unit perangkat daerah

Strategi ST (Kuadran 2)

Meskipun menghadapi berbagai ancaman Pemda masih memiliki kekuatan dari segi Internal,

Strategi

Strategi yang diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan pola restrukturisasi yang telah ada dapat dikembangkan dengan pembenahan birokrasi

(28)

8- 28

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

ANCAMAN

1. Overlap pelaksanaan tugas memberikan indikasi akan kualitas birokrasi yang kurang baik

2. Sulitnya membangun koordinat antar instansi terkait propinsi dan pusat

3. Kebutuhan daerah

belum terungkap secara sistematis

4. Kepercayaan

masyarakat terhadap aparat Pemda mulai menurun

5. belum menerapkan

pendekatan yang komprehensif yang tepat dalam mengatasi rendahnya kualitas pelayanan publik

Strategi WO (Kuadran 3) Pemda menghadapi peluang yang sangat besar tetapi dilain pihak Pemda menghadapi kendala/ kelemahan internal

Strategi

strategi yang diambil adalah meminimalkan masalah-masalah internal Pemda, sehingga dapat merebut peluang yang lebih baik, dalam mewujudkan Good Governance

Strategi WT (Kuadran 4)

Pemda di Indonesia dalamsituasi yang sangat tidak menguntungkan karena mengadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal, sehingga dapat menghambat pelaksanaan Good Governance.

Strategi

strategi yang diambil adalah transparansi birokrasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah guna mewujudkan Good governance sehingga menumbuhkan kepercayaan terhadap pemerintah

(29)

8- 29

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

8.4 RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN

Bagian ini menguraikan rencana dan usulan kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya. Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT sebelumnya, maka dapat dirumuskan tiga kelompok strategi meliputi strategi pengembangan organisasi, strategi pengembangan tata laksana, dan strategi pengembangan sumber daya manusia. Berdasarkan strategi-strategi tersebut, dapat dikembangkan rencana pengembangan kelembagaan di daerah.

8.4.1 Rencana Pengembangan Keorganisanian

Untuk merumuskan rencana pengembangan keorganisasian, dengan mengacu pada analisis SWOT, dilandaskan pada efektifitas dan efisiensi yang akan tercipta dari penataan struktur organisasi dan tupoksinya.

Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan pengembangan jabatan struktural dan fungsional di lingkungan Pemda, serta menyusun analisis jabatan dan beban kerja dalam rangka mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi di masing-masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya bidang Cipta Karya.

Penyusunan dan pelaksanaan RPIJM membutuhkan waktu yang panjuang, dan untuk itu rencana tindaknya dapat dilakukan dalam tahapan sebagai berikut: 1. Tahap sosialisasi, tahapan yang dimaksudkan untuk meningkatkan koordinasi

vrtikal dan horizontal antar dinas/instansi, melengkapi kebutuhan sumberdaya manusia yang terkait dengan RPIJM serta melengkapi organisasi ekstra struktural yang diperlukan dalam pelakanakan RPIJM.

2. Tahap peningkatan beban tugas, yang meliputi antara lain peninjauan struktur organisasi yang ada yang berkaitan dengan semakin berkembangnya beban tugas yang dilaksanakan masing-masing instansi dari waktu ke waktu,

melengkapi kekuarangan sumberdaya yang ada sejalan dengan

berkembangnya volume kerja masing-masing dinas/instansi serta peningkatan kemampuan personil yang bertugas dalam penyusunan dan pelaksanaan RPIJM.

8.4.2 Rencana Pengembangan Ketataklasanaan

Untuk merumuskan rencana pengembangan tata laksana, dengan mengacu pada analisis SWOT sebelumnya, antara lain diperlukan evaluasi tata laksana, pengembangan standar dan operasi prosedur, serta pembagian kerja dan

(30)

8- 30

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya di bidang Cipta Karya.

Dalam penyusunan dan pelaksanaan RPIJM, Bappeda Kota Pangkalpinang

berkedudukan dan bertugas dalam menggoordinasikan penyusunan

perencanaan, memonitor, mengevaluasi dan mengendalikan program serta menyusun laporan pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur Kota Pangkalpinang.

Dinas Pekerjaan umun, menggokordinasikan pelaksanaan kebijakan infrastruktur Kota Pangkalpinang, penyelenggaraan teknis pelakanaan program serta melaksanakan fungsi pengendalian, pengawasan evaluasi, pelaporan adminsitrasi, keuangan dan kegiatan teknis., demikian halnya untuk dinas/instansi terkait lainnya berkedudukan dan melaksanakan fungsi sesuai dengan tugas dan wewenangnya.

8.4.3 Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia, dengan mengacu pada analisis SWOT, antara lain diperlukan perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian, maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang keciptakaryaan, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat menjadi referensi Tahap pemantapan pengelolaan, yaitu berkaitan dengan menggunakan hasil evaluasi pelaksanaan untuk dipergunakan menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada, memantapkan personil yang sudah terlatih dan berpengalaman sampai tercapainya tujuan RPIJM, pemberian pelatihan teknis dan manajemen untuk selalu meningkatkan kemampuan dan sekaligus penyegaran personil.

Pengembangan sumberdaya manusia, difokuskan pada aparatur pada dinas/instansi yang secara langsung terlibat dalam pelakanaan RPIJM Kota Pangkalpinang, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Program pengembangan untuk meningkatan kualitas aparatur dilakukan melalui pelatihan dan studi lanjut dalam bidang ilmu yang relevan. Secara kuantitatif dilakukan melalui penambahan staf sesuai dengan perkembangan volume kerja yang ada. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8.7 di bawah ini.

(31)

8- 31

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 Tabel 8.7

Pelatihan Bidang Cipta Karya

No Jenis Pelatihan

1 Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung serta sertifikasi Pengelola Teknis

2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara

3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III

4 Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan

Lingkungan

5 Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan

Bangunan Gedung dan Lingkungan

6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL

7 Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan

Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan

9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan

10 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan

Infrastruktur Publik Bidang Keciptakaryaan

11 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap

Darurat Bencana

12 Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara

13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN

14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai

15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai

16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)

17 Diklat Jabatan Fungsional

18 Pelatihan/Pembinaan/Diklat mengenai sistem perencanaan Kota

19 Pelatihan/Pembinaan/Diklat mengenai manajemen persampahan

20 Pelatihan/Pembinaan/Diklat mengenai Amdal

21 Pelatihan/Pembinaan/Diklat mengenai Air bersih dan Peningkatan lingkungan pemukiman

Referensi

Dokumen terkait

Nafsu makan terganggu : Makan atau minuman diberikan dengan suhu kamar atau dingin, menambah bumbu makanan yang sesuai untuk menambah rasa, minuman diberikan dalam bentuk segar

Kesimpulan hasil penelitian ini adalah: (1) Sistem rekam medis pasien rawat jalan yang dibangun dapat membantu mempermudah pekerjaan petugas puskesmas dalam mencatat pasien baru

Berdasarkan in- vestigasi signifikansi dan penilaian signifikansi, maka dapat disimpulkan bahwa Kabuyutan Trusmi memiliki signifikansi budaya dalam level lokal

Hal ini sesuai dengan penelitian Yusnaena dan Alpha (2015) yang menyatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan, seperti yang

Untuk menggunakan VI sebagai subVI, anda harus menciptakan sebuah icon yang menunjukkan kembali VI tersebut pada diagram blok VI lainnya dan sebuah connector

tradisonal yang bercirikan line item dan inkremental ke arah penganggaran berbasis kinerja dengan mengacu pada Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) yaitu

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan serta batasan masalah, maka penulis mengambil tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

Dari hasil analisa pathloss didapatkan untuk parameter dengan variasi tinggi BTS Fiber Optic punya pathloss yang lebih kecil daripada BTS Microwave , untuk