• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PBL BERBASIS STEAM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PBL BERBASIS STEAM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Lambung Mangkurat pISSN: 2086-7328, eISSN: 2550-0716. Terindeks di SINTA (Peringkat 3), IPI, IOS, Google Scholar, MORAREF, BASE, Research Bib, SIS, TEI, ROAD, Garuda dan Scilit.

Received : 07-02-2021, Accepted : 15-04-2021, Published : 30-04-2021

PENERAPAN MODEL PBL BERBASIS STEAM UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

The Application of Problem Based Learning Model with Steam-Based to

Increase Student Learning Outcomes

Isma Yanti Vitarisma Sukirno Putri1, Apriani Sulu Parubak1, Nelly Gultom2, Murtihapsari1*

1Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Papua

Jl. Gunung Salju Amban, Manokwari 98314, Papua Barat, Indonesia 2SMA Negeri 1 Manokwari

Jl. Palapa Reremi, Manokwari 98312, Papua Barat, Indonesia *email: murtihapsari.kadarusman@gmail.com

Abstrak. Mutu pendidikan berkaitan erat dengan sistem dan model pembelajaran yang diterapkan. Mutu pendidikan dapat ditingkatkan melalui kualitas Sumber Daya Manusia, penyempurnaan sistem penilaian, penggunaan model pembelajaran, sarana dan prasarana yang tepat serta pembaharuan kurikulum. Salah satu upaya pembaharuan kurikulum 2013 revisi 2017 ditekankan pada penggunaan model pembelajaran yang berlangsung. Alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan hasil belajar peserta didik dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif kimia dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis Science, Technology, Engineering, Arts And Mathematic (STEAM). Penelitian ini terdiri dari 2 (dua) siklus dengan jumlah peserta didik sebanyak 35 sampel. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa tes dan lembar pengamatan (observasi). Berdasarkan hasil observasi, menunjukkan bahwa pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik sebesar 81,71 dengan persentase 71% jika dibandingkan dengan dari siklus I sebesar 70,57 dengan presentase 40%, dengan nilai ≥ 75. Hasil pengamatan terhadap pembelajaran dengan menggunakan model PBL mendapatkan tanggapan yang baik dari peserta didik.

Kata kunci: problem based learning, STEAM, hasil belajar kognitif, penelitian tindakan kelas

Abstract. The quality of education is closely related to the learning system and model applied. This quality of education can be improved through the quality of the teachers, the improvement of the assessment system, the use of learning models, appropriate facilities and infrastructure and curriculum renewal. One of the efforts to update the 2013 revision of the 2017 curriculum is emphasized on the use of an ongoing learning model. An alternative learning model that can improve students' learning outcomes is the Problem Based Learning (PBL). This research is a Classroom Action Research (CAR) aiming at determining the improvement of cognitive chemistry learning outcomes by applying the Problem Based Learning (PBL) learning model based on Science, Technology, Engineering, Arts and Mathematic (STEAM). This study consisted of 2 (two) cycles with a total sample of 35 students. The data collection techniques used were tests and observation sheets. Our result showed that in the second cycle there was an increase in student learning outcomes by 81.71 with a percentage of 71% when compared to that of the first cycle by 70.57 with a percentage of 40%., with a value of ≥ 75. The

(2)

results of observations on learning using the PBL model received good responses from students.

Keywords: the legend of thermo games, learning media, thermochemistry

PENDAHULUAN

Salah satu pondasi untuk menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa dilakukan melalui proses pendidikan. Upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia melalui peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, penyempurnaan sistem penilaian, penggunaan model pembelajaran, sarana dan prasarana yang tepat serta pembaharuan kurikulum (Luawao, 2013). Kurikulum merupakan program dan pengalaman hasil belajar kemudian diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan yang tersusun secara sistematis. Penerapan kurikulum bertujuan untuk membantu pertumbuhan atau perkembangan pribadi dan kompetisi sosial anak didik (Sudjana, 2005). Penerapan Kurikulum 2013 revisi 2017 ditekankan pada pembuatan dan penggunaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selain membuat RPP, guru memiliki tugas yang harus dipahami dan dilaksanakan dengan baik yaitu mendidik, mengajar, membimbing serta mengevaluasi penggunaan model pembelajaran. (Sudjana, 2005).

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan hasil belajar peserta didik. Model ini termasuk salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Guru dapat melibatkan lebih banyak peserta didik dalam menelaah dan mengecek pemahaman isi bahan pelajaran tersebut, sehingga menjamin keterlibatan semua peserta didik dan untuk meningkatkan tanggung jawab individu dalam kelompok. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis Science, Technology, Engineering, Arts And Mathematic (STEAM) diharapkan dapat membantu meningkatkan hasil belajar peserta didik khususnya di SMA Negeri 1 Manokwari, karena model pembelajaran ini menekankan peserta didik untuk aktif dalam kelompok sehingga proses belajar mengajar berlangsung efektif (Sadia, 2007).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang ditemui di kelas XI IPA 5 SMA Negeri 1 Manokwari dimana peserta didik memperoleh hasil belajar dari kurang memuaskan. Hal ini disebabkan saat proses pembelajaran kurang memperhatikan penjelasan guru dan sering mencari kesibukan sendiri. Peserta didik yang kemampuannya rendah cenderung pasif dalam memperhatikan penjelasan guru, jika ditanya kembali materi yang baru saja disampaikan peserta didik menunjukkan sikap tidak aktif. Selain itu, peserta didik menganggap mata pelajaran kimia khususnya materi larutan penyangga sangat sulit untuk untuk dipahami, hal ini dapat dilihat dari hasil belajar yang belum memenuhi Kriteria ketuntasan Minimum (KKM) di SMA Negeri 1 Manokwari adalah 75.

Kajian tentang penelitian PBL yang telah dilakukan sebelumnya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Penelitian (Rejeki, 2015), menunjukkan analisis hasil penelitian pada akhir siklus II nilai rata-rata pemahaman konsep yaitu 80,70 dengan banyak peserta didik yang tuntas 23 dari 27 orang. Keaktifan peserta didik mempunyai nilai rata-rata 80 dengan banyak peserta didik yang tuntas sebanyak 24 dari 27 orang peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan modul mampu meningkatkan pemahaman konsep dan keaktifan peserta didik kelas XI IPA 1 SMA Negeri 5 Magelang pada materi larutan penyangga dan hidrolisis (Rejeki, 2015).

(3)

Selain itu, hasil penelitian dari Yunita, dkk (2016) diperoleh bahwa persentasi ketuntasan hasil belajar peserta didik pada siklus I yaitu 60,53% dengan nilai rata-rata sebesar 75,47. Persentasi ketuntasan hasil belajar peserta didik pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 78,74% dengan nilai rata-rata 83,00. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik (Yunita, dkk, 2016).

Seiring dengan perkembangan IPTEK saat ini, proses pembelajaran tidak hanya menerapkan model pembelajaran melainkan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan keadaan di lingkungan pendidikan seperti memanfaatkan teknologi untuk memudahkan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Hal tersebut memungkinkan peneliti mengkolaborasi antara model pembelajaran yang aktif dengan pendekatan yang bermakna yang artinya pembelajaran dapat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan yang sesuai dengan model pembelajaran PBL diantaranya Science, Technology, Engineering, Art and Mathematics (STEAM) (Amelia, 2019).

Jadi, pada penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengetahui persen peningkatan hasil belajar kognitif peserta didik kelas XI IPA 5 SMA Negeri 1 Manokwari pada pokok bahasan larutan penyangga dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning berbasis Science, Technology, Engineering,

Art, Mathematics (STEAM).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memandang perlu melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dikarenakan belum pernah dilakukan penelitian tindakan kelas pada model pembelajaran PBL berbasis STEAM pada materi larutan penyangga khususnya di kelas XI IPA 5 SMA Negeri 1 Manokwari.

METODE PENELITIAN

Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan peneliti terdiri dari dua siklus menggunakan model PTK Kurt Lewin. Model ini menjelaskan bahwa PTK mengandung 4 komponen pada setiap siklus. Keempat komponen itu adalah: (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (action), (3) pengamatan (observing), (4) refleksi (reflecting) (Sanjaya, 2016).

Indikator keberhasilan untuk peningkatan hasil belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Manokwari kelas XI IPA pada setiap siklus yang dilakukan jika nilai mata pelajaran kimia pada materi larutan penyangga mencapai KKM sebesar 75. Sumber data dalam penelitian ini adalah informan, dokumen atau arsip dan data hasil observasi. Teknik pengumpulan data menggunakan tes hasil belajar dan wawancara. Analisis data yang dilakukan menggunakan teknik deskriptif dengan menggunakan bantuan microsoft excel 2010.

Analisis data untuk melihat peningkatan hasil belajar peserta didik meliputi: ▪ Jumlah seluruh nilai yang diperoleh peserta didik

▪ Rata-rata nilai peserta didik =Total Nilai Peserta Didik

Jumlah Siswa

▪ Nilai Tertinggi dan Terendah

▪ Nilai persentase ketuntasan belajar kognitif siswa secara klasikal menggunakan rumus:

𝑃 =∑Peserta didik yang tuntas belajar

∑Peserta didik 𝑥 100% Keterangan:

(4)

Tabel 1. Kriteria ketuntasan hasil belajar peserta didik secara klasikal No. Skor Tingkat Keberhasilan Kategori

1. 5 > 85% Sangat Tinggi 2. 4 70% - 84% Tinggi 3. 3 55% - 69% Sedang 4. 2 40% - 54% Rendah 5. 1 < 39% Sangat Rendah (Sumber: Aqib, 2010) ▪ Nilai persentase peserta didik yang tidak tuntas

𝑃 =∑𝑃𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟

∑𝑃𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘 𝑥 100%

Keterangan:

P : Persentase ketuntasan belajar kognitif

Peserta didik dapat dikatakan tuntas apabila hasil belajarnya > nilai KKM yaitu > 75.

Data statistik yang diperoleh akan disajikan melalui tabel, diagram, grafik, perhitungan rata-rata, dan perhitungan persentase peserta didik yang mencapai nilai KKM.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh merupakan data dari hasil belajar kognitif peserta didik, aktivitas guru dan aktivitas peserta didik menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis Science, Technology,

Engineering, Arts And Mathematic (STEAM) secara baik. Persentase hasil belajar

dari ketuntasan dan tidak tuntas dari 35 peserta didik dapat ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil belajar peserta didik

Siklus I Siklus II

Pretest Posttest Pretest Posttest

Rata-rata 39,34 70,57 48,29 81,71

Berdasarkan Tabel 1, pelaksanaan Tindakan Kelas pada siklus I dan siklus II yang dilakukan penelitian ini diuraikan dibawah ini:

Siklus I

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilakukan dua pertemuan kegiatan pembelajaran dengan 4 tahapan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) berbasis Science, Technology, Engineering, Arts And Mathematic (STEAM) sebagai berikut:

Perencanaan

Sebelum pelaksanaan pembelajaran, peneliti melakukan berbagai persiapan dan perencaraan mempersiapkan Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), Soal pre-test dan post-test, lembar observasi keaktifan siswa.

Tindakan

Tahapan ini dapat diterapkan model Problem Based Learning (PBL) berbasis

Science, Technology, Engineering, Arts And Mathematic (STEAM) saat proses

pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa. Adapun semua tindakan peneliti diobservasi oleh observer.

(5)

Observasi

Tahap pengamatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengamati semua tindakan tiap pertemuan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Kemudian dilakukan evaluasi tiap siklus untuk mengetahui hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan hasil penelitian ini, pada siklus 1 untuk capaian kegiatan guru diperoleh skor nilai rata-rata 3,71 dengan kriteria sangat. Selanjutnya, data observasi keaktifan peserta didik diperoleh skor nilai rata-rata 3,43 dengan kriteria kategori sangat baik. Nilai skor hasil belajar peserta didik dari nilai pre-test dan post-test yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil belajar siklus 1

Komponen Siklus 1

Pre-test Post-test

Rata-rata 39,34 70,57

Berdasarkan Tabel 2, data hasil belajar pada siklus I, nilai rata-rata pre-test dan

post-test masing-masing sebesar 39,34 dan 70,57 menunjukkan peningkatan nilai

rata-rata sebesar 31,23 dari nilai pre-test dan post-test.

Tabel 3. Ketuntasan siklus 1

Ketuntasan Jumlah Peserta Didik Siklus 1 Post-test Tidak Tuntas 21 60% Tuntas 14 40% Jumlah 35 100%

Berdasarkan Tabel 3, data hasil ketuntasan peserta didik siklus I yang terdiri dari tiga puluh lima orang peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran terdapat empat belas orang peserta didik yang tuntas dan memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dengan persentase sebesar 40% dan terdapat dua puluh satu orang peserta didik yang tidak tuntas atau tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dengan persentase sebesar 60% dari jumlah total 100%.

Gambar 1. Persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik siklus I

Berdasarkan Gambar 1, hasil ketuntasan pada nilai post-test siklus I sebesar 40% peserta didik yang memenuhi KKM. Penelitian yang dilakukan oleh Yunita,

Tidak Tuntas Tuntas

Series1 60% 40% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%

(6)

dkk (2016) diperoleh bahwa persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 60,53% termasuk dalam kategori sedang. Jika dibandingkan penelitian ini dengan Yunita, dkk (2016) maka diperoleh hasil penelitian ini lebih rendah untuk siklus I sebesar 40%.

Hasil penelitian ini, setelah siklus I dilanjutkan untuk merencanakan perbaikan pada siklus II. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki hal-hal yang masih dianggap kurang saat proses pembelajaran dan menjadi masalah untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mencapai nilai ketuntasan atau KKM. Kegiatan siklus II diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar para peserta didik pada materi larutan penyangga

Refleksi

Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I dalam proses pembelajaran untuk kegiatan guru, keaktifan siswa dan hasil belajar kognitif peserta didik belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan. Adapun kekurangan-kekurangan kegiatan guru terdapat dua aspek yang perlu diperbaiki, yaitu: proses pembelajaran guru masih membimbing peserta didik untuk menyampaikan kesimpulan dan kegiatan penutup guru belum memberikan motivasi pada akhir pembelajaran kepada peserta didik untuk lebih giat lagi dalam belajar tetapi guru hanya menutup pembelajaran dengan memberikan doa dan salam.

Berdasarkan data diperoleh pada siklus I dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran menggunakan model PBL belum mencapai hasil yang diharapkan oleh peneliti. Oleh sebab itu peneliti memberikan refleksi kepada peserta didik agar ada perbaikan tindakan untuk pertemuan siklus II. Perbaikan yang dilakukan yaitu membimbing peserta didik ketika mengerjakan LKPD, merumuskan hipotesis dan penyelidikan masalah, dan memotivasi siswa agar berani untuk mengemukakan ide maupun pendapat dalam pemecahan masalah dari suatu permasalahan. Jika peserta didik memperoleh jawaban salah, kurang tepat dan sama seperti kelompok lain, meminta siswa mengangkat tangan terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan. Selanjutnya, memberikan motivasi pada peserta didik untuk belajar terlebih dulu di rumah mengulang materi yang telah dipelajari maupun mempelajari materi yang akan dibahas selanjutnya

Selanjutnya, kekurangan-kekurangan untuk kegiatan peserta didik ada tiga aspek yang perlu diperbaiki yaitu peserta didik belum menyimak dengan baik tujuan pembelajaran dan materi yang disampaikan oleh guru, peserta didik berdiskusi namun anggota kelompok yang telah tahu jawabannya tidak menjelaskan ke anggota kelompoknya dan peserta didik dapat menyampaikan kesimpulan materi namun belum secara detail dan jelas. Oleh karena itu, perlu dilanjutkan untuk merencanakan perbaikan pada siklus II.

Siklus II Perencanaan

Tahap perencanaan disusun berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Adapun hal-hal yang dilakukan untuk kegiatan guru diantaranya: menyiapkan ruangan, media pembelajaran dan praktikum pada pokok bahasan larutan penyangga melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis Science, Technology,

Engineering, Arts And Mathematic (STEAM), menyiapkan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), soal pre-test dan

post-test, dan lembar observasi keaktifan siswa. Adapun kekurangan-kekurangan peserta

didik pada siklus I yang perlu diperbaiki di siklus II diantaranya memberikan nilai tambah bagi peserta didik yang menyimak dengan baik, memberikan apresiasi

(7)

kepada peserta didik jika ada yang saling membantu dan membimbing peserta didik dalam membuat kesimpulan secara jelas.

Tindakan

Tahapan ini dapat diterapkan dengan menggunakan model Problem Based

Learning (PBL) berbasis Science, Technology, Engineering, Arts And Mathematic

(STEAM) saat proses pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa. Adapun semua tindakan peneliti diobservasi oleh observer.

Observasi

Tahap pengamatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengamati semua tindakan tiap pertemuan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Kemudian dilakukan evaluasi tiap siklus untuk mengetahui hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan hasil penelitian ini pada siklus 1 untuk capaian kegiatan guru diperoleh skor nilai rata-rata 3,86 dengan kriteria sangat baik. Selanjutnya, data observasi keaktifan peserta didik diperoleh skor nilai rata-rata 3,57 dengan kriteria kategori sangat baik. Nilai skor hasil belajar peserta didik dari nilai pre-test dan

post-test yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil belajar siklus II

Komponen Siklus II

Pre-test Post-test

Rata-rata 48,29 81,71

Berdasarkan Tabel 4, data hasil belajar peserta didik pada siklus II mendapatkan nilai rata-rata pre-test sebesar 48,29 dan nilai rata-rata post-test sebesar 81,71, hasil ini menunjukkan peningkatan nilai rata-rata peserta didik sebesar 33,43 dari nilai pre-test ke nilai post-test.

Tabel 5. Ketuntasan siklus II

Ketuntasan Jumlah Peserta Didik Siklus II Post-test Tidak Tuntas 10 29% Tuntas 25 71% Jumlah 35 100%

Berdasarkan Tabel 1.5, data ketuntasan peserta didik siklus II, dari tiga puluh lima orang peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran terdapat dua puluh lima orang peserta didik yang tuntas dan memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dengan persentase sebesar 71% dan terdapat sepuluh orang peserta didik yang tidak tuntas atau tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dengan persentase sebesar 29% dari jumlah total 100%.

Tidak Tuntas Tuntas Series1 29% 71% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

(8)

Berdasarkan Gambar 2, persentase di atas diperoleh hasil ketuntasan pada nilai post-test siklus II menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan siklus sebelumnya, diperoleh hasil ketuntasan pada nilai

post-test siklus II sebesar 71% peserta didik yang memenuhi KKM dan hasil tidak tuntas

diperoleh 29% peserta didik yang tidak memenuhi KKM dan jumlah total 100%. Berdasarkan Aqib, (2010), menyatakan bahwa tingkat keberhasilan untuk nilai

post-test pada siklus II termasuk dalam kategori Tinggi dan nilai Pre-post-test pada siklus I

termasuk dalam kategori rendah.

Refleksi

Tahapan siklus II untuk proses pembelajaran secara keseluruhan telah menunjukkan hasil yang meningkat, hal ini dapat dilihat dari kegiatan guru melakukan pembelajaran telah sesuai dengan sintak-sintak dari model yang digunakan yaitu model Problem Based Learning (PBL) berbasis Science,

Technology, Engineering, Arts And Mathematic (STEAM), selanjutnya untuk

peserta didik juga telah menunjukkan hasil keaktifan yang meningkat, peserta didik mampu mengikuti pelajaran dengan baik.

Data dari siklus I yang memperoleh hasil ketuntasan belajar 40% meningkat pada siklus II sebesar 71%. Menurut Aqib, (2010) menyatakan bahwa tingkat keberhasilan pada siklus I termasuk dalam kategori rendah dan pada siklus II termasuk dalam kategori tinggi dengan nilai rata-rata post-test siklus I sebesar 70,57 kemudian meningkat pada siklus II sebesar 81,71. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya penerapan model Problem Based Learning (PBL) berbasis Science,

Technology, Engineering, Arts And Mathematic (STEAM) dapat meningkatkan hasil

belajar kognitif peserta didik yang signifikan. Hasil belajar peserta didik dengan materi larutan penyangga menunjukkan nilai ketuntasan belajar yang meningkat Hal ini terjadi karena peserta didik telah memiliki kemampuan untuk mengemukakan ide, pendapat dan menjawab pertanyaan serta menanggapi pada saat peserta didik yang lain menjelaskan ke depan kelas, peserta didik telah aktif dalam penyelidikan masalah, menjawab semua evaluasi yang diberikan guru.

Tabel 6. Data Perbandingan Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I dan II

Komponen Persentase

Siklus I Siklus II

Tuntas 40% 71%

Tidak Tuntas 60% 29%

Total 100% 100%

Hasil belajar peserta didik yang dilakukan selama dua siklus mengalami peningkatan yang signifikan yaitu pada siklus I diperoleh hasil belajar peserta didik sebesar 40% dan mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 71%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunita, dkk (2016) memperoleh persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 60,53% dengan nilai rata-rata 75,47. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 78,74% dengan nilai rata-rata 83,00. Jika dibandingkan dengan penelitian tersebut peningkatan yang terjadi dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 18,21% sedangkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengalami peningkatan sebesar 31% sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik pada penelitian ini lebih tinggi daripada penelitian hasil belajar yang telah dilakukan oleh Yunita, dkk (2016).

(9)

Data mengenai peningkatan hasil belajar peserta didik secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Peningkatan ketuntasan hasil belajar peserta didik secara keseluruhan

Pembahasan

Penelitian ini menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis Science, Technology, Engineering, Arts And Mathematic (STEAM), karena model ini menggunakan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Selain itu, model PBL dapat memberikan keterampilan dan memunculkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik. Kegiatan suasana belajar yang berpusat pada peserta didik dapat menemukan ide-ide dari dalam dirinya maupun lingkungan (Desriyanti & Lazulva, 2016). Hasil pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik mencapai nilai ketuntasan sesuai standar KKM yaitu siklus I sebesar 40% menjadi 71% pada siklus II, mengalami peningkatan sebesar 31%. Kenaikan rata-rata pada siklus I sebesar 70,57 menjadi 81,71 pada siklus II. Data yang diperoleh pada penelitian ini jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunita, dkk (2016), dimana memperoleh persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 60,53% dengan nilai rata-rata 75,47. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 78,74% dengan nilai rata-rata 83,00, sehingga terdapat kenaikan sebesar 18,21% dari siklus I ke siklus II. Sedangkan persen peningkatan hasil belajar peserta didik pada penelitian ini sebesar 31%. Hal ini membuktikan bahwa persen peningkatan yang terjadi pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunita, dkk (2016).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Herlina (2020), menyatakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memperoleh peningkatan hasil belajar peserta didik dari siklus I yaitu 69,47 dengan persentase 60%. Tahapan siklus II diperoleh rata-rata nilai post-test peserta didik 78,53 dan persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik mencapai 92% sehingga terdapat kenaikan sebesar 32% dari siklus I ke siklus II. Hal ini membuktikan bahwa perbandingan persen peningkatan yang terjadi antara penelitian ini tidak berbeda secara signifikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Herlina (2020). Faktor-faktor yang menyebabkan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik diantaranya kegiatan guru dan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran dimana guru selalu

40%

71% SIKLUS

(10)

memperbaiki kesalahan, adanya kegiatan refleksi setiap siklusnya, terciptanya suasana kelas yang menyenangkan, keaktifan peserta didik dan guru saat belajar dalam kelas sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik. Menurut Herdiawan, dkk (2019), PBL dapat memberikan hasil peningkatan belajar peserta didik untuk lima indikator keterampilan berpikir kreatif siswa diantaranya kelancaran, keluwesan, keaslian, penguraian, dan perumusan kembali suatu masalah. Selain itu, (Mutiara, dkk., 2016) menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep peserta didik pada pelajaran kimia kelas XI MIA 3 SMA Negeri 1 Inderalaya melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus, setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Data didapat melalui tes pemahaman konsep peserta didik yang dilaksanakan setiap akhir siklus. Peningkatan pemahaman tercermin dari peningkatan hasil belajar dan ketuntasan belajar peserta didik. Hasil belajar dan ketuntasan belajar peserta didik sebelum tindakan adalah 55,85 dan 17,85%, meningkat menjadi 58,63 dan 28,46% pada siklus 1, kemudian pada siklus 2 meningkat menjadi 69,85 dan 55,55%, dan pada siklus 3 meningkat menjadi 80,50 dan 89,28% (Mutiara, dkk., 2016).

Selanjutnya, hasil penelitian dari (Selfi, dkk., 2020), mengemukakan bahwa penerapan model berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X di SMAN 1 Talaga Raya pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan nilai belajar siswa secara klasikal yaitu 61,1 dengan presentse ketuntasan 28,57% pada siklus I dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 80,60 dengan presentase ketuntasan 89,28%. Kemudian untuk aktivitas belajar siswa terjadi peningkatan dari 64% dengan kategori sedang pada siklus I menjadi 75% dengan kategori baik pada siklus II. Sedangkan, aktivitas mengajar guru pada siklus I sebesar 68% meningkat pada siklus II sebesar 86% (Selfi, dkk., 2020).

Kemudian lebih lanjut dibuktikan oleh (Eismawati, dkk., 2019), bahwa adanya peningkatan keberhasilan perolehan nilai hasil belajar siswa setelah diberikan tindakan pada tiap siklus. Perolehan nilai sebelum tindakan pada pra siklus hanya 11 siswa atau 44% yang tuntas, pada siklus I meningkat menjadi 16 siswa atau 64% yang tuntas belajar dan pada siklus II meningkat menjadi 22 siswa yang tuntas belajar atau 88% (Eismawati, dkk., 2019).

Pendapat lain dari Rahman, dkk (2019), membuktikan bahwa penggunaan model PjBL berbasis STEAM, dapat meningkatkan hasil belajar. Hasil belajar pada siklus I yaitu 63,15 dengan kategori rendah dan pada siklus II sebesar 92,10 dengan kategori sangat tinggi.

SIMPULAN

Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis

Science, Technology, Engineering, Arts And Mathematic (STEAM) mengalami

peningkatan dari siklus I ke siklus II, nilai rata-rata masing-masing 70,57 menjadi 81,71 kemudian nilai ketuntasan diperoleh masing-masing sebesar 40% menjadi 71% sehingga terlihat adanya peningkatan hasil belajar kognitif peserta didik sebesar 31%. Dampak yang dapat dilihat setelah diterapkan model PBL berbasis STEAM menyebabkan adanya peningkatan hasil belajar, diantaranya: (1) siswa mendengarkan permasalahan yang diberikan oleh guru, (2) siswa secara aktif menjawab dari pemecahan masalah tersebut, (3) siswa duduk secara berkelompok sesuai arahan dari guru, (4) siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas yang berhubungan dengan masalah, (5) siswa mengumpulkan informasi dan data-data yang diperlukan untuk pemecahan masalah. Saran dalam penelitian ini dimana agar para guru dapat menerapkan model pembelajaran yang inovatif dalam

(11)

pembelajaran dengan tujuan membantu siswa untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR RUJUKAN

Amelia, A, (2019). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbasis STEM (Science, Technology, Engineering And Mathematics) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Materi Program Linear Siswa Kelas XI IPA MA Nasruddin Dampit Tahun Akademik 2018/2019. Jurnal Program Studi Matematika FKIP UNISMA. 2(14), 10-16.

Aqib, Z. (2010) Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB & TK. Yrama Widya. Bandung.

Desriyanti, R. D., & Lazulva, L. (2016). Penerapan Problem Based Learning Pada Pembelajaran Konsep Hidrolisis Garam Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Tadris Kimiya. 1(2), 70-78.

Eismawati, E., Koeswanti, H.D., Radia, E.H. 2019. Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Siswa Kelas 4 SD. Jurnal Mercumatika: Jurnal Penelitian Matematika dan

Pendidikan Matematika, 3(2), 71-78. ISSN: 2548-1819. DOI:

http://dx.doi.org/10.26486/jm.v3i2.694.

Herlina, H. (2020). Penerapan Problem Based learning Untuk Meningkatkan hasil Belajar Kimia Pada Materi Hidrokarbon. PENDIPA Journal of Science Education, 4(3), 7-13.

Herdiawan, H., Langitasari, I., & Solfarina, S. (2019). Penerapan PBL untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa pada Konsep

Koloid. EduChemia (Jurnal Kimia dan Pendidikan), 4(1), 24-35. e-ISSN

2502-4787.

Luawo, A., Lukum, A., Iyabu, H. (2013). Upaya Peningkatan Hasil Belajar dengan Metode Constructive Controversy pada Materi Asam Basa. Jurnal Entropi.

Inovasi Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran Sains, 12(1) 87-95. ISSN

1907-1965.

Majid, A & Firdaus, A. (2014). Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar. Bandung: Interes Media.

Mutiara, S. A., & Hidayat, I. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Peserta Didik pada Pelajaran Kimia di Kelas XI MIA 3 SMAN 1 Indralaya. J Penelitian Pendidikan Kimia, 3(2), 179-85.

Rahman, M. K., Suharto, B., & Iriani, R. (2019). Meningkatkan Berpikir Kreatif Dan Hasil Belajar Menggunakan Model PjBL Berbasis STEAM Pada Materi Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit. JCAE (Journal of Chemistry And Education), 3(1), 10-22.

Rejeki, S. (2015). Implementasi Model Problem Based Learning Berbantuan Modul untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keaktifan Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 5 Magelang (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG).

Sanjaya, W. (2016). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pradana Media Group. Sudjana, N. (2005). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum. Bandung: Publikasi,

FIP IKIP Bandung.

Sadia, I. W. (2007). Pengembangan kemampuan berpikir formal siswa SMA melalui penerapan model pembelajaran problem based learning dan cycle learning

(12)

dalam pembelajaran fisika. Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran UNDIKSHA, 40(1), 1-20.

Selfi, D., Tewa, Y., & Maysara, M. (2020). Penerapan Model Pembelajaran

Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Jurnal Pendidikan Kimia FKIP Universitas Halu Oleo, 5(2), 51-58. p-ISSN 2503-4480. e-ISSN 2721-2963. DOI: http://dx.doi.org/10.36709/jpkim.v512.1322 Yunita L, Kusmiati, R., & Nina A. D. (2016). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar

Kimia Siswa Melalui Problem Based Learning Pada Konsep Sistem Koloid.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA-Biologi FITK UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. ISBN 978-602-73551-08.

Gambar

Gambar 3. Peningkatan ketuntasan hasil belajar peserta didik secara  keseluruhan

Referensi

Dokumen terkait

Menunjukkan bahwa strategi yang digunakan pihak Fakultas Dakwah &amp; komunikasi UIN Alauddin Makassar dalam menarik minat calon mahasiswa baru melalui kegiatan

Berdasarkan hasil penelitian dipahami bahwa pengaturan hukum mengenai kedudukan hukum penghuni rumah dan dasar hukum apa rumah dinas dapat disewa oleh pihak ketiga karena pada

Konsentrasi asam yang tinggi digunakan dalam proses ekstraksi dapat mempercepat terjadinya subtitusi ion negatif pada garam dengan ion positif pada asam, sehingga

Metode yang digunakan untuk melihat tingkat infeksi mikoriza ada akar mengikuti metode Phylip dan Hyman (dalam Setiadi dan Setiawan, 2011) Sampel akar tanaman pada

Di samping itu, pengguna harus juga dikelompokkan dalam segmentasi yang lebih rinci, seperti siapa yang menggunakan jalan tol sebagai bagian utama dan bagian

Produksi biogas paling tinggi terdapat pada variabel pengadukan 3X ARS 150:50:100 hal ini menunjukan bahwa mikroorganisme mudah mendegradasi senyawa organik yang

“Faktor-faktor yang mempengaruhi Profit Distribution Management atas Simpanan Deposan Pada Bank Syariah di Indonesia”.. Skripsi S1 Universitas

Secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan PBL untuk Matakuliah Sastra Bandingan pada mahasiswa Program Studi (S-1) Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas