• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pilar 3: Meningkatnya Popularitas Apoteker dan Pengakuan Masyarakat Atas Keberadaan dan Manfaat Jasa Apoteker

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pilar 3: Meningkatnya Popularitas Apoteker dan Pengakuan Masyarakat Atas Keberadaan dan Manfaat Jasa Apoteker"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Pilar 3: Meningkatnya Popularitas Apoteker dan Pengakuan

Masyarakat Atas Keberadaan dan Manfaat Jasa Apoteker

Bidang Hubungan Masyarakat dan Komunikasi

Bidang Kerjasama dan Kemitraan

Badan Pengabdian Profesi dan Tanggap

Bencana

(2)

Positioning

• Menurut Kotler (1997: 262): “Positioning is the

act of designing the company’s offer so that it

occupies a distinct and value placed in the target

customer mind”.

• Positioning adalah tindakan yang umumnya

berupa ungkapan kata yang mewakili bagaimana

produk atau jasa itu mudah dikenali dan

menancap di benak masyarakat sehingga

menimbulkan kesan tertentu di ingatan

masyarakat.

(3)

Contoh Positioning

• Mengatasi masalah tanpa masalah……siapa ?

• Ingat beras ingat …..ingat …..

• Enak dibaca dan perlu...siapa ?

• Kesan pertama begitu menggoda,selanjutnya

terserah anda

(4)

Positioning Apoteker

Apoteker sahabat

sehat keluarga

(5)

Branding

• Branding Apoteker dimaksudkan agar

Apoteker keberadaannya dikenal dan

populer di benak masyarakat sebagai

tenaga kesehatan yang melakukan

praktek Kefarmasian,dan manfaatnya

dirasakan mak nyesss……ss oleh

(6)

Seberapa kuat Brand Apoteker

Kalau sakit yang di ingat pertama kali dokter

Kalau dokter memberi resep yang di ingat Apotek

Kalau ingat apotek yang terbayang adalah Apotek

terdekat,harga yang murah,yang obatnya lengkap

Kalau di apotek sudah dapat obat yang di ingat

adalah segera meminum nya,segera pulang ke

rumah.

(7)

Seharusnya Brand Apoteker

• Ingat Sakit …..ingat dokter…..

• Ingat Obat ……ingat Apoteker….

(8)
(9)
(10)
(11)

Pilar 3: POPULARITAS APOTEKER DI MASYARAKAT MENINGKAT

SEKARANG

DAHULU

• Apoteker kurang dikenal

• Apoteker “ngumpet” di

belakang layar

• Apoteker kurang

memperlihatkan

keahliannya di bidang

praktik kefarmasian.

• Tidak dikenal sebagai

tenaga kesehatan.

• Masyarakat lebih mengenal

apoteker sebagai tenaga

kesehatan

• Masyarakat mendapat

manfaat praktik

kefarmasian

• Masyarakat mengakui

layanan dan profesionalitas

apoteker

(12)

3.Meningkatkan Value IAI dan

Apoteker

• Menuju organisasi IAI yang dipersepsi baik

dalam melayani anggotanya.

• Menuju Apoteker yang jasa nya dirasakan

manfaatnya oleh Masyarakat

(13)

Pilar 4 : Membantu Transformasi Pendidikan Apoteker Sesuai

Dengan Naskah Akademik Pendidikan Apoteker, Blueprint Uji

Kompetensi Apoteker dan Instrumen Akreditasi Pendidikan

Apoteker Sesuai Hasil HPEQ Farmasi

Bidang Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi

(LPUK)

Bidang Fasilitasi Pendidikan Apoteker

Bidang Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan

Tinggi Kesehatan (LAM PT.Kes)

(14)

Pilar 4: PERUBAHAN DALAM PENDIDIKAN APOTEKER

SEKARANG

DAHULU

Model Tipe Z

Domain

Akademik

Tahun

% Muatan Pembelajaran

Domain

Profesi

Model Tipe H

Domain

Akademik

Tahun

% Muatan Pembelajaran

Domain

Profesi

(15)

ASESOR,FASILISATOR,VALIDATOR

LAMPTKES

APOTEKER PENDIDIK KLINIK

( PERCEPTOR)

(16)

Pembentukan KIFI

Kolegium Ilmu Farmasi Indonesia (KIFI) adalah suatu badan otonom yang

dibentuk dan dilantik oleh Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (PP IAI)

sebagai badan pengampu disiplin ilmu farmasi.

Anggota KIFI terdiri dari unsur Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), unsur Asosiasi

Perguruan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI), Akademisi, serta unsur Praktisi

Kefarmasian. Dalam menjalankan kegiatan untuk memajukan pendidikan ilmu

farmasi di Indonesia, KIFI berwenang untuk melakukan kegiatannya secara

mandiri bersinergi dengan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI).

(17)

Pembentukan KIFI

Tujuan Pembentukan KIFI :

1.Memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia akan apoteker yang mencapai

seluruh pelosok tanah air.

2.Menghasilkan apoteker yang handal dan sejajar dengan apoteker di

kawasan ASEAN.

3.Memberikan masukan bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

Kementerian Kesehatan, Komite Farmasi Nasional dan organisasi profesi

dalam hal yang berkaitan dengan standar dan praktik profesi tenaga

kefarmasian.

(18)

BLUEPRINT CBT UKAI

Tinjauan 1 Tinjauan 2 Tinjauan 3 Tinjauan 4 Tinjauan 5 Tinjauan 6 Area Kompetensi % Dimensi Prilaku % Reasoning

Ability % Recipient % Bentuk sediaan % Farmakoterapi % Praktik profesional, legal

dan etis 15-20% Kognitif 40-50% Reasoning

70—

80% Neonatus 0-1% Sediaan Padat 40-60%

Gangguan Kardiovaskular 10 - 12% Optimalisasi penggunaan sediaan farmasi 30-35% Pengetahuan Prosedural 40-50% Recall

Knowledge 20-30% Anak (Pediatri) 5-10%

Sediaan Semi

Padat 20-30% Gangguan Pernapasan 3 - 5% Dispensing sediaan

farmasi dan alat kesehatan

25-30% Konatif 5-10%

Dewasa

40-50% Sediaan Cair 30-40% Gangguan Saraf 6 - 8% Formulasi dan

pembuatan sediaan farmasi

10-15%

Lanjut Usia

10-15% Sediaan Gas 5-10% Gangguan Psikiatri 1 - 3% Komunikasi dan

kolaborasi 15-20% Ibu Hamil 2-5% Gangguan Saluran Cerna 12 - 14% Upaya preventif dan

promotif kesehatan masyarakat

5-10%

Ibu Menyusui

1-3% Gangguan Saluran

Kemih dan Ginekologi 3 - 5% Pengelolaan sediaan

farmasi dan alat kesehatan 10-15% Gagal Ganjal 3-5% Gangguan Endokrin 3 - 5% Kepemimpinan dan manajemen diri 0 Gagal Hati 3-5%

Gangguan Mata dan Telinga dan

Tenggorokan

3 - 5% Peningkatan kompetensi

Profesi 5-10% Syok 0% Gangguan Darah 3 - 5% Malnutrisi 1-3% Gangguan Imunologi 1 - 3% Masyarakat 5-10%

Gangguan Tulang dan

Sendi 8 - 10% Gangguan Kulit 3 - 5% Gangguan Infeksi 23 - 25% Gangguan Onkologi 1 - 3% Gangguan Ginjal 2 - 4% Gangguan Nutrisi 1 - 3% Gawat Darurat 1 - 3%

(19)

Blueprint Uji Kompetensi Apoteker Indonesia (UKAI)

Dengan Metode Objective Structured Clinical Examination (OSCE)

As al d ari Ko mpe tens i nom or Min ima l Pe laya nan sw am edi kasi Pa sie n d eng an kon dis i fisio logi s kh usu s Pa sie n d eng an kon dis i pat olo gis kh usu s Ob at d eng an form ula si khu sus Ob at d eng an inde ks t era pi sem pit & ob at b ers ifat ind uce r/in hib itor en zim Re sep ra cika n Re sep po lifa rm asi oba t de nga n a lat b ant u d an tekn ik k hu sus Oba t –ob atan Pro gra m Pe me rint ah Ob at Kh usu s Ob at a ntin feks i Ob at d an alk es yan g ru sak dan ka dal ua rsa No Station 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Asesmen 2,3,5 4

2 Menetapkan dan memberikan

solusi kebutuhan terapi obat pasien 2,3,5 4

3 Compounding (penimbangan,

peracikan, etiket, apograph ) 2,3,4 3

4 Komunikasi, informasi obat dan

konseling 2,5,6 4

5 Monitoring dan evaluasi 2 3

6 Pengelolaan sediaan farmasi dan

alat kesehatan 7,8 3

7 Perilaku profesional 1 6

Kategori Kompetensi

Varian

Keterangan :

Terdapat 14 station terdiri 2 station istirahat, 1 station dengan dokter simulasi , 7 station dengan pasien simulasi dan 4 station mandiri. Setiap station memerlukan waktu 15 menit

(20)

Jenis & Jenjang Pendidikan Farmasi

JENJANG

Th

PROFESI

AKADEMIK

VOKASI KKNI

Strata-3

9

Apoteker

Spesialis

Doktor Ilmu

Farmasi

9

8

8

Strata-2

7

6

Internship*

Magister Ilmu

Farmasi

7

5

Apoteker

Strata-1

4

Pendidikan

Apoteker Pada

Jenjang Sarjana

(model Z)

Sarjana

Farmasi

Sains

6

3

D3

5

2

1

(21)

4.Membantu transformasi pendidikan

tinggi farmasi

• Pelaksanaan UKAI bagi lulusan baru

– CBT

– Rencana OSCE

• Pelaksanaan naskah akademik pendidikan

apoteker

– Rencana Pelaksanaan early exposure

– Rencana Pelaksanaan internship

• Pembentukan Kolegium Ilmu Farmasi

Indonesia (KIFI)

(22)

Pilar 5 : Mewujudkan Pelaksanaan Praktik

Kefarmasian Sesuai Peraturan Perundang-undangan,

Penegakkan, Harmonisasi dan Usulan Penerbitan

Peraturan perundang-undangan

Badan Advokasi, Mediasi dan Perlindungan

Anggota

Bidang Legislasi dan Peraturan

Perundang-Undangan Kefarmasian.

(23)

5. Melakukan perlindungan anggota dan

perbaikan perundang-undangan

• Memperkuat bidang advokasi dan

perlindungan anggota terhadap upaya

kriminalisasi apoteker maupun penyelesaian

kasus hukum apoteker praktek

• Mengupayakan terciptanya rancangan

undang-undang praktik kefarmasian dan

rancangan undang-undang pendidikan

keapotekeran.

(24)

Pilar 5: Kelengkapan Peraturan Perundang-undangan yang

kondusif dan harmonis menuju apoteker praktik bertanggung

jawab

SEKARANG

DAHULU

• Regulasi terkait apoteker

sudah cukup memadai.

• Pengawasan dan

pembinaan apoteker

praktik di apotek belum

efektif.

• Penegakkan hukum menuju

apoteker praktik

bertanggungjawab

• Perlu koordinasi

Pengawasan dan

pembinaan apoteker

praktik antara pemerintah

dan IAI.

(25)

GOAL

Penutup

(26)

26

CHINA,INDIA, KOREA

,JAPAN

AND THE REST OF THE

WORLD

(27)

Sinergi dahsyat stake holder farmasi

Kementrian DIKBUD RI

Kementrian Kesehatan RI

Komite Farmasi Nasional

Dinas Kesehatan Kab/Kota

Ikatan Apoteker

Indonesia

BADAN POM RI

APOTEKER

PRAKTIK

BERTANGGUNG

JAWAB

Masyarakat Pasien / Pharmacy Patient

Watch

ASOSIASI PERGURUAN

TINGGI FARMASI

Lingkungan

RS/Apotek/Industri

OT/Kosmetik/ Farmasi

(28)

Apoteker Praktek Bertanggung jawab

Inget Apoteker….

Inget Saya……

(29)
(30)

Apoteker sebagai profesi kesehatan

nomer 1 sahabat masyarakat

(31)

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, Sukamto dan Shalahuddin (2013:70) menyatakan, Data Flow Diagram atau dalam bahasa Indonesia menjadi diagram alir data adalah representatik grafik yang

Berdasarkan dari kerangka pemikiran yang telah diuraikan dan tujuan dari penelitian, maka penulis mengambil suatu hipotesis yang akan diuji kebenarannya sebagai berikut :

Persamaan regresi nilai prediksi fungsi paru dari rentang tangan belum bisa dikatakan akurat untuk diaplikasikan pada anak- anak di Indonesia dengan riwayat asma

Berdasarkan hasil uji korelasi bivariat antara variabel bebas tingkat stres dan variabel terikat nilai SDLR dengan metode Spearman diperoleh nilai signifikansi

Hasil penelitian menunjukkan stratifikasi sosial terdiri atas: (a) ukuran kekayaan, barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas;

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GERUNG KABUPATEN LOMBOK

Secara psikologis masa remaja adalah sebuah masa dimana individu berperan bersama masyarakat dewasa, dimana pada usia ini anak sudah tidak lagi merasa di bawah

Dari hasil penilaian indeks kinerja daerah irigasi menurut Permen PU No.32/ PRT/M/2007 dapat dilihat indeks kinerja daerah irigasi pada daerah irigasi Jantuk sebesar 60.41% dari