• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

7 2.1. Konsep Dasar Pengaruh

Secara etimologi, kata pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:894) adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (barang atau

benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu daya yang dapat membentuk atau mengubah suatu hal menjadi baru. Pengaruh dalam penelitian ini merupakan bentuk hubungan sebab-akibat antar variabel. Dalam hal ini perencanaan dan pengawasan sebagai variabel independen akan memberikan pengaruh terhadap variabel dependen yaitu kualitas laporan keuangan.

2.2. Laporan Keuangan Sektor Publik

2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Sektor Publik

Dalam rangka penyelenggaran otonomi daerah, pemerintah daerah diberikan kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan semua urusan pemerintahan. Pengelolaan keuangan daerah yang dituangkan dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah salah satu aspek pelaksanaan otonomi daerah yang harus dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga bisa berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, APBD dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam penilaian kinerja keuangan pemerintah daerah. Sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah

(2)

daerah atas penggunaan dana dan sumber daya yang ada maka pemerintah wajib menyusun laporan keuangan. Penyajian laporan keuangan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban tertulis atas kinerja keuangan yang telah

dicapai.

Menurut Bastian (2010:297) Laporan keuangan sektor publik merupakan representasi posisi keuangan dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas sektor publik. Tujuan umum pelaporan keuangan adalah memberikan informasi mengenasi posisi keuangan, kinerja, dan arus kas suatu entitas yang berguna bagi sejumlah besar pemakai untuk membuat dan mengevaluasi keputusan mengenasi alokasi sumber daya yang dipakai suatu entitas dalam aktivitasnya guna mencapai tujuan. Organisasi sektor publik diwajibkan untuk membuat laporan keuangan dan laporan tersebut perlu diaudit untuk menjamin kebenarannya.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 adalah:

“Laporan keuangan daerah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh pemerintah daerah selama satu periode pelaporan.”

Menurut Baridwan (1992: 17), Laporan Keuangan Daerah adalah:

“Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama dua tahun buku yang bersangkutan.”

(3)

Menurut Bastian (2010:105) Laporan keuangan daerah mempunyai aspek prediktif dan prospektif dalam penggunaan uang. Prediksi kualitas dan ragam sumber daya yang diperlukan untuk operasi berkelanjutan akan mempengaruhi berbagai risiko ketidakpastian dalam berasosiasi. Selain itu, laporan keuangan juga dapat menyediakan informasi untuk:

1. Mengindikasikan apakah sumber daya yang ada dapat digunakan secara legal sesuai dengan anggaran yang disahkan (leggaly adopted budget).

2. Mengindikasikan apakah sumber daya yang ada dapat digunakan sesuai persyaratan legal dan kontraktual, termasuk kriteria keuangan yang telah ditetapkan otoritas legislatif (appropriate).

2.2.2. Perbedaan dan Persamaan Laporan Keuangan Sektor Publik dan

Sektor Swasta

Laporan keuangan pemerintah dalam beberapa hal berbeda dengan laporan keuangan pada sektor swasta. Perbedaan tersebut meliputi perbedaan jenis-jenis laporan keuangan, elemen laporan keuangan, tujuan pelaporan keuangan, dan teknik akuntansi yang digunakan. Di samping memiliki beberapa karakteristik yang berbeda, kedua sektor pun memiliki persamaan yaitu kedua-duanya membutuhkan standar akuntansi keuangan sebagai pedoman penyusunan laporan keuangan.

(4)

Tabel 2.1

Perbedaan dan Persamaan Laporan Keuangan Sektor Publik dengan Sektor Swasta

Sektor Publik Sektor Swasta PERBEDAAN

- Fokus Finansial dan Politik. - Fokus Finansial - Kinerja diukur secara finansial dan

non-finansial.

- Sebagian besar kinerja diukur secara finansial.

- Pertanggungjawaban kepada parlemen dan masyarakat luas.

- Pertanggungjawaban kepada pemegang saham dan kreditur. - Berfokus pada bagian organisasi. - Berfokus pada organisasi secara

keseluruhan.

- Melihat ke masa depan secara detail. - Tidak dapat melihat masa depan secara detail.

- Aturan pelaporan ditentukan oleh departemen keuangan.

- Aturan pelaporan ditentukan oleh undang-undang, standar akuntansi, pasar modal, dan praktik akuntansi. - Menggunakan metode pencatatan Cash

Accounting.

- Menggunakan metode Accrual

Accounting.

PERSAMAAN - Dokumen-dokumen sumber

- Berperan sebagai hubungan masyarakat (public relation).

Sumber : Mardiasmo (2002)

2.2.3. Tujuan Laporan Keuangan

Riyanto (2008:56) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan

laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan ekonomi, sosial, dan politik. Laporan keuangan pemerintah secara umum memiliki fungsi yang relatif sama dengan laporan keuangan sektor swasta, namun secara spesifik tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk

(5)

pengambilan keputusan berkaitan dengan kesejahteraan publik dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan:

1. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban dan ekuitas dana pemerintah.

2. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi kewajiban dan ekuitas dana pemerintah.

3. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi.

4. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggaran. 5. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai

aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya.

6. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.

7. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam menandai aktivitasnya.

Laporan keuangan sektor publik memiliki peranan yang prediktif dan prospektif, menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksikan besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan, sumber daya yang dihasilkan dari operasi yang berkelanjutan, serta resiko dan ketidakpastian yang terkait. Pelaporan keuangan sektor publik juga menyajikan informasi bagi pengguna mengenai :

(6)

1. Indikasinya apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan anggaran.

2. Indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan ketentuan, termasuk batas anggaran yang ditetapkan oleh DPR/DPRD.

Untuk memenuhi tujuan dasar laporan keuangan sektor publik maka laporan keuangan yang disusun harus menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal :

1. Asset 2. Kewajiban 3. Ekuitas Dana 4. Pendapatan 5. Belanja 6. Transfer 7. Pembiayaan, dan 8. Arus Kas

2.2.4. Komponen Laporan Keuangan Sektor Publik

Menurut Bastian (2010:297) komponen yang terdapat dalam laporan keuangan sektor publik adalah:

1. Laporan Realisasi Anggaran

Menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Pelaporan

(7)

mencerminkan kegiatan keuangan pemerintah daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap pelaksanaan APBD. Dengan demikian, laporan realisasi anggaran menyajikan pendapatan pemerintah daerah dalam satu periode, belanja, surplus/defisit, pembiayaan dan sisa lebih/kurang pembiayaan. 2. Neraca

Neraca adalah keuangan yang menyajikan posisi keuangan entitas ekonomi pada suatu saat (tanggal) tertentu. Laporan ini dibuat untuk menyajikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai asset, kewajiban dan ekuitas dana.

3. Laporan Arus Kas

Menyajikan informasi tentang sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas, selama satu periode akuntansi dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi dan non-anggaran.

4. Catatan Atas Laporan Keuangan

Disajikan secara sistematis sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan, dimana setiap pos dalam laporan realisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas, harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam catatan atas laporan keuangan. Di samping itu, juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam standar akuntasi pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.

(8)

2.2.5. Pengguna Laporan Keuangan Sektor Publik

Mardiasmo (2002:94) mengidentifikasikan sepuluh kelompok pemakai

laporan keuangan, keterkaitan antar kelompok pemakai keuangan tersebut, serta menjelaskan kebutuhan pemakai laporan keuangan atas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Kesepuluh kelompok pemakaian laporan keuangan tersebut adalah :

1. Pembayar pajak (tax payers). 2. Pemberi dana bantuan (grantors). 3. Investor.

4. Pengguna Jasa (fee paying service receipents). 5. Karyawan atau pegawai.

6. Pemasok (vendor). 7. Dewan legislatif. 8. Manajemen. 9. Pemilih (voters).

10. Badan Pengawas (oversight bodies).

Pengklasifikasian pembayar pajak, pemberi dana bantuan, investor, dan pembayar jasa pelayanan merupakan sumber penyedia keuangan organisasi. Di lain pihak karyawan dan pemasok merupakan penyedia tenaga kerja dan sumber daya. Sedangkan dewan legislatif dan manajemen adalah pembuat keputusan alokasi sumber daya dan aktivitas mereka semua diawasi oleh pemilih dan badan pengawas, termasuk level pemerintah yang lebih tinggi.

2.2.6. Kualitas Laporan Keuangan

Pentingnya informasi laporan keuangan sebagai wujud akuntabilitas dan transparansi pemerintah bagi para pemakai laporan keuangan menuntut penyajian laporan keuangan yang berkualitas berkaitan dengan pengelolaan sumber daya

(9)

oleh pemerintah demi kesejahteraan rakyat. Menurut Tjiptono (2008:202) pengertian kualitas adalah:

1. Kesesuaian dengan persyaratan atau tuntutan. 2. Kecocokan untuk pemakaian.

3. Perbaikan atau penyempurnaan berkelanjutan. 4. Bebas dari kerusakan atau cacat.

5. Pemenuhan kebutuhan pelanggan sejak awal dan setiap saat. 6. Melakukan sesuatu secara benar sejak awal.

7. Sesuatu yang dapat memberikan kepuasan pada pelanggan.

2.2.7. Karakteristik Kualitas Laporan Keuangan

Hendriksen dan Van Breda (2000:56) mengemukakan bahwa

laporan keuangan yang berkualitas adalah laporan keuangan yang harus

memenuhi berbagai persyaratan, yaitu: mengandung kebenaran, obyektif dan dapat dibuktikan, jelas dan cermat, langsung mengenai sasaran, lengkap,

tegas dan konsisten, tepat waktu, dibuat oleh pihak yang kompeten, serta dibuat dengan mempertimbangkan faktor biaya dan manfaat. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 merumuskan empat persyaratan normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang diharapkan:

1. Relevan

Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu dan masa kini dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.

(10)

2. Andal

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverikasi. Informasi mungkin relevan tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan.

3. Dapat dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umunya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun.

4. Dapat Dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.

Selain itu Griffin (2002:175) menyebutkan bahwa kualitas bagi laporan keuangan merupakan pemenuhan berbagai aspek dalam ranah keuangan suatu organisasi. Sedangkan Pamungkas (2008:42) mengemukakan bahwa laporan keuangan yang berkualitas adalah laporan yang paling tidak harus memenuhi berbagai persyaratan, yaitu harus mengandung kebenaran, obyektif, dapat dibuktikan, jelas dan cermat, langsung mengenai sasaran, lengkap, konsisten,

(11)

tepat waktu, dibuat oleh pihak yang kompeten, serta mempertimbangkan faktor manfaat dan biaya.

2.2.8. Kendala Tercapainya Kualitas Laporan Keuangan Sektor Publik

Mardiasmo (2002:144) mengemukakan bahwa terdapat beberapa kendala

(constraints) yang dihadapi akuntansi sektor publik. Hambatan tersebut adalah: 1. Objektivitas

Objektivitas merupakan kendala utama dalam menghasilkan laporan keuangan yang relevan. Laporan keuangan disajikan oleh manajemen untuk melaporkan kinerja yang telah dicapai oleh manajemen selama periode waktu tertentu kepada pihak eksternal yang menjadi stakeholder organisasi.

2. Konsistensi

Konsistensi mengacu pada penggunaan metode atau teknik akuntansi yang sama untuk menghasilkan laporan keuangan organisasi selama beberapa periode waktu secara berturut-turut. Tujuannya adalah agar laporan keuangan dapat diperbandingkan kinerjanya dari tahun ke tahun.

3. Daya Banding

Laporan keuangan sektor publik hendaknya dapat diperbandingkan antar periode waktu dan dengan instansi lain yang sejenis. Dengan demikian, daya banding berarti bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk membandingkan kinerja organisasi dengan organisasi lain yang sejenis.

(12)

4. Tepat Waktu

Laporan keuangan harus disajikan tepat waktu agar dapt digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik serta untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut.

5. Ekonomis dalam Penyajian Laporan

Penyajian laporan keuangan membutuhkan biaya. Semakin banyak informasi yang dibutuhkan semakin besar pula biaya yang dibutuhkan. Kendala ekonomis dalam penyajian laporan keuangan bisa berarti bahwa manfaat yang diperoleh harus lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan laporan tersebut.

6. Materialitas

Suatu informasi dianggap material apabila mempengaruhi keputusan, atau jika informasi tersebut dihilangkan akan menghasilkan keputusan yang berbeda.

2.3. Perencanaan

2.3.1. Pengertian Perencanaan

Menurut Hasibuan (2004:21) perencanaan adalah:

“Proses perincian tujuan yang akan dicapai dan proses pengambilan keputusan atas tindakan yang tepat di awal untuk mencapai suatu tujuan.” Sedangkan menurut Griffin (2002:190)

“Perencanaan melibatkan pendefinisian tujuan organisasi, penentuan strategi untuk mencapai suatu tujuan serta mengkoordinasi dan mengintegrasi kegiatan kerja.”

(13)

Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa inti dari perencanaan adalah bagaimana mengantisipasi masa depan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini dapat ditempuh dengan melakukan persiapan yang didasarkan pada data dan informasi yang tersedia saat ini.

Perencanaan dalam penelitian ini adalah perencanaan operasional dan taktis dalam kegiatan penyusunan laporan keuangan yang merujuk pada tujuan, sumber-sumber yang diperlukan, metode dan prosedur. Terry (2006:55) menyatakan bahwa perencanaan (planning) merupakan fungsi dasar (fundamental) manajemen secara keseluruhan. Tanpa perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya dapat dilakasanakan dengan baik, karena aspek

organizing, actuating maupun controlling harus direncanakan terlebih dahulu.

Oleh karena itu aspek yang terkandung dalam perencanaan merupakan suatu bentuk perumusan tujuan dan cara mencapai tujuan tersebut dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Namun dalam kenyataannya seringkali sulit menentukan cara untuk mancapai tujuan. Kondisi ini disebabkan oleh perumusan tujuan sebuah organisasi sektor publik yang relatif bersifat abstrak dan sangat ideal.

2.3.2. Tahap Perencanan

Handoko (2003:79) menyatakan bahwa perencanaan yang baik

seharusnya dilakukan secara bertahap. Adapun keempat tahap penting dalam perencanaan adalah sebagai berikut :

(14)

1. Menetapkan tujuan atas serangkaian tujuan.

Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan tentang keinginan atau kebutuhan organisasi. Tanpa perumusan tujuan yang jelas, organisasi akan menggunakan sumber dayanya secara tidak efektif.

2. Merumuskan keadaan saat ini.

Pemahaman akan tujuan yang akan dicapai atau sumber daya yang tersedia untuk pencapaian tujuan sangatlah penting, karena tujuan dan rencana menyangkut waktu di masa yang akan datang.

3. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan.

Segala kekuatan dan kelemahan perlu diidentifikasi untuk mengukur kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor lingkungan intern dan ekstern yang dapat membantu organisasi mencapai tujuannya dan yang mungkin menimbulkan masalah. Meskipun sulit dilakukan antisipasi keadaan, masalah dan ancaman yang mungkin terjadi di waktu mendatang adalah bagian esensi dari proses perencanaan.

4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan. Tahap terakhir dalam proses perencanaan meliputi pengembangan berbagai alternatif kegiatan untuk pencapaian tujuan, penilaian alternatif-alternatif tersebut dan pemilihan alternatif terbaik di antara berbagai alternatif yang ada.

(15)

2.3.3. Asas-asas Perencanaan

Terdapat beberapa asas yang dipandang penting untuk menghasilkan perencanaan yang efektif dalam mencapai tujuan. Hasibuan (2004:73) mengidentifikasikan asas-asas perencanaan tersebut adalah :

1. Asas kontribusi terhadap tujuan (Principle of contribution to objective) Setiap perencanaan dan segala perubahannya harus ditujukan kepada pencapaian tujuan.

2. Asas efisiensi perencanaan (Principle of efficiency of planning)

Suatu perencanaan efisien, jika perencanaan itu dalam pelaksanaanya dapat mencapai tujuan dengan biaya uang sekecil-kecilnya.

3. Asas pengutamaan perencanaan (Principle of primary of planning)

Perencanaan adalah keperluan utama para pemimpin dan fungsi-fungsi lainnya, seperti organizing, staffing, directing, controlling. Seseorang tidak akan dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen lainnya tanpa mengetahui tujuan dan pedoman dalam menjalankan kebijaksanaan.

4. Asas patokan perencanaan (Principle of planning premise)

Patokan-patokan perencanaan sangat berguna bagi ramalan, sebab premis-premis perencanaan dapat menunjukkan kejadian-kejadian yang akan datang. 5. Asas kebijaksanaan pola kerja (Principle of policy frame work)

Kebijakan ini mewujudkan pola kerja, prosedur-prosedur kerja dan program kerja tersusun.

6. Asas waktu (Principle of timing)

(16)

7. Asas tata hubungan perencanaan (Principle of planning communication) Perencanaan dapat disusun dan dikoordinasikan dengan baik, jika setiap orang bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dan memperoleh penjelasan yang memadai mengenai bidang yang akan dilaksanakannya.

8. Asas pembatasan faktor (Principle of limiting factor)

Dalam pemilihan alternatif-alternatif, pertama-tama harus ditujukan pada faktor-faktor yang strategis dan dapat membantu pemecahan masalah. Asas alternatif dan pembatasan faktor merupakan syarat mutlak dalam penetapan keputusan.

9. Asas ketetapan arah (Principle of navigation change)

Perencanaan yang efektif memerlukan pengamatan yang terus menerus terhadap kejadian-kejadian yang timbul dalam pelaksanaannya untuk mempertahankan tujuan.

10. Asas perencanaan strategis (Principle of strategic planning)

Dalam kondisi tertentu manajer harus memilih tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menjamin pelaksanaan rencana agar tujuan tercapai dengan efektif.

2.3.4. Tujuan dan Manfaat Perencanaan

Setiap organisasi dalam menjalankan aktivitasnya tidak terlepas dari perencanaan yang telah dibuat sebelumnya, Hasibuan (2004:95) menyebutkan tujuan perencanaan adalah sebagai berikut :

(17)

1. Perencanaan bertujuan untuk menentukan tujuan, kebijakan-kebijakan, prosedur dan program serta memberikan pedoman cara-cara pelaksanaan yang efektif dalam mencapai tujuan.

2. Perencanaan bertujuan untuk menjadikan tindakan ekonomis, karena semua potensi yang dimiliki terarah dengan baik kepada tujuan.

3. Perencanaan adalah satu usaha untuk memperkecil resiko yang dihadapi pada masa yang akan datang.

4. Perencanaan menyebabkan kegiatan dilakukan secara teratur dan bertujuan. 5. Perencanaan membantu penggunaan suatu alat pengukuran hasil kerja.

2.4 Pengawasan

2.4.1 Pengertian Pengawasan

Terdapat beberapa definisi pengawasan yang dikemukakan oleh para pakar, diantaranya Harold (1996:299) mengungkapkan pengertian pengawasan sebagai berikut:

“Controlling is the process by which on executive gets the performance of

his subordinates to correspond as closely as possible to chosen plans, order, objectives, or policies”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa pengawasan merupakan suatu proses dimana pemimpin ingin mengetahui apakah kinerja bawahan sesuai dengan rencana, perintah tujuan dan kebijaksanaan yang telah ditentukan organisasi.

(18)

Pamungkas (2008:37) menyatakan bahwa pengawasan merupakan proses

pengamatan dari seluruh kegiatan guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Tery (2006:395) pengawasan adalah proses determinasi segala sesuatu yang telah dilaksanakan, dengan mengevaluasi prestasi kerja dan menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga terjadi kesesuaian hasil pekerjaan dengan rencana yang telah ditetapkan.

Sedangkan Handayaningrat (1996:34) menyatakan bahwa pengawasan adalah segala usaha atau sebagian untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya sesuai dengan yang semestinya atau tidak. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa pengawasan merupakan rangkaian tindakan dalam pelaksanaan kerja untuk menjamin agar seluruh kegiatan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu menurut Nawawi (2008:121) pengawasan adalah proses pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi

oleh pimpinan unit atau organisasi kerja terhadap penyalahgunaan semua sumber daya untuk mengetahui kelemahan/kekurangan, yang dapat digunakan untk mengembangkan unit/organisasi kerja di masa depan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pengawasan merupakan kegiatan dari fungsi manajerial guna memperbaiki pelaksanaan dari berbagai unit kerja agar sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan oleh organisasi. Pengawasan tidak bermaksud untuk mencari-cari kesalahan. Tetapi untuk menetukan apa yang salah, sehingga tidak menyimpang dari upaya pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

(19)

Pengawasan dalam penelitian ini adalah pengawasan kegiatan dalam penyusunan laporan keuangan. Adapun indikator variabel pengawasan ini yaitu standar hasil yang ingin dicapai, laporan, auditing, dan penganggaran. Standar hasil yang ingin dicapai berkaitan dengan kejelasan tujuan yang ditetapkan untuk mendukung pencapaian misi organisasi dan menetapkan keluaran atau output yang ingin dicapai. Laporan berkaitan dengan fungsi dan karakteristik laporan keuangan. Auditing berkaitan dengan kesesuaian pelaksanaan fungsi manajemen dengan rencana dan standar yang ditetapkan dengan memberikan pendapat dan rekomendasi. Sedangkan penganggaran berkaitan dengan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan menjamin alokasi sumber daya keuangan yang akurat.

2.4.2 Prinsip Pengawasan

Pengawasan yang dilakukan oleh seorang pimpinan dapat membantu terlaksananya perencanaan sesuai sasaran. Untuk itu Siagian (2007:89), mengemukakan agar fungsi pengawasan dapat mencapai hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, maka pimpinan organisasi atau unit organisasi yang bersangkutan melakukan fungsi pengawasan harus mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip pengawasan sebagai berikut:

1. Pengawasan harus dilakukan secara terus menerus bersama dengan pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan.

2. Pengawasan harus menemukan, menilai dan menganalisis data tentang pelaksanaan kegiatan secara objektif.

(20)

3. Pengawasan bukan semata-mata untuk mencari kesalahan tetapi juga mencari atau menemukan kelemahan dalam pelaksanaan pekerjaan.

4. Pengawasan harus memberikan bimbingan dan mengarahkan untuk mempermudah pelkasanaan pekerjaan dalam mencapai tujuan.

5. Pengawasan tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan tetapi harus menciptakan efisiensi (hasil guna).

6. Pengawasan harus fleksibel.

7. pengawasan harus berorientasi pada rencana dan tujuan yang telah ditetapkan. 8. Pengawasan harus mempermudah melakukan tindakan perbaikan.

2.4.3. Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan dalam manajemen adalah upaya sistematis dalam menetapkan standar kinerja dan berbagai tujuan yang direncanakan, mendesain sistem informasi umpan balik, membandingkan antara kinerja yang dicapai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan apakah terdapat penyimpangan dan tingkat signifikansi dari setiap penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan yang diperuntukan untuk memastikan bahwa seluruh sumber daya perusahaan dipergunakan secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan.

Terry (2006:397) menyebutkan langkah-langkah pengawasan yang

meliputi pengukuran terhadap hasil pekerjaan, membandingkan hasil pekerjaan dengan standar dan memastikan perbedaan, mengoreksi penyimpangan yang tidak dikehendaki melalui tindakan perbaikan. Pengawasan dilakukan untuk

(21)

memastikan tujuan organisasi telah dicapai secara efisien dan efektif jika dilengkapi beberapa instrumen pendukungnya. Instrumen tersebut adalah standar hasil yang ingin dicapai (indikator kinerja), laporan, auditing, dan penganggaran atau budgeting.

2.4.4 Tujuan Pengawasan (Controlling)

Pada dasarnya pengawasan bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan kerja dilaksanakan sesuai dengan rencana atau tidak. Jadi pengawasan tidak bermaksud mencari kesalahan orang lain melainkan untuk membimbing dan memberi petunjuk-petunjuk agar apa yang dikerjakan dapat sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Siagian (2007:114) mengatakan tujuan dari pengawasan adalah

mengusahakan agar semua yang direncanakan dapat menjadi kenyataan, pengawasan pada taraf pertama bertujuan agar pelkasanaan pekerjaan sesuai dengan instruksi-instruksi yang diberikan dan mencari serta menunjukkan kelemahan-kelemahan dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana, dan taraf kedua mencari tindakan perbaikan baik sekarang maupun waktu yang akan serta menjaga agar tidak terulang kembali.

Dari uraian tersebut di atas, pada dasarnya pengawasan dilaksanakan sabagai usaha untuk menyelesaikan antara pelaksanaan tugas atau pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai dengan rencana yang telah ditentukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

(22)

2.4.5. Bentuk-bentuk Pengawasan

Menurut Handoko (2003:361) terdapat tiga bentuk pengawasan, yaitu: 1. Pengawasan Pendahuluan (feedforward control)

Pengawasan pendahuluan atau sering disebut steering controls, dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan. Jadi, pendekatan pengawasan ini lebih aktif dan agresif, dengan mendeteksi masalah-masalah dan mengambil tindakan yang diperlukan sebelum suatu masalah terjadi.

2. Pengawasan Concurrent (concurrent control)

Pengawasan ini, sering disebut pengawasan “Ya-Tidak”, dimana suatu aspek dari prosedur harus memenuhi syarat yang ditentukan sebelum kegiatan dilakukan guna menjamin ketepatan pelaksanaan kegiatan.

3. Pengawasan Umpan Balik (feedback control)

Yaitu mengukur hasil suatu kegiatan yang telah dilaksanakan, guna mengukur penyimpangan yang mungkin terjadi atau tidak sesuai dengan standar.

2.5 Kerangka Pemikiran

Perencanaan (planning) merupakan hal penting yang menjadi dasar utama dalam penyusunan laporan keuangan agar laporan disusun sesuai standar yang berlaku. Perencanaan yang baik mengenai waktu, mekanisme dan tata cara pembuatan laporan keuangan. Selain perencanaan penyajian laporan keuangan, pengawasan akan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pun sangat

(23)

penting. Pengawasan merupakan proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Pengawasan bertujuan untuk memastikan bahwa tujuan organisasi telah dicapai secara efisien dan efektif jika dilengkapi dengan beberapa instrumen pendukungnya. Pengawasan dilakukan oleh pihak independen yang memastikan kebenaran isi dan kualitas laporan keuangan agar terhindar dari kesalahan dan bias. Untuk itu perencanaan yang disertai dengan pengawasan secara berkala dan terkoordinir akan mampu menghasilkan laporan keuangan yang akuntabel dan berkualitas sehingga berguna bagi stakeholders.

2.5.1 Pengaruh Perencanaan dan Pengawasan Terhadap Kualitas Laporan

Keuangan

2.5.1.1 Pengaruh Perencanaan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan

Perencanaan (planning) merupakan fungsi dasar (fundamental) manajemen secara keseluruhan. Tanpa perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya dapat dilaksanakan dengan baik, karena aspek organizing,

actuating maupun controlling harus direncanakan terlebih dahulu. Adanya

perencanaan dalam suatu penyusunan laporan keuangan diharapkan dapat mencapai tujuan dan sasaran yang pada akhirnya mampu meningkatkan kualitas laporan keuangan. Proses perencanaan yang terdiri atas beberapa tahapan memiliki peranan penting sebab tahapan-tahapan dalam perencanaan seperti penetapan tujuan, pemilihan alternatif, sumber yang diperlukan, penentuan

(24)

metode dan prosedur serta penentuan jadwal dan pelaksanaan membimbing terlaksananya penyusunan laporan keuangan yang sesuai prosedur dan standar sehingga memenuhi berbagai aspek dan kriteria yang ditetapkan demi tercapainya kualitas laporan keuangan.

2.5.1.2 Pengaruh Pengawasan dengan Kualitas Laporan Keuangan

Pengawasan perlu dilakukan dalam proses penyusunan laporan keuangan agar dapat meminimalisasi kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi, seperti penyimpangan, salah saji dalam laporan keuangan dan ketidaksesuaian laporan keuangan dengan standar yang berlaku. Bila dalam kenyataan ditemukan penyimpangan, maka melalui mekanisme pengawasan, penyebab penyimpangan itu diharapkan dapat segera dikenali, agar dapat segera ditentukan tindakan koreksi yang diperlukan sehingga laporan keuangan dapat terjamin kualitasnya karena mengandung informasi yang dapat diandalkan dan akurat sesuai standar yang ditetapkan. Tindakan koreksi dalam hal ini tidak hanya dapat dilakukan terhadap pimpinan, para pelaksana kegiatan, melainkan dapat pula dilakukan terhadap rencana kegiatan yang bersangkutan, aturan-aturan pelaksanaannya, serta terhadap tujuan kegiatan tersebut. Intinya melalui tindakan koreksi itu, pelaksanaan kegiatan yang bersangkutan diharapkan masih dapat kembali berjalan dan mencapai tujuan tertentu.

(25)

Adapun Gambar 2.1 berikut merupakan gambaran kerangka pemikiran penelitian seperti yang telah dijelaskan di atas:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.5.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Glendoh (2000) dinyatakan bahwa fungsi pengawasan dalam penyelenggaraan manajemen korporasi sangat diperlukan untuk mencegah berbagai kendala dalam pelaksanaan kegiatan setiap organisasi di lingkungan pemerintahan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa fungsi pengawasan berfungsi untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam penyusunan ataupun penyampaian pada laporan keuangan perlu adanya pengawasan agar laporan yang disampaikan dapat dipertanggungjawabakan kebenarannya. Dengan demikian pengawasan dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan pada sektor publik.

Penelitian yang dilakukan oleh Thomson (2007) tentang perencanaan penyajian laporan keuangan menyimpulkan bahwa perencanaan merupakan salah satu fungsi organisasi yang berhubungan dengan visi dan misi organisasi. Dalam

Perencanaan (X1) Kualitas Pelaporan Keuangan (Y) Pengawasan (X2)

(26)

penelitiannya, Thomson pun menyatakan bahwa untuk dapat merealisasikan setiap rencana yang dibuat agar dapat mencapai tujuan maka perlu dilakukan pengawasan yang baik. Dengan demikian fungsi perencanaan dan pengawasan dapat mempengaruhi tujuan.

Penelitian Yadnyana (2008) tentang pengaruh kemampuan perencanaan dan pengorganisasian manajemen terhadap kualitas informasi akuntansi pada hotel berbintang di Bali menyatakan bahwa kualitas informasi akuntansi tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan manajemen, namun dipengaruhi juga oleh faktor-faktor lain, diantaranya faktor teknologi dan faktor frekuensi pemeriksaan auditor eksternal. Hasil pengujian secara parsial pun menunjukkan bahwa variabel perencanaan dan pengorganisasian terbukti mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas informasi akuntansi. Untuk itu Yadhayana mengungkapkan pentingnya perencanaan dan pengawasan terhadap laporan keuangan.

2.6. Hipotesis

Berdasarkan dari uraian yang telah dijelaskan di atas, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Perencanaan berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan

H2 : Pengawasan berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan

H3 : Perencanaan dan Pengawasan secara bersama-sama berpengaruh

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Tes validitas ini hanya diterapkan pada variabel yang menggunakan skala ordinal atau skala likert yaitu variabel preferensi konsumen dan atribut produk. 211)

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

Salah satu bentuk nyata dari pengkomunikasian hasil riset oleh Fakultas Pertanian dan Bisnis adalah melalui kegiatan Seminar Nasional, namun kami memakai istilah Konser Karya Ilmiah

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan untuk menguji 10 isolat Bacillus dalam menghambat BDB secara in vitro dan kemampuannya memacu pertumbuhan bibit

Dengan ini menyatakan bahwa saya memberi kuasa kepada :.

Cadangan penurunan nilai diakui ketika ada bukti objektif (seperti kesulitan keuangan signifikan pada pihak lawan atau gagal bayar atau penundaan pembayaran

Untuk mendapatkan Gain yang lebih tinggi, maka antena dapat ditambahkan dengan metamaterial sehingga diperoleh gain sebesar 9.1 dB (hasil simulasi) dan pada saat

Lebih lanjut dinyatakan bahwa standar kompetensi guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku