• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman mengubah gaya hidup masyarakat. Mereka cenderung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman mengubah gaya hidup masyarakat. Mereka cenderung"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Perubahan Gaya Hidup

Berkembangnya zaman mengubah gaya hidup masyarakat. Mereka cenderung lebih senang bekerja independen dan bekerja di luar daripada berada di tempat kerja sendiri. Tidak sedikit yang mencoba mencari tempat seperti Kafe atau tempat makan lain yang nyaman untuk melakukan pekerjaannya atau sekedar berdiskusi. Berdasarkan hasil survey dari Euromonitor (2010), hampir 98% penduduk Indonesia yang mengunjungi kafe dan tempat makan lainnya yang sejenis menjadikan kafe sebagai tempat untuk pertemuan bisnis.

Seringkali tanpa kita sadari di sekeliling kita ketika sedang di kedai kopi atau restoran banyak yang sedang bekerja membuka laptop, rapat/diskusi atau aktifitas lain yang berhubungan dengan pekerjaan. Pemandangan aktifitas kerja di ruang publik semacam itu sudah semakin menjamur.

Sebuah riset “Telecommuting – Citizens in 24 Countries Assess Working Remotely for a Total Global Perspective” oleh IPSOS (2011), mengemukakan bahwa Indonesia merupakan negara kedua terbesar di Asia Pasifik setelah India dengan persentase jumlah pekerja 34% yang melakukan aktivitas kerja di luar kantor baik untuk bekerja, pertemuan bisnis maupun diskusi. Hal ini terjadi justru karena perubahan pola hidup manusia yang cenderung tidak bekerja ketika di kantor karena berbagai macam alasan. Mulai dari banyaknya gangguan macam obrolan dengan kawan, ajakan meeting,

(2)

e-mail dan yang lainnya. Sehingga, karena situasi kantor telalu formal, sering kali justru

mematikan unsur kreativitas. Morse (2007) mengemukakan hal yang sama juga terjadi bagi para freelancer yang memilih bekerja di rumah, karena terlalu banyak gangguan terjadi.

Meeting di kafe seolah sudah menjadi kebiasaan. Banyak yang beralasan ruang

publik selain kantor cenderung lebih dapat melahirkan ide-ide kreatif. Nuansa yang santai dan tidak kaku menjadikan ruang publik sebagai alternatif meeting point. Namun, pada kenyataannya tidak banyak kafe dan tempat makan yang nyaman untuk bekerja. Seperti dikutip dalam situs Gaya Hidup Tabloid Bintang (2012), studi mengenai efektifitas kerja berdasarkan tingkat kegaduhan di lokasi kerja oleh University of British Columbia menyimpulkan bahwa suasana ruangan yang tidak terlalu bising dapat mengurangi kerumitan dan meningkatkan kreativitas karena mampu merangsang otak untuk berpikir secara abstrak. Hal inilah yang menyebabkan semakin banyak orang yang bekerja di ruang publik. Hal yang sama juga dikemukan oleh Friedersdorf (2011) dalam artikelnya berjudul “Working Best at Coffee Shop”. Sebaliknya, saat kondisi ruangan cukup berisik, proses penyerapan informasi pada tiap individu cenderung menurun, begitu pula halnya dengan kreatifitas.

Saat ini, data BPS DKI Jakarta memperkirakan terdapat sekitar 5,6 juta pekerja independen yang tersebar di seluruh Indonesia, terutama di kota-kota besar. Saat ini untuk wilayah DKI Jakarta terdapat 3000 orang start-up (HIPMI, 2012) dan 102.710 orang freelancer (BPS, 2012) dari berbagai bidang usaha.

Menurut Morse (2007) para individu tersebut mencoba peruntungan untuk bekerja dan berusaha seorang diri dengan modal pengalaman serta jaringan sosial. Para

(3)

freelancer dan start-up business cenderung memilih rumah sendiri sebagai tempat

bekerja. Namun, kondisi tersebut seolah membentuk mereka menjadi terisolasi tanpa memiliki jaringan yang berkembang. Beberapa artikel, seperti FreelanceApple (2010) dan Yahoo Voice (2007) juga menyebutkan, mereka yang bekerja di rumah sering kali butuh untuk bertemu orang lain untuk mendapatkan antusiasme. Hal inilah yang menjadi alasan kenapa semakin banyak orang bekerja di ruang publik. Masalahnya kemudian, tempat yang didatangi tersebut tidak diperuntukan untuk ruang kerja.

1.1.2 Kebutuhan Yang Belum Terpenuhi

Kemacetan dan ketidakteraturan lalu lintas di kota Jakarta tanpa disadari telah mengubah gaya hidup dan perilaku masyarakat urban. Perkembangan gaya hidup masyarakat Jakarta dengan mobilitas tinggi dan membutuhkan efisiensi waktu dan energi menuntut mereka untuk semaksimal mungkin memanfaatkan waktu dan energi dalam bekerja dan beraktifitas. Hal ini memiliki dampak pada jam kerja kantor serta lokasi untuk bekerja yang lebih fleksibel dibandingkan sebelumnya yang harus bekerja pada jam kerja yaitu jam 09.00 – 17.00. Merujuk kepada studi global mengenai ketenagakerjaan yang dilakukan oleh Families and Work Institute and Society for Human

Resources Management, perusahaan kini lebih fleksibel dalam pengaturan jam kerja

karyawan. (Matos & Galinsky, 2011)

Dengan semakin tingginya fleksibilitas jam dan lokasi dalam bekerja juga menyebabkan batasan antara bekerja dengan urusan pribadi semakin abu-abu, yang disebabkan oleh transaksi pekerjaan dapat dilakukan kapan saja. Di sisi lain, perpaduan antara fleksibilitas dan kemajuan teknologi menyebabkan para pekerja lebih sadar terhadap peluang-peluang pekerjaan baru yang ada sehingga berdampak pada banyak

(4)

lapangan pekerjaan baru yang muncul, termasuk munculnya banyak wirausaha muda di Indonesia, terutama di Jakarta. Namun, para wirausaha muda biasanya belum memiliki kantor tetap karena adanya keterbatasan modal.

Tempat yang strategis serta dapat dijangkau sekaligus nyaman bagi mereka untuk bekerja bisa menjadi pilihan yang tepat bagi para wirausaha pemula. Tentu saja bekerja dari rumah terkadang memiliki kendala bahwa berbagai pertemuan atau meeting menjadi tidak mungkin untuk diadakan di rumah karena alasan tidak layaknya rumah sebagai tempat pertemuan serta lokasi kurang strategis karena di daerah perumahan. Hal inilah yang secara tidak langsung memicu maraknya tren baru untuk melakukan pekerjaan di luar kantor seperti kafe atau tempat lain yang dianggap nyaman. Tren baru ini juga diikuti oleh para pelajar dan mahasiswa yang mulai banyak menghabiskan waktu di kafe atau ruang publik untuk berdiskusi dan membahas tugas.

Di sisi lain, alasan utama yang menjadikan ruang publik sebagai ruang kerja adalah karena sulit bagi para pekerja lepas atau pengusaha pemula untuk langsung dapat menyewa ruang kantor dengan fasilitas yang baik dan desain yang menarik di lokasi yang strategis, mengingat keterbatasan modal yang dimiliki. Begitu juga halnya dengan mahasiswa, tidak semua kampus memfasilitasi ruang diskusi yang sesuai bagi para mahasiswanya.

Berdasarkan wawancara langsung, mayoritas responden menyatakan bahwa pada awalnya kafe adalah tempat yang nyaman dan terjangkau sebagai tempat untuk bekerja, namun karena semakin banyaknya pelanggan, maka kafe bukan lagi tempat yang nyaman untuk bekerja. Di kedai kopi misalnya, paling lama kita hanya nyaman bekerja selama satu sampai dua jam. Setelahnya kita akan merasa kurang enak kalau tidak kembali

(5)

memesan menu. Kendala lainnya seperti akses internet yang tidak cukup baik, colokan listrik yang harus berebutan dengan pelanggan lain, atau kursi yang tidak nyaman, dan sebagainya.

Bekerja di rumah ataupun di kafe (ruang publik) juga memiliki kekurangan yang sering kali tidak disadari. Pada artikel yang tertulis dalam Bayt International – (2010), individualisme yang tercipta dalam bekerja di rumah atau bekerja sendiri di ruang publik membuat terisolasi dari lingkungan sosial sebagai salah satu dampak dalam bekerja bukan dalam lingkungan yang mengadaptasi nilai kolaborasi dan jaringan (collaboration dan networking). Keuntungan bekerja di kantor atau dalam tim tentunya memiliki tim atau kelompok di mana individu bisa beinteraksi dan membuat dampak dan hasil pekerjaan yang lebih baik menurut jurnal Team Work & Job Design: Teams Automatically Perform at High Levels (2010). Apabila kedua nilai kolaborasi dan jaringan tidak ada atau tidak terbentuk dalam lingkungan bekerja, kreativitas tidak berkembang dan sinergi dalam bekerja pun tidak akan terbentuk.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan ada beberapa peluang yang timbul karena terjadinya perubahan gaya hidup masyarakat yang menyebabkan para pekerja lebih memilih bekerja di luar kantor daripada bekerja di dalam kantor. Banyak dari mereka bekerja di kafe, tempat makan, atau tempat-tempat lain yang nyaman bagi mereka untuk bekerja atau berdiskusi.

Masalah mulai timbul saat mereka merasa kurang nyaman dengan ruang publik karena tidak hanya digunakan oleh para pekerja, namun banyak pengunjung lain yang datang bukan untuk bekerja, sehingga menjadi sangat ramai. Selain itu, fasilitas yang

(6)

dibutuhkan untuk bekerja seperti internet, fax, dan lain sebagainya juga tidak tersedia pada kafe, kedai kopi, atau restoran.

Mahalnya harga penyewaan tempat untuk bekerja bagi para pengusaha muda juga menjadi masalah lain. Menurut artikel yang ditulis pada Kompas, 22 Febuari 2013, harga sewa kantor di Jakarta mengalami kenaikan rata-rata sebesar 8,5% tahun ini, dan kenaikan terbesar terjadi di daerah CBD (Central Business District) yaitu sebesar 46% dalam satu tahun. Cushman dan Wakerfield (2013) dalam artikelnya “Office Space

Across The World 2013” juga mengatakan bahwa kenaikan harga sewa kantor di Jakarta

merupakan yang tertinggi se-Asia Pasifik.

Walaupun memiliki waktu bekerja yang fleksibel serta lokasi bekerja yang strategis namun dapat disewa dengan harga terjangkau adalah faktor penting, namun nilai kolaborasi dan jaringan yang akan terbentuk dari lingkungan bekerja akan menjadi poin yang menarik bagi para pekerja lepas atau wirausaha pemula.

Oleh karena itu, banyak pengusaha yang membutuhkan tempat nyaman untuk bekerja dengan lokasi yang strategis serta harga yang dapat dijangkau, serta tetap membuka peluang untuk menjalin jaringan (network) dan membentuk kolaborasi.

1.3 IDE BISNIS

Pada 5 April – 1 Mei 2013, sebuah survey yang ditujukan kepada 50 orang yang mewakili pekerja lepas maupun karyawan yang berumur antara 20-44 tahun yang berdomisili di Jakarta, yang didistribusikan melalui survey elektronik diadakan untuk mengetahui lebih dalam perilaku bekerja di ruang publik. Berdasarkan hasil tersebut, 87.80% responden sudah menjadikan ruang publik seperti kafe dan kedai kopi sebagai tempat bekerja, rapat atau sekedar berdiskusi. Hasil survey ini sejalan dengan hasil

(7)

survey dari Euromonitor (2010) yang menyimpulkan bahwa hampir 98% penduduk Indonesia yang mengunjungi kafe dan tempat makan lainnya yang sejenis, menjadikan kafe sebagai tempat untuk pertemuan bisnis.

Melihat semakin banyaknya animo masyarakat khususnya para pekerja independen dan start-up yang menjadikan ruang publik sebagai ruang kerja atau ruang diskusi, adanya peluang yang cukup tinggi untuk membangun sebuah bisnis penyewaan ruang berupa coworking space di ibukota atau Kota besar di Indonesia semakin terlihat.

Menurut Foertsch (2012) seperti ditulis dalam Deskmag sebuah majalah yang membahas mengenai inovasi tempat kerja, coworking didefinisikan sebagai “suatu gaya kerja yang memiliki nilai untuk berbagi dalam lingkungan kerja, yang seringkali (ditemui adalah) kantor dan aktivitas independen atau individu; tidak seperti kantor pada umumnya, Coworking biasanya tidak berasal dari organisasi yang sama. Biasanya sangat menarik bagi para professional yang bekerja dari rumah, kontraktor independen, atau orang yang sering bepergian, yang pada akhirnya terisolasi dari kehidupan social.

Coworking juga merupakan pertemuan sosial dari para individu yang bekerja secara

independen, namun memiliki nilai dan ketertarikan yang sama untuk membentuk sinergi, yang (hanya) akan terjadi melalui kolaborasi antara para individu dengan perspektif dan talenta yang serupa dalam ruangan yang sama."

Dengan kata lain, Coworking adalah suatu konsep bekerja baru, yang bersifat

open space (ruang terbuka, minim privasi) dan memiliki collaboration value (nilai

kolaborasi) yang dapat definisikan sebagai bisnis penyewaan ruang layaknya ruang kerja umum atau bisa dikatakan kantor pribadi yang menawarkan solusi bagi para pekerja lepas maupun para start-up bekerja seperti di rumah, namun pada saat yang bersamaan juga

(8)

membantu mereka untuk terbebas dari kendala yang ada jika mereka bekerja di rumah. Sehingga, orang-orang dari berbagai jenis bidang dan perusahaan bisa bekerja secara bersama-sama di satu tempat. Dengan adanya ragam profesi dari berbagai bidang inilah diharapkan akan tercipta berbagai kolaborasi yang akan menjadi solusi dalam permasalahan-permasalahan yang sedang atau akan dialami dalam perusahaan dan bidang masing-masing, serta terciptanya ide-ide segar yang inovatif.

Solusi inilah yang ingin ditawarkan, sebagai sebuah konsep yang sebenarnya sudah mulai berkembang di luar negeri khususnya di kawasan Amerika dan Eropa. Konsep menyewakan ruang kerja dengan suasana yang nyaman dan menarik dilengkapi dengan potensi jaringan kerja dari berbagai industri yang luas. Tidak hanya bagi para pekerja independen, tetapi juga berbagai kalangan dari berbagai macam profesi yang memerlukan tempat rapat yang bisa digunakan secara umum untuk banyak kebutuhan.

Coworking space juga menjawab kebutuhan ruang rapat dan tempat yang baik

untuk mengadakan acara seminar, loka karya, atau pelatihan dengan harga sewa yang terjangkau. Coworking space menawarkan potensi jaringan yang tidak bisa didapatkan apabila mereka bekerja dari rumah atau memiliki kantor kecil milik sendiri. Ditambah dengan desain interior yang menarik yang termasuk dengan fasilitas berbasis teknologi mumpuni serta alamat kantor virtual apabila diperlukan, menjadikan coworking space sebagai tempat yang baik untuk memulai usaha sebagai pekerja independen yang mulai digeluti oleh para individu di Jakarta.

Dengan adanya kebutuhan dan pasar yang potensial, usaha coworking space memiliki peluang untuk memfasilitasi dan menjawab kebutuhan para pekerja independen serta para start-up business di bidang industri kreatif.

(9)

1.4 TUJUAN RENCANA BISNIS

Penyusunan rencana bisnis coworking space ini tentunya memiliki tujuan sebagai arah untuk bisnis ini dapat bergerak dan berjalan, yaitu

- Untuk memformulasikan strategi yang tepat yang dapat memberi nilai lebih sehingga membedakan rencana bisnis dengan konsep coworking space ini dari kompetitornya.

- Untuk merancang model bisnis yang inovatif sehingga bisnis ini dapat berkembang dan terus berkelanjutan.

- Untuk membuat sebuah rencana bisnis sebagai bahan ulasan untuk menarik minat para investor.

1.5 METODE PENELITIAN 1. Preliminary Study

Penyebaran kuesioner kepada sejumlah konsumen potensial dengan judgmental

sampling untuk mengetahui preferensi konsumen dan kemampuan konsumen

untuk membayar.

2. Desk Research

3. Analisis Industri (Target pasar, pesaing, dan sebagainya) 4. Focus Group Discussion

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih mendalam tentang target konsumen. 5. Analisis data deskriptif yang diperoleh dari kuesioner dan FGD.

6. Pengembangan bisnis model dan strategi untuk menjawab kebutuhan pasar. - STP, 7P, Strategi Marketing Communication (analisis perilaku konsumen)

(10)

- Strategi Harga : Conjoint Analysis & Strategi E-Commerce - Pemilihan Channels atau saluran yang tepat

Referensi

Dokumen terkait

laut di wilayah perairan Muncar, sehingga mengakibatkan merosotnya sumberdaya perairan dan hasil tangkapan ikan nelayan. Hal ini terutama akibat pembuangan limbah industri

Oleh karena itu, citra merek bisa menjadi tolak ukur konsumen terhadap suatu produk, jika citra merek produk tersebut memiliki citra yang positif maka konsumen akan

7 Secara keilmuan penelitian dapat menjadi bahan maupun sumber ilmu agar mengetahui bagaimana hadanah anak pasca perceraian dalam kompilasi Hukum Islam serta hukum

Porsi pembiayaan yang masih relatif kecil ini menjadikan mudarabah terus didorong untuk dikembangkan dan digunakan oleh perbankan syariah, karena konsep mudarabah dimana

Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Sumatera Utara dan juga selaku Pembimbing III dalam penelitian tesis

Hasil kali elementer A  hasilkali n buah unsur A tanpa ada pengambilan unsur dari baris/kolom yang sama...

Menurut Kartono (2011: 93) menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap motivasi sebab keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain

Bagi Akademisi, penelitian ini diharapkan menambah ilmu pengetahuan mengenai pendidikan karakter keagamaan, otoritas atasan untuk berbuat curang dan profesionalisme