• Tidak ada hasil yang ditemukan

GENTLE BIRTH VOLUME 4 NO.1 JAN-JUN 2021 ISSN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GENTLE BIRTH VOLUME 4 NO.1 JAN-JUN 2021 ISSN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

.

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL Associate Factors with Anaemia In Pregnant Maternal in Working Area of Pengaribuan Health

Centre North Tapanuli Regency In 2019 Suyanti Suwardi1, Novy Ramini Harahap2

1,Doesn D4 Kebidanan, Fakultas Farmasi dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia, Medan 2Dosen Profesi Kebidanan, Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia, Medan,

Abstrak

Pendahuluan: Anemia defisiensi zat besi pada wanita hamil merupakan problema kesehatan yang dialami oleh wanita seluruh dunia dan akan meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan. Kekurangan zat besi dapat meningkatkan risiko kematian saat melahirkan, BBLR, janin dan ibu mudah terkena infeksi, keguguran, dan meningkatkan risiko bayi lahir premature. Survey awal pada bulan Februari Tahun 2019 di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan diperoleh data ibu hamil sebanyak 125 orang dan dilakukan Pemeriksaan Hb Sahli. Sebanyak 44% (55 responden) dari 125 ibu hamil yang menderita anemia dan 12% (15 responden) yang mengalami Kurang Energi Kronik. Wawancara yang dilakukan kepada 55 orang ibu hamil yang mengalami anemia, didapatkan informasi bahwa mereka tidak rutin mengkonsumsi tablet besi dengan alasan lupa, takut mual, dan takut efek samping, sebagian besar dari responden tidak tahu apa itu anemia, dampak anemia bagi kehamilan dan janin, bagaimana penanganan anemia, dan makanan apa saja yang mengandung zat besi. Tujuan penelitian; untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2019. Metode Penelitian; Desain penelitian ini adalah survei analitik Dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara. Sampel berjumlah 35 orang dengan cara menyebarkan kuesioner. Analisa data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji statistik chi-square. Hasil penelitian: analisa univariat didapatkan mayoritas pengetahuan cukup sebanyak 30 orang (54,5%), mayoritas paritas multigravida sebanyak 21 orang (38,2%), mayoritas konsumsi tablet zat besi tidak cukup sebanyak 30 orang (54,5%), mayoritas dengan status gizi <23,5 sebanyak 28 orang (50,9%), dan mayoritas mendapat peran petugas kesehatan yang kurang sebanyak 34 orang (61,8%). Analisa bivariat dengan uji statistic Chi-Square, pada variabel pengetahuan (p-value=0,000), paritas (p-(p-value=0,000), konsumsi tablet zat besi (p-(p-value=0,000), status gizi (p value=0,000), peran petugas kesehatan (p value= 0,000). Kesimpulan: terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap, konsumsi tablet zat besi, status gizi, peran petugas kesehatan dengan anemia pada ibu hamil.

Kata Kunci : Tablet Fe, Anemia, Kehamilan

Abstract

Introduction: Iron deficiency anemia in pregnant women is a health problem experienced by women all over the world and will increase with increasing gestational age. Iron deficiency can increase the risk of death during childbirth, LBW, fetuses and mothers are prone to infections, miscarriage, and increase the risk of premature birth. The initial survey in February 2019 in the Pangaribuan Community Health Center Work Area obtained data on 125 pregnant women and carried out an Hb Sahli examination. As many as 44% (55 respondents) of 125 pregnant women who suffer from anemia and 12% (15 respondents) who experience chronic energy deficiency. Interviews were conducted with 55 pregnant women with anemia, information was obtained that they did not regularly take iron tablets with reasons of forgetting, fear of nausea, and fear of side effects, most of the respondents did not know what anemia is, the impact of anemia on pregnancy and the fetus how to

(2)

treat anemia, and what foods contain iron. Research purposes; to find out the factors related to anemia in pregnant women in the work area of the Pangaribuan Health Center in North Tapanuli Regency in 2019. Research methods: This study was an analytic survey with a cross-sectional design. The research was conducted in the working area of Pangaribuan Health Centre, North Tapanuli Regency. The sample consisted of 35 respondents. Data analysis was performed univariate and bivariate using the chi-square statistical test. Research results; univariate analysis showed that the majority of knowledge was sufficient as were 30 respondents (54.5%), the majority of multigravida parity were 21 respondents (38.2%), the majority of the consumption of iron tablets was not enough were 30 respondents (54.5%), the majority were nutrition <23.5 were 28 respondents (50.9%), and the majority got the role of less health workers were 34 respondents (61.8%). Bivariate analysis with Chi-Square statistical test, on variable knowledge (p-value= .000), parity (p-value= .000), consumption of iron tablets (p-value=0.000), nutritional status (p-value= .000), role of health workers (p-value= .000).The conclusion of this study that there is a relationship between knowledge, attitudes, consumption of iron tablets, nutritional status, the role of health workers and anemia in pregnant women.

Keywords: Fe Tablet, Anemia, Pregnancy

Alamat Korespondensi :

Suyanti Suwardi. Komp. Citra Graha Tembung Sumatera Utara Hp. 0812 6510 9692 Email : [email protected]

PENDAHULUAN

Tingginya angka kematian ibu dan anak merupakan masalah terbesar yang dihadapi bangsa Indonesia. Masalah yang paling mendasar dalam menentukan kualitas sumber daya manusia dan meningkatkan derajat kesehatan yaitu gizi dan pangan. Anemia merupakan salah satu masalah yang disebebkan oleh gizi yang belum teratasi. Anemia merupakan masalah pada wanita indonesia akibat kekurangan zat besi dan asam folat.

Anemia pada kehamilan merupakan masalah yang umum karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar sekali terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil disebut “Potensial danger of mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan

perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada hari terdepan.

Anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh yang kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun dalam nifas. Berbagai penyakit dapat timbul akibat anemia seperti abortus, partus prematur, partus lama akibat inersi uteri, perdarahan post partum karena atonia uteri, syok, infeksi baik intra partum aupun postpartum.(1)

Berdasarkan hasil survey awal pada bulan Februari Tahun 2019 di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan diperoleh data ibu hamil sebanyak 125 orang dan dilakukan Pemeriksaan Hb Sahli. Sebanyak 44% (55 ibu hamil) dari 125 ibu hamil yang menderita anemia dan 12% (15 ibu hamil) yang mengalami Kurang Energi Kronik. Lalu dari hasil wawancara kepada 55 orang ibu hamil yang mengalami anemia, peneliti mendapat informasi bahwa mereka tidak rutin

(3)

mengkonsumsi tablet besi dengan alasan lupa, takut mual, dan takut efek samping. Dan sebagian besar dari responden tidak tahu apa itu anemia, dampak anemia bagi kehamilan dan janin, bagaimana penanganan anemia, dan makanan apa saja yang mengandung zat besi.

World Health Organization (WHO) Tahun 2015 memperkirakan bahwa 35%-75% ibu hamil di negara berkembang dan 18% ibu hamil di negara maju mengalami anemia, dengan prevalensi terbanyak di wilayah Asia dan Afrika. WHO melaporkan prevalensi anemia pada ibu hamil yeng tertinggi adalah di Asia Tenggara (75%) kemudian Mediteran Timur (55%), Afrika (50%), serta wilayah Pasifik Barat, Amerika Latin, dan Karibia (20%). Negara atau wilayah dengan prevalensi >10% pada satu atau lebih kelompok rawan dipertimbangkan sebagai wilayah yang mempunyai masalah kesehatan masyarakat.(2)

Berdasarkan penelitian oleh Behalf of Nutrition Impact Model Study Group kejadian anemia pada ibu hamil tertinggi berada di Negara Afrika yaitu berkisar 56%, Asia Selatan berkisar 52% dan terendah berada di daerah yang memiliki pendapatan tinggi berkisar 22%. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat antara lain adalah penanganan komplikasi, anemia, ibu hamil yang menderita diabetes, hipertensi, malaria, dan empat terlalu (terlalu muda < 20 tahun, terlalu tua > 35 tahun, terlalu dekat jaraknya 2 tahun dan terlalu banyak anaknya > 3). Sebanyak 54,2 per 1000 perempuan dibawah usia 20 tahun melahirkan,

sementara perempuan yang melahirkan usia di atas 40 tahun sebanyak 207.(2)

Menurut Data Riskesdas tahun 2018 yaitu persentase ibu hamil yang mengalami anemia tersebut meningkat dibandingkan hasil Riskesdas tahun 2013 yaitu sebesar 37,1%. Dari data tahun 2018, jumah ibu hamil yang mengalami anemia paling banyak pada usia 15-24 tahun sebesar 84,6%, usia 25-34 tahun sebesar 33,7%, usia 35-44 tahun sebesar 33,6%, dan usia 45-54 tahun sebesar 24%. Tingginya kejadian anemia ini erat kaitannya dengan faktor kurang asupan makanan bergizi saat masa kehamilan, kurangnya pengetahuan ibu tentang anemia, dan kurangnya kesadaran dalam mengkonsumsi tablet zat besi.(3)

Anemia defisiensi zat besi pada wanita hamil merupakan problema kesehatan yang dialami oleh wanita seluruh dunia dan akan meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan. Anemia memiliki tanda dan gejala yang tidak khas dan sering tidak jelas, seperti mudah lelah, pucat, sesak nafas, berdebar, tensi normal, malnutrisi, sering pusing, lidah luka, nafsu makan turun, konsentrasi hilang serta keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.(1)

Di Indonesia prevalensi anemia ibu hamil mencapai 70%, artinya dari 10 wanita hamil, 7 diantaranya terkena anemia. Ibu hamil baru terserang anemia ketika kehamilan menginjak trimester kedua karena pada trimester pertama peningkatan volume darah belum tentu siginifikan sehingga gejala anemia kurang begitu dirasakan. Dengan tingginya angka anemia pada ibu hamil mempunyai

(4)

kontribusi terhadap tingginya angka bayi dengan bayi berat lahir rendah di Indonesia. Oleh karena itu, penanganan anemia gizi menjadi salah satu program potensial untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang telah dilaksanakan pemerintah sejak pembangunan jangka panjang.(4)

Berdasarkan Penelitian Putri Dewi Anggaraini tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Tahun 2018 yaitu Ada Hubungan yang Bermakna antara Faktor Paritas dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2018 dengan p-value 0,002. Ada Hubungan yang Bermakna antara Faktor Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2018 dengan p-value 0,001. Ada Hubungan yang Bermakna antara Faktor Konsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2018 dengan p-value 0,022.(5)

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil antara lain faktor medik berupa malnutrisi, kekurangan zat gizi dalam diet, kekurangan darah yang banyak, kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe, sedangkan faktor non medik dapat berupa sosial, ekonomi, pengetahuan, pendidikan, budaya, lingkungan, dan dukungan suami. Selain itu, faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil

meliputi umur, paritas, jarak kehamilan, status gizi, frekuensi Antenatal Care (ANC), status ekonomi, pengetahuan, tingkat pendidikan, budaya dan dukungan suami.(6)

Faktor lainnya yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil salah satunya adalah paritas. Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim. ibu yang melahirkan lebih dari 3 kali dapat menyebabkan anemia yaitu 8 hingga 9 kali. Selain paritas, pemberian tablet Fe juga berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil.(7) Umumnya penyebab anemia pada ibu hamil adalah kurangnya gizi, kurangnya zat besi dalam makanan yang dikonsumsi, penyerapan yang kurang baik dan penyakit-penyakit kronik (seperti TBC, paru-paru, cacing usus, dan malaria). Ibu hamil dikategorikan mengalami anemia jika kadar haemoglobin pada pemeriksaan laboratorium < 11 gr% dan pada anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan muntah yang lebih hebat pada kehamilan muda.(8)

Kekurangan zat besi sejak sebelum kehamilan bila tidak diatasi dapat mengakibatkan ibu hamil menderita anemia. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko kematian pada saat melahirkan, melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, janin dan ibu mudah terkena infeksi, keguguran, dan meningkatkan risiko bayi lahir prematur.(1)

Status gizi dapat diartikan sebagai keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status

(5)

gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung dan mempengaruhi kadar darah dalam tubuh. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum hamil dan selama hamil maka kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan lahir normal. Gizi kurang pada ibu hamil akan menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu antara lain anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal.(9)

Kondisi bayi dalam kandungan seorang ibu sangat dipengaruhi keadaan gizi ibu sebelum dan selama mengandung. Wanita hamil berisiko mengalami Kurang Energi Kronik (KEK) jika memiliki lingkar lengan atas (LILA) yang kurang dari 23,5. Ibu hamil yang KEK akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). KEK juga bisa menjadi penyebab tidak langsung kematian ibu, karena KEK pada wanita hamil bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya anemia pada kehamilan. Anemia pada kehamilan bisa menyebabkan perdarahan yang nantinya bisa mengakibatkan kematian baik pada ibu maupun janin/bayi dilahirkannya.(10)

Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2015 data ibu hamil dengan anemia terdapat 11,3/100.000 kelahiran hidup. Kematian maternal akibat perdarahan diantaranya 22% pada waktu nifas, dan kematian ibu yang disebabkan eklamsia sebesar 12% dan anemia sebesar 8%. Oleh sebab itu sangat dibutuhkan penanganan anemia pada ibu hamil.

Pengetahuan ibu juga mempengaruhi ibu dalam mengkonsumsi makanan yang bergizi dan mengkonsumsi tablet Fe sehingga ibu hamil tidak dengan mudah mengalami anemia. Pengetahuan yang baik dapat menanamkan kebiasaan dalam menggunakan bahan makanan sumber zat besi yang penting bagi kesehatan ibu hamil. Kurangnya pengetahuan sering dijumpai sebagai faktor yang penting dalam masalah anemia. Ibu yang memiliki pengetahuan yang baik tentang anemia pada ibu hamil, maka ibu hamil tersebut tidak mengalami anemia karena ibu hamil memiliki pemahaman yang luas tentang anemia dan hal-hal yang perlu dilakukan agar tidak mengalami anemia, sedangkan ibu hamil dengan pengetahuan kurang maka akan mendekati untuk mengalami anemia, karena terbatas pengetahuan serta kemampuan ibu untuk mencari informasi yang beragam terkait dengan hal-hal yang perlu dilakukan agar tidak mengalami anemia. Kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang anemia maka semakin meningkatkan angka kejadian anemia.(9)

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional karena peneliti hanya melakukan observasi atau pengukuran variabel independen dan variabel dependen diteliti secara bersamaan dan mengumpulkan data sekaligus secara bersamaan. Artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap sesuatu karakter atau variabel pada saat pemeriksaan

(6)

yang bertujuan untuk melihat faktor yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2019.(11)

Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara. Total populasi ibu hamil yang mengalami anemia sebanyak 55 orang.

Sampel adalah total populasi yang cirinya diselidiki atau diukur.

Maka sampel dari penelitian ini adalah 55 orang ibu hamil.

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan data yang dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian. Data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.

Analisis dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen (pengetahuan ibu, paritas, konsumsi tablet besi, status gizi, dan peran petugas kesehatan) dengan variabel dependen (kejadian anemia) menggunakan uji Chi-square pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) yang disajikan dalam bentuk tabel silang. Untuk melihat hasil kemaknaan sehingga apabila hasil penelitian statistic menunjukkan p < 0,05 maka terdapat hubungan antara variabel independen dengan dependen, namun apabila nilai p > 0,05 maka bahwa tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.(11)

HASIL

Analisis Univariat:

Pengetahuan diketahui bahwa dari responden 55 responden dengan pengetahuan kurang

sebanyak 18 orang (32,7%), pengetahuan cukup sebanyak 30 orang (54,5%) dan pengetahuan baik sebanyak 7 orang (12,7%).

paritas diketahui bahwa dari responden 55 responden dengan primigravida sebanyak 17 orang (30,9%), multigravida sebanyak 21 orang (38,2%) dan grandemultigravida sebanyak 17 orang (30,9%).

konsumsi tablet zat besi diketahui bahwa dari responden 55 responden dengan tidak cukup sebanyak 30 orang (54,5%), dan cukup sebanyak 25 orang (45,5%).

status gizi diketahui bahwa dari responden 55 responden dengan <23,5 sebanyak 28 orang (50,9%), dan > 23,5 sebanyak 27 orang (49,1%).

peran petugas kesehatan diketahui bahwa dari responden 55 responden dengan kurang sebanyak 34 orang (61,8%), dan baik sebanyak 21 orang (38,2%).

anemia diketahui bahwa dari responden 55 responden dengan anemia ringan sebanyak 34 orang (61,8%), anemia sedang sebanyak 17 orang (30,9%) dan anemia berat sebanyak 4 orang (7,3%).

(7)

Tabel .1.

Distribusi Frekuensi Univariat di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2019 Variabel F Persentase (%) Pengetahuan Kurang 18 32,7 Cukup 30 54,5 Baik 7 12,7 Paritas Primigravida 17 30,9 Multigravida 21 38,2 Grandemultigravida 17 30,9

Konsumsi Tablet Zat Besi

Tidak Cukup 30 54,5

Cukup 25 45,5

Status Gizi

<23,5 28 50,9

>23,5 27 49,1

Peran Petugas Kesehatan

Kurang 34 61,8 Baik 21 38,2 Anemia Anemia Ringan 34 61,8 Anemia Sedang 17 30,9 Anemia Berat 4 7,3

Analisis Bivariat: Pengetahuan diketahui bahwa dari responden 55 responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 18 orang (32,7%), pengetahuan cukup sebanyak 30 orang (54,5%) dan pengetahuan baik sebanyak 7 orang (12,7%). Anemia diketahui bahwa dari responden 55 responden dengan anemia ringan sebanyak 34 orang (61,8%), anemia sedang sebanyak 17 orang (30,9%) dan anemia berat sebanyak 4 orang (7,3%).

Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa nila p-value= 0,000<0,05, artinya ada Hubungan Pengetahuan dengan Anemia pada Ibu Hamil di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2019.

Paritas diketahui bahwa dari responden 55 responden dengan primigravida sebanyak 17 orang (30,9%), multigravida sebanyak 21

orang (38,2%) dan grandemultigravida sebanyak 17 orang (30,9%). Anemia diketahui bahwa dari responden 55 responden dengan anemia ringan sebanyak 34 orang (61,8%), anemia sedang sebanyak 17 orang (30,9%) dan anemia berat sebanyak 4 orang (7,3%).

Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa nila p-value = 0,000<0,05, artinya ada hubungan paritas dengan Anemia pada Ibu Hamil di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2019.

Konsumsi tablet zat besi diketahui bahwa dari responden 55 responden dengan tidak cukup sebanyak 30 orang (54,6%), dan cukup sebanyak 25 orang (45,5%). Anemia diketahui bahwa dari responden 55 responden dengan anemia ringan sebanyak 34 orang (61,8%), anemia sedang sebanyak 17 orang

(8)

(30,9%) dan anemia berat sebanyak 4 orang (7,3%).

Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa nila p-value = 0,000<0,05, artinya ada Hubungan konsumsi tablet zat besi dengan Anemia pada Ibu Hamil di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2019.

Status gizi diketahui bahwa dari responden 55 responden dengan <23,5 sebanyak 28 orang (50,9%), dan > 23,5 sebanyak 27 orang (49,1%). Anemia diketahui bahwa dari responden 55 responden dengan anemia ringan sebanyak 34 orang (61,8%), anemia sedang sebanyak 17 orang (30,9%) dan anemia berat sebanyak 4 orang (7,3%).

Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa nila p-value = 0,001<0,05, artinya ada

Hubungan status gizi dengan Anemia pada Ibu Hamil di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2019.

Peran petugas kesehatan diketahui bahwa dari responden 55 responden dengan kurang sebanyak 34 orang (61,8%), dan baik sebanyak 21 orang (38,2%). Anemia diketahui bahwa dari responden 55 responden dengan anemia ringan sebanyak 34 orang (61,8%), anemia sedang sebanyak 17 orang (30,9%) dan anemia berat sebanyak 4 orang (7,3%).

Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa nila p-value = 0,000<0,05, artinya ada Hubungan peran petugas kesehatan dengan Anemia pada Ibu Hamil di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2019.

Tabel 4.7. Tabulasi Silang Faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2019

No Variabel

Anemia

Jumlah

P-Value Anemia

Ringan Anemia Sedang

Anemia Berat f % f % f % f % Pengetahuan 1 Kurang 18 32,7 0 0 0 0 18 32,7 2 Cukup 14 25,5 15 27,3 1 1,8 30 54,6 0,000 3 Baik 2 3,6 2 3,6 3 5,5 7 12,7 Jumlah 34 61,8 17 30,9 4 7,3 55 100 Paritas 1 Primigravida 17 30,9 0 0 0 0 17 30,9 2 Multigravida 9 16,4 12 21,8 0 0 21 38,2 0,000 3 Grandemultigravida 8 14,5 5 9,1 4 7,3 17 30,9 Jumlah 34 61,8 17 30,9 4 7,3 55 100

Konsumsi Tablet Zat Besi

1 Tidak Cukup 28 50,9 0 0 2 3,6 30 54,5 2 Cukup 6 10,9 17 30,9 2 3,6 25 45,5 0,000 Jumlah 34 61,8 17 30,9 4 7,3 55 100 Status Gizi 1 <23,5 26 47,3 1 1,8 1 1,8 28 50,9 2 >23,5 8 14,5 16 29,1 3 5,5 27 49,1 0,000 Jumlah 34 61,8 17 30,9 4 7,3 55 100

(9)

1 Kurang 26 47,3 1 1,8 1 1,8 28 50,9

2 Baik 8 14,5 16 29,1 3 5,5 27 49,1 0,000

Jumlah 34 61,8 17 30,9 4 7,3 55 100

PEMBAHASAN

Hubungan Pengetahuan dengan Anemia pada Ibu Hamil di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2019

Pada penelitian ini diketahui bahwa dari responden 55 responden dengan pengetahuan diketahui bahwa dari responden 55 responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 18 orang (32,7%), pengetahuan cukup sebanyak 30 orang (54,5%) dan pengetahuan baik sebanyak 7 orang (12,7%). Anemia diketahui bahwa dari responden 55 responden dengan anemia ringan sebanyak 34 orang (61,8%), anemia sedang sebanyak 17 orang (30,9%) dan anemia berat sebanyak 4 orang (7,3%).

Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa nilai p-value= 0,000<0,05, artinya ada Hubungan Pengetahuan dengan Anemia pada Ibu Hamil di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2019.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Rizki Amartami dengan judul Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Lebang Kecamatan Kelam Kabupaten Sintang Tahun 2017. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa sebanyak 70% responden yang mengalami anemia, 50% responden merupakan kelompok umur

berisiko, 50% responden dengan jumlah anak > 2, 56,7% responden yang berpengetahuan kurang baik, 60,0% responden yang bersikap kurang baik, 53,3% responden dengan pola makan kurang baik, 53,3% responden yang kurang baik memanfaatkan pelayanan kesehatan. Dari hasil uji statistik, diketahui bahwa pengetahuan (p-value = 0,042).(12)

Pengetahuan ibu juga mempengaruhi ibu dalam mengkonsumsi makanan yang bergizi dan mengkonsumsi tablet Fe sehingga ibu hamil tidak dengan mudah mengalami anemia. Pengetahuan yang baik dapat menanamkan kebiasaan dalam menggunakan bahan makanan sumber zat besi yang penting bagi kesehatan ibu hamil. Kurangnya pengetahuan sering dijumpai sebagai faktor yang penting dalam masalah anemia. Ibu yang memiliki pengetahuan yang baik tentang anemia pada ibu hamil, maka ibu hamil tersebut tidak mengalami anemia karena ibu hamil memiliki pemahaman yang luas tentang anemia dan hal-hal yang perlu dilakukan agar tidak mengalami anemia, sedangkan ibu hamil dengan pengetahuan kurang maka akan mendekati untuk mengalami anemia, karena terbatas pengetahuan serta kemampuan ibu untuk mencari informasi yang beragam terkait dengan hal-hal yang perlu dilakukan agar tidak mengalami anemia. Kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang anemia maka semakin meningkatkan angka kejadian anemia.(9)(13)

(10)

Pengetahuan seseorang terhadap suatu penyakit seperti anemia adalah langkah untuk melindungi dirinya dari penyakit (anemia) tersebut. Peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang bahan makanan yang mengandung Fe esensial memberi kontribusi yang benar terhadap pemenuhan kebutuhan ibu hamil akan Fe. Berdasarkan pengetahuan ibu, status gizi ibu hamil akan sangat berperan dalam kehamilan baik terhadap ibu maupun janin.

Menurut asumsi peneliti, responden dengan pengetahuan baik, sudah memahami apa dampak anemia bagi kehamilan dan bagaimana pencegahannya. Namun dalam penelitian ini ditemukan juga responden dengan pengetahuan baik tetapi masih ada yang menderita anemia. Dalam hal ini pengetahuan yang didapat responden hanya sebatas tentang dampak dan pencegahan anemia dalam kehamilan, akan tetapi tidak dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam mengkonsumsi tablet Fe. Mereka tahu apa manfaat tablet Fe, tapi jarang mengkonsumsi tablet Fe dengan alasan sering lupa. Ibu juga jarang mengkonsumsi tablet Fe dengan alasan takut mual. Oleh sebab itu, diberikan saran bahwa tablet Fe sebaiknya dikonsumsi pada siang hari karena ibu hamil sering mengalami mual muntah pada pagi hari. Sedangkan efek dari mengkonsumsi tablet Fe adalah mual. Jika dikonsumsi pada pagi hari pasti akan lebih memicu efek mual pada ibu. Maka dari itu, sebaiknya disarankan ibu mengkonsumsi tablet fe pada siang hari.

Hubungan Paritas dengan Anemia pada Ibu Hamil di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2019

Pada penelitian ini diketahui bahwa dari dari responden 55 responden dengan paritas diketahui bahwa dari responden 55 responden dengan primigravida sebanyak 17 orang (30,9%), multigravida sebanyak 21 orang (38,2%) dan grandemultigravida sebanyak 17 orang (30,9%). Anemia diketahui bahwa dari responden 55 responden dengan anemia ringan sebanyak 34 orang (61,8%), anemia sedang sebanyak 17 orang (30,9%) dan anemia berat sebanyak 4 orang (7,3%).

Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa nila p-value = 0,000<0,05, artinya ada Hubungan paritas dengan Anemia pada Ibu Hamil di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2019.

Hal ini sejalan dengan penelitian Putri Dewi Anggaraini tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Tahun 2018 yaitu Ada Hubungan yang Bermakna antara Faktor Paritas dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2018 dengan p-value 0,002.

Faktor lainnya yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil salah satunya adalah paritas. Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim. ibu yang

(11)

melahirkan lebih dari 3 kali dapat menyebabkan anemia yaitu 8 hingga 9 kali. Selain paritas, pemberian tablet Fe juga berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil.(7) Umumnya penyebab anemia pada ibu hamil adalah kurangnya gizi, kurangnya zat besi dalam makanan yang dikonsumsi, penyerapan yang kurang baik dan penyakit-penyakit kronik (seperti TBC, paru-paru, cacing usus, dan malaria). Ibu hamil dikategorikan mengalami anemia jika kadar haemoglobin pada pemeriksaan laboratorium <11 gr% dan pada anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan muntah yang lebih hebat pada kehamilan muda.(8)

Jumlah paritas lebih dari 3 merupakan faktor terjadinya anemia disebabkan karena terlalu sering hamil dapat menguras cadangan zat besi tubuh ibu. Jumlah anak yang dilahirkan wanita selama hidupnya sangat mempengaruhi kesehatannya. Sebanyak 54,2 per 1000 perempuan dibawah usia 20 tahun telah melahirkan, sementara perempuan yang melahirkan usia di atas 40 tahun sebanyak 207.(14)

Menurut asumsi peneliti bahwa paritas mempengaruhi anemia pada ibu hamil, ibu dengan paritas yang banyak maka ia akan menderita anemia dimana simpanan darah dalam tubuh berkurang dan belum dapat menambah jumlah haemoglobin darah. Dan sebaliknya tubuh belum siap untuk proses kehamilan selanjutnya. Akan tetapi dalam hasil penelitian ini, masih ada ditemukan ibu dengan kehamilan primigravida menderita anemia. Hal

ini dikarenakan bahwa ibu dengan kehamilan pertama belum memiliki pengalamanan dan pengetahuan dalam kehamilan bahwa dalam setiap kehamilan akan terjadi penurunan haemoglobin sehingga ibu hamil membutuhkan zat besi yang lebih banyak untuk mencegah anemia. Ibu dengan kehamilan primigravida juga belum pernah mendapat informasi tentang apa itu anemia, dampak dan pencegahan anemia dalam kehamilan.

Hubungan Konsumsi Tablet Zat Besi dengan Anemia pada Ibu Hamil di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2019

Pada penelitian ini diketahui bahwa dari responden 55 responden dengan konsumsi tablet zat besi diketahui bahwa dari responden 55 responden dengan tidak cukup sebanyak 30 orang (54,5%), dan cukup sebanyak 25 orang (45,5%). Anemia diketahui bahwa dari responden 55 responden dengan anemia ringan sebanyak 34 orang (61,8%), anemia sedang sebanyak 17 orang (30,9%) dan anemia berat sebanyak 4 orang (7,3%).

Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa nila p-value = 0,000<0,05, artinya ada Hubungan konsumsi tablet zat besi dengan Anemia pada Ibu Hamil di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2019.

Berdasarkan penelitian Putri Dewi Anggaraini tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Tahun 2018 yaitu Ada

(12)

Hubungan yang Bermakna antara Faktor Konsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2018 dengan p-value 0,022.(5)

Kebutuhan tablet besi cukup tinggi karena selain diperlukan untuk janin dan plasenta juga karena adanya proses retensi air atau penambahan cairan sebanyak 40% dalam tubuh ibu. Jumlah tablet besi yang dianjurkan pada ibu hamil adalah 18 mg perhari. Kebutuhan yang dianjurkan tersebut sulit diperoleh dari sumber makanan saja tanpa penambahan zat besi dalam makanan. Dalam makanan biasa terdapat 10-20 mg besi setiap hari, tetapi hanya < 10% dari jumlah tersebut yang diabsorbsi.

Kekurangan zat besi sejak sebelum kehamilan bila tidak diatasi dapat mengakibatkan ibu hamil menderita anemia. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko kematian pada saat melahirkan, melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, janin dan ibu mudah terkena infeksi, keguguran, dan meningkatkan risiko bayi lahir prematur.(1)

Waktu yang tepat untuk minum tablet zat besi adalah pada siang hari, hal ini untuk mengurangi rasa mual yang timbul setelah ibu meminumnya. Jika ibu meminum tablet besi pada pagi hari maka ibu akan mual muntah karena salah satu efeknya menimbulkan rasa tidak enak pada perut. Tablet besi sebaiknya diminum dengan menggunakan air jeruk atau air putih, karena membantu proses penyerapan zat besi. Dan hindari minum tablet zat besi dengan menggunakan air teh, susu dan kopi,

karena akan menghambat proses penyerapan absorpsi zat besi.

Sebaiknya diperhatikan kombinasi makanan sehari-hari, yang terdiri atas campuran sumber besi dari hewani dan tumbuh-tumbuhan serta sumber gizi lain yang dapat membantu absorpsi. Menu makanan sebaiknya terdiri atas nasi, daging ayam/ikan, kacang-kacangan, serta sayuran dan buah-buahan yang kaya akan vitamin C.

Menurut asumsi peneliti bahwa konsumsi tablet zat besi mempengaruhi anemia pada ibu hamil, ibu dengan komsumsi tablet zat besi yang cukup maka ibu tidak akan menderita anemia dimana simpanan darah dalam tubuh ditambah untuk proses menambah jumlah haemoglobin darah. Akan tetapi dalam penelitian ini, masih ada ibu yang mengkonsumsi tablet Fe dengan cukup masih menderita anemia dalam kehamilan. Hal ini dikarenakan ibu mengkonsumsi tablet Fe dengan dicampur minum kopi supaya tidak tercium aroma bau dari tablet Fe. Kopi mengandung kafein yang dapat menghambat proses penyerapan zat besi karena kandungan tannin. Minum kopi yang mengandung kafein akan membuat seseorang sering buang air kecil. Jika dilakukan bersamaan dengan konsumsi tablet zat besi akan membuat beberapa nutrisi penting ikut terbunag. Jadi, sebaiknya ketika ibu mengkonsumsi tablet zat besi dengan menggunakan air putih atau air jeruk. Selain itu, sebagian ibu rajin mengkonsumsi tablet Fe tetapi tidak dibarengi dengan makan-makanan yang bergizi karena status sosial ekonomi yang rendah.

(13)

Hubungan Status Gizi dengan Anemia pada Ibu Hamil di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2019

Pada penelitian ini diketahui bahwa dari dari responden 55 responden status gizi diketahui bahwa dari responden 55 responden dengan <23,5 sebanyak 28 orang (50,9%), dan > 23,5 sebanyak 27 orang (49,1%). Anemia diketahui bahwa dari responden 55 responden dengan anemia ringan sebanyak 34 orang (61,8%), anemia sedang sebanyak 17 orang (30,9%) dan anemia berat sebanyak 4 orang (7,3%).

Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa nila p-value = 0,000<0,05, artinya ada Hubungan status gizi dengan Anemia pada Ibu Hamil di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2019.

Berdasarkan penelitian Cintia Ery Deprika yang berjudul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas Matrijeron Yogyakarta Tahun 2017 mengatakan bahwa hasil analisis uji statistik menunjukkan bahwa status gizi p-value = 0,000 yang memiliki hubungan dengan kejadian anemia. Variabel yang memiliki nilai koefisien korelasi yang lebih tinggi keeratan hubungannya yaitu status gizi sebesar 0,594 dengan tingkat hubungan sedang.(15)

Salah satu cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan antropometri. Beberapa macam

antropometri yang telah digunakan antara lain: berat badan (BB), panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LILA), lingkar kepala (LK), lingkar dada (LD) dan lapisan lemak bawah kulit (LLBK). Cara penilaian status gizi ibu hamil antara lain dengan mengukur lingkar lengan atas atau LILA. Dan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan ukuran LILA dalam menentukan status gizi.

Ukuran LILA dengan anemia bahwa LILA menggambarkan status gizi ibu hamil dan untuk mengetahui resiko kurang energi kronis atau gizi kurang. Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan gizi lainnya meningkat selama kehamilan terutama peningkatan kebutuhan zat besi. Hal ini disebabkan volume darah dalam tubuh meningkat sampai 35%. Ini ekuevalen dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Jika kebutuhan zat gizi tidak terpenuhi maka akan menyebabkan anemia dalam kehamilan.

Kondisi bayi dalam kandungan seorang ibu sangat dipengaruhi keadaan gizi ibu sebelum dan selama mengandung. Wanita hamil berisiko mengalami Kurang Energi Kronik (KEK) jika memiliki lingkar lengan atas (LILA) yang kurang dari 23,5. Ibu hamil yang KEK akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). KEK juga bisa menjadi penyebab tidak langsung kematian ibu, karena KEK pada wanita hamil bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya anemia pada kehamilan. Anemia pada kehamilan bisa

(14)

menyebabkan perdarahan yang nantinya bisa mengakibatkan kematian baik pada ibu maupun janin/bayi dilahirkannya.(10)

Menurut asumsi peneliti bahwa status gizi mempengaruhi anemia pada ibu hamil, ibu dengan status gizi yang baik maka ia memiliki simpanan darah dalam tubuh dengan jumlah haemoglobin darah yang baik, hal ini yang dapat mempengaruhi terjadi anemia jika ibu tidak memiliki status gizi yang baik. Akan tetapi dalam penelitian ini masih ada ibu yang memiliki status gizi yang baik menderita anemia selama kehamilan. Menurut hasil wawancara, sebagian ibu memang tidak mengkonsumsi tablet Fe dengan alasan jarang melakukan pemeriksaan ke posyandu sehingga tidak pernah mendapat tablet Fe. Sehingga mereka juga tidak pernah mendapat penyuluhan kesehatan tentang anemia pada kehamilan.

Hubungan Peran Petugas Kesehatan dengan Anemia pada Ibu Hamil di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2019

Pada penelitian ini diketahui bahwa bahwa dari responden 55 responden peran petugas kesehatan diketahui bahwa dari responden 55 responden dengan kurang sebanyak 34 orang (61,8%), dan baik sebanyak 21 orang (38,2%). Anemia diketahui bahwa dari responden 55 responden dengan anemia ringan sebanyak 34 orang (61,8%), anemia sedang sebanyak 17 orang (30,9%) dan anemia berat sebanyak 4 orang (7,3%).

Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa nila p-value = 0,000<0,05, artinya ada

Hubungan peran petugas kesehatan dengan Anemia pada Ibu Hamil di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2019.

Berdasarkan Penelitian Meidila Putri tentang Hubungan Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi Tablet Fe Tahu 2016 mengatakan bahwa responden yang tidak diberikan konseling lebih banyak yang tidak patuh mengkonsumsi tablet Fe (66,7%) dibandingkan dengan yang diberikan konseling (36,4 %). Hasil uji statistic diperoleh nilai p-value = 0,034, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antar hubungan peran tenaga kesehatan dengan tingkat kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe.

Petugas kesehatan berperan pada tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi. Peran petugas kesehatan antara lain ebagai komunikator yaitu petugas seharusnya memberikan informasi secara jelas kepada pasien. Pemberian informasi sangat diperlukan karena komunikasi diperlukan untuk mengkondisikan faktor kurangnya pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, mereka berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Sebagai motivator yaitu petugas harus menanyakan kepatuhan ibu hamil minum tablet besi sesuai dengan ketentuan dan ketersediaannya cukup. Tablet zat besi harus diminum satu tablet sehari selama 90 hari. Sebagai fasilitator bagi klien untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Sebagai

(15)

fasilitator bidan dilengkapi dengan buku pedoman pemberian tablet besi dengan tujuan agar petugas mampu melaksanakan pemberian tablet besi pada kelompok sasaran dalam upaya menurunkan prevalensi anemia.

Petugas sebagai konselor dengan membantu ibu hamil mencapai perkembangan yang optimal dalam batas-batas potensi yang dimiliki dan secara khusus bertujuan untuk mengarahkan perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku sehat, membimbing ibu belajar membuat keputusan dan membimbing ibu mencegah timbulnya masalah.(16)

Agar ibu hamil bisa patuh diperlukan peran petugas kesehatan, perlu ditingkatkan pelayanannya seperti dengan cara petugas kesehatan memberikan atau menginformasikan pentingnya tablet besi, bahaya anemia dan menganjurkan agar ibu hamil meminum tablet besi (Fe) dengan baik dan teratur, contohnya dengan rutin memberikan penyuluhan.(17)

Menurut asumsi peneliti bahwa peran petugas kesehatan mempengaruhi anemia pada ibu hamil, ibu dengan peran petugas kesehatan yang baik, maka ia akan rutin meminum tablet zat besi agar tubuh memiliki simpanan darah yang menambah jumlah haemoglobin darah. Akan tetapi dalam hasil penelitian ini masih ada ibu yang menderita anemia dalam kehamilan meskipun ibu tersebut sudah mendapat konseling dengan baik. Hal ini dikarenakan kurangnya kepedulian ibu untuk menerapkan penyuluhan kesehatan yang disampaikan petugas kesehatan dan status ekonomi yang rendah yang membuat ibu sulit untuk mendapat makan-makanan yang bergizi.

KESIMPULAN

1. Ada hubungan Pengetahuan dengan Anemia pada Ibu Hamil dengan hasil uji-square pada tingkat kepercayaaan 95% dan nilai sig_α = 0,05 didapatkan hasil dengan p sebesar 0,000 dimana p <0,05

2. Ada hubungan Paritas dengan Anemia pada Ibu Hamil dengan hasil uji-square pada tingkat kepercayaaan 95% dan nilai sig_α = 0,05 didapatkan hasil dengan p sebesar 0,000 dimana p <0,05

3. Ada hubungan Konsumsi Tablet Besi dengan Anemia pada Ibu Hamil dengan hasil uji-square pada tingkat kepercayaaan 95% dan nilai sig_α = 0,05 didapatkan hasil dengan p sebesar 0,000 dimana p <0,05 4. Ada hubungan Status Gizi (Ukuran LILA)

dengan Anemia pada Ibu Hamil dengan hasil uji-square pada tingkat kepercayaaan 95% dan nilai sig_α = 0,05 didapatkan hasil dengan p sebesar 0,000 dimana p <0,05 5. Ada hubungan Peran Tenaga Kesehatan

dengan Anemia pada Ibu Hamil dengan hasil uji-square pada tingkat kepercayaaan 95% dan nilai sig_α = 0,05 didapatkan hasil dengan p sebesar 0,000 dimana p <0,05

SARAN Bagi Responden

Ibu hamil diharapkan lebih meningkatkan kepedulian terhadap konsumsi tablet Fe, hadir dalam setiap penyuluhan yang diadakan petugas kesehatan, memperhatikan setiap diberikan pendidikan kesehatan agar mengerti akan manfaat dan efek samping dari konsumsi tablet Fe sehingga ibu tetap sehat

(16)

selama masa kehamilan serta terhindar dari anemia.

Bagi Institusi Kesehatan Helvetia

Diharapkan menjadi salah satu upaya pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu kebidanan dalam mengkaji apa saja faktor yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil serta menambah dokumentasi diperpustakaan sekaligus bahan bacaan di Institut Kesehatan Helvetia.

Bagi Puskemas Pangaribuan

Diharapkan dapat membuat kebijakan baru terkait dengan penanggulangan anemia pada ibu hamil dengan melakukan penyuluhan dan pemantauan pengkonsumsian tablet Fe setiap bulannya. Dan diharapkan agar petugas kesehatan lebih aktif dalam pemberian informasi tentang dampak dan pencegahan anemia. Tidak hanya sebatas tablet besi yang dapat meningkatkan haemoglobin tetapi informasi makanan yang dapat membantu penyerapan zat besi perlu disampaikan kepada ibu hamil.

Bagi Peneliti Selanjutnya

diharapkan menambahkan faktor-faktor lain yang turut berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil seperti pendidikan, umur, pekerjaan, dan sebagainya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih peneliti ucapkan kepada Puskesmas Pangaribuan yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian dan telah menerima

peneliti dengan baik selama dalam melakukan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

1. Manuaba IB. Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC; 2012.

2. Profil Kesehatan. Profil Kesehatan Sumatera Utara Medan. 2015.

3. Riskesdas. Hasil Utama Riskesdas Tentang Prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia 2018. 2018;

4. Asyirah S. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Bajeng Kabupaten Gowa Tahun 2012. 2012;

5. Anggraini PD. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Tahun 2018. 2018;7(15):33–8.

6. Ariyani R. .Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III Di Wilayah Kerja Puskesmas Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.

7. Husin. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti Paradigma Baru Dalam Asuhan Kebidanan. SS, editor. Jakarta; 2014. 8. Sulistyoningsih H. Gizi untuk

Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2011.

9. Simbolon M, Kebidanan A, Elisabeth S, Ttu K, Ntt P. Anemia Pada Ibu

Hamil Di Puskesmas

Maubesikabupaten Timor Tengah Utara Tahun 2018. 2018;36–45.

10. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Kemenkes RI 2015; 2015.

11. Muhammad I. Panduan Penyusunan Karya tulis Ilmiah Bidang Kesehatan Menggunakan Metode Ilmiah. Bandung: Cipta pustaka Media Perintis; 2016.

12. Nurseha, Annisa ZB. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil. Faletehan Heal J. 2017;4(5):140–7.

13. Harahap NR. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri. Nurs Arts. 2018;12(2):78–90.

(17)

14. Rencana Strategi Kesehatan Indonesia. Rencana Strategi Kementrian Kesehatan Indonesia Tahun 2015-2019. Jakarta: Rencana Strategi Kesehatan Indonesia; 2015.

15. Cintia. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Mantrijeron. 2017;

16. Petugas P, Dan K, Ibu K. Peran petugas kesehatan dan kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet besi. 2013;7(2):83–8.

17. Kenang MC, Maramis FRR, Wowor R, Kesehatan F, Universitas M, Ratulangi S, et al. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi ( fe ) di puskesmas sawang kabupaten siau tagulandang biaro . an Masyarakat , 2016 ). Puskesmas n Kesehatan Masyarakat ( 2016 ), anemia umumnya terjadi di seluruh

Referensi

Dokumen terkait

dengan kejadian anemia dapat disimpulkan bahwa ibu hamil yang patuh mengkonsumsi tablet Fe memiliki resiko kejadian anemia lebih rendah dibandingkan ibu hamil yang

Hasil penelitian didapatkan hasil 53 responden yang anemia (91,4%), dan 5 responden tidak anemia (8,6%), tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil

Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu hamil tentang anemia dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Banyumas tahun

Oleh karena itu pengetahuan akan gizi dan kesehatan yang baik dapat membantu ibu hamil menjalani masa kehamilan dengan baik pula.Dengan adanya booklet anemia,

Pada tabel 8 dapat dilihat bahwa ibu hamil dengan asupan protein yang kurang dan mengalami anemia sebanyak 28,6% dan jumlah ibu hamil yang memiliki asupan protein baik

Studi survei karakteristik ibu hamil dengan kejadian anemia yang dilakukan oleh Yuniarti (2008) didapatkan bahwa ibu hamil yang menderita anemia lebih banyak

Ibu hamil anemia memiliki kadar serum EPO lebih rendah dibandingkan ibu hamil tidak anemia, juga ditemukan konsentrasi EPO dalam darah tali pusat bayi baru lahir bayi yang lahir

SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel umur ibu, umur kehamilan dan paritas terhadap anemia pada ibu hamil adalah 0,002, yang berarti bahwa ketiga