• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN MAKAN PADA REMAJA PEREMPUAN DI MODELING SCHOOL RIA NATALINA PURBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN MAKAN PADA REMAJA PEREMPUAN DI MODELING SCHOOL RIA NATALINA PURBA"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

RIA NATALINA PURBA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

(2)

The objective research was to analyze the factors associated with eating disorders in adolescent girls. Research design used in this was cross sectional study. The number of samples were are 50 adolescent girls from Modeling school aged 15-22. There are 25 adolescent girls with eating disorders and 25 people (50.0%) classified as normal. This type of eating disorders are as follow: 15 girls with no specified eating disorder, six girls with binge eating disorder, three girls with anorexia nervosa, and one person with bulimia nervosa. There is a significant association between eating disorders and the self-confidence (OR=6.47; 95%CI=1.230-34.012; p=0.017), body image distortion (OR= 7.58; 95%CI=0.839-68.461; p=0.04), the peer criticism (OR=4.89; 95%CI=1.150-20.790; p=0.024) and mass media (OR=6.47; 95%CI=1.230-34.012; p=0.017) (p<0.05).

(3)

BRIAWAN.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan makan pada remaja perempuan di Modeling School. Adapun tujuan khususnya adalah: 1) mengkaji hubungan antara distorsi citra tubuh dengan gangguan makan; 2) mengkaji hubungan antara rasa percaya diri dengan gangguan makan; 3) mengkaji hubungan antara teman sebaya dengan gangguan makan; 4) mengkaji hubungan antara media massa dengan gangguan makan; 5) mengkaji hubungan antara riwayat diet dengan gangguan makan; 6) mengkaji hubungan antara kebiasaan makan dengan gangguan makan.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian dilakukan pada dua Modeling School di Jakarta. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria remaja perempuan yang mengikuti kegiatan modeling di Modeling School dengan umur 15-22 tahun dan bersedia untuk diwawancarai. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 50 orang. Penelitian dilakukan selama bulan November-Desember 2011.

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang dan lingkar pinggul) yang diperoleh melalui penimbangan dan pengukuran secara langsung. Penimbangan berat badan menggunakan timbangan seca, pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise, sedangkan pengukuran lingkar pinggang dan lingkar pinggul menggunakan meteran plastik. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak Modeling School mengenai gambaran umum lokasi Modeling School. Data sekunder digunakan sebagai data pendukung. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan uji chi square.

Sebanyak 25 orang (50.0%) responden mengalami gangguan makan dan sebanyak 25 orang (50.0%) responden tergolong normal. Tipe gangguan makan yang paling banyak dialami responden adalah tipe EDNOS (Eating Disorder Not Otherwise Specified) yaitu sebanyak 15 orang (30.0%) sedangkan paling sedikit adalah tipe bulimia nervosa yaitu sebanyak satu orang (2.0%). Sedangkan responden yang mengalami tipe anorexia nervosa sebanyak tiga orang (6.0%) dan binge eating disorder sebanyak enam orang (12.0%).

Sebanyak 94.0% responden memiliki status gizi kurus, sedangkan normal hanya 6.0%. Sebanyak 43 orang (86.0%) mempengaruhi penilaian pada berat badan dan bentuk tubuh mereka dan responden yang tidak mengalami menstruasi selama tiga bulan terakhir sebanyak tiga orang (6.0%) dengan rata-rata usia responden adalah 19 tahun.

Sebanyak 45 orang (90.0%) responden pernah makan dengan porsi yang sangat banyak dan merasa tidak dapat berhenti makan, sedangkan responden yang melakukan perilaku kompensasi (sengaja membuat dirinya muntah, menggunakan obat pencahar, sengaja tidak makan dan melakukan olahraga untuk mencegah kenaikan berat badan ≥ 8 kali dalam satu minggu selama tiga bulan terakhir) hanya terjadi pada satu orang responden (2.0%).

Frekuensi perilaku kompensasi terbanyak yang dilakukan oleh responden adalah olahraga berlebihan dengan frekuensi dua kali/minggu dengan jumlah responden sebanyak 14 orang (28.0%) dan selama tiga bulan terakhir sengaja

(4)

sebanyak 90.0%.

Responden yang termasuk kedalam gangguan makan tipe eating disorder not otherwise specified (EDNOS) berjumlah 15 orang (30.0%). Jumlah tersebut diperoleh dari responden yang memenuhi sebagian kriteria anorexia nervosa sebanyak 11 orang (22.0%), memenuhi sebagian kriteria bulimia nervosa sebanyak satu orang (2.0%), dan memenuhi sebagian kriteria binge eating sebanyak 3 orang (6.0%).

Persepsi responden mengenai bentuk tubuhnya saat ini yang paling banyak menjawab bentuk tubuh mereka merasa sedang yaitu sebanyak 24 orang (48.0%), merasa gemuk 23 orang (46%). Alasan responden merasa tubuhnya sedang atau gemuk adalah perut, paha dan lengan terlalu besar. Responden yang ingin menurunkan berat badan sebanyak 40 orang (80.0%) dan tinggi badan belum sesuai dengan yang diinginkan sebanyak 33 orang (66%).

Persepsi responden mengenai bentuk tubuh ideal paling banyak adalah badan tinggi >170 cm sebanyak 90.0%, paha kecil 76.0% dan badan langsing 74.0%. Hal ini menunjukkan adanya ketidakpuasan mengenai bentuk tubuh mereka sendiri. Ketidakpuasan tersebut dapat membawa dampak negatif pada dirinya sendiri, dimana ketidakpuasan tersebut dapat berdampak pada gangguan makan.

Sebanyak 35 orang (70.0%) responden pernah mengalami ejekan mengenai berat badan responden yang gemuk dan 20 orang (40.0%) merasa kesal dan tersinggung dengan ejekan tersebut. Sedangkan responden yang pernah mengalami ejekan tentang tinggi badan pada responden yang mengalami gangguan makan lebih banyak dibandingkan responden yang tidak mengalami gangguan makan.

Frekuensi mengakses media massa (majalah/tabloid, televisi, internet) paling banyak adalah lebih dari dua kali dalam seminggu. Frekuensi membaca majalah/tabloid lebih dari dua kali dalam seminggu adalah sebanyak 41 orang (82.0%), televisi sebanyak 39 orang (78.0%). Sedangkan internet sebanyak 46 orang (92.0%).

Responden yang mengalami gangguan makan, sebanyak 22 orang (88.0%) responden pernah melakukan diet dan 17 orang (68.0%) diantaranya melakukan diet rendah lemak. Sedangkan sebanyak 13 orang mengatakan sedikit puas dengan hasil diet mereka. Pada responden yang tidak mengalami gangguan makan sebanyak 17 orang (68.0%) pernah melakukan diet, dan diet yang dilakukan adalah rendah karbohidrat dan rendah lemak masing-masing sebanyak 8 orang (32.0%) dan sebanyak 9 orang menyatakan sedikit puas dengan diet yang dilakukan.

Sebanyak 25 orang (50.0%) responden mengonsumsi makanan pokok kurang dari tiga porsi dalam sehari, 33 orang (66.0%) responden mengonsumsi lauk nabati kurang dari dua porsi dalam sehari, 47 orang (94.0%) responden mengonsumsi buah kurang dari tiga porsi sehari, dan sebanyak 44 orang (88.0%) responden mengonsumsi air putih kurang dari dua liter dalam sehari.

Jenis suplemen yang paling banyak dikonsumsi responden adalah pencahar yaitu sebanyak 25 orang (50.%), dimana pada responden yang mengalami gangguan makan sebanyak 10 orang (40%) dan responden yang tidak mengalami gangguan makan 15 orang (60%). Konsumsi suplemen pencahar pada responden dengan tipe anorexia nervosa sebanyak tiga orang (100.0%), bulimia nervosa satu orang (100.0%), eating disorder not otherwise

(5)

diri (OR=6.47; 95%CI=1.230-34.012; p=0.017), distorsi citra tubuh (OR= 7.58; 95%CI=0.839-68.461; p=0.04), kritik teman sebaya (OR=4.89; 95%CI=1.150-20.790; p=0.024) dan media massa (OR=6.47; 95%CI=1.230-34.012; p=0.017). Hubungan yang tidak signifikan dengan gangguan makan adalah riwayat diet dan kebiasaan makan (p>0.05).

(6)

RIA NATALINA PURBA

Skipsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

(7)

Makan pada Remaja Perempuan di Modeling School Nama : Ria Natalina Purba

NIM : I14096046

Disetujui : Dosen Pembimbing

(Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN) NIP 19660701 199002 1 001

Diketahui,

Ketua Departemen Gizi Masyarakat

(Dr. Ir. Budi Setiawan, MS) NIP: 19621218 198703 1 001

(8)

rahmat-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Makan pada Remaja Perempuan di Modeling School” ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN yang telah senantiasa sabar membimbing dalam penulisan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pemandu seminar skipsi.

3. Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, M. Kes selaku dosen penguji skripsi yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. 4. Dr. Ir. Budi Setiawan, MS selaku ketua Departemen Gizi Masyarakat.

5. dr. Yekti Hartati Effendi selaku dosen pembimbing akademik.

6. Yuni, Ria, Iga, Aryo selaku pembahas seminar atas kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

7. Ayah, Ibu, Kakak, adik serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.

8. Teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu memberi dukungan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Maret 2012

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Onan Simamora Kabupaten Tapanuli Utara Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 17 Desember 1987. Penulis merupakan anak ke enam dari tujuh bersaudara dari Bapak Bulus Tuana Purba dan Ibu Tiambun Manalu. Pendidikan pertama penulis adalah SD N 1 Pagaran (1994-2000), SMP N 1 Pagaran (2000-2003), dan SMA N 1 Pagaran (2003-2006).

Tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor program Diploma III melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada program keahlian Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi. Tahun 2009 penulis melanjutkan kuliah strata 1 di Departemen Gizi Masyarakat Mayor Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi Mahasiswa, penulis aktif dalam kepengurusan organisasi, panitia kegiatan dan hadir di berbagai seminar. Tahun 2011 penulis melaksanakan Internship Dietetik di RSUD Ciawi Bogor dan melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Winduaji Kabupaten Brebes. Jawa Tengah.

(10)

Halaman

DAFTAR TABEL...iv

DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR LAMPIRAN ...vi

PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan ... 3 Tujuan umum ... 3 Tujuan Khusus ... 3 Kegunaan ... 3 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Remaja dan Model ... 4

Konsumsi Pangan ... 5

Gangguan Makan... 6

Anorexia Nervosa... 7

Bulimia Nervosa... 8

Binge eating... 10

Eating Disorder Not Otherwise Specified (EDNOS)... 11

Citra Tubuh ... 12

Rasa Percaya Diri ... 13

Media Massa... 14

Teman Sebaya... 15

KERANGKA PEMIKIRAN ... 17

METODE PENELITIAN ... 19

Desain, Tempat dan Waktu... 19

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh... 19

Jenis dan Cara Pengumpulan Data... 19

Pengolahan dan Analisis Data ... 20

Definisi Operasional ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

Gambaran Umum Lokasi ... 25

Karakteristik Contoh... 25

Gangguan Makan... 27

Anorexia Nervosa... 29

Bulimia Nervosa... 31

Binge Eating... 34

Rasa Percaya Diri ... 36

Distorsi Citra Tubuh ... 38

Teman Sebaya... 41

Media Massa... 43

Konsumsi Pangan ... 47

Riwayat Diet... 47

(11)

KESIMPULAN DAN SARAN... 53

Kesimpulan ... 53

Saran ... 54

(12)

Halaman

Tabel 1 Karakteristik responden ... 26

Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan tipe gangguan makan... 27

Tabel 3 Karakteristik remaja perempuan yang mengalami gangguan makan di Modeling School ... 28

Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan persepsi terhadap berat badan dan bentuk tubuh... 29

Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan anorexia nervosa... 30

Tabel 6 Distribusi responden berdasarkan bulimia nervosa... 31

Tabel 7 Distribusi responden berdasarkan perilaku kompensasi dalam tiga bulan terakhir ... 32

Tabel 8 Distribusi responden berdasarkan frekuensi perilaku kompensasi dalam satu minggu pada tiga bulan terakhir ... 33

Tabel 9 Distribusi responden berdasarkan binge eating ... 34

Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan rasa percaya diri... 36

Tabel 11 Distribusi responden berdasarkan rasa percaya diri... 37

Tabel 12 Distribusi responden berdasarkan persepsi bentuk tubuh, tinggi badan dan bagian-bagian tubuh yang belum sesuai dengan yang diinginkan ... 38

Tabel 13 Distribusi responden berdasarkan persepsi bentuk tubuh ideal... 39

Tabel 14 Distribusi responden berdasarkan distorsi citra tubuh ... 40

Tabel 15 Distribusi responden berdasarkan teman sebaya... 41

Tabel 16 Distribusi responden berdasarkan kritik teman sebaya ... 42

Tabel 17 Distribusi responden berdasarkan frekuensi akses media massa ... 44

Tabel 18 Distribusi responden berdasarkan jenis media massa ... 45

Tabel 19 Distribusi responden berdasarkan figur model yang disukai... 46

Tabel 20 Distribusi responden berdasarkan media massa... 47

Tabel 21 Distribusi responden berdasarkan komponen riwayat diet ... 48

Tabel 22 Distribusi responden berdasarkan riwayat diet... 49

Tabel 23 Distribusi responden berdasarkan komponen kebiasaan makan... 50

Tabel 24 Distribusi responden berdasarkan kebiasaan makan ... 51

(13)

Halaman

(14)

Lampiran 1 Bahan kuesioner penelitian ... 59 Lampiran 2 Data berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang, lingkar pinggul

dan status gizi responden ... 68 Lampiran 3 Data karakteristik responden berdasarkan tipe gangguan makan... 70 Lampiran 4 Hasil uji chi square hubungan rasa percaya diri dengan gangguan

makan... 71 Lampiran 5 Hasil uji chi square hubungan distorsi citra tubuh dengan

gangguan makan ... 71 Lampiran 6 Hasil uji chi square hubungan kritik teman sebaya dengan

gangguan makan ... 71 Lampiran 7 Hasil uji chi square hubungan media massa dengan gangguan

makan... 71 Lampiran 8 Hasil uji chi square hubungan riwayat diet dengan gangguan

makan... 72 Lampiran 9 Hasil uji chi square hubungan kebiasaan makan dengan gangguan

(15)

Perempuan cenderung sangat memperhatikan bentuk tubuh dan menurut persepsi mereka bentuk tubuh yang ideal adalah tubuh yang kurus dan langsing Berdasarkan persepsi yang salah tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan makan yang akan berdampak buruk bagi status gizi individu tersebut. Gangguan makan yang umum diderita khususnya oleh remaja perempuan adalah bulimia nervosa, anorexia nervosa dan binge eating. Bukti terbaru menunjukkan bahwa prevalensi perilaku makan menyimpang ini meningkat di Negara-negara barat.

Wanita lebih mungkin mengalami gangguan makan daripada laki-laki. Menurut NIHM (2006) hanya 5-15% laki-laki yang mungkin mengalami anorexia nervosa dan bulimia nervosa. Studi di Amerika pada tahun 2000 mengestimasi bahwa 0.5-3.7% wanita menderita anorexia nervosa. Perempuan dengan umur 12-24 tahun memiliki resiko kematian 12 kali lebih tinggi dibandingkan teman sebayanya yang tidak menderita anorexia nervosa. Hal serupa juga terjadi pada angka bulimia nervosa, sekitar 1-5% remaja perempuan di Amerika Serikat memiliki kriteria penderita bulimia nervosa. Sedangkan menurut Amerika Psychiatric Association (1994) dalam Broussard (2004) bulimia nervosa mempengaruhi 1-3% dari populasi di Amerika Serikat (AS), dan lebih dari 90% dari kasus yang dilaporkan adalah perempuan. Selain itu gangguan makan dengan tipe binge eating disorder juga memiliki angka kejadian yang tidak sedikit. Sebuah studi di Inggris menyebutkan bahwa lebih dari 2% (1-2 juta)orang dewasa menderita binge eating.

Di Indonesia belum banyak penelitian mengenai perilaku makan menyimpang karena masih dianggap masalah yang sepele dan belum banyak terkuaknya kasus tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2009) membuktikan bahwa dari 61 remaja perempuan pada Modeling School di Jakarta, sebanyak 38 orang (58.5%) responden mengalami gangguan makan dengan spesifikasi anorexia nervosa sebanyak 3.1%, bulimia nervosa 1.5%, binge eating disorder 3.1% dan eating disorder not otherwise specified (EDNOS) sebanyak 50.8%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sudah terjadi gangguan makan di Indonesia.

(16)

Gangguan makan dapat memberikan dampak yang cukup serius. Pada penderita anorexia nervosa dapat menyebabkan terjadinya kemunduran sistem imunitas karena kekurangan gizi, gangguan lambung, penyakit jantung koroner, kerusakan hati higga kematian. Dampak dari bulimia nervosa adalah kerusakan enamel gigi, penurunan kadar kalium darah, perdarahan esofagus dan kematian. Pada penderita binge eating adalah terjadinya ruptur gastric atau esofagus dan obesitas karena tidak terkontrolnya pola makan penderita. Sedangkan pada penderita eating disorder not otherwise specified (EDNOS) jika tidak ditangani dengan segera dapat mengarah pada gangguan makan yang lebih parah yaitu anorexia nervosa dan bulimia nervosa.

Kepercayaan diri, distorsi citra tubuh, kritikan mengenai bentuk tubuh dari teman sebaya dan perilaku diet adalah faktor terjadinya gangguan makan. Beberapa faktor resiko yang menyebabkan terjadinya gangguan makan yaitu gender, ras/etnis, kebiasaan makan dan masalah saluran pencernaan, penilaian negatif diri, kekerasan seksual serta perhatian lebih terhadap berat dan bentuk tubuh. Media baik media cetak maupun elektroik juga sebagai salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan makan pada remaja dan media cetak lebih memberikan dampak yang nyata terhadap terjadinya gangguan makan (Gonzalez et al 2003).

Minimnya laporan dan penelitian mengenai gangguan makan di Indonesia merupakan salah satu alasan dilakukannya penelitian ini. Remaja khususnya yang berkecimpung dalam dunia modeling merupakan salah satu populasi yang rentan terhadap terjadinya gangguan makan, hal tersebut dipengaruhi tuntutan pekerjaan yang mengharuskan mereka memiliki tubuh yang kurus agar terlihat lebih menarik pada saat tampil di depan umum, sehingga tidak sedikit usaha yang dilakukan agar berat badan dan bentuk tubuh tetap terlihat kurus. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian pada remaja perempuan yang mengikuti kegiatan modeling tentang faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan makan pada remaja perempuan di Modeling School.

(17)

Tujuan Tujuan umum

Mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan makan pada remaja perempuan di Modeling School.

Tujuan Khusus

1. Mengkaji hubungan antara distorsi citra tubuh dengan gangguan makan pada remaja perempuan di Modeling School.

2. Mengkaji hubungan antara rasa percaya diri dengan gangguan makan pada remaja perempuan di Modeling School.

3. Mengkaji hubungan antara teman sebaya dengan gangguan makan pada remaja perempuan di Modeling School.

4. Mengkaji hubungan antara media massa dengan gangguan makan pada remaja perempuan di Modeling School.

5. Mengkaji hubungan antara riwayat diet dengan gangguan makan pada remaja perempuan di Modeling School.

6. Mengkaji hubungan antara kebiasaan makan dengan gangguan makan pada remaja perempuan di Modeling School.

Kegunaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan makan pada remaja perempuan dan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya. selain itu diharapkan pada remaja perempuan khususnya yang berprofesi sebagai model agar lebih mengetahui bahwa tubuh ideal bukan tubuh kurus. Karena persepsi yang salah dapat mengakibatkan terjadinya gangguan makan yang akan berdampak buruk bagi status gizi dan kesehatan.

(18)

Masa remaja merupakan jalan panjang yang menjembatani periode kehidupan anak dan orang dewasa, yang berawal pada usia 9-10 tahun dan berakhir di usia 18 tahun. Pertumbuhan yang disertai dengan perubahan fisik, memicu berbagai kebingungan. Golongan remaja rentan akan adanya berbagai pengaruh dari luar yang dapat dengan mudah langsung diikuti. Masa remaja merupakan perubahan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa ini banyak terjadi perubahan, baik secara fisik, mental maupun sosial. Perubahan ini perlu didukung oleh kebutuhan makanan (zat-zat gizi) yang tepat dan memadai. (Garwati dan Wijayati 2010).

Menurut Cash (2002) jenis kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi dalam perkembangan gambaran tubuh seseorang. Pada umumnya, remaja perempuan lebih kurang puas dengan keadaan tubuhnya dan memiliki lebih banyak gambaran tubuh yang negatif dibandingkan dengan remaja laki-laki. Hal tersebut dikarenakan pada saat mulai memasuki masa remaja, seseorang perempuan akan mengalami peningkatan lemak tubuh yang membuat tubuhnya semakin jauh dari bentuk tubuh yang ideal, sedangkan remaja laki-laki menjadi lebih puas karena massa otot yang meningkat (Santrock 2003). Ketidakpuasan terhadap gambaran tubuh pada remaja perempuan umumnya mencerminkan keinginan untuk menjadi lebih langsing sedangkan pada remaja laki-laki ketidakpuasan terhadap tubuhnya juga timbul karena keinginan untuk menjadi lebih besar, lebih tinggi dan berotot (Evans et al 2008).

Masa remaja merupakan masa “rawan gizi” karena kebutuhan akan gizi sedang tinggi-tingginya. Hal ini yang menyebabkan sering timbul masalah gizi pada remaja putri. Masalah gizi pada remaja putri akan berdampak negatif pada kesehatan. Misalnya penurunan konsentrasi belajar, risiko melahirkan bayi dengan BBLR (berat badan lahir rendah) dan penurunan kesegaran jasmani. Banyak penelitian telah dilakukan menunjukkan kelompok remaja perempuan menderita atau mengalami banyak masalah gizi. Masalah gizi tersebut antara lain anemia dan indeks massa tubuh (IMT) kurang dari batas normal atau kurus.

Banyak remaja perempuan menginginkan bentuk tubuh yang sempurna dan terpengaruh iklan untuk mengurangi berat badan atau membentuk tubuh yang ideal menurut iklan. Permasalahan yang sering dialami oleh remaja perempuan adalah rasa tidak percaya diri karena tubuh dinilai kurang atau tidak

(19)

ideal, baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri. Hal itu yang membuat remaja jadi tidak mau memperhatikan asupan makanan yang bergizi karena yang bergizi tersebut mereka anggap membuat tubuh menjadi gemuk atau melar. Padahal, pada masa remaja kebutuhan gizi sangat penting untuk diperhatikan (Evans et al 2008).

Dunia model merupakan usaha menjual jasa, dimana model menjadi mediator antara desainer atau produsen dengan konsumen. Model adalah orang yang bertugas untuk menampilkan atau mempresentasikan sebuah produk. Model tidak hanya sekedar tampil dalam gambar atau majalah atau dipanggung peragaan, melainkan juga menciptakan sikap, ekspresi dan gaya tertentu dalam memperagakan produk. Dunia model yang umumnya digeluti oleh wanita sangat menuntut penampilan fisik yang sempurna seperti tubuh yang tinggi semampai dan tubuh yang kurus dan langsing karena industry fashion pada umumnya menetapkan size 0 sebagai ukuran baju yang akan mereka peragakan. Hal ini membuat para model tersebut berlomba-lomba memiliki bentuk tubuh dan berat badan yang ideal agar mereka dapat terus mempertahankan keseksian mereka sebagai model (Henry 2006).

Keinginan untuk memiliki bentuk tubuh yang sempurna dan persaingan di dunia model yang ketat membuat para model tersebut melakukan apa saja agar bentuk tubuh mereka menjadi sempurna, salah satunya adalah dengan melakukan diet ketat. Diet ketat yang dilakukan para model lama-kelamaan membawa pada kebiasaan makan yang kurang baik yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya gangguan makan (Henry 2006).

Konsumsi Pangan

Makan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidup. manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan gizinya tanpa makanan. Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan secara tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya untuk memenuhi keinginan makanan (rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis adalah untuk memenuhi kepuasan emosional atau selera, sedangkan tujuan sosiologis adalah memelihara hubungan manusia dalam keluarga dan masyarakat. Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang selanjutnya

(20)

bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur proses metabolisme, dan memperbaiki jaringan tubuh (Sedioetama 1996).

Konsumsi, jumlah dan jenis pangan dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Harper et al (1986) dalam Maulad (2010) faktor-faktor yang sangat mempengaruhi konsumsi pangan adalah jenis, jumlah produksi dan ketersediaan pangan. Kualitas pangan mencerminkan adanya zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh yang terdapat dalam bahan pangan, sedangkan kuantitas pangan mencerminkan jumlah setiap gizi dalam suatu bahan pangan. Untuk mencapai keadaan gizi yang baik, maka unsur kualitas dan kuantitas harus dapat terpenuhi. Dalam aspek gizi, tujuan mengonsumsi makanan dan minuman adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Pola konsumsi makanan dan minuman remaja dapat dipengaruhi pola konsumsi teman sebaya. Remaja lebih mudah menerima satu jenis makanan dan minuman yang relatif baru dari orang-orang yang merupakan teman dekatnya, mereka lebih senang makan dan minum bersama orang yang dekat dengan mereka.

Gangguan Makan

Gangguan makan adalah gangguan psikologis dan medis yang menyebabkan kelainan serius dalam perilaku makan untuk mengendalikan berat badan. Ada dua gangguan makan yang paling umum adalah anorexia nervosa dan bulimia nervosa. Anorexia nervosa ditandai dengan penolakan untuk mempertahankan tubuh yang normal minimal berat badan. Bulimia nervosa ditandai dengan episode berulang dari binge eating diikuti oleh perilaku kompensasi yang tidak patut seperti muntah, penyalahgunaan obat pencahar, diuretik atau obat lain, puasa atau olahraga yang berlebihan. Gangguan dalam persepsi bentuk tubuh dan berat badan adalah fitur penting dari kedua gangguan tersebut. Kategori lain adalah, gangguan makan tidak spesifik yaitu untuk menggambarkan gangguan yang tidak mematuhi dengan kriteria yang berlaku untuk anorexia nervosa dan bulimia nervosa.

APA (1994) dalam Cohen (2006) menyatakan bahwa sekitar 0.5%-3.0% dari populasi menderita gangguan makan yaitu anorexia nervosa (AN) dan bulimia nervosa (BN), dua gangguan makan tersebut terkait dengan keinginan untuk kurus, dimana keinginan tersebut sekitar sepuluh kali lipat terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Statistik terbaru menunjukkan bahwa prevalensi anorexia nervosa dan bulimia nervosa masing-masing berkisar dari 0,5% menjadi 3.7% dan 1.1% menjadi 4.2%. Selain itu, sejak 1960-an, tingkat gangguan

(21)

makan telah meningkat menjadi dua kali lipat dibandingkan sebelumnya dan selama periode waktu yang sama, media massa semakin menggambarkan representasi tubuh wanita yang semakin kurus. Penelitian Fouts dan Burggaff tahun 2000 menemukan bahwa perempuan dengan tubuh yang langsing di televisi banyak menerima pujian yang lebih dari laki-laki (Cohen 2006).

Gangguan makan merupakan faktor yang saling mempengaruhi biopsikososial, termasuk faktor keluarga, peristiwa hidup, biologis maupun pengaruh sosial budaya. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) membagi gangguan makan ke dalam tiga kelompok utama yaitu anorexia nervosa, bulimia nervosa, Eating Disorder Not Otherwise Specified (EDNOS) (Bridges 2011).

Anorexia Nervosa

Anorexia nervosa adalah salah satu gangguan makan yang serius yang ditandai oleh ketidakmampuan untuk menjaga kesehatan tubuh dan berat badan yang normal. Individu dengan anorexia nervosa terus terobsesi untuk menurunkan berat badan dan tetap tidak puas dengan ukuran tubuh mereka, dan terlibat dalam berbagai perilaku tidak sehat untuk mempertahankan penurunan berat badan, selain itu bentuk dan berat badan pada individu dengan anorexia nervosa menjadi hal yang sangat penting sebagai penanda diri dan harga diri (Kreipe 2006).

Menurut Sullivan (1995) dalam NEDA (2005) menyatakan bahwa perempuan dengan umur 15-24 tahun yang menderita anorexia nervosa memiliki resiko kematian 12 kali lebih tinggi dari semua penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Penelitian yang dilakukan oleh Hoke dan Hoke (2003) dalam NEDA (2005) menunjukkan bahwa 40% kasus anorexia terjadi pada anak perempuan dengan umur 15-19 tahun. Selain itu adanya peningkatan kejadian anorexia yang signifikan dikalangan wanita muda dengan umur 15-24 tahun pada tahun 1935 hingga 1989. Namun satu-sepertiga orang dengan anorexia di masyarakat yang menerima perawatan kesehatan mental.

Menurut Astin dan Grinenko (2000) kriteria anorexia nervosa berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) adalah sebagai berikut:

1. Menolak untuk menjaga badan badan pada atau diatas batas minimal berat badan untuk usia dan tinggi badan (contoh, kehilangan berat badan yang memicu pemeliharaan berat badan hingga kurang dari 85% berat badan yang

(22)

diharapkan atau gagal untuk mencapai berat badan yang diharapkan selama periode pertumbuhan, yang mengarah pada berat badan kurang dari 85% berat badan yang diharapkan.

2. Rasa takut yang luar biasa terhadap kenaikan berat badan atau menjadi gemuk, walaupun dalam kondisi kurus.

3. Gangguan dalam bagaimana berat badan atau bentuk tubuh dirasakan, adanya penyangkalan tentang bentuk tubuhnya yang kurus.

4. Pada wanita postmenarcheal, terjadi amenorea, yaitu tidak mengalami menstruasi selama tiga bulan berturut-turut.

DSM-IV juga mengklasifikasikan anorexia nervosa kedalam dua tipe yang lebih spesifik, yaitu:

1. Restricting type

Selama episode anorexia nervosa, penderita tidak secara rutin melakukan binge eating/purging (misalnya, melakukan pemuntahan dengan sengaja atau penyalahgunaan obat pencahar, diuretik atau enema).

2. Binge eating/Purging Type

Selama episode anorexia nervosa penderita secara rutin melakukan binge eating/purging (misalnya, melakukan pemuntahan dengan sengaja atau penyalahgunaan obat pencahar, diuretik atau enema).

Menurut NIMH (2001) Gejala akibat anorexia nervosa dapat berkembang dari waktu ke waktu, yaitu dapat menyebabkan penurunan formasi tulang akibat asupan kalsium dan vitamin D yang rendah. Rambut dan kuku menjadi rapuh dan pecah akibat defisiensi asam lemak, kulit kering dan kekuningan, tekanan darah rendah, memperlambat pernafasan dan denyut nadi, kerusakan pada struktur dan fungsi jantung, kerusakan pada otak, dan kerusakan pada ginjal karena penderita mengalami dehidrasi. Gangguan tersebut dapat membawa kedalam ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi, edema, gangguan kardiovaskuler yang mengakibatkan serangan jantung hingga kematian.

Bulimia Nervosa

Menurut Kreipe (2006) bulimia nervosa merupakan salah satu gangguan makan dengan karakteristik mengkonsumsi makanan dalam jumlah besar kemudian memuntahkannya kembali dengan paksa (purging) atau menggunakan obat pencahar atau diuretik, berpuasa atau olahraga yang berlebihan. Berbeda dengan penderita anorexia nervosa yang memiliki penurunan berat badan drastis, penderita bulimia nervosa memiliki berat badan yang ideal dengan

(23)

fluktuasi berat badan yang sangat ekstrim karena pengkonsumsian makanan dalam jumlah besar. seseorang yang menderita bulimia biasanya memiliki rata-rata berat badan yang sesuai dengan tingginya sehingga penderita bulimia jarang dapat dideteksi dan diketahui orang.

Penderita bulimia nervosa memiliki kebiasaan binge eating (makan dalam jumlah besar) yang terus berulang dengan jumlah makanan yang sangat besar melebihi porsi makan manusia pada umumnya dengan periode waktu dua jam. Selain itu, penderita bulimia nervosa juga tidak bisa mengotrol keinginan makannya yang sangat besar. setelah mengkonsumsi makanan dengan jumlah yang cukup besar biasanya penderita bulimia nervosa merasa bersalah dan mengkompensasikannya dengan berbagai macam cara seperti memuntahkan kembali (purging), olahraga berlebihan atau mengkonsumsi obat pencahar diuretik. Berdasarkan APA (1994) dalam Broussard (2004) bulimia nervosa mempengaruhi 1-3% dari populasi di Amerika Serikat (AS), dan lebih dari 90% dari kasus yang dilaporkan adalah perempuan.

Karakteristik penderita bulimia nervosa menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV (DSM-IV) adalah sebagai berikut:

1. Episode berulang binge eating dengan karakteristik:

a. Makan dalam periode waktu yang tetap (misalnya, tiap 2 jam) dengan porsi yang lebih besar daripada porsi makan seperti biasanya.

b. Adanya perasaan tidak dapat mengontrol porsi makan pada saat episode tersebut berlangsung (misalnya, merasa tidak dapat menghentikan atau mengontrol berapa porsi yang dimakan).

2. Adanya perilaku kompensasi yang berulang kali dilakukan untuk mencegah kenaikan berat badan seperti, muntah dengan sengaja, penyalahgunaan obat pencahar, dieretik, enema, puasa atau olahraga yang berlebihan.

3. Perilaku binge eating dan perilaku kompensasi lainnya berlangsung setidaknya dua kali seminggu dalam tiga bulan terakhir.

4. Penilaian diri dipengaruhi oleh bentuk tubuh dan berat badan.

5. Gangguan tersebut tidak terjadi secara eksklusif selama episode anorexia nervosa.

DSM-IV juga mengklasifikasikan bulimia nervosa ke dalam dua tipe yang lebih spesifik, yaitu:

(24)

Selama episode bulimia nervosa, penderita secara rutin melakukan pemuntahan yang disengaja atau penyalahgunaan obat pencahar, diuretik atau enema.

2. Nonpurging type

Selama episode bulimia nervosa, penderita secara rutin melakukan perilaku kompensasi lainnya seperti puasa atau olahraga yang berlebihan tetapi tidak melakukan pemuntahan dengan sengaja atau penyalahgunaan obat pencahar, diuretik atau enema.

Menurut NIMH (2001) bulimia nervosa tipe purging yang paling membahayakan kesehatan karena pemuntahan yang dilakukan dapat merangsang asam lambung naik ke mulut, selain itu frekuensi pemuntahan tersebut dapat menyebabkan kerusakan gigi dan membahayakan saluran gastrointestinal, dimana gejala gastrointestinal adalah luka dimulut, bibir, pembengkakan rahang dan kelenjar saliva, iritasi tenggorokan, inflamasi esofagus dan perubahan pada kapasitas perut dan pengosongan perut. Selain itu pemuntahan juga dapat mengakibatkan ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi, kelemahan otot, ketidakteraturan menstruasi dan kekuatan pemuntahan dapat memberikan efek yang buruk yaitu pecahnya pembuluh darah di wajah dan mata.

Binge eating

Menurut APA (1994) dalam Latner dan Wilson (2004) binge eating disorder adalah keadaan mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak dan disertai dengan kehilangan kontrol dan terus berulang namun tidak disertai dengan pemuntahan (menyerupai bulimia nervosa) dengan frekuensi binge eating pada penderita rata-rata dua (2) kali dalam seminggu. Setelah makan dalam jumlah yang besar biasanya penderita merasa bersalah dan malu dengan perilakunya. Berdasarkan survey yang dilakukan dimasyarakat menunjukkan bahwa 2-5 % orang Amerika mengalami binge eating selama periode 6 bulan terakhir.

Kriteria binge eating menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV (DSM-IV) adalah sebagai berikut:

1. Episode binge eating yang berulang. Episode binge eating memiliki dua karakteristik diantaranya adalah:

(25)

a. Makan dengan periode waktu yang tetap (misalnya, 2 jam) dengan porsi yang sangat banyak melebihi porsi makan kebanyakan orang dalam waktu dan situasi yang sama.

b. Adanya perasaan tidak dapat mengontrol nafsu makan selama episode tersebut berlangsung.

2. Episode binge eating juga dicirikan sebagai berikut: a. Makan lebih cepat dari biasanya

b. Makan sampai merasa tidak nyaman

c. Makan dalam porsi yang sangat besar ketika tidak merasa lapar d. Makan seorang diri karena malu dengan porsi makannya

e. Merasa jijik dengan diri sendiri, depresi atau merasa bersalah setelah makan dengan jumlah yang besar

3. Merasa sangat kecewa karena tidak dapat mengendalikan nafsu makan atau ketika mengalami kenaikan berat badan.

4. Binge eating rata-rata berlangsung selama sekurang-kurangnya dua kali seminggu dalam waktu enam bulan.

5. Tidak adanya perilaku kompensasi (misalnya, muntah, puasa, olahraga yang berlebihan) dan tidak terjadi secara eksklusif selama riwayat anorexia nervosa atau bulimia nervosa.

Menurut NIMH (2001) dampak bagi penderita binge eating disorder adalah obesitas karena pola makan yang tidak terkontrol, namun obesitas bukan merupakan dampak yang sudah pasti akan terjadi karena obesitas dan binge eating tidak selalu memiliki hubungan. Obesitas akan dapat memicu komplikasi penyakit lain seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, dan diabetes melitus.

Eating Disorder Not Otherwise Specified (EDNOS)

Jenis perilaku makan menyimpang lainnya yaitu eating disorder not otherwise specified (EDNOS) yang merupakan jenis penyimpangan perilaku makan yang lebih ringan dari anorexia nervosa dan bulimia nervosa. Penderita ENDOS memiliki gejala yang hampir sama dengan penderita anorexia nervosa dan bulimia nervosa namun tidak seluruhnya menyerupai.

Karakteristik eating disorder not otherwise specified (ENDOS) menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) adalah sebagai berikut:

1. Pada wanita, semua kriteria anorexia nervosa kecuali wanita yang masih mengalami menstruasi secara teratur.

(26)

2. Orang yang mengalami semua kriteria anorexia nervosa meskipun berat badannya turun drastis, namun masih dalam batas yang normal.

3. Orang yang memenuhi kriteria bulimia nervosa kecuali orang yang frekuensi binge eating dan mekanisme pengkompensasiannya pada frekuensi kurang dari 2 kali dalam seminggu atau selama durasi kurang dari 3 bulan.

4. Melakukan pengkompensasian setelah memakan sedikit makanan (misalnya, tidak melakukan binge eating (makan dalam jumlah yang besar) namun melakukan pemuntahan. Hal ini biasa dilakukan pada individu dengan berat badan yang normal.

5. Mengunyah dan menikmati rasa makanan dalam jumlah besar namun tidak menelannya.

Citra Tubuh

Sepanjang sejarah, standar kecantikan perempuan sering tidak realistis dan sulit dicapai. Perempuan dengan uang dan status sosial ekonomi lebih tinggi jauh lebih memungkinkan untuk dapat memenuhi standar tersebut. wanita biasanya bersedia mengorbankan kenyamanan dan bahkan dapat bersedia menahan rasa sakit untuk mencapainya (Gonzalez et al 2003).

Citra tubuh merupakan bagian dari konsep diri yang berupa gambaran seseorang mengenai tubuhnya. Belakangan ini, istilah citra tubuh berkembang meliputi bagaimana perasaan seseorang mengenai tubuhnya, dan apakah individu tersebut puas atau tidak dengan tubuhnya (Atwater et al 2005). Konsep bentuk tubuh ideal menurut perempuan adalah tubuh langsing, sedangkan pada laki-laki adalah tubuh berisi, berotot dan berdada bidang.

Thompson (1999) menjabarkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh seseorang dapat dilihat melalui dua cara yaitu secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh interpersonal secara langsung didapat melalui umpan balik penampilan terhadap citra diri seseorang seperti ejekan atau komentar dan kritikan secara langsung hingga komentar ekstrim yang berbau pelecehan seksual. Sedangkan pengaruh tidak langsung dari orang lain membahas isu seputar bagaimana persepsi mereka terhadap penampilan ideal, kualitas hubungan interpersonal yang diindikasikan oleh penerimaan dan penolakan, juga pengaruhnya dengan menjadi role model perilaku yang menunjukkan ketidakpuasan tubuh. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, pengaruh interpersonal biasanya didapatkan dari orang tua, teman

(27)

sebaya (peers), pasangan (Romantic Partner) dan orang tak dikenal (Perfect Stranger).

Rasa Percaya Diri

Rasa percaya diri juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku makan menyimpang, rasa percaya diri erat kaitannya dengan citra tubuh. Seseorang akan merasa lebih percaya diri jika mereka memiliki tubuh yang kurus dan kecil karena pada umumnya wanita memiliki pandangan seperti itu mengenai citra tubuh yang baik. Memiliki bentuk tubuh yang tidak sesuai dengan pandangan mereka menyebabkan rasa percaya diri rendah sehingga cenderung untuk melakukan diet yang akan sangat memungkinkan membawa pada perilaku makan menyimpang. Rasa percaya diri yang rendah merupakan salah satu karakteristik primer dari gadis yang mengalami perilaku makan menyimpang.

Penelitian yang dilakukan oleh Neumark Sztainer (2000) menyatakan bahwa tingkat percaya diri yang rendah memiliki hubungan yang signifikan dengan berdiet dan perilaku makan menyimpang dan orang dengan rasa percaya diri yang rendah memiliki kemungkinan 3,74 kali lebih besar untuk berdiet dan 5,95 kali untuk mengalami perilaku makan menyimpang. Penelitian yang dilakukan oleh McCabe & Lina (2001) menunjukkan bahwa seseorang dengan indeks massa tubuh (IMT) yang lebih tinggi memiliki rasa ketidakpuasaan terhadap tubuh dan memiliki perilaku diet untuk menurunkan berat badan yang lebih ekstrim dibandingkan orang dengan indeks massa tubuh (IMT) yang lebih rendah.

Button et al (1997) menemukan hubungan antara rasa percaya diri yang rendah dengan gangguan makan. Sedangkan menurut phelps et al (1999) dalam Naigle (2004) ketidakpuasan tubuh adalah prediktor terkuat tunggal timbulnya gangguan makan dan wanita yang melakukan diet jauh lebih mungkin terlibat dalam perilaku gangguan makan seperti bulimia atau anorexia nervosa dibandingkan wanita yang tidak melakukan diet (non diet) Lowe et al (1996) dalam Naigle (2004).

Hasil penelitian Button et al (1997) berdasarkan kuesioner menunjukkan bahwa 56% anak perempuan yang merasa terlalu gemuk telah menggunakan beberapa bentuk strategi untuk mengontrol berat badan. Selain itu, 32% mencetak mengalami depresi atau “Hospital Anxiety and Depression Scale” (HADS) dan 43% memiliki rasa percaya diri yang rendah yang diukur

(28)

berdasarkan skala Rosenberg Self-Esteem. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa mereka yang mengalami tingkat makan yang tinggi menunjukkan rasa ketidakpuasan yang juga lebih tinggi.

Media Massa

Media massa berperan sangat besar dalam menyebarkan informasi mengenai standar tubuh yang ideal. Media massa seperti majalah memang dapat mempengaruhi konsep remaja mengenai gambaran tubuh ideal. Selain itu majalah juga mempengaruhi ketidakpuasaan subjek melalui tokoh idola atau model majalah yang memiliki tubuh kurus dan pakaian-pakaian yang ditampilkan di majalah-majalah. Remaja cenderung melihat segala sesuatu yang realistis dan dapat dicapai. Remaja perempuan lebih cepat terpengaruh oleh media. Mereka akan mencoba membuat model sendiri, dan meniru gambar yang mereka senangi setelah melihat gambar tersebut (Naigle 2004).

Media masa juga turut mempengaruhi remaja putri memandang tubuhnya dengan membangun citra bahwa tubuh yang ideal adalah berkulit putih, bertubuh langsing, berpayudara besar. Media cetak biasa menampilkan model-model yang memiliki kriteria tersebut. Televisi dan media cetak seperti majalah fashion, juga turut mempromosikan ide bahwa tubuh ideal adalah tubuh yang kurus (Thompson et al 1999).

Menurut McCabe & Lina (2001) pengaruh media lebih besar mempengaruhi remaja perempuan dibandingkan dengan laki-laki, karena tipe tubuh ideal untuk laki-laki tidak begitu jelas disajikan di dalam media sehingga laki-laki kemungkinan tidak merasakan tekanan yang kuat dari media untuk mengubah bentuk tubuh yang ideal seperti yang dilakukan perempuan.

Menurut Jones et al (2004) perempuan lebih rentan mengalami ketidakpuasan tubuh sehingga rentan terhadap gangguan makan, melakukan diet, menggunakan pil untuk mengurangi berat badan. Selain itu majalah mempengaruhi remaja mengenai bentuk tubuhnya, dimana pada remaja perempuan lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan laki-laki. Dua puluh lima tahun yang lalu, model busana rata-rata adalah 8% lebih terlihat langsing dari rata-rata ukuran wanita. Saat ini, jumlah tersebut telah meningkat menjadi 23%, hal ini kemungkinan mencerminkan kombinasi dari semakin meningkatnya tingkat obesitas dalam populasi secara umum dan berniat ingin menjadi langsing.

Thompson et al (2002) dalam Naigle (2004) menemukan bahwa ada korelasi yang positif antara frekuensi membaca majalah kecantikan dan fashion

(29)

dengan penggunaaan obat penekan nafsu makan, melewatkan makan dua kali sehari, muntah yang disengaja dan menggunakan obat pencahar. Remaja perempuan cenderung membandingkan dirinya sendiri dengan model yang ada dalam majalah, mereka berkeinginan untuk menjadi seperti model yang mereka lihat. semakin sering membaca majalah tentang fashion, mereka semakin merasakan tekanan untuk mencoba melakukan jalan pintas sehingga berpotensi membahayakan diri sendiri.

Selama empat dekade terakhir, prevalensi gangguan makan di Amerika Serikat telah berlipat ganda. Tidak mengherankan, selama periode yang sama, media massa memiliki representasi semakin langsingnya tubuh perempuan. Penelitian psikologi sebelumnya telah menemukan bahwa ada hubungan positif antara paparan media dan simtomatologi gangguan makan. Media seperti televisi dan majalah memiliki dampak pada ketidakpuasan tubuh, keinginan untuk kurus, dan perilaku makan menyimpang (Cohen 2006).

Teman Sebaya

Hasil penelitian Jones et al (2004) menunjukkan bahwa pengaruh teman sebaya, termasuk percakapan dan kritik dari rekan-rekan adalah yang paling berpengaruh dalam ketidakpuasan tubuh dan body image baik pada perempuan maupun laki-laki. Selain itu berdasarkan penelitian dari Dohnt dan Tinggemann (2006) menunjukkan bahwa wanita dengan berat badan yang gemuk memiliki keinginan untuk menjadi kurus dan anjuran dari teman sebaya (peers) untuk menurunkan berat badan mempengaruhi keinginan untuk menjadi kurus.

Pengaruh teman sebaya telah ditemukan berkorelasi dengan sejumlah perilaku kesehatan yang berbahaya. Namun, penelitian kecil telah dilakukan menyelidiki hubungan antara pengaruh teman sebaya (peer) dengan gangguan makan. Penelitian tersebut menemukan adanya hubungan signifikan antara pengaruh teman sebaya (peer) dengan perilaku makan menyimpang dan analisis regresi menunjukkan bahwa pengaruh teman sebaya (peer) sama-sama berpengaruh baik pada laki-laki maupun pada perempuan (Meyer dan Julie 2008).

Beberapa bukti menunjukkan bahwa kelompok teman sebaya dari seorang wanita dapat meningkatkan atau mengurangi berat badan. Sikap teman sebaya terhadap kekhawatiran berat badan telah berkorelasi dengan tingginya tingkat perilaku makan menyimpang. Selain itu, teman sebaya yang membahas

(30)

masalah berat badan, kritikan teman tentang berat badan signifikan terhadap perilaku makan teratur (Meyer dan Julie 2008).

(31)

KERANGKA PEMIKIRAN

Ganguan makan adalah gangguan psikologis dan medis yang menyebabkan kelainan serius dalam perilaku makan untuk mengendalikan berat badan. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) membagi gangguan makan ke dalam tiga kelompok utama yaitu anorexia nervosa, bulimia nervosa dan eating disorder not otherwise specified (ENDOS) (Bridges 2011).

Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan makan diantaranya adalah distorsi citra tubuh, rasa percaya diri, kritik teman sebaya, media massa riwayat diet dan kebiasaan makan. Distorsi citra tubuh adalah penyimpangan persepsi responden mengenai bentuk tubuh ideal yang tidak sesuai dengan citra tubuh ideal yang sebenarnya. Persepsi yang salah mengenai bentuk tubuh ideal akan dapat mangarah pada terjadinya gangguan makan.

Rasa percaya diri adalah tingkat rasa percaya diri responden tentang dirinya secara umum. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Neumark-Sztainer (2000) menyatakan bahwa tingkat percaya diri yang rendah memiliki hubungan yang signifikan dengan berdiet dan perilaku makan menyimpang dan orang dengan rasa percaya diri yang rendah memiliki kemungkinan 3,74 kali lebih besar untuk berdiet dan 5,95 kali mengarah pada gangguan makan.

Selain itu kritik teman sebaya mengenai bentuk tubuh dan berat badan adalah kritik atau sindiran dari teman sebaya yang berkaitan dengan dan berat badan dan tingggi badan. Penerimaan oleh teman memiliki suatu peran yang penting khususnya pada waktu remaja dan dewasa muda. mereka mulai berpikir agar dirinya dapat diterima dikalangan teman-temannya maka dia harus memiliki tubuh yang kurus dan ideal. sebanyak 25% remaja percaya bahwa dengan tubuh yang kurus akan memudahkan mereka mencari teman dan pasangan.

Media massa merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terbentuknya citra tubuh seseorang. Berdasarkan penelitian di West Virginia University bahwa memandang gambar model dengan tipe tubuh yang kurus memiliki level kesadaran diri, kecemasan dan kemampuan tubuh yang lebih tinggi. Thomspson et al (2002) dalam Naigle (2004) menemukan bahwa ada korelasi yang positif antara frekuensi membaca majalah kecantikan dan fashion dengan penggunaaan obat penekan nafsu makan, melewatkan makan dua kali sehari, muntah yang disengaja dan menggunakan obat pencahar. Remaja perempuan cenderung membandingkan dirinya sendiri dengan model yang ada

(32)

dalam majalah, mereka berkeinginan untuk menjadi seperti model yang mereka lihat.

Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan secara tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis. Perilaku makan pada seseorang dapat berubah-ubah, kadang sangat sedikit, kadang dapat sangat berlebihan. Hal seperti ini sangat tergantung pada emosi seseorang. Seseorang yang memiliki persepsi yang salah bahwa tubuh ideal adalah tubuh yang kurus dapat mempengaruhi perilaku konsumsi yang tidak baik seperti mengurangi konsumsi pangan dengan tujuan untuk berdiet sehingga dapat membawa pada terjadinya gangguan makan.

keterangan:

= Variabel yang diteliti

= Hubungan yang diteliti = Hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran mengenai gangguan makan Konsumsi Pangan

Distorsi Citra Tubuh Kritik Teman Sebaya

Media Massa Rasa Percaya Diri

(33)

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian dengan desain cross sectional study digunakan untuk melihat hubungan antara distorsi citra tubuh, rasa percaya diri, kritik teman sebaya, media massa dan konsumsi pangan dengan gangguan makan. Penelitian dilakukan di dua Modeling School di Jakarta yaitu di The Sun Modeling School dan Leonard’s Model. Penelitian dilakukan selama bulan November-Desember 2011

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

Populasi pada penelitian ini adalah remaja perempuan yang terlibat dalam kegiatan modeling di The Sun Modeling School dan Leonard’s Model. Jumlah remaja perempuan pada dua Modeling School tersebut adalah sebanyak 53 orang, dimana pada The Sun Modeling School sebanyak 23 orang dan Leonard’s Model 30 orang. Pengambilan contoh dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria remaja perempuan yang masih aktif mengikuti kegiatan modeling, memiliki umur 15-22 tahun dan bersedia untuk diwawancarai. Pada penelitian ini jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 50 orang karena tiga orang responden tidak bersedia untuk diwawancarai.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, uji coba kuesioner dilakukan sebelum penelitian riil dengan mengambil 2 orang remaja perempuan sebagai responden. Tujuan dari uji coba kuesioner ini adalah untuk mengetahui pemahaman responden mengenai pertanyaan dari kuesioner yang ada sehingga dapat disempurnakan agar lebih mudah dimengerti oleh responden.

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang dan lingkar pinggul) yang diperoleh melalui pengisian kuesioner dan menimbang berat badan menggunakan timbangan seca, mengukur tinggi badan menggunakan microtoise, lingkar pinggang dan lingkar pinggul menggunakan meteran plastik. Data mengenai gangguan makan pada responden diperoleh dari pengisian kuesioner dari Eating Disorder Diagnostic Scale (Stice et al 2000). Data tentang faktor yang berhubungan dengan gangguan makan meliputi distorsi

(34)

citra tubuh, kritik teman sebaya, media massa, konsumsi pangan (meliputi riwayat diet dan kebiasaan makan) diperoleh melalui pengisian kuesioner. Data mengenai rasa percaya diri diperoleh melalui pengisian kuesioner dengan menggunakan kuesioner Rosenberg Self Esteem Scale (Rosenberg 1965).

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak Modeling School mengenai gambaran umum lokasi Modeling School. Data sekunder tersebut digunakan sebagai data pendukung.

Pengolahan dan Analisis Data

Data-data yang diperoleh dari wawancara melalui kuesioner dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis. Data yang dikumpulkan selama penelitian dientry menggunakan program komputer Microsoft Office Exel dan SPSS 16 for Windows. Proses pengolahan data dimulai dari editing, coding, entry data, cleaning data dan analisis data. Editing/cleaning data dilakukan untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Coding dilakukan dengan cara menyusun code-book sebagai panduan entri dan pengolahan data. Selanjutnya dilakukan analisis data yang diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Office Excel, dan Statistical Program for Social Sciences (SPSS) 16.0 for windows. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan menggunakan uji chi square.

Data tentang umur, berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang dan lingkar pinggul digunakan untuk mengetahui karakteristik responden. Data tentang gangguan makan dianalisis dengan 21 pertanyaan. sedangkan data tentang rasa percaya diri dianalisis dengan 10 pertanyaan.

Kuesioner yang digunakan untuk melihat gangguan makan adalah menggunakan kuesioner Eating Disorder Diagnostic Scale (Stice et al 2000). Responden mengalami gangguan makan jika responden memiliki kriteria-kriteria seperti dibawah ini (lampiran 1).

a. Anorexia nervosa

1. Jika indeks massa tubuh (IMT) <17.5 pada item 19 dan 20 2. Jika menjawab skor 4 atau lebih pada item 2

3. Jika menjawab skor 4 atau lebih pada item 3 dan 4 4. Jika menjawab skor 3 atau lebih pada item 21

Jika seseorang sudah menjawab kategori 1 dan 4 dia langsung digolongkan anorexia nervosa tanpa harus memenuhi kategori 2 dan 3.

(35)

b. Bulimia Nervosa

Responden digolongkan pada gangguan makan tipe bulimia nervosa jika menjawab semua kriteria di bawah ini:

a. Menjawab ya pada item 2 dan 6,

b. Menjawab lebih besar dari 2 pada item 8

c. Menjawab skor 8 atau lebih pada semua item 15,16,17 dan 18 d. Menjawab skor 4 atau lebih pada item 3 dan 4

c. Binge Eating Disorder

Responden digolongkan pada gangguan makan tipe binge eating disorder jika menjawab semua kriteria di bawah ini:

a. Menjawab ya untuk item 5 dan 6, dan menjawab lebih besar dari dua pada item 7

b. Pada item 9,10,11,12,13 jika menjawab ya minimal tiga item dari ke lima item tersebut.

c. Menjawab ya pada item 14

d. Menjawab skor 0 pada item15,16,17,18

Jika responden memiliki kriteria binge eating disorder tetapi melakukan perilaku kompensasi, maka responden digolongkan ke dalam bulimia nervosa. d. Eating Disorder not Otherwise Spesified (EDNOS)

a. Semua kriteria anorexia nervosa kecuali menstruasi teratur.

b. Semua kriteria bulimia nervosa kecuali orang yang frekuensi binge eating dan mekanisme kompensasi dengan frekuensi kurang dari dua kali dalam seminggu selama tiga bulan terakhir.

Rasa percaya diri pada responden ditentukan dengan menggunakan kuesioner dari Rosenberg Self-Esteem Scale (Stice et al 2000). Pada kuesioner ini terdapat 10 butir pertanyaan dalam bentuk positif dan negatif. Pengukuran menggunakan skala rikert. Jawaban untuk pertanyaan positif diberi skor: sangat setuju 3, setuju 2, tidak setuju 1, sangat tidak setuju 0. Untuk pertanyaan negatif diberi skor: sangat setuju 0, setuju 1, tidak setuju 2, sangat tidak setuju 3. Analisa data dibagi menjadi dua kategori yaitu rendah diri dan tidak rendah diri. Pada kategori rendah diri jika berada pada rentang nilai < 15 dan tidak rendah diri berada pada rentang nilai ≥15 (Rosenberg 1965).

Data distorsi citra tubuh diolah sesuai dengan masing-masing jawaban contoh. Distorsi citra tubuh dikategorikan ke dalam dua kategori yaitu mengalami distorsi dan tidak mengalami distorsi. Responden mengalami distorsi jika

(36)

responden merasa gemuk atau sedang tetapi status gizi dalam kategori kurus. Sedangkan pertanyaan terbuka dianalisis secara deskriptif.

Data kritik teman sebaya (ejekan/sindiran teman seprofesi, sahabat, teman bermain mengenai berat badan dan tinggi badan) diolah sesuai dengan masing-masing jawaban contoh. Kritik teman sebaya dikategorikan ke dalam dua kategori yaitu pernah dan tidak pernah. Responden pernah mengalami kritik (ejekan/sindiran) jika responden pernah mengalami salah satu ejekan mengenai berat badan atau tinggi badan dan responden pernah disarankan oleh teman sebaya untuk menurunkan berat badan. Sedangkan jawaban dari pertanyaan terbuka dianalisis secara deskriptif.

Data media massa diolah sesuai dengan masing-masing jawaban contoh. Media massa dikategorikan menjadi sering dan jarang. Media massa dikategorikan ke dalam dua kategori yaitu sering dan jarang. Frekuensi sering jika responden membaca majalah mengenai kecantikan/mode/fashion, menonton televisi, mengakses internet lebih dari dua kali dalam seminggu dan ingin menurunkan berat badan setelah membaca/menonton/mengakses media tersebut. Sedangkan jawaban dari pertanyaan terbuka dianalisis secara deskriptif.

Data konsumsi pangan (riwayat diet dan kebiasaan makan) diolah sesuai dengan masing-masing jawaban contoh. Riwayat diet dikategorikan ke dalam dua kategori yaitu pernah dan tidak pernah. Kategori pernah jika telah menjawab ya pada pertanyaan “pernahkah anda melakukan diet”. Sedangkan kebiasaan makan dikategorikan menjadi baik dan tidak baik. Responden memiliki kebiasaan makan yang baik jika memenuhi konsep gizi seimbang berdasarkan PUGS (pedoman umum gizi seimbang) yaitu mengonsumsi makanan pokok 3-8 porsi sehari, lauk nabati 3 porsi sehari, lauk hewani 3 porsi sehari, sayur mayur 2-3 porsi sehari, buah-buahan 2-3-4 porsi sehari, dan air putih ≥ 2 liter (8 gls) dalam sehari (Depkes 2005).

Pengukuran status gizi pada remaja pertengahan 15-17 tahun dilakukan dengan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U). Nilai IMT/U responden diperoleh dengan menggunakan software anthroplus dari WHO 2007 yang kemudian dikategorikan berdasarkan z-skor. Kategori status gizi menurut anthroplus WHO (2007) yaitu, sangat kurus Z<-3SD, kurus -3SD≤Z<-2SD, normal -2SD≤Z≤+1SD, overweight +1SD<Z≤+2SD dan obese Z>+2SD. Sedangkan pengukuran status gizi pada remaja akhir 18-22 tahun menggunakan

(37)

indeks massa tubuh (IMT) dengan kategori underweght <18.5 kg/m2, normal

18.5-24.9 kg/m2, overweihgt ≥25.0 kg/m2, pre-obese, 25.0-29.9 kg/m2, obese I

30.0-34.9 kg/m2, obese II 35.0-39.9 kg/m2dan obese III ≥40.0 kg/m2.

Data yang dianalisis dengan uji statistik adalah hubungan antara distorsi citra tubuh, rasa percaya diri, kritik teman sebaya, media massa, riwayat dan kebiasaan makan dengan gangguan makan dianalisis dengan model uji chi square.

(38)

Definisi Operasional

Usia adalah remaja perempuan yang mengikuti kegiatan modeling berusia 15-22

tahun.

Gangguan Makan adalah terjadi perilaku makan yang abnormal yang ditandai

dengan dipenuhinya tiga atau lebih dari kriteria penyimpangan perilaku makan (seperti adanya ketakutan kenaikan berat badan, adanya riwayat binge eating, adanya perilaku kompensasi seperti memuntahkan makanan dengan sengaja, menggunakan obat pencahar/diuresis, puasa dan olahraga berlebihan) yang disesuaikan dengan kuesioner.

Distorsi Citra Tubuh adalah penyimpangan persepsi mengenai bentuk tubuh

ideal yang tidak sesuai dengan citra tubuh ideal yang sebenarnya.

Rasa Percaya Diri adalah tingkat rasa percaya diri tentang dirinya secara umum. Media Massa adalah frekuensi mengakses media massa mengenai bentuk

tubuh, kecantikan/mode/fashion baik media cetak ataupun media elektronik.

Teman Sebaya sahabat/teman bermain, teman dengan profesi yang sama

(model) baik laki-laki maupun perempuan yang memberikan ejekan/sindiran mengenai berat badan dan tinggi badan.

Riwayat Diet pernah tidaknya melakukan diet untuk menurunkan berat badan. Kebiasaan Makan frekuensi mengonsumsi makanan dan minuman dalam sehari

berdasarkan pedoman umum gizi seimbang yang disesuaikan dengan kuesioner.

Anorexia Nervosa tipe gangguan makan yang ditandai dengan merasa

ketakutan jika berat badan gemuk, berat badan dan bentuk tubuh mempengaruhi penilaian diri sendiri, IMT kurang dari 17.5, dan tidak mengalami menstruasi selama 3 bulan secara berturut-turut yang disesuaikan dengan kuesioner.

Bulimia Nervosa tipe gangguan makan yang ditandai dengan makan dalam

porsi yang sangat banyak dan merasa tidak dapat berhenti makan dan melakukan kompensasi lebih dari delapan kali dalam seminggu yang disesuaikan dengan kuesioner.

Binge eating tipe gangguan makan yang ditandai dengan makan dalam porsi

yang sangat banyak dan merasa tidak dapat berhenti makan namun tidak melakukan kompensasi.

EDNOS (eating disorder not otherwise) tipe gangguan makan yang yang

memenuhi sebagian dari kriteria anorexia nervosa, bulimia nervosa, dan binge eating namun tidak seluruhnya menyerupai.

(39)

The Sun Modeling School terletak di Jl. Gedung Hijau No. 74 (area Xtrans) Pondok Indah Jakarta Selatan, sedangkan Leonard’s model terletak di Ruko Eropa Blok F No. 11 Kota Wisata Cibubur. Dua sekolah model ini merupakan suatu wadah yang bertujuan untuk membantu membekali anak-anak, remaja dan dewasa muda untuk menjadi seorang model profesional atau yang ingin mengembangkan bakat seseorang sebagai model. The Sun Modeling School memiliki jumlah siswa yang terlibat dalam kegiatan modeling adalah sebanyak 35 orang terdiri dari anak-anak empat (4) orang, remaja laki-laki delapan orang dan remaja perempuan 23 orang. Sedangkan Leonard’s model sebanyak 49 orang yang terdiri dari anak-anak sembilan (9) orang, remaja laki-laki 10 orang dan remaja perempuan 30 orang.

The Sun Modeling School dan Leonard’s model memiliki pelatih yang terdiri dari tenaga muda professional yang telah berpengalaman dalam bidangnya dan memberikan kesempatan kepada para pecinta seni entertainment khususnya dibidang modeling untuk dibina, dididik, dikembangkan dan diarahkan bakatnya untuk menjadi model yang baik, berkarakter, bertanggung jawab dan mempunyai tata krama dalam hidup bersosialisasi. Jadwal program modeling pada remaja/dewasa terdiri dari dua yaitu:

1. Dasar remaja dan dewasa, yaitu berupa teknik yang terdiri dari catwalk, fashion, coreography with style, pose dan ekspressi, photo outdoor, public speaking, pengetahuan berbusana, teori model drappery selendang, make up dan back stage (evaluasi).

2. Advance remaja dan dewasa, yaitu berupa penjiwaan atau penghayatan (karakter) terdiri dari catwalk coreography with style, catwalk koreography & property, fashion dance, fashion model, photo outdoor, public speaking II, pengetahuan berbusana back stage (evaluasi), make up II, kepribadian model professional.

Karakteristik Contoh

Contoh dalam penelitian ini adalah remaja perempuan yang sedang mengikuti kegiatan modeling di The Sun Modeling School dan Leonard’s Model. Karakteristik contoh yang diteliti adalah umur, berat badan, tinggi badan, lingkar

(40)

pinggang, dan lingkar pinggul responden. Contoh dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan dengan jumlah contoh sebanyak 50 orang. Tabel karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Karakteristik responden

No Peubah n % min-maks x±SD

1 Usia 15-22 thn 50 100.0 15-22 18.4±2.1

2 Berat Badan (kg) 50 100.0 40-53 47.8±2.8

3 Tinggi Badan (cm) 50 100.0 160-173 166.2±3.9

4 IMT (indeks massa tubuh) 50 100.0 15.6 -19.1 17.3±0.9

5 Lingkar Pinggang (cm) 50 100.0 63-72 67.4±2.1

6 Lingkar Pinggul (cm) 50 100.0 71-85 80.7±2.7

Responden dalam penelitian ini berjumlah 50 orang yang berusia 15-22 tahun dengan rata-rata umur 18.4±2.1 tahun. Responden dikategorikan kedalam dua kelompok berdasarkan umur, dimana jumlah responden dengan usia remaja pertengahan 15-17 tahun sebanyak 19 orang (38.0%), sedangkan usia remaja akhir 18-22 tahun 31 orang (62.0%). Penelitian yang dilakukan oleh Hoke and Hoke (2003) menyatakan bahwa 40.0% kasus anoreksia terjadi pada anak perempuan dengan umur 15-19 tahun. Sedangkan menurut Sullivan (1995) dalam NEDA (2005) menyatakan bahwa perempuan dengan umur 15-24 tahun yang menderita anorexia nervosa memiliki resiko kematian dua belas kali lebih tinggi dari semua penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Rata-rata berat badan dan tinggi badan responden secara berturut-turut adalah 47.8±2.8 kg dan 166.2±3.9 cm. Sedangkan rata-rata indeks massa tubuh (IMT) adalah 17.3±0.9kg/m2.

Rata-rata lingkar pinggang responden sebesar 67.4±2.1 cm, sedangkan lingkar pinggul sebesar 80.7±2.7 cm. Hal ini menunjukkan bahwa lingkar pinggang lebih kecil dari lingkar pinggul. Responden yang berstatus gizi kurus memiliki rata-rata lingkar pinggang dan lingkar pinggul 67.17±1.9 cm dan 80.5±2.6 cm dengan indeks massa tubuh (IMT) rata-rata adalah 17.2 kg/m2.

Sedangkan rata-rata lingkar pinggang dan lingkar pinggul berstatus gizi normal adalah 71.7±0.6 cm dan 84.3±0.6 cm dengan IMT (indeks massa tubuh) rata-rata adalah 18.9 kg/m2. Rata-rata rasio lingkar pinggang dan lingkar pinggul

responden yang berstatus gizi kurus adalah 0.83. Sedangkan rata-rata rasio lingkar pinggang dan lingkar pinggul responden yang berstatus gizi normal 0.85. Menurut WHO (1999) rasio lingkar pinggang dan pinggul (LPA/LPU) yang melebihi 0.85 cm untuk wanita menunjukkan bahwa seseorang memiliki resiko

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran mengenai gangguan makanKonsumsi Pangan
Tabel 8 Distribusi responden berdasarkan frekuensi perilaku kompensasi dalam  satu minggu pada tiga bulan terakhir
Tabel 9 Distribusi responden berdasarkan binge eating
Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan rasa percaya diri
+7

Referensi

Dokumen terkait

kata pacewetan yang lama-kelamaan menjadi Pacitan. Busana merupakan kesatuan dari keseluruhan yang dipakai mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Baik yang sifatnya

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Departemen Pendidikan Luar

Kuisioner penelitian ini saya sampaikan dalam rangka memperoleh bukti empiris tentang: “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Nasabah Perempuan Terhadap Keputusan Menjadi

Dari beberapa definisi dua kata tersebut, yakni epistemologi dan Pendidikan Islam dapat dijelaskan bahwa Epistemologi Pendidikan Islam adalah objek pengetahuan,

dengan orang orang lain lain.. Saya Saya mengerjakan mengerjakan yang yang terbaik terbaik jika jika saya saya dibimbing dibimbing orang. orang lain

skor penilaian yang diperoleh dengan menggunakan tafsiran Suyanto dan Sartinem (2009: 227). Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini da- pat dilihat

KONTRIBUSI POWER TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN DINAMIS TERHADAP HASIL DRIBBLE-SHOOT DALAM PERMAINAN FUTSAL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan tabel 4.1 tersebut dapat diketahui bahwa responden yang menggunakan handphone Nokia, yang berusia 17-20 tahun berjumlah 33 mahasiswa atau 34,4 persen dari