• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN STRATEGI THINK- TALK- WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 MEDAN T.A. 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN STRATEGI THINK- TALK- WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 MEDAN T.A. 2012/2013."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Judul Skripsi : Penerapan Strategi Think-Talk-Write (TTW) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Medan Tahun Ajaran 2012/2013

Nama Mahasiswa : Juni Susanti Banurea N I M : 409411022

Program Studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Matematika

Menyetujui

Dosen Pembimbing Skripsi,

Dr. Izwita Dewi, M.Pd NIP. 19620706 198903 2 001

Mengetahui:

FMIPA UNIMED Jurusan Matematika

Dekan, Ketua,

Prof. Drs. Motlan, M.Sc.,Ph.D Drs. Syafari, M.Pd

NIP. 19590805 198601 1 001 NIP. 19540929 198903 1 001

(2)

PENERAPAN STRATEGI THINK-TALK-WRITE(TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI

MATEMATIK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 MEDAN

T.A. 2012/2013

Oleh:

Juni Susanti Banurea NIM 409411022

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala anugrah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

sesuai dengan yang direncanakan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada : Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor UNIMED

beserta seluruh Pembantu Rektor, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D, selaku

Dekan beserta seluruh Pembantu Dekan di FMIPA UNIMED, Bapak Prof. Dr.

Mukhtar, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Matematika dan pegawai di jurusan

Matematika, Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku Ketua Program Studi Jurusan

Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku sekretaris Jurusan Matematika.

Ucapan terima kasih juga diucapkan kepada Bapak Prof. Asmin, M.Si selaku

Dosen Pendidikan Akademik. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis

ucapkan kepada Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing Skripsi

yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sejak awal sampai

dengan selesainya penulisan skripsi ini. Juga terima kasih penulis ucapkan kepada

Bapak Drs. Syafari, M.Pd, Bapak Prof. Asmin, M.Si, dan Bapak Drs. Zul Amry,

M.Si selaku dosen pemberi saran dan penguji yang telah memberikan masukan

dan saran mulai dari rencana penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini

dan seluruh Bapak/Ibu Dosen serta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA

UNIMED yang sudah banyak membantu penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Naila, S.Pd selaku

kepala sekolah SMP Negeri 4 Medan, Bapak Hadi Ismanto Panjaitan,S.Pd selaku

Guru Matematika SMP Negeri 4 Medan, Guru/Staf Pegawai SMP Negeri 4

Medan yang telah banyak membantu penulis dan mengarahkan penulis selama

penelitian.

Teristimewa saya mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang

tua saya, Bapak Tantal Elia Banurea (almarhum) dan Ibunda tercinta Rusmita

Padang yang menjadi sumber motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan

(4)

dan abang penulis, K’Lina Banurea,B’Sabar Banurea(Almarhum) dan K’Irnawati

Banurea yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat untuk penulis.

Terima kasih juga disampaikan kepada Paman Horas Padang dan semua sanak

keluarga yang telah mendukung dan memotivasi penulis.

Peulis juga menyampaikan terima kasih kepada teman-teman selama awal

perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini Dik A’09 dan Dik B’09 serta kepada

sahabat-sahabat Lidya Karmila Berutu, Desi R. Munthe, Kholidah Sitanggang,

dan Ira Ryana Siregar yang telah memberikan semangat, dukungan serta doa

kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Universitas Negeri Medan. Terima

kasih juga buat teman-teman Sri Dwi Berutu, Enda Berutu Ana Sitanggang, dan

Iin Simarmata serta teman-teman lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu, terima kasih untuk semua bantuan yang diberikan kepada penulis.

Penulis telah berupaya dalam penyusunan skripsi ini dengan

sebaik-baiknya namun penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan memperkaya

khasanah ilmu pendidikan kita.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih atas semua dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak penyempurnaan skripsi ini.

Medan, Juli 2013

Penulis

(5)

PENERAPAN STRATEGI THINK-TALK-WRITE(TTW) UNTUK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Medan dengan menerapkan strategi pembelajaran think-talk-write(TTW) pada materi Kubus dan Balok. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VIII-8 SMP Negeri 4 Medan Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 35 orang. Objek dari penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematik siswa melalui strategi pembelajaran think-tal-write(TTW) pada materi Kubus dan Balok. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.

Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah tes kemampuan komunikasi matematik, lembar observasi, dan wawancara. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dan di akhir setiap siklus diberikan tes kemampuan komunikasi matematik. Sebelum diberikan, tes terlebih dahulu divalidkan ke validator.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan strategi TTW pada materi Kubus dan Balok dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa. Hal ini dilihat dari hasil sebelum tindakan diberikan, pada pemberian tes awal dari 35 siswa hanya sebanyak 12 siswa (34,28%) yang mencapai nilai 65 dengan nilai rata-rata kelas 50. Setelah diberi tindakan, Tes Kemampuan Komunikasi Matematik I pada siklus I, dari 35 siswa sebanyak 19 siswa (54,28%) mencapai nilai  65 dengan nilai rata-rata kelas 65,58. Dari analisis data Tes Kemampuan Komunikasi Matematik II pada siklus II diperoleh bahwa dari 35 siswa terdapat 32 siswa (91,42%) yang mencapai nilai  65 dengan nilai rata-rata kelas 77,12.

Dari hasil wawancara dan lembar jawaban siswa pada setiap tes, diperoleh bahwa kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal Kubus dan Balok dan jumlah siswa yang mengalami kesulitan telah berkurang.

Berdasarkan hasil observasi, pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan peneliti pada siklus I, termasuk kategori baik dengan skor 3,38. Akan tetapi pada siklus II, tingkat kemampuan peneliti mengelola pembelajaran termasuk kategori sangat baik dengan skor 3,52.

(6)

vi

1.1.Latar Belakang Masalah 1

1.2.Identifikasi Masalah 6

2.1. Pengertian Belajar Dan Pembelajaran Matematika 10

2.2. KesulitanBelajarMatematika 12

2.3. Pengertian Komunikasi 13

2.4. Komunikasi Matematika 15

2.5. Strategi Pembelajaran 19

2.6. Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write 21

2.7. Kajian Materi Kubus Dan Balok 26

2.8. Kerangka Konseptual 36

2.9. Hipotesis Tindakan 37

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian 38

3.2. Subjek dan Objek Penelitian 38

3.3. Variabel Penelitian 38

3.4. Jenis Penelitian 38

3.5. Prosedur Penelitian 39

3.6. Alat Pengumpul Data 43

3.7. Teknik Analisa Data 44

3.8. Kriteria Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik 46

3.9. Penarikan Kesimpulan 46

(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 48

4.1.1 SIKLUS I 48

4.1.2 SIKLUS II 55

4.2 Temuan Penelitian 61

4.3 Diskusi Penelitian 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 64

5.2 Saran 65

(8)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Rubrik Penskoran Komunikasi Matematika Siswa 17

Tabel 3.1. Tingkat PenguasaanSiswa 47

Tabel 4.1. Deskripsi Kemampuan Komunikasi Siswa Pada Siklus I 51

Tabel 4.2. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Setiap Siswa 52

Pada Siklus I

Tabel 4.3. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Pada Tes Kemampuan 53

Komunikasi Siklus I

Tabel 4.4. Deskripsi Kemampuan Komunikasi Siswa Pada Siklus II 56

Tabel 4.5. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Setiap Siswa 58

Pada Siklus II

Tabel 4.6. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Pada Tes Kemampuan 59

Komunikasi Siklus II

(9)

vii DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Desain Strategi Pembelajaran TTW 24

Gambar 2. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 44

Gambar 3. Diagram Nilai Rata-Rata Tes Kemampuan Komunikasi 60

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (SIKLUS I) 67 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (SIKLUS I) 73 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (SIKLUS I) 79 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV (SIKLUS II) 85 Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran V (SIKLUS II) 92 Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran VI (SIKLUS II) 98

Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa I 104

Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa II 108

Lampiran 9. Lembar Aktivitas Siswa III 110

Lampiran 10. Lembar Aktivitas Siswa IV 113

Lampiran 11. Lembar Aktivitas Siswa V 117

Lampiran 12. Lembar Aktivitas Siswa VI 119

Lampiran 13. Kisi-kisi Tes Awal 122

Lampiran 14. Tes Awal 123

Lampiran 15. Alternatif Jawaban Tes Awal 125

Lampiran 16. Pedoman Pensekoran Tes Awal 128

Lampiran 17. Lembar Validasi Tes Awal 132

Lampiran 18. Kisi-Kisi Tes Komunikasi Matematika I 138

Lampiran 19. Tes Komunikasi I 139

Lampiran 20. Alternatif Jawaban Tes Komunikasi I 141 Lampiran 21. Pedoman Pensekoran Tes Komunikasi I 144 Lampiran 22. Lembar Validasi Tes Komunikasi I 147 Lampiran 23. Kisi-Kisi Tes Komunikasi Matematika II 153

Lampiran 24. Tes Komunikasi II 154

Lampiran 25. Alternatif Jawaban Tes Komunikasi II 156 Lampiran 26. Pedoman Pensekoran Tes Komunikasi II 160 Lampiran 27. Lembar Validasi Tes Komunikasi II 163

Lampiran 28. Lembar Observasi Guru 166

Lampiran 29. Hasil Tes Awal 185

Lampiran 30. Hasil Tes Komunikasi I 187

Lampiran 31. Hasil Tes Komunikasi I 188

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, karena

pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia dalam jangka panjang.

Pendidikan juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan

kualitas sumber daya manusia. Perkembangan IPTEKS sekarang ini telah

memudahkan kita untuk berkomunikasi dan memperoleh berbagai informasi

dengan cepat dari berbagai belahan dunia, namun di sisi lain untuk mempelajari

keseluruhan informasi mengenai IPTEKS tersebut diperlukan kemampuan yang

memadai bahkan lebih, agar cara mendapatkannya, memilih yang sesuai dengan

budaya kita, bahkan mengolah kembali informasi tersebut menjadi suatu

kenyataan (Ansari, 2009:1)

Untuk itu matematika sebagai disiplin ilmu perlu dikuasai dan dipahami

oleh siswa sekolah agar dapat memudahkan siswa untuk mengikuti perkembangan

ilmu dan teknologi. Dalam merealisasikannya diperlukan SDM yang handal dan

mampu bersaing secara global. Untuk itu diperlukan kemampuan tingkat tinggi

(high order thinking) yaitu berpikir logis, kritis, kreatif dan kemampuan

bekerjasama secara produktif. Cara berpikir seperti itu dapat dikembangkan

melalui pembelajaran matematika. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan

Ansari (2009 : 1)

“Hakekat pendidikan matematika adalah membantu siswa agar berpikir kritis, efisien, bersikap ilmiah, disiplin, bertanggung jawab, percaya diri, disertai dengan iman dan taqwa”.

Namun pada kenyataannya mutu pendidikan di Indonesia khususnya

matematika masih rendah. Beberapa ahli matematika seperti Russefendi (dalam

Ansari, 2009) mensinyalir kelemahan matematika pada siswa Indonesia karena

pelajaran matematika disekolah ditakuti bahkan dibenci siswa. Menurut Sriyanto

(dalam Bambang R, 2008) sikap negatif ini muncul karena adanya persepsi bahwa

(12)

2

Menurut Soedjono (dalam Ansari, 2009) menyebutkan bahwa :

“Kesulitan belajar siswa dapat disebabkan beberapa faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal seperti fisiologi, faktor sosial dan faktor pedagogik. Selain itu terdapat pula kesulitan khusus dalam belajar matematika seperti: 1) kesulitan dalam menerapkan konsep, 2) kesulitan dalam belajar dan menggunakan prinsip, 3) kesulitan dalam memecahkan soal berbentuk verbal”.

Hal senada juga diungkapkan oleh Bambang R (2008) bahwa :

“Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit, diantaranya adalah karakteristik matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus-rumus yang membingungkan. Selain itu beberapa pelajar tidak menyukai matematika karena matematika penuh dengan hitungan dan miskin komunikasi”.

Di dalam penerapannya, seringkali matematika yang diajarkan kepada

siswa dilakukan dengan pemberitahuan, tidak dengan cara ekplorasi matematika

(Rusffendi dalam Ansari: 2009). Oleh karena itu kondisi pembelajaran di dalam

kelas membuat siswa menjadi pasif. Salah satu cara yang sering dipakai seorang

guru dalam menyampaikan pembelajaran adalah metode ekspositori. Dimana

proses pembelajaran berlangsung satu arah yaitu penyampaian informasi dari guru

ke siswa. Metode inilah yang dapat membuat siswa menjadi kurang aktif dalam

proses belajar karena siswa belajar dengan cara menonton guru dalam

menjelaskan dan memecahkan masalahnya sendiri, Brooks & Brooks (dalam

Ansari, 2009) menamakan pembelajaran seperti pola ini sebagai konvensional,

karena suasana kelas masih didominasi guru dan menitikberatkan pembelajaran

pada keterampilan tingkat rendah.

Pembelajaran konvensional atau mekanistik ini menekankan pada latihan

mengerjakan soal atau drill dengan mengulang prosedur serta lebih banyak

menggunakan rumus atau algoritma tertentu. Paling tidak ada dua akibat dari

pembelajaran ini. Pertama, siswa kurang aktif pada pola pembelajaran ini karena

kurang menanamkan pemahaman konsep sehingga kurang mengundang sikap

kritis. Kedua, jika siswa diberi soal yang berbeda dengan latihan soal, mereka

(13)

Menurut Ansari (2009:3) bahwa : “Model pembelajaran pemberian

informasi secara konvensional dapat mendidik siswa menjadi kurang baik, dan

juga dapat mendidik siswa bersikap apatis dan individualistik”. Mereka melihat

matematika sebagai suatu kumpulan aturan-aturan yang dapat mendatangkan

bosan, karena aktivitas siswa hanya mengulang prosedur atau menghafal

algoritma tanpa diberi peluang lebih banyak berinteraksi dengan sesama.

Pembelajaran seperti ini tidak memberi kebebasan berfikir siswa, melainkan

belajar hanya untuk tujuan singkat. Apabila pembelajaran matematika

menekankan pada aturan dan prosedur, ini dapat memberi kesan bahwa pelajaran

matematika adalah pelajaran yang dihapal, hal inilah yang dapat membuat

penguasaan konsep dasar matemtika mereka masih rendah.

Dari hasil wawancara dengan salah satu guru matematika SMP Negeri 4

Medan yaitu Bapak Hadi Panjaitan, S.Pd diperoleh keterangan bahwa kemampuan

siswa dalam memberikan argumentasi, menyatakan ide dengan bahasa

matematika dan kemampuan melukiskan maupun membaca gambar masih rendah.

Dari hasil observasi awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 4 Maret 2013

berupa tes diagnostik yang diberikan pada siswa kelas IX-9 SMP Negeri 4 Medan

yang berjumlah 38 orang diperoleh data sebanyak 10 siswa (26 %) yang sudah

tuntas dalam memberikan argumentasi terhadap permasalahan dalam soal kubus

dan balok yang diberikan, sebanyak 2 siswa atau 5% siswa yang sudah tuntas

mengkomunikasikan gagasannya tentang materi kubus dan balok dengan bahasa

matematika secara lengkap dan benar, dan sebanyak 6 siswa atau 15 % siswa yang

sudah tuntas menggambarkan unsur-unsur kubus dan balok dengan benar. Dari

hasil tes diagnostik dengan tiga indikator komunikasi matematik yang telah telah

dirata-ratakan diperoleh data sebanyak 38 siswa (100 %) tidak tuntas dalam

mengerjakan tes diagnostik tersebut. Hal ini terjadi karena kemampuan

komunikasi matematik siswa mereka masih rendah.

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu kesulitan

untuk mempelajari matematika adalah rendahnya kemampuan komunikasi

matematika siswa. Rendahnya kemampuan komunikasi matematika, tidak lepas

(14)

4

pandangan guru terhadap makna belajar. Makna dan hakekat belajar seringkali

diartikan sebagai penerimaan informasi dari sumber informasi. Artinya masih ada

sebagian guru memaknai kegiatan mengajar sebagai kegiatan memindahkan

informasi dari guru atau buku kepada siswa.

Untuk mengatasi permasalahan rendahnya kemampuan komuniksai

matematik siswa maka guru perlu mengusahakan perbaikan model pembelajaran

sebagai suatu strategi untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik

siswa dengan cara bagaimana siswa turut aktif dalam proses pembelajaran. Untuk

meningkatkan kemampuan komunikasi dan hasil belajar matematika siswa, tugas

dan peran guru bukan lagi sebagai pemberi informasi ( transfer of knowledge),

tetapi sebagai pendorong siswa belajar (stimulation of learning) agar dapat

mengkonstruksikan sendiri pengetahuan melalui berbagai aktivitas seperti

pemecahan masalah, penalaran, dan berkomunikasi (doing math), sebagai cara

pelatihan berpikir kritis dan kreatif. Sulvivan (dalam Ansari:2009) mengatakan

bahwa peran dan tugas guru sekarang adalah memberi kesempatan belajar

maksimal pada siswa dengan jalan (1) melibatkan secara aktif dalam eksplorasi

matematika; (2) mengkonstruksikan pengetahuan berdasarkan pengalaman yang

telah ada pada mereka; (3) mendorong agar mampu mengembangkan dan

menggunakan berbagai strategi; (4) mendorong agar berani mengambil resiko

dalam menyelesaikan soal; (5) memberi kebebasan berkomunikasi untuk

menjelaskan idenya dengan mendengarkan ide temannya.

Hal ini juga didukung oleh Ansari (2009:5) dalam buku komunikasi

matematiknya menyebutkan bahwa:

(15)

Untuk merealisasikan peningkatan kemampuan komunikasi matematis

siswa, guru harus memiliki suatu strategi yang berupa aktivitas yang mampu

membuat siswa tertarik untuk melaksanakan proses belajar. Silver dan Smith

(Ansari : 2009) mengutarakan pula tugas guru adalah: (1) melibatkan siswa dalam

setiap tugas matematika, (2) Mengatur aktivitas intelektual siswa dalam kelas

seperti diskusi dan komuniksi, (3) membantu siswa memahami ide matematika

dan memonitor pemahaman mereka.

Salah satu strategi pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan

kemampuan komunikasi dan hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan

strategi pembelajaran think-talk-write. Strategi pembelajaran ini pada dasarnya

dibangun melalui berpikir (think), berbicara (talk), dan menulis (write) dan

melibatkan kelompok-kelompok kecil yang bersifat heterogen. Strategi

pembelajaran ini mengedepankan perlunya siswa mengkomunikasikan /

menjelaskan hasil pemikiran matematikannya terhadap permasalah yang diberikan

oleh guru serta strategi pembelajaran ini lebih mengedepankan proses daripada

hasil dan menjelaskan alasan pengerjaannya.

Strategi pembelajaran TTW ini dimulai dengan bagaimana siswa

memikirkan penyelesaian suatu masalah, kemudian diikuti dengan

mengkomunikasikan hasil pemikirannya, dan akhirnya melalui diskusi siswa

dapat menuliskan hasil pemikirannya. Sementara tugas yang diberikan bertujuan

untuk mendorong siswa berpikir kreatif, bekerja- sama dengan temannya dalam

menjawab tugas, dan menyadari bahwa soal dapat dijawab dengan beberapa cara.

Pemilihan strategi pembelajaran ini didasari oleh beberapa alasan yaitu

kegiatan think, siswa dihadapkan dengan sebuah teks berupa materi serta masalah

yang memuat petunjuk dan prosedur pelaksanaannya yang memungkinkan mereka

untuk berpikir, kegiatan talk, siswa dikelompokkan menjadi grup-grup yang

bersifat heterogen dan kemudian siswa menjelaskan, mendengarkan dan membagi

ide bersama temannya dan kegiatan write, siswa mengungkapkan isi pikirannya

menjadi tulisan dengan cara mengkonstruksikan pengetahuan yang mereka

(16)

6

Keuntungan melakukan strategi pembelajaran think- talk- write (TTW)

dalam pembelajaran antara lain:

1. Mempercepat kemahiran dalam menggunakan strategi pengerjaan soal.

2. Membantu siswa dalam mempercepat pemahaman soal.

3. Memberi kesempatan pada siswa untuk mendiskusikan suatu strategi

pemecahan masalah.

Dengan tiga komponen dasar think, talk dan write ini, diharapkan

kemampuan komunikasi matematik siswa dan hasil belajar dapat meningkat.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik

melakukan penelitian yang berjudul: ”Penerapan Strategi Think-Talk-Write(TTW)

Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Kelas VIII SMP

NEGERI 4 Medan Tahun Ajaran 2012/2013”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasi

masalah dalam kegiatan belajar mengajar sebagai berikut:

1. Penguasaan konsep dasar matematika masih rendah?.

2. Masih rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa SMP Negeri

4 Medan sehingga membuat siswa kurang bisa memahami permasalahan

matematika pada materi Kubus dan Balok?.

3. Proses pembelajaran yang kurang mendukung siswa untuk

mengekspresikan kemampuan komunikasi matematik yang dimiliki siswa

tersebut?.

1.3 Batasan Masalah

Mengingat kompleksnya permasalahan yang ada dalam penelitian ini dan

keterbatasan kemampuan peneliti maka peneliti membatasi masalah ini pada

hal-hal yang berhubungan dengan strategi pembelajaran TTW dan kemampuan

(17)

dibatasi pada upaya meningkatkan komunikasi matematika siswa melalui strategi

pembelajaran think-talk-write (TTW) Pada Materi Kubus dan Balok.

1.4 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah : Bagaimana

penerapan strategi pembelajaran think-talk-write dapat meningkatkan kemampuan

komunikasi matematik siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Medan pada materi Kubus

dan Balok?.

1.5 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui bagaimana strategi pembelajaran think-talk-write(TTW)

dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa pada materi Kubus

dan Balok kelas VIII SMP Negeri 4 Medan.

1.6 Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan pendidikan maka manfaat yang diharapkan

adalah:

1.Bagi siswa:

a. Menumbuhkembangkan kemampuan kerjasama, komunikasi dan keterampilan

berpikir siswa.

b. Meningkatkan kemampuan komunikasi siswa dalam belajar matematika yang

pada akhirnya akan membawa pengaruh positif dengan meningkatnya hasil

belajar siswa dan penguasaan konsepnya

2.Bagi Guru

a. Memperoleh pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think- talk- write

(18)

8

b. Guru termotivasi melakukan penelitian sederhana yang bermanfaat bagi

perbaikan dalam proses pembelajaran dan meningkatkan kemampuan guru itu

sendiri.

3. Bagi Peneliti

a. Akan diperoleh pemecahan masalah dalam penelitian sehingga akan diperoleh

strategi belajar yang baru yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi

siswa dalam pemecahan masalah secara matematika.

b. Mendapat pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian dan

melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan khusus tentang konsep

matematika.

c. Sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan bagi peneliti dalam

menjalankan tugas pengajaran sebagai calon pengajar dimasa yang akan

datang.

1.7. Defenisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap beberapa istilah

yang digunakan dalam penelitian ini, berikut didefenisikan istilah-istilah tersebut

yaitu:

1. Strategi pembelajaran think-talk-write(TTW) merupakan rangkaian

pembelajaran yang terdiri dan tiga tahap yaitu:

a. THINK: siswa secara individual membaca, berfikir dan menuliskan

hal-hal penting dari bahan pembelajaran yang disajikan di dalam LKS.

b. TALK: siswa rnengkomunikasikan hasil kegiatan membacanya pada

tahap think melalui diskusi dalam kelompoknya yang terdiri 3-5 siswa.

c. WRITE: siswa secara individual menulis hasil diskusi berdasarkan

pemikiran dan bahasa masing-masing.

2. Kemampuan komunikasi metamatika adalah kemampuan siswa dalam hal

bercakap, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan,

(19)

dipelajari. Komunikasi dalam matematika berkaitan dengan kemampuan

(20)

64

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan hasil observasi dapat diambil

beberapa simpulan sebagai berikut :

Strategi pembelajaran think-talk-write(TTW) dapat meningkatkan

kemampuan komunikasi matematik siswa khususnya dalam menyelesaikan

soal-soal Kubus dan Balok dari siklus I ke siklus II dengan peningkatan tertinggi pada

aspek representasi. Pada siklus II guru telah mampu mempertahankan dan

meningkatkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan penerapan strategi

TTW, yakni dengan menerapkan kerangka pembelajaran yang terdapat pada

strategi pembelajaran TTW dan memperbaiki kelemahan siswa pada siklus I. Pada

tahapan berpikir (think), guru menyuruh siswa mencari kemungkinan jawaban

dari permasalahan yang diberikan melalui LAS. Pada tahapan ini siswa mampu

mencari kemungkinan penyelesaian dari permasalahan yang ada secara individu.

Pada tahapan berbicara (talk), guru menyuruh siswa untuk mendiskusikan kembali

jawaban di dalam kelompok masing-masing. Pada tahapan ini siswa mampu

memberikan argumentasinya masing-masing di dalam diskusi kelompok dan

kemudian menemukan solusi yang tepat terhadap permasalahan yang ada. Pada

tahapan menulis (write), guru menyuruh siswa untuk menuliskan kembali jawaban

yang telah didiskusikan dalam kelompok secara individu. Pada tahapan ini siswa

sudah mampu menyampaikan kemampuan komunikasi matematikanya secara

tertulis.

Melalui strategi pembelajaran TTW, hasil tes komunikasi matematik

siswa khususnya pada pokok bahasan Kubus dan Balok meningkat. Hal ini dilihat

dari peningkatan nilai rata-rata pada masing-masing aspek komunikasi matematik

yang diperoleh siswa yaitu meningkat pada aspek argumentasi sebesar 0,88,

representasi sebesar 1,23, menggambar sebesar 0,22 dimana peningkatan nilai

rata-rata tertinggi diperoleh pada aspek komunikasi matematik yaitu aspek

(21)

banyak siswa yang telah mencapai nilai ≥ 65 mengalami peningkatan sebesar

37,14% dan observasi guru mengalami peningkatan sebesar 0,14.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini yaitu :

1. Kepada guru matematika dalam mengajarkan materi pembelajaran

matematika disarankan guru menggunakan strategi pembelajaran

think-talk-write(TTW) sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan

kemampuan komunikasi matematik siswa.

2. Kepada siswa SMP Negeri 4 Medan khususnya siswa yang

berkemampuan komunikasi matematik rendah agar lebih banyak

berlatih, membaca dan tidak sungkan-sungkan untuk

mengkomunikasikan ide-ide matematikanya baik secara lisan maupun

tulisan dalam pembelajaran matematika.

3. Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian dengan objek yang

sama dengan penelitian ini supaya memperhatikan

kelemahan-kelemahan yang ada dalam penelitian ini yaitu siswa yang dibentuk

dalam kelompok jangan terlalu banyak agar setiap kelompok diskusi

tersebut ikut terlibat sehingga akan memudahkan guru dalam

penguasaan kelas. Hal ini dikarenakan dengan adanya penguasaan kelas

yang baik maka diharapkan pembelajaran dengan strategi pembelajaran

think-talk-write(TTW) dapat berlangsung dengan efektif dan dapat

(22)

66

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Adinawan, Cholik. (2007). Matematika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.

Andriani, Melly.(2008). Komunikasi Matematika.

http://mellyirizal.blogspot.com/2008/12/komunikasi-matematia.html. (diaksess pada tanggal 06 maret 2012)

Ansari, Bansu I. (2009). Komunikasi Matematik (Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh : Penerbit Pena.

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi, dkk. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

Aunurrahman, Dr. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Bambang, R. (2008). Membangun Ketrampilan Komunikasi Matematika.

http://rbayans.wordpress.com/2008/10/28/membangun-ketrampilan-komunikasi-matematika.html (diakses pada tanggal 06 maret 2012)

Djamarah, dkk. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. (2011). PEDOMAN PENULISAN PROPOSAL DAN SKRIPSI MAHASISWA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FMIPA UNIMED. Medan

: FMIPA Unimed.

Hudojo,H. (1998). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta : Depdikbud Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek pengembangan Lembaga Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Lubis, Asrin. (2006). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Medan : FMIPA Universitas Negeri Medan.

Mudjiono, dkk. (2006). BELAJAR DAN PEMBELAJARAN. Jakarta : Rineka Cipta.

(23)

Tassa, Saira. (2012). Penerapan Strategi Think Talk Write Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas VIII SMP N 4 Medan T.A 2011/2012, Skripsi. Medan : FMIPA UNIMED.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Soejono. (1988). Pengajaran Matematika. Jakarta : Depdikbud.

Soedjadi. (2006). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Sukino, Drs. (2007). Matematika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta : Erlangga.

Gambar

Tabel 2.1. Rubrik Penskoran Komunikasi Matematika Siswa
Gambar 1. Desain Strategi Pembelajaran TTW

Referensi

Dokumen terkait

BOGOR 2012.. Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Analisis Perubahan Tutupan Lahan, Struktur Genetik, dan Kandungan Biomassa Karbon Pinus merkusii Jungh et de Vriese strain

Bisa juga diartikan sebagai sistem ajaran (doktrin) dan praktek yang didasarkan pada sistem ke- percayaan seperti itu, atau sebagai kepercayaan akan keberadaan dan pengaruh

Sehingga para anggota rapat tidak perlu takut tidak ke bagian jalur transmisi karena dengan penambahan acces point tersebut daya tampung semakin besar, para anggota juga cukup duduk

Untuk masing-masing proses pentransferan da- ta menggunakan rumus pada proses perhitungannya, yaitu dengan cara membagi ukuran data dengan waktu transfer yang didapat.

dianggap tepat untuk menggambarkan mengenai keadaan di lapangan yaitu.. mengenai materi apa saja yang dipelajari pada kegiatan ekstrakurikuler seni. tari, bagaimana pelaksanaan

Mengapa penulis memilih shonen anime adalah karena objek penelitian yang ingin diteliti merupakan kata ganti orang kedua omae sebagai danseigo (bahasa pria), sehingga

The requested change is to refactor the specification into core + extensions, so that it is possible to write extensions for different input/output encodings (similar to what was

Pembebasan Bea Masuk atas Impor Barang Modal dalam Rangka Pembangunan atau Pengembangan Industri Pembangkitan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum.. The Investment Coordinating