P E N G E M B A N G A N P E R A N G K A T P E M B E L A J A R A N MATEMATIKA DAN ASESMEN OTENTIK BERORIENTASI
MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
KONSEP SISWA SMP
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
JULI ANTASARI SINAGA
NIM. 8126172021PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA
ABSTRAK
JULI ANTASARI SINAGA. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Matematika dan Asesmen Otentik Berorientasi Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2014.
Akar masalah dalam penelitian ini adalah kenyataan penguasaan konsep matematika siswa kurang memuaskan, dan orientasi pembelajaran matematika yang terjadi selama ini kurang menekankan pada usaha memampukan siswa mengonstruksi pengetahuan, sehingga siswa kurang memahami konsep dan tidak mampu memecahkan masalah. Untuk mengatasi masalah tersebut, pada penelitian ini dikembangkan suatu perangkat pembelajaran berdasarkan masalah yang dapat memampukan siswa mengonstruksi pengetahuan matematika.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan tujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran berdasarkan masalah yang valid dan efektif, beserta seluruh instrumen penelitian yang terkait dengan penerapan perangkat tersebut dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan perbandingan dan skala untuk siswa kelas VII SMP.
Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, yakni tahap pertama pengembangan perangkat pembelajaran berorientasi model pembelajaran berdasarkan masalah dengan mengacu model pengembangan Four-D, dan tahap kedua mengujicobakan perangkat pembelajaran pada 34 siswa SMP Negeri I Siantar dengan empat kali pertemuan. Rancangan dalam ujicoba menggunakan one group pretest-posttest design.
ABSTRACT
JULI ANTASARI SINAGA. The Development of Mathematics Learning and Authentic Assessment Package Using Problem Based Instruction Improving The Understanding Concept of The Students of State Junior High School. Thesis. State University of Medan Post Graduate Program, 2014.
The essential problem of this research is that students’ achievements in mathematics are unsatisfactory and that the orientation of mathemathical instruction doesn’t emphasize the effort to make students to understand the concept and they are unable to solve problems. The purpose of this study is to develop an alternative way of teaching mathematics which helps students to be able to construct mathematical knowledge.
This is a development research, conducted in the form of a valid and effectiveness development of mathematics learning using problem based instruction.
This research was conducted in two stages, the first stage is the development of mathematics learning package using problem based instruction with the reference Four-D model, and the second stage is to try-out of learning package to 34 students in SMP Negeri 1 Siantar by four times classroom meeting, designing of the try-out using one group pretest-posttest design.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Yang Maha Kuasa atas segala
berkat dan lawatan kasih Nya yang tidak pernah berkesudahan sehingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan tesis dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dan
Asesmen Otentik Berorientasi Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SMP”.
Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan (UNIMED). Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang
melibatkan pelajaran matematika dengan model pembelajaran berdasarkan masalah. Penulisan
hingga penyelesaian tesis ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan membutuhkan begitu
banyak bimbingan, dorongan, bantuan serta semangat. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya atas semua pihak yang telah membantu,
menyemangati, membimbing dan juga mengajari dengan sangat iklhas. Baik secara langsung
maupun tidak langsung. Hanya ucapan terima kasih yang dapat saya sampaikan kiranya Tuhan
yang membalas kebaikan bapak/ibu dan teman-teman seklaian. Terima kasih dan penghargaan
khususnya peneliti sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. W. Rajagukguk, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd. \selaku Dosen
pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan waktu di sela kesibukannya untuk
memberikan ilmu, bimbingan, arahan dan saran-saran yang sangat membangun bagi penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si. dan Bapak Prof. Dr.
Pargaulan Siagian, M.Pd selaku narasumber yang telah banyak memberikan saran dan
3. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku ketua dan
sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED yang setiap saat
memberikan kemudahan, arahan dan nasihat yang sangat berharga bagi penulis. Serta Bapak
Dapot Tua Manullang selaku staf pada program studi pendidikan matematika Pascasarjana
UNIMED yang telah membantu dan melayani dengan baik dalam hal-hal yang berkaitan
dengan pengurusan berkas penyelesaian tesis.
4. Direktur, Asisten I, Asisten II, beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED yang telah
memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan tesis ini.
5. Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Siantar Ibu Syafrida Purba, S.Pd yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan di sekolah, staf tata usaha,
serta guru pelajaran matematika Bapak Riduan Sinaga yang bersedia membantu dalam proses
penelitian.
6. Suami Tercinta Albert Tony Lumbangaol, M.Pd dan Anak-anakku yang terkasih Yohannes
William dan Yonathan Willson, terimakasih untuk semua dukungan, semangat, dan kesabaran
kalian selama saya mulai kuliah sampai selesainya studi ini. Semoga kita tetap satu untuk
selamanya.
7. Orangtua tercinta Bapak R.Sinaga dan Ibu R.Sijabat yang telah memberikan doa, kasih
sayang, perhatian, kepercayaan dan dukungan moril maupun materi sejak sebelum kuliah,
dalam perkuliahan hingga menyelesaikan pendidikan ini. Kalian adalah bagian terbaik dalam
kisah ini. Saudara-saudara ku Budi Hartono Sinaga, Wiwin Teger Sinaga, Ines Sinaga, Wita
8. Rekan-rekan satu angkatan kelas B-2 Program Studi Pendidikan Matematika Winda, Dewi,
Nita, Imel, Tere, Joel, Kiki, Andi, dan teman-teman lainnya yang telah banyak memberikan
bantuan dan dorongan dalam penyelesaian tesis ini.
9. Pihak –pihak yang belum tersebutkan dan mungkin terlewatkan saya mohon maaf
Diatas segalanya penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
tesis ini, dan dengan tangan terbuka penulis menerima segala masukan dan saran untuk
perbaikan terhadap dunia pendidikan kita.
Medan, oktober 2014
DAFTAR ISI
1.7. Pembatasan Penelitian dan Asumsi Penelitian ... 20
1.8. Definisi Operasional ... 21
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran Matematika ... 25
2.2. Hakikat Pemahaman Konsep ... 32
2.3. Pembelajaran Berdasarkan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika ... 35
2.4. Teori-Teori Belajar Yang Relevan Dengan Pembelajaran Berdasarkan Masalah ... 54
2.5. Keefektivan Pembelajaran ... 63
2.6. Aktivitas Belajar Siswa ... 66
2.7. Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran... 70
2.9. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 74
2.10. Asesmen Otentik ... 81
2.11. Hasil Penelitian Relevan ... 92
2.12. Uraian Materi Perbandingan ... 96
2.13. Kerangka Konseptual ... 99
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 106
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 107
3.3. Subyek Penelitian dan Objek Penelitian ... 107
3.4. Prosedur dan Rancangan Penelitian ... 107
3.5. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 124
3.6. Analisis Data ... 135
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 143
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 207
4.3. Keterbatasan Penelitian ... 217
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 220
5.2. Saran ... 221
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I A Rencana Pembelajaran-1 ... 226
Lampiran I B Lembar Aktivitas Siswa (LAS) -1 ... 263
Lampiran I C Buku Guru ... 275
Lampiran I D Buku Siswa ... 304
Lampiran I E Instrumen Asesmen Otentik ... 319
Lampiran II A Lembar Validasi ... 338
Lampiran II B Lembar Observasi ... 350
Lampiran II C Angket Respon Siswa ... 355
Lampiran III A Validitas Butir Tes ... 356
Lampiran III B Reliabilitas Butir Tes ... 357
Lampiran III C Sensitivitas Butir Tes ... 358
Lampiran III D Perhitungan Reliabilitas Lembar Aktivitas Siswa ... 360
Lampiran III E Perhitungan Reliabilitas Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 364
Lampiran IV A Hasil Validasi RPP ... 366
Lampiran IV B Hasil Validasi Buku Siswa ... 367
Lampiran IV C Hasil Validasi Buku Petunjuk Guru ... 368
Lampiran IV D Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa ... 369
Lampiran IV E Hasil Validasi Tes Pemahaman Konsep ... 371
Lampiran V A Rekapitulasi Hasil Keterbacaan LAS ... 372
Lampiran V B Rekapitulasi Hasil Keterbacaan BAS ... 373
Lampiran VI A Rekapitulasi Hasil Pretes dan Postes Pemahaman Konsep Matematika Uji Coba I ... 374
Lampiran VI B Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Uji Coba I ... 379
Mengelola Pembelajaran Uji Coba I ... 380
Lampiran VI D Rekapitulasi Hasil Angket Respon Siswa Uji Coba I ... 382
Lampiran VI E Rekapitulasi Hasil Pretes dan Postes Pemahaman
Konsep Matematika Uji Coba II ... 384
Lampiran VI F Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Uji Coba II . 386
Lampiran VI G Rekapitulasi Hasil Observasi Kemampuan Guru
Mengelola Pembelajaran Uji Coba II ... 390
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran BerdasarkanMasalah ... 52
Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran .. 71
Tabel 2.3 Hubungan Banyak Kemeja dan harga Kemeja ... 97
Tabel 2.4 Kecepatan dan Waktu Ynag Diperlukan ... 99
Tabel 3.1 Keefektivan Aktivitas Siswa ... 138
Tabel 3.2 Tingkat Penguasaan Siswa... 141
Tabel 4.1 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 151
Tabel 4.2 Revisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 152
Tabel 4.3 Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa ... 154
Tabel 4.4 Revisi LAS Berdasarkan Hasil Validasi ... 156
Tabel 4.6 Revisi Buku Petunjuk Guru ... 158
Tabel 4.7 Hasil Validasi Buku Ajar Siswa ... 159
Tabel 4.8 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 160
Tabel 4.9 Hasil Validasi Lembar Penilaian Diri dan Lembar Penilaian Unjuk Kerja ... 162
Tabel 4.10 Hasil Angket Keterbacaan LAS ... 164
Tabel 4.11 Hasil Angket Keterbacaan BAS ... 165
Tabel 4.12 Hasil [erhitungan Untuk Penentuan Reliabilitas Lembar Aktivitas Siswa ... 166
Tabel 4.13 Hasil [erhitungan Untuk Penentuan Reliabilitas Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 166
Tabel 4.14 Karakteristik Butir Tes Hasil Belajar ... 169
Tabel 4.15 Deskripsi Hasil Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Kelas VII-2 ... 171
Matematika Siswa Kelas VII-2 Pada Hasil Pretes ... 172
Tabel 4.17 Tingkat Pencapaian Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VII-2 Pada Hasil Postes ... 173
Tabel 4.18 Kadar Aktivitas Siswa Pada Uji Coba I ... 175
Tabel 4.19 Hasil Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Pada Uji Coba I ... 179
Tabel 4.20 Hasil Angket Respon Siswa ... 185
Tabel 4.21 Revisi Buku Ajar Siswa ... 188
Tabel 4.22 Revisi Buku Petunjuk Guru ... 189
Tabel 4.23 Deskripsi Hasil Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Pada Uji Coba II ... 190
Tabel 4.24 Tingkat Pencapaian Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VII-3 Pada Hasil Pretes ... 191
Tabel 4.25 Tingkat Pencapaian Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VII-3 Pada Hasil Postes ... 192
Tabel 4.26 Perbandingan Hasil Postes Siswa Yang Telah Memahami Konsep Perbandingan dan Skala ... 194
Tabel 4.27 Kadar Aktivitas Siswa Pada Uji Coba II ... 195
Tabel 4.28 Hasil Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Pada Uji Coba II ... 199
Tabel 4.29 Hasil Angket Respon Siswa ... 204
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Pola Jawaban Siswa ... 5
Gambar 2.1 Tahap Pendefinisian dalam Model 4-D... 77
Gambar 2.2 Tahap Perancangan dalam Model 4-D ... 79
Gambar 2.3 Tahap Pengembangan dalam Model 4-D ... 80
Gambar 2.4 Tahap Penyebaran dalam Model 4-D ... 81
Gambar 3.1 Bagan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4-D ... 109
Gambar 4.1 Hasil Analisis Konsep Untuk Materi Perbandingan ... 146
Gambar 4.2 Tingkat Pencapaian Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VII-2 Pada Hasil Postes Uji Coba I ... 174
Gambar 4.3 Kadar Aktivitas Siswa Pada Uji Coba I ... 178
Gambar 4.4 Nilai Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 181
Gambar 4.5 Tingkat Pencapaian Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VII-3 Pada Hasil Postes Uji Coba II ... 193
Gambar 4.6 Diagram Presentase Waktu Aktivitas Siswa Pada Uji Coba II ... 196
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan
yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM)
yang mampu bersaing di era global. Sumber Daya Manusia yang bermutu
merupakan faktor penting dalam pembangunan di era globalisasi saat ini.
Pengalaman di banyak negara menunjukkan, sumber daya manusia yang bermutu
lebih penting dari pada sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia
yang bermutu adalah sumber daya manusia yang mampu menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi guna memenuhi kebutuhannya dan menjawab berbagai
tantangan yang dihadapi dalam kehidupan masyarakat yang dinamis.
Ilmu pengetahuan dan teknologi tentunya akan semakin terus berkembang,
untuk itu jika kita tidak ingin ketinggalan dibanding negara lain maka penguasaan
matematika yang kuat sejak dini merupakan suatu solusinya, sebab matematika
merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,
mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan
daya pikir manusia. Sejalan dengan pendapat di atas, National Research Council
(NRC, 1989: 1) dari Amerika Serikat (http://www.fadjarp3g.wordpresss.com)
telah menyatakan pentingnya matematika dengan pernyataan berikut:
2
negara, matematika akan menyiapkan warganya untuk bersaing dan berkompetisi di bidang ekonomi dan teknologi.
Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa matematika menyatu dengan
pola kehidupan manusia atau matematika adalah bagian dari hidup manusia,
sehingga matematika sangat dibutuhkan dalam setiap kegiatan sehari-hari.
Dalam kurikulum 2006 (KTSP), ditegaskan bahwa tujuan diajarkannya
pelajaran matematika di sekolah garis besarnya, yaitu agar siswa mempunyai
kemampuan memahami konsep matematika, menggunakan penalaran pada pola
dan sifat, memecahkan masalah, mengkomunikasikan gagasan, memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan dengan menggunakan
konsep-konsep matematika (Depdiknas, 2006: 388).
Dengan mengkaji peranan dan tujuan pembelajaran matematika, tentunya
logis jika pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari
pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi, dan sudah menjadi keharusan
kalau pengetahuan tentang matematika harus ditingkatkan bagi setiap individu
khususnya para pembelajar. Hal ini dilakukan berguna untuk membekali siswa
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan berkolaborasi. Kompetensi seperti di atas diperlukan agar siswa
memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi
untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan
kompetitif (Depdiknas, 2006: 387).
Dari uraian di atas jelaslah bahwa penguasaan terhadap matematika adalah
suatu hal yang tidak dapat ditawar lagi, demi kelangsungan hidup manusia di
3
masa depan bangsa ada dipundaknya. Agar penguasaan terhadap matematika
dapat berhasil dengan baik, maka siswa terlebih dahulu harus mampu menguasai
konsep-konsep dalam matematika tersebut. Sebagaimana Hudoyo (1998: 3)
berpendapat bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide dan konsep-konsep
yang abstrak dan tersusun secara hierarki, maka dalam belajar matematika tidak
boleh ada langkah/ tahapan konsep yang dilewati. Matematika hendaknya
dipelajari secara sistematis dan teratur serta harus disajikan dengan struktur yang
jelas dan harus disesuaikan dengan perkembangan intelektual siswa serta
kemampuan prasyarat yang telah dimilikinya. Dengan demikian pelajaran
matematika akan terlaksana secara efektif dan efisien. Karena konsep-konsep
dalam matematika memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, maka
siswa harus lebih banyak diberikan kesempatan untuk melihat kaitan-kaitan
dengan materi yang lain. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa dapat memahami
materi matematika secara mendalam. Apabila siswa sudah dapat memahami
konsep-konsep matematika maka selanjutnya siswa tersebut tentunya sudah dapat
menyelesaikan soal-soal dan mampu mengaplikasikan pembelajaran tersebut
dalam dunia nyata. Dengan demikian akan terciptalah sumber daya manusia yang
bermutu seperti yang telah di uraikan sebelumnya.
Pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan atau kemahiran
matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika yaitu
dengan menunjukkan pemahaman konsep yang dipelajari, menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep algoritma secara luwes,
4
(2009: 136) menyatakan seorang siswa dikatakan telah memahami suatu konsep
apabila mampu menjelaskan sebuah defenisi dengan kata-kata sendiri menurut
sifat-sifat/ciri-ciri yang esensial, mampu membuat/menyebutkan contoh dan yang
bukan contoh, dan mampu mendeskripsikan pemikirannya atau menyelesaikan
masalah. Pemahaman konsep yang baik akan turut mempengaruhi daya
matematika siswa lainnya, karena jika siswa tidak dapat memahami konsep
matematika dengan baik, maka siswa tidak dapat menganalisa permasalahan,
sehingga siswa tidak mampu untuk menyelesaikan masalahnya. Sementara itu
pemahaman konsep diperlukan untuk melahirkan ide-ide ataupun gagasan baru
maupun karya nyata.
Berdasarkan fakta dari penelitian pendahuluan (pada tanggal 9 sampai 11
Maret 2014) yang dilakukan oleh peneliti di SMP Negeri 1 Siatar kelas VII,
diperoleh informasi bahwa hasil tes pemahaman konsep terhadap 30 orang siswa,
yang dilakukan oleh peneliti (pada tanggal 9 Maret 2014) masih tergolong rendah.
Dari indikator kemampuan pemahaman konsep matematika dari 30 orang siswa
terdapat; hanya 3 orang siswa yang mampu menuliskan konsep; 5 orang siswa
yang mampu memberikan contoh dan bukan contoh; dan hanya 2 orang siswa
yang mampu mengaplikasikan konsep dalam pemecahan masalah. Hal ini dapat
dilihat dari hasil tes yang diberikan kepada 30 orang siswa tersebut, yakni:
1. Tuliskan apa saja yang kamu ketahui tentang perbandingan senilai.
2. Manakah dari yang berikut ini merupakan contoh dua besaran yang
5
a. Banyak barang dengan jumlah harganya.
b. Kecepatan kendaraan dengan waktu tempuhnya.
c. Banyak pekerja proyek dengan waktu penyelesaiannya.
d. Jumlah bunga tabungan dengan lama menabung.
e. Banyak ternak dengan waktu untuk menghabiskan persediaan
makanan.
3. Umur Anton 3 tahun lebih tua dari umur Bima. Jika jumlah umur
mereka 27 tahun, maka berapakah umur Anton sekarang?
Dari ketiga pertanyaan di atas hasil jawaban siswa dapat dilihat sebagai
berikut:
6
Dari pola jawaban siswa nomor satu dapat dipahami bahwa siswa belum
dapat menuliskan konsep perbandingan senilai dengan benar, pola jawaban siswa
nomor dua terlihat bahwa siswa belum dapat mengidentifikasi perbandingan
senilai dari contoh-contoh besaran yang diberikan, dan dari jawaban siswa untuk
soal nomor tiga dapat dipahami bahwa prosedur yang dibuat siswa sudah benar
untuk menjawab soal tersebut sampai siswa itu mendapatkan nilai x = 12 tahun.
Akan tetapi soal belum terjawab sepenuhnya karena siswa tidak mensubtitusikan
nilai x itu ke dalam persamaan umur Anton = (x + 3) tahun. Hal ini dapat
menunjukkan bahwa siswa tersebut belum benar-benar mampu mengaplikasikan
konsep perbandingan tersebut.
Temuan lain yang diperoleh peneliti berdasarkan hasil pengamatan (pada
tanggal 10 sampai 11 Maret 2014) bahwa faktor yang mempengaruhi rendahnya
penguasaan konsep matematika di SMP Negeri 1 Siantar adalah bahwa
pendekatan pembelajaran masih menggunakan pola lama yang mana dalam
proses pembelajaran cenderung mengarahkan siswa hanya untuk mengerjakan
soal-soal. Kegiatan siswa hanya diseputar mengerjakan soal berdasarkan rumus
yang ada dan berdasarkan contoh yang pernah diberikan oleh guru tanpa
mengetahui dari mana datangnya rumus, siswa tidak dilibatkan dalam proses
pemahaman konsep dan penemuan rumus, melainkan langsung diberikan atau
didiktekan oleh guru. Dengan pembelajaran yang berpusat pada guru pemahaman
terhadap konsep matematika tidak berkembang, siswa tidak kreatif dalam
memecahkan masalah, dan menggolongkan matematika sebagai pelajaran yang
7
menyampaikan materi pelajaran kurang melibatkan siswa secara aktif, siswa
kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses
pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk
menghapal informasi, otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun
berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu
untuk menghubungkan nya dengan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian
siswa tidak memahami apa yang diajarkan oleh guru karena siswa hanya sebatas
menerima apa yang disampaikan oleh guru saja, akibatnya tingkat berpikir siswa
rendah sehingga siswa tidak mampu menggunakan matematika itu dalam
memecahkan persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini siswa bukan
lagi sebagai subjek pembelajaran melainkan objek pembelajaran. Siswa diajari
dan bukan dibelajarkan. Keadaan seperti ini sangat mengurangi tanggung jawab
siswa atas tugas belajarnya.
Selain fenomena-fenomena di atas, peneliti juga mendapati bahwa guru
yang mengajar matematika di sekolah tersebut menggunakan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dengan model atau pendekatan-pendekatan pembelajaran
yang inovatif (yang tertulis di RPP) namun belum di implementasikan dengan
baik dan benar, akibatnya proses pembelajaran masih tetap berorientasi pada guru
tersebut. Kemampuan guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran dan
mengimplementasikannya perlu dikaji ulang demi perubahan yang lebih baik
terhadap hasil ataupun prestasi belajar siswa.
Menurut Slameto (2010: 76) pembelajaran matematika sangat ditentukan
8
matematika itu sendiri. Belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat
menggunakan strategi belajar yang tepat. Oleh karena itu guru dituntut untuk
profesional dalam menjalankan tugasnya. Guru yang profesional adalah guru yang
selalu berpikir akan dibawa kemana anak didiknya, serta dengan apa mengarahkan
anak didiknya untuk mencapai hasil yang diinginkan dengan berbagai inovasi
pembelajaran.
Uraian-uraian di atas diperkuat juga dengan adanya pendapat Ruseffendi
(1998: 2) yang menyatakan bahwa bagian terbesar dari matematika yang
dipelajari siswa di sekolah tidak diperoleh melalui eksplorasi matematik, tetapi
melalui pemberitahuan. Keadaan di lapangan juga menunjukkan demikian, yang
membuat siswa pasif, sehingga menyebabkan merosotnya pemahaman
matematika siswa. Hal ini sangat tidak mendukung pada pembelajaran
matematika. Demikian pula halnya dengan hasil survey IMSTEP-JICA di
Bandung tahun 2007, juga menunjukkan bahwa salah satu penyebab rendahnya
kualitas pemahaman matematika siswa di SD dan SMP adalah karena dalam
proses pembelajaran matematika, guru umumnya terlalu berkonsentrasi pada
latihan menyelesaikan soal yang lebih bersifat prosedural dan mekanistis daripada
pengertian. Dalam kegiatan pembelajaran guru biasanya menjelaskan konsep
secara informatif, memberikan contoh soal, dan memberikan soal-soal latihan.
Kurangnya pemahaman siswa terhadap suatu konsep matematika
berdampak pada prestasi belajar yang diperoleh kurang memuaskan. Hal ini dapat
dilihat dari adanya beberapa indikator yang menunjukkan rendahnya prestasi
9
Data UNESCO menunjukkan, peringkat matematika Indonesia berada di
deretan 34 dari 38 negara. Sejauh ini, Indonesia masih belum mampu lepas
dari deretan penghuni papan bawah.
Hasil penelitian tentang penilaian hasil belajar pada level international yang
diselenggarakan oleh Organization for Economic Co-operation and
Development (OECD), melalui Programme for International Student
Assesment (PISA). Penelitian yang dilakukan OECD tentang PISA, yang
dilakukan sekali tiga tahun. Menurut laporan PISA (2006), skor matematika
Indonesia berada pada level bawah dengan skor 391 dari rata-rata skor total
OECD yaitu 498 (OECD, 2007). Selanjutnya masih menurut laporan PISA
(2009) skor matematika Indonesia berada pada level bawah dengan skor 371
dari rata-rata skor total OECD yaitu 496 (OECD, 2010).
Hasil The Trends In International Mathematics and Science Study (TIMSS)
tahun 2009 menempatkan Indonesia pada tahun 1999 pada ranking 34 dari 38
negara, tahun 2003 ranking 34 dari 35 negara dan tahun 2007 pada ranking
ke-36 dari 48 negara.
Untuk menanggapi fenomena-fenomena seperti di atas, guru seyogianya
mengubah cara mengajarnya (tidak lagi menganut pola lama) namun sudah
menyesuaikan dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku (kurikulum 2013),
sehingga siswa mampu mengaitkan materi yang dipelajarinya dengan dunia nyata
mereka. Tersusunnya kurikulum baru (kurikulum 2013) sebagai penyempurnaan
10
memperbaiki mutu pendidikan kita saat ini serta dapat melahirkan generasi
penerus bangsa yang produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter.
Senada dengan hal di atas, Sanjaya (2006: 13) mengatakan bahwa:
bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan, bagaimanapun
lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, tanpa diimbangi dengan
kemampuan guru dalam mengimplementasikannya, maka semuanya akan kurang
bermakna. Dengan demikian Kesuksesan kurikulum 2013 tidak terlepas dari
adanya kreativitas guru, dan aktivitas peserta didik yang menunjang kemajuan
dalam proses pembelajaran. Seyogianya agar proses pembelajaran dapat menjadi
bermutu maka dibutuhkan sarana-sarana penunjang seperti perangkat
pembelajaran dan standar penilaian (assesment otentik) yang sesuai dengan
kurikulum 2013, yang dapat memenuhi kebutuhan belajar peserta didik sesuai
dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan.
Salah satu model pembelajaran yang inovatif yang mampu mengeliminir
permasalahan tersebut adalah Model Pembelajaran Berbasis Masalah (MPBM)
yang diseratai dengan asesmen otentik. Melalui pembelajaran berbasis masalah
siswa diharapkan dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, mandiri dalam
belajar, mampu mengkomunikasikan idenya, serta lebih termotivasi dalam
memecahkan persoalan-persoalan dengan dunia nyata sehingga dengan demikian
pemahaman konsep siswa juga akan semakin meningkat. Donal Woods (2000)
dan Lynda Wee (2002) dalam Amir (2009:13) juga menyebutkan bahwa Problem
Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) sangat menunjang
11
berpikir secara metakognitif, cakap menggali informasi, membangun kecakapan
dalam memecahkan masalah, dan komunikasi.
Senada dengan uraian di atas, Trianto (2009: 94) menyatakan bahwa:
pembelajaran berdasarkan masalah (problem-based instruction) memiliki tujuan:
1) membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan
pemecahan masalah, 2) belajar peranan orang dewasa yang otentik, dan 3)
menjadi pemelajar yang mandiri.
Berdasarkan ke dua pendapat di atas, jelaslah bahwa dalam pembelajaran
berbasis masalah siswa mampu mengembangkan keterampilan berpikir dan
memecahkan masalah, sehingga siswa itu dengan sendirinya dapat menemukan
bagaimana konsep itu terbentuk, dan pada akhirnya siswa dapat menggunakan
dan mengingat lebih lama konsep tersebut. Dalam penerapan MPBM ini, siswa
tidak hanya melakukan kegiatan kognitif saja tapi secara bersama-sama mereka
mengembangkan kemampuan afektif dan psikomotornya. Jadi dengan
menerapkan MPBM, siswa akan lebih bebas dalam menuangkan ide-idenya tanpa
ada ketakutan akan kesalahan dari apa yang dibuat.
Penggunaan masalah-masalah kontekstual dalam model pembelajaran
berbasis masalah menjadikan pembelajaran tersebut lebih bermakna. Ibrahim dan
Nur (2000) menyampaikan bahwa dalam pembelajaran berbasis masalah
merupakan model belajar yang mengorgansisasikan pembelajaran di sekitar
pertanyaan dan masalah, melalui pengajuan situasi kehidupan nyata yang otentik
12
dengan menghindari jawaban sederhana, serta memungkinkan adanya berbagai
macam solusi dari situasi tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian pada siswa SMA Negeri 1 Balige, Sinaga
(2007) menyimpulkan bahwa ketercapaian keefektifan model pembelajaran
berdasarkan masalah menunjukkan bahwa hasil belajar siswa tuntas dan respon
siswa dan guru terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran adalah positif.
Demikian pula hasil penelitian Ahmad (2011) dan Abbas (2006) juga
menyimpulkan bahwa pemahaman konsep dan hasil belajar siswa mengalami
peningkatan pada setiap siklus dengan pembelajaran berbasis masalah.
Melihat kenyataan itu, maka pembelajaran berdasarkan masalah dapat
menanamkan pemahaman pengertian serta membimbing siswa agar mampu
memahami konsep-konsep matematika. Pembelajaran berdasarkan masalah dapat
dijadikan salah satu alternatif pembelajaran untuk membimbing siswa dalam
memahami konsep-konsep dalam matematika. Ciri utama dari pembelajaran
berdasarkan masalah adalah pemberian masalah yang otentik atau masalah yang
dekat dengan kehidupan dunia nyata siswa (Nur, 2008c). Menurut peneliti, siswa
SMP akan lebih antusias di dalam belajar apabila dihadapkan langsung dengan
permasalahan yang dekat dengan keseharian siswa. Oleh karena itulah peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran
berdasarkan masalah di SMP. Peneliti berharap dengan menerapkan model
pembelajaran berdasarkan masalah dapat mendorong keaktifan siswa dalam
13
dipahami dan dapat digunakan siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari.
Selain cara penyajian materi pelajaran atau suasana pembelajaran yang
dilaksanakan, alat penilaian juga memegang peranan yang sangat penting dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa. Guru sebagai tenaga profesional harus
mampu menguasai keduanya. Namun pada kenyataannya, sebagian guru ada yang
kurang memperdulikan dan tidak melakukan penilaian secara baik. Mereka lebih
mementingkan hasil belajar peserta didik pada akhir semester, akhir tahun, atau
ujian akhir dari pada penilaian proses.
Apabila kita perhatikan dengan seksama dalam praktek pembelajaran,
terdapat beberapa masalah dalam penilaian hasil belajar saat ini, antara lain: 1) tes
tertutup (tes dengan jawaban tunggal) tidak memberikan gambaran yang memadai
tentang kemampuan peserta didik; 2) penilaian tidak memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menunjukkan kemampuannya, tetapi lebih
menunjukkan ketidakmampuannya; 3) penilaian tidak mempertimbangkan
kemajuan peserta didik dalam mata pelajaran yang bersangkutan; dan, 4) penilaian
tidak diselenggarakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan pembelajaran.
Penilaian atau yang disebut juga dengan istilah asesmen, seharusnya oleh
guru digunakan untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang
kemajuan belajar peserta didik atau untuk mendorong peningkatan belajar para
peserta didik. Dorongan peningkatan belajar dapat muncul dari peserta didik
sendiri setelah mengetahui hasil penilaian itu, atau dapat juga diusahakan oleh
14
tentang pembelajaran peserta didiknya. Teknik mengumpulkan informasi tersebut
pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap
pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Penilaian suatu kompetensi
dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik
berupa domain kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Dalam penelitian ini, penilaian yang akan dikembangkan adalah penilaian
otentik atau asesmen otentik. Asesmen otentik adalah suatu asesmen yang
mengharuskan murid menyelesaikan masalah atau bekerja pada suatu tugas yang
semirip mungkin dengan kejadian di luar ruang kelas, (Parkay, 2008: 499).
Selanjutnya Wiggins (dalam Muslich, 2010: 21) mengatakan bahwa asesmen
otentik merupakan masalah atau pernyataan yang bermakna yang mampu
membuat siswa menggunakan pengetahuannya dalam melakukan unjuk kerja
secara efektif dan kreatif sehingga mereka terlibat dalam pembelajaran. Tugas
yang diberikan dapat berupa replika atau analogi dari jenis permasalahan yang
dihadapi orang dewasa dan mereka yang dapat terlibat pada bidang tersebut. Ada
beberapa alasan penggunaan asesmen otentik dalam pembelajaran, yaitu: 1) sangat
mendukung pengembangan kurikulum yang sedang berlaku saat ini, 2)
memberikan pengalaman nyata bagi siswa dalam melakukan berbagai aktivitas
pemecahan masalah melalui eksperimen, demonstrasi, maupun kegiatan lapangan,
3) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan berbagai
kemampuannya, baik dalam bentuk pengetahuan, kinerja, maupun sikapnya dalam
pembelajaran matematika, serta 4) berupaya untuk memandirikan siswa dalam
15
Dalam model pembelajaran berbasis masalah yang dipadukan dengan
asesmen otentik, siswa diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang
diberikan sebagai proses untuk menguasai konsep-konsep matematika dalam
menemukan solusi dari masalah-masalah kontekstual. Siswa didorong untuk
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari. Hasil diskusinya kemudian dibuat dalam bentuk
laporan sederhana serta dipaparkan melalui kegiatan presentasi yang merupakan
salah satu bentuk asesmen otentik.
Untuk dapat menerapkan pembelajaran berdasarkan masalah serta asesmen
otentik tersebut, maka perlu dikembangkan perangkat pembelajaran berdasarkan
masalah yang dipadu dengan asesmen otentik, yang sesuai dengan
langkah-langkah dalam model pengembangan perangkat. Berdasarkan
pemikiran-pemikiran yang telah diuraikan di atas maka peneliti merasa tertarik untuk
meneliti tentang Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dan
Asesmen Otentik Berorientasi Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dalam
Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah,
dapat dilakukan identifikasi masalah :
1. Pemahaman siswa tentang konsep matematika sangat rendah.
2. Pembelajaran yang terlaksana adalah pembelajaran yang berpusat pada guru,
guru mendominasi pembelajaran sehingga keterlibatan siswa dalam proses
16
3. Guru menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan model
atau pendekatan-pendekatan pembelajaran yang inovatif (yang tertulis di
RPP) namun belum di implementasikan dengan baik dan benar.
4. Model pembelajaran yang diterapkan guru di kelas dalam menyampaikan
materi pelajaran tidak melibatkan siswa secara aktif.
5. Aktivitas siswa dalam belajar matematika masih pasif.
6. Kurangnya respon siswa pada saat pembelajaran di kelas.
7. Siswa belum mampu mengaplikasikan pengetahuan dengan kehidupan nyata.
8. Sebagian besar kemampuan guru mengelola pembelajaran belum sesuai
dengan harapan.
9. Proses penilaian yang digunakan guru lebih mementingkan hasil belajar
peserta didik pada akhir semester, akhir tahun, atau ujian akhir dari pada
penilaian proses.
10. Penilaian hasil belajar tidak memberikan gambaran yang memadai tentang
kemampuan peserta didik, tidak memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menunjukkan kemampuannya, tidak mempertimbangkan
kemajuan peserta didik dalam mata pelajaran yang bersangkutan dan, tidak
diselenggarakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan pembelajaran
17
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Pemahaman siswa tentang konsep matematika masih rendah.
2. Pengembangan perangkat pembelajaran sebagai persiapan guru yang meliputi
RPP, LAS, Buku Ajar Siswa, dan Buku Guru.
3. Proses penilaian yang digunakan guru lebih mementingkan hasil belajar
peserta didik pada akhir semester, akhir tahun, atau ujian akhir dari pada
penilaian proses.
4. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah Pembelajaran
Berdasarkan Masalah.
5. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih bersifat pasif.
6. Respon siswa terhadap matematika cenderung bersifat negatif.
7. Sebagian besar kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran belum
sesuai dengan harapan.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, masalah utama dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana produk pengembangan perangkat yang valid dan efektif dalam
penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah pada pokok bahasan
perbandingan?
2. Bagaimana produk pengembangan asesmen otentik yang valid dan reliabel
dalam penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah pada pokok
18
Beberapa pertanyaan penelitian yang perlu dijawab terkait efektifitas
pembelajaran menggunakan perangkat dan asesmen otentik, disajikan sebagai
berikut:
a. Bagaimana peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa
menggunakan perangkat pembelajaran berdasarkan masalah pada pokok
bahasan perbandingan?
b. Bagaimana kadar aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran
menggunakan perangkat pembelajaran dan asesmen otentik yang
dikembangkan?
c. Bagaimana tingkat kemampuan guru mengelola pembelajaran menggunakan
perangkat pembelajaran berdasarkan masalah dan asesmen otentik yang
dikembangkan?
d. Bagaimana respon siswa terhadap komponen dan proses pembelajaran
menggunakan perangkat dan asesmen otentik yang dikembangkan?
1.5 Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan perangkat
pembelajaran matematika dan asesmen otentik berorientasi model pembelajaran
berdasarkan masalah dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa SMP.
Tujuan umum ini dapat dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan yang lebih khusus
sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan kualitas perangkat pembelajaran matematika dan asesmen
otentik berorientasi model pembelajaran berdasarkan masalah yang
19
Untuk menjawab tujuan penelitian tersebut, maka perlu dirinci dalam bentuk
sub-sub tujuan sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan kelayakan perangkat pembelajaran dan asesmen otentik
yang dikembangkan.
b. Mendeskripsikan keterbacaan buku ajar siswa dan lembar aktivitas siswa
yang dikembangkan.
2. Mendeskripsikan efektivitas penerapan perangkat pembelajaran matematika
dan asesmen otentik berorientasi model pembelajaran berdasarkan masalah
yang dikembangkan.
Untuk menjawab tujuan penelitian tersebut, maka perlu dirinci dalam bentuk
sub-sub tujuan sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan aktivitas aktif siswa selama kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan perangkat pembelajaran dan asesmen otentik
berdasarkan masalah dalam pembelajaran matematika.
b.Mendeskripsikan respon siswa terhadap komponen dan proses
pembelajaran yang menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah
dalam pembelajaran matematika.
c. Mendeskripsikan tingkat kemampuan pemahaman konsep pada pokok
bahasan perbandingan dengan menggunakan pembelajaran berdasarkan
20
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi tentang kemampuan pemahaman konsep siswa dalam
memecahkan masalah pada konsep perbandingan.
2. Tersedianya perangkat pembelajaran dan asesmen otentik dengan model
pembelajaran berdasarkan masalah dalam meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep siswa.
3. Menjadikan acuan bagi guru dalam mengimplementasikan pengembangan
perangkat pembelajaran dan asesmen autetik dengan model pembelajaran
berdasarkan masalah untuk materi yang lain, yang relevan bila diajarkan
dengan model pembelajaran berdasarkan masalah.
4. Memberikan referensi dan masukan bagi pengayaan ide-ide penelitian
mengenai evaluasi diri tentang kemampuan pemahaman konsep dalam
memecahkan masalah siswa yang akan dikembangkan dimasa yang akan
datang khususnya di bidang pendidikan matematika.
1.7 Pembatasan Penelitian dan Asumsi Penelitian
1.7.1 Pembatasan Penelitian
Mengingat adanya berbagai keterbatasan dan kemampuan pada peneliti,
maka penelitian dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
a. Penelitian ini dibatasi pada siswa SMP Negeri 1 Pematangsiantar, dengan
subyek penelitian adalah siswa kelas VIII semester II Tahun Pelajaran
21
b. Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran matematika, materi
perbandingan.
c. Pemahaman konsep dalam penelitian ini mengacu pada mampu menjelaskan
sebuah defenisi dengan kata-kata sendiri menurut sifat-sifat/ciri-ciri yang
esensial, mampu membuat/menyebutkan contoh dan yang bukan contoh, dan
mampu menggunakan konsep dalam menyelesaikan masalah.
1.7.2. Asumsi Penelitian
Mengingat terdapat lembar isian yang memerlukan jawaban dan informasi
yang sukar dibuktikan, maka asumsi penelitian ini adalah:
1. Para penelaah memberikan penilaian secara objektif terhadap perangkat
pembelajaran yang dikembangkan.
2. Para siswa mengisi lembar penilaian yang diberikan sesuai dengan keadaan
dirinya tanpa pengaruh dari orang lain.
1.8 Definisi Operasional
Untuk mempermudah pemahaman terhadap istilah-istilah dalam penelitian
ini, maka diberikan penjelasan tentang istilah yang digunakan.
1. Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan alat pendukung (rencana
pelaksanaan pembelajaran, buku ajar, lembar kegiatan siswa, tes pemahaman
konsep yang memungkinkan siswa dan guru melakukan kegiatan
22
2. Pengembangan perangkat pembelajaran
Pengembangan perangkat pembelajaran adalah proses untuk mendapatkan
perangkat pembelajaran yang baik, sesuai dengan langkah-langkah pada model
pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan.
3. Model pembelajaran berdasarkan masalah
Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu pendekatan yang lebih
luas dari strategi, metode ataupun prosedur yang terdiri dari kelompok kecil
siswa bekerja secara bersama-sama dan saling ambil bagian dalam pemecahan
masalah otentik.
4. Asesmen otentik adalah sebagai penilaian yang melibatkan siswa di dalam
tugas-tugas yang mirip dengan dunia nyatanya, yang pada akhirnya dapat
membangun aspek pengetahuan, aspek sikap, dan keterampilan siswa seperti
yang ditetapkan dalam tujuan pembelajaran. Asesmen otentik yang
dikembangkan untuk mengukur kompetensi sikap adalah penilaian diri, untuk
kompetensi pengetahuan, asesmen otentik yang digunakan adalah tes tertulis
(tes uraian), dan untuk kompetensi keterampilan, asesmen otentik yang
digunakan adalah tugas unjuk kerja.
5. Keefektifan Pembelajaran
Keefektifan pembelajaran dilihat dari indikator-indikator pencapaian tujuan
yang diharapkan, yang ditunjukkan dengan i) siswa dikatakan telah memahami
konsep apabila terdapat 80% siswa yang mengikuti tes telah memiliki
kemampuan pemahaman konsep minimal sedang (memperoleh nilai lebih dari
23
belajar memenuhi kriteria toleransi waktu ideal yang ditetapkan, iii)
kemampuan guru mengelolah pembelajaran minimal berada pada kategori
cukup baik, iv) respon siswa positif terhadap komponen-komponen perangkat
pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif jika
keempat indikator tersebut dipenuhi.
6. Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama proses
pembelajaran, meliputi: mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru/teman,
membaca/memahami masalah, menyelesaikan masalah/menemukan cara dan
jawaban masalah, berdiskusi/bertanya kepada teman/guru, menarik
kesimpulan suatu konsep atau prosedur dan perilaku yang tidak relevan
dengan pembelajaran seperti: percakapan di luar pelajaran, berjalan-jalan di
luar kelompok, mengerjakan sesuatu di luar topik pembelajaran dan lain-lain.
7. Respon siswa
Respon siswa adalah pendapat senang-tidak senang, baru-tidak baru, terhadap
komponen dan kegiatan pembelajaran, siswa berminat mengikuti pembelajaran
pada kegiatan pembelajaran berikutnya, komentar siswa terhadap keterbacaan
(buku siswa dan tes pemahaman konsep) dan penggunaan bahasa dan
penampilan guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
8. Kemampuan guru mengelola pembelajaran
Kemampuan guru mengelola pembelajaran adalah kualitas guru dalam
melaksanakan setiap tahap-tahap pembelajaran berbasis masalah
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini,
dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Efektifitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan
model pembelajaran berdasarkan masalah, disimpulkan berdasarkan pada: (i)
pemahaman konsep matematika siswa memperoleh persentase 85,29%, (ii)
kadar aktifitas aktif siswa memnuhi kriteria toleransi waktu ideal yang
ditetapkan, (iii) kemampuan guru mengelola pembelajaran berada pada kriteria
baik, (iv) respon siswa terhadap komponen-komponen perangkat pembelajaran
dan kegiatan pembelajaran adalah positif.
2. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa menggunakan
perangkat pembelajaran berdasarkan masalah pada topik perbandingan dan
skala adalah dari persentase pencapaian kemampuan pemahaman konsep
matematika pada ujicoba I sebesar 73,53% meningkat menjadi 85,29% pada
ujicoba II.
3. Kadar aktifitas aktif siswa pada ujicoba I, terdapat 1 aktivitas aktif siswa yang
belum memenuhi kriteria toleransi waktu ideal yang ditetapkan, sedangkan
pada ujicoba II, seluruh aktifitas aktif siswa telah memenuhi kriteria toleransi
waktu ideal yang ditetapkan.
4. Nilai kemampuan guru mengelola pembelajaran pada ujicoba I berada pada
5. Respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan perangkat
pembelajaran berdasarkan masalah adalah positif (di atas 80%).
5.2 Saran
Berdsasarkan simpulan penelitian di atas, pembelajaran dengan
menggunakan perangkat pembelajaran berdasarkan masalah yang diterapkan pada
kegiatan pembelajaran memberikan beberapa hal yang penting untuk diperhatikan.
Uuntuk itu peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan ini baru sampai pada tahap
pengembangan, belum diimplementasikan secara luas di sekolah-sekolah.
Untuk mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran menggunakan pmodel
pembelajaran berdasarkan masalah dalam berbagai topik pelajaran matematika
dan mata pelajaran lain yang sesuai, disarankan pada para guru dan peneliti
untuk mengimplementasikan perangkat pembelajaran berdasarkan masalah ini
pada ruang lingkup yang lebih luas di sekolah-sekolah.
2. Bagi guru yang ingin menerapkan perangkat pembelajaran menggunakan
model pembelajaran berdasarkan masalah pada topik yang lain pada pelajaran
matematika atau pada mata pelajaran lain yang sesuai dapat merancang sendiri
perangkat pembelajaran yang diperlukan dengan memperhatikan
komponen-komponen pembelajaran dan karakteristik dari materi pelajaran yang akan
222
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, N. (2006). Penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem-Based Instruction) pada pembelajaran matematika di SMU. Tesis. Tidak Dipublikasikan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya.
Ahmad, B. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Sebagai Upaya meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika dan Komunikasi Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis. Tidak dipublikasikan. Medan: PPs Universitas Negeri Medan.
Aiken, L. 1997. Psychological Testing and Assessment. Ed.9. USA: Allyn and Bacon
Akbar, S. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Amir, T. M. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Ansari, B. I. 2009. Komunikasi Matematik. Banda Aceh: Yayasan Pena.
Arikunto. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Bandung, Bumi Aksara
Arends, R. I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York, Mc Graw-Hill Companies, Inc.
____________ 2001. Instruction to Teach. Fifth Edition. New York: McGraw Hill Companies
____________ 2008. Learning to Teach, Belajar untuk Mengajar. Edisi Ketujuh. Jilid Dua. (diterjemahkan oleh Soedjipto, Helly, P. dan Soedjipto, Sri, M.) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Blumenfeld, P.C, Soloway, E, Marx, R., Krajcik, J.S., Guzdial, M., & Palinesar, A. 1991. Motivating project-based learning: sustaining the doing, supporting the learning. The Journal of Educational Psycologist.
Dahar, R. W. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
223
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Eggen, P. D., dan Kauchak. 1988. Strategies for Teacher Teaching Content and Thinking Skills. New Jersey: Prentice Hall.
Gardner, H. (1983). Frames of Mind-The Theory of Multiple Intelligences. New York: Basic Books.
Grounlund, N. E. 1982. Constructing Achievement Test. Third Edition. Illionis, F.E Peacock Publishers, Inc.
Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit Bumi Aksara.
Herman, T. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Educationist No. I Vol I Januari 2007.
Hiebert, J. 1992. Instruction and Teaching With Understanding. Macmillan, Publishing Company.
Hudojo, H. 1998. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud
_________ 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang.
Ibrahim, M dan Nur, M. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya, Unesa-University Press.
Iryanti, P. 2004. Penilaian Unjuk Kerja. Yogyakarta: Direktorat Pusat Pendidikan Dasar dan Menengah, Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika.
Joyce, B. 2009. Models Of Teaching (Model-Model Pengajaran). Yokyakarta: Pustaka Pelajar
IMSTEP-JICA. 2007. Mathematics Teachers’ Professional Development through Lesson Study in Indonesia. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education.
Masykur, M., dan Fathani, A. H. 2007. Mathematical Intelligence. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Mudhofir. 1987. Teknologi Instruksional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muslich, M. 2010. Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Bandung: PT Refika Aditama.
224
NCTM. 2000. Principles and Evaluation Standards for school Mathematics. Reston, VA: NCTM
Neisher, P. 1989. Microworlds in Mathematical Education: A Pedagogical Realism. In L. B. Resnick (Ed), Knowing, Instruction, and Instruction (pp. 187-215). Hillsdale, NJ, Lawrence Erlbaum.
Newmann, F.M. and Wehlage, G. 1993. Five Standard of Authentic Instruction. Educational Leadhership.
Nur, M. 2008c. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah (PSMS) Unesa.
Parkay, F. W. 2008. Menjadi Seorang Guru. Jakarta: PT Indeks.
Ratumanan, T.G., dan Laurens. T. 2006. Evaluasi Hasil Belajar yang Relevan dengan Kurikulum Berbasis Kompotensi. Surabaya: Unesa University Press.
Rasyid, H., dan Mansur. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana Prima.
Rusman, Kurniawan, D., dan Riyana, C. 2011. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: PT Rajagrafindo Persada.
Russefendi, E.T. 1979. Dasar-dasar Matematika Modern. Bandung: Tarsito.
____________ 1998. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Roh, K. H. 2005. Problem-Based Learning in Mathematics. ERIC Digest. http://www.ericdigests.org/2004-3/math.html. (didownload Maret 2014)
Sanjaya, W. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.
__________ 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Shadiq, F. 2008. Pentingnya Matematika. http://www.fadjarp3g.wordpresss.com (didownload Mei 2010).
Sinaga, B. 1999. Efektivitas Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) pada kelas 1 SMU dengan Bahan Kajian Fungsi Kuadrat. Tesis. Tidak dipublikasikan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya.
225
Sinambela, Pardomuan. 2006. Keefektifan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Instruction) dalam Pembelajaran Matematika untuk Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear dan Kuadrat di Kelas X SMA Negeri 2 Rantau Selatan, Sumatera Utara. Tesis. Tidak dipublikasikan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya.
Siswono, T. 1999. Metode Pemberian Tugas Pengajuan Soal (problem Posing) dalam Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Perbandingan di MTsN Rungkut Surabaya. Tesis. Tidak dipublikasikan. Surabaya: PPS Universitas Negeri Surabaya.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (konstatasi keadaan masa kinimenuju harapan masa depan). Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Depdiknas.
_______ 1994. Memantapkan Matematika Sekolah Sebagai Wawasan Pendidikan dan Pembudayaan Penalaran, (Media Pendidikan Matematika Nasional), N0. 4 Th.3, Surabaya, IKIP Surabaya.
Sofyan, Dedy. 2008. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis. Tidak dipublikasikan. Bandung: UPI Bandung.
Suyitno. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika, Semarang: PT Prenanda.
Slavin, R. E. 1994. Educational Psychology, Theories and Practice. Fourth Edition. Masschusetts: Allyn and Bacon Publishers.
_________ 2000. Educational Psychology, Theories and Practice. Sixth Edition. Masschusetts: Allyn and Bacon Publishers.
Syah, M. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya
Taylor, L. 1993. Vygotskyan Scientific Concepts: Implications for Mathematics Education. Focus on Instruction Problems in Mathematics Vol. 15, 2-3.
Thiagarajan, S. Semmel, D.S. Semmel, M. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children. A Sourse Book. Blomington: Central for Innovation on Teaching The Handicapped.
226
Tuckman, B.W. 1978. Conducting Educational Research. 2nd Edition. New York: Harcourt Brace Javanovich.
Usman, U. 2001. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. PT Rosda Karya. Bandung.
Usman. 2013. Model PBI Untuk Mengembangkan Pemahaman Mahasiswa Dalam Memecahkan Masalah Tentang Integral Tentu. Jurnal Peluang. Volume I Nomor 2 April 2013.
Wheatley, Grayson H (1991). Mathematics Learning. Journal Constructivist Perspective on Science and of Science Education, 75 (1): 9-12.(1991). New York: John Wiley and Sons Publishers.