• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN ASESMEN OTENTIK BERORIENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN ASESMEN OTENTIK BERORIENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

P E N G E M B A N G A N P E R A N G K A T P E M B E L A J A R A N MATEMATIKA DAN ASESMEN OTENTIK BERORIENTASI

MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

KONSEP SISWA SMP

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

JULI ANTASARI SINAGA

NIM. 8126172021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

JULI ANTASARI SINAGA. Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Matematika dan Asesmen Otentik Berorientasi Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2014.

Akar masalah dalam penelitian ini adalah kenyataan penguasaan konsep matematika siswa kurang memuaskan, dan orientasi pembelajaran matematika yang terjadi selama ini kurang menekankan pada usaha memampukan siswa mengonstruksi pengetahuan, sehingga siswa kurang memahami konsep dan tidak mampu memecahkan masalah. Untuk mengatasi masalah tersebut, pada penelitian ini dikembangkan suatu perangkat pembelajaran berdasarkan masalah yang dapat memampukan siswa mengonstruksi pengetahuan matematika.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan tujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran berdasarkan masalah yang valid dan efektif, beserta seluruh instrumen penelitian yang terkait dengan penerapan perangkat tersebut dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan perbandingan dan skala untuk siswa kelas VII SMP.

Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, yakni tahap pertama pengembangan perangkat pembelajaran berorientasi model pembelajaran berdasarkan masalah dengan mengacu model pengembangan Four-D, dan tahap kedua mengujicobakan perangkat pembelajaran pada 34 siswa SMP Negeri I Siantar dengan empat kali pertemuan. Rancangan dalam ujicoba menggunakan one group pretest-posttest design.

(7)

ABSTRACT

JULI ANTASARI SINAGA. The Development of Mathematics Learning and Authentic Assessment Package Using Problem Based Instruction Improving The Understanding Concept of The Students of State Junior High School. Thesis. State University of Medan Post Graduate Program, 2014.

The essential problem of this research is that students’ achievements in mathematics are unsatisfactory and that the orientation of mathemathical instruction doesn’t emphasize the effort to make students to understand the concept and they are unable to solve problems. The purpose of this study is to develop an alternative way of teaching mathematics which helps students to be able to construct mathematical knowledge.

This is a development research, conducted in the form of a valid and effectiveness development of mathematics learning using problem based instruction.

This research was conducted in two stages, the first stage is the development of mathematics learning package using problem based instruction with the reference Four-D model, and the second stage is to try-out of learning package to 34 students in SMP Negeri 1 Siantar by four times classroom meeting, designing of the try-out using one group pretest-posttest design.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Yang Maha Kuasa atas segala

berkat dan lawatan kasih Nya yang tidak pernah berkesudahan sehingga akhirnya penulis dapat

menyelesaikan tesis dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dan

Asesmen Otentik Berorientasi Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SMP”.

Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan (UNIMED). Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang

melibatkan pelajaran matematika dengan model pembelajaran berdasarkan masalah. Penulisan

hingga penyelesaian tesis ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan membutuhkan begitu

banyak bimbingan, dorongan, bantuan serta semangat. Oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya atas semua pihak yang telah membantu,

menyemangati, membimbing dan juga mengajari dengan sangat iklhas. Baik secara langsung

maupun tidak langsung. Hanya ucapan terima kasih yang dapat saya sampaikan kiranya Tuhan

yang membalas kebaikan bapak/ibu dan teman-teman seklaian. Terima kasih dan penghargaan

khususnya peneliti sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. W. Rajagukguk, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd. \selaku Dosen

pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan waktu di sela kesibukannya untuk

memberikan ilmu, bimbingan, arahan dan saran-saran yang sangat membangun bagi penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si. dan Bapak Prof. Dr.

Pargaulan Siagian, M.Pd selaku narasumber yang telah banyak memberikan saran dan

(9)

3. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku ketua dan

sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED yang setiap saat

memberikan kemudahan, arahan dan nasihat yang sangat berharga bagi penulis. Serta Bapak

Dapot Tua Manullang selaku staf pada program studi pendidikan matematika Pascasarjana

UNIMED yang telah membantu dan melayani dengan baik dalam hal-hal yang berkaitan

dengan pengurusan berkas penyelesaian tesis.

4. Direktur, Asisten I, Asisten II, beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED yang telah

memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan tesis ini.

5. Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Siantar Ibu Syafrida Purba, S.Pd yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan di sekolah, staf tata usaha,

serta guru pelajaran matematika Bapak Riduan Sinaga yang bersedia membantu dalam proses

penelitian.

6. Suami Tercinta Albert Tony Lumbangaol, M.Pd dan Anak-anakku yang terkasih Yohannes

William dan Yonathan Willson, terimakasih untuk semua dukungan, semangat, dan kesabaran

kalian selama saya mulai kuliah sampai selesainya studi ini. Semoga kita tetap satu untuk

selamanya.

7. Orangtua tercinta Bapak R.Sinaga dan Ibu R.Sijabat yang telah memberikan doa, kasih

sayang, perhatian, kepercayaan dan dukungan moril maupun materi sejak sebelum kuliah,

dalam perkuliahan hingga menyelesaikan pendidikan ini. Kalian adalah bagian terbaik dalam

kisah ini. Saudara-saudara ku Budi Hartono Sinaga, Wiwin Teger Sinaga, Ines Sinaga, Wita

(10)

8. Rekan-rekan satu angkatan kelas B-2 Program Studi Pendidikan Matematika Winda, Dewi,

Nita, Imel, Tere, Joel, Kiki, Andi, dan teman-teman lainnya yang telah banyak memberikan

bantuan dan dorongan dalam penyelesaian tesis ini.

9. Pihak –pihak yang belum tersebutkan dan mungkin terlewatkan saya mohon maaf

Diatas segalanya penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam

tesis ini, dan dengan tangan terbuka penulis menerima segala masukan dan saran untuk

perbaikan terhadap dunia pendidikan kita.

Medan, oktober 2014

(11)

DAFTAR ISI

1.7. Pembatasan Penelitian dan Asumsi Penelitian ... 20

1.8. Definisi Operasional ... 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran Matematika ... 25

2.2. Hakikat Pemahaman Konsep ... 32

2.3. Pembelajaran Berdasarkan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika ... 35

2.4. Teori-Teori Belajar Yang Relevan Dengan Pembelajaran Berdasarkan Masalah ... 54

2.5. Keefektivan Pembelajaran ... 63

2.6. Aktivitas Belajar Siswa ... 66

2.7. Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran... 70

(12)

2.9. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 74

2.10. Asesmen Otentik ... 81

2.11. Hasil Penelitian Relevan ... 92

2.12. Uraian Materi Perbandingan ... 96

2.13. Kerangka Konseptual ... 99

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 106

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 107

3.3. Subyek Penelitian dan Objek Penelitian ... 107

3.4. Prosedur dan Rancangan Penelitian ... 107

3.5. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 124

3.6. Analisis Data ... 135

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 143

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 207

4.3. Keterbatasan Penelitian ... 217

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 220

5.2. Saran ... 221

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I A Rencana Pembelajaran-1 ... 226

Lampiran I B Lembar Aktivitas Siswa (LAS) -1 ... 263

Lampiran I C Buku Guru ... 275

Lampiran I D Buku Siswa ... 304

Lampiran I E Instrumen Asesmen Otentik ... 319

Lampiran II A Lembar Validasi ... 338

Lampiran II B Lembar Observasi ... 350

Lampiran II C Angket Respon Siswa ... 355

Lampiran III A Validitas Butir Tes ... 356

Lampiran III B Reliabilitas Butir Tes ... 357

Lampiran III C Sensitivitas Butir Tes ... 358

Lampiran III D Perhitungan Reliabilitas Lembar Aktivitas Siswa ... 360

Lampiran III E Perhitungan Reliabilitas Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 364

Lampiran IV A Hasil Validasi RPP ... 366

Lampiran IV B Hasil Validasi Buku Siswa ... 367

Lampiran IV C Hasil Validasi Buku Petunjuk Guru ... 368

Lampiran IV D Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa ... 369

Lampiran IV E Hasil Validasi Tes Pemahaman Konsep ... 371

Lampiran V A Rekapitulasi Hasil Keterbacaan LAS ... 372

Lampiran V B Rekapitulasi Hasil Keterbacaan BAS ... 373

Lampiran VI A Rekapitulasi Hasil Pretes dan Postes Pemahaman Konsep Matematika Uji Coba I ... 374

Lampiran VI B Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Uji Coba I ... 379

(14)

Mengelola Pembelajaran Uji Coba I ... 380

Lampiran VI D Rekapitulasi Hasil Angket Respon Siswa Uji Coba I ... 382

Lampiran VI E Rekapitulasi Hasil Pretes dan Postes Pemahaman

Konsep Matematika Uji Coba II ... 384

Lampiran VI F Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Uji Coba II . 386

Lampiran VI G Rekapitulasi Hasil Observasi Kemampuan Guru

Mengelola Pembelajaran Uji Coba II ... 390

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran BerdasarkanMasalah ... 52

Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran .. 71

Tabel 2.3 Hubungan Banyak Kemeja dan harga Kemeja ... 97

Tabel 2.4 Kecepatan dan Waktu Ynag Diperlukan ... 99

Tabel 3.1 Keefektivan Aktivitas Siswa ... 138

Tabel 3.2 Tingkat Penguasaan Siswa... 141

Tabel 4.1 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 151

Tabel 4.2 Revisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 152

Tabel 4.3 Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa ... 154

Tabel 4.4 Revisi LAS Berdasarkan Hasil Validasi ... 156

Tabel 4.6 Revisi Buku Petunjuk Guru ... 158

Tabel 4.7 Hasil Validasi Buku Ajar Siswa ... 159

Tabel 4.8 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 160

Tabel 4.9 Hasil Validasi Lembar Penilaian Diri dan Lembar Penilaian Unjuk Kerja ... 162

Tabel 4.10 Hasil Angket Keterbacaan LAS ... 164

Tabel 4.11 Hasil Angket Keterbacaan BAS ... 165

Tabel 4.12 Hasil [erhitungan Untuk Penentuan Reliabilitas Lembar Aktivitas Siswa ... 166

Tabel 4.13 Hasil [erhitungan Untuk Penentuan Reliabilitas Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 166

Tabel 4.14 Karakteristik Butir Tes Hasil Belajar ... 169

Tabel 4.15 Deskripsi Hasil Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Kelas VII-2 ... 171

(16)

Matematika Siswa Kelas VII-2 Pada Hasil Pretes ... 172

Tabel 4.17 Tingkat Pencapaian Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VII-2 Pada Hasil Postes ... 173

Tabel 4.18 Kadar Aktivitas Siswa Pada Uji Coba I ... 175

Tabel 4.19 Hasil Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Pada Uji Coba I ... 179

Tabel 4.20 Hasil Angket Respon Siswa ... 185

Tabel 4.21 Revisi Buku Ajar Siswa ... 188

Tabel 4.22 Revisi Buku Petunjuk Guru ... 189

Tabel 4.23 Deskripsi Hasil Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Pada Uji Coba II ... 190

Tabel 4.24 Tingkat Pencapaian Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VII-3 Pada Hasil Pretes ... 191

Tabel 4.25 Tingkat Pencapaian Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VII-3 Pada Hasil Postes ... 192

Tabel 4.26 Perbandingan Hasil Postes Siswa Yang Telah Memahami Konsep Perbandingan dan Skala ... 194

Tabel 4.27 Kadar Aktivitas Siswa Pada Uji Coba II ... 195

Tabel 4.28 Hasil Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Pada Uji Coba II ... 199

Tabel 4.29 Hasil Angket Respon Siswa ... 204

(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Pola Jawaban Siswa ... 5

Gambar 2.1 Tahap Pendefinisian dalam Model 4-D... 77

Gambar 2.2 Tahap Perancangan dalam Model 4-D ... 79

Gambar 2.3 Tahap Pengembangan dalam Model 4-D ... 80

Gambar 2.4 Tahap Penyebaran dalam Model 4-D ... 81

Gambar 3.1 Bagan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4-D ... 109

Gambar 4.1 Hasil Analisis Konsep Untuk Materi Perbandingan ... 146

Gambar 4.2 Tingkat Pencapaian Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VII-2 Pada Hasil Postes Uji Coba I ... 174

Gambar 4.3 Kadar Aktivitas Siswa Pada Uji Coba I ... 178

Gambar 4.4 Nilai Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 181

Gambar 4.5 Tingkat Pencapaian Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VII-3 Pada Hasil Postes Uji Coba II ... 193

Gambar 4.6 Diagram Presentase Waktu Aktivitas Siswa Pada Uji Coba II ... 196

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan

yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM)

yang mampu bersaing di era global. Sumber Daya Manusia yang bermutu

merupakan faktor penting dalam pembangunan di era globalisasi saat ini.

Pengalaman di banyak negara menunjukkan, sumber daya manusia yang bermutu

lebih penting dari pada sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia

yang bermutu adalah sumber daya manusia yang mampu menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi guna memenuhi kebutuhannya dan menjawab berbagai

tantangan yang dihadapi dalam kehidupan masyarakat yang dinamis.

Ilmu pengetahuan dan teknologi tentunya akan semakin terus berkembang,

untuk itu jika kita tidak ingin ketinggalan dibanding negara lain maka penguasaan

matematika yang kuat sejak dini merupakan suatu solusinya, sebab matematika

merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,

mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan

daya pikir manusia. Sejalan dengan pendapat di atas, National Research Council

(NRC, 1989: 1) dari Amerika Serikat (http://www.fadjarp3g.wordpresss.com)

telah menyatakan pentingnya matematika dengan pernyataan berikut:

(19)

2

negara, matematika akan menyiapkan warganya untuk bersaing dan berkompetisi di bidang ekonomi dan teknologi.

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa matematika menyatu dengan

pola kehidupan manusia atau matematika adalah bagian dari hidup manusia,

sehingga matematika sangat dibutuhkan dalam setiap kegiatan sehari-hari.

Dalam kurikulum 2006 (KTSP), ditegaskan bahwa tujuan diajarkannya

pelajaran matematika di sekolah garis besarnya, yaitu agar siswa mempunyai

kemampuan memahami konsep matematika, menggunakan penalaran pada pola

dan sifat, memecahkan masalah, mengkomunikasikan gagasan, memiliki sikap

menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan dengan menggunakan

konsep-konsep matematika (Depdiknas, 2006: 388).

Dengan mengkaji peranan dan tujuan pembelajaran matematika, tentunya

logis jika pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari

pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi, dan sudah menjadi keharusan

kalau pengetahuan tentang matematika harus ditingkatkan bagi setiap individu

khususnya para pembelajar. Hal ini dilakukan berguna untuk membekali siswa

dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta

kemampuan berkolaborasi. Kompetensi seperti di atas diperlukan agar siswa

memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi

untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan

kompetitif (Depdiknas, 2006: 387).

Dari uraian di atas jelaslah bahwa penguasaan terhadap matematika adalah

suatu hal yang tidak dapat ditawar lagi, demi kelangsungan hidup manusia di

(20)

3

masa depan bangsa ada dipundaknya. Agar penguasaan terhadap matematika

dapat berhasil dengan baik, maka siswa terlebih dahulu harus mampu menguasai

konsep-konsep dalam matematika tersebut. Sebagaimana Hudoyo (1998: 3)

berpendapat bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide dan konsep-konsep

yang abstrak dan tersusun secara hierarki, maka dalam belajar matematika tidak

boleh ada langkah/ tahapan konsep yang dilewati. Matematika hendaknya

dipelajari secara sistematis dan teratur serta harus disajikan dengan struktur yang

jelas dan harus disesuaikan dengan perkembangan intelektual siswa serta

kemampuan prasyarat yang telah dimilikinya. Dengan demikian pelajaran

matematika akan terlaksana secara efektif dan efisien. Karena konsep-konsep

dalam matematika memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, maka

siswa harus lebih banyak diberikan kesempatan untuk melihat kaitan-kaitan

dengan materi yang lain. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa dapat memahami

materi matematika secara mendalam. Apabila siswa sudah dapat memahami

konsep-konsep matematika maka selanjutnya siswa tersebut tentunya sudah dapat

menyelesaikan soal-soal dan mampu mengaplikasikan pembelajaran tersebut

dalam dunia nyata. Dengan demikian akan terciptalah sumber daya manusia yang

bermutu seperti yang telah di uraikan sebelumnya.

Pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan atau kemahiran

matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika yaitu

dengan menunjukkan pemahaman konsep yang dipelajari, menjelaskan

keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep algoritma secara luwes,

(21)

4

(2009: 136) menyatakan seorang siswa dikatakan telah memahami suatu konsep

apabila mampu menjelaskan sebuah defenisi dengan kata-kata sendiri menurut

sifat-sifat/ciri-ciri yang esensial, mampu membuat/menyebutkan contoh dan yang

bukan contoh, dan mampu mendeskripsikan pemikirannya atau menyelesaikan

masalah. Pemahaman konsep yang baik akan turut mempengaruhi daya

matematika siswa lainnya, karena jika siswa tidak dapat memahami konsep

matematika dengan baik, maka siswa tidak dapat menganalisa permasalahan,

sehingga siswa tidak mampu untuk menyelesaikan masalahnya. Sementara itu

pemahaman konsep diperlukan untuk melahirkan ide-ide ataupun gagasan baru

maupun karya nyata.

Berdasarkan fakta dari penelitian pendahuluan (pada tanggal 9 sampai 11

Maret 2014) yang dilakukan oleh peneliti di SMP Negeri 1 Siatar kelas VII,

diperoleh informasi bahwa hasil tes pemahaman konsep terhadap 30 orang siswa,

yang dilakukan oleh peneliti (pada tanggal 9 Maret 2014) masih tergolong rendah.

Dari indikator kemampuan pemahaman konsep matematika dari 30 orang siswa

terdapat; hanya 3 orang siswa yang mampu menuliskan konsep; 5 orang siswa

yang mampu memberikan contoh dan bukan contoh; dan hanya 2 orang siswa

yang mampu mengaplikasikan konsep dalam pemecahan masalah. Hal ini dapat

dilihat dari hasil tes yang diberikan kepada 30 orang siswa tersebut, yakni:

1. Tuliskan apa saja yang kamu ketahui tentang perbandingan senilai.

2. Manakah dari yang berikut ini merupakan contoh dua besaran yang

(22)

5

a. Banyak barang dengan jumlah harganya.

b. Kecepatan kendaraan dengan waktu tempuhnya.

c. Banyak pekerja proyek dengan waktu penyelesaiannya.

d. Jumlah bunga tabungan dengan lama menabung.

e. Banyak ternak dengan waktu untuk menghabiskan persediaan

makanan.

3. Umur Anton 3 tahun lebih tua dari umur Bima. Jika jumlah umur

mereka 27 tahun, maka berapakah umur Anton sekarang?

Dari ketiga pertanyaan di atas hasil jawaban siswa dapat dilihat sebagai

berikut:

(23)

6

Dari pola jawaban siswa nomor satu dapat dipahami bahwa siswa belum

dapat menuliskan konsep perbandingan senilai dengan benar, pola jawaban siswa

nomor dua terlihat bahwa siswa belum dapat mengidentifikasi perbandingan

senilai dari contoh-contoh besaran yang diberikan, dan dari jawaban siswa untuk

soal nomor tiga dapat dipahami bahwa prosedur yang dibuat siswa sudah benar

untuk menjawab soal tersebut sampai siswa itu mendapatkan nilai x = 12 tahun.

Akan tetapi soal belum terjawab sepenuhnya karena siswa tidak mensubtitusikan

nilai x itu ke dalam persamaan umur Anton = (x + 3) tahun. Hal ini dapat

menunjukkan bahwa siswa tersebut belum benar-benar mampu mengaplikasikan

konsep perbandingan tersebut.

Temuan lain yang diperoleh peneliti berdasarkan hasil pengamatan (pada

tanggal 10 sampai 11 Maret 2014) bahwa faktor yang mempengaruhi rendahnya

penguasaan konsep matematika di SMP Negeri 1 Siantar adalah bahwa

pendekatan pembelajaran masih menggunakan pola lama yang mana dalam

proses pembelajaran cenderung mengarahkan siswa hanya untuk mengerjakan

soal-soal. Kegiatan siswa hanya diseputar mengerjakan soal berdasarkan rumus

yang ada dan berdasarkan contoh yang pernah diberikan oleh guru tanpa

mengetahui dari mana datangnya rumus, siswa tidak dilibatkan dalam proses

pemahaman konsep dan penemuan rumus, melainkan langsung diberikan atau

didiktekan oleh guru. Dengan pembelajaran yang berpusat pada guru pemahaman

terhadap konsep matematika tidak berkembang, siswa tidak kreatif dalam

memecahkan masalah, dan menggolongkan matematika sebagai pelajaran yang

(24)

7

menyampaikan materi pelajaran kurang melibatkan siswa secara aktif, siswa

kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses

pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk

menghapal informasi, otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun

berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu

untuk menghubungkan nya dengan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian

siswa tidak memahami apa yang diajarkan oleh guru karena siswa hanya sebatas

menerima apa yang disampaikan oleh guru saja, akibatnya tingkat berpikir siswa

rendah sehingga siswa tidak mampu menggunakan matematika itu dalam

memecahkan persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini siswa bukan

lagi sebagai subjek pembelajaran melainkan objek pembelajaran. Siswa diajari

dan bukan dibelajarkan. Keadaan seperti ini sangat mengurangi tanggung jawab

siswa atas tugas belajarnya.

Selain fenomena-fenomena di atas, peneliti juga mendapati bahwa guru

yang mengajar matematika di sekolah tersebut menggunakan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) dengan model atau pendekatan-pendekatan pembelajaran

yang inovatif (yang tertulis di RPP) namun belum di implementasikan dengan

baik dan benar, akibatnya proses pembelajaran masih tetap berorientasi pada guru

tersebut. Kemampuan guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran dan

mengimplementasikannya perlu dikaji ulang demi perubahan yang lebih baik

terhadap hasil ataupun prestasi belajar siswa.

Menurut Slameto (2010: 76) pembelajaran matematika sangat ditentukan

(25)

8

matematika itu sendiri. Belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat

menggunakan strategi belajar yang tepat. Oleh karena itu guru dituntut untuk

profesional dalam menjalankan tugasnya. Guru yang profesional adalah guru yang

selalu berpikir akan dibawa kemana anak didiknya, serta dengan apa mengarahkan

anak didiknya untuk mencapai hasil yang diinginkan dengan berbagai inovasi

pembelajaran.

Uraian-uraian di atas diperkuat juga dengan adanya pendapat Ruseffendi

(1998: 2) yang menyatakan bahwa bagian terbesar dari matematika yang

dipelajari siswa di sekolah tidak diperoleh melalui eksplorasi matematik, tetapi

melalui pemberitahuan. Keadaan di lapangan juga menunjukkan demikian, yang

membuat siswa pasif, sehingga menyebabkan merosotnya pemahaman

matematika siswa. Hal ini sangat tidak mendukung pada pembelajaran

matematika. Demikian pula halnya dengan hasil survey IMSTEP-JICA di

Bandung tahun 2007, juga menunjukkan bahwa salah satu penyebab rendahnya

kualitas pemahaman matematika siswa di SD dan SMP adalah karena dalam

proses pembelajaran matematika, guru umumnya terlalu berkonsentrasi pada

latihan menyelesaikan soal yang lebih bersifat prosedural dan mekanistis daripada

pengertian. Dalam kegiatan pembelajaran guru biasanya menjelaskan konsep

secara informatif, memberikan contoh soal, dan memberikan soal-soal latihan.

Kurangnya pemahaman siswa terhadap suatu konsep matematika

berdampak pada prestasi belajar yang diperoleh kurang memuaskan. Hal ini dapat

dilihat dari adanya beberapa indikator yang menunjukkan rendahnya prestasi

(26)

9

 Data UNESCO menunjukkan, peringkat matematika Indonesia berada di

deretan 34 dari 38 negara. Sejauh ini, Indonesia masih belum mampu lepas

dari deretan penghuni papan bawah.

 Hasil penelitian tentang penilaian hasil belajar pada level international yang

diselenggarakan oleh Organization for Economic Co-operation and

Development (OECD), melalui Programme for International Student

Assesment (PISA). Penelitian yang dilakukan OECD tentang PISA, yang

dilakukan sekali tiga tahun. Menurut laporan PISA (2006), skor matematika

Indonesia berada pada level bawah dengan skor 391 dari rata-rata skor total

OECD yaitu 498 (OECD, 2007). Selanjutnya masih menurut laporan PISA

(2009) skor matematika Indonesia berada pada level bawah dengan skor 371

dari rata-rata skor total OECD yaitu 496 (OECD, 2010).

Hasil The Trends In International Mathematics and Science Study (TIMSS)

tahun 2009 menempatkan Indonesia pada tahun 1999 pada ranking 34 dari 38

negara, tahun 2003 ranking 34 dari 35 negara dan tahun 2007 pada ranking

ke-36 dari 48 negara.

Untuk menanggapi fenomena-fenomena seperti di atas, guru seyogianya

mengubah cara mengajarnya (tidak lagi menganut pola lama) namun sudah

menyesuaikan dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku (kurikulum 2013),

sehingga siswa mampu mengaitkan materi yang dipelajarinya dengan dunia nyata

mereka. Tersusunnya kurikulum baru (kurikulum 2013) sebagai penyempurnaan

(27)

10

memperbaiki mutu pendidikan kita saat ini serta dapat melahirkan generasi

penerus bangsa yang produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter.

Senada dengan hal di atas, Sanjaya (2006: 13) mengatakan bahwa:

bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan, bagaimanapun

lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, tanpa diimbangi dengan

kemampuan guru dalam mengimplementasikannya, maka semuanya akan kurang

bermakna. Dengan demikian Kesuksesan kurikulum 2013 tidak terlepas dari

adanya kreativitas guru, dan aktivitas peserta didik yang menunjang kemajuan

dalam proses pembelajaran. Seyogianya agar proses pembelajaran dapat menjadi

bermutu maka dibutuhkan sarana-sarana penunjang seperti perangkat

pembelajaran dan standar penilaian (assesment otentik) yang sesuai dengan

kurikulum 2013, yang dapat memenuhi kebutuhan belajar peserta didik sesuai

dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan.

Salah satu model pembelajaran yang inovatif yang mampu mengeliminir

permasalahan tersebut adalah Model Pembelajaran Berbasis Masalah (MPBM)

yang diseratai dengan asesmen otentik. Melalui pembelajaran berbasis masalah

siswa diharapkan dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, mandiri dalam

belajar, mampu mengkomunikasikan idenya, serta lebih termotivasi dalam

memecahkan persoalan-persoalan dengan dunia nyata sehingga dengan demikian

pemahaman konsep siswa juga akan semakin meningkat. Donal Woods (2000)

dan Lynda Wee (2002) dalam Amir (2009:13) juga menyebutkan bahwa Problem

Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) sangat menunjang

(28)

11

berpikir secara metakognitif, cakap menggali informasi, membangun kecakapan

dalam memecahkan masalah, dan komunikasi.

Senada dengan uraian di atas, Trianto (2009: 94) menyatakan bahwa:

pembelajaran berdasarkan masalah (problem-based instruction) memiliki tujuan:

1) membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan

pemecahan masalah, 2) belajar peranan orang dewasa yang otentik, dan 3)

menjadi pemelajar yang mandiri.

Berdasarkan ke dua pendapat di atas, jelaslah bahwa dalam pembelajaran

berbasis masalah siswa mampu mengembangkan keterampilan berpikir dan

memecahkan masalah, sehingga siswa itu dengan sendirinya dapat menemukan

bagaimana konsep itu terbentuk, dan pada akhirnya siswa dapat menggunakan

dan mengingat lebih lama konsep tersebut. Dalam penerapan MPBM ini, siswa

tidak hanya melakukan kegiatan kognitif saja tapi secara bersama-sama mereka

mengembangkan kemampuan afektif dan psikomotornya. Jadi dengan

menerapkan MPBM, siswa akan lebih bebas dalam menuangkan ide-idenya tanpa

ada ketakutan akan kesalahan dari apa yang dibuat.

Penggunaan masalah-masalah kontekstual dalam model pembelajaran

berbasis masalah menjadikan pembelajaran tersebut lebih bermakna. Ibrahim dan

Nur (2000) menyampaikan bahwa dalam pembelajaran berbasis masalah

merupakan model belajar yang mengorgansisasikan pembelajaran di sekitar

pertanyaan dan masalah, melalui pengajuan situasi kehidupan nyata yang otentik

(29)

12

dengan menghindari jawaban sederhana, serta memungkinkan adanya berbagai

macam solusi dari situasi tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian pada siswa SMA Negeri 1 Balige, Sinaga

(2007) menyimpulkan bahwa ketercapaian keefektifan model pembelajaran

berdasarkan masalah menunjukkan bahwa hasil belajar siswa tuntas dan respon

siswa dan guru terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran adalah positif.

Demikian pula hasil penelitian Ahmad (2011) dan Abbas (2006) juga

menyimpulkan bahwa pemahaman konsep dan hasil belajar siswa mengalami

peningkatan pada setiap siklus dengan pembelajaran berbasis masalah.

Melihat kenyataan itu, maka pembelajaran berdasarkan masalah dapat

menanamkan pemahaman pengertian serta membimbing siswa agar mampu

memahami konsep-konsep matematika. Pembelajaran berdasarkan masalah dapat

dijadikan salah satu alternatif pembelajaran untuk membimbing siswa dalam

memahami konsep-konsep dalam matematika. Ciri utama dari pembelajaran

berdasarkan masalah adalah pemberian masalah yang otentik atau masalah yang

dekat dengan kehidupan dunia nyata siswa (Nur, 2008c). Menurut peneliti, siswa

SMP akan lebih antusias di dalam belajar apabila dihadapkan langsung dengan

permasalahan yang dekat dengan keseharian siswa. Oleh karena itulah peneliti

tertarik untuk mengadakan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran

berdasarkan masalah di SMP. Peneliti berharap dengan menerapkan model

pembelajaran berdasarkan masalah dapat mendorong keaktifan siswa dalam

(30)

13

dipahami dan dapat digunakan siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapi

dalam kehidupan sehari-hari.

Selain cara penyajian materi pelajaran atau suasana pembelajaran yang

dilaksanakan, alat penilaian juga memegang peranan yang sangat penting dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa. Guru sebagai tenaga profesional harus

mampu menguasai keduanya. Namun pada kenyataannya, sebagian guru ada yang

kurang memperdulikan dan tidak melakukan penilaian secara baik. Mereka lebih

mementingkan hasil belajar peserta didik pada akhir semester, akhir tahun, atau

ujian akhir dari pada penilaian proses.

Apabila kita perhatikan dengan seksama dalam praktek pembelajaran,

terdapat beberapa masalah dalam penilaian hasil belajar saat ini, antara lain: 1) tes

tertutup (tes dengan jawaban tunggal) tidak memberikan gambaran yang memadai

tentang kemampuan peserta didik; 2) penilaian tidak memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk menunjukkan kemampuannya, tetapi lebih

menunjukkan ketidakmampuannya; 3) penilaian tidak mempertimbangkan

kemajuan peserta didik dalam mata pelajaran yang bersangkutan; dan, 4) penilaian

tidak diselenggarakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan pembelajaran.

Penilaian atau yang disebut juga dengan istilah asesmen, seharusnya oleh

guru digunakan untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang

kemajuan belajar peserta didik atau untuk mendorong peningkatan belajar para

peserta didik. Dorongan peningkatan belajar dapat muncul dari peserta didik

sendiri setelah mengetahui hasil penilaian itu, atau dapat juga diusahakan oleh

(31)

14

tentang pembelajaran peserta didiknya. Teknik mengumpulkan informasi tersebut

pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap

pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Penilaian suatu kompetensi

dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik

berupa domain kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Dalam penelitian ini, penilaian yang akan dikembangkan adalah penilaian

otentik atau asesmen otentik. Asesmen otentik adalah suatu asesmen yang

mengharuskan murid menyelesaikan masalah atau bekerja pada suatu tugas yang

semirip mungkin dengan kejadian di luar ruang kelas, (Parkay, 2008: 499).

Selanjutnya Wiggins (dalam Muslich, 2010: 21) mengatakan bahwa asesmen

otentik merupakan masalah atau pernyataan yang bermakna yang mampu

membuat siswa menggunakan pengetahuannya dalam melakukan unjuk kerja

secara efektif dan kreatif sehingga mereka terlibat dalam pembelajaran. Tugas

yang diberikan dapat berupa replika atau analogi dari jenis permasalahan yang

dihadapi orang dewasa dan mereka yang dapat terlibat pada bidang tersebut. Ada

beberapa alasan penggunaan asesmen otentik dalam pembelajaran, yaitu: 1) sangat

mendukung pengembangan kurikulum yang sedang berlaku saat ini, 2)

memberikan pengalaman nyata bagi siswa dalam melakukan berbagai aktivitas

pemecahan masalah melalui eksperimen, demonstrasi, maupun kegiatan lapangan,

3) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan berbagai

kemampuannya, baik dalam bentuk pengetahuan, kinerja, maupun sikapnya dalam

pembelajaran matematika, serta 4) berupaya untuk memandirikan siswa dalam

(32)

15

Dalam model pembelajaran berbasis masalah yang dipadukan dengan

asesmen otentik, siswa diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang

diberikan sebagai proses untuk menguasai konsep-konsep matematika dalam

menemukan solusi dari masalah-masalah kontekstual. Siswa didorong untuk

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya

dalam kehidupan sehari-hari. Hasil diskusinya kemudian dibuat dalam bentuk

laporan sederhana serta dipaparkan melalui kegiatan presentasi yang merupakan

salah satu bentuk asesmen otentik.

Untuk dapat menerapkan pembelajaran berdasarkan masalah serta asesmen

otentik tersebut, maka perlu dikembangkan perangkat pembelajaran berdasarkan

masalah yang dipadu dengan asesmen otentik, yang sesuai dengan

langkah-langkah dalam model pengembangan perangkat. Berdasarkan

pemikiran-pemikiran yang telah diuraikan di atas maka peneliti merasa tertarik untuk

meneliti tentang Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dan

Asesmen Otentik Berorientasi Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dalam

Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah,

dapat dilakukan identifikasi masalah :

1. Pemahaman siswa tentang konsep matematika sangat rendah.

2. Pembelajaran yang terlaksana adalah pembelajaran yang berpusat pada guru,

guru mendominasi pembelajaran sehingga keterlibatan siswa dalam proses

(33)

16

3. Guru menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan model

atau pendekatan-pendekatan pembelajaran yang inovatif (yang tertulis di

RPP) namun belum di implementasikan dengan baik dan benar.

4. Model pembelajaran yang diterapkan guru di kelas dalam menyampaikan

materi pelajaran tidak melibatkan siswa secara aktif.

5. Aktivitas siswa dalam belajar matematika masih pasif.

6. Kurangnya respon siswa pada saat pembelajaran di kelas.

7. Siswa belum mampu mengaplikasikan pengetahuan dengan kehidupan nyata.

8. Sebagian besar kemampuan guru mengelola pembelajaran belum sesuai

dengan harapan.

9. Proses penilaian yang digunakan guru lebih mementingkan hasil belajar

peserta didik pada akhir semester, akhir tahun, atau ujian akhir dari pada

penilaian proses.

10. Penilaian hasil belajar tidak memberikan gambaran yang memadai tentang

kemampuan peserta didik, tidak memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk menunjukkan kemampuannya, tidak mempertimbangkan

kemajuan peserta didik dalam mata pelajaran yang bersangkutan dan, tidak

diselenggarakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan pembelajaran

(34)

17

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Pemahaman siswa tentang konsep matematika masih rendah.

2. Pengembangan perangkat pembelajaran sebagai persiapan guru yang meliputi

RPP, LAS, Buku Ajar Siswa, dan Buku Guru.

3. Proses penilaian yang digunakan guru lebih mementingkan hasil belajar

peserta didik pada akhir semester, akhir tahun, atau ujian akhir dari pada

penilaian proses.

4. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah Pembelajaran

Berdasarkan Masalah.

5. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih bersifat pasif.

6. Respon siswa terhadap matematika cenderung bersifat negatif.

7. Sebagian besar kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran belum

sesuai dengan harapan.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, masalah utama dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana produk pengembangan perangkat yang valid dan efektif dalam

penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah pada pokok bahasan

perbandingan?

2. Bagaimana produk pengembangan asesmen otentik yang valid dan reliabel

dalam penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah pada pokok

(35)

18

Beberapa pertanyaan penelitian yang perlu dijawab terkait efektifitas

pembelajaran menggunakan perangkat dan asesmen otentik, disajikan sebagai

berikut:

a. Bagaimana peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa

menggunakan perangkat pembelajaran berdasarkan masalah pada pokok

bahasan perbandingan?

b. Bagaimana kadar aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran

menggunakan perangkat pembelajaran dan asesmen otentik yang

dikembangkan?

c. Bagaimana tingkat kemampuan guru mengelola pembelajaran menggunakan

perangkat pembelajaran berdasarkan masalah dan asesmen otentik yang

dikembangkan?

d. Bagaimana respon siswa terhadap komponen dan proses pembelajaran

menggunakan perangkat dan asesmen otentik yang dikembangkan?

1.5 Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan perangkat

pembelajaran matematika dan asesmen otentik berorientasi model pembelajaran

berdasarkan masalah dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa SMP.

Tujuan umum ini dapat dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan yang lebih khusus

sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan kualitas perangkat pembelajaran matematika dan asesmen

otentik berorientasi model pembelajaran berdasarkan masalah yang

(36)

19

Untuk menjawab tujuan penelitian tersebut, maka perlu dirinci dalam bentuk

sub-sub tujuan sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan kelayakan perangkat pembelajaran dan asesmen otentik

yang dikembangkan.

b. Mendeskripsikan keterbacaan buku ajar siswa dan lembar aktivitas siswa

yang dikembangkan.

2. Mendeskripsikan efektivitas penerapan perangkat pembelajaran matematika

dan asesmen otentik berorientasi model pembelajaran berdasarkan masalah

yang dikembangkan.

Untuk menjawab tujuan penelitian tersebut, maka perlu dirinci dalam bentuk

sub-sub tujuan sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan aktivitas aktif siswa selama kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan perangkat pembelajaran dan asesmen otentik

berdasarkan masalah dalam pembelajaran matematika.

b.Mendeskripsikan respon siswa terhadap komponen dan proses

pembelajaran yang menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah

dalam pembelajaran matematika.

c. Mendeskripsikan tingkat kemampuan pemahaman konsep pada pokok

bahasan perbandingan dengan menggunakan pembelajaran berdasarkan

(37)

20

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi tentang kemampuan pemahaman konsep siswa dalam

memecahkan masalah pada konsep perbandingan.

2. Tersedianya perangkat pembelajaran dan asesmen otentik dengan model

pembelajaran berdasarkan masalah dalam meningkatkan kemampuan

pemahaman konsep siswa.

3. Menjadikan acuan bagi guru dalam mengimplementasikan pengembangan

perangkat pembelajaran dan asesmen autetik dengan model pembelajaran

berdasarkan masalah untuk materi yang lain, yang relevan bila diajarkan

dengan model pembelajaran berdasarkan masalah.

4. Memberikan referensi dan masukan bagi pengayaan ide-ide penelitian

mengenai evaluasi diri tentang kemampuan pemahaman konsep dalam

memecahkan masalah siswa yang akan dikembangkan dimasa yang akan

datang khususnya di bidang pendidikan matematika.

1.7 Pembatasan Penelitian dan Asumsi Penelitian

1.7.1 Pembatasan Penelitian

Mengingat adanya berbagai keterbatasan dan kemampuan pada peneliti,

maka penelitian dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

a. Penelitian ini dibatasi pada siswa SMP Negeri 1 Pematangsiantar, dengan

subyek penelitian adalah siswa kelas VIII semester II Tahun Pelajaran

(38)

21

b. Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran matematika, materi

perbandingan.

c. Pemahaman konsep dalam penelitian ini mengacu pada mampu menjelaskan

sebuah defenisi dengan kata-kata sendiri menurut sifat-sifat/ciri-ciri yang

esensial, mampu membuat/menyebutkan contoh dan yang bukan contoh, dan

mampu menggunakan konsep dalam menyelesaikan masalah.

1.7.2. Asumsi Penelitian

Mengingat terdapat lembar isian yang memerlukan jawaban dan informasi

yang sukar dibuktikan, maka asumsi penelitian ini adalah:

1. Para penelaah memberikan penilaian secara objektif terhadap perangkat

pembelajaran yang dikembangkan.

2. Para siswa mengisi lembar penilaian yang diberikan sesuai dengan keadaan

dirinya tanpa pengaruh dari orang lain.

1.8 Definisi Operasional

Untuk mempermudah pemahaman terhadap istilah-istilah dalam penelitian

ini, maka diberikan penjelasan tentang istilah yang digunakan.

1. Perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan alat pendukung (rencana

pelaksanaan pembelajaran, buku ajar, lembar kegiatan siswa, tes pemahaman

konsep yang memungkinkan siswa dan guru melakukan kegiatan

(39)

22

2. Pengembangan perangkat pembelajaran

Pengembangan perangkat pembelajaran adalah proses untuk mendapatkan

perangkat pembelajaran yang baik, sesuai dengan langkah-langkah pada model

pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan.

3. Model pembelajaran berdasarkan masalah

Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu pendekatan yang lebih

luas dari strategi, metode ataupun prosedur yang terdiri dari kelompok kecil

siswa bekerja secara bersama-sama dan saling ambil bagian dalam pemecahan

masalah otentik.

4. Asesmen otentik adalah sebagai penilaian yang melibatkan siswa di dalam

tugas-tugas yang mirip dengan dunia nyatanya, yang pada akhirnya dapat

membangun aspek pengetahuan, aspek sikap, dan keterampilan siswa seperti

yang ditetapkan dalam tujuan pembelajaran. Asesmen otentik yang

dikembangkan untuk mengukur kompetensi sikap adalah penilaian diri, untuk

kompetensi pengetahuan, asesmen otentik yang digunakan adalah tes tertulis

(tes uraian), dan untuk kompetensi keterampilan, asesmen otentik yang

digunakan adalah tugas unjuk kerja.

5. Keefektifan Pembelajaran

Keefektifan pembelajaran dilihat dari indikator-indikator pencapaian tujuan

yang diharapkan, yang ditunjukkan dengan i) siswa dikatakan telah memahami

konsep apabila terdapat 80% siswa yang mengikuti tes telah memiliki

kemampuan pemahaman konsep minimal sedang (memperoleh nilai lebih dari

(40)

23

belajar memenuhi kriteria toleransi waktu ideal yang ditetapkan, iii)

kemampuan guru mengelolah pembelajaran minimal berada pada kategori

cukup baik, iv) respon siswa positif terhadap komponen-komponen perangkat

pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif jika

keempat indikator tersebut dipenuhi.

6. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama proses

pembelajaran, meliputi: mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru/teman,

membaca/memahami masalah, menyelesaikan masalah/menemukan cara dan

jawaban masalah, berdiskusi/bertanya kepada teman/guru, menarik

kesimpulan suatu konsep atau prosedur dan perilaku yang tidak relevan

dengan pembelajaran seperti: percakapan di luar pelajaran, berjalan-jalan di

luar kelompok, mengerjakan sesuatu di luar topik pembelajaran dan lain-lain.

7. Respon siswa

Respon siswa adalah pendapat senang-tidak senang, baru-tidak baru, terhadap

komponen dan kegiatan pembelajaran, siswa berminat mengikuti pembelajaran

pada kegiatan pembelajaran berikutnya, komentar siswa terhadap keterbacaan

(buku siswa dan tes pemahaman konsep) dan penggunaan bahasa dan

penampilan guru dalam pelaksanaan pembelajaran.

8. Kemampuan guru mengelola pembelajaran

Kemampuan guru mengelola pembelajaran adalah kualitas guru dalam

melaksanakan setiap tahap-tahap pembelajaran berbasis masalah

(41)
(42)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini,

dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Efektifitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan

model pembelajaran berdasarkan masalah, disimpulkan berdasarkan pada: (i)

pemahaman konsep matematika siswa memperoleh persentase 85,29%, (ii)

kadar aktifitas aktif siswa memnuhi kriteria toleransi waktu ideal yang

ditetapkan, (iii) kemampuan guru mengelola pembelajaran berada pada kriteria

baik, (iv) respon siswa terhadap komponen-komponen perangkat pembelajaran

dan kegiatan pembelajaran adalah positif.

2. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa menggunakan

perangkat pembelajaran berdasarkan masalah pada topik perbandingan dan

skala adalah dari persentase pencapaian kemampuan pemahaman konsep

matematika pada ujicoba I sebesar 73,53% meningkat menjadi 85,29% pada

ujicoba II.

3. Kadar aktifitas aktif siswa pada ujicoba I, terdapat 1 aktivitas aktif siswa yang

belum memenuhi kriteria toleransi waktu ideal yang ditetapkan, sedangkan

pada ujicoba II, seluruh aktifitas aktif siswa telah memenuhi kriteria toleransi

waktu ideal yang ditetapkan.

4. Nilai kemampuan guru mengelola pembelajaran pada ujicoba I berada pada

(43)

5. Respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan perangkat

pembelajaran berdasarkan masalah adalah positif (di atas 80%).

5.2 Saran

Berdsasarkan simpulan penelitian di atas, pembelajaran dengan

menggunakan perangkat pembelajaran berdasarkan masalah yang diterapkan pada

kegiatan pembelajaran memberikan beberapa hal yang penting untuk diperhatikan.

Uuntuk itu peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan ini baru sampai pada tahap

pengembangan, belum diimplementasikan secara luas di sekolah-sekolah.

Untuk mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran menggunakan pmodel

pembelajaran berdasarkan masalah dalam berbagai topik pelajaran matematika

dan mata pelajaran lain yang sesuai, disarankan pada para guru dan peneliti

untuk mengimplementasikan perangkat pembelajaran berdasarkan masalah ini

pada ruang lingkup yang lebih luas di sekolah-sekolah.

2. Bagi guru yang ingin menerapkan perangkat pembelajaran menggunakan

model pembelajaran berdasarkan masalah pada topik yang lain pada pelajaran

matematika atau pada mata pelajaran lain yang sesuai dapat merancang sendiri

perangkat pembelajaran yang diperlukan dengan memperhatikan

komponen-komponen pembelajaran dan karakteristik dari materi pelajaran yang akan

(44)

222

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, N. (2006). Penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem-Based Instruction) pada pembelajaran matematika di SMU. Tesis. Tidak Dipublikasikan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya.

Ahmad, B. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Sebagai Upaya meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika dan Komunikasi Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis. Tidak dipublikasikan. Medan: PPs Universitas Negeri Medan.

Aiken, L. 1997. Psychological Testing and Assessment. Ed.9. USA: Allyn and Bacon

Akbar, S. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Amir, T. M. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Ansari, B. I. 2009. Komunikasi Matematik. Banda Aceh: Yayasan Pena.

Arikunto. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Bandung, Bumi Aksara

Arends, R. I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York, Mc Graw-Hill Companies, Inc.

____________ 2001. Instruction to Teach. Fifth Edition. New York: McGraw Hill Companies

____________ 2008. Learning to Teach, Belajar untuk Mengajar. Edisi Ketujuh. Jilid Dua. (diterjemahkan oleh Soedjipto, Helly, P. dan Soedjipto, Sri, M.) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Blumenfeld, P.C, Soloway, E, Marx, R., Krajcik, J.S., Guzdial, M., & Palinesar, A. 1991. Motivating project-based learning: sustaining the doing, supporting the learning. The Journal of Educational Psycologist.

Dahar, R. W. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

(45)

223

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Eggen, P. D., dan Kauchak. 1988. Strategies for Teacher Teaching Content and Thinking Skills. New Jersey: Prentice Hall.

Gardner, H. (1983). Frames of Mind-The Theory of Multiple Intelligences. New York: Basic Books.

Grounlund, N. E. 1982. Constructing Achievement Test. Third Edition. Illionis, F.E Peacock Publishers, Inc.

Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit Bumi Aksara.

Herman, T. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Educationist No. I Vol I Januari 2007.

Hiebert, J. 1992. Instruction and Teaching With Understanding. Macmillan, Publishing Company.

Hudojo, H. 1998. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud

_________ 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang.

Ibrahim, M dan Nur, M. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya, Unesa-University Press.

Iryanti, P. 2004. Penilaian Unjuk Kerja. Yogyakarta: Direktorat Pusat Pendidikan Dasar dan Menengah, Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika.

Joyce, B. 2009. Models Of Teaching (Model-Model Pengajaran). Yokyakarta: Pustaka Pelajar

IMSTEP-JICA. 2007. Mathematics Teachers’ Professional Development through Lesson Study in Indonesia. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education.

Masykur, M., dan Fathani, A. H. 2007. Mathematical Intelligence. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Mudhofir. 1987. Teknologi Instruksional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muslich, M. 2010. Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Bandung: PT Refika Aditama.

(46)

224

NCTM. 2000. Principles and Evaluation Standards for school Mathematics. Reston, VA: NCTM

Neisher, P. 1989. Microworlds in Mathematical Education: A Pedagogical Realism. In L. B. Resnick (Ed), Knowing, Instruction, and Instruction (pp. 187-215). Hillsdale, NJ, Lawrence Erlbaum.

Newmann, F.M. and Wehlage, G. 1993. Five Standard of Authentic Instruction. Educational Leadhership.

Nur, M. 2008c. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah (PSMS) Unesa.

Parkay, F. W. 2008. Menjadi Seorang Guru. Jakarta: PT Indeks.

Ratumanan, T.G., dan Laurens. T. 2006. Evaluasi Hasil Belajar yang Relevan dengan Kurikulum Berbasis Kompotensi. Surabaya: Unesa University Press.

Rasyid, H., dan Mansur. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana Prima.

Rusman, Kurniawan, D., dan Riyana, C. 2011. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: PT Rajagrafindo Persada.

Russefendi, E.T. 1979. Dasar-dasar Matematika Modern. Bandung: Tarsito.

____________ 1998. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Roh, K. H. 2005. Problem-Based Learning in Mathematics. ERIC Digest. http://www.ericdigests.org/2004-3/math.html. (didownload Maret 2014)

Sanjaya, W. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.

__________ 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Shadiq, F. 2008. Pentingnya Matematika. http://www.fadjarp3g.wordpresss.com (didownload Mei 2010).

Sinaga, B. 1999. Efektivitas Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) pada kelas 1 SMU dengan Bahan Kajian Fungsi Kuadrat. Tesis. Tidak dipublikasikan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya.

(47)

225

Sinambela, Pardomuan. 2006. Keefektifan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Instruction) dalam Pembelajaran Matematika untuk Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear dan Kuadrat di Kelas X SMA Negeri 2 Rantau Selatan, Sumatera Utara. Tesis. Tidak dipublikasikan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya.

Siswono, T. 1999. Metode Pemberian Tugas Pengajuan Soal (problem Posing) dalam Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Perbandingan di MTsN Rungkut Surabaya. Tesis. Tidak dipublikasikan. Surabaya: PPS Universitas Negeri Surabaya.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (konstatasi keadaan masa kinimenuju harapan masa depan). Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Depdiknas.

_______ 1994. Memantapkan Matematika Sekolah Sebagai Wawasan Pendidikan dan Pembudayaan Penalaran, (Media Pendidikan Matematika Nasional), N0. 4 Th.3, Surabaya, IKIP Surabaya.

Sofyan, Dedy. 2008. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis. Tidak dipublikasikan. Bandung: UPI Bandung.

Suyitno. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika, Semarang: PT Prenanda.

Slavin, R. E. 1994. Educational Psychology, Theories and Practice. Fourth Edition. Masschusetts: Allyn and Bacon Publishers.

_________ 2000. Educational Psychology, Theories and Practice. Sixth Edition. Masschusetts: Allyn and Bacon Publishers.

Syah, M. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya

Taylor, L. 1993. Vygotskyan Scientific Concepts: Implications for Mathematics Education. Focus on Instruction Problems in Mathematics Vol. 15, 2-3.

Thiagarajan, S. Semmel, D.S. Semmel, M. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children. A Sourse Book. Blomington: Central for Innovation on Teaching The Handicapped.

(48)

226

Tuckman, B.W. 1978. Conducting Educational Research. 2nd Edition. New York: Harcourt Brace Javanovich.

Usman, U. 2001. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. PT Rosda Karya. Bandung.

Usman. 2013. Model PBI Untuk Mengembangkan Pemahaman Mahasiswa Dalam Memecahkan Masalah Tentang Integral Tentu. Jurnal Peluang. Volume I Nomor 2 April 2013.

Wheatley, Grayson H (1991). Mathematics Learning. Journal Constructivist Perspective on Science and of Science Education, 75 (1): 9-12.(1991). New York: John Wiley and Sons Publishers.

Gambar

Gambar 1.1 Pola Jawaban Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Program layanan dasar efektif untuk meningkatkan pengelolaan diri dalam. belajar (academic self

Program Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SMP.. Tesis pada Sekolah Pascasarjana

[r]

Hasil Pengolahan Data Penerapan Metode Demonstrasi melalui Media Kardus dalam Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah pada Anak TK .... Hasil Pengolahan Data

In Diagram 10.1, the bulb only lights up in if both of the switches A and B are closed, hence there is only ONE chance for current to flow to give only ONE output of the logic

[r]

import android.app.Activity; import android.content.Intent; import android.os.Bundle; import android.view.View; import android.widget.Button; import android.widget.ListView;

UPAYA TUTOR DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PROGRAM “TAMAN BERMAIN EDUKATIF ANAK”DI KAMPUNG KREATIF DAGO POJOK KOTA BAND UNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |