PENGARUH GEREJA DAME TERHADAP PERKEMBANGAN
AGAMA KRISTEN PROTESTAN DI TARUTUNG
(1864-1966)
OLEH:
MEI STEPHANIE SIAHAAN NIM. 309 121 044
Program Studi Pendidikan Sejarah
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
▸ Baca selengkapnya: kd agama kristen protestan kelas 2 semester 1
(2)(3)(4)ABSTRAK
Mei Stephanie Siahaan, NIM : 309 121 044, Pengaruh Gereja Dame Terhadap Perkembangan Agama Kristen Protestan di Tarutung (1866-1964). Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah program studi S1, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Tarutung merupakan Ibukota dari Kabupaten Tapanuli Utara, yang merupakan bagian dari Pemerintahan Daerah Tingkat II Sumatera Utara. Kota yang memiliki luas wilayah sebesar 107,2068 km2 ini merupakan tempat Nommensen melakukan penginjilan untuk pertama kalinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang berdirinya Gereja Dame serta pengaruhnya terhadap perkembangan agama Kristen Protestan di kota Tarutung. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan maka peneliti menggunakan metode Heuristik dengan pendekatan deskriptif kualitatif dan teknik yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena kasih setianya penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
sarjana pendidikan dengan judul “ Pengaruh Gereja Dame Terhadap
Perkembangan Agama Kristen Protestan di Tarutung (1864-1966).”
Sebelumnya penulis ingin mengucapakan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ayahanda (Alm. A. Siahaan) yang telah memberikan dorongan
yang begitu besar bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Ibunda tercinta (P.
Situmorang) yang selalu setia mendorong, mendidik, menasehati dan membantu
penulis dengan sabar dalam segala hal. Dan melalui ini, saya ingin menyampaikan
pesan pada ibu saya, “Mami, aku akan berusaha sekuat mungkin untuk
membahagiakan Mami sebagai pengganti Papi yang udah lebih dulu pergi dari
kita. Semoga Mami tetap panjang umur dan bisa melihat kami bertiga hingga
menjadi sukses nanti.”
Kepada kedua adik saya, Setia Lestari (Utet) dan Daniel Ben Gurion (Iben)
terima kasih sudah menjadi adik-adik yang baik dan patuh pada Kakak dan orang
tua kita. Semangat ya adik-adikku, Kakak sangat menyayangi kalian berdua.
Dalam melaksanakan penelitian ini maupun dalam menyelesaikan skripsi ini
penulis banyak mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada
1. Bapak Prof. Ibnu Hajar Damanik, M.Pd selaku Rektor Universitas
Negeri Medan.
2. Bapak Drs. Restu M.S, selaku Dekan dan seluruh citivas akademik
Fakultas Ilmu Sosial UNIMED
3. Ibu Dra. Flores Tanjung, M.A selaku dosen pembimbing skripsi penulis
yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, masukan, dan
pemikiran dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Hafnita SD Lubis, M.Si selaku dosen penasehat akademik yang
telah banyak memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis
selama mengikuti perkuliahan di Jurusan Pendidikan Sejarah.
5. Bapak Drs. Ponirin, M.Si selaku dosen penguji skripsi penulis yang
telah banyak memberikan saran, kritik, dan masukan yang membangun
pengetahuan dan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
6. Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum selaku pembanding bebas yang sudah
banyak juga memberikan masukan dan saran bagi penulis agar penulisan
skripsi ini baik dan selesai dengan nilai yang bagus.
7. Kepada seluruh dosen yang pernah mendidik saya dari semester awal
hingga akhir.
8. Kepada seluruh sanak saudara yang telah banyak memberikan bantuan
9. Kepada Pendeta Tumpal Sinaga, S.th., Bapak Sintua Hutahaean dan
Opung Lumbantobing yang selalu memberikan bantuan dan dukungan
kepada penulis disaat penelitian dan memudahkan penelitian penulis.
10.Kepada sahabat baik saya Nella Karunia, selama ini kita udah
mengalami banyak hal di dalam dan di luar perkuliahan bersama-sama.
Meskipun aku sering gak bisa membantumu saat penelitian, tapi aku gak
pernah lupa mendoakanmu agar diberi kelancaran dalam menyelesaikan
tahap akhir kuliah kita ini.
11.Kepada sahabat-sahabat setiaku sejak SMA yang tergabung dalam Grup
“Lallo” yaitu Martina Tobing, Yohanna Manalu, Emmy Hutagalung,
dan Ervina Tobing, semoga kalian bisa menyelesaikan perkuliahan
dengan lancar di kampus masing-masing, dan aku doakan supaya kalian
akan mendapatkan pekerjaan yang bagus ke depannya.
12.Kepada teman-teman terbaikku selama semester awal hingga akhir
yaitu: Dian Lestiani, Ervina Sinaga, Hotnida Purba dan Monalisa
Limbong, semoga kalian juga bisa segera lulus dan mendapatkan
pekerjaan yang baik nantinya.
13.Khususnya untuk teman-teman seperjuangan yang terkumpul dalam
grup “Pasukan Anti Huru-Hara (AHH)” yaitu kelas B/Reguler 2009, aku
ucapkan terima kasih banyak atas kebersamaan yang sudah kita lalui
bersama-sama dalam waktu 4 tahun ini. Untuk Komting terbaik kelas
kami Arief S. Ginting, makasih banyak pak Komting atas kebaikanmu
sekretaris kelas kami Felira Anisa, terima kasih karena telah berjuang
bersama-sama denganku dalam masa-masa menyusun skripsi akhir ini.
Aku yakin kamu pasti akan berhasil nanti, semangat Fel! Buat Itokku
Fhatar Siahaan, terima kasih atas bantuanmu selama perkuliahan dimulai
sampai berakhir ya. Semangat terus ya tok! Untuk temanku Nurhayati
Siagian , aku masih ingat pesanmu waktu itu, kalau kehilangan orang tua
bukan berarti akhir dari segalanya. Ayo kita sama-sama buktikan kalau
kita bisa menjadi orang sukses di kemudian hari, ne! Fighting Nur!
Untuk teman-teman curhatku mulai dari masalah yang serius hingga
terkonyol sekalipun, yaitu : Abdul Rahman (Bdoel) juga Sunerdianto
Sitanggang(Sunenk), kalian adalah dua orang yang selalu mengerti
tentang pemikiranku dan mendukungku untuk terus bersemangat.
Semoga kalian juga berhasil memperoleh impian kalian. Semangat
Bdoel! Semangat Sunenk! Kepada Ramot Situmorang(Amot), Duem
Turnip, Hery Hutagalung (Admin AHH yang tak terdengar lagi
kabarnya sampai sekarang), Fandi Ahmad (Gomek), Rio
Capriyogi(Cap), Okaria Sonata Silalahi (Bu Gondrong yang gak pernah
kehabisan bahan untuk melawak sekaligus fans fanatik Avril Lavigne),
Nico Fernando, Mora Munthe (si ahli debat yang kukagumi), Jefri
Girsang, Milla Dilla Jayanti, Fitrianingsih, Gunawan Wibisono, Anri
Ramelan, Yudhis Febriansah, Rahmad, Melda Napitupulu, Robintang
Situmorang, Andikho Jerohdi, Warzukni, Hendri Sinurat, Timawati,
pernah berselisih paham, namun semuanya itu menjadi pengalaman
berharga yang membuat kita menjadi lebih dewasa sekarang. Aku hanya
bisa mendoakan kalian supaya bisa menjadi orang sukses di kemudian
hari. Dan meskipun kita akan berpisah, tapi aku harap tali kekeluargaan
kita tidak akan terputus.
14.Kepada teman-teman seangkatanku mulai dari kelas A Reguler, A/B
Ekstensi, kakak serta adik stambuk yang telah banyak membantu.
15.Kepada Bang Ramadhan yang selalu siap membantu dan memberikan
nasihat bagiku, semoga cepat nikah ya Bang! Hehehe…
16.And last but not least, untuk si Lapukku tersayang yang selalu ada
menemaniku di saat senang maupun sedih, dan menjadi teman yang
saling berbagi satu sama lain, terima kasih banyak atas kebaikanmu
selama ini. Semoga kamu bisa cepat menyelesaikan kuliahmu dan
mendapatkan pekerjaan terbaik seperti yang kamu inginkan selama ini.
Skripsi ini bisa terselesaikan berkat bantuan dan doa dari semua pihak. Dan
kepada teman-teman dan pihak yang tidak bisa sebutkan satu-persatu, saya
ucapkan terima kasih. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga
skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pembaca.
Medan, Juni 2013
DAFTAR ISI
2. Daftar Informan yang Diwawancara ... 78
3. Pedoman wawancara ... . 79
4. Foto-foto Penelitian... 80
B. Kerangka berpikir ... . 15
A. Keadaan geografis Tarutung ... 23
B. Konteks kehidupan suku Batak sebelumInjil masuk ke tanah Batak ... 26
C. Masuknya Agama Kristen Protestan ke Tarutung ... 28
D. Perkembangan Gereja Dame di Tarutung ... 33
1. Sejarah berdirinya Gereja Dame ... . 33
2. Perkembangan Gereja Dame pada masa penginjilan Nommensen . 38 3. Jabatan-jabatan dalam Gereja ... 41
E. Rentang waktu perkembangan agama Kristen Protestan di Tarutung . 48 1. Masa Kolonial Belanda (1861-1942) ... 48
2. Masa Pendudukan Jepang (1942-1945) ... 53
3. Masa Orde Lama (1945-1966) ... 56
F. Garis waktu perkembangan agama Kristen Protestan dan HKBP di Tarutung dan sekitarnya ... 58
V. Penutup ... 70
A. Kesimpulan ... 70
B. Saran... 74
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu bukti yang menunjukan bahwa penginjilan berhasil dilakukan di
suatu daerah adalah berdirinya gereja dan banyaknya pengikut ajaran agama
Kristen Protestan sebagai buah dari penginjilan tersebut. Ketika zending protestan
mulai datang ke Tarutung, maka di wilayah ini terjadi transformasi religi.
Masyarakat Batak yang semula menganut agama suku kemudian beralih dan
menganut agama Kristen Protestan yang dibawa oleh para zending dari luar.
Menurut Van den End (2012:7):
“Di wilayah Indonesia terdapat sejumlah besar gereja-gereja. Masing-masing gereja itu mempunyai sejarah sendiri.sejarah masing-masing gereja itu berbeda-beda karena faktor-faktor seperti : panggilan yang menjadi mula sebab timbulnya gereja itu berbeda-beda coraknya dan begitu pula halnya dengan faktor-faktor dari dalam yang ikut menentukan corak jawaban yang diberikan oleh gereja yang bersangkutan. Tetapi dalam sejarah gereja-gereja itu terdapat pula unsur-unsur bersama.”
Menurut Nainggolan (2012:184-185): “Alasan datangnya misi ke Tanah Batak
ada dua. Pertama, alasan politik.Sir Thomas Stamford Raffles, yang pada waktu
itu menjabat sebagai Gubernur General, meminta dengan sangat supaya misi
Kristen bekerja di antara orang Batak. Beberapa sumber mengatakan bahwa misi
ini merupakan usaha Raffles untuk membagi dua kekuatan besar Islam, yaitu
Aceh di sebelah utara tanah Batak dan Minangkabau di sebelah selatan. Hal ini
tentu sesuai dengan politik penjajahan devide et impera. Alasan kedua yaitu
Menurut Simanjuntak, B.A (2012:137) :
“Setelah pengaruh VOC mulai tenggelam pada tahun 1799, pemerintah Belanda mulai memperbolehkan penyebaran agama dengan lebih leluasa.Orang Kristen aliran Lutheran dari Jerman yang lebih toleran dan tidak memaksa pemeluknya untuk mempelajari agama Kristen dengan sedemikian dalam, mulai memanfaatkan perizinan tersebut untuk mulai menyebarkan agama di antara orang Batak di Sumatera pada tahun 1861.Misionaris Kristen Belanda dari aliran Rheinish juga menyebarkan agama di Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tengah.”
Pada masa kolonial Belanda, para zending berhasil menyebarkan agama
Kristen Protestan di Tanah Batak. Buah dari keberhasilan Zending Protestan ini
adalah dengan berdirinya gereja di Tanah Batak, tepatnya di daerah Saitnihuta,
Tarutung yang menjadi awal tumbuh dan berkembangnya jemaat-jemaat Kristen
yang dibimbing oleh Nommensen. Gereja Dame Saitnihuta merupakan gereja
yang berdiri di Rura Silindung melalui buah pelayanan ompu Pdt.Dr.I.L.
Nommensen yang datang dari Eropa ke tanah Batak.
Menurut Kozok (2009:1) :
“Ludwig Ingwer Nommensen adalah seorang tokoh yang oleh sebagian orang Batak tidak hanya dihormati atas jasanya menyebarkan agama Kristen di Tanah Batak, tetapi bahkan dianggap sebagai rasul atau apostel Batak”.
Kehadiran Nommensen pada awalnya di Saitnihuta menghadapi berbagai
tantangan dari penduduk setempat, begitu kuat penolakan akan kehadiran
Nommensen pada waktu itu. Cikal bakal berdirinya Gereja Dame adalah berkat
pelayanan dan prakarsa Nommensen mendirikan komunitas perkampungan huta
Dame pada tanggal 20 Mei 1864 di Saitnihuta Ompusumurung. Selanjutnya pada
tanggal 29 Mei 1864, Nommensen melaksanakan kebaktian perdana di godung
Hutadame, dan hari itulah yang dijadikan sebagai tanggal berdirinya Huria Dame
Pada masa pendudukan Jepang, kegiatan keagamaan di Tarutung mendapat
pengawasan yang cukup ketat oleh pemerintah Jepang.Karena Belanda
mengalami kekalahan, otomatis para zendeling pun ditarik mundur dari Tanah
Batak sehingga pengembangan agama Kristen Protestan mengalami cukup banyak
hambatan pada masa itu. Namun, penderitaan yang dialami oleh jemaat Kristen di
Tarutung berakhir saat kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan oleh
Soekarno-Hatta. Pada masa ini pengembangan agama Kristen Protestan kembali
dijalankan oleh para misionaris serta masyarakat Batak yang sudah menjadi
jemaat gereja.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dapat diidentifikasikan adalah:
1. Tujuan kedatangan misi zending Kristen Protestan ke Tarutung.
2. Kegagalan para zending sebelum Nommensen dalam menyebarkan agama
Kristen Protestan di Tarutung.
3. Peranan Nommensen dalam menyebarkan agama Kristen Protestan di
Tarutung.
4. Gereja Dame sebagai titik awal lahirnya kekristenan di Tarutung.
5. Pengaruh Gereja Dame terhadap pengembangan agama Kristen Protestan
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya permasalahan, maka penulis membatasi
permasalahan pada :
1. Bagaimana latar belakang masuknya agama Kristen Protestan di
Tarutung?
2. Bagaimana pengaruh Gereja Dame terhadap pengembangan agama
Kristen Protestan di Tarutung?
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah maka penulis merumuskan masalah : “Pengaruh
Gereja Dame terhadap Pengembangan Agama Kristen Protestan di Tarutung
(1864-1966).”
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk memahami latar belakang masuknya ajaran Kristen di Tarutung.
2. Untuk mengetahui perkembangan Gereja Dame serta pengaruhnya
terhadap penyebaran agama Kristen Protestan di Tarutung.
F. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, diharapkan akan memberikan
manfaat sebagai berikut :
1. Memberikan gambaran tentang sejarah dan pengaruh Gereja Dame
2. Sebagai bahan informasi kepada akademisi, pemerintahan maupun
masyarakat umum tentang sejarah dan pengaruh Gereja Dame terhadap
pengembangan Agama Kristen Protestan di Tarutung
3. Sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan secara umum dan
UNIMED secara khusus
4. Sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang relevan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
• Perkembangan agama Kristen Protestan setelah Injil masuk ke
daerah Tarutung sangat cepat, tepat dan bermanfaat. Proses
pertumbuhan agama ini sudah berlangsung lebih dari seratus tahun
dan masih akan terus berkembang dengan pesat.
• Pada awalnya, orang-orang Batak yang telah menerima ajaran
agama Kristen Protestan sempat mendapat tekanan dan diusir dari
kampong halamannya, terutama bila mereka tidak mau member
sumbangan untuk upacara-upacara adat setempat. Keadaan ini
memaksa mereka untuk berkumpul di satu kampong tersendiri,
yakni Huta Dame, yang artinya desa-atau-kampung damai.
• Selama tujuh tahun lamanya Nommensen melakukan penginjilan,
jumlah orang Batak yang masuk Kristen sekitar 1.250 jiwa.
Sepuluh tahun kemudian bertambah menjadi 1.881 jiwa. Kemudian
jumlah ini bertambah lagi menjadi lima kali lipat, hingga orang
Batak yang masuk Kristen adalah sekitar 6.250 jiwa. Pada tahun
1918, sudah tercatat 185.731 orang Kristen di wilayah RMG
Sumatera Utara.
• Pada tahun 1881 Nommensen diangkat menjadi Ephorus HKBP
oleh RMG. Jabatan ini terus dipegang olehnya hingga ia meninggal
Ompung Nommensen atau kakek Nommensen padanya, seakan
gelar tersebut menjadikannya memiliki jabatan yang sejajar dengan
Sisingamangaraja atau dengan tokoh-tokoh orang Batak lainnya.
• Ribuan bahkan puluhan ribu orang Batak yang berada di Tarutung
sudah menikmati pendidikan nasional dan internasional serta telah
menerima berkat karunia Tuhan dalam berbagai aspek kehidupan.
• Penginjilan yang berhasil tersebut telah mengantarkan orang Batak
pada peradaban keimanan yang utuh dan teguh serta mengiringi
langkah kehidupan mereka menjadi manusia seutuhnya.
• Dibandingkan dengan daerah pemberitaan Injil lainnya di
Indonesia, perkembangan agama Kristen di Tarutung dapat disebut
sangat maju. Pemberitaan Injil di sana dapat diibaratkan dengan
seorang penjala ikan yang mendapat tangkapan yang
berlimpah-ruah. Dia harus menggunakan jala yang besar dan kuat, supaya jala
itu tidak robek dan semua ikan dapat ditarik masuk dalam
jaringnya, sedang di daerah lain ikan yang ada cukup untuk
ditangkap dengan kail saja.
• Perkembangan agama Kristen Protestan di Tarutung sempat
terhenti pada masa kedatangan pemerintah Jepang. Saa itu,
pemerintah Jepang memutus hubungan antara gereja-gereja Batak
di Tarutung dengan gereja di luar negeri yang selama ini menjadi
penyokong dalam mengembangkan ajaran kekristenan di daerah
persiapan perang terhadap negara musuhnya dan merekrut
orang-orang Batak untuk menjadi tentara. Pada masa itu gereja-gereja
hampir tidak berfungsi lagi. Namun demikian, kondisi tersebut
tidak mengecilkan iman jemaat Kristen yang berada di Tarutung
untuk tetap memegang teguh ajaran agama Kristen Protestan
tersebut.
• Setelah kemerdekaan R.I diumumkan pada tanggal 17 Agustus
1945, orang-orang Jepang pun kembali ke negara asal mereka.
Pada masa ini pemerintah Indonesia memperbolehkan tiap-tiap
agama untuk berkembang di berbagai wilayah di Indonesia. Para
misionaris pun kembali masuk ke wilayah Tarutung untuk
mengembangkan ajaran kekristenan yang sempat terhenti tersebut.
Hingga pada akhirnya agama Kristen Protestan mendominasi
wilayah Tarutung dan sekitarnya hingga saat ini.
• Perkembangan agama Kristen Protestan di Tarutung tidak hanya
ditandai dengan bertambahnya jumlah orang Batak yang menjadi
jemaat Kristen serta berdirinya berbagai gereja di daerah tersebut,
para misionaris beserta pelayan setempat mulai mendirikan
sekolah-sekolah beserta rumah sakit yang dapat membantu
B. Saran
Berdasarkan pembahasan yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya,
dapat dikatakan bahwa Gereja Dame merupakan salah satu situs bersejarah
yang seharusnya bisa dipelihara dan dikelola dengan baik oleh pihak-pihak
yang berkaitan. Sebagai bangunan pertama yang menjadi tempat ibadah
jemaat Kristen Protestan di Tarutung, Gereja Dame sudah banyak
melahirkan para penginjil yang pada masa selanjutnya meneruskan
perjuangan misionaris terdahulu untuk menyebarkan ajaran kekristenan di
seluruh penjuru Silindung.
Akan tetapi pada kenyataannya, ketika peneliti mengunjungi gereja
tersebut, dijelaskan oleh Sintua Hutahaean selaku penanggung jawab
bangunan, bahwa Gereja Dame tampaknya tidak banyak mengalami
perubahan dari waktu ke waktu. Bangunan yang sudah berdiri selama
ratusan tahun yang lalu itu masih berdiri kokoh dan hingga saat ini masih
dijadikan sebagai tempat ibadah oleh masyarakat setempat.Sayangnya,
gereja kedua yang terletak di Depan Gereja III, sudah tinggal
puing-puing.Sementara lokasi Gereja Dame I yang dibangun Nommensen di
Huta Dame I pertama kali, kini tinggal tugu tanda peringatan.
Gereja Dame, yang merupakan saksi bisu lahirnya kekristenan di
Tarutung tidak dimanfaatkan oleh pemerintah setempat untuk
dikembangkan dan dijadikan wisata rohani yang dapat menarik minat
hanya memfokuskan perhatian pada Salib Kasih yang berada di daerah
Siatas Barita yang menjadi daerah awal masuknya Nommensen ke Rura
Silindung.Adapun tujuan peneliti untuk membahas peranan Gereja Dame
terhadap perkembangan agama Kristen Protestan di Tarutung ini adalah
untuk menginformasikan pada pihak-pihak terkait agar mulai lebih
memperhatikan bangunan tua yang menjadi peninggalan Dr. I.L.
Nommensen yang sudah berperan penting dalam menyebarkan agama
Kristen ke Tarutung.
Berdasarkan kunjungan peneliti ke Tarutung beberapa waktu yang
lalu, pihak Gereja lebih memperhatikan pembangunan gereja HKBP
Pearaja yang menjadi pusat dari seluruh gereja HKBP di seluruh dunia.
Keadaan bangunan HKBP Pearaja tampak kontras jika dibandingkan
dengan Gereja Dame yang kini berada dalam naungan HKBP. Akan lebih
baik jika pihak-pihak yang bersangkutan tidak melupakan gereja pertama
yang telah didirikan oleh Nommensen ini dan mulai memelihara bangunan
tersebut agar tidak hilang dimakan zaman, seperti yang sudah terjadi pada
DAFTAR PUSTAKA
Kocchar, S.K. 2008, Teaching of History.Jakarta: PT. Grasindo.
Kozok, Uli. 2009, Peran Zending dalam Perang Toba.Medan : Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-ilmu sosial.
Lempp, Walter. 2000. Benih yang Tumbuh XII. Medan : Lembaga Penelitian dan Studi-DGI.
Lumbantobing, A.M., 1996, Makna Wibawa Jabatan dalam Gereja Batak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Nainggolan, Togar, 2012, Batak Toba, Sejarah dan Transformasi Religi. Medan: Penerbit Media Perintis.
Perret, Daniel. 2010, Kolonialisme dan Etnisitas Batak dan Melayu di Sumatera Timur Laut.Jakarta: KPG.
Simanjuntak, B.A., 2011, Konsepku Membangun Bangso Batak. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Sitompul, Einar. 2006. Gereja Menyikapi Perubahan. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Sukarman, Timotius. 2012, Gereja yang Bertumbuh dan Berkembang. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: ALFABETA.
Syah, Muhibbin. 2010, Psikologi Pendidikan.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Th. van den End, 2012, Sejarah Gereja di Indonesia Tahun 1500-1860-an. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
_______________, 2011, Sejarah Gereja di Indonesia 1860-an-sekarang.Jakarta: BPK Gunung Mulia.
• http://taputkab.go.id diambil pada tanggal 02 Februari 2013, 14.20