SISWA SMP MELALUI PENERAPAN
STRATEGI MNEMONIC
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Matematika
Oleh:
ELIZA VERDIANINGSIH NIM 1302280
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH PASCASARJANA
Oleh
Eliza Verdianingsih
S.Pd. STKIP PGRI Jombang, 2012
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pasca Sarjana Program Studi
Pendidikan Matematika
© Eliza Verdianingsih, 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KOMUNIKASI DAN SELF ESTEEM MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENERAPAN
STRATEGI MNEMONIC
Disetujui dan Disahkan oleh: Pembimbing
Dr. Endang Cahya M.A., M.Si. NIP. 196506221990011001
Mengetahui,
Ketua Departemen Program S2/S3 Pendidikan Matematika
ABSTRAK
Eliza Verdianingsih (2015). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman,
Komunikasi dan Self Esteem Matematis Siswa SMP melalui Penerapan Strategi Mnemonic.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan rendahnya kemampuan pemahaman, komunikasi matematis dan pentingnya mengembangkan aspek afektif dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah self esteem matematis yang dapat berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan penelitian dengan menggunakan strategi mnemonic. Penelitian ini mengkaji peningkatan kemampuan pemahaman, komunikasi dan perbedaan self esteem matematis siswa yang memperoleh penerapan strategi
mnemonic dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa
(pembelajaran berbasis proyek) ditinjau dari keseluruhan dan kategori kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, rendah). Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental dengan desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di salah satu SMPN di kota Jombang tahun ajaran 2014/2015. Sampel penelitian ini adalah siswa SMPN kelas VIII. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah intrumen tes dan instrumen non tes. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa secara keseluruhan dan pada kelompok KAM tinggi dan sedang yang memperoleh penerapan strategi mnemonic dalam pembelajaran matematika lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa; (2) Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa secara keseluruhan dan pada seluruh kelompok KAM yang memperoleh penerapan strategi mnemonic dalam pembelajaran matematika lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa; (3) Tidak terdapat perbedaan self esteem matematis siswa secara keseluruhan dan pada seluruh kelompok KAM yang memperoleh penerapan strategi mnemonic dalam pembelajaran matematika dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.
Kata kunci: Kemampuan Pemahaman, Komunikasi dan Self Esteem Matematis,
ABSTRACT
Eliza Verdianingsih (2015). Improving students’ understanding,
communication and mathematical self-esteem through mnemonic strategy in mathematics education
The present research is conducted based on the importance of the students’ ability
to understand, mathematical communication and to develop their affective in
mathematical education. One of the factors that determine students’ mathematical
achievement is self-esteem. This research examine the increase of understanding, mathematical communication and the difference of mathematical self-esteem in students who taught by using mnemonic strategy and usual teaching (project
based learning). The result is seen from the whole or the students’ basic
mathematical understanding (high, middle and low). It is a quasi-experimental research using quantitative and qualitative approach. Nonequivalent control group design was employed in this research. The population was the students of one junior high school in Jombang in the 2014/2015 academic year while the sample was the students in eighth grade. The instrumentations used were test and non-test
instruments. The findings revealed that: (1) there is an increase of students’
overall the mathematical understanding and in students with high and middle KAM taught using mnemonic if compare to students taught using usual teaching; (2) there is an increase of students’ overall mathematical communication and in each KAM who taught by using mnemonic in mathematics from the students taught using usual teaching; (3) there is no difference in students’ overall mathematical self-esteem and in each KAM group either taught by using mnemonic or usual teaching.
Key words: understanding, mathematical communication and self-esteem,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR HAK CIPTA ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMAKASIH... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Definisi Operasional ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemahaman Matematis ... 10
B. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 13
D. Memori ... 20
E. Lupa ... 24
F. Strategi Mnemonic ... 26
G. Penerapan Strategi Mnemonic dalam Pembelajaran ... 31
H. Penelitian yang Relevan ... 32
I. Hipotesis Penelitian ... 32
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 34
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 35
C. Variabel Penelitian ... 36
D. Instrumen Penelitian ... 36
1. Instrumen tes... 37
2. Instrumen non-tes ... 45
E. Teknik Pengumpulan Data ... 48
F. Teknik Analisis Data ... 49
G. Diagram Alur Analisis Data Kuantitatif ... 58
H. Prosedur Penelitian ... 59
I. Bagan Prosedur Penelitian ... 60
J. Jadwal Penelitian ... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 62
1. Kemampuan Pemahaman Matematis ... 63
2. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 80
3. Self Esteem Matematis ... 99
4. Aktivitas Siswa dan Guru Selama Proses Pembelajaran ... 112
5. Hasil Wawancara ... 116
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 120
1. Pembelajaran Strategi Mnemonic ... 120
3. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis .. 126
4. Perbedaan Self Esteem Matematis ... 127
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 130
B. Implikasi ... 131
C. Rekomendasi ... 132
DAFTAR PUSTAKA ... 134
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 138
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Matematika menurut Ruseffendi (Suherman, dkk. 2003:16) terbentuk
sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan
penalaran. Pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman manusia
dalam dunianya secara empiris, karena matematika sebagai aktivitas manusia
kemudian pengalaman itu diproses dalam dunia rasio, diolah secara analisis
dan sintesis dengan penalaran di dalam struktur kognitif, sehingga sampailah
pada suatu kesimpulan berupa konsep-konsep matematika. Konsep-konsep
matematika tersebut kemudian menggunakan notasi, simbol dan istilah yang
cermat yang telah disepakati bersama secara universal sebagai bahasa
matematika agar dapat dipahami dan dimanipulasi secara tepat oleh orang
lain. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar dewasa ini telah berkembang
amat pesat. Dua ciri penting dari matematika adalah (1) memiliki obyek
kejadian yang abstrak dan (2) berpola pikir deduktif dan konsisten.
Matematika merupakan ilmu dasar yang dipelajari oleh seluruh jenjang
pendidikan, mulai dari jenjang dasar hingga jenjang perguruan tinggi.
Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) Mata Pelajaran
Matematika lingkup pendidikan dasar menyebutkan bahwa mata pelajaran
matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.
Berdasarkan rumusan di atas dapat dilihat bahwa tujuan pembelajaran
matematika bukan hanya penguasaan materi tertentu oleh siswa untuk
menjawab soal-soal matematika secara mekanis, melainkan juga peningkatan
kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan. Poin 1–4
mengarah pada kemampuan kognitif seperti pemahaman, koneksi, penalaran,
pemecahan masalah, dan komunikasi matematis. Sedangkan poin 5 lebih
mengarah pada pentingnya aspek afektif dalam mempelajari matematika dan
menyelesaikan masalah.
Aspek Kemampuan kognitif yang dikaji dalam penelitian ini adalah
kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis. Pemahaman suatu
konsep matematika merupakan hal yang mendasar yang harus dimiliki siswa.
Tanpa memperoleh pemahaman matematis dalam suatu konsep maka siswa
akan mengalami kesulitan menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam
matematika. Konsep-konsep dalam matematika terorganisasi secara
sistematis, logis dan hirarkis dari yang paling sederhana ke yang paling
kompleks. Dengan demikian pemahaman dan penguasaan suatu
materi/konsep merupakan prasyarat untuk dapat menguasai materi/konsep
selanjutnya. Kemampuan pemahaman matematis merupakan hal yang sangat
mendasar dalam pembelajaran matematika agar belajar menjadi lebih
bermakna. Pemahaman konsep matematika tidak dapat dipindahkan secara
langsung dari otak seseorang (guru) ke dalam otak orang lain (siswa). Siswa
sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan oleh guru dengan
menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka. Pemahaman
konsep terbentuk oleh siswa secara aktif, bukan hanya secara pasif dari guru
Komunikasi menurut Wahyudin (2008: 42), merupakan cara berbagi
gagasan dan mengklarifikasi pemahaman. Melalui komunikasi, gagasan–
gagasan menjadi obyek–obyek refleksi, penghalusan, diskusi dan
perombakan. Matematika dipandang sebagai alat komunikasi (bahasa
matematika), matematika sebagai bahasa simbol yang terlihat dalam proses
simbolisasi dan formulasi yaitu mengubah pernyataan ke dalam bentuk
rumus, simbol atau gambar. Dengan bahasa simbol dalam matematika maka
komunikasi antar individu mengenai suatu objek menjadi lebih mudah. Para
siswa yang mendapatkan kesempatan–kesempatan, dorongan dan dukungan
untuk berbicara, menulis, membaca dan menyimak di dalam kelas–kelas
matematika memperoleh keuntungan ganda, yaitu: mereka berkomunikasi
untuk belajar matematika dan mereka belajar untuk berkomunikasi secara
matematis.
Sumarmo (2005) mengemukakan bahwa kemampuan yang tergolong
pada komunikasi matematis yaitu:
1. Menyatakan situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam
bahasa, simbol, ide atau model matematis.
2. Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara lisan atau tulisan.
3. Mendengarkan, berdiskusi dan menulis tentang matematika
4. Membaca dengan pemahaman suatu representasi matematis tertulis.
5. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan
generalisasi
6. Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraph matematika ke
dalam bahasa sendiri.
Selain kemampuan kognitif, aspek kemampuan afektif juga berperan
penting dalam meningkatkan keberhasilan belajar siswa. Hal ini berdasarkan
Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) Mata Pelajaran
Matematika lingkup pendidikan dasar poin ke-5 yang telah dijelaskan di atas.
Adapun salah satu aspek kemampuan afektif yang harus dimiliki siswa adalah
self esteem. Tumbuhnya perasaan aku bisa dan aku berharga merupakan inti
siswa untuk mengemukakan pendapat dan kemampuannya (Utari, 2007).
Kenneth Shore (Utari, 2007) juga mengatakan bahwa rendahnya self esteem
dapat memperendah hasrat belajar, mengaburkan fokus pikiran dan enggan
mengambil resiko. Sebaliknya self esteem yang positif membangun pondasi
yang kokoh untuk kesuksesan belajar. Dalam hal ini, Self esteem matematis
dapat diartikan sebagai penilaian diri sendiri yang yakin bahwa dirinya
mampu untuk menyelesaikan masalah matematika.
Guru mempunyai peran yang penting dalam meningkatkan self esteem
siswa dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu dibutuhkan
pembelajaran yang baik untuk meningkatkan self esteem matematis siswa,
agar siswa lebih menyenangi pelajaran matematika dan dapat menyelesaikan
masalah matematika dengan baik. Dengan demikian tidak akan ada siswa
yang merasa dirinya tidak mampu lagi dalam menyelesaikan masalah
matematika serta dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Masalah lupa bukan menjadi suatu hal yang aneh dalam kehidupan
sehari-hari, karena semua manusia pasti mengalami hal tersebut. Lupa
(forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memunculkan
kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari (Khodijah, 2014: 127).
Gulo dan Reber (Syah dalam Khodijah, 2014: 127) mendefinisikan lupa
sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah
dipelajari atau dialami. Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya
item informasi dan pengetahuan dari akal kita. Proses penggalian memori
atau ingatan akan ilmu yang telah diperoleh sangat berpengaruh pada proses
pembelajaran. Dalam penggalian atau mengingat kembali hasil belajar ini
dapat terjadi kesulitan atau masalah. Hasil belajar atau ilmu yang tersimpan
dalam ingatan tidak dapat ditemukan, maka ilmu tersebut tidak dapat
digunakan sebagaimana yang diharapkan.
Masalah lupa juga sering kita jumpai pada siswa selama proses
pembelajaran matematika karena matematika merupakan salah satu mata
pelajaran yang memiliki rumus-rumus serta materi pelajaran yang
telah dipelajari tidak langsung terbuang atau dilupakan begitu saja.
Rumus-rumus ini akan selalu terpakai karena dalam pelajaran matematika, antar topik
berkaitan satu sama yang lain. Urutan penyajian materi pembelajaran
berguna untuk menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya.
Beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat
akan menyulitkan peserta didik dalam mempelajarinya. Misalnya materi
operasi bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Peserta didik akan mengalami kesulitan mempelajari perkalian jika materi
penjumlahan belum dipelajari. Dengan banyaknya rumus yang harus mampu
tersimpan dalam memori otak ini, “lupa” menjadi salah satu gejala negatif
yang menimbulkan kesulitan dalam proses belajar, baik bagi siswa maupun
guru. Untuk itu perlu upaya yang signifikan untuk meningkatkan ingatan
siswa agar siswa mampu menguasai materi pelajaran matematika secara
menyeluruh dengan meminimalisir masalah lupa.
Adapun salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
ingatan siswa terhadap materi matematika adalah dengan menggunakan
strategi mnemonic. Strategi mnemonic ini merupakan teknik yang dapat
membantu ingatan. Mnemonic digunakan pada tugas belajar yang berbeda
dan merupakan proses atau teknik mengembangkan memori (Higbee, 2003:
157). Dari beberapa penelitian terbukti bahwa strategi mnemonic ini jelas
dapat menigkatkan ingatan (Davidoff, 1998: 350).
Cara-cara yang digunakan dalam peningkatan daya ingat ini merupakan
suatu teknik yang menuntut kemampuan otak untuk menghubungkan
kata-kata, ide dan khayalan. Menurut Eric Jeansen, mnemonic merupakan suatu
metode untuk membantu mengingat dalam jumlah besar informasi yang
melibatkan tiga unsur yaitu: pengkodean, pemeliharaan, dan mengingat
kembali (Jensen dan Markowitz, 2002: 72).
Strategi mnemonic ini merupakan cara untuk pengkodean yang dapat
membantu proses penyimpanan dan mengingat kembali baik dalam ingatan
jangka panjang maupun jangka pendek, karena sistem tersebut
demikian kita akan mampu memperolehnya kembali bila dibutuhkan.
Dalam teknik mnemonic atau membantu daya ingat, fungsi otak kanan
diaktifkan karena anak dilatih untuk membuat suatu cerita, berimajinasi, lagu
atau irama dan gambar sehingga suatu materi menjadi sesuatu yang unik,
menarik, dan menyenangkan. Dengan demikian anak akan lebih mudah dan
lebih cepat dalam menghafal. Organisasi informasi tersebut terjadi baik di
ingatan jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam ingatan jangka pendek
(short term memory) kapasitasnya dapat kita perluas kalau kita melakukan
chunking terdapat informasi yang baru masuk sedangkan dalam ingatan
jangka panjang kapasitasnya berhubungan dengan skema organisasi subyek.
Dengan demikian pengkodean informasi dalam kategori-kategori dapat
mempermudah proses mengingat kembali.
Akan tetapi ada beberapa cara dalam menerima suatu informasi dan
setiap orang memiliki gaya yang berbeda-beda dalam mengingat informasi.
Misalnya secara visual yaitu dengan gambar, struktur benda, peta dan kata
tertulis dibandingkan dengan intruksi yang diberikan secara lisan. Sebaliknya,
yang memiliki kecenderungan dengan auditori lebih suka memproses
informasi melalui telinga dan mereka lebih muda menampilkan kembali
ingatan yang diberi petunjuk rima, jingle, puisi, sajak. Dan hampir semua
orang punya kecenderungan kinestetik artinya kita belajar lebih baik jika kita
melakukan, merasakan, mengalami sesuatu dalam bentuk nyata (Jensen dan
Markowitz, 2002: 40).
Selain penerapan strategi mnemonic dalam pembelajaran matematika,
kemampuan pemahaman, komunikasi dan self esteem matematis siswa yang
diteliti, ada hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran, yaitu KAM
(Kemampuan Awal Matematis). Kategori KAM yang diperhatikan dalam
penelitian ini adalah tinggi (T), sedang (S), dan rendah (R). Pengkategorian
KAM dianggap penting karena untuk melihat apakah strategi mnemonic
dalam pembelajaran matematika merata di semua kategori KAM atau hanya
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti melaksanakan
penelitian dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Pemahaman, Komunikasi dan Self Esteem Matematis Siswa SMP melalui Penerapan
Strategi Mnemonic”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan di atas maka
rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang
memperoleh penerapan strategi mnemonic lebih baik daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa?
2. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang
memperoleh penerapan strategi mnemonic lebih baik daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa jika ditinjau dari kategori KAM (tinggi,
sedang, rendah)?
3. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
memperoleh penerapan strategi mnemonic lebih baik daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa?
4. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
memperoleh penerapan strategi mnemonic lebih baik daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa jika ditinjau dari kategori KAM (tinggi,
sedang, rendah)?
5. Apakah terdapat perbedaan self esteem matematis siswa yang
memperoleh penerapan strategi mnemonic dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa?
6. Apakah terdapat perbedaan self esteem matematis siswa yang
memperoleh penerapan strategi mnemonic dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa jika ditinjau dari kategori KAM (tinggi,
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengkaji:
1. Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh
penerapan strategi mnemonic dibandingkan dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa.
2. Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh
penerapan strategi mnemonic dibandingkan dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa jika ditinjau dari kategori KAM (tinggi,
sedang, rendah).
3. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh
penerapan strategi mnemonic dibandingkan dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa.
4. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh
penerapan strategi mnemonic dibandingkan dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa jika ditinjau dari kategori KAM (tinggi,
sedang, rendah).
5. Perbedaan Self esteem matematis siswa yang memperoleh penerapan
strategi mnemonic dibandingkan dengan siswa yang memperoleh
pembelajaran biasa.
6. Perbedaan Self esteem matematis siswa yang memperoleh penerapan
strategi mnemonic dibandingkan dengan siswa yang memperoleh
pembelajaran biasa jika ditinjau dari kategori KAM (tinggi, sedang,
rendah).
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai:
1. Bahan pertimbangan bagi para guru untuk menerapkan strategi mnemonic
yang memperhatikan peningkatan pemahaman, komunikasi dan self
2. Alternatif strategi pembelajaran yang dapat membuat siswa
mengoptimalkan pemahaman, komunikasi dan self esteem matematis
siswa.
3. Bahan informasi pengembangan dalam inovasi proses belajar dan
usaha-usaha perbaikan proses pembelajaran bagi peneliti selanjutnya.
E. Definisi Operasional
Agar terjadi kesamaan pandangan dalam menafsirkan istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini maka perlu dijelaskan arti dari istilah-istilah
yang dimaksud, antara lain:
1. Strategi Mnemonic
Strategi mnemonic merupakan strategi yang digunakan untuk mengingat
materi pelajaran dengan melibatkan unsur pengkodean, pemeliharaan dan
mengingat kembali, dengan demikian materi atau informasi dapat terserap
secara maksimal dan efektif.
2. Pembelajaran Biasa
Pembelajaran biasa adalah pembelajaran yang biasa diterapkan di sekolah
tempat penelitian, yaitu pembelajaran berbasis proyek (PJBL).
3. Pemahaman matematis
Pemahaman matematis adalah tingkatan pengetahuan siswa tentang
konsep, prinsip, algoritma dan kemahiran siswa menggunakan strategi
penyelesaian dalam menyelesaikan soal atau masalah yang disajikan.
4. Komunikasi matematis
komunikasi matematis adalah kemampuan memahami, mengkonstruksi,
menafsirkan dan menghubungkan ide-ide yang sifatnya matematis dan
menyampaikan pesan dari seseorang kepada orang lain baik secara
langsung (lisan) ataupun tidak langsung (melalui media).
5. Self esteem matematis
Self esteem matematis adalah penilaian siswa terhadap dirinya sendiri
tentang kemampuan, keberhasilan, kemanfaatan dan kebaikan diri mereka
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi
Experimental Design. Dalam studi penelitian Quasi Experimental Design,
subyek sampel tidak dikelompokkan secara acak (random) karena peneliti
akan menerima subyek apa adanya. Dalam situasi sekolah, jadwal pelajaran
tidak dapat diganggu gugat atau kelas direorganisasi demi kepentingan studi
penelitian, dalam artian kelas yang ada telah terbentuk sebelumnya dan
pengelompokan siswa secara acak tidak mungkin untuk dilakukan.
Quasi Experimental Design yang akan peneliti gunakan dalam penelitian
ini adalah Nonequivalent Control Group Design. Dalam rancangan desain ini,
sampel yang digunakan terdiri dari dua kelompok, kelompok A (kelompok
eksperimen) dan kelompok B (kelompok kontrol) diseleksi tanpa prosedur
penempatan acak (without random assignment). Pada dua kelompok tersebut
sama-sama dilakukan pre-test dan post-test. Hanya kelompok eksperimen A
saja yang ditreatment (Creswell, 2012: 242). Desain ini diilustrasikan sebagai
berikut:
Keterangan:
O: pre-test dan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
X : perlakuan dengan menggunakan strategi mnemonic
: subyek tidak dikelompokkam secara acak
Pre-test dan post-test yang diberikan pada setiap kelas yaitu mengenai tes
kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis adalah sama. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi mnemonic terhadap
kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa.
A O X O
Keterkaitan antara tingkat kemampuan siswa (KAM) dengan pembelajaran
yang diberikan disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Keterkaitan Antar Faktor
Kategori
Contoh :KPAT adalah kemampuan pemahaman matematis siswa kelompok
KAM tinggi melalui strategi mnemonic.
KPBT adalah kemampuan pemahaman matematis siswa
kelompok KAM tinggi melalui pembelajaran biasa.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah
dan memenuhi syarat – syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian
(Riduwan, 2013: 8). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di
salah satu SMPN di kota Jombang tahun ajaran 2014/2015. Setiap siswa pada
sekolah telah berusaha untuk mengupayakan bahwa berbagai kemampuan
merata di semua kelas.
Arikunto (1998: 117) mengatakan bahwa: “Sampel adalah bagian dari
populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian
adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat
mewakili seluruh populasi”. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah random sampling. Teknik random sampling didalamnya setiap
individu dalam populasi memiliki kemungkinan yang sama untuk dipilih
(Creswell, 2012: 220). Sampel dalam penelitian adalah kelas VIII di SMPN
tersebut yang berjumlah 10 kelas, kemudian dipilih dua kelas secara acak
(random). Dua kelas tersebut ditentukan kelas VIII-B digunakan sebagai
kelas eksperimen dan kelas VIII-A sebagai kelas kontrol.
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah strategi mnemonic.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan pemahaman dan
komunikasi dan self esteem matematis siswa
3. Variabel kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah Kemampuan Awal
Matematis (KAM) siswa.
D. Instrumen Penelitian
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan dua jenis
instrumen, yaitu instrumen tes dan instrumen non-tes. Instrumen dalam
bentuk tes terdiri dari pre-test dan post-test kemampuan pemahaman dan
komunikasi matematis siswa. Sedangkan instrumen dalam bentuk non-tes
terdiri dari lembar observasi, lembar wawancara dan skala self esteem
1. Instrumen tes
Instrumen tes dalam penelitian ini adalah bentuk tes atau soal yang
akan dijawab oleh siswa secara tertulis. Sebelum diberikan tes, siswa dari
kelas eksperimen dan kelas kontrol dikelompokkan dalam KAM dengan
Penilaian Acuan Patokan (PAP). Pengelompokan tersebut akan dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu kemampuan siswa tinggi, sedang, dan
rendah, berdasarkan pada nilai rata-rata ulangan harian siswa dan standar
deviasi (Arikunto, 2013: 299). Pengelompokan ini dilakukan agar semua
jenjang kemampuan siswa terwakili. Berikut disajikan kriteria
pengelompokan KAM.
Tabel 3.2 Kriteria Pengelompokan KAM
Kriteria Pengelompokan Interpretasi
̅ Tinggi
̅ ̅ Sedang
̅ Rendah
Keterangan:
: skor yang diperoleh siswa.
̅ : nilai rata-rata ulangan harian kedua kelas
: simpangan baku nilai rata-rata ulangan harian kedua kelas
: konstanta (1)
KAM siswa dalam penelitian ini ditentukan dari hasil nilai ulangan dan
Ujian Tengah Semester (UTS) siswa dengan materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Dari nilai-nilai tersebut diperoleh ̅ dan .
Data skor KAM kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat pada
lampiran C.1. Hasil komposisi anggota sampel berdasarkan KAM dan
Tabel 3.3 Komposisi Anggota Sampel Berdasarkan KAM dan Kelas
Sebelum penyusunan soal tes kemampuan pemahaman dan komunikasi
matematis siswa, terlebih dahulu disusun kisi-kisi soal yang dilanjutkan
dengan menyusun soal beserta kunci jawaban dan pedoman pemberian
skor pada masing-masing butir soal. Pedoman penskoran soal tes
kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 3.4 Pedoman penskoran Instrumen Soal Tes Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis
Aspek Skor Uraian
Pemahaman Soal
0 Tidak ada usaha memahami soal
1 Salah interpretasi soal secara keseluruhan 2 Salah interpretasi pada sebagian besar soal 3 Salah interpretasi pada sebagian kecil soal 4 Interpretasi soal benar seluruhnya
Penyelesaian Soal
0 Tidak ada usaha
1 Perencanaan penyelesaian yang tidak sesuai indikator
2 Perencanaan penyelesaian tepat dan sesuai indikator
Menjawab Soal
0 Tanpa jawab atau jawaban salah yang diakibatkan prosedur penyelesaian yang tidak tepat
1 Salah komputasi, tiada pernyataan jawab, pelabelan salah
2 Penyelesaian benar
Sebelum soal-soal diuji cobakan, peneliti meminta pertimbangan dosen
pembimbing untuk memberikan penilaian terhadap soal-soal tes tersebut.
Selain itu, peneliti juga melakukan analisis secara empirik dengan
melakukan uji coba soal. Uji coba soal tes kemampuan pemahaman dan
komunikasi matematis dalam penelitian ini dilaksanakan pada kelas IX
sebanyak dua kali pada tanggal 21 februari 2015 dan 23 februari 2015
dengan siswa sebanyak 30 dan 26 siswa. Hasil uji coba ini dianalisis
validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal. Data uji
coba tersebut dianalisis dengan menggunakan program IBM SPSS
Statistics 22 dan Microsoft Excell 2007. Hasil uji coba pertama
menunjukkan beberapa soal tes yang tidak valid, sehingga dilakukan
perbaikan soal dan melakukan uji coba kembali. Data dan hasil
perhitungan validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran
soal uji coba tes kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis
dapat dilihat pada lampiran B.1 dan B.3.
a) Analisis Validitas Tes
Ciri pertama dari tes hasil belajar yang baik adalah bahwa tes
tersebut valid atau memiliki validitas. Sebuah tes disebut valid
apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Kata
“valid” sering diartikan dengan: tepat, benar, shahih, absah; jadi kata
validitas dapat diartikan dengan ketepatan, kebenaran, keshahihan
atau keabsahan. Azwar (1988: 173) menyatakan bahwa validitas
berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam
melakukan fungsi ukurnya. Sebuah tes dikatakan telah memiliki
validitas apabila tes tersebut dengan secara tepat, benar, atau absah
telah dapat mengungkapkan atau mengukur apa yang seharusnya
diungkap atau diukur lewat tes tersebut. jika tes tersebut adalah tes
hasil belajar maka hasil tes tersebut apabila di interpretasi secara
insentif, hasil yang dicapai memang benar menunjukkan ranah
Validitas setiap butir soal tes dapat diuji dengan menggunakan
rumus korelasi Product Moment Pearson (Arikunto, 2013: 87) yaitu:
∑ ∑ ∑ √{ ∑ ∑ } ∑ ∑
di mana:
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua
variabel yang dikorelasikan
Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan besarnya
koefisien korelasi adalah sebagai berikut (Arikunto, 2013: 89)
Tabel 3.5 Klasifikasi Koefisien Korelasi
Koefisien Korelasi Interpretasi
0,800 < ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,600 < ≤ 0,800 Tinggi
0,400 < ≤ 0,600 Cukup
0,200 < ≤ 0,400 Rendah
0,00 < ≤ 0,200 Sangat Rendah
Valid atau tidak valid dari tes kemampuan pemahaman dan
komunikasi matematis dapat diketahui dengan membandingkan
koefisian korelasi dengan r-tabel (uji dua sisi) dengan α = 0,05 df =
n–2. Jika koefisien korelasi ≥ r-tabel, maka korelasi signifikan
(valid). Jika koefisien korelasi < r-tabel, maka korelasi tidak
Berdasarkan hasil uji coba soal tes yang telah dilakukan, diperoleh
koefisien korelasi dari masing-masing butir soal.
Tabel 3.6 Data Hasil Uji Validitas Tes Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis
Kemampuan Nomor Soal Korelasi Interpretasi Keterangan
Pemahaman bahwa semua butir soal tes kemampuan pemahaman dan komunikasi
matematis memiliki koefisien korelasi ≥ 0,3882 sehingga semua
butir soal valid dan dapat digunakan dalam tes kemampuan
pemahaman dan komunikasi matematis.
b) Analisis Reliabilitas Tes
Ciri kedua dari tes hasil belajar yang baik adalah adalah bahwa tes
hasil belajar tersebut telah memiliki reliabilitas atau bersifat reliabel.
Kata reliabilitas sering diterjemahkan dengan keajegan (stability)
atau kemantapan (consisten). Reliabilitas berasal dari kata reliability
berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Suatu
hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali
pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama,
diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama atau sifatnya ajeg dan
berubah. Sebuah hasil tes belajar dapat dinyatakan reliabel apabila
hasil-hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes
tersebut secara berulangkali terhadap subyek yang sama, senantiasa
menunjukkan hasil yang tetap sama atau sifatnya ajeg dan stabil
(Sudijono, 2007: 95).
Reliabilitas butir soal tes berbentuk uraian dapat dicari dengan
menggunakan rumus yang dikenal dengan rumus Alpha (Suherman,
2003: 154), yaitu:
∑
dengan,
= koefisien reliabilitas
= banyak butir soal (item)
∑ = jumlah varians skor setiap item = varians skor total
Berdasarkan hasil uji coba soal tes yang telah dilakukan, diperoleh
reliabilitas butir soal secara keseluruhan pada tes kemampuan
pemahaman dan komunikasi matematis. Pada uji coba soal tes
Cronbach’s Alpha = 0,818 menunjukkan soal pada tes kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis memiliki reliabilitas yang
sangat tinggi.
c) Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi)
dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2013:
226). Sebuah soal dikatakan memiliki daya pembeda yang baik bila
memang siswa yang pandai dapat mengerjakan dengan baik,
tersebut dengan baik. Untuk menentukan daya pembeda digunakan
rumus (Suherman, 2003: 160), yaitu:
A
Selanjutnya Suherman, (2003: 161) mengemukakan hasil
perhitungan daya pembeda yang kemudian diinterpretasikan dengan
klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 3.7 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda
Besarnya DP Interpretasi
kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis:
Tabel 3.8 Data Hasil Uji Daya Pembeda Tes Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis
Kemampuan Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi
Kemampuan Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi
Komunikasi
Matematis
1 0,36 Cukup
2a 0,42 Baik
2b 0,04 Jelek
3 0,23 Cukup
4 0,22 Cukup
d) Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak
terlalu sukar, soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
mempertinggi usaha memecahkannya, sebaliknya soal yang terlalu
sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak
mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar
jangkauannya (Arikunto, 2013: 222).
Menurut Suherman (2003: 170), tingkat pada masing-masing butir
soal dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
dengan,
IK = indeks kesukaran
JBA = jumlah benar untuk kelompok atas
JBB = jumlah benar untuk kelompok bawah
JSA = jumlah siswa kelompok atas
JSB = jumlah siswa kelompok bawah
Hasil perhitungan tingkat kesukaran diinterpretasikan dengan
menggunakan kriteria tingkat kesukaran butir soal (Suherman,
Tabel 3.9 Kriteria Indeks Kesukaran
kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis:
Tabel 3.10 Data Hasil Uji Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis
Kemampuan Nomor Soal Tingkat
Kesukaran Interpretasi
Instrumen non-tes pada penelitian ini adalah lembar observasi, lembar
wawancara dan skala self esteem matematis siswa.
a) Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk melihat
aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
b) Lembar wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk
Selain itu wawancara dilakukan untuk menggali setiap perasaan,
sikap, minat dan motivasi siswa dalam pelajaran matematika.
c) Skala self esteem matematis siswa ini digunakan untuk mengetahui
tingkatan self esteem siswa dalam matematika. Skala ini disusun dan
dimodifikasi berdasarkan skala yang telah disusun oleh Reyna dan
Cristian (Fadillah, 2010). Menurut Fadillah (2010), skala ini terdiri
dari empat komponen yaitu: penilaian siswa tentang (1) kemampuan
(capability) dirinya dalam matematika, (2) keberhasilan
(successfulness) dirinya dalam matematika, (3) kemanfaatan
(significance) dirinya dalam matematika, dan (4) kebaikan
(worthiness) dirinya dalam matematika. Skala ini dilengkapi dengan
lima pilihan jawaban, yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), Ragu-ragu
(RR), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).Pengisian skala
ini disusun dalam bentuk checklist (√). Pernyataan yang diberikan
merupakan pernyataan tertutup (tentang pendapat siswa yang terdiri
dari pernyataan positif dan negatif). Adapun penskoran untuk setiap
pernyataan dalam skala ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.11 Penskoran Skala Self Esteem Matematis
Bentuk Pernyataan Positif Negatif
Sangat Setuju (SS) 5 1
Setuju (S) 4 2
Ragu-Ragu (RR) 3 3
Tidak Setuju (TS) 2 4
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
Penskoran di atas digunakan untuk keperluan analisis kuantitatif.
Skor di atas merupakan data ordinal yang sebenarnya adalah data
kualitatif (bukan angka yang sebenarnya). Data skala ordinal dapat
diolah menjadi data interval dengan menggunakan Method of
Successive Interval (MSI).
Validitas dari skala self esteem yang akan diberikan dapat diuji juga
dengan apa yang diukur. Pengujian skala self esteem dilakukan oleh
dosen pembimbing. Selain itu, untuk mengetahui validitas empirik
dan reliabilitas skala self esteem peneliti juga melakukan uji coba
sebanyak dua kali. Pada uji coba pertama terdapat 19 pernyataan
valid dan 11 pernyataan yang tidak valid. Pernyataan valid
digunakan dalam skala self esteem matematis, sedangkan untuk
pernyataan yang tidak valid dilakukan perbaikan pernyataan
kemudian dilakukan uji coba kedua.
Berikut hasil validitas dan reliabilitas uji coba skala self esteem:
Tabel 3.12 Data Hasil Uji Validitas Skala Self Esteem Matematis
Item Pernyataan Korelasi Interpretasi Keterangan
1 0,665 Tinggi Valid
9 0,164 Sangat rendah Diperbaiki
10 0,135 Sangat rendah Diperbaiki
11 0,122 Sangat rendah Diperbaiki
Item Pernyataan Korelasi Interpretasi Keterangan
20 0,568 Cukup Valid
21 0,635 Tinggi Valid
22 0,615 Tinggi Valid
23 0,122 Sangat rendah Diperbaiki
24 0,401 Cukup Valid
25 0,089 Sangat rendah Diperbaiki
26 0,544 Cukup Valid
27 0,591 Cukup Valid
28 0,438 Cukup Valid
29 0,93 Sangat tinggi Valid
30 0,442 Cukup Valid
Pada Tabel 3.12 dapat diketahui bahwa terdapat 21 pernyataan valid
dan 9 pernyataan yang diperbaiki. Pernyataan valid digunakan dalam
skala self esteem matematis, sedangkan untuk pernyataan yang
diperbaiki dilakukan perbaikan pernyataan.
Reliabilitas skala self esteem pada uji coba, cronbach’s alpha = 0,881
menunjukkan soal pada skala self esteem matematis memiliki
reliabilitas yang sangat tinggi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang berhubungan dengan Kemampuan Awal Matematis (KAM) siswa
dikumpulkan melalui nilai ulangan harian dan UTS (Ujian Tengah Semester)
siswa dengan materi yang pernah dipelajari sebelumnya. Sedangkan untuk
data kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa dikumpulkan
melalui pre-test dan post-test. Pre-test diberikan pada kedua kelas sampel
sebelum proses pembelajaran, sedangkan post-test diberikan pada kedua kelas
setelah proses pembelajaran. Selanjutnya data yang berhubungan dengan self
esteem matematis siswa dikumpulkan melalui skala self esteem yang
F. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh melalui lembar observasi dan lembar wawancara.
Lembar observasi diberikan kepada guru pamong pada setiap pertemuan.
Hasil observasi diolah secara deskriptif, yang kemudian dianalisis melalui
laporan penulisan essay yang menyimpulkan kriteria, karakteristik, serta
proses yang terjadi dalam setiap pertemuan.
Lembar wawancara diberikan kepada siswa di akhir penelitian. Hasil
wawancara diolah secara deskriptif yang menyimpulkan tentang perasaan,
sikap, minat dan motivasi siswa dalam pelajaran matematika.
2. Analisis Data Kuantitatif
Analisis data berupa hasil pre-test, post-test untuk tes kemampuan
pemahaman, komunikasi dan skala self esteem matematis siswa dianalisis
secara kuantitatif dengan menggunakan uji statistik. Analisis data hasil tes
digunakan untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan
pemahaman, komunikasi matematis siswa dan hasil skala self esteem
matematis digunakan untuk mengetahui self esteem matematis siswa.
Untuk menentukan skor peningkatan kemampuan pemahaman dan
komunikasi matematis maka digunakan rumus gain ternormalisasi
(n-gain). Data hasil angket self esteem yang diperoleh dikonversikan dengan
menggunakan Method of Successive Interval (MSI).
Skor yang diperoleh dari hasil pre-test, post-test dan n-gain untuk tes
kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis serta skor MSI self
esteem matematis siswa yang memperoleh perlakuan strategi mnemonic
dan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa dianalisis dengan cara
membandingkan skor hasil pre-test, post-test dan n-gain untuk
kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa, serta skor
hasil MSI skala self esteem siswa. Sebelum dibandingkan, data kuantitatif
tersebut kemudian diuji dengan uji normalitas. Adapun uji normalitas
yang digunakan adalah uji Shapiro-Wilk. Apabila data berdistribusi
homogenitas yang digunakan adalah uji Levene. Namun apabila data
berdistribusi tidak normal maka data dilanjutkan pada uji non parametrik
Mann-Whitney. Apabila data berdistribusi normal dan homogen, maka uji
hipotesis pada bab II dapat dilanjutkan dengan uji-t. Namun apabila data
berdistribusi normal dan tidak homogen, maka dilanjutkan uji-t’.
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan untuk uji satu pihak dan uji dua
pihak. taraf signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5%
(α = 0,05). Data yang telah diperoleh diolah dengan menggunakan bantuan Software IBM SPSS Statistics 22 dan Microsoft Excell 2007.
Analisis data kuantitatif penelitian ini melalui beberapa tahapan sebagai
berikut:
a) Memberikan skor mentah jawaban siswa sesuai dengan kunci
jawaban, pedoman penskoran, serta bobot yang digunakan untuk tes
kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa.
Sedangkan pemberian skor untuk skala self esteem matematis siswa
ditentukan dengan model skala Likert, derajat penilaian terhadap suatu
pernyataan dibagi dalam lima kategori, yaitu: sangat setuju (SS),
setuju (S), ragu-ragu (RR), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju
(STS). Hasil analisis skala self esteem pada penelitian ini adalah
deskripsi self esteem siswa dalam matematika setelah menggunakan
strategi mnemonic. Data hasil angket self esteem yang diperoleh
dikonversikan dengan menggunakan Method of Successive Interval
(MSI).
Langkah-langkah MSI adalah sebagai berikut:
1) Ambil data ordinal hasil skala.
2) Untuk setiap pertanyaan, hitung proporsi jawaban untuk setiap
kategori jawaban dan hitung proporsi kumulatifnya.
3) Menghitung nilai Z (tabel distribusi normal) untuk setiap proporsi
kumulatif. Untuk data n > 30 dianggap mendekati luas daerah
4) Menghitung nilai densitas (F(Z))untuk setiap proporsi kumulatif
dengan memasukkan nilai Z pada rumus distribusi normal. F(Z) =
√ dengan π =
5) Menghitung nilai skala dengan rumus:
Keterangan :
Means of Interval : rata-rata interval
Density at Lower Limit : densitas batas bawah
Density at Upper Limit : densitas batas atas
Area at Below Upper Limit : daerah di bawah batas atas
6) Mengubah Scale Value (SV) terkecil (nilai negatif yang terbesar)
menjadi sama dengan satu (1)
7) Mentransformasikan nilai skala dengan menggunakan rumus :
min
SV SV Y
b) Membuat tabel skor mentah pre-test dan post-test untuk tes
kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis, sedangkan untuk
self esteem dibuat tabel skor mentah self esteem.
c) Menentukan skor peningkatan kemampuan pemahaman dan
komunikasi matematis dengan menggunakan rumus gain
ternormalisasi (normalized gain) yang dikembangkan Hake (1999: 1)
sebagai berikut:
Dengan kriteria indeks gain (Hake, 1999: 1) seperti tabel berikut:
Tabel 3.13 Kriteria Skor Gain Ternormalisasi
Skor Gain Interpretasi
g > 0,7 Tinggi
0,3 < g ≤ 0,7 Sedang
g ≤0.3 Rendah
d) Melakukan uji normalitas.
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data pre-test,
post-test, gain ternormalisasi dan MSI hasil skor skala self esteem ditinjau
dari data keseluruhan dan kategori KAM berdistribusi secara normal.
Uji normalitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji
Shapiro-Wilk. Hipotesis yang akan diuji untuk pengujian normalitas
populasi:
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data berdistribusi tidak normal
Dengan kriteria pengujian:
Tolak H0 jika nilai Sig < α, dalam hal lain terima H0.
Apabila data berdistribusi normal, maka data akan dilanjutkan pada uji
homogenitas. Namun apabila data berdistribusi tidak normal, maka
digunakan uji non parametrik, yaitu dengan uji mann-whitney.
e) Uji homogenitas varians.
Uji homogenitas ditinjau dari data keseluruhan dan kategori KAM
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui apakah variansi kedua kelas sama atau berbeda.
Uji homogenitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji
levene. Hipotesis yang akan diuji untuk pengujian homogenitas
varians:
H0 : Data bervariansi homogen.
Dengan formulasi:
H0 :
H1 :
Dengan kriteria pengujian:
Tolak H0 jika nilai Sig < α, dalam hal lain terima H0.
f) Apabila data berdistribusi normal dan homogen, maka uji hipotesis
dapat dilanjutkan dengan uji-t. Namun apabila data berdistribusi
normal dan tidak homogen, maka dilanjutkan untuk uji parametrik
yaitu uji-t’.
1) Hipotesis pertama
“Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh penerapan strategi mnemonic dalam pembelajaran
matematika lebih baik daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran biasa”.
: Tidak terdapat Perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh
penerapan strategi mnemonic dalam pembelajaran
matematika dengan siswa yang memperoleh
pembelajaran biasa.
: Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh penerapan strategi mnemonic dalam
pembelajaran matematika lebih baik daripada siswa
yang memperoleh pembelajaran biasa.
Dengan formulasi:
H0 :
H1 :
Signifikan atau tidak signifikan hasil uji-t (uji satu pihak) dapat dilihat dengan memperhatikan bilangan pada kolom
signifikansi (Sig (2-tailed)) dibagi dua, dengan kriteria
Tolak H0 jika nilai Sig (1-tailed) < α, dalam hal lain terima
H0.
2) Hipotesis kedua
“Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh penerapan strategi mnemonic dalam pembelajaran
matematika leih baik daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran biasa jika ditinjau dari kategori KAM (tinggi,
sedang, rendah)”.
: Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang memiliki KAM
(tinggi, sedang, rendah) setelah memperoleh penerapan
strategi mnemonic dalam pembelajaran matematika
dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.
: Peningkatan kemampuan pemahaman matematis
siswa yang memiliki KAM (tinggi, sedang, rendah)
setelah memperoleh penerapan strategi mnemonic
dalam pembelajaran matematika lebih baik daripada
siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.
Dengan formulasi:
H0 :
H1 :
Signifikan atau tidak signifikan hasil uji-t (uji satu pihak) dapat dilihat dengan memperhatikan bilangan pada kolom
signifikansi (Sig (2-tailed)) dibagi dua, dengan kriteria
pengujian:
Tolak H0 jika nilai Sig (1-tailed) < α, dalam hal lain terima
3) Hipotesis ketiga
“Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh penerapan strategi mnemonic dalam pembelajaran
matematika lebih baik daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran biasa”.
: Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh
penerapan strategi mnemonic dalam pembelajaran
matematika dengan siswa yang memperoleh
pembelajaran biasa.
: Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa
yang memperoleh penerapan strategi mnemonic dalam
pembelajaran matematika lebih baik daripada siswa
yang memperoleh pembelajaran biasa.
Dengan formulasi:
H0 :
H1 :
Signifikan atau tidak signifikan hasil uji-t (uji satu pihak) dapat dilihat dengan memperhatikan bilangan pada kolom
signifikansi (Sig (2-tailed)) dibagi dua, dengan kriteria
pengujian:
Tolak H0 jika nilai Sig (1-tailed) < α, dalam hal lain terima
H0.
4) Hipotesis keempat
“Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh penerapan strategi mnemonic dalam pembelajaran
matematika lebih baik daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran biasa jika ditinjau dari kategori KAM (tinggi,
sedang, rendah)”.
(tinggi, sedang, rendah) setelah memperoleh
penerapan strategi mnemonic dalam pembelajaran
matematika tidak lebih baik daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa.
: Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa
yang memiliki KAM (tinggi, sedang, rendah) setelah
memperoleh penerapan strategi mnemonic dalam
pembelajaran matematika lebih baik daripada siswa
yang memperoleh pembelajaran biasa.
Dengan formulasi:
H0 :
H1 :
Signifikan atau tidak signifikan hasil uji-t (uji satu pihak) dapat dilihat dengan memperhatikan bilangan pada kolom
signifikansi (Sig (2-tailed)) dibagi dua, dengan kriteria
pengujian:
Tolak H0 jika nilai Sig (1-tailed) < α, dalam hal lain terima
H0.
5) Hipotesis kelima
“Terdapat perbedaan self esteem matematis siswa yang
memperoleh penerapan strategi mnemonic dalam pembelajaran
matematika dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa”. : Tidak terdapat perbedaan self esteem matematis siswa
yang memperoleh penerapan strategi mnemonic dalam
pembelajaran matematika dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa.
: Terdapat perbedaan self esteem matematis siswa yang memperoleh penerapan strategi mnemonic dalam
pembelajaran matematika dengan siswa yang
Dengan formulasi: H0 :
H1 : Kriteria pengujian:
Tolak jika nilai Sig (Sig (2-tailed)) < α, dalam hal lain
terima .
6) Hipotesis keenam
“Terdapat perbedaan self esteem matematis siswa yang
memperoleh penerapan strategi mnemonic dalam pembelajaran
matematika dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa
jika ditinjau dari kategori KAM (tinggi, sedang, rendah)”.
: Tidak terdapat perbedaan self esteem matematis siswa yang memiliki KAM (tinggi, sedang, rendah) setelah
memperoleh penerapan strategi mnemonic dalam
pembelajaran matematika dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa.
: Terdapat perbedaan self esteem matematis siswa yang
memiliki KAM (tinggi, sedang, rendah) setelah
memperoleh penerapan strategi mnemonic dalam
pembelajaran matematika dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa.
Dengan formulasi:
H0 :
H1 : Kriteria pengujian:
Tolak jika nilai Sig (Sig (2-tailed)) < α, dalam hal lain
G. Diagram Alur Analisis Data Kuantitatif
Data berdistribusi normal? Postes Pretes
gain
Uji Normalitas
Uji Homogenitas
Uji non parametrik (Uji Mann-Whitney)
Uji Parametrik (Uji t)
Uji parametrik (Uji t')
Kesimpulan Data Homogen?
ya ya
Tidak
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini melalui 3 tahap,
yaitu:
1. Tahap Persiapan
a) Tahap ini dimulai dari pengajuan proposal yang kemudian diterima
setelah seminar untuk selanjutnya melaksanakan penelitan.
b) Menyusun rencana pembelajaran, kisi-kisi soal dan instrumen
penelitian.
c) Memilih sekolah dan kelas yang akan dijadikan sebagai kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
d) Mengujicobakan instrumen di luar sampel penelitian, dianalisis dan
direvisi.
2. Tahap Pelaksanaan
a) Memberikan pre-test instrumen kemampuan pemahaman dan
komunikasi matematis siswa
b) Melaksanakan proses pembelajaran sekaligus observasi.
c) Mengisi lembar observasi kegiatan siswa dari awal hingga akhir
pembelajaran.
d) Memberikan post-test instrumen kemampuan pemahaman dan
komunikasi matematis siswa serta menyebarkan skala self esteem
matematis siswa.
3. Tahap Analisis Data
Data pre-test, post-test, dan skala self esteem matematis siswa yang telah
I. Bagan Prosedur Penelitian
Post-test
Studi Pendahuluan: Identifikasi Masalah, Rumusan
Masalah, Studi Pustaka, dll
Pengembangan & Validasi: Bahan Ajar, Pendekatan Strategi Pembelajaran, Instrumen Penelitian dan
Uji Coba
Pemilihan Responden Penelitian
Pre-test
Kelompok Eksperimen
Pelaksanaan Strategi Mnemonic
Kelompok Kontrol
Pelaksanaan Pembelajaran Biasa
Pengolahan Data
Analisis Data
Kesimpulan Observasi dan Skala Self Esteem
J. Jadwal Penelitian
Penelitian ini telah direncanakan dan dilaksanakan selama 11 bulan, yaitu
pada bulan September 2014 sampai dengan bulan Juli 2015. Adapun
perkiraan waktu dan kegiatan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.14.
Tabel 3.14 Jadwal Penelitian
No Kegiatan 2014 2015
9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7
1 Penyusunan Proposal
2 Seminar Proposal
3 Penyusunan Intrumen
4 Pengujian Instrumen
5 Tahap Pembelajaran dan
pengambilan data
6 Tahap analisis data
7 Penyusunan hasil penelitian
8 Diseminasi
9 Pengumpulan laporan hasil
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh
penerapan strategi mnemonic lebih baik daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran biasa dengan kriteria peningkatan yang tinggi.
2. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis ditinjau dari kategori
KAM (tinggi, sedang, rendah)
a) Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa dengan KAM
tinggi, yang memperoleh penerapan strategi mnemonic lebih baik
daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa dengan kriteria
peningkatan yang tinggi.
b) Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa dengan KAM
sedang, yang memperoleh penerapan strategi mnemonic lebih baik
daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa dengan kriteria
peningkatan yang tinggi.
c) Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa dengan KAM
rendah, yang memperoleh penerapan strategi mnemonic tidak lebih
baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa dengan
kriteria peningkatan yang sedang.
3. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis siswa yang
memperoleh penerapan strategi mnemonic lebih baik daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa dengan kriteria peningkatan yang tinggi.
4. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis ditinjau dari kategori
KAM (tinggi, sedang, rendah)
a) Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan KAM
tinggi, yang memperoleh penerapan strategi mnemonic lebih baik
daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa dengan kriteria
b) Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan KAM
sedang, yang memperoleh penerapan strategi mnemonic lebih baik
daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa dengan kriteria
peningkatan yang tinggi.
c) Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan KAM
rendah, yang memperoleh penerapan strategi mnemonic lebih baik
daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa dengan kriteria
peningkatan yang tinggi.
5. Tidak terdapat perbedaan self esteem matematis siswa yang memperoleh
penerapan strategi mnemonic dengan siswa yang memperoleh
pembelajaran biasa.
6. Perbedaan self Esteem matematis ditinjau dari kategori KAM (tinggi,
sedang, rendah)
a) Tidak terdapat perbedaan self esteem matematis siswa dengan KAM
tinggi, yang memperoleh penerapan strategi mnemonic dengan siswa
yang memperoleh pembelajaran biasa
b) Tidak terdapat perbedaan self esteem matematis siswa dengan KAM
sedang, yang memperoleh penerapan strategi mnemonic dengan
siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.
c) Tidak terdapat perbedaan self esteem matematis siswa dengan KAM
rendah, yang memperoleh penerapan strategi mnemonic dengan
siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.
B. Implikasi
Implikasi yang ditemukan dari simpulan dan pembahasan pada Bab IV di atas
adalah sebagai berikut:
1. Secara umum penerapan strategi mnemonic berkontribusi pada
peningkatan kemampuan pemahaman, komunikasi dan self esteem
matematis siswa.
2. Secara khusus pembelajaran strategi mnemonic cocok diterapkan untuk
meningkatkan pemahaman matematis pada siswa kelompok KAM tinggi
3. Secara khusus pembelajaran strategi mnemonic cocok diterapkan untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis pada siswa kelompok
KAM tinggi, sedang dan rendah.
4. Secara khusus dalam pembelajaran strategi mnemonic tidak berpengaruh
terhadap perbedaan self esteem setelah diterapkan pada siswa kelompok
KAM tinggi, sedang dan rendah.
5. Strategi mnemonic merupakan pembelajaran yang menyenangkan dan
dapat membuat siswa lebih menyukai pelajaran matematika.
6. Strategi mnemonic dapat menjadi alternatif untuk mengatasi masalah
lupa akan materi/rumus-rumus matematika.
C. Rekomendasi
Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka diajukan beberapa
rekomendasi sebagai berikut:
1. Strategi mnemonic direkomendasikan untuk diterapkan oleh guru SMP
sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika.
2. Teknik strategi mnemonic yang diterapkan pada penelitian ini adalah
menggunakan metode kata kunci (key word method), akronim, acrostics,
dan grouping. Peneliti lainnya direkomendasikan untuk menggunakan
teknik strategi mnemonic yang lain atau dapat juga memodifikasi sendiri
teknik mnemonic yang didasarkan pada prinsip-prinsip teknik mnemonic
yang telah dijelaskan di Bab II.
3. Penelitian ini hanya terbatas pada materi lingkaran pada kelas VIII dan
pada kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis. Untuk peneliti
selanjutnya direkomendasikan untuk melanjutkan pada materi lainnya dan
kemampuan matematis yang lainnya.
4. Penelitian ini hanya terbatas pada aspek afektif self esteem matematis
siswa. Untuk peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk meningkatkan
aspek afektif yang lainnya.
5. Adapun salah satu kelemahan dalam penelitian ini adalah keterbatasan
waktu dalam meningkatkan kemampuan pemahaman, komunikasi dan self
Untuk peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk melakukan dalam