• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN DIDAKTIK KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL BERBASIS BUDAYA SERANG UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLE SISWA PADA KONSEP MEMBANDINGKAN DAN MENGURUTKAN PECAHAN: Didactical Design Research Pada Kelas IV SD Negeri di Kota Sera

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DESAIN DIDAKTIK KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL BERBASIS BUDAYA SERANG UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLE SISWA PADA KONSEP MEMBANDINGKAN DAN MENGURUTKAN PECAHAN: Didactical Design Research Pada Kelas IV SD Negeri di Kota Sera"

Copied!
226
0
0

Teks penuh

(1)

DESAIN DIDAKTIK KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL BERBASIS BUDAYA SERANG UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLE SISWA PADA

KONSEP MEMBANDINGKAN DAN MENGURUTKAN PECAHAN

(Didactical Design Research Pada Kelas IV SD Negeri di Kota Serang Tahun Ajaran 2014/2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

AGUSTIN PUJI LESTARI

NIM 1103302

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

DESAIN DIDAKTIK KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL BERBASIS BUDAYA SERANG UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLE SISWA PADA

KONSEP MEMBANDINGKAN DAN MENGURUTKAN PECAHAN

(Didactical Design Research Pada Kelas IV SD Negeri di Kota Serang Tahun Ajaran 2014/2015)

Oleh

Agustin Puji Lestari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

©Agustin Puji Lestari 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

AGUSTIN PUJI LESTARI

DESAIN DIDAKTIK KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL BERBASIS BUDAYA SERANG

UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLE SISWA PADA KONSEP

MEMBANDINGKAN DAN MENGURUTKAN PECAHAN

(Didactical Design Research Pada Kelas IV SD Negeri di Kota Serang Tahun Ajaran 2014/2015)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dra. Hj. Ima Ni’mah Ch, M.Pd. NIP 195707031980032001

Pembimbing II

Dr. Supriadi, S.Pd., M.Pd. NIP 197907172006041002

Mengetahui

Ketua Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

(4)

Halaman Pernyataan

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Desain Didaktik Kemampuan Komunikasi Matematis Melalui Pendekatan Kontekstual Berbasis Budaya Serang Untuk Mengatasi Learning Obstacle Siswa pada Konsep Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan” (Didactical Design Research Pada Kelas IV SD Negeri di Kota Serang Tahun Ajaran 2014/2015)

ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak

melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan

tersebut, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila kemudian hari ditemukan

adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap

keaslian karya saya ini.

Serang, Juni 2015

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena

atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Shalawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa

umat Islam ke jalan yang diridhoi Allah SWT. Skripsi yang berjudul “Desain

Didaktik Kemampuan Komunikasi Matematis Melalui Pendekatan Kontekstual

Berbasis Budaya Serang Untuk Mengatasi Learning Obstacle Siswa Pada Konsep Membandingkan Dan Mengurutkan Pecahan” merupakan salah satu syarat untuk

mencapai gelar sarjana pendidikan. Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari

partisipasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin

menyampaikan terima kasih yang tiada tara kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Abdul Somad, M. Pd selaku Direktur Universitas

Pendidikan Indonesia Kampus Serang.

2. Bapak Drs. Ajo Sutarjo, M. Pd selaku Ketua Program Studi S1 Pendidikan

Guru Sekolah Dasar UPI Kampus Serang.

3. Ibu Dra. Hj. Ima Ni’mah Ch, M.Pd dan Bapak Dr. Supriadi, M.Pd, selaku

dosen pembimbing terima kasih atas segala ilmu, motivasi, nasehat, dan

bantuan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian tugas akhir hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.\

4. Seluruh dosen dan staf tata usaha Universitas Pendidikan Indonesia Kampus

Serang yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

5. Kedua orangtua penulis Ibunda Purwati dan Ayahanda Mujiono yang telah

menjadi orang tua terhebat, yang selalu memberikan motivasi, nasehat,

cinta, perhatian, dan kasih sayang serta doa yang takkan bisa penulis balas.

6. Adik tercinta, Arief Budiman yang selalu memotivasi untuk menjadikan

penulis sebagai teladan dalam kehidupannya.

7. Sahabat-sahabatku dalam lingkaran cinta Salsabila, terima kasih atas kasih

sayang dan dukungan yang diberikan hingga saat ini.

8. Kepala sekolah dan siswa siswa SD Negeri Buah Gede, SD Negeri Serang

(6)

9. Rekan-rekan satu bimbingan skripsi, terima kasih atas semangat dan kerja

samanya.

10. Rekan-rekan PPL Kelompok 1 SD Negeri Taman, terima kasih atas semua

dukungan dan semangatnya.

11. Rekan-rekan mahasiswa jurusan PGSD UPI Kampus Serang angkatan 2011

khususnya kelas Matematika yang selalu membantu dan memotivasi.

12. Rekan-rekan KAMMI Komisariat UPI Kampus Serang dan GMPM LH UPI

Kampus Serang, terima kasih atas dukungan dan semangatnya.

13. Serta seluruh pihak yang ikut membantu, baik secara langsung maupun

tidak langsung. Penulis hanya bisa berdoa, semoga Allah membalas

(7)

ABSTRAK

DESAIN DIDAKTIK KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL BERBASIS BUDAYA SERANG UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLE SISWA

PADA KONSEP MEMBANDINGKAN DAN MENGURUTKAN PECAHAN

(Didactical Design Research Pada Kelas IV SD Negeri di Kota Serang Tahun Ajaran 2014/2015)

Agustin Puji Lestari (2015). Fokus penelitian ini adalah desain didaktik kemampuan komunikasi matematis melalui pendekatan kontekstual berbasis budaya Serang pada konsep membandingkan dan mengurutkan pecahan. Tujuannya yaitu mengungkap learning obstacle (LO) siswa dalam membandingkan dan mengurutkan pecahan. Melalui studi pendahuluan yang dilakukan pada siswa kelas V SD di kota Serang yaitu SDN Buah Gede sebanyak 72 orang siswa, SDN Serang 7 sebanyak 75 orang siswa, dan SDN Taman sebanyak 45 orang siswa masih ditemukan hambatan belajar siswa. Untuk mengatasinya, maka peneliti menyusun desain didaktik kemampuan komunikasi matematis membandingkan dan mengurutkan pecahan melalui pendekatan kontekstual berbasis budaya Serang yang diimplementasikan pada siswa kelas IVA dan IVB di SD Negeri Taman. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah design research dan Didactical Design Research (DDR) sebagai desain penelitiannya yang melibatkan guru dan siswa kelas IV dan V sekolah dasar di Kota Serang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah tes learning obstacle, observasi, wawancara, skala pendapat siswa, dan dokumentasi. Dari hasil implementasi desain didaktik tersebut menunjukkan bahwa desain tersebut dapat mengatasi learning obstacle dan meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa yaitu pada saat studi pendahuluan sebesar 26% menjadi 75% setelah implementasi desain awal dan terakhir sebesar 91% setelah adanya revisi desain. Desain didaktik yang dihasilkan dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika sekolah dasar terkait peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dan konsep membandingkan dan mengurutkan pecahan.

(8)

ABSTRACT

Agustin Puji Lestari (2015). Focus of this research is didactical design of mathematical communication skill by contextual teaching and learning on based Serang culture on comparing and sorting of fraction concept. The goal of this research is to knowing the student learning obstacle in comparing and sorting of fraction. By preliminary studies on fifth grade of SDN Buah Gede with 72 students, SDN Serang 7 with 75 students, and SDN Taman with 45 student. In there still found the learning obstacle. For solution, researcher is arranging the didactical design of mathematical communication skill for comparing and sorting of fraction concept by contextual teaching and learning on based Serang culture, that is implemented on students IVA and IVB at SD Negeri Taman. Research is using the design research method with research design use Didactical

Design Research (DDR), it’s involving teachers and students of class IV and

V elementary school in Serang city. Data collection techniques used learning obstacle tests, observation, interview, scale student opinion, and documentation. From the results of the implementation from didactical design indicates that the design can overcome obstacles and improve the learning ability of students' mathematical communication, namely when the preliminary study by 26% to 75% after the implementation of the initial and final design of 91% after the revision of the design. Thus, the resulting didactical design can be used as an alternative in primary school mathematics related to the development of mathematical communication skills and comparing and sorting fractions concept.

(9)

KATA PENGANTAR

Assalamualaykum Wrm. Wbr.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang tiada sekutu bagi-Nya,

Rabb penggenggam semesta alam. Semoga shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada imamnya para muttaqin, baginda Nabi dan Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pejuang penerus risalahnya hingga akhir zaman. Dengan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Desain Didaktik Kemampuan Komunikasi Matematis Melalui Pendekatan

Kontekstual Berbasis Budaya Serang Untuk Mengatasi Learning Obstacle Siswa

Pada Konsep Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan” (Didactical Design Research Pada Kelas IV SD Negeri di Kota Serang Tahun Ajaran 2014/2015).

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh

gelar sarjana pendidikan program studi pendidikan guru sekolah dasar universitas

pendidikan indonesia. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah mendorong dan membantu dalam penulisan skripsi ini. Penulis

menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan awal yang berarti yang dapat

penulis berikan baik bagi institusi pendidikan pada umumnya maupun bagi

penulis khususnya.

Wassalamualaykum Wrm. Wbr.

Serang, Juni 2015

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN

HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR DIAGRAM ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 8

C. Rumusan Masalah Penelitian... 9

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Struktur Organisasi ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Pengertian dan Teori Belajar ... 12

B. Didactical Design Research (DDR) ... 16

C. Learning Obstacle ... 21

D. Pendekatan Kontekstual ... 23

E. Pembelajaran Berbasis Budaya ... 26

F. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 27

G. Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 29

H. Penelitian Yang Relevan ... 30

I. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN... 34

(11)

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 36

C. Teknik Pengumpulan Data ... 37

D. Teknik Analisis Data ... 38

E. Isu Etik ... 42

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Hasil Penelitian ... 43

1. Learning Obstacle pada Konsep Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 43

2. Desain Didaktik Awal (Preliminary Didactical Design) Pada Konsep Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 57

3. Implementasi Desain Didaktik Awal ... 81

4. Antisipasi Pedagogik ... 96

5. Antisipasi Didaktik (Revisi Desain Didaktik) ... 99

B. Pembahasan ... 153

C. Jawaban Hipotesis ... 162

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI... 164

A. Simpulan ... 164

B. Rekomendasi ... 165

DAFTAR PUSTAKA ... 167

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Pendekatan Kontekstual ... 25

3.2 Pedoman Penskoran Soal-soal Kemampuan Matematis... 39

3.3 Kriteria Penilaian Tes Kemampuan ... 39

3.4 Kriteria Interpretasi Skor Skala Pendapat... 42

4.5 Hasil Respon Siswa terhadap Tes Learning Obstacle Terkait Konsep Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 44

4.6 Pedoman Penskoran Soal-soal Kemampuan Matematis... 55

4.7 Kriteria Penilaian Tes Kemampuan ... 56

4.8 Desain Didaktik Awal (DDA) Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 58

4.9 Revisi Desain Didaktik (RDD) Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 101

4.10 Hasil Wawancara Siswa ... 139

4.11 Hasil Lembar Skala Pendapat Siswa ... 141

4.12 Kriteria Interpretasi Skor Skala Pendapat... 142

4.13 Rekapitulasi Persentase dan Klasifikasi Keminatan Siswa ... 142

4.14 Pedoman Penskoran Soal-soal Komunikasi Matematis ... 146

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1.1 Soal dan Respon Soal Uji Tes LO ... 3

1.2 Soal dan Respon Soal Uji Tes LO ... 4

1.3 Soal dan Respon Soal Uji Tes LO ... 4

1.4 Soal dan Respon Soal Uji Tes LO ... 4

2.5 Modifikasi Segitiga Didaktik Kansanen ... 17

2.6 Metapedadidaktik dilihat dari sisi ADP, HD, dan HP ... 19

2.7 Bentuk Pecahan ... 29

2.8 Macam-macam Bentuk Pecahan... 30

3.9 Alur Pelaksanaan Penelitian ... 36

4.10 Soal Tes Learning Obstacle Tipe 1 ... 45

4.11 Learning Obstacle Tipe 1 ... 45

4.12 Learning Obstacle Tipe 1 ... 46

4.13 Soal Tes Learning Obstacle Tipe 1 ... 47

4.14 Learning Obstacle Tipe 1 ... 47

4.15 Learning Obstacle Tipe 1 ... 48

4.16 Soal Tes Learning Obstacle Tipe 2 ... 49

4.17 Learning Obstacle Tipe 2 ... 50

4.18 Soal Tes Learning Obstacle Tipe 2 ... 51

4.19 Learning Obstacle Tipe 2 ... 52

4.20 Soal Tes Learning Obstacle Tipe 3 ... 53

4.21 Learning Obstacle Tipe 3 ... 53

4.22 Soal Tes Learning Obstacle Tipe 3 ... 54

4.23 Learning Obstacle Tipe 3 ... 54

4.24 Soal DDA 1 Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 82

4.25 Respon Siswa Terhadap DDA 1 Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 82

4.26 Soal DDA 1 Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 83

(14)

4.28 Respon Siswa Terhadap DDA 1 Membandingkan dan Mengurutkan

Pecahan ... 84

4.29 Soal DDA 1 Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 84

4.30 Respon Siswa Terhadap DDA 1 Membandingkan dan Mengurutkan

Pecahan ... 85

4.31 Soal DDA 1 Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 85

4.32 Respon Siswa Terhadap DDA 1 Membandingkan dan Mengurutkan

Pecahan ... 86

4.33 Soal DDA 1 Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 86

4.34 Respon Siswa Terhadap DDA 1 Membandingkan dan Mengurutkan

Pecahan ... 87

4.35 Respon Siswa Terhadap DDA 1 Membandingkan dan Mengurutkan

Pecahan ... 87

4.36 Soal DDA 2 Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 88

4.37 Respon Siswa Terhadap DDA 2 Membandingkan dan Mengurutkan

Pecahan ... 88

4.38 Respon Siswa Terhadap DDA 2 Membandingkan dan Mengurutkan

Pecahan ... 89

4.39 Soal DDA 2 Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 90

4.40 Respon Siswa Terhadap DDA 2 Membandingkan dan Mengurutkan

Pecahan ... 90

4.41 Soal DDA 2 Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 91

4.42 Respon Siswa Terhadap DDA 2 Membandingkan dan Mengurutkan

Pecahan ... 91

4.43 Respon Siswa Terhadap DDA 2 Membandingkan dan Mengurutkan

Pecahan ... 92

4.44 Soal DDA 2 Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 92

4.45 Respon Siswa Terhadap DDA 2 Membandingkan dan Mengurutkan

Pecahan ... 93

4.46 Soal DDA 2 Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 93

4.47 Respon Siswa Terhadap DDA 2 Membandingkan dan Mengurutkan

(15)

4.48 Soal DDA 2 Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 94

4.49 Respon Siswa Terhadap DDA 2 Membandingkan dan Mengurutkan

Pecahan ... 94

4.50 Soal DDA 2 Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 95

4.51 Respon Siswa Terhadap DDA 2 Membandingkan dan Mengurutkan

Pecahan ... 95

4.52 Soal RDD 1 Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 125

4.53 Respon Siswa Terhadap RDD 1 Membandingkan dan Mengurutkan

Pecahan ... 125

4.54 Soal RDD 1 Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 126

4.55 Respon Siswa Terhadap RDD 1 Membandingkan dan Mengurutkan

Pecahan ... 127

4.56 Soal RDD 1 Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 127

4.57 Respon Siswa Terhadap RDD 1 Membandingkan dan Mengurutkan

Pecahan ... 128

4.58 Soal RDD 1 Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 128

4.59 Respon Siswa Terhadap RDD 1 Membandingkan dan Mengurutkan

Pecahan ... 129

4.60 Soal RDD 1 Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 129

4.61 Respon Siswa Terhadap RDD 1 Membandingkan dan Mengurutkan

Pecahan ... 130

4.62 Soal RDD 2 Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 131

4.63 Respon Siswa Terhadap RDD 2 Membandingkan dan Mengurutkan

Pecahan ... 131

4.64 Soal RDD 2 Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 132

4.65 Respon Siswa Terhadap RDD 2 Membandingkan dan Mengurutkan

Pecahan ... 132

4.66 Soal RDD 2 Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 133

4.67 Respon Siswa Terhadap RDD 2 Membandingkan dan Mengurutkan

Pecahan ... 133

(16)

4.69 Respon Siswa Terhadap RDD 2 Membandingkan dan Mengurutkan

Pecahan ... 134

4.70 Soal RDD 2 Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 135

4.71 Respon Siswa Terhadap RDD 2 Membandingkan dan Mengurutkan

Pecahan ... 135

4.72 Soal RDD 2 Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 136

4.73 Respon Siswa Terhadap RDD 2 Membandingkan dan Mengurutkan

Pecahan ... 136

4.74 Soal RDD 2 Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan ... 137

4.75 Respon Siswa Terhadap RDD 2 Membandingkan dan Mengurutkan

(17)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram

4.1 Kemampuan Siswa Terhadap Soal Komunikasi Matematis Pada Uji LO .. 56

4.2 Kemampuan Siswa Terhadap Soal Komunikasi Matematis Pada DDA 1

... 146

4.3 Kemampuan Siswa Terhadap Soal Komunikasi Matematis Pada RDD 1

... 147

4.4 Perbandingan Kemampuan Siswa Terhadap Soal Komunikasi Matematis

Antara DDA 1 dan RDD 1 ... 148

4.5 Kemampuan Siswa Terhadap Soal Komunikasi Matematis Pada DDA 2

... 149

4.6 Kemampuan Siswa Terhadap Soal Komunikasi Matematis Pada RDD 2

... 150

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 171

2. Soal Tes Learning Obstacle ... 179

3. Prediksi Respon Siswa Terhadap Tes LO ... 184

4. Lembar Kerja Siswa (LKS) DDA ... 189

5. Lembar Kerja Siswa (LKS) RDD ... 194

6. Pedoman Wawancara Guru ... 199

7. Pedoman Wawancara Siswa ... 201

8. Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 203

9. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 206

10. Lembar Pernyataan Skala Pendapat Siswa ... 208

11. Hasil Tes Learning Obstacle Siswa ... 210

12. Hasil LKS DDA ... 235

13. Hasil LKS RDD ... 249

14. Hasil Diskusi Kelompok-LKS DDA ... 265

15. Hasil Diskusi Kelompok-LKS RDD ... 269

16. Hasil Wawancara Guru ... 273

17. Hasil Wawancara Siswa ... 275

18. Hasil Observasi Aktivitas Guru ... 281

19. Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 284

20. Hasil Skala Pendapat Siswa ... 286

21. Lembar Pedoman Penskoran Soal-soal Komunikasi Matematis ... 292

22. Analisis Hasil Tes Learning Obstacle Siswa ... 293

23. Analisis Hasil LKS DDA ... 306

24. Analisis Hasil LKS RDD ... 325

25. Foto Kegiatan Penelitian ... 344

26. SK Pembimbing ... 347

27. Surat Izin Mengadakan Penelitian ... 348

28. Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian ... 349

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggungjawab. Sehingga pada dasarnya tujuan pendidikan di Indonesia adalah

menyiapkan peserta didik sebagai lulusannya agar dapat melanjutkan ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi dan agar dapat menyesuaikan diri dalam masyarakat.

Di dalam pendidikan terdapat proses pembelajaran yang di dalamnya terjadi

proses belajar seorang individu sebagai peserta didik. Menurut Rakhmat, dkk.

(2008, hlm. 49) mengemukakan bahwa “belajar adalah kegiatan seseorang untuk

mendapatkan pengetahuan baru baik dilakukan sengaja maupun secara kebetulan,

dan dapat melibatkan kegiatan penguasaan baru atau keterampilan, berbagai sikap

informasi baru, pengertian atau, nilai.” Selain itu, Hilgard (dalam Makmun, 2009,

hlm. 157), mengungkapkan bahwa “belajar adalah suatu proses perubahan

perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu.”

Sedangkan menurut Sudjana (dalam Rusman, 2010, hlm. 1), “belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu.” Dengan begitu

belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu karena menerima

pengetahuan. Di dalam belajar terdapat proses berpikir seorang individu untuk

menerima suatu perubahan. Dan terbentuknya kemampuan berpikir seorang

individu sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Begitu halnya dalam belajar

matematika yaitu mempunyai peranan dalam membentuk pola pikir seorang

individu. Seperti dikatakan oleh Russeffendi (dalam Suwangsih & Tiurlina, 2012,

hlm. 3) bahwa “...matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia yang

berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran.”

(20)

memecahkan masalah, berpikir kritis, kreatif, sampai dapat mengembangkan

kemampuan komunikasi matematisnya. Akan tetapi, pada kenyataannya sampai

saat ini matematika bagi sebagaian besar siswa di sekolah dasar masih menjadi

mata pelajaran yang sangat manakutkan karena kesulitan mereka dalam

memahami konsep materi. Dengan demikian, gurulah sebagai tenaga pendidik

yang harus secara perlahan menghilangkan kesan menakutkan ketika belajar

matematika oleh sebagian besar siswanya.

Di dalam pembelajaran matematika sendiri banyak konsep yang harus

dikuasai oleh siswa mulai dari geometri, pengukuran, bilangan, sampai dengan

konsep aljabar. Dan pada pembelajaran matematika di sekolah dasar, konsep

pecahan dan operasinya yang merupakan bagian dari konsep bilangan merupakan

salah satu konsep yang penting untuk dikuasai oleh siswa. Namun menurut

Muhsetyo, dkk. (dalam Suryana, dkk., 2010, hlm. 413) bahwa:

Kenyataan di lapangan menunjukkan banyak siswa SD mengalami kesulitan memahami pecahan dan operasinya, dan beberapa guru SD menyatakan mengalami kesulitan untuk mengajarkan pecahan dan bilangan rasional. Para guru cenderung menggunakan cara mekanistik, yaitu memberikan aturan secara langsung untuk dihafal, diingat, dan diterapkan.

Pembelajaran dengan cara mekanistik ini akan berdampak pada

ketidakbermaknaan proses belajar siswa karena matematika diajarkan terpisah

dari konteks pengalaman dan situasi nyata siswa dan akibatnya siswa akan sulit

untuk menerapkan konsep materi yang diajarkan tersebut. Seperti yang mungkin

akan dialami siswa pada konsep membandingkan dan mengurutkan pecahan, guru

dalam memberikan pembelajarannya masih menggunakan cara yang telah

disebutkan di atas. Dalam proses pembelajaran, guru masih berpatok pada

buku-buku sumber yang ada dalam mengembangkan bahan ajar tanpa

mempertimbangkan respon siswa. Dengan demikian, dalam hal ini guru dapat

menjadi salah satu faktor yang dapat memunculkan hambatan belajar pada diri

siswa.

Apabila proses pembelajaran dalam mengenalkan konsep membandingkan

dan mengurutkan pecahan disampaikan guru dengan cara dan teknik seperti

disebutkan di atas, maka kecil kemungkinannya untuk siswa dapat memahami

(21)

belajar (learning obstacle) pada konsep membandingkan dan mengurutkan pecahan. Learning obstacle adalah hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dalam memahami suatu konsep. Berdasarkan hasil studi

lapangan melalui tes learning obstacle konsep membandingkan dan mengurutkan pecahan yang dilakukan di 3 Sekolah Dasar Negeri pada 5 kelas V yaitu SD

Negeri Buah Gede pada Senin, 2 Maret 2015, SD Negeri Serang 7 pada Selasa, 3

Maret 2015, dan SD Negeri Taman pada Kamis, 19 Maret 2015 terdapat

beberapa hasil learning obstacle siswa, yaitu didapatkan sebagai berikut:

Tipe 1 : learning obstacle terkait concept image pengertian suatu bentuk pecahan dan penamaan bentuk pecahan dari suatu gambar.

Tipe 2 : learning obstacle terkait pemahaman terhadap konsep membandingkan suatu pecahan.

Tipe 3 : learning obstacle terkait pemahaman terhadap konsep mengurutkan suatu pecahan.

Berikut beberapa contoh learning obstacle siswa terkait konsep

membandingkan dan mengurutkan pecahan:

\

Gambar 1.1

Soal dan Respon Soal Uji Tes LO

Beberapa siswa tidak paham dengan soal yang disediakan sehingga siswa

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut. Seperti yang dapat

dilihat pada gambar di atas dari hasil jawaban siswa pada soal nomor 4. Siswa

(22)

koneksi. Hal tersebut menandakan beberapa siswa masih mengalami kesulitan

dalam belajar (learning obstacle).

Contoh hambatan selanjutnya saat adalah pada saat siswa diberikan soal

tentang pengertian dari bentuk pecahan ., siswa juga mengalami hambatan

belajar sebagai berikut:

Gambar 1.2

Soal dan Respon Soal Uji Tes LO

Pada soal nomor 1 siswa hanya mengetahui sedikit konsep tentang pecahan yaitu

pembilang dan penyebut. Sedangkan ketika dihadapkan dengan permasalahan lain

yang berhubungan dengan konsep pecahan, siswa mengalami konflik kognitif

untuk memecahkannya. Seperti yang dapat dilihat dari gambar di atas, siswa tidak

dapat menjawab permasalahan mengenai konsep dari bentuk pecahan .

Selanjutnya, pada saat siswa diberikan soal tentang mencari bentuk pecahan

lain dari pecahan dengan syarat sama besar, lebih besar, dan lebih kecil, siswa

juga mengalami hambatan belajar sebagai berikut:

Gambar 1.3

(23)

Beberapa siswa menjawab pertanyaan terkait bentuk lain dari bentuk

pecahan dengan syarat lebih besar mengalami kesulitan bahkan ketidaktahuan.

Siswa menjawab dengan melihat buku catatan dan LKS sehingga jawaban yang

mereka berikan bukanlah membandingkan pecahan yang lebih besar dari

pecahan yang lain, akan tetapi siswa hanya memindahkan bentuk perbandingan

pecahan lebih besar yang ada di buku catatan dan LKS yang siswa miliki. Begitu

juga ketika siswa menjawab pertanyaan terkait bentuk lain dari bentuk pecahan

dengan syarat lebih kecil, siswa menjawab dengan cara yang sama.

Dan contoh hambatan yang terakhir adalah pada saat siswa diberikan soal

tentang mengurutkan pecahan dari yang terkecil ke yang terbesar dan dari yang

terbesar ke yang terkecil, siswa juga mengalami hambatan belajar sebagai berikut:

Gambar 1.4

Soal dan Respon Soal Uji Tes LO

Siswa dalam mengerjakan soal tersebut hanya dengan melihat penyebut

(asal menebak), yaitu , , (3 terkecil, selanjutnya 4, dan terbesar 8) atau

dengan melihat pembilang (asal menebak), yaitu , , (1 terkecil, selanjutnya 3,

dan terbesar 4). Siswa tidak menjawabnya dengan cara yang benar.

Hambatan-hambatan (learning obstacle) tersebut dapat terjadi karena keterbatasan konsep yang dimiliki siswa. Mereka hanya mengetahui hal-hal yang telah diberikan guru

akan tetapi ketika mereka dihadapkan dengan hal-hal baru maka akan mengalami

(24)

Maka seharusnya guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran harus

merancang bahan ajar (desain didaktik) yang sesuai untuk diterapkan yang

tentunya harus sesuai dengan kondisi siswa dan situasi lingkungan siswa. Guru

harus pandai dalam memilih suatu model atau pendekatan pembelajaran untuk

dapat diterapkan dalam mengatasi learning obstacle siswa. Menurut Alexon (2010, hlm. 6) terkait dengan kurikulum pembelajarannya mengemukakan bahwa

“Kurikulum tahun 2006 secara eksplisit menggambarkan bahwa sistem pendidikan di sekolah seharusnya dilakukan melalui pengalaman-pengalaman

belajar bermakna yang terintegrasi dengan kehidupan masyarakat, budaya serta

lingkungan dimana proses pembelajaran tersebut berlangsung.” Artinya

pembelajaran harus menghubungkan dengan lingkungan tempat tinggal siswa atau

situasi nyata yang dialami siswa dan memanfaatkan suatu budaya sebagai bahan

pembelajaran. Karena dengan mengembangkan budaya lokal dalam prooses

pembelajaran merupakan salah satu dari unsur pendidikan nasional seperti yang

dikemukakan oleh Tilaar (Alexon, 2010, hlm. 3), yaitu:

...anggota masyarakat berbudaya. Kebudayaan yang dimikinya tentulah kebudayaan yang beradab. Tentunya ada unsur-unsur budaya yang diukur menurut ukuran nasional maupun global, tidak pantas dimasukkan di dalam budaya yang beradab. Sesuai kemajuan zaman, unsur-unsur budaya lokal mengalami perubahan-perubahan sepanjang perubahan itu tidak membuat seseorang kehilangan akarnya (uprooted). Nilai-nilai budaya lokal merupakan nilai-nilai yang pertama-tama dikenal oleh seorang manusia Indonesia. Oleh sebab itu pemeliharaan dan pengembangan budaya lokal merupakan salah satu unsur dari pendidikan nasional.

Dengan adanya pendapat di atas, maka model atau pendekatan yang bisa

digunakan dalam proses pembelajaran agar dapat mengatasi learning obstacle

siswa adalah pendekatan kontekstual dengan mencampurkan unsur budaya lokal

ke dalamnya. Pendekatan kontekstual sendiri merupakan pendekatan dalam

pembelajaran yang menghadapkan siswa pada situasi nyata dalam kehidupan

sehari-hari siswa. Siswa diberikan kesempatan dalam membangun

pengetahuannya sendiri melalui pengalaman yang telah dialami. Johnson (dalam

Rusman, 2012, hlm. 187) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:

(25)

students with fresh experience thet stimulate the brain to make new connection and consecuently, to discover new meaning.

(CTL memungkinkan siswa menghubungkan isi mata pelajaran akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna. CTL memperluas konteks pribadi siswa lebih lanjut melalui pemberian pengalaman segar yang akan merangsang otak guna menjalin hubungan baru untuk menemukan makna yang baru).

Selanjutnya, penambahan unsur budaya ini berarti menghadirkan suatu

budaya di dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual.

Dengan menggunakan pendekatan CTL berbasis budaya ini memungkinkan siswa

untuk lebih dapat memahami suatu konsep karena siswa secara langsung terlibat

di dalam proses pembelajaran. Guru dapat sekaligus mengingatkan dan

meningkatkan kecintaan siswa terhadap suatu budaya lokal kepada siswa,

sehingga pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Selain itu, dengan

menggunakan pendekatan kontekstual maka kemampuan komunikasi matematis

siswa juga dapat lebih terlatih sehingga dapat terjadi peningkatan di dalamnya.

Kemampuan komunikasi matematis siswa perlu ditingkatkan karena berdasarkan

hasil studi pendahuluan melalui wawancara dengan seorang guru SD Negeri

Taman kelas V, Komariah, S.Pd pada tanggal 20 Maret 2015, bahwa siswa

memiliki kemampuan komunikasi matematis yang masih rendah. Hal tersebut

dibuktikan dengan proses pembelajaran di kelas dan hasil tes soal terkait

kemampuan komunikasi matematis siswa SD kelas V yaitu persentase rata-rata

dari tingkat kemampuan siswa terhadap soal-soal komunikasi matematis sebesar

26% dengan kategori sangat rendah.

Dengan merujuk pada uraian di atas, maka untuk meminimalisir learning obstacle siswa pada konsep membandingkan dan mengurutkan pecahan peneliti ingin merancang sebuah bahan ajar (desain didaktik) dengan menggunakan

pendekatan kontekstual berbasis budaya Serang. Budaya Serang dipilih karena

peneliti berencana untuk melakukan penelitian di SD yang berlokasi di Serang.

Selain itu, seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa pembelajaran dengan

berbasis budaya merupakan salah satu unsur pendidikan nasional dan dengan

memasukkan unsur-unsur kebudayaan dalam pembelajaran, maka proses

(26)

untuk mengatasi dan mengurangi learning obstacle siswa yang muncul pada konsep membandingkan dan mengurutkan pecahan agar siswa dapat memahami

konsep secara utuh. Dengan menggunakan desain didaktik diharapkan siswa tidak

lagi menemui hambatan-hambatan dalam memahami suatu konsep matematika

khususnya pada konsep membandingkan dan mengurutkan pecahan dan juga

diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

Sehingga berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian terkait “Desain Didaktik Kemampuan Komunikasi

Matematis Melalui Pendekatan Kontekstual Berbasis Budaya Serang untuk

Mengatasi Learning Obstacle Siswa pada Konsep Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan (Didactical Design Research pada Kelas IV SD Negeri di Kota Serang Tahun Ajaran 2014/2015)”.

B. Identifiksi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka berikut ini identifikasi

masalah pada penelitian ini, yaitu:

1. Guru masih menggunakan cara mekanistik yaitu memberikan aturan secara

langsung untuk dihafal, diingat, dan diterapkan sehingga perlu diterapkan

pendekatan kontekstual berbasis budaya Serang dalam pembelajaran

matematika.

2. Siswa tidak telibat secara aktif dalam pembelajaran sehingga

memungkinkan masih kurangnya penguasaan kemampuan komunikasi

matematis.

3. Siswa masih menganggap matematika merupakan mata pelajaran yang sulit

sehingga masih ada learning obstacle siswa khususnya pada konsep membandingkan dan mengurutkan pecahan.

4. Guru belum mendesain bahan ajar (desain didaktik) yang sesuai dengan

siswa, sehingga ketika siswa dihadapkan dengan soal yang belum

(27)

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini difokuskan pada:

1. Bagaimana learning obstacle siswa pada konsep membandingkan dan mengurutkan pecahan?

2. Bagaimana desain didaktik kemampuan komunikasi matematis melalui

pendekatan kontekstual berbasis budaya Serang untuk mengatasi learning obstacle siswa pada konsep membandingkan dan mengurutkan pecahan? 3. Bagaimana penerapan desain didaktik kemampuan komunikasi matematis

melalui pendekatan kontekstual berbasis budaya Serang untuk mengatasi

learning obstacle siswa pada konsep membandingkan dan mengurutkan pecahan?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Learning obstacle siswa pada konsep membandingkan dan mengurutkan pecahan.

2. Desain didaktik kemampuan komunikasi matematis melalui pendekatan

kontekstual berbasis budaya Serang untuk mengatasi learning obstacle

siswa pada konsep mambandingkan dan mengurutkan pecahan.

3. Penerapan desain didaktik kemampuan komunikasi matematis melalui

pendekatan kontekstual berbasis budaya Serang untuk mengatasi learning obstacle siswa pada konsep membandingkan dan mengurutkan pecahan.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengkajian pembelajaran

matematika khususnya pada konsep membandingkan dan mengurutkan pecahan.

Inti permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah perbaikan desain

(28)

pada konsep membandingkan dan mengurutkan pecahan. Serta diharapkan dapat

meningkatkann kemampuan komunikasi matematis siswa.

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian tersebut adalah

1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan dalam mengembangkan diri

sebagai guru yang profesional. Serta memberikan motivasi belajar peneliti

untuk lebih kreatif dalam mengembangkan bahan ajar (desain didaktik)

melalui pendekatan kontekstual berbasis budaya Serang.

2. Bagi Siswa

Meningkatkan hasil belajar, pengetahuan, dan penguasaan siswa pada

materi mambandingkan dan mengurutkan pecahan. Serta memberikan

pengalaman belajar baru dengan pendekatan kontekstual berbasis budaya

Serang sehungga siswa lebih mudah mengikuti proses pembelajaran di

sekolah dan mengurangi kesulitan belajar (learning obstacle) yang dihadapinya.

3. Bagi Guru

Menambah wawasan tentang pendekatan yang digunakan agar

kegiatan belajar mengajar terlaksana dengan baik sehingga konsep

pembelajaran disajikan dengan tepat. Serta sebagai bahan masukan dalam

pengembangan desain didaktik komunikasi matematis melalui pendekatan

kontekstual untuk mengatasi learning obstacle siswa pada konsep membandingkan dan mengurutkan pecahan.

F. Struktur Organisasi

Adapun struktur organisasi skripsi ini diantaranya sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan, pada bagian ini menguraikan masalah yang akan

dibahas yang meliputi: latar belakang penelitian, identifikasi masalah

penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, dan

struktur organisasi.

2. Bab II Kajian Pustaka, pada bagian ini memberikan konteks yang jelas

(29)

3. Bab III Metodologi Penelitian, pada bagian ini meliputi metode dan desain

penelitian, lokasi dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik

analisis data, dan isu etik.

4. Bab IV Temuan dan Pembehasan, pada bagian ini membahas hasil

penelitian yang membahas mengenai keselurhan hasil penelitian yang telah

dilakukan dan pembahasannya.

5. Bab V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi, pada bagian ini menyajikan

penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian

sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Untuk mempermudah dalam proses penelitian, maka diperlukan pemilihan

metode yang sesuai sehingga tujuan dari penelitian tersebut dapat tercapai sesuai

dengan yang diharapkan. Dalam penelitian kali ini, metode yang digunakan

adalah metode design research. Sedangkan untuk desain penelitian ini menggunakan desain penelitian Didactical Design Research (DDR). Seperti yang dikemukakan oleh Suryadi (2013, hlm. 3) yaitu penelitian Desain Didaktik pada

dasarnya terdiri atas tiga tahap yaitu: analisis situasi didaktik sebelum

pembelajaran yang wujudnya berupa Desain Didaktik Hipotesis termasuk ADP,

analisis metapedadidaktik, dan analisis retrosfektif yakni analisis yang mengaitkan

hasil analisis situasi didaktik hipotesis dengan hasil analisis metapedadidaktik.

Dari ketiga tahapan ini akan diperoleh Desain Didaktik Empirik yang tidak

tertutup kemungkinan untuk terus disempurnakan melalui tiga tahapan DDR

tersebut.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini yaitu sebagai

berikut:

1. Mengkaji literatur yang sesuai dan menyusun hipotesis learning obstacle

dari penelitian terdahulu.

2. Menyusun rancangan bahan ajar atau desain didaktik awal yang bertujuan

untuk mengatasi learning obstacle siswa yang ditemukan dan disesuaikan dengan karakteristik serta kebutuhan siswa.

3. Mengujikan instrumen ke sekolah yang dituju untuk identifikasi learning obstacle siswa.

4. Mengolah data dan menyimpulkan hasil identifikasi learning obstacle

siswa.

5. Menyusun modul materi membandingkan dan mengurutkan pecahan

(31)

6. Mengkaji hubungan antar konsep matematis lain dengan konsep

membandingkan dan mengurutkan pecahan yang dibatasi pada jenjang kelas

IV.

7. Mengkaji kompetensi matematis yang akan ditingkatkan.

8. Membuat instrumen evaluasi peningkatan kompetensi matematis yang ingin

dicapai.

9. Membuat desain didaktik dengan mempertimbangkan learning obstacle

yang muncul dan hubungan konsep pada pokok bahasan membandingkan

dan mengurutkan pecahan.

10. Membuat prediksi respon siswa yang muncul pada pembelajaran konsep

membandingkan dan mengurutkan pecahan.

11. Menerapkan desain didaktik yang telah dibuat.

12. Menganalisis penerapan desain didaktik berdasarkan respon siswa yang

muncul sampai dengan proses pembelajaran materi berakhir.

13. Menganalisis hasil uji learning obstacle tersebut sebagai hasil penerapan desain didaktik dalam mengurangi learning obstacle yang muncul dan meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

14. Menyusun desain didaktik revisi yang merupakan hasil perbaikan dari

desain didaktik awal setelahnya evaluasi dari hasil pengajuan.

(32)

Alur pelaksanaan penelitian desain didaktik dapat digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 3.9

Alur Pelaksanaan Penelitian

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, sampel yang diambil oleh peneliti untuk dijadikan

sebagai subjek penelitian dalam tes learning obstacle adalah siswa kelas V SD Negeri Buah Gede, SD Negeri Serang 7, dan SD Negeri Taman. dan untuk lokasi

[image:32.595.117.538.117.641.2]
(33)

Negeri Buah Gede yang berlokasi di Jalan Ki Uju Ciracas Kota Serang, SD

Negeri Serang 7 yang berlokasi di Jalan KH. Jamhari No. 1 Kota Serang, dan SD

negeri Taman yang berlokasi di Kp. Sitauan Kecamatan Taktakan Kota Serang.

Sedangkan subjek dan lokasi penelitian yang digunakan dalam

mengimplementasikan Desain Didaktik Awal (DDA) yang terdiri dari DDA

kegiatan 1 dan DDA kegiatan 2 adalah siswa kelas IVA untuk kegiatan 1 dan

kelas IVB SD Negeri Taman untuk kegiatan 2 yang berlokasi di Kp. Sitauan

Kecamatan Taktakan Kota Serang. Serta subjek dan lokasi penelitian yang

digunakan dalam mengimplementasikan Revisi Desain Didaktik (RDD) adalah

untuk revisi desain pada kegiatan 1 adalah siswa kelas IVB sedangkan revisi

desain pada kegiatan 2 adalah siswa kelas IVA SD Negeri Taman.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kali ini, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

1. Uji instrumen learning obstacle konsep membandingkan dan mengurutkan pecahan.

2. Implementasi desain didaktik untuk mengetahui respon siswa terhadap

desain didaktik yang telah disusun.

3. Implementasi desain didaktik revisi untuk mengetahui kelayakan bahan ajar

yang telah disusun.

4. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti

dengan cara melakukan tanya jawab terhadap siswa maupun guru. Wawancara

terhadap guru dilakukan sebelum desain didaktik diujikan oleh peneliti.

Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran guru

di kelas. Sedangkan wawancara terhadap siswa dilakukan setelah siswa

mengerjakan soal instrumen untuk menganalisis learning obstacle yang ditemukan setelah proses pembelajaran. Wawancara ini bertujuan untuk mengukur

(34)

5. Skala pendapat siswa

Skala pendapat siswa termasuk ke dalam skala likert. Menurut Sugiyono

(2012, hlm. 134) “skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala

pendapat siswa diberikan kepada seluruh siswa setelah proses pembelajaran

berlangsung dan digunakan untuk mengukur seberapa besar keberhasilan desain

didaktik yang telah dibuat.

6. Observasi

Observasi atau pengamatan menurut Arikunto, S. (2010, hlm. 272) “Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya

dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun

berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan

terjadi.”

7. Dokumentasi

Teknik pengumpulan dengan dokumentasi merupakan teknik yang

digunakan sebagai pelengkap. Dalam teknik ini, peneliti mencari data mengenai

hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, dan sebagainya.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan adalah pada saat pengumpulan data

berlangsung maupun setelah pengumpulan data selesai. Menurut Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2012, hlm. 337), mengemukakan bahwa “aktivitas

dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.” Aktivitas tersebut

adalah data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

Setelah data semua terkumpul, maka selanjutnya akan dilakukan pengolahan

data, sebagai berikut:

a. Tes Learning Obstacle, Desain Didaktik Awal (DDA), dan Desain Didaktik Revisi (DDR)

Tes Learning Obstacle diberikan untuk mengetahui learning obstacle siswa pada konsep membandingkan dan mengurutkan pecahan dan mengukur

(35)

individu. Tes terdiri dari 5 soal essay. Adapun untuk menghitung per soal pada setiap indikator tes kemampuan komunikasi matematis siswa adalah sebagai

berikut dengan berpedoman pada penskoran soal-soal komunikasi matematis:

Nilai rata-rata per-soal =

Presentase per point soal =

x 100%

Keterangan:

Skor ideal = skor maksimal

[image:35.595.115.520.136.739.2]

Skor ideal per point soal = 3

Tabel 3.2

Pedoman Penskoran Soal-soal Komunikasi Matematis

Sumarmo (dalam Isrok’atun, 2006, hlm. 7)

Persentase Skor Rata-rata keseluruhan=

x100%

Keterangan:

Jumlah nilai keseluruhan = nilai keseluruhan dari semua siswa

Skor ideal = skor maksimal x jumlah siswa

Tabel 3.3

Kriteria Penilaian Tes Kemampuan

Kriteria Klasifikasi

90%≤A≤100% Sangat Tinggi

75%≤B≤90% Tinggi

55%≤C≤75% Cukup

40%≤D≤55% Rendah

(36)

Setelah mendapatkan hasil perhitungan pengolahan data hasil tes

kemampuan komunikasi matematis siswa, selanjutnya adalah menghitung rerata

hasil belajar siswa tentang tes kemampuan komunikasi matematis siswa. Apabila

reratanya menunjukkan peningkatan, maka dapat disimpulkan bahwa desain

didaktik kemampuan komunikasi matematis melalui pendekatan kontekstual

berbasis budaya Serang untuk mengatasi learning obstacle siswa pada konsep membandingkan dan mengurutkan pecahan dapat meningkatkan kemampuan

komunikasi matematis siswa. Sebaliknya, apabila rerata tidak menunjukkan

peningkatan, maka dapat disimpulkan bahwa desain didaktik tersebut tidak dapat

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

Selanjutnya dalam menganalisis Desain Didaktik Awal (DDA), hal yang

pertama dilakukan adalah membuat prediksi respon siswa pada saat

pengimplementasian desain awal dan mengimplementasikan desain awal pada

subjek penelitian yang telah ditentukan. Kemudian, membuat antisipasi didaktik

dari respon siswa pada saat pengimplementasian desain awal, prediksi respon

siswa setelah pengimplementasian desain awal, dan menganalisis hasil learning obstacle yang masih ditemukan sebagai dampak dari kurang lengkapnya desain didaktik awal yang dibuat.

Kemudian dari hasil analisis Desain Didaktik Awal (DDA) dijadikan

sebagai bahan untuk membuat Revisi Desain Didaktik Revisi (RDD). Sama

halnya seperti analisis DDA, sebelum pengimplementasian desain peneliti

membuat prediksi respon siswa terhadap pengimplementasian desain revisi,

antisipasi didaktik dari respon siswa terhadap pengimplementasian desain, dan

selanjutnya.

b. Observasi dan Skala Pendapat Siswa

Analisis hasil observasi dilakukan dengan menganalisis jawaban “ya” atau “tidak” pada lembar hasil observasi aktivitas guru. Selanjutnya, setelah mendapat hasil perhitungan pengolahan data hasil observasi terhadap aktivitas guru dan

siswa, maka akan dicocokan dengan jumlah jawaban prediksi “ya” dan “tidak”. Apabila jumlah prediksi jawaban “ya” dan “tidak” semuanya sesuai dengan hasil

observasi maka dapat disimpulkan bahwa desain didaktik kemampuan komunikasi

(37)

mengatasi learning obstacle siswa pada konsep membandingkan dan mengurutkan pecahan dapat meningkatkan aktivits guru dan siswa.

Adapun penganalisaan hasil skala pendapat siswa dilakukan dengan cara

memberikan nilai pada respon yang dipilih siswa dari pernyataan-pernyataan

kepuasan siswa terhadap desain didaktik kemampuan komunikasi matematis

melalui pendekatan kontekstual berbasis budaya Serang untuk mengatasi learning obstacle siswa pada konsep membandingkan dan mengurutkan pecahan yang telah disusun. Skala pendapat siswa dibuat sedemikian rupa agar siswa dapat memilih

jawaban yang sesuai dengan pilihan dengan memberikan tanda checklist (√) pada

jawaban yang diberikan. Adapun pilihan jawaban tersebut adalah Sangat Setuju

(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk pemberian

skor pada pernyataan positif yaitu skor 4 untuk pernyataan SS, skor 3 untuk S,

skor 2 untuk pernyataan TS, dan skor 1 untuk pernyataan STS. Sedangkan untuk

pemberian skor pada pernyataan negatif yaitu skor 4 untuk pernyataan STS, skor 3

untuk TS, skor 2 untuk pernyataan S, dan skor 1 untuk pernyataan SS.

Berikut adalah langkah-langkah analisis data pada penelitian:

1) Mengumpulkan informasi yang diperoleh

2) Membaca secara keseluruhan informasi dan membuat klasifikasi

3) Membuat uraian terperinci mengenai hal yang kemudian muncul dari hasil

pengujian

4) Menetapkan pola dan mencari hubungan antara beberapa katagori

5) Melakukan interpretasi

6) Menyajikan secara deskriptif

Untuk mendeskripsikan hasil skala pendapat siswa terhadap pembelajaran

matematika dengan menggunakan desain didaktik ini maka cara untuk

merumuskannya sebagai berikut:

Persentase nilai akhir =

x 100%

Keterangan:

Skor Mentah = jumlah skor jawaban responden

(38)
[image:38.595.111.516.84.628.2]

Tabel 3.4

Kriteria Interpretasi Skor Skala Pendapat

Kriteria Klasifikasi

Angka 0% - 20% Sangat Lemah

Angka 21% - 40% Lemah

Angka 41% - 60% Cukup

Angka 61% - 80% Kuat

Angka 81% - 100% Sangat Kuat

(Riduwan, 2010, hlm.41)

E. Isu Etik

Pada hakekatnya penelitian menggunakan Didactical Design Research

(DDR) merupakan penelitian yang pada akhirnya menghasilkan sebuah bahan ajar

atau desain didaktik. Dengan kata lain, penelitian ini bertujuan untuk

mengembangkan kemampuan guru dalam melaksanakan suatu proses

pembelajaran. Yaitu seorang guru dalam proses pembelajaran harus merancang

bahan ajar atau desain didaktik sesuai kebutuhan pembelajaran dan respon-respon

siswa yang mungkin muncul di dalam proses pembelajaran. Dengan demikian,

proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien sehingga dapat bermanfaat

(39)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Simpulan dari penelitian ini, antara lain:

Dari hasil tes Learning Obstacle yang telah dilakukan pada beberapa Sekolah Dasar Negeri di kota Serang didapat Learning Obstacle siswa yang muncul pada konsep membandingkan dan mengurutkan pecahan, yaitu:

a. Tipe 1 : learning obstacle terkait concept image pengertian suatu bentuk pecahan dan penamaan bentuk pecahan dari suatu gambar.

b. Tipe 2 : learning obstacle terkait pemahaman terhadap konsep membandingkan suatu pecahan.

c. Tipe 3 : learning obstacle terkait pemahaman terhadap konsep mengurutkan suatu pecahan.

Desain didaktik awal terkait konsep membandingkan dan mengurutkan

pecahan disusun berdasarkan learning obstacle yang muncul. Bentuk penyajian desain didaktik terkait konsep membandingkan dan mengurutkan pecahan disusun

menjadi 2 kegiatan yaitu:

a. Kegiatan 1 yaitu mengembangkan pemahamanan konsep pecahan dan

penamaan bentuk pecahan dari suatu gambar yang diimplementasikan pada

kelas IVA SD Negeri Taman, terdiri dari 4 desain yang digunakan untuk:

1) Pemahaman Terkait Makanan Khas Serang (Ketan Bintul)

2) Pemahaman Terkait Konsep Pecahan

3) Pemahaman Terkait Penamaan Bentuk Pecahan Dari Suatu Gambar

4) Pemahaman Terkait Concept Image Pengertian Suatu Bentuk Pecahan b. Kegiatan 2 yaitu mengembangkan pemahaman terkait membandingkan dan

mengurutkan suatu pecahan yang diimplementasikan pada kelas IVB SD

Negeri Taman, yang terdiri dari tiga desain yang digunakan untuk:

1) Pemahaman Terkait Koneksi Antara Bentuk Ketan Bintul dan Bangun

Geometri

(40)

3) Pemahaman Terkait Konsep Penamaan Bentuk Pecahan dan Mengurutkan

Pecahan

Hasil implementasi dari desain didaktik kemampuan komunikasi matematis

melalui pendekatan kontekstual berbasis budaya Serang untuk mengatasi learning obstacle siswa pada konsep membandingkan dan mengurutkan pecahan yang ada sesuai dengan karakteristik siswa SD pada pembelajaran matematika umumnya

berjalan baik. Adapun hasilnya, yaitu: Sebagian besar jawaban siswa sesuai

prediksi, ada prediksi jawaban yang sama sekali tidak muncul, ada jawaban yang

tidak diprediksikan sebelumnya tetapi muncul, dan waktu yang tersedia tidak

cukup untuk membahas seluruh isi desain didaktik.

Untuk memperbaiki desain didaktik awal maka dibuatlah antisipasi

pedagogik dan didaktik. Antisipasi pedagogik dibuat sebelum pembelajaran, saat,

dan sesudah pembelajaran berlangsung. Sedangkan Antisipasi didaktik disusun

berupa desain didaktik revisi berupa perbaikan pada desain didaktik sebelumnya,

yaitu perbaikan pada pemilihan kata, dan perubahan redaksi soal agar siswa dapat

memahami soal terkait konsep luas daerah segitiga. Dengan adanya antisipasi

tersebut, memberikan pengaruh pada desain didaktik konsep luas daerah segitiga

dalam proses pembelajaran di kelas bersifat positif, yaitu siswa mendapat

pembelajaran secara optimal, sehingga siswa dapat melatih kemampuan

komunikasi matematis melalui diskusi/belajar kelompok dan mengerjakan tes

yang didesain dengan RDD. Sehingga kemampuan komunikasi matematis siswa

cukup meningkat selama proses implementasi desain diaktik di kelas.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan pembahasan dan simpulan dari penelitian di atas, maka peneliti

memberikan beberapa rekomendasi terkait desain didaktik, yaitu:

1. Desain didaktik ini dapat dijadikan alternatif pembelajaran matematika

dalam melakukan pembelajaran terkait konsep membandingkan dan

mengurutkan pecahan.

2. Dalam implementasi desain didaktik ini guru perlu membuat prediksi respon

(41)

antisipasi penanganannya, sehingga siswa dapat dengan mudah memahami

penjelasan guru.

3. Desain didaktik ini perlu dikembangkan lagi, karena dapat membantu guru

dalam menganalisis terhadap respon siswa.

4. Desain didaktik ini dalam penyajiannnya harus lebih menarik agar siswa

tidak merasa jenuh dan lebih bersemangat pada saat siswa mengikuti proses

pembelajaran di kelas.

5. Sebaiknya, saat proses pembelajaran perlu memperhatikan bahan ajar yang

akan diberikan kepada siswa. Untuk itu, disarankan agar guru lebih

menganalisis hambatan belajar (learning obstacle) yang dialami oleh siswa pada konsep membandingkan dan mengurutkan pecahan.

6. Untuk guru, sebelum mengimplementasikan desain didaktik ini di kelas,

sebaiknya membuat prediksi serta antisipasi respon siswa agar pembelajaran

di kelas lebih optimal.

7. Untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya penelitian DDR ini bisa dimanfaatkan

untuk penelitian PTK dan eksperimen agar penelitian lebih optimal. Saran

ini didukung oleh hasil penelitian Supriadi (2014) bahwa penelitian

eksperimen dengan menggunakan metode DDR lebih baik dari eksperimen

yang tidak menggunakan DDR, ini dibuktikan dengan hasil belajar siswa

yang belajar dengan kontekstual berbahan DDR lebih baik dari siswa yang

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Alexon. (2010). Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya. Bengkulu: Unit FKIP UNIB Press.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asulihati. (2014). Desain Didaktik Kemampuan Matematis Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Dalam Mengatasi Learning Obstacle Pokok Bahasan Luas Derah Segitiga. (Skripsi). Sarjana PGSD. Universitas Pendidikan Indonesia: Serang.

Candra. (2013). Model dan Aplikasi Pembelajaran Berbasis Budaya. [Online] Diakses dari http://blog.uad.ac.id/candra12005145/2013/09/30/model-dan-aplikasi-pembelajaran-berbasis-budaya/ [Diakses 29 Januari 2015]

CORD. (1999). Teachig Mathematics Contextually: The Cornerstone of Tech Prep. Texas USA: cord Comm., Inc.

Dimyati & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Eduar. (2011). Pembelajaran Matematika Realistik (RME). Palembang: MAN 1

Palembang.

Hartoyo, A. (2010). Potensi Pembinaan Karakter Berbasis Budaya Masyarakat.

Junal Pendidikan Sosiologi dan Humanivora, 1 (1), hlm. 1.

Huda, M. (2013). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Indriani, R. (2012). Pengaruh Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

(43)

Kilpatrick, J. & Swafford, J. (2002). Helping Children Learn Mathematics.

Washington DC: National Academy Press.

Makmun, A. S., (2009). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Pramudha, P. (2011). Pembelajaran Kooperatif. [Online]. Diakses dari http://furahasekai.com/2011/09/06/pembelajaran-kooperatif/. [Diakses 12 Mei 2015]

Rakhmat, C., dkk. (2008). Psikologi Pendidikan. Bandung: UPI Press.

Riduwan. (2010). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Rosalin, E. (2008). Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Karsa Mandiri Persada.

Rupawan, L. (2013). Ketan Bintul Makanan Pembuka Puasa Para Raja. [Online]. Diakses dari http://wisata.kompasiana.com/kuliner/2013/07/31/ketan-bintul-makanan-pembuka-puasa-para-raja-581036.html. [Diakses 28 Januari 2015]

Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Bandung: PT Raja Grafindo Persada.

Setyaningrum, L., dkk. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal Didaktika Dwija Indria. 1(6).

hlm. 1-7.

Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Soedjadi, R. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstantasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan. Jakarta: Dikti.

Sprenger, M. (2011). Cara Mengajar Agar Siswa Tetap Ingat. Jakarta: Erlangga

(44)

Suherman, E., dkk. (2001). Common Text Book; Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA.

Sukayati. (2003). Pecahan. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Supinah. (2012). Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual dalam Melaksanakan KTSP. Yogyakarta:

Supriadi. (2011). Peningkatan Daya Matematis dan Kecerdasan Emosional Mahasiswa PGSD Melalui Pemodelan Etnomatematik. Studi Individual.

Supriadi. (2014a). Developing Mathematical Modeling Ability Students Elementary School Teacher Education through Etnomathematics-Based Contextual Learning. International Journal of Education and Research , 2 (8), hlm. 439-452.

Supriadi. (2014b). Kapita Selekta Matematika PGSD: untuk Guru SD dan Mahasiswa PGSD. Serang: UPI Kampus Serang. Departemen Pendidikan Nasional.

Supriadi. (2014c). Mengembangkan Kemampuan dan Disposisi Pemodelan serta Berpikir Kreatif Matematika Mahasiswa PGSD melalui Pembelajaran Kontekstual Berbasis Etnomatematika . (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Suryadi, D. (2013). Didactical Design Research (DDR) Dalam Pengembangan Pembelajaran Matematika. Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi (hlm. 3-12). Bandung: UPI Press.

Suryadi, D., Yulianti, K., & Junaeti, E. (2010). Model Antisipasi Dan Situasi Didaktis Dalam Pembelajaran Matematika Kombinatorik Berbasis Pendekatan Tidak Langsung. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Derektori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/1958 02011984031-DIDI_SURYADI/DIDI-24.pdf. [Diakses 24 Januari 2015]

(45)

Susongko, P. (2012). Penilaian Hasil Belajar. Tegal: Badan Penerbitan UPS.

Suwangsih, E. & Tiurlina. (2012). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI Press.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wikipedia. (2013). Budaya. [Online]. Diakses dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya#Definisi_Budaya. [Diakses 26 Januari 2015]

Wiraldy, P. (2013). Kajian Learning Obstacle (Khususnya Hambatan Epistimologis) dan Repersonalisasi Pada Materi Peluang Di SMP. Skripsi Sarjana Pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: Tidak Diterbitkan

(46)

Lampiran 1. RPP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

Nama Sekolah : SD Negeri Taman

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : IV (Empat)/ II (Dua) Hari/Tanggal : Selasa, 26 Mei 2015 Alokasi Waktu : 3 x 35 Menit

A. Standar Kompetensi

6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

B. Kompetensi Dasar

6.1 Menjelaskan arti pecahan dan urutannya

C. Indikator

1. Menggunakan sebuah gambar makanan khas Serang untuk menjelaskan

konsep membandingkan dan mengurutkan pecahan.

2. Mengkomunikasikan ide matematika pada konsep membandingkan dan

mengurutkan pecahan kepada orang lain dengan kata-kata sendiri baik

secara tertulis atau lisan.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Untuk mengatasi learning obstacle terkait concept image pengertian suatu bentuk pecahan dan penamaan bentuk pecahan dari suatu gambar.

2. Untuk mengatasi learning obstacle terkait pemahaman terhadap konsep membandingkan suatu pecahan.

3. Untuk mengatasi learning obstacle terkait pemahaman terhadap konsep mengurutkan suatu pecahan.

Karakter siswa yang diharapkan:

(47)

E. Materi Ajar

Desain Didaktik Konsep Membandingkan Dan Mengurutkan Pecahan

F. Model/ Metode Pembelajaran

- Model Pembelajaran : Kontekstual berbasis budaya Serang-DDR

- Metode Pembelajaran : Demonstrasi, ekspositori, tanya jawab, dan

diskusi

G. KegiatanPembelajaran

1. Kegiatan Awal

- Guru membuka pelajaran, kemudian meminta ketua kelas untuk

memimpin doa sebelum belajar.

- Guru melakukan absensi kelas.

- Guru membagi kelas IV menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok

pertama sebagai kelas IVA dan kelompok kedua sebagai kelas IVB SD

Negeri Taman dengan masing-masing kelas berjumlah 25 orang siswa

yang terdiri dari siswa perempuan dan siswa laki-laki serta siswa yang

mempunyai kemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah dengan

jumlah yang seimbang antar masing-masing kelas.

- Guru memberikan motivasi dan apersepsi dalam rangka penggalian

pengetahuan awal siswa terhadap materi yang akan diajarkan.

- Siswa merespon pemberian motivasi dan apersepsi dari guru.

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi atau

relevansi yaitu membandingkan dan mengurutkan pecahan.

2. Kegiatan Inti

Eksplorasi

- Guru melakukan tanya jawab terkait budaya Serang kepada siswa dengan

tujuan mengkonstruksi pengetahuan awal siswa

- Siswa menyebutkan beberapa makanan khas Serang yang telah diketahui

seperti sate bandeng, rabeg, pecak bandeng, dan ketan bintul.

- Guru menunjukkan salah satu makanan khas Serang yang telah

dipersiapkan sebelumnya dan menanyakan nama makanan tersebut

(48)

- Siswa menyebutkan nama makanan khas Serang tersebut, yaitu ketan

bintul.

- Guru bersama siswa melakukan tanya jawab terkait pengetahuan siswa

tentang ketan bintul.

- Semua siswa antusias mengatakan bahwa ketan bintul enak rasanya.

- Guru berkeliling menjelaskan nilai-nilai budaya dari ketan bintul salah

satunya ketan bintul merupakan makanan para raja pada zaman kerajaan

dulu dan biasanya ada ketika di bulan ramadhan.

- Siswa memperhatikan penjelasan guru terkait nilai-nilai budaya dari

ketan bintul.

- Guru membagi ketan bintul pertama menjadi dua bagian yang sama besar

sedangkan ketan bintul keduan menjadi tiga bagian yang sama besar dan

menunjukkan bagian-bagiannya kepada siswa.

- Siswa memperhatikan demonstrasi yang dilakukan guru.

- Guru meminta siswa untuk membandingkan bagian ketan yang lebih

besar antara ketan bintul pertama atau kedua.

- Siswa menyebutkan bahwa bagian yang pertama lebih besar yaitu bagian

yang dibagi menjadi dua bagian yang sama besar.

- Guru meminta siswa menuliskan bentuk pecahan dari bagian yang

pertama dan kedua di papan tulis dan menuliskan perbandingannya (=/ >/

<)

- Salah satu siswa menuliskan bagian yang pertama adalah dan

Gambar

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Pendekatan Kontekstual ..........................
Gambar 1.1 Soal dan Respon Soal Uji Tes LO ...............................................................
Gambar 1.1 Soal dan Respon Soal Uji Tes LO
Gambar 1.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kejenuhan kerja ( burnout ) pada perawat, yaitu seperti konsep diri, motivasi kerja, tuntutan tugas,

Pejabat Pengadaan pada Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2014, telah melaksanakan Proses Evaluasi Kualifikasi

• Aljabar boolean merupakan aljabar yang terdiri atas suatu himpunan dengan dua operator biner yang didefinisikan pada himpunan tersebut..  Untuk mempunyai sebuah

Provinsi. Tes tertulis akan dilaksanakan di Dinas Ketenagakerjaan Provinsi dan diikuti oleh peserta dari unsur serikat pekerja/serikat buruh dan unsur Apindo

Berdasarkan latar balakang dan identifikasi masalah, permasalahan dalam penelitian secara umum adalah “ Bagaimana mengembangkan alat asessmen untuk melihat kemampuan

1 Kalkulus supragingival menutupi tidak lebih dari 1/3permukaan gigi yang terkena.. 2 Debris menutupi lebih dari

Tabel 4.53 Sebaran Jawaban Responden Mengenai Keputusan Pembelian Terkait Jajanan yang Dijual di Sekitar Sekolah

Dari hasil perhitungan didapat persamaan regresi bergandanya : y = 153,45 + 31,9x1 + 76,4x2 ini berarti, jika perusahaan tidak mengeluarkan biaya untuk promosi maka hasil penjualan