• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa: Penelitian Subjek Tunggal terhadap 4 siswa kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya Tahun Ajaran 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa: Penelitian Subjek Tunggal terhadap 4 siswa kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya Tahun Ajaran 2014/2015."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS KONSELING RASIONAL EMOTIF PERILAKU UNTUK MENINGKATKAN SELF-ESTEEM SISWA

(Penelitian Subjek Tunggal terhadap 4 Siswa Kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya Tahun Ajaran 2014/2015)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

oleh

Ayong Lianawati 1302571

DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

EFEKTIVITAS KONSELING RASIONAL EMOTIF PERILAKU UNTUK MENINGKATKAN SELF-ESTEEM SISWA

(Penelitian Subjek Tunggal terhadap 4 Siswa Kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya Tahun Ajaran 2014/2015)

oleh

Ayong Lianawati

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Sekolah Pascasarjana

© Ayong Lianawati 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

AYONG LIANAWATI 1302571

EFEKTIVITAS KONSELING RASIONAL EMOTIF PERILAKU UNTUK MENINGKATKAN SELF-ESTEEM SISWA

(Penelitian Subjek Tunggal terhadap 4 Siswa Kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya Tahun Ajaran 2014/2015)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing

Dr. Tina Hayati Dahlan, M.Pd., Psikolog. NIP 19720419 200912 2 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Ayong Lianawati, 2015

Efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa ABSTRAK

Ayong Lianawati. (2015). Efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 4 siswa kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya Tahun Ajaran 2014/2015). Pembimbing Dr. Tina Hayati Dahlan, M.Pd., Psikolog. Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Penelitian ini bertujuan menguji efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan yaitu kuasi eksperimen dengan desain penelitian subjek tunggal tipe A-B. Teknik pengumpulan data menggunakan angket self-esteem dengan menggunakan skala Guttman. Populasi penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya tahun ajaran 2014/2015 dengan jumlah 287 siswa dan yang dijadikan sampel sebanyak empat siswa yang memiliki skor self-esteem rendah dengan teknik random sampling. Penelitian dilaksanakan dengan melakukan studi pendahuluan, pengukuran kondisi baseline selama tiga minggu (seminggu sekali), pemberian intervensi Konseling Rasional Emotif Perilaku yang dilakukan selama lima sesi dalam 5 minggu dan dilanjutkan dengan analisis data. Hasil uji efektivitas menunjukkan bahwa Konseling Rasional Emotif Perilaku secara empiris efektif untuk meningkatkan self-esteem siswa. Tiga siswa secara empiris terbukti efektif dalam meningkatkan empat aspek self-esteem yakni kekuasaan (power), keberartian (significance), kebajikan (virtue) dan kompetensi (competence), namun satu siswa secara empiris terbukti tidak efektif dalam meningkatkan aspek kompetensi.

(5)

Ayong Lianawati, 2015

Efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa ABSTRACT

Ayong Lianawati. (2015). The Effectiveness of Rational Emotive Behavior Counseling to increase students’ self-esteem (Single Subject Research to four eighth grade students of SMP Negeri1 48 Surabaya Academic Year 2014/2015). Supervisor: Dr. Tina Hayati Dahlan, M.Pd., Psychologist. Department of Educational Psychology and Counseling, the School of Postgraduate Studies of Indonesia University of Education.

The research aims to examine the effectiveness of Rational Emotive Behavior Counseling to improve students’ self-esteem. It used quantitative approach, employing a quasi-experimental method with A-B single subject research design. The data was collected by self-esteem questionnaires using Guttman scale. The research population was consisted of a total of 287 eighth grade students of SMP Negeri 48 Surabaya academic year 2014/2015. The sample were with four students with low self-esteem detected by random sampling technique. The research was begun with a preliminary study, continued with measurement of baseline condition for three weeks (once a week), intervention of Rational Emotive Behavior Counseling given for five sessions in five weeks, and followed by data analysis. The results showed that Rational Emotive Behavior Counseling was empirically effective to improve the self-esteem of students. It is particularly proven to be empirically effective in improve four aspects of self-esteem in three students, namely power, significance, virtue, and competence; however, it is not empirically effective in improve the competence aspect of one student’s self-esteem.

Keywords: Rational Emotive Behavior Counseling, Self-Esteem

(6)

Ayong Lianawati, 2015

Efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... ii

HALAMAN HAK CIPTA ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II KONSEP DASAR KONSELING RASIONAL EMOTIF PERILAKU DAN SELF-ESTEEM ... 8

A. Konseling Rasional Emotif Perilaku ... 8

B. Self-Esteem ... 24

C. Perkembangan Masa Remaja ... 32

D. Kerangka Berpikir ... 38

(7)

Ayong Lianawati, 2015

Efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Pendekatan dan Desain Penelitian ... 40

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 41

C. Variabel Penelitian ... 41

D. Instrumen Penelitian ... 42

E. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 43

F. Tahap-Tahap Penelitian ... 49

G. Rancangan Intervensi Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk Meningkatkan Self-Esteem ... 49

H. Analisis Data ... 58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk Meningkatkan Self-Esteem Siswa ... 60

B. Peningkatan Self-Esteem Siswa pada Setiap Aspek ... 122

C. Pembahasan ... 123

D. Keterbatasan Penelitian ... 131

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 133

A. Simpulan ... 134

B. Rekomendasi ... 135

(8)

Ayong Lianawati, 2015

Efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hubungan Antara Emosi Negatif Dan Keyakinan Irrasional ... 12

Tabel 2.2 Karakteristik Self-Esteem Tinggi dan Self-Esteem Rendah …... 28

Tabel 3.1 Daftar Subjek Penelitian ………. 41

Tabel 3.2 Angket Self-Esteem ………. 43

Tabel 3.3 Hasil Uji Coba Instrumen self-esteem ………. 46

Tabel 3.4 Uji Validitas Butir Item ……….…………. 47

Tabel 3.5 Tingkat Reliabilitas ………. 48

Tabel 3.6 Pemberian Skor Alternatif Jawaban………. 48

Tabel 3.7 Kategorisasi Tingkat Self-Esteem ………... 48

Tabel 3.8 Interpretasi skor Percentage Non-Overlapping Data (PND) … 59 Tabel 4.1 Indikator Perubahan Sebelum dan Sesudah Sesi Konseling Rasional Emotif Perilaku Konseli VLP ……… 72

Tabel 4.2 Indikator Perubahan Sebelum dan Sesudah Sesi Konseling Rasional Emotif Perilaku Konseli SKW ……….…….. 88

Tabel 4.3 Indikator Perubahan Sebelum dan Sesudah Sesi Konseling Rasional Emotif Perilaku Konseli NGT ……….……. 103

Tabel 4.4 Indikator Perubahan Sebelum dan Sesudah Sesi Konseling Rasional Emotif Perilaku FDL ………..…....….. 117

(9)

Ayong Lianawati, 2015

Efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Profil Self-Esteem Konseli VLP Kondisi baseline……….. 62

Grafik 4.2 Profil Aspek Self-Esteem Konseli VLP Kondisi baseline …. 62 Grafik 4.3 Profil Self-Esteem Konseli VLP Setelah Intervensi ……...…. 70

Grafik 4.4 Perbedaan Aspek Self-Esteem Baseline dan Intervensi ……. 72

Grafik 4.5 Aspek Kekuasaan Konseli VLP ……….. 73

Grafik 4.6 Aspek Keberartian Konseli VLP ………. 74

Grafik 4.7 Aspek Kebajikan Konseli VLP ……….………. 75

Grafik 4.8 Aspek Kompetensi Konseli VLP ……….……… 76

Grafik 4.9 Profil Self-Esteem Konseli SKW baseline……….…. 78

Grafik 4.10 Profil Aspek Self-Esteem Konseli SKW Kondisi baseline..... 79

Grafik 4.11 Profil Self-Esteem Konseli SKW Setelah Intervensi ………… 86

Grafik 4.12 Perbedaan Aspek Self-Esteem Baseline Dan Intervensi …… 89

Grafik 4.13 Aspek Kekuasaan Konseli SKW ……… 89

Grafik 4.14 Aspek Keberartian Konseli SKW ………... 90

Grafik 4.15 Aspek Kebajikan Konseli VLP ……….. 91

Grafik 4.16 Aspek Kompetensi Konseli SKW ……….. 92

Grafik 4.17 Profil Self-Esteem Konseli NGT Kondisi baseline………… 95

Grafik 4.18 Profil Aspek Self-Esteem Konseli NGT Kondisi baseline …. 95 Grafik 4.19 Profil Self-Esteem Konseli NGT Setelah Intervensi ………… 101

Grafik 4.20 Perbedaan Aspek Self-Esteem Baseline dan Intervensi ……. 103

Grafik 4.21 Aspek Kekuasaan Konseli NGT ……….. 104

Grafik 4.22 Aspek Keberartian Konseli NGT ……… 105

Grafik 4.23 Aspek Kebajikan Konseli NGT……… 106

Grafik 4.24 Aspek Kompetensi Konseli NGT ……… 107

Grafik 4.25 Profil Self-Esteem Konseli FDL Kondisi baseline………….. 109

(10)

Ayong Lianawati, 2015

Efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa

Grafik 4.28 Perbedaan Aspek Self-Esteem Baseline dan Intervensi …... 118

Grafik 4.29 Aspek Kekuasaan Konseli FDL ……….. 118

Grafik 4.30 Aspek Keberartian Konseli FDL ………. 119

Grafik 4.31 Aspek Kebajikan Konseli FDL ……… 120

(11)

Ayong Lianawati, 2015

Efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ………...……… 38

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan dari keseluruhan laporan penelitian yang

menguraikan pokok bahasan tentang latar belakang masalah yang menjadi fokus

penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta

sistematika penulisan.

A.Latar Belakang Penelitian

Self-esteem merupakan salah satu unsur kepribadian yang sangat penting

dalam memengaruhi kualitas sosial dan psikologis individu (Coopersmith, 1967,

hlm. 1). Salah satu alasan pentingnya memahami self-esteem adalah untuk

membantu individu mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri

sebagai manusia yang unik, misalnya: bagaimana individu memaknai nasib yang

dialami dalam hidupnya serta perilakunya?, bagaimana individu dapat memahami

tujuan hidupnya baik dalam jangka pendek maupun panjang?, bagaimana

hubungan individu dengan lingkungan sosialnya?, serta bagaimana laju kehidupan

yang dijalaninya? (Mruk, 2006).

Coopersmith (1967, hlm. 4) mendefinisikan self-esteem sebagai

penilaian individu terhadap dirinya untuk dipertahankan, yang sebagian penilaian

tersebut berasal dari interaksi individu dengan lingkungan serta dari jumlah

penghargaan, penerimaan, dan perhatian dari orang lain yang diterimanya.

Terdapat dua kategori self-esteem, yakni self-esteem tinggi (positif) dan

self-esteem rendah (negatif). Idealnya, individu memiliki self-esteem tinggi karena

berkaitan erat dengan masa yang akan datang. Orth dan Robins (2014)

menyatakan bahwa self-esteem yang tinggi berpengaruh terhadap kesuksesan dan

kesejahteraan dalam domain kehidupan seperti hubungan sosial, pekerjaan, dan

kesehatan. Pernyataan serupa dikemukakan Waitley (1997, hlm. 76) dalam bukunya yang berjudul “Psychology of success: developing your self-esteem” bahwa self-esteem yang dimiliki individu akan berkontribusi terhadap pencapaian

(13)

bukti bahwa self-esteem memiliki konsekuensi penting dalam dunia nyata, maka

perkembangan self-esteem perlu mendapatkan perhatian secara khusus.

Self-esteem rendah akan memunculkan berbagai permasalahan

intrapersonal, antara lain: (1) memersepsi diri sendiri tanpa rasa hormat dan rasa

mencintai, (2) mengabaikan diri sendiri meskipun tidak membenci diri sendiri,

tetapi sering mengharapkan orang lain memberikan penghargaan terhadap dirinya,

(3) menunjukkan perilaku dalam upaya mengisi harga diri yang hilang dengan

membentuk perilaku yang tidak stabil, (4) mengidentifikasi peran-peran tertentu

secara berlebihan, (5) tidak membiarkan orang lain akrab secara psikologis

dengan dirinya, (6) perilaku yang senantiasa berubah-ubah dalam memilih teman

dan mitra kerja, (7) tidak mampu memaafkan diri sendiri, (8) membentuk identitas

diri dengan cara-cara yang negatif (Cavanagh dan Levitov, 2002).

Permasalahan lain yang akan timbul karena self-esteem rendah adalah

terjadinya penolakan sosial. Leary, Mark R. (2010) dalam penelitiannya

menyatakan bahwa self-esteem berkembang sebagai monitor dalam penerimaan

sosial dan self-esteem yang tinggi dapat mencegah terjadinya penolakan sosial.

Selain itu self-esteem rendah juga berkontribusi terhadap maraknyakasus bullying

yang seringkali terjadi di lingkungan sekolah. Hasil penelitian Khairiah, Muhdi

dan Budiono (2009) membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara perilaku bullying dan tingkat self-esteem pada siswa SMPN di Surabaya.

Siswa yang tidak terlibat dalam perilaku bullying cenderung mempunyai

self-esteem tinggi, sedangkan siswa yang terlibat perilaku bullying memiliki

self-esteem rendah dengan urutan 25% pelaku bullying, pelaku-korban bullying 26,1%

dan korban bullying 34,4%.

Permasalahan self-esteem rendah jika dibiarkan berlarut-larut akan

berdampak pada psikologis individu, seperti depresi dan kecemasan. Sawislo dan

Ulrich (2013) membuktikan keterkaitan antara self-esteem dengan depresi dan

kecemasan. Hal senada juga dikemukakan Saleh (1988) bahwa individu yang

mempunyai self-esteem tinggi pada umumnya percaya pada kemampuannya

sendiri, realistis, optimis dan efektif dalam menghadapi masalah-masalahnya,

sehingga jarang mengalami gangguan-gangguan penyesuaian, termasuk gangguan

(14)

Nurjanah (2010) dalam penelitiannya menggambarkan profil self-esteem

siswa SMAN 1 Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat, dari 319 siswa yang

diteliti, terdapat 150 siswa yang teridentifikasi memiliki self-esteem rendah dan

169 siswa yang memiliki self-esteem tinggi. Hasil studi pendahuluan yang

dilakukan di SMP Negeri 48 Surabaya menunjukkan bahwa masih terdapat

banyak siswa memiliki self-esteem rendah. Dari 287 siswa kelas VIII SMP Negeri

48 Surabaya terdapat 20.21% atau 58 siswa memiliki self-esteem rendah, 64.11%

atau 184 siswa memiliki self-esteem sedang dan 15.68% atau 45 siswa memiliki

self-esteem tinggi.

Hasil wawancara dengan guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri

48 Surabaya menginformasikan bahwa masih terdapat siswa yang teridentifikasi

memiliki self-esteem rendah. Self-esteem rendah pada siswa ditunjukkan dengan

masih adanya siswa yang menjadi korban bullying dari teman sebaya, rasa

percaya diri yang rendah, mudah menyerah, menarik diri dari lingkungan dan sulit

dalam bersosialisasi.

Berdasarkan wawancara dengan dua siswa kelas VIII SMP Negeri 48

Surabaya yang memiliki skor self-esteem rendah menunjukkan bahwa dirinya

seringkali sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya karena

beranggapan dirinya tidak pantas dan tidak layak untuk berteman dengan yang

lain. Sulit menerima kondisi diri sendiri dan cenderung menginginkan hidupnya

seperti orang lain yang dianggap lebih bernasib baik daripada dirinya.

Kemampuan pemahaman diri pada remaja yang belum berkembang

secara optimal menyebabkan munculnya permasalahan self-esteem. Erikson

(Santrock, 2007) mengemukakan bahwa individu pada masa remaja dihadapkan

pada banyak pertanyaan tentang diri, siapa diri mereka, bagaimana mereka

kedepannya dan apa yang menjadi tujuan hidup mereka. Semua pertanyaan

tersebut mengarah pada pembentukan persepsi tentang dirinya. Persepsi

melibatkan aspek kognisi yang membentuk sebuah penilaian tentang diri. Ketika

individu mampu memersepsikan diri secara positif, maka akan terciptalah rasa

nyaman dan bahagia dalam hidupnya yang biasanya termanifestasikan dalam rasa

percaya diri, menyenangkan, mudah dalam bergaul serta memiliki emosi yang

(15)

ditandai dengan perasaan tidak berharga, tidak percaya diri, merasa dikucilkan

dan sulit untuk bergaul dengan lingkungannya maka akan membentuk self-esteem

rendah.

Banyak peran baru yang dihadapi pada masa remaja, seperti status akan

menjadi orang dewasa, karir atau pekerjaan dan hubungan romantisme (Erikson,

dalam Santrock, 2007). Untuk menghadapi berbagai peran baru tersebut, dalam

memersepsikan banyak tuntutan yang dihadapi, remaja melibatkan kognisi yang

memungkinkan keterlibatan keyakinan irasionalnya. Keyakinan irasional

merupakan pikiran, ide, gagasan atau persepsi negatif yang digunakan remaja

dalam menilai, merespon atau menanggapi sebuah peristiwa yang dialami.

Keyakinan irasional mengandung unsur kemestian, keharusan, tuntutan dan

perintah (Corey, 2007). Keyakinan irasional merepresentasikan suatu logika yang

salah, tidak konsisten dengan data empiris, dan menghambat dalam pencapaian

tujuan. Contoh keyakinan irasional yakni menginginkan kesempurnaan,

memusatkan perhatian pada hal-hal negatif dan mengabaikan hal-hal positif,

membuat penalaran secara emosional, melihat diri sebagai orang yang

memalukan, dan sebagainya (Ellis & Dryden, 1997).

Upaya untuk meningkatkan self-esteem siswa di sekolah seyogianya

mendapat perhatian yang serius dari pihak sekolah, khususnya bimbingan dan

konseling. Guru bimbingan dan konseling dalam hal ini penting untuk

menyelenggarakan layanan responsif. Layanan responsif merupakan layanan

bantuan bagi siswa yang memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan

bantuan dengan segera (Yusuf & Nurihsan, 2008, hlm. 28). Layanan ini bersifat

kuratif sehingga strategi yang digunakan untuk membantu siswa dalam

mengentaskan masalah adalah konseling. Proses konseling dilakukan secara

individu dengan alasan masalah yang dialami menyangkut permasalahan

intrapersonal sehingga dimungkinkan butuh pendekatan lebih mendalam.

Intervensi yang dapat diterapkan untuk menangani masalah self-esteem

siswa salah satunya melalui konseling menggunakan pendekatan rasional emotif

perilaku. Konseling Rasional Emotif Perilaku terbukti dapat membantu

(16)

Tripamungkas (2013), konseling kelompok rasional emotif perilaku dapat

meningkatkan self esteem siswa kelas XI-IPS 4 di SMA Negeri 1 Nganjuk.

adalah Konseling Rasional Emotif Perilaku. Self-esteem rendah akan

memunculkan berbagai konflik baik konflik intrapersonal maupun interpersonal

yang bersumber dari kognisi dan emosi individu sendiri. Oleh karena itu melalui

konseling individu dengan menggunakan pendekatan Rasional Emotif Perilaku

diharapkan dapat membantu individu agar mampu mengubah pemikiran irasional

menjadi rasional. Banks & Zionts (2008) menyatakan bahwa keyakinan irasional

menjadi penyebab signifikan terjadinya gangguan emosi seperti, kecemasan, rasa

bersalah, kemarahan, dan depresi.

Konseling Rasional Emotif Perilaku mengajarkan tentang bagaimana

mengubah keyakinan irasional menjadi rasional agar emosi dan perilaku individu

menjadi lebih baik dan fungsional. Asumsi lain yang mendukung penggunaan

pendekatan Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem

siswa adalah seperti ungkapan Darminto (2007) bahwa secara khusus Konseling

Rasional Emotif Perilaku dapat diterapkan secara efektif untuk menangani

berbagai kesulitan kognisi, emosi dan perilaku yang berkaitan dengan psikologis

maupun psikopatologis. Berdasarkan pertimbangan tersebut, peneliti bermaksud

menguji keefektifan Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan

self-esteem siswa.

B.Pertanyaan Penelitian

Merujuk pada permasalahan yang telah diidentifikasi, maka pertanyaan penelitian dalam tesis ini adalah “Apakah Konseling Rasional Emotif Perilaku efektif untuk meningkatkan self-esteem siswa kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya?”

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah, penelitian bertujuan untuk

mengidentifikasi apakah Konseling Rasional Emotif Perilaku efektif untuk

(17)

D.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat secara teoritis

maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian diharapkan dapat memberikan

sumbangan konseptual terkait permasalahan self-esteem siswa dan juga

memperkaya khasanah intervensi bimbingan dan konseling yang efektif dan

efisien melalui pendekatan Konseling Rasional Emotif Perilaku.

2. Manfaat Praktis

a. Guru Bimbingan dan Konseling

Dari hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan oleh guru

bimbingan dan konseling sebagai salah satu layanan responsif dalam

pengembangan program di sekolah pada bidang pribadi-sosial.

b. Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai referensi dalam melakukan

penelitian selanjutnya tentang efektivitas Konseling Rasional Emotif

Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa dengan menggunakan

rancangan intervensi berdasarkan karakteristik setiap subjek penelitian

sehingga pelaksanaan konseling lebih optimal.

E.Sistematika Penulisan

Penulisan tesis ini terdiri dari lima bab, yakni: Bab I, Bab II, Bab III, Bab

IV, Bab V. Berikut penjelasan tentang masing-masing bab.

Bab I yaitu Pendahuluan, mendeskripsikan tentang latar belakang

penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II yaitu Konsep Dasar Konseling Rasional Emotif Perilaku dan

Self-Esteem, mendeskripsikan tentang Konseling Rasional Eotif Perilaku, Self-Esteem,

perkembangan masa remaja, kerangka berpikir, asumsi dan hipotesis penelitian.

Bab III yaitu Metode Penelitian, mendeskripsikan tentang pendekatan dan

(18)

penelitian, pengembangan instrument penelitian, tahap-tahap penelitian,

rancangan intervensi Konseling Rasional Emotif Perilaku dan analisis data.

Bab IV yaitu Hasil Penelitian dan Pembahasan, mendeskripsikan tentang

hasil studi pendahuluan, lokasi dan subjek penelitian, hasil uji efektivitas

Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan Self-Esteem siswa, dan

keterbatasan penelitian.

Bab V yaitu Simpulan dan Rekomendasi, mendeskripsikan tentang

simpulan hasil penelitian dan rekomendasi. Rekomendasi ditujukan kepada guru

(19)

Ayong Lianawati, 2015

Efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan pokok bahasan tentang pendekatan dan desain

penelitian, lokasi dan subjek penelitian, variabel penelitian, pengembangan

instrumen penelitian, tahap-tahap penelitian sampai dengan analisis data yang

digunakan dalam penelitian.

A.Pendekatan dan Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif.

Pendekatan kuantitatif dipilih karena dalam pengolahan data peneliti

menggunakan perhitungan statistik yang baku dan menyajikan hasil dalam bentuk

angka (Cresswell, 2012).

Penelitian ini menggunakan desain penelitian subjek tunggal (single

subject design). Penelitian menggunakan subjek tunggal dikarenakan penelitian

sebelumnya dari Fakihatur Rahma, tentang “Penerapan Konseling Rasional

Emotif Perilaku untuk Mengurangi Perasaan Rendah Diri Siswa Kelas XI di SMK Maskumambang 2 Gresik” dengan pendekatan desainpenelitian subjek tunggal secara empiris terbukti efektif. Penelitian tentang self-esteem dilakukan oleh

Tripamungkas (2013) dalam setting kelompok yakni berjudul efektivitas

konseling kelompok rasional emotif perilaku untuk meningkatkan self-esteem

siswa kelas XI-IPS 4 di SMA Negeri 1 Nganjuk. Peneliti memilih desain subjek

tunggal dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan skor

self-esteem secara kontinum di setiap akhir sesi konseling dari masing-masing subjek

penelitia.

Desain subjek tunggal yang digunakan adalah tipe A - B yang terdiri dari

dua kondisi yakni kondisi baseline dan intervensi. Kondisi baseline (A)

merupakan kondisi self-esteem siswa sebelum diberikan intervensi atau perlakuan.

Intervensi (B) yakni kondisi subjek penelitian selama diberikan intervensi.

(20)

kondisi baseline dilakukan 3 kali dalam 3 minggu (seminggu sekali) sampai

kondisi sampel menunjukkan hasil yang stabil. Intervensi Konseling Rasional

Emotif Perilaku dilakukan selama 5 sesi. Desain subjek tunggal digambarkan pada

bagan 3.1 berikut.

Bagan 3.1 Desain Subjek Tunggal

(Sunanto, Takeuchi & Nakata, 2006)

Keterangan:

A: Baseline (Kondisi sebelum intervensi)

B: Intervensi (Kondisi saat intervensi diberikan)

B.Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 48 Surabaya. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya tahun

ajaran 2014/2015 yang berjumlah 287 siswa. Peneliti memilih siswa kelas VIII

sebagai populasi penelitian karena siswa kelas VIII berada pada rentan usia 14-15

yang termasuk dalam kategori remaja awal. Pada usia remaja siswa kerap

mengalami permasalahan self-esteem.

Subjek penelitian dipilih menggunakan random sampling. Peneliti memilih

subjek yang memiliki self-esteem rendah sebanyak 4 siswa.

Tabel 3.1 Daftar Subjek Penelitian

Nama Subyek (Inisial) Kelas Jenis Kelamin

VLP VIII-E Perempuan

SKW VIII-E Perempuan

NGT VIII-B Perempuan

FDL VIII-D Laki-laki

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Baseline Intervensi

A B

(21)

C.Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua variabel, yakni Konseling Rasional Emotif

Perilaku sebagai variabel bebas dan self-esteem sebagai variable terikat.

1. Konseling Rasional Emotif Perilaku

Konseling Rasional Emotif Perilaku yang dimaksud dalam penelitian

ini merupakan serangkaian kegiatan pemberian bantuan yang dilakukan

peneliti kepada empat siswa kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya yang

teridentifikasi memiliki self-esteem rendah, dengan menggunakan empat teknik

yang ada dalam Konseling Rasional Emotif Perilaku yakni teknik kognitif,

emotif evokatif, teknik pencitraan, dan teknik behavioral yang secara lebih

spesifik menitikberatkan pada perubahan keyakinan irasional menjadi rasional

terkait dengan kemampuan individu dalam melakukan penyesuaian sosial

melalui tiga tahapan yaitu tahap awal (beginning stage), tahap pertengahan

(midlle stage) dan tahap akhir (ending stage). Konseling dinyatakan efektif jika

skor self-esteem siswa meningkat dari kondisi baseline ke kondisi intervensi.

konseling terdiri dari 5 sesi yang dilakukan setiap seminggu sekali selama 60

menit per sesi.

2. Self-esteem

Self-esteem yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian siswa

terhadap dirinya yang ditunjukkan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu,

cakap, layak dan berhasil sebagai seorang siswa (Coopersmith, 1967, hlm. 4)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah angket self-esteem hasil adaptasi dari

Coopersmith Self-Esteem Inventory (CSEI) yang dikembangkan oleh Coopersmith

pada tahun 1967. Alasan pengadaptasian CSEI dikarenakan konsep self-esteem

yang digunakan oleh peneliti merujuk pada teori yang dikembangkan oleh

Coopersmith. Alasan lain yang mendasari penggunaan CSEI yakni dikarenakan

angket tersebut sudah teruji validitas dan reliabilitasnya dalam mengukur

self-esteem. Coopersmith (1967) megukur reliabilitas CSEI pada 30 sampel

menunjukkan reliabilitas yang baik yakni r = 0.88, lima tahun kemudian CSEI

(22)

yakni r = 0.70. Penelitian terbaru yang menggunakan CSEI dilakukan oleh

Bayazit (2014) juga menunjukkan bahwa CSEI memiliki reliabilitas yang baik

yakni r = 0.76.

E. Pengembangan Instrumen Penelitian 1. Pengembangan Angket Self-Esteem

Pengembangan instrument self-esteem pada siswa berdasarkan

definisi operasional self-esteem yang dikemukakan oleh Coopersmith pada

bukunya yang berjudul The Antecedents of Self-Esteem pada tahun 1967

dengan aspek-aspek dan item pernyataan yang diambil dari Coopersmith

Self-esteem Inventory (CSEI). Instrumen ini disusun menggunakan skala Guttman

dengan alasan untuk memperoleh jawaban secara jelas dan tegas dengan alternatif jawaban antara “Ya” atau “Tidak”.

Tabel 3.2 Angket Self-Esteem

No.

Item Pernyataan

1 Saya menghabiskan banyak waktu untuk melamun 2 Saya cukup yakin pada diri sendiri

3 Saya sering berharap menjadi orang lain 4 Saya mudah menyukai

5 Saya dan keluarga mempunyai waktu bersenang bersama 6 Saya tidak pernah khawatir tentang apa pun

7 Saya merasa sangat sulit untuk berbicara di depan kelompok 8 Saya berharap saya lebih muda

9 Ada banyak hal tentang diri saya, jika saya mau saya akan ubah 10 Saya dapat berpikir tanpa banyak kesulitan

11 Saya orang yang sangat menyenangkan 12 Saya mudah kecewa di rumah

13 Saya selalu melakukan sesuatu hal yang benar 14 Saya bangga dengan pekerjaan sendiri

15 Seseorang selalu memeberitahu saya apa yang harus dilakukan

16 Saya membutuhkan waktu lama untuk membiasakan diri dengan suatu yang baru

17 Saya sering menyesali hal-hal yang saya lakukan 18 Saya dikenal oleh orang-orang seusia saya. 19 Keluarga saya biasanya memahami perasaan saya 20 Saya tidak pernah bahagia

21 Saya berusaha mengerjakan apa yang dapat saya kerjakan sebaik mungkin 22 Saya mudah menyerah

(23)

24 Saya merasa cukup bahagia

25 Saya lebih suka berteman dengan orang yang lebih muda dari saya. 26 Keluarga saya sangat berharap pada saya

27 Saya suka dengan semua orang yang saya kenal 28 Saya ingin diperhatikan ketika dalam kelompok 29 Saya memahami diri saya

30 Hal yang paling sulit adalah menjadi diri sendiri 31 Segala sesuatu bercampur dalam hidup saya 32 Orang-orang biasanya menyetujui ide saya

33 Tidak ada orang yang memberikan perhatian pada saya saat di rumah 34 Saya tidak pernah dimarahi

35 Saya tidak mengerjakan pekerjaan saya dengan baik seperti yang saya harapkan

36 Saya dapat menentukan pilihan dan berpegang teguh pada pilihan tersebut 37 Saya sangat tidak suka menjadi laki-laki atau perempuan

38 Saya merasa pendapat saya kurang bagus 39 Saya tidak suka menjadi orang lain 40 Seringkali saya ingin pergi dari rumah 41 Saya tidak pernah merasa malu

42 Saya sering merasa kecewa

43 Saya sering merasa malu pada diri sendiri 44 Muka saya tidak seelok orang pada umumnya

45 Jika ada sesuatu yang harus katakana, biasanya akan saya katakan 46 Orang-orang sering mengerjai saya

47 Keluarga saya memahami saya 48 Saya selalu berkata benar

49 Pimpinan atau supervisor membuat saya merasa tidak cukup berkualitas 50 Saya tidak peduli apa yang terjadi pada saya

51 Saya merasa gagal

52 Saya mudah merasa kesal apabila dimarahi

53 Saya kurang begitu disukai, tidak seperti sebagian besar orang 54 Biasanya saya merasa seolah-olah keluarga terlalu menekan saya 55 Saya tahu apa yang harus saya katakan kepada orang lain

56 Saya sering merasa berkecil hati

57 Tidak ada sesuatu hal yang mengganggu saya 58 Saya tidak bisa diandalkan

2. Penimbangan Instrumen (expert judgement)

Penimbangan instrumen dilakukan untuk memperoleh butir-butir item

pernyataan yang sesuai dengan kondisi permasalahan self-esteem remaja di

Indonesia ditinjau dari aspek-aspek self-esteem berdasarkan Coopersmith

Self-Esteem Inventory (CSEI). Instrumen penelitian ditimbang oleh tiga pakar yang

(24)

Ketiga pakar penimbang tersebut adalah (1) Eri Kurniawan, P. hD. yang

merupakan pakar dalam alih bahasa, (2) Prof. Dr. Syamsu Yusuf L. N., M.Pd.

dan (3) Dr. Tina Hayati Dahlan, M.Pd., Psikolog. yang merupakan pakar

bidang Bimbingan dan Konseling (BK). Setelah memperoleh penilaian dari

ketiga pakar instrumen direvisi sesuai dengan saran dan masukan dari para

penimbang.

3. Uji Keterbacaan Instrumen

Instrumen yang telah dinilai dan direvisi selanjutnya ditelaah oleh tujuh

responden dari kalangan siswa kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya untuk

mengetahui apakah setiap butir pernyataan dapat dan mudah dipahami oleh

responden.

4. Uji Empirik Instrumen

Uji coba empirik (field-test) dilakukan dalam situasi dan kondisi

administrasi testing yang sebenarnya sehingga respon atau jawaban subjek

merupakan respon yang sesungguhnya. Oleh karena itu, subjek tidak boleh

mengetahui bahwa pengenalan skala yang bersangkutan sebenarnya dilakukan

sebagai suatu uji coba (Azwar, 2014, hlm. 77). Uji coba empirik dilakukan

secara acak kepada 64 siswa kelas VIII dari salah satu SMP Swasta di

Surabaya.

5. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Pengujian instrumen dilakukan kepada 64 siswa kelas VIII SMP

Swasta d Surabaya. Uji coba dilakukan guna untuk mengetahui ketepatan

(validity) dan keterandalan (reliability) instrumen.

a. Uji Validitas Butir Item

Instrumen yang valid dapat digunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya dikur (Sugiyono, 2011, hlm. 121). Semakin tinggi nilai

validasi item pernyataan maka instrumen yang digunakan semakin valid.

Pengujian validitas butir item yang dilakukan dalam penelitian adalah

seluruh item dalam angket pengungkap self-esteem siswa.

Uji validitas item angket terlebih dahulu dihitung untuk mencari

korelasi antar bagian alat ukur secara keseluruhan dengan cara

(25)

jumlah skor tiap item. Pengolahan data hasil uji coba diolah secara statistik

dengan bantuan layanan Microsoft Excel 2010. Pengujian validitas

instrumen berupa skor dikotomi menggunakan korelasi point biserial

dengan rumus berikut.

p = Proporsi dari orang yang menjawab benar pada item ke-i

1-p = Proporsi dari orang yang menjawab salah pada item ke-i

X

= Standar deviasi pada test untuk semua orang

Pengujian validitas dilakukan terhadap 58 item pernyataan

dengan jumlah subjek 64 siswa. Dari 58 item diperoleh 49 item yang valid

dan 9 item tidak valid.

Tabel 3.3

Hasil Uji Coba Instrumen self-esteem

No item

Keriteria pemilihan item yang valid berdasarkan koefisien

korelasi item total ≥ 0,30 maka dapat dipilih item dengan daya

diskriminasi tertinggi jika jumlah item yang dispesifikasikan dapat

mencakup kriteria yang hendak diukur. Sebaliknya, apabila jumlah item

(26)

sedikit menurunkan batas koefisien korelasi item total menjadi ≥ 0,25

(Azwar, 2014). Berdasarkan asumsi tersebut maka diperoleh 23 item

pernyataan dari 49 pernyataan valid yang dipakai karena memiliki

koefisien korelasi ≥ 0,25.

Reabilitas suatu instrument penelitian dikatakan baik dan

dipercaya apabila menunjukkan data yang ajeg sesuai dengan kenyataan

(Arikunto, 2005, hlm. 86).

Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen, data uji coba

diolah secara statistik dengan memanfaatkan layanan Microsoft Excel

2010. Pengujian reliabilitas diberi skor berupa skor dikotomi. Untuk

mencari koefisien reliabilitas digunakan koefisien Reliabilitas Kuder

Richardson 20 (KR-20) dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

KR-20 =

 

S2 = Varians skor keseluruhan

p = Proporsi yang mendapatkan nilai benar untuk setiap item

(1-p) = Proporsi yang mendapatkan nilai salah untuk setiap item

Kriteria reliabilitasnya adalah jika KR-20 0,70 maka dimensi

angket reliabel (konsisten) dan jika KR-20 < 0,70 maka dimensi angket

tidak reliabel. Ketentuan ini juga sejalan dengan Fraenkel dan Wallen

(1993) yang mempunyai patokan sedikitnya 0,70 sebagai harga minimal

(27)

Hasil perhitungan uji coba instrumen diperoleh harga reliabilitas

sebesar 0,84 yang artinya bahwa derajat keterandalan instrumen yang

digunakan sangat tinggi dan dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data.

Kriteria untuk mengetahui tingkat reabilitas, digunakan

klasifikasi kriteria yang dikemukakan oleh Riduwan (2006, hlm. 138)

sebagai berikut:

Setiap item pernyataan pada alternatif jawaban diberi skor 1 dan 0. Skor

1 diberikan apabila siswa mengisi jawaban pada kolom “Ya” dan apabila siswa

mengisi jawaban pada kolom “Tidak” maka diberi skor 0, ketentuan tersebut

berlaku untuk item pernyataan positif. Ketentuan pemberian skor angket

self-esteem sebagai berikut.

Tabel 3.6

Pemberian Skor Alternatif Jawaban

7. Kategorisasi Tingkat Self-esteem

Kategorisasi tingkat self-esteem dengan rentan dan kategorisasi

berdasarkan kategorisasi yang dikemukakan Azwar (2014, hlm. 149) disajikan

(28)

F. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi

langkah-langkah sebagai berikut.

1. Studi Pendahuluan

Menyebarkan angket self-esteem kepada seluruh siswa kelas VIII

SMP Negeri 48 Surabaya untuk mengetahui profil self-esteem yang dimaksud

dalam penelitian. Hasil angket kemudian dianalisis untuk mengetahui kategori

siswa yang memiliki self-esteem tinggi, sedang dan rendah. Selanjutnya,

peneliti memilih 4 siswa yang termasuk dalam kategori self-esteem rendah

untuk dijadikan subjek penelitian.

2. Pengukuran Kondisi Baseline

Dilakukan dengan rentan waktu yang konsisten sampai mendapat

kecenderungan data yang stabil. Pengukuran kondisi baseline dilakukan

kepada 4 siswa yang menjadi subjek penelitian.

3. Rancangan Intervensi Konseling Rasional Emotif Perilaku

Konseling Rasional Emotif Perilaku dirancang untuk meningkatkan

self-esteem siswa dengan berfokus pada kemampuan siswa dalam menilai dan

mengevaluasi dirinya secara rasional. Rancangan intervensi disusun secara

umum untuk membantu siswa dalam meningkatkan self-esteem. Terkait

permasalahan setiap siswa berbeda-beda, pelaksanaan intervensi dilapangan

dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan permasalahan masing-masing siswa.

G. Rancangan Intervensi Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk Meningkatkan Self-Esteem Siswa

1. Rasional

Self-esteem merupakan pusat dari diri individu yang menjadi dasar

dalam membangun kepribadian yang unggul (Minchinton, 1995, hlm. 20).

Salah satu alasan pentingnya memahami self-esteem adalah untuk membantu

idividu dalam mempelajari hal-hal tentang diri sendiri, seperti individu sebagai

(29)

dan tindakannya, tujuan hidup dalam jangka pendek maupun panjang,

hubungan individu dengan lingkungan sosialnya dan laju kehidupan yang

dijalani (Mruk, 2006, hlm. 3).

Masa yang rentan mengalami permasalahan self-esteem rendah adalah

perkembangan pada masa remaja. Remaja yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah siswa yang duduk dibangku sekolah menengah pertama (SMP) dengan

kisaran usia antara 14-15 tahun. Sekolah yang dipilih menjadi lokasi penelitian

adalah SMP Negeri 48 Surabaya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan

dengan guru bimbingan dan konseling SMP Negeri 48 Surabaya, siswa SMP

Negeri 48 Surabaya dilihat dari segi ekonomi sebagian besar berasal dari

keluarga dengan tingkat ekonomi menengah kebawah. Tidak sedikit siswa

yang menganggap dirinya tidak mampu bersaing dengan sekolah lain. Jiwa

kompetitif seperti keikutsertaan dalam olimpiade juga kurang diminati oleh

siswa karena berfikir pasti akan kalah dengan sekolah-sekolah favorit lain yang

ada di Surabaya.

Berdasarkan studi pendahuluan dengan menggunakan angket

self-esteem terhadap seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya atau 287

siswa diketahui; 20.21% (58) siswa termasuk dalam kategori self-esteem

rendah, 64.11% (184) siswa termasuk dalam kategori sedang dan 15.68% (45)

siswa termasuk dalam kategori tinggi. Hasil wawancara dengan siswa yang

termasuk dalam kategori self-esteem rendah mengatakan bahwa dirinya merasa

tidak berkompeten dan cenderung tidak percaya diri dalam berbagai hal, baik

dalam hal akademik maupun sosial.

Banyaknya siswa yang memiliki self-esteem rendah seyogianya

mendapat perhatian lebih dari pihak-pihak terkait agar siswa mampu

mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya. Jika siswa memiliki

self-esteem rendah maka akan berdampak pada banyaknya masalah. Masalah yang

mungkin akan timbul karena self-esteem rendah antara lain: (1) mempersepsi

diri sendiri tanpa rasa hormat dan rasa mencintai, (2) mengabaikan diri sendiri

meskipun tidak membenci diri sendiri, tetapi sering mengharapkan orang lain

memberikan penghargaan terhadap dirinya, (3) menunjukkan perilaku dalam

(30)

beridentifikasi secara berlebihan terhadap peran-peran tertentu, (5) tidak

membiarkan orang lain akrab secara psikologis dengan dirinya, (6) perilaku

yang senantiasa berubah-ubah dalam memilih teman dan mitra kerja, (7) tidak

mampu memaafkan diri sendiri, (8) menemukan dirinya dengan cara-cara

negatif (Cavanagh dan Levitov, 2002).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membantu siswa

meningkatkan self-esteem di sekolah yakni melalui penyelenggaraan kegiatan

bimbingan dan konseling seperti layanan responsive. Layanan responsif

merupakan layanan bantuan bagi siswa yang memiliki kebutuhan atau masalah

yang memerlukan bantuan pertolongan dengan segera. (Yusuf dan Nurihsan,

2008, hlm. 28). Layanan ini bersifat kuratif sehingga strategi yang digunakan

untuk membantu siswa dalam mengentaskan masalah adalah konseling. Proses

konseling dilakukan secara individu dengan alasan masalah yang dialami

menyangkut permasalahan intrapersonal sehingga dimungkinkan butuh

pendekatan lebih mendalam.

Dari berbagai macam pendekatan konseling yang ada, pendekatan

konseling yang diasumsikan relevan dalam membantu permasalahan

self-esteem adalah Konseling Rasional Emotif Perilaku. Self-esteem rendah akan

memunculkan berbagai konflik baik konflik intrapersonal maupun

interpersonal yang biasanya bersumber dari kognisi dan emosi individu itu

sendiri. Oleh karena itu melalui konseling individu dengan menggunakan

pendekatan Rasional Emotif Perilaku diharapkan dapat membantu individu

agar mampu mengubah pemikiran irasional menjadi rasional. Banks (2008)

menyatakan bahwa keyakinan irasional menjadi penyebanb signifikan

terjadinya gangguan emosi seperti, kecemasan, rasa bersalah, kemarahan, dan

depresi.

Konseling Rasional Emotif Perilaku mengajarkan individu tentang

bagaimana menggantikan keyakinan irasional menjadi keyakinan rasional

untuk mengubah perasaan dan perilaku individu menjadi lebih baik dan lebih

fungsional. Asumsi lain yang mendukung penggunaan pendekatan konseling

rasional emotif perilaku untuk meningkatkan self-esteem adalah sebagaimana

(31)

konseling Rasional Emotif Perilaku dapat diterapkan secara efektif untuk

menangani berbagai kesulitan kognisi, emosi dan perilaku yang berkaitan

dengan psikologis maupun psikopatologis. Berdasarkan pertimbangan tersebut,

penelitian bermaksud untuk menguji keefektifan konseling individu dengan

menggunakan pendekatan Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan

self-esteem siswa.

2. Tujuan Intervensi

Tujuan intervensi Konseling Rasional Emotif Perilaku adalah untuk

meningkatkan self-esteem siswa dengan memanfaatkan kemampuan yang

dimiliki dengan merubah cara berpikir yang irasional menjadi rasional dan

realistis.

Tujuan intervensi sesuai dengan kompetensi dasar dalam program

bimbingan dan konseling ASCA pada bidang pribadi sosial yakni siswa

memperoleh sikap, pengetahuan dan ketrampilan intrapersonal yang dapat

membantu siswa dalam memahami dan menghargai diri sendiri serta orang

lain.

3. Asumsi Intervensi

Asumsi intervensi Konseling Rasional Emotif Perilaku adalah

sebagai berikut.

a. Individu memainkan peran penting dalam kesulitannya melalui

caranya dalam menginterpretasikan situasi atau peristiwa dilingkungan

(masalah bersumber dari kognisinya). (Ellis dalam Darminto, 2007)

b. Restrukturisasi dalam Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk

mengubah disfungsional kognitif antara lain tentang tanggung jawab

terhadap masalah emosi yang dialaminya, memiliki gagasan bahwa

dirinya mampu dalam mengubah gangguan yang dialami secara

signifikan (Corey, 2007)

4. Kompetensi Pelaksana Intervensi

Pelaksanaan Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk

meningkatkan self-esteem siswa seyogianya didukung kompetensi memadai

yang dimikili oleh peneliti sekaligus berperan sebagai pemberi intervensi.

(32)

a. Memiliki pemahaman dan pengetehatuan yang memadai mengenai

konsep self-esteem.

b. Memiliki pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan dalam

pelaksanaan Konseling Rasional Emotif Perilaku.

c. Memahami karakteristik siswa yang merupakan subjek penelitian.

d. Menunjukkan penerimaan tanya syarat terhadap konseli sebagai

manusia yang tidak lepas dari kesalahan.

e. Mampu berperan sebagai motivator yang aktif-direktif serta

komunikator yang terampil selaku mitra terapeutik bagi konseli.

5. Sasaran Intervensi

Sasaran intervensi Konseling Rasional Emotif Perilaku adalah siswa

SMP Negeri 48 Surabaya yang teridentifikasi memiliki self-esteem rendah.

Pemilihan siswa yang memiliki self-esteem rendah dilakukan berdasarkan

tujuan dari penelitian yaitu menguji keefektifan Konseling Rasional Emotif

Perilaku untuk meningkatan self-esteem siswa.

6. Prosedur Pelaksanaan Intervensi Konseling Rasional Emotif Perilaku Intervensi Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan

self-esteem siswa berlangsung 5 sesi. Masing-masing sesi intervensi konseling

dilaksanakan dengan waktu kurang lebih 60 menit dalam satu kali pertemuan

setiap minggunya.

Keseluruhan sesi intervensi mencakup tiga tahap utama dan sepuluh

sub-tahap dalam Konseling Rasional Emotif Perilaku sebagaimana

dikemukakan oleh Windy Dryden & Michael Neenan (2004, hlm. 73). Berikut

adalah tahapan utama dan sub-tahap pelaksanaan Konseling Rasional Emotif

Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa.

1) Tahap awal (beginning stage)

a) Membangun aliansi kerja

b) Mengajarkan model ABC pada konseli

2) Tahap pertengahan (middle stage)

a) Mengatasi keraguan-keraguan konseli

b) Mempertimbangkan untuk mengubah fokus masalah

(33)

d) Mendorong konseli untuk terlibat dalam tugas-tugas yang relevan

e) Membantu konseli menginternalisasikan keyakinan rasional baru

dengan menggunakan teknik-teknik utama dalam konseling

rasional emotif perilaku

f) Mengatasi hambatan terhadap perubahan

g) Mendorong konseli untuk memelihara dan meningkatkan apa yang

telah dicapai

h) Mendorong konseli untuk menjadi konselor bagi dirinya sendiri

3) Tahap akhir (ending stage)

Tahap akhir adalah tahap dimana siswa sudah menunjukkan

peningkatan self-esteem sekaligus pertemuan penutup. Dalam tahap

akhir peneliti diperkenankan memberikan penghargaan terhadap

konseli atas peran aktif dalam mengikuti sesi intervensi konseling.

7. Teknik Konseling yang Digunakan

Setiap sesi konseling menggunakan beragam teknik yang ada dalam

pendekatan Rasional Emotif Perilaku, yang mencakup teknik Kognitif, teknik

pencitraan, teknik emotif-evokatif, dan teknik behavioral. Berikut teknik yang

digunakan disetiap sesinya.

1) Pada sesi 1, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a) Konseli diminta membayangkan gambaran mengenai peristiwa negatif

yang menjadi peristiwa pemicu (A) dan mengubah emosi negatif tidak

sehat yang mengiringi peristiwa negative tersebut menjadi emosi

negatif yang sehat atau disebut Pencitraan rasional emotif (rational

emotive imagery),

b) Konselor menceritakan kepada konseli pengalaman pribadinya ketika

menghadapi suatu masalah, keyakinan irrasional yang muncul saat itu

ada dan bagaimana mengatasi keyakinan irrsional tersebut atau

keterbukaan diri konselor (counselor self-disclosure).

c) Konseli diberikan tugas rumah yang berkaitan dengan kognitifnya.

Setelah koseli terampil dalam pengisian formulir, konseli didorong

untuk lebih aktif mempertanyakan keyakinan irasional dan rasional

(34)

2) Pada sesi 2, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a) Konseli diajak untuk mempraktikkan latihan-latihan fisik dan psikis

agar dapat merasa rileks, konsentrasi, mengontrol emosi, mengurangi

ketegangan dan mengendurkan syaraf-syaraf.

b) Konselor membacakan cerita atau kisah yang dapat meneguhkan

keyakinan rasional dan menunjukkan kepada konseli bahwa banyak

sumber rasionalitas yang dapat digunakan selain metode standart

dalam konseling atau disebut juga teknik cerita dan kisah (stories,

mottoes, parables, and aphorisms).

3) Pada sesi 3, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a) Koseli diajak untuk mempraktikkan latihan-latihan fisik dan psikis

agar dapat merasa rileks, konsentrasi, mengontrol emosi, mengurangi

ketegangan dan mengendurkan syaraf-syaraf.

b) Konseli disuruh mempertanyakan hal-hal tentang kayakinan irrasional

yang harus ditantang dan diubah atau DIBS (disputing irrational

beliefs).

c) Konseli diminta untuk menggunakan kalimat yang lebih positif untuk

mengekspresikan keyakinan rasional seperti mengganti “tidak bisa

melakukan” dengan “belum melakukan” atau dikenal juga dengan

sebutan Presisi semantic (semantic precision).

d) Konseli diminta membuat daftar yang memuat tentang sisi negatif dan

sisi positif dari permasalahan yang dialami atau suatu konsep tertentu

atau mereferensikan (referenting).

e) Konseli diberikan tugas rumah yang berkaitan dengan kognitifnya.

Setelah koseli terampil dalam pengisian formulir, konseli didorong

untuk lebih aktif mempertanyakan keyakinan irasional dan rasional

tanpa menggunakan formulir atau cognitive homework forms.

4) Pada sesi 4, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a) Konseli menuliskan pernyataan rasional untuk mengahadapi masalah

dalam sebuah kartu ukuran 5x3cm dan menggunakannya sebagai

(35)

b) Konseli diminta membayangkan suatu situasi dimana ia menggunakan

keyakinan irrasional kemudian mengganti dengan keyakinan rasional

(coping imagery).

5) Pada sesi 5, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a) Konseli diberikan hukuman atau hadiah setiap kali gagal atau berhasil

melakukan suatu tugas (Hadiah dan hukuman)

b) Konseli mempraktikkan bagaimana “diri rasional” bertindak dalam

menghadapi berbagai keadaan (gladi perilaku).

8. Format Isian Tertulis

Format yang digunakan dalam Konseling Rasional Emotif Perilaku

berjumlah empat macam yakni; angket Self-esteem, jurnal kegiatan, lembar

monitoring diri, dan lembar observasi. Format angket self-esteem, jurnal

kegiatan dan lembar monitoring diri diisi oleh siswa dan lembar observasi

diisi oleh peneliti. Berikut penjelasan tentang format-format tersebut.

1) Angket self-esteem merupakan instrument pengungkap self-esteem

yang diadaptasi dari Coopersmith Self-Esteem Inventory (CSEI) yang

dikembangkan oleh Coopersmith pada tahun 1967.

2) Jurnal kegiatan, lembar monitoring diri, dan lembar observasi

dirancang sesuai dengan komponen yang ada dalam Konseling

Rasional Emotif Perilaku. Format-format isian tersebut diuji

keterbacaan oleh beberapa siswa kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya.

9. Evaluasi dan Indikator Keberhasilan

Evaluasi terhadap keberhasilan intervensi Konseling Rasional Emotif

Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa menggunakan angket

self-esteem yang diberikan kepada siswa. Selain evaluasi keberhasilan secara

umum, evaluasi proses juga dilakukan dengan melihat pencapaian tujuan pada

setia sesi dengan menggunakan jurnal kegiatan, lembar monitoring diri dan

lembar observasi.

Indikator keberhasilan pada masing-masing sesi adalah sebagai

berikut.

(36)

1) Siswa menyatakan kesungguhannya dalam mengikuti setiap sesi

konseling sampai pada sesi akhir yakni sesi 5.

2) Siswa mampu memahami secara garis besar proses Konseling Rasional

Emotif Perilaku (memahami model ABCDEF)

3) Siswa mampu mendeskripsikan siapa dirinya, kelebihan dan

kekurangannya.

4) Siswa memahami konsep self-esteem dan aspek-aspek self-esteem

5) Teridentifikasinya pikiran irasional sebagai penyebab self-esteem

rendah.

6) Siswa memahami permasalahan yang dihadapi dan penting untuk

segera ditangani.

b. Pada sesi 2, indikator keberhasilannya adalah sebagai berikut.

1) Siswa mampu mengidentifikasi berbagai pikiran irasionalnya dan

menggantikan dengan pikiran rasional.

2) Siswa mampu mengaplikasikan model ABC dan DEF

3) Self-esteem siswa meningkat yang ditunjukkan berdasarkan hasil

angket self-esteem, format isian rekaman pikiran, jurnal 2 dan lembar

monitor diri.

c. Pada sesi 3, indikator keberhasilannya adalah sebagai berikut.

1) Siswa mampu menyusun rencana untuk meningkatkan self-esteem

serta upaya peningkatan kekuasaan.

2) Self-esteem siswa meningkat yang ditunjukkan berdasarkan hasil

angket self-esteem, jurnal 3 dan lembar monitor diri.

d. Pada sesi 4, indikator keberhasilannya adalah sebagai berikut.

1) Siswa mampu berpikir secara logis dan sistematis sehingga dapat

meminimalkan munculnya keyakinan irasional.

2) Self-esteem siswa meningkat yang ditunjukkan berdasarkan hasil

angket self-esteem, jurnal 4 dan lembar monitor diri.

e. Pada sesi 5, indikator keberhasilannya adalah sebagai berikut.

1) Siswa mampu menjadi konselor bagi dirinya sendiri sebagai upaya

(37)

2) Self-esteem siswa meningkat yang ditunjukkan berdasarkan hasil

angket self-esteem, jurnal 4 dan lembar monitor diri.

H. Analisis Data

Untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai efektivitas Konseling

Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa maka digunakan

dua teknik analisis data, yakni analisis visual dan analisis statistik.

1. Analisis Visual

Dalam penelitian ini, analisis data menggunakan statistik deskriptif

sederhana. Analisis data dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh intervensi

terhadap sasaran perilaku yang hendak diintervensi dengan menggunakan

analisis visual. Analisis visual yakni analisis dengan cara melakukan

penggalian data secara langsung dan hasilnya ditampilkan dalam bentuk grafik

(split-middle technique). Barlow, Nock & Hersen (2008) menjelaskan bahwa

bukti adanya intervensi yang efektif ditunjukkan oleh adanya perbedaan yang

berarti antara nilai rata-rata kondisi subjek. Karena jenis data yang dianalisis

merupakan data nominal maka dalam penelitian ini menggunakan skor modus.

Untuk itu komponen penting yang dianalisis dengan cara ini adalah banyaknya

data dalam setiap kondisi yang dikenal dengan panjang kondisi (level) dan

kecenderungan arah grafik (trend).

2. Analisis Statistik

Untuk melihat keefaktifan perubahan data yang terjadi pada subyek

maka dilakukan analisis statistik sederhana. Nourbakhsh & Ottenbacher

(1994) menjelaskan teknik dua standart deviasi (two standart deviation

method) adalah teknik analisis statistik yang digunakan untuk melihat

efektivitas antara kondisi baseline dan intervensi.

Untuk mempertegas pengaruh intervensi maka selanjutnya dianalisis

dengan menghitung percentage Non-Overlapping Data (PND) antara kondisi

baseline dengan kondisi intervensi (Morgan & Morgan, 2009). Karena

Konseling Rasional Emotif Perilaku diharapkan dapat meningkatkan

self-esteem siswa maka PND dihitung dengan menggunakan data yang paling

(38)

khusus, analisis visual dan deskriptif dilakukan dengan tujuan memeriksa

jumlah titik pada kondisi intervensi yang berada dibawah garis titik terbawah

pada baseline. Pedoman interpretasi skor PND menggunakan panduan dari

Morgan & Morgan (2008).

Tabel 3.8

Interpretasi skor Percentage Non-Overlapping Data (PND)

Nilai PND Interpretasi >90% Sangat efektif

70 – 90% Efektif

50 70% Dipertanyakan

(39)

Ayong Lianawati, 2015

BAB V

SIMPULAN DN REKOMENDASI

Pada bab ini dikemukakan mengenai simpulan dari hasil penelitian dan

rekomendasi penelitian bagi guru Bimbingan dan Konseling dan Peneliti

selanjutnya.

A. Simpulan

Berdasarkan hasil uji efektivitas, dapat disimpulkan bahwa Konseling

Rasional Emotif Perilaku efektif untuk meningkatkan self-esteem empat siswa

yang menjadi subjek penelitian. Efektivitas tersebut dapat dilihat dari adanya

kenaikan skor self-esteem berdasarkan analisis grafik pada kondisi baseline dan

intervensi. Tiga subjek penelitian yakni VLP, SKW dan FDL mengalami

peningkatan pada empat aspek self-esteem dan subjek NGT tidak meningkat pada

aspek kompetensi.

Secara khusus, selain dilihat dari perubahan berdasarkan analisis grafik

pada kondisi baseline dan intervensi, perubahan juga dilihat dari perilaku empat

subjek penelitian sebelum dan setelah diberikan intervensi Konseling Rasional

Emotif Perilaku. Masing-masing subjek penelitian menunjukkan perubahan yang

positif terkait dengan permasalahan yang dialaminya.

Gambaran singkat perubahan pada masing-masing subjek penelitian.

VLP yang awalnya mengganggap dirinya adalah sosok yang bodoh dan tidak

mampu dalam bidang akademik memunculkan perilaku pasif ketika dikelas serta

tidak berani mencoba hal baru. Perilaku yang ditampakkan VLP sedikit berubah

selama intervensi. VLP sudah mulai berani untuk bertanya kepada guru ketika ada

materi yang tidak dimengerti. SKW mengganggap dirinya jelak secara fisik dan

dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi sehingga dirinya merasa tidak

pantas punya teman. Perilaku yang muncul yakni SKW sering menyendiri dan

sulit untuk mengenal orang baru. hasil akhir dari pelaksanaan intervensi selama

lima minggu SKW mampu mengenal dan menjalin pertemanan terhadap dua

(40)

Ayong Lianawati, 2015

orang lain. NGT merasa nasibnya tidak sebaik teman-temannya dan merasa

kurang beruntung karena keluarganya tidak memberikan perhatian yang ia

perlukan. Di sekolah NGT cenderung menghindar dan menarik diri dari

lingkungan yang berdampak pula pada proses belajarnya. Ketika ada tugas

kelompok NGT jarang sekali untuk ikut untuk belajar kelompok. Selama

intervensi NGT mulai bisa memahami kondisi keluarganya, akan tetapi dalam hal

yang berkaitan dengan akademik ia sulit untuk merubahnya. FDL adalah siswa

yang suka bertingkah semaunya sendiri dan sering melanggar peraturan sekolah.

FDL seringkali keluar kelas ketika jam pelajaran. Hal tersebut ia lakukan karena

ketika di rumah segala perilakunya selalu dikendalikan oleh orang tuanya. Akhir

dari pelaksanaan intervensi FDL mulai bisa mengurangi intensitas kebiasaan

keluar pada saat jam pelajaran.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, rekomendasi untuk guru Bimbingan

dan Konseling, peneliti selanjutnya adalah:

1. Guru Bimbingan dan Konseling

Hasil penelitian menunjukkan Konseling Rasional Emotif

Perilaku efektif untuk meningkatkan self-esteem siswa. Guru Bimbingan

dan Konseling dapat menggunakan pendekatan Rasional Emotif Perilaku

untuk meningkatkan self-esteem siswa. Dalam pelaksanaan intervensi ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru Bimbingan dan Konseling,

antara lain:

a. Pelaksana intervensi yang belum mendapatkan lisensi sebagai konselor

(sudah menempuh program profesi konselor) dapat melakukan

konsultasi secara intensif kepada konselor untuk setiap sesi konseling.

b. Waktu atau jam pemberian intervensi menjadi salah satu pertimbangan

yang harus diperhatikan karena berkaitan dengan kondisi psikologis

konseli. Kondisi fisik konseli berpengaruh terhadap keefektifan proses

(41)

Ayong Lianawati, 2015

c. Dalam membangun hubungan baik dengan konseli diperlukan

kesabaran dari pelaksana intervensi. Ketika konseli belum merasa

nyaman dengan keberadaan fasilitator maka konseli cenderung tertutup

terhadap permasalahannya.

d. Penggunaan Konseling Rasional Emotif Perilaku cocok untuk

karakteristik konseli yang aktif dan terbuka.

2. Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya ketika menggunakan Konseling Rasional

Emotif Perilaku sebagai salah satu pendekatan untuk membantu

permasalahan konseli hendaknya memperhatikan beberapa hal, antara lain:

a. Rancangan intervensi yang dijadikan sebagai dasar pemberian bantuan

hendaknya dirancang untuk masing-masing subjek penelitian

berdasarkan karakteristik masalah yang dihadapi konseli karena satu

rancangan intervensi kurang optimal jika digeneralisasikan untuk

empat subjek penelitian.

b. Instrumen yang diberikan kepada konseli di setiap akhir sesi konseling

hendaknya dilakukan pengacakan item pernyataan untuk menghindari

kebosanan konseli dalam mengisi dan untuk menghindari bias

Gambar

Tabel 3.1  Daftar Subjek Penelitian
Tabel 3.2 Self-Esteem
Tabel 3.3
Tabel 3.4
+2

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian yang dilaksanakan menggunakan penelitian tindakan bimbingan konseling (PTBK), yaitu penerapan konseling rasional emotif dengan teknik modeling untuk

Sejalan dengan pemaparan tersebut dan berdasarkan hasil refleksi yang dilaksanakan, ternyata pemberian layanan konseling perorangan dengan penerapan konseling rasional emotif

Alasan penggunaan KREB sebagai alternatif untuk meningkatkan SRL siswa adalah: (1) teori rasional emotif behavioral merupakan teori yang sudah cukup jelas akar

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh konseling rasional emotif formula ABC dalam meningkatkan self efficacy siswa, (2) mengetahui pengaruh

(2) Adanya perbedaan pengaruh kelompok eksperimen yang diberikan konseling rasional emotif formula ABC dengan kelompok kontrol yang diberikan perlakuan sesuai layanan

Maka, alternatif bantuan yang dapat diberikan untuk membantu meningkatkan percaya diri siswa adalah dengan menggunakan konseling rasioanal emotif perilaku karena

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang berbunyi “konseling rasional emotif perilaku dapat menurunkan tingkat fanatisme

Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima.Artinya setelah diberi layanan konseling kelompok rasional emotif perilaku, siswa yang sebelumnya mempunyai skor menarik