TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagaian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah
Ahmad Fakhri Hutauruk 1200947
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
Oleh:
Ahmad Fakhri Hutauruk
S.Pd. Universitas Negeri Medan, 2010
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan Sejarah
© Ahmad Fakhri Hutauruk 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
PADA PEMBELAJARAN SEJARAH
(Penelitian Naturalistik Pembelajaran Sejarah Lokal
di Kelas XI IPS SMA Al-Ulum Medan)
Oleh:
AHMAD FAKHRI HUTAURUK 1200947
Telah Disetujui dan Disahkan Oleh:
Pembimbing I,
Dr. Agus Mulyana, M.Hum NIP. 19660808 199103 1 002
Pembimbing II,
Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd NIP. 19570408 198403 1 003
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Pernyataan
Abstrak
Kata Pengantar
Ucapan Terimakasih
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN TEORI ... 10
A. Pembelajaran Sejarah Menggunakan Biografi ... 10
1. Definisi Biografi ... 10
2. Pentingnya Biografi dalam Pembelajaran Sejarah ... 13
3. Pembelajaran Biografi dari Adejunmobi ... 16
B. Sejarah Lokal dalam Pembelajaran Sejarah ... 17
1. Definisi Sejarah Lokal ... 17
2. Pentingnya Sejarah Lokal dalam Pembelajaran Sejarah ... 20
3. Pembelajaran Sejarah Lokal ... 22
C. Nilai Multikulturalisme dalam Pembelajaran Sejarah ... 27
1. Defenisi Nilai ... 27
2. Defenisi dan Ruang Lingkung Multikulturalisme ... 30
3. Pembelajaran Multikultural dari James A Banks ... 34
D. Biografi Tjong A Fie ... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 58
A. Lokasi Penelitian ... 58
B. Metode Penelitian ... 58
C. Teknik Pengumpulan Data ... 61
1. Observasi ... 61
2. Wawancara ... 62
3. Dokumentasi ... 64
D. Teknik Analisis Data ... 65
1. Reduksi Data ... 66
2. Penyajian Data ... 68
3. Penarikan Kesimpulan dan Verfikasi ... 70
E. Verifikasi Data ... 71
1. Triangulasi ... 71
2. Member Check ... 72
3. Expert Opinion ... 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 74
A. Deskrispi Sekolah ... 74
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 78
1. Nilai-Nilai Multikultural dalam Biografi Tjong A Fie... 78
2. Pelaksanaan Pembelajaran Multikultural ... 92
3. Hasil Pembelajaran Multikultural ... 129
4. Kendala dan Solusi Pembelajaran ... 137
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 150
A. Kesimpulan ... 150
B. Rekomendasi ... 152
DAFTAR PUSTAKA ... 153
XI IPS SMA Al-Ulum Medan)
Penelitian ini dilatar belakangi lemahnya pembelajaran sejarah berbasis multikultural pada peserta didik jenjang SMA, karakteristik kota Medan yang multietnik menjadi dasar diberlakukannya pembelajaran sejarah menggunakan biografi Tjong A Fie. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisa bagaimana penggunaan biografi Tjong A Fie dalam mewujudkan multikulturalisme dalam pembelajaran sejarah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian naturalistik dengan teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis datanya dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan simpulan.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa Pertama, nilai-nilai multikultural yang terkandung dalam biografi Tjong A Fie adalah mampu belajar hidup dalam perbedaan, membangun saling percaya (mutual trust), memelihara saling pengertian (mutual understanding), menjunjung sikap saling menghargai (mutual respect), terbuka dalam berpikir, apresiasi dan interdepedensi, dan resolusi konflik. Kedua, pada pelaksanaan pembelajaraan sejarah tersebut materi Tjong A Fie diajarkan oleh guru sebagai hidden curriculum, pembelajaran tersebut berlangsung di kelas dan Tjong A Fie Mansion dengan pendekatan pembelajaran CTL. Ketiga, pembelajaran yang dilakukan oleh guru menunjukkan peningkatan pemahaman peserta didik mengenai konsep multikulturalisme serta sikap dan perilaku Tjong A Fie yang mencerminkan nilai-nilai multikulturalisme, sehingga sikap dan perilaku yang mereka tampilkan selama proses pembelajaran adalah mampu belajar hidup dalam perbedaan, membangun saling percaya (mutual trust), memelihara saling pengertian (mutual understanding), menjunjung sikap saling menghargai (mutual respect), dan terbuka dalam berpikir. Keempat, beberapa kendala yang ditemukan dalam pembelajaran yaitu: kualifikasi guru yang tidak sesuai dengan bidang ajarnya, keterbatasan sumber atau referensi mengenai biografi Tjong A Fie. Adapun solusi untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan melakukan perencanaan belajar yang baik, dan menerapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, menggunakan sumber belajar yang relevan yang diperoleh dari internet dan Tjong A Fie Mansion.
Penelitian ini merekomendasikan bahwa biografi Tjong A Fie dapat dijadikan alternatif bagi dan siswa dalam melangsungkan proses pembelajaran dan mengembangkan kompetensi multikulturnya. Bagi peneliti, yang akan melakukan penelitian sejenis dapat menjadikan penelitian ini sebagai rujukan dalam mengembangkan pembelajaran yang berbasis multikulturalisme.
ABSTRACT
Hutauruk, Ahmad Fakhri. Using The Biography of Tjong A Fie to Explores The Value of Student’s Multiculturalism in Learning History (The Naturalistic of Research about Local History of Learning in XI IPS SMA Al-Ulum Medan)
The background of this research is the lack of teaching history about multicultural for high school level students, the characteristics of the multi-ethnic city of Medan became the basis of the implementation of the teaching of history using Tjong A Fie biography. The purpose of this study to describe and analyze how the use of Tjong A Fie's biography to realize multiculturalism in teaching history. The research methods that used in this study was a naturalistic research methods with techniques of data collection was done by observation, interview and documentation. While the techniques of data analysis done with the data reduction, data presentation and withdrawal of conclusion.
The results of research showed that the first, multicultural values in the biography of Tjong A Fie that we can survive to live in the diversity, mutual trust, mutual understanding, mutual respect, open minded , appreciation and interdependence, and conflict resolution. Second, the implementation of learning about Tjong A Fie as the hidden curriculum, the learning is in the classroom and Tjong A Fie Mansion with CTL’s learning approach. Third, the teacher showed students improved understanding the concept of multiculturalism as well as the attitudes and behavior of Tjong A Fie that reflect the values of multiculturalism, so the attitudes and behavior that they show during the learning process can make us survive to live in the diversity, mutual trust, mutual understanding, mutual respect, and open minded. Fourth, some problems were found in the study, likes a teacher qualifications does not the major, the limitations of the source or reference regarding about Tjong A Fie’s biography. The solutions to solve this problem that do a good planning for teaching, use the contextual approach, use learning resources obtained from the internet and Tjong A Fie Mansion.
This study recommends that the biography of Tjong A Fie can be alternative learning and develop the multicultural competence for students. For researchers, who want to do a similar research can make this study as a reference in developing learning-based multiculturalism.
1
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu bagian penting dalam pembelajaran sejarah di Indonesia adalah
mengenalkan tokoh atau pelaku sejarah kepada peserta didik. Tokoh atau pelaku
sejarah memiliki peran sangat besar dalam mempengaruhi pola pikir dan perilaku
peserta didik. Namun, penggunaan biografi seorang tokoh dalam pembelajaran
sejarah masih sangat kurang dimanfaatkan oleh guru, sehingga memberikan
dampak pembelajaran yang kurang bermakna.
Seperti yang terjadi di sekolah SMA Al-Ulum Medan, merupakan salah
satu sekolah berbasis agama Islam di Kota Medan. Sekolah-sekolah yang berbasis
keagamaan cenderung terkesan sangat ekslusif, seperti sekolah ini eksklusif
dengan pola pikir dan perilaku yang ditampilkan dalam kehidupan bermasyarakat,
sehingga sekolah terkesan menutup diri dalam memandang hal-hal yang berbeda
di luar sekolah tersebut.
Sebagai salah satu sekolah yang berada di tengah kota Medan dengan
kehidupan masyarakat yang majemuk baik dari etnik, ras maupun agama. Pihak
sekolah harusnya menyadari akan kemajemukan tersebut dan mau membuka diri
dengan berusaha mengenalkan dan mempelajari tokoh-tokoh non Islam yang
memiliki kontribusi bagi kemajuan bangsa Indonesia, khususnya di kota Medan.
Sekolah tidak hanya fokus dalam mempelajari tokoh-tokoh Islam saja. Hal ini dikarenakan, agama Islam merupakan “rahmatan lil alamin” yang artinya rahmat
bagi semua. Dengan demikian, dapat ditelusuri bagaimana ajaran-ajaran Islam
yang berkaitan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Oleh karena itu,
sekolah yang berbasis agama Islam tidak menutup diri untuk belajar dari
orang-orang yang beragama non Islam.
Dengan mengenalkan dan mempelajari tokoh non Islam tersebut, peserta
yang berbeda dengannya baik etnik, ras maupun agama sehingga peserta didik
dapat memahami bahwa perbedaan yang terdapat dalam kehidupan bermasyarakat
bukanlah sesuatu yang dianggap sebagai masalah dan ancaman, melainkan suatu
hal yang dapat dijadikan sebagai kekuatan besar dalam meraih kemajuan bersama.
Dalam mewujudkan pembelajaran di atas, guru mempunyai peran penting
pada proses pembelajaran tersebut. Guru berperan sebagai ujung tombak dari
pendidikan, harus mampu menyikapi kemajemukan masyarakat yang terdapat di
Kota Medan, serta memanfaatkan perbedaan tersebut sebagai materi
pembelajaran. Guru dapat melakukan pendidikan berbasis multikulturalisme. Hal
tersebut diharapkan tidak hanya memberi pengetahuan bagi peserta didik, namun
diharapkan juga peserta didik mampu mengaktualisasikan nilai tersebut dengan
menampilkan sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai multikultural
dalam kehidupan bermasyarakat.
Di Indonesia, pendidikan multikultural termasuk wacana yang relatif baru
dan dipandang sebagai suatu pendekatan yang lebih sesuai bagi masyarakat
Indonesia yang heterogen, terlebih pada masa otonomi dan desentralisasi yang
dilakukan sejak tahun 1999/2000. Secara langsung atau tidak, kebijakan otonomi
daerah tersebut berdampak pada dunia untuk menciptakan otonomi pendidikan.
Oleh karena itu, pendidikan multikultural yang dikembangkan di Indonesia
sejalan dengan pengembangan demokrasi yang dijalankan seiring dengan
kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah. Apabila tidak dilaksanakan dengan
hati-hati, kebijakan ini justru akan menjerumuskan kita ke dalam perpecahan
nasional (disintegrasi bangsa) (Mahfud, 2013:6).
Seperti yang dikemukan oleh Kymlicka (2002:14) bahwa “Multikulturalisme merupakan keberagaman budaya atau multi budaya yang terdapat dalam suatu negara tertentu, di mana „bangsa‟ berarti komunitas historis,
kurang lebih lengkap secara institusional, menduduki suatu wilayah atau tanah tertentu, mempunyai bahasa dan kebudayaan tersendiri”.
mencerminkan pemahaman dan kesadaran (literasi) multikultural”. Oleh karena itu, pembelajaran multikultural perlu dikembangkan, sehingga peserta didik dapat
memahami bahwa mereka hidup di lingkungan dengan masyarakat yang
majemuk.
Agar pendidikan multikultural berjalan dengan efektif, salah satu upaya
yang dapat dilakukan oleh guru ialah dengan menyelipkan materi-materi
pembelajaran sejarah yang mengandung nilai multikulturalisme agar nilai-nilai
tersebut dapat diaktualisasikan oleh peserta didik. Hal ini dikarenakan, pelajaran
sejarah merupakan pelajaran yang sarat dengan nilai-nilai. Dengan demikian, nilai
tersebut akan ditanamkan pada peserta didik melalui materi pelajaran sejarah,
sehingga peserta didik dapat menganalisis dan mengaktualisasikan nilai tersebut
didalam dirinya.
Mahfud (2013:216) menjelaskan bahwa pentingnya pembelajaran berbasis
multikultural dilaksanakan di Indonesia, karena mampu menjadi sarana
transformasi bagi peserta didik dalam memahami multikulturalisme bangsanya,
antara lain: (1) sebagai sarana alternatif pemecahan konflik; (2) sarana
transformasi nilai-nilai budaya bangsa; (3) sebagai landasan pengembangan
kurikulum nasional; dan (4) menuju masyarakat Indonesia yang multikultural.
Pada pelaksanaan pembelajaran sejarah berbasis multikulturalisme, guru
terlebih dahulu mendesain pembelajaran sejarah tersebut agar menciptakan
terobosan baru dalam menggali nilai multikulturalisme peserta didik melalui
pembelajaran sejarah. Guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang
bervariasi selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga peserta didik merasa
tertarik dan dapat memahami konsep multikulturalisme dengan baik. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan melakukan pembelajaran
sejarah lokal.
Sejarah lokal adalah kisah masa lampau dari kelompok masyarakat
tertentu yang berada pada geografis terbatas. Sejarah lokal adalah studi tentang
kehidupan masyarakat atau khususnya komunitas dari suatu lingkungan sekitar
(neighborhood) tertentu dalam dinamika perkembangannya dalam berbagai aspek
Pada pelaksanaan pembelajaran sejarah lokal di sekolah, guru dapat
menggunakan biografi tokoh-tokoh yang terdapat di tempat tinggalnya untuk
digunakan sebagai materi pembelajaran sejarah, sehingga peserta didik dapat
mengambil nilai-nilai keteladanan dalam hal sikap dan perilaku yang ditampilkan
oleh tokoh tersebut. Dengan demikian, akan mempermudah guru dalam
memberikan penjelasan mengenai konsep multikulturalisme karena sumber
belajar yang dekat dengan lingkungan peserta didik.
Pada pelaksanaan pembelajaran sejarah lokal mengenai biografi seorang
tokoh yang ada di Medan, guru dapat menggunakan biografi Tjong A Fie dalam
menanamkan nilai multikulturalisme pada peserta didik. Tjong A Fie merupakan
salah satu tokoh beragama non Islam yang memiliki peran penting dalam
pembangunan di Sumatera Timur, terutama kota Medan. Tjong A Fie adalah
seorang Mayor Tionghoa di Sumatera Timur. Pangkat Mayor yang disandang oleh
Tjong A Fie merupakan gelar yang diberikan oleh pemerintah Hindia Belanda yang berasal dari kata “Majoor der Chineezen” yang artinya kepala daerah/wilayah. Tjong A Fie mempunyai tugas untuk mengurus keamanan dan
masalah-masalah dalam komunitasnya sendiri/etnik Tionghoa yang ada di
Sumatera Timur.
Biografi Tjong A Fie dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran
sejarah karena sikap dan perilakunya mencerminkan nilai-nilai multikultural
dalam kehidupan bermasyarakat. Walaupun beliau ber-etnik Tionghoa, namun
beliau tidak pernah mempermasalahkan mengenai etnik, agama dan ras seseorang
dalam memberikan bantuannya kepada orang lain. Adapun kontribusi Tjong A Fie
bagi kota Medan adalah memberikan sumbangan untuk membangun Mesjid Raya
Almashum, Istana Maimoon, Mesjid Lama Gang Bengkok, Gereja di Jalan Uskup
Agung Sugiopranoto, Balaikota Lama, Kuil Budha China di Brayan, Kuil Hindu
dan Jembatan Kebajikan Zainul Arifin. Selain itu, beliau juga mempekerjakan
sekitar 10.000 orang buruh untuk mengurus lahan perkebunan milik Tjong
Penggunaan biografi tokoh Tjong A Fie dalam pembelajaran sejarah
bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan peserta didik mengenai
konsep multikulturalisme, serta memandang bahwa peserta didik merupakan
bagian dari masyarakat majemuk yang terdapat di kota Medan. Dengan demikian,
akan memperkecil kemungkinan terjadinya konflik antar etnik, ras maupun agama
dikemudian hari.
Hal ini dikarenakan, dalam sejarah juga tercatat bahwa orang-orang
Tionghoa juga memiliki peran penting dalam pembangunan kota Medan terutama
dalam bidang ekonomi, sehingga Medan menjadi salah satu kota besar di
Indonesia. Walaupun Tjong A Fie keturunan etnik Tionghoa akan tetapi sikapnya “netral” terhadap etnik lain. Oleh karena itu, guru harus mampu menggali lebih dalam bagaimana kehidupan Tjong A Fie selama hidup di kota Medan, agar
nilai-nilai yang terkandung dalam biografi tersebut dapat dijadikan panutan bagi
peserta didik.
Sekolah yang akan diteliti lokasinya tidak jauh dari rumah Tjong A Fie
yang berada di wilayah Kesawan Medan. Berdasarkan hasil observasi peneliti
sebelumnya, secara kultural peserta didik di sekolah tersebut sangat beragam
karena ada yang berasal dari etnik Minang, Batak, Mandailing, Karo, Jawa,
Melayu dan Aceh. Namun, pada pelaksanaan sikap dan perilaku yang
mencerminkan nilai-nilai multikultural dalam sekolah tersebut masih memiliki
kekurangan.
Oleh karena itu, peserta didik perlu menganalisa lebih jauh bagaimana
peran dari tokoh-tokoh yang beragama non Islam termasuk orang Tionghoa di
masa lalu, yang menjadikan kota Medan lebih maju dan berkembang seperti
sekarang. Peserta didik tidak lagi membeda-bedakan seseorang berdasarkan etnik,
ras maupun agama. Tidak ada lagi kelompok yang menganggap bahwa mereka
lebih superior dibandingkan etnik lain, karena semuanya sama dan bekerjasama
dalam membangun bangsa ini menjadi lebih baik.
Permasalahan inilah yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam
mengenalkan konsep multikulturalisme. Melalui proses pembelajaran sejarah
didik sehingga mereka tidak memiliki pandangan-pandangan negatif terhadap
etnik, ras maupun agama yang lain. Selanjutnya, peserta didik dituntut untuk
menampilkan sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai multikultural
dalam kehidupan bermasyarakat baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan
masyarakat.
Apabila guru tidak mampu mengelola kemajemukan etnik yang terdapat di
lingkungan sekolah, maka tidak akan menghasilkan tatanan kehidupan yang
dilandasi prinsip kesetaraan. Hal tersebut berpotensi mendorong munculnya sikap
otoriter yang mengagungkan karakter budayanya masing-masing, sehingga dapat
memicu konflik dikemudian hari.
Oleh karena itu, pendidikan sejarah memiliki peran penting dalam
menanamkan nilai multikulturalisme dalam diri peserta didik, serta menghindari
konflik antar etnik, ras maupun agama yang mungkin terjadi di kemudian hari. Hal ini dipertegas oleh Hasan (2012:4) yang mengemukakan bahwa “Sejarah adalah media pendidikan yang memiliki kemampuan untuk membangun “collective memory” sebagai bangsa. Keragaman dalam budaya, sosial, ekonomi
dan etnik merupakan suatu hal yang dapat menjadi kekuatan pemecah terkecuali
jika dalam keragaman itu ada persamaan dalam cita-cita dan perjuangan”.
Hal yang senada juga dikemukakan oleh Gazalba (1981:viii) mengenai
pentingnya pendidikan sejarah bahwa “Meskipun sejarah membicarakan masa
lalu, tetapi yang menjadi perhatian sesungguhnya adalah masa kini, dan tujuannya adalah masa datang”. Oleh karena itu, perlu menciptakan masyarakat yang memiliki pemahaman multikultural di kota Medan, salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan cara mengenalkan biografi Tjong A Fie kepada peserta
didik.
Hal ini dikarenakan tokoh tersebut berada di lingkungan SMA Al-Ulum
Medan. Adapun tujuan penggunaan biografi Tjong A Fie dalam pembelajaran
sejarah adalah agar dapat menanamkan nilai-nilai multikultural yang terkandung
dalam biografi tersebut, sehingga peserta didik mampu menghargai perbedaan
perilaku yang mencerminkan nilai-nilai multikultural serta bekerjasama dalam
membangun kota Medan menjadi lebih baik.
Selanjutnya, hal ini dipertegas oleh Hasan (2012:7) yang menyatakan
bahwa “Tujuan pendidikan sejarah pada jenjang SMA sudah berkembang
mengarah kepada pemahaman secara mendalam berbagai peristiwa sejarah yang
dianggap penting untuk membangun kemampuan berpikir kritis, kemampuan
belajar, rasa ingin tahu, kepedulian sosial dan semangat kebangsaan”.
Oleh karena itu, penelitian ini akan dilakukan pada peserta didik kelas XI
IPS karena pada jenjang tersebut peserta didik telah mampu untuk menganalisis
setiap materi yang disampaikan oleh guru sehingga substansi dari materi tersebut
dapat dicerna dan dilaksanakan oleh peseerta didik.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka penulis
tertarik melakukan penelitian dengan judul "Penggunaan Biografi Tjong A Fie dalam Menggali Nilai Multikulturalisme Peserta Didik pada Pembelajaran Sejarah (Penelitian Naturalistik Pembelajaran Sejarah Lokal di Kelas XI IPS SMA Al-Ulum Medan)”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, rumusan
masalah yang hendak dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Nilai-nilai multikulturalisme apa yang terkandung dalam biografi Tjong A
Fie?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran sejarah lokal dengan menggunakan
biografi Tjong A Fie di kelas XI IPS SMA Al-Ulum Medan?
3. Bagaimana hasil pembelajaran sejarah dengan menggunakan biografi
Tjong A Fie?
4. Apa kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dan peserta didik serta
bagaimana solusinya dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan
C. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mendeskripsikan
dan menganalisa bagaimana penggunaan biografi Tjong A Fie dalam mewujudkan
multikulturalisme dalam pembelajaran sejarah.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui nilai-nilai multikulturalisme yang terkandung dalam biografi
Tjong A Fie.
2. Mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran sejarah lokal dengan
menggunakan biografi Tjong A Fie di kelas XI IPS SMA Al-Ulum Medan.
3. Mengetahui bagaimana hasil pembelajaran sejarah dengan menggunakan
biografi Tjong A Fie.
4. Mengetahui kendala yang dihadapi oleh guru dan peserta didik serta
bagaimana solusinya dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan
biografi Tjong A Fie di SMA Swasta Al-Ulum Medan.
D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis
1. Untuk menambah pengetahuan bagi guru/calon guru sejarah secara teori
tentang penggunaan materi sejarah lokal dalam pembelajaran sejarah.
2. Memberikan kontribusi bagi guru dalam merancang dan melaksanakan
materi sejarah lokal dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan
biografi seorang tokoh untuk mewujudkan multikulturalisme dalam
pembelajaran sejarah di sekolah.
3. Sebagai bahan perbandingan untuk memberikan informasi bagi peneliti
lain yang ingin melakukan penelitian yang relevan di kemudian hari.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi guru dan sekolah, penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dan
sejarah lokal dalam pembelajaran sejarah yang mengandung konsep
multikulturalisme.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian/pertimbangan bagi
kepala sekolah bagian kurikulum dalam mengambil kebijakan yang
berkaitan dengan pendidikan, serta meningkatkan kualitas guru baik dari
kesiapan guru, sarana prasarana, metode pembelajaran, serta kendala yang
mungkin terjadi dalam penyampaian substansi materi yang mengandung
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Yayasan Perguruan Islam SMA Swasta
Al-Ulum Medan. Peneliti memilih SMA Al-Al-Ulum disebabkan oleh beberapa hal,
yakni: (1) Lokasi sekolah yang tidak jauh dari rumah Tjong A Fie yakni terletak
di Jalan Cemara No. 10 Kelurahan Kota Matsum II Kecamatan Medan Area Kota
Medan Provinsi Sumatera Utara, dan (2) Secara kultural peserta didik di SMA
Al-Ulum sangat beragam karena ada yang berasal dari etnik Minang, Batak Toba,
Mandailing, Karo, Jawa, Melayu dan Aceh.
Selain sekolah, adapun pemilihan biografi Tjong A Fie yang digunakan
dalam penelitian ini disebabkan beberapa hal, yakni: (1) Tjong A Fie adalah salah
satu tokoh yang sikap dan perilakunya mencerminkan nilai-nilai multikultural, (2)
Dari tinjauan historis, Tjong A Fie memiliki kontribusi yang besar untuk
kemajuan kota Medan terutama dalam pembangunan ekonomi kota Medan, (3)
Rumah Tjong A Fie dijadikan sebagai Heritage, arsitektur bangunan yang
mencerminkan multikultural dari segi bentuk dan coraknya, dan (4) Materi sejarah
lokal dengan penggunaan Biografi Tjong A Fie diajarkan pada peserta didik kelas
XI IPS semester genap dalam materi “Perkembangan Pengaruh Barat Terhadap Kehidupan Masyarakat Indonesia”.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif (Qualitative
Reaseach) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap kepercayaan, pemikiran
orang secara individu maupun kelompok (Syaodih, 2005:60).
Lebih lengkap Creswell (1998:15) mendefinisikan penilitan kualitatif
“Qualitative research is an inquiry proces of understanding based on distincet mefhological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analyses words, reports detailed views of informants, and conduct the study in a natural setting”. Penelitian kualitatif adalah proses penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi metodologi penelitian yang menyelidiki masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat gambaran kompleks yang bersifat holistik, menganalisa kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan para informan secara rinci dan melakukan penelitian dalam situasi alamiah.
Dari beberapa pendapat yang telah dipaparkan, ditarik simpulan bahwa
penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data-data
deskriptif berupa kata-kata tertulis yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
objek alamiah dimana peneliti sebagai instrument kunci.
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam bentuk naturalistik.
Penelitian naturalistik adalah penelitian yang ingin mengungkapkan perilaku
manusia dalam konteks natural atau alamiah, bulat dan menyeluruh. Sehingga
data yang diperoleh benar-benar asli dari objeknya. Oleh karena itu, Metode
penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting).
Sesuai dengan karakteriktik naturalistik yang telah dipaparkan maka dalam
pengumpulan data tersebut peneliti bersifat emic, yaitu pandangan yang
berdasarkan sumber data, bukan dari pandangan peneliti. Metode naturalistik
dipilih karena metode naturalistik dapat mengungkapkan pengetahuan yang tidak
terkatakan, seperti perilaku subjek penelitian yang dapat diamati seperti perhatian,
keseriusan, dan ekspresi informan pada saat wawancara maupun saat melakukan
kegiatan. Selain itu, dari karakteristik naturalistik yang telah dipaparkan
tergambar dari tujuan penelitian yang ingin memperoleh gambaran bagaimana
proses pembelajaran sejarah menggunakan biografi Tjong A Fie di SMA
Al-Ulum. Oleh karena itu, peneliti akan fokus pada bagaimana cara guru
menggunakan biografi Tjong A Fie dalam pembelajaran sejarah di kelas,
bagaimana respon peserta didik, metode yang digunakan dalam pembelajaran,
Selain itu, dalam penelitian naturalistik menawarkan pengambilan sampel
secara purposif, yaitu pengambilan sampel yang sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan. Dalam hal ini peneliti mengambil subjek penelitian peserta didik kelas
XI IPS di SMA Swasta Al-Ulum Medan. Berdasarkan hasil observasi peneliti
sebelumnya etnik peserta didik di sekolah tersebut sangat beragam, yakni: etnik
Minang, Batak Toba, Mandailing, Karo, Jawa, Melayu dan Aceh. dengan
demikian, peserta didik yang ada di sekolah tersebut sangat multikultural,
sehingga akan mempermudah peneliti untuk mengungkapkan realitas kegiatan
pembelajaran sejarah dengan menggunakan biografi Tjong A Fie dengan cara
mengumpulkan data yang bersifat deskriptif melalui kegiatan observasi atau
pengamatan pada proses pembelajaran, serta melakukan wawancara dengan guru
dan peserta didik.
Selanjutnya pelaksanaan metode kualitatif menempuh beberapa langkah
kerja, yaitu pengumpulan data, klarifikasi data, pengolahan atau penganalisisan
data, penyusunan laporan, serta pembuatan kesimpulan dengan tujuan utama
membuat gambaran hasil penelitian secara objektif. Pengumpulan data dalam
penelitian ini dengan cara observasi dan studi pustaka mengenai sejarah lokal
Kota Medan, kemudian dilakukan klarifiaksi berupa materi sejarah Kota Medan
dari bagian sejarah nasional (kehidupan Tjong A Fie) Kemudian diintegrasikan ke
dalam pokok dan sub pokok bahasan sejarah nasional.
Adapun indikator yang dipakai dalam proses penelitian ini adalah sebagai
berikut: (1) belajar hidup dalam perbedaan, (2) membangun saling percaya
(mutual trust), (3) memelihara saling pengertian (mutual understanding), (4)
menjunjung sikap saling menghargai (mutual respect), (5) terbuka dalam berpikir,
(6) apresiasi dan interdepedensi, (7) resolusi konflik dan (8) rekonsiliasi nir
kekerasan (Tilaar, 2004).
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, maka meTtode yang
digunakan untuk proses pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk mengamati,
mencatat dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dari hasil yang
dicapai. Tujuan utama dari observasi adalah untuk memantau proses, hasil dan
dampak perbaikan pembelajaran yang direncanakan.
Black dan Champion (2009:286) mengemukakan bahwa “Observasi yakni
mengamati dan mendengarkan perilaku seseorang selama beberapa waktu, tanpa
melakukan manipulasi atau pengendalian serta mencatat penemuan yang
memungkinkan atau memenuhi syarat untuk digunakan ke dalam tindakan
penafsiran analisis”.
Adapun manfaat observasi menurut Patton (Nasution, 1988) adalah:
a. Peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh padangan yang holistik atau menyeluruh.
b. Dengan observasi, maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. c. Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau
tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam
lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa” dank arena itu tidak
akan terungkapkan dalam wawancara.
d. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga. e. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar
persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.
f. Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.
Pada kegiatan observasi, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan panduan
observasi guna melihat persiapan yang dilakukan oleh guru pada saat
menyampaikan materi sejarah lokal mengenai Tjong A Fie. Dimana guru harus
menyesuaikan materi Tjong A Fie pada SK dan KD yang tepat, serta materi
dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas dan Tjong A Fie Mansion.
Selain itu, peneliti juga melihat bagaimana metode, media, sumber belajar,
evaluasi yang dilakukan oleh guru pada pembelajaran sejarah lokal menggunakan
biografi Tjong A Fie.
Selanjutnya, observasi yang peneliti lakukan pada peserta didik adalah
melihat bagaimana respon peserta didik ketika guru mengenalkan biografi Tjong
A Fie kepada peserta didik. Selain itu, melihat aktivitas peserta didik pada saat
kegiatan pembelajaran di kelas dan Tjong A Fie Mansion, bagaimana peserta
didik melakukan diskusi dan bertanya kepada guru, guide dan temannya pada saat
kegiatan pembelajaran berlangsung, sehingga peneliti menemukan sikap dan
perilaku peserta didik yang mencerminkan nilai-nilai multikulturalisme. Dengan
demikian data yang diperoleh melalui observasi dapat mendukung penelitian.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.
Black dan Champion (2009:305) mengemukakan bahwa “Wawancara
adalah suatu kegiatan komunikasi verbal dengan tujuan mendapatkan informasi.
Di samping akan mendapatkan gambaran yang menyeluruh juga akan
mendapatkan informasi yang penting”.
Dalam penelitian ini akan dilakukan wawancara kepada guru yang
mengajar mata pelajaran sejarah sehingga dapat diketahui bagaimana
permasalahan yang dihadapi dalam pengajaran sejarah lokal dan sekaligus
mencari solusi ketika proses pembelajaran mengalami kendala. Sedangkan
wawancara dengan peserta didik dilakukan untuk mengetahui tanggapan peserta
didik tentang pembelajaran sejarah dengan menggunakan biografi Tjong A Fie.
Wawancara atau interview digunakan juga untuk mengungkap tentang
materi yang disampaikan oleh guru. Sehingga membantu memecahkan masalah
yang dihadapi dalam penelitian ini.
Adapun yang menjadi bahan wawancara kepada guru sejarah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pandangan guru mengenai pentingnya pendidikan
multikulturalisme dalam pendidikan sejarah.
2. Bagaimana cara guru dalam menanamkan pendidikan multikultural kepada
peserta didik melalui pembelajaran sejarah.
3. Bagaimana penggunaan biografi Tjong A Fie dalam proses pembelajaran
sejarah.
4. Aspek-aspek apa saja yang terkandung dalam biografi Tjong A Fie yang
mencerminkan sikap multikultural.
5. Bagaimana pandangan guru mengenai keragaman etnik peserta didik
sebagai bahan pendidikan multikultural melalui biografi Tjong A Fie.
6. Bagaimana harapan guru dalam penggunaan biografi Tjong A Fie yang
berorientasi pada pendidikan multikultural.
Selain dengan guru, wawancara juga dilakukan kepada peserta didik.
Adapun pedoman wawancara peneliti dengan peserta didik adalah:
1. Bagaimana pandangan peserta didik terhadap multikulturalisme?
2. Bagaimana pandangan peserta didik dalam memahami keragaman latar
belakang etnik, agama dan ras yang ada disekitarnya.
3. Bagaimana padangan peserta didik pada saat menemukan realita di
masyarakat bahwa diantara teman-temannya terdapat perbedaan.
4. Bagaimana pandangan peserta didik terhadap tokoh Tjong A Fie.
5. Bagimana pandangan peserta didik ketika guru sejarah menggunakan
biografi Tjong A Fie dalam proses kegiatan belajar mengajar untuk
menanamkan nilai multikulturalisme.
6. Bagaimana harapan peserta didik setelah mempelajari keberagaman
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen
yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories),
ceritera biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar,
misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya
misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi
dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2013:240).
Dalam mengumpulkan data melalui dokumentasi, peneliti memanfaatkan
catatan milik guru berupa hasil kerja peserta didik, baik hasil test tertulis maupun
makalah peserta didik hasil kunjungan ke Tjong A Fie Mansion. Selain itu, data
diperoleh juga dari perangkat belajar yang digunakan oleh guru (program tahunan,
program semester, silabus, dan rpp). Data-data yang diperoleh dari dokumentasi
tersebut, akan dimanfaatkan oleh peneliti untuk melihat bagaimana pemahaman
guru dan peserta didik terhadap konsep multikulturalisme dalam pembelajaran
sejarah.
Creswell (1998: 201-203) membagi prosedur verifikasi penelitian
kualitatif sebagai berikut :
1. Perpanjang waktu kerja dan observasi yang gigih (prolongedengagement
and persistentobservation) dilapangan termasuk membangun kepercayaan
dengan para partisipan, mempelajari budaya, dan saling mencek informasi
yang berasal dari distorsi yang dibuat oleh peneliti atau informan. Pada
saat di lapangan peneliti akan membuat keputusan-keputusan yang
penting/menonjol untuk dikaji, relevan dengan maksud kajian, dan
perhatian untuk difokuskan.
2. Triangulasi (triangulation), menggunakan seluas-luasnya sumber-sumber
yang banyak dan berbeda, metode-metode, dari para peneliti, dan
3. Review sejawat (peer review) atau menyiapkan suatu cek eksternal dari
proses penelitian; teman sejawat itu menanyakan pertanyaan-pertanyaan
sulit tentang metode, makna dan interpretasi penelitian dari peneliti.
4. Klarifikasi bias peneliti (clarifing reasearcher bias) sejak awal dari
penelitian adalah penting sehingga pembaca memahami posisi peneliti dan
setiap bias atau asumsi-asumsi yang berdampak pada penelitian. Dan
klarifikasi ini, peneliti mengomentari pengalaman-pengalaman
sebelumnya, bias-bias, prasangka-prasangka dan orientasi-orientasi yang
mungkin membentuk interpretasi-interpretasi dan pendekatan pada kajian.
5. Cek anggota (member checks) peneliti mengumpulkan/mencari/memohon
(solicit) pandangan-pandangan para informan tentang kredibilitas dari
temuan dan interpretasi-interpretasi. Teknik ini menurut Lincon dan Guba
adalah teknik yang paling kritis untuk menegakkan kreadibilitas.
Pendekatan ini sangat umum dalam kajian kualitatif, termasuk
pengambilan data, analisis, interpretasi, dan kesimpulan-kesimpulan yang
kembali kepada partisipan sehingga mereka dapat mempertimbangkan
akurasi dan kredibilitas dari cerita/narasi.
D. Teknik Analisis Data
Pada penelitian kualitatif analisis data bersifat induktif, sehingga peneliti
akan melakukan penelitian dengan mengamati atau observasi bagaimana keadaaan
yang terjadi di kelas, seperti aktivitas guru dan peserta didik. Hal ini dilakukan
secara terus menerus sepanjang penelitian untuk mengumpulkan data yang sesuai
sampai penelitian ini berakhir. Selanjutnya Bogdan (1990) mengemukakan
“Analisis dalam penelitian kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil dipahami dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lian. Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari
Sutopo (1992:33) menjelaskan bahwa dalam prosesnya, analisis penelitian
kualitatif dilakukan dalam tiga macam kegiatan, yakni: (1) analisis dilakukan
bersamaan dengan proses pengumpulan data, (2) analisis dilakukan dalam bentuk
interaktif, sehingga perlu adanya perbandingan dari berbagai sumber data untuk
memahami persamaan dan perbedaannya, dan (3) analisis bersifat siklus, artinya
proses penelitian dapat dilakukan secara ulang sampai dibangun suatu simpulan
yang dianggap mantap.
Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan analisis model interaktif.
Model interaktif digunakan karena dianggap lebih tepat untuk memenuhi
persyaratan dalam melakukan analisis data. Analisis interaktif terdiri atas tiga alur
kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: reduksi data, penyajian data dan
penarikan simpulan/verifikasi (Miles dan Huberman, 1992:16).
Analisis yang dilakukan oleh peneliti merupakan kegiatan lanjutan dari
langkah data, oleh karena itu, sesuai dengan pendapat yang telah dipaparkan
sebelumnya maka peneliti akan mencoba untuk menafsirkan temuan hasil
penelitian yang di dasarkan pada pembelajaran sejarah menggunakan biografi.
Adapun tujuan melakukan penafsiran terhadap temuan tersebut adalah untuk
mendapat sebuah gambaran tentang masalah yang akan di teliti sehingga dapat
dianalisis dengan menggunakan berbagai penjelasan, perbandingan, sebab-akibat
serta deskriptif.
1. Reduksi Data
Miles dan Huberman (1992:16) menjelaskan bahwa reduksi data dapat
diartikan sebagai “Proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan, dan transforasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis
di lapangan”. Selanjutnya Reduksi data dalam penelitian ini terdiri atas beberapa
langkah, yaitu (1) menajamkan analisis, (2) menggolongkan atau
pengkategorisasian, (3) mengarahkan, (4) membuang yang tidak perlu dan (5)
mengorganisasikan data sehingga simpulan-simpulan finalnya dapat ditarik dan
Data-data yang diperoleh dalam penelitian memiliki jumlah yang banyak,
karena data tersebut diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan analisis
dokumentasi. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan reduksi data. Reduksi data
atau merangkum adalah langkah yang tepat untuk mendapatkan data yang ingin
dicapai, dengan cara memilih hal-hal yang penting atau pokok dalam penelitian,
sehingga data yang telah direduksi tersebut dapat memberi gambaran tentang
penelitian tersebut.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk mereduksi
data-data yang diperoleh dengan melakukan observasi, wawancara dan
dokumentasi adalah Pertama, peneliti akan mereduksi data-data yang menjelaskan
mengenai biografi Tjong A Fie untuk menemukan nilai-nilai multikulturalisme
yang terkandung dalam biografi tersebut. Kedua, peneliti juga akan mereduksi
data-data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi untuk
menemukan bagaimana pelaksanaan pembelajaran sejarah lokal mengenai
biografi Tjong A Fie yang dilakukan oleh guru dalam menanamkan nilai-nilai
multikulturalisme pada peserta didik.
Ketiga, peneliti mereduksi data-data yang diperoleh melalui observasi dan
wawancara dengan peserta didik untuk menemukan bagaimana hasil belajar
peserta didik setelah mempelajari sejarah lokal mengenai bografi Tjong A Fie,
sehingga diketahui nilai-nilai apa yang muncul dalam diri peserta didik sesuai
dengan indikator yang telah dibuat oleh peneliti. Keempat, pada langkah yang
terakhir ini peneliti akan mereduksi dari data-data yang diperoleh melalui hasil
observasi dan wawancara untuk menemukan apa yang menjadi kendala dan solusi
bagi guru dan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah lokal
mengenai biografi Tjong A Fie.
Setelah peneliti selesai melakukan reduksi data, maka langkah selanjutnya
yang dilakukan peneliti adalah menyajikan data-data yang telah direduksi
tersebut, sehingga mempermudah peneliti untuk menarik kesimpulan dari
2. Penyajian Data
Setelah reduksi data, langkah berikutnya dalam analisis interaktif adalah
penyajian data. Penyajian data yang paling sering digunakan dalam penelitian
kualitatif adalah dalam bentuk teks naratif, yang merupakan rangkaian kalimat
yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga mampu menyajikan
permasalahan dengan fleksibel tidak “kering” dan kaya data. Namun demikian,
pada penelitian ini data tidak hanya disajikan secara naratif, tetapi juga melalui
berbagai matriks, grafik jaringan dan bagan. Penyajian data dalam penelitian
kualitatif dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu
bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga peneliti dapat melihat apa yang
sedang terjadi. Dengan demikian peneliti lebih mudah dalam menarik simpulan
(Miles dan Huberman, 1992:18,131).
Data-data yang telah di reduksi tersebut, maka akan dikelompokkan
menjadi data-data yang berkaitan dengan: (1) nilai-nilai multikulturalisme yang
terkandung dalam biografi Tjong A Fie, (2) pembelajaran sejarah lokal dengan
menggunakan biografi Tjong A Fie, (3) pemahaman peserta didik terhadap
implementasi nilai multikulturalisme, dan (4) kendala yang dihadapi dalam
pembelajaran sejarah menggunakan biografi Tjong A Fie. Semua data tersebut
dikelompokkan dengan tujuan untuk mempermudah peneliti dalam memperoleh
Gambar. 3.1. Pola display dalam penelitian
Dari pola display penelitian, dapat dilihat bahwa data akan disajikan dalam
empat (4) kategori, yakni:
1. Nilai- nilai multikulturalisme yang terkandung dalam biografi Tjong A
Fie, dalam kategori ini peneliti akan mendeskripsikan temuan-temuan
yang berhubungan dengan nilai-nilai multikulturalisme yang terkandung
dalam biografi Tjong A Fie berdasarkan data. Data-data yang disajikan
tersebut diperoleh dari berbagai literatur yang relevan dengan penggunaan
biografi Tjong A Fie sebagai sumber belajar sejarah.
2. Pembelajaran sejarah menggunakan biografi, peneliti akan menyajikan
data-data mengenai penggunaan biografi Tjong A Fie dalam proses
pembelajaran sejarah.
3. Pemahaman peserta didik dalam implementasi nilai multikultural, peneliti
akan mendeskripsikan pemahaman peserta didik melalui data-data yang
diperoleh melalui observasi dan wawancara sehingga dapat diperoleh
Biografi Tjong A Fie
Multikulturalisme Masyarakat Medan
Nilai-nilai multikulturalisme pada biografi Tjong
A Fie
Pembelajaran sejarah menggunakan Biografi Kendala-kendala
yang dihadapi
Pemahaman peserta didik dalam implementasi nilai-nilai
temuan bagaimana pemahaman peserta didik mengenai multikultural dan
penerapan konsepnya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Kendala-kendala dalam pembelajaran sejarah menggunakan biografi
Tjong A Fie, dalam hal ini peneliti akan mendeskripsikan bagaimana
kendala yang di hadapi oleh guru dan peserta didik yang diperoleh dari
hasil observasi dan wawancara sehingga menemukan bagaimana
mengatasi kendala tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan oleh guru untuk melakukan pembelajaran sejarah
menggunakan biografi Tjong A Fie.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Sebelum pada langkah menarik kesimpulan dari penelitian, terlebih dahulu
peneliti akan menemukan pola dalam penelitian, sehingga data-data yang telah
dikelompokkan sebelumnya mudah untuk di pahami oleh peneliti. Hal ini
dikarenakan dalam penelitian tersebut menggunakan analisis data kualititatif maka
sifatnya adalah induktif. Oleh karena itu, analisis harus berdasarkan data-data
yang diperoleh dari hasil observasi maupun wawancara.
Setelah itu, langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah
menarik kesimpulan yang didasarkan pada hasil reduksi dan penyajian data yang
merupakan jawaban atas rumusan masalah yang telah ditulis dalam penelitian ini.
Untuk menarik kesimpulan dalam penelitian ini, peneliti melihat kenyataan yang
terjadi di lapangan dengan data yang diperoleh, karena temuan dalam penelitian
ini akan diverifikasi terlebih dahulu.
Pada saat melakukan verifikasi, peneliti mencoba untuk membandingkan
kesimpulan awal tersebut dengan bukti-bukti atau data yang diperoleh melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi. Apabila kesimpulan yang dibuat oleh
peneliti pada kesimpulan awal didukung dengan bukti atau data-data yang
diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi maka kesimpulan
Gambar. 3.2. Komponen-komponen analisis data model interaktif (Miles dan Huberman 1992:20)
E. Verifikasi Data
Verifikasi data adalah suatu kegiatan pengujian terhadap keobjektifan dan
keabsahan data. Teknik Verifikasi data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Triangualasi
Pada saat melakukan verifikasi data, maka langkah awal yang dilakukan
oleh peneliti melakukan triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.
Pada saat peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka
sebenarnya peneliti telah mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas
data, yaitu mengecek kredibitas data dengan berbagai tehnik pengumpulan data
dan berbagai sumber data. Seperti yang dikemukan oleh Nasution (1996:115)
bahwa “Triangulasi bukan sekedar mentes kebenaran data, melainkan juga suatu
usaha untuk melihat dengan lebih tajam hubungan antara berbagai data agar
mencegah kesalahan dalam analisis data”.
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data Kesimpulan/V
Proses triangulasi ditandai dengan cara mencek kebenaran data tertentu
dengan membandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Dalam
proses penelitian ini, peneliti akan melakukan pengecekan terhadap validasi data
yang diperoleh dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Membandingkan hasil observasi dengan hasil wawancara.
b. Menbandingkan data yang diperoleh melalui wawancara dengan
observasi yang telah dilakukan.
2. Member Check
Pada langkah selanjutnya, peneliti akan mencek kebenaran dan kesahihan
data temuan penelitian dengan mengkonfirmasikan sumber data, agar informasi
yang diperoleh dan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang
dimaksudkan oleh informan (Nasution, 1996:117). Member chek merupakan
proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data.
Tujuan member chek adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data
tersebut valid, sehingga makin kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang
ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi
data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila
perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus
menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jadi tujuan
memberchek adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam
penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.
Seperti yang dilakukan oleh peneliti, untuk mengecek akan kebenaran data
mengenai biografi Tjong A Fie, peneliti melakukan wawancara kembali dengan
keturunan Tjong A Fie, yakni Bapak Fon Prawira yang merupakan cucu Tjong A
Fie, dengan melakukan hal tersebut, peneliti juga mendapatkan informasi
tambahan mengenai kehidupan Tjong A Fie dan mendapatkan informasi yang
3. Expert Opinion
Pada langkah yang ketiga, peneliti akan mengkonsultasikan hasil temuan
penelitian dilapangan kepada para ahli yang mempunyai spesialisasi di bidangnya,
termasuk dengan pembimbing dalam penelitian ini. Untuk memperoleh arahan
dan berbagai macam masukan sehingga validasi data penelitian ini dapat
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pembelajaran
sejarah lokal menggunakan biografi Tjong A Fie dalam menanamkan nilai-nilai
multikultural pada peserta didik, peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan
dengan tidak terlepas dari rumusan masalah yang telah dirumuskan. Adapun
kesimpulan yang diperoleh adalah:
Pertama, sikap dan perilaku yang ditampilkan oleh Tjong A Fie semasa
hidupnya yang mencerminkan nilai-nilai multikulturalisme, antara lain: mampu
belajar hidup dalam perbedaan, membangun saling percaya (mutual trust),
memelihara saling pengertian (mutual understanding), menjunjung sikap saling
menghargai (mutual respect), terbuka dalam berpikir, apresiasi dan
interdepedensi, dan resolusi konflik.
Sikap dan perilaku tersebut yang akan ditanamkan oleh guru kepada
peserta didik, sehingga peserta didik dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari mereka baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan tempat tinggal
mereka.
Kedua, pembelajaran sejarah lokal menggunakan biografi Tjong A Fie
dilakukan oleh guru di kelas dan Tjong A Fie Mansion. Selama proses
pembelajaran berlangsung, guru menggunakan pendekatan pembelajaran CTL
dengan metode pembelajaran yang bervariasi seperti ceramah, tanya-jawab, karya
wisata dan diskusi.
Selain itu, guru juga menggunakan media laptop dan infokus, hal tersebut
dilakukan untuk menarik perhatian dari peserta didik. Dengan mendesain
pembelajaran sejarah lokal yang baik, peserta didik menjadi lebih tertarik dalam
mengikuti pembelajaran sejarah tersebut, dibuktikan dengan apa yang dilakukan
Ketiga, adapun hasil-hasil pembelajaran yang dilakukan oleh guru
menunjukkan adanya peningkatan terhadap pemahaman peserta didik mengenai
sejarah lokal, serta sikap dan perilaku Tjong A Fie yang mencerminkan nilai-nilai
multikulturalisme. Pada saat pembelajaran tersebut, nilai-nilai multikulturalisme
yang ditampilkan oleh peserta didik dengan menyadari bahwa di lingkungan
sekolah dan tempat tinggal mereka terdiri dari berbagai macam etnik, ras maupun
agama, sehingga diperlukan sikap saling menghargai dan menghormati dengan
tidak saling menghina atau merendahkan kelompok lain.
Selain itu, dalam membangun saling percaya di lingkungan sekolah
peserta didik saling memberikan kepercayaan terhadap sesama teman dalam
kelompok agar tugas yang diberikan oleh guru dapat dilaksanakan dengan baik.
Sikap saling pengertian yang ditunjukkan peserta didik di lingkungan sekolah
adalah menampilkan sikap dan perilaku disiplin yang tinggi, dimana peserta didik
memiliki kemampuan untuk bertanggung jawab dan mengendalikan perilaku
dirinya.
Sikap dan perilaku saling menghargai yang ditampilkan oleh peserta didik
selama pembelajaran berlangsung adalah memberikan kesempatan kepada
teman-temannya untuk mengemukakan pendapatnya, baik pada saat menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru maupun pertanyaan yang diberikan oleh
kelompok peserta diskusi.
Terakhir, sikap dan perilaku terbuka dalam berpikir yang diperlihatkan
oleh peserta didik adalah mereka transparan dengan sesama anggota
kelompoknya, hal ini dilakukan agar tidak ada hal-hal yang disembunyikan agar
mempermudah pekerjaan mereka dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan
oleh guru.
Keempat, pada saat pelaksanaan pembelajaran sejarah lokal mengenai
biografi Tjong A Fie menemui kendala-kendala yaitu: kualifikasi guru yang tidak
sesuai dengan bidang ajarnya, sehingga sedikit sulit mengembangkan substansi
materi sejarah lokal tersebut dan keterbatasan sumber atau referensi mengenai
biografi Tjong A Fie. Namun, dengan cara belajar dan berlatih akhirnya guru
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, menggunakan sumber belajar yang
relevan dengan mengunjungi langsung Tjong A Fie Mansion dan sumber
informasi lain yang diperoleh melalui internet, sehingga pembelajaran sejarah
lokal menggunakan biografi menjadi lebih bermakna bagi pengembangan potensi
peserta didik.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil temuan peneliti di lapangan, dalam hal ini peneliti
memberikan saran untuk direkomendasikan. Adapun rekomendasikan yang
diberikan peniliti adalah untuk berbagai pihak yang terkait dan memiliki
kontribusi terhadap perkembangan pembelajaran sejarah terutama sejarah lokal.
Adapun rekomendasi yang peneliti sampaikan, antara lain:
Pertama, kepada guru atau calon guru yang akan mengajarkan mata
pelajaran sejarah, diharapkan memahami dan mengembangkan materi sejarah
yang terdapat pada buku teks sejarah, serta mengajarkan materi sejarah dengan
metode dan media pembelajaran yang menarik, sehingga peserta didik tertarik dan
mudah dalam memahami esensi materi dan tercapai tujuan pembelajaran.
Selain itu, guru harus melaksanakan pembelajaran sejarah dengan
mengembangkan materi pelajaran yang berada di lingkungan peserta didik,
sehingga mengenal sejarah daerahnya dan meningkatkan kesadaran sejarah
peserta didik melalui pembelajaran sejarah lokal.
Kedua, kepada pihak sekolah, dalam hal ini kepala sekolah sebagai leader
di lembaga pendidikan tersebut harus mendorong guru dalam mengembangkan
materi pembelajaran dengan menggunakan sumber belajar yang terdapat di
lingkungan peserta didik. Selain itu, meningkatkan SDM yang terdapat di
sekolahnya dengan memilih tenaga pendidik yang sesuai antara latar belakang
pendidikan dengan bidang studi yang diajarkan, sehingga guru mampu
mengembangkan materi pelajaran sesuai kompetensi. Kemudian, kepala sekolah
juga diharapkan meningkatkan fasilitas yang tersedia di sekolah sehingga
Ketiga, kepada peserta didik SMA Al-Ulum Medan, diharapkan belajar
dengan menggunakan berbagai macam sumber belajar sehingga peserta didik
dapat mengembangkan potensi diri baik di bidang pengetahuan, keterampilan,
maupun sikap sebagai generasi penerus yang mampu memahami sejarah masa lalu
yang berada di lingkungan sekitarnya dan mengaplikasikan nilai-nilai
multikultural dalam kehidupan sehari-hari agar dapat bekerjasama dengan
masyarakat dalam membangun bangsa.
Keempat, kepada peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan
sebagai rujukan, sehingga dapat dikembangkan dan menghasilkan penelitian
lanjutan yang dapat memberikan pencerahan bagi dunia pendidikan. Pelajaran
sejarah bukanlah mata pelajaran yang hanya membicarakan masa lalu, akan tetapi
pelajaran sejarah penuh dengan nilai-nilai yang dapat diambil pelajaran dari setiap
peristiwa atau kejadian yang terjadi, sehingga berguna untuk masa kini dan masa
yang akan datang.
Terutama dalam pembelajaran sejarah menggunakan biografi Tjong A Fie,
nilai-nilai multikultural yang terkandung dalam biografi tersebut perlu
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari agar dapat meminimalisir konflik yang
Black dan Champion. (2009). Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama
Blum, A. Lawrence, (2001) Antirasisme, Multikulturalisme, dan Komunitas Antar Ras, Tiga Nilai yang Bersifat Mendidk Bagi Sebuah Masyarakat Multikultural, dalam Larry May, dan Shari Colins-Chobanian, Etika Terapan: Sebuah Pendekatan Multikultura, Terjemahan: Sinta Carolina dan Dadang Rusbiantoro, Yogyakarta: Tiara Wacana.
Bogdan, Robert. C dan Biklen Knopp. (1990). Riset Kualitatif untuk Pendidikan: Pengantar ke Teori dan Metode. Jakarta: Pusat antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Universitas Terbuka
Creel, H.G. (1989). Alam Pikiran Cina: Sejak Confucius Sampai Mao Zedong. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya
Creswell, W. John, (1998). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Cataloging Among Five Tradition. London: Sage Publication Inc
Dantes, dkk. (2008). Pengembangan Perangkat Evaluasi dan Hasil Belajar IPS dan PKn (Laporan Penelitian) Singaraja: IKIP Negeri Singaraja
Depdiknas. (2003). Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian.
Dick, Walter dan Carrey Lau. (1985). The Systematic Design of Instruction, 2nd Edition, Glenviewi. Illionis: Scott, Foresman and Company
Djahiri, Kosasih. (1985). Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral VCT dan Games dalam VCT. Bandung: Jurusan PPKn FPIPS IKIP Bandung
Douch. Robert C. (1967) Local History and The Teacher, London: Routledge and Kegan.
Elmubarok, Zaim. (2009). Membumikan Pendidikan Nilai; Mengumpulkan yang Terserak, Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai. Bandung: Alfabeta
dari Berbagai Faktor Pengajaran dan Pribadi Siswa. Laporan Penelitian IKIP Bandung: Tidak diterbitkan
--- (2012). Pendidikan Sejarah untuk Manusia dan Kemanusiaan: Refleksi Perjalanan Karier Prof. Dr. H. Said Hamid Hasan, M.A Jakarta: Media Indonesia
Isjoni. (2007). Pembelajaran Sejarah pada Satuan Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Koesoema, Donie. (2010). Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo
Kymlicka, Will. (2002). Kewargaan Multikultural. Jakarta: Pustaka LP3ES
Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah (Edisi kedua). Yogyakarta: Tiara Wacana
Lincoln dan Guba. (1985). Naturalistic Inquiry, Sage Publication Internasional Education and Professional Publisher Newbury Pash. London New Delhi
M, Hidajat Z. (1993). Masyarakat dan Kebudayaan Cina Indonesia. Bandung: Tarsito
Mahfud, Choirul. (2013). Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mahoney, James (1981) Local History, London: Publisher: National Education Association.
Miles, Mathew B & Huberman, A. Michael. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press
Mulyana, Agus & Restu Gunawan. (2007). Sejarah Lokal Penulisan dan Pembelajaran di Sekolah. Bandung: Salamina Press
Naim, Ngainun & Achmad Sauqi. (2012). Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Sagala, Syaiful. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sanjaya, Wina. (2011). Perancanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group
Sedyawati, Edi (2006). Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah. Jakarta: Rajawali Pers
Sjamsuddin, Helius & Ismaun. (1996). Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Sjamsuddin, Helius. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak
Soedewo, Eri dan Misnah Shalihat. (2010). Kota-Kota Tua Sumatera Utara. Medan: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Supardan, Dadang. (2009). Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara
Supriatna, Nana. (2005). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Lokal Tatar Sunda untuk Memahami Isu-Isu Sosial. Bandung: Jurnal Historia Nomor 11 Tahun 2005
Suryadinata, Leo. (1984). Dilema Minoritas Tionghoa. Jakarta: PT Grafiti Pers
Sutopo, H.B. (1992). Merancang Penelitian Kualitatif / Lembar Penelitian IKIP Semarang. Semarang: Pusat Penelitian IKIP Semarang
Syaodih S. Nana (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI.
Tilaar, H.A.R. (2004). Multikulturalisme Tantangan-Tantangan Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: PT. Grafindo