UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM SI REGULER MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
NAMA : MONALISA BR GINTING
NIM : 070503161
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: ”Pengaruh
Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan
Keuangan pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”, adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum
pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks
penulisan skripsi program reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh
telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh
Universitas Sumatera Utara.
Medan, 29 November 2010 Yang membuat pernyataan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatNYA penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Skrispi ini berjudul : ”Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Barang Konsumsi yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Disusun guna memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen
Akuntansi, Universitas Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan bantuan selama
proses penyusunan skrispi ini yakni kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak selaku Sekretaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Arifin Akhmad M.Si, Ak selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk
menyelesaikan skrispi ini dan sekaligus sebagai motivator dan pemberi
semangat kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Drs. Wahidin Yasin, M.Si, Ak selaku dosen pembanding I dan Bapak
memberikan arahan, kritikan bagi penulis untuk menyempurnakan dan
menyelesaikan skripsi ini.
5. Orangtua penulis, Ayahanda N. Ginting dan Ibunda M. Br Sinuhaji,
terimakasih telah menjadi motivator sehingga penulis tetap bersemangat
mengerjakan skrispi ini.
Penulis sadar bahwa skrispi ini belum sempurna karena keterbatasan
kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk perbaikan penulisan karya ilmiah kedepan. Akhir kata, penulis
berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, 29 November 2010 Penulis,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris dari pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa efek Indonesia antara tahun 2007 hingga tahun 2009
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dan diperoleh 24 perusahaan sampel yang menjadi objek penelitian dengan 72 unit analisis. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dan laporan auditor independen yang dipublikasikan melalui website Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik perusahaan yang di ukur melalui ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage, porsi saham publik berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Tetapi secara parsial, hanya ukuran perusahaan yang berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan sedangkan profitabilitas, likuiditas, leverage dan porsi saham publik tidak berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penelitian yang akan datang disarankan menggunakan beberapa rasio dalam mengukur profitabilitas, likuiditas, leverage dan menambah periode tahun pengamatan agar hasil yang diperoleh lebih maksimal. Belum optimalnya jumlah item yang diungkapkan perusahaan mensyiratkan Bapepam-LK perlu mengontrol laporan keuangan yang disampaikan oleh perusahaan publik.
ABSTRACT
The purposes of this research is to find out empirical evidence of influence of firm characteristics toward the comprehensiveness of disclousure financial report at the corporates of consummer goods company listed on Indonesia Stock Exchange between 2007 to 2009.
Sampling method that used is purposive sampling and there are 24 sample companies that will be research objects with 72 unit analysis. Data that used in this research is financial statement and independent audit report from each company that published on website www.idx.co.id
The result of this research shows that firm size, profitability, likuidity, leverage and public portion share have an influence simultaneously toward the comprehensiveness of disclousure financial report. But partially, there is only firm size has an influence toward the comprehensiveness of disclousure financial report., but this test showed that profitability, likuidity, leverage, and public portion share have not influence toward toward the comprehensiveness of disclousure financial report. According to the result of this research, the next research will be suggested to use some ratio to measure profitability, likuidity, and leverage and adding a periode of the research in order to get the result maximal. Because of the disclousure has not optimal which tilled by the public companies, Bapepam-LK need to control it more.
. The research hypotheses are tested using multiregression.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan MasalahPenelitian... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 9
1.Pengertian Laporan Keuangan...9
2.Tujuan Laporan Keuangan...10
3.Pengungkapan dalam Laporan Keuangan...11
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu...24
C. Kerangka Konseptual...27
D. Hipotesis Penelitian...30
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 31
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31
C. Jenis dan Sumber Data ... 33
D. Metode Pengumpulan Data ... 33
E. Defenisi Operasional dan Pengumpulan Variabel ... 34
F. Metode Analisis Data ... 35
G. Jadwal Penelitian ... 42
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Data Penelitian ... 43
B. Analisis Hasil Penelitian ... 44
1. Analisis Statistik deskriptif...45
2. Uji Asumsi Klasik...47
3. Uji Hipotesis Penelitian...54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan ... 67
B.Keterbatasan Penelitian ... 68
C.Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 70
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ………..… 26
Tabel 3.1 Daftar Perusahaan Sampel ………32
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ……….……. 42
Tabel 4.1 Sampel Penelitian ………....…..44
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian………. 45
Tabel 4.3 Kolmogorov Smirnov Test ………...… 49
Tabel 4.4 Uji Multikolinieritas…….. ………50
Tabel 4.5 Runs Test……… ……….. 51
Tabel 4.6 Uji Durbin-Watson………. 52
Tabel 4.7 Uji Gletser...………...… 53
Tabel 4.8 Koefisien Determinasi ………... 55
Tabel 4.9 Uji F...………... 56
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ………... 27
Gambar 4.1 Histogram………... 48
Gambar 4.2 Kurva normal P-Plot………... 49
DAFTAR LAMPIRAN
Nama Judul Halaman
Lampiran i Daftar Item Pengungkapan Laporan keuangan………. 73
Lampiran ii Daftar perusahaan Barang konsumsi...……… 77
Lampiran iii Pengungkapan Laporan Keuangan Tahun 2007...…………. 78
Lampiran iv Pengungkapan Laporan Keuangan Tahun 2008...…………. 81
Lampiran v Pengungkapan Laporan Keuangan Tahun 2009...…………. 84
Lampiran vi Data Logsize, NPM, CR, DTAR, PSP dan KP Tahun 2007.. 87
Lampiran vii Data Logsize, NPM, CR, DTAR, PSP dan KP Tahun 2008.. 88
Lampiran viii Data Logsize, NPM, CR, DTAR, PSP dan KP Tahun 2009.. 89
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris dari pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa efek Indonesia antara tahun 2007 hingga tahun 2009
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dan diperoleh 24 perusahaan sampel yang menjadi objek penelitian dengan 72 unit analisis. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dan laporan auditor independen yang dipublikasikan melalui website Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik perusahaan yang di ukur melalui ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage, porsi saham publik berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Tetapi secara parsial, hanya ukuran perusahaan yang berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan sedangkan profitabilitas, likuiditas, leverage dan porsi saham publik tidak berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penelitian yang akan datang disarankan menggunakan beberapa rasio dalam mengukur profitabilitas, likuiditas, leverage dan menambah periode tahun pengamatan agar hasil yang diperoleh lebih maksimal. Belum optimalnya jumlah item yang diungkapkan perusahaan mensyiratkan Bapepam-LK perlu mengontrol laporan keuangan yang disampaikan oleh perusahaan publik.
ABSTRACT
The purposes of this research is to find out empirical evidence of influence of firm characteristics toward the comprehensiveness of disclousure financial report at the corporates of consummer goods company listed on Indonesia Stock Exchange between 2007 to 2009.
Sampling method that used is purposive sampling and there are 24 sample companies that will be research objects with 72 unit analysis. Data that used in this research is financial statement and independent audit report from each company that published on website www.idx.co.id
The result of this research shows that firm size, profitability, likuidity, leverage and public portion share have an influence simultaneously toward the comprehensiveness of disclousure financial report. But partially, there is only firm size has an influence toward the comprehensiveness of disclousure financial report., but this test showed that profitability, likuidity, leverage, and public portion share have not influence toward toward the comprehensiveness of disclousure financial report. According to the result of this research, the next research will be suggested to use some ratio to measure profitability, likuidity, and leverage and adding a periode of the research in order to get the result maximal. Because of the disclousure has not optimal which tilled by the public companies, Bapepam-LK need to control it more.
. The research hypotheses are tested using multiregression.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perusahaan go public memanfaatkan pasar modal sebagai sarana untuk
mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan kegiatan bisnisnya.
Investor menanamkan modal pada perusahaan apabila investasinya dapat
menghasilkan sejumlah keuntungan. Keberadaan pasar modal menjadikan
perusahaan mempunyai alat untuk refleksi diri tentang kinerja dan kondisi
keuangan perusahaan.
Dampak krisis keuangan global tahun 2008 mengakibatkan para investor
dan kreditor berhati- hati dalam melakukan penanaman modal pada suatu
perusahaan demi mengantisipasi risiko yang akan terjadi. Selain itu, para investor
akan menelaah secara teliti laporan keuangan yang dimiliki oleh suatu perusahaan
untuk mengetahui kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Investor dalam
menanamkan dananya pada perusahaan, menilai bagaimana manajemen
perusahaan melakukan pengungkapan yang lebih luas dalam laporan keuangan
yang menjelaskan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Dasar pengambilan
keputusan bagi para investor, kreditor dan pengguna informasi lainnya adalah
informasi yang disajikan harus dapat dipahami, dipercaya, relevan dan transparan.
Hal tersebut disebabkan kegiatan investasi merupakan suatu kegiatan yang
mengandung risiko dan ketidakpastian. Kualitas keputusan investasi dipengaruhi
Pengungkapan laporan keuangan oleh perusahaan merupakan
accountability perusahaan kepada para penyedia modal yang berada diluar
perusaahan dan memudahkan alokasi sumberdaya untuk pemanfaatan yang paling
produktif. Pengungkapan laporan keuangan dapat dilakukan dalam bentuk
penjelasan mengenai kebijakan akuntansi. Informasi yang diungkapkan oleh
perusahaan dapat dipahami dan tidak menimbulkan salah interprestasi.
Menurut Hendriksen (2002: 436), “pengungkapan laporan keuangan dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu pengungkapan wajib
(Mandatory Disclosure) dan pengungkapan sukarela (Voluntary Disclosure)”.
Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh
standar akuntansi yang berlaku. Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan
yang dilakukan oleh manajemen perusahaan melebihi pengungkapan wajib yang
diharuskan oleh standar akuntansi yang berlaku. Di Indonesia yang menjadi
otoritas pengungkapan wajib adalah Bapepam-LK. Setiap perusahaan publik
diwajibkan membuat laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan publik
independen sebagai sarana pertanggungjawaban, terutama kepada pemilik modal.
Bapepam-LK melalui Surat Edaran Ketua Bapepam-LK No. SE-02/PM/2002
tanggal 27 Desember 2002 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan
mensyaratkan elemen-elemen yang seharusnya diungkapkan dalam laporan
keuangan perusahaan-perusahaan publik di Indonesia.
Pengungkapan laporan keuangan dapat dipengaruhi oleh karakteristik
perusahaan. Karakteristik perusahaan merupakan ciri khas atau sifat yang melekat
mengatakan dalam konteks laporan keuangan membagi karakteristik perusahaan
menjadi tiga kategori yakni variabel struktur (structure related variables) meliputi
ukuran perusahaan dan kemampuan melunasi hutangnya. Variabel yang kedua
adalah variabel kinerja (performance related variables) mencakup likuiditas
perusahaan dan profitnya. Variabel terakhir adalah variabel pasar (market related
variables) dilihat dari porsi saham publik, umur perusahaan, dan status
perusahaan.
Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan
kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar
maka semakin besar pula ukuran sebuah perusahaan. Semakin besar aktiva, maka
semakin besar modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin
banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar. Ukuran perusahaan
dijadikan sebagai salah satu karakteristik perusahaan karena dengan adanya
ukuran perusahaan dapat mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan
besar, menengah dan kecil. Semakin besar perusahaan maka akan semakin
lengkap pengungkapan laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen
perusahaan. Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayat
(2008) dan Sari (2008) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal itu sendiri. Dengan
demikian, investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis
benar-benar diterima dalam bentuk deviden (Sartono, 2007: 122). Profitabilitas
merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan oleh manajemen dalam
mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan.
Perusahaan yang memiliki rasio profitabilitas yang tinggi mendorong perusahaan
itu melakukan pengungkapan yang lebih lengkap karena menunjukkan bahwa
perusahaan itu berada pada posisi aman dan mampu bersaing. Hal ini mendukung
hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2008) namun tidak mendukung
hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyoko (2006) yang menyatakan
profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan.
Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang segera jatuh tempo
dengan sumber jangka pendeknya. Semakin tinggi rasio likuiditas maka semakin
tinggi kemampuan perusahaan membayar hutang-hutang jangka pendeknya.
Secara financial perusahaan yang kuat akan lebih mengungkapkan informasi
daripada perusahaan yang lemah. Mampu tidaknya perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendek inilah yang menjadikan rasio likuiditas dijadikan
sebagai salah satu karakteristik perusahaan yang berpengaruh dalam
pengungkapan laporan keuangan. Hal ini mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sari (2008). Namun tidak mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Setyoko (2006) dan Hidayat (2008) yang menyatakan likuiditas
Menurut Stice, dkk (2005: 786), “rasio-rasio leverage adalah sebuah
indikasi sejauh mana suatu perusahaan menggunakan dana pihak luar untuk
membeli aktiva”. Rasio leverage menunjukkan struktur hutang yang dimiliki oleh
perusahaan. Dengan kata lain, jumlah utang di dalam neraca akan menunjukkan
besarnya modal pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan. Adanya
pinjaman atau hutang menuntut adanya pertanggungjawaban perusahaan baik
dalam pemakaian maupun pengembalian pinjaman. Pihak kreditor memerlukan
informasi mengenai keadaan finansial debitor untuk meyakinkan bahwa debitor
dapat memenuhi kewajibannya saat jatuh tempo. Seiring dengan tuntutan kreditor
terhadap informasi tersebut, perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi akan
melakukan pengungkapan yang lebih luas. Hal ini mendukung hasil penelitian
yang dilakukan oleh Hidayat (2008) namun tidak mendukung hasil penelitian
yang dilakukan oleh Setyoko (2006) dan Sari (2008) yang menyatakan leverage
tidak memiliki pengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
Porsi saham publik yaitu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki
oleh masyarakat (publik) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh perusahaan.
Perusahaan yang memiliki banyak banyak pemegang saham juga akan
mempengaruhi pengungkapan laporan keuangan. Hal ini dikarenakan perusahaan
dengan jumlah pemegang saham yang besar akan menjadi sorotan publik sehingga
mendapat tekanan dari pemegang saham dan analis. Untuk mengurangi tekanan
tersebut, perusahaan harus mengungkapkan informasi mengenai perusahaan. Hal
ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyoko (2006) yang
pengungkapan laporan keuangan. Namun tidak mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sari (2008) menyatakan porsi saham publik tidak berpengaruh
terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan sebelumnya bahwa terdapat
perbedaan hasil penelitian dari peneliti terdahulu dengan peneliti terdahulu
lainnya. Perbedaan ini dapat disebabkan karena perbedaan objek dan waktu
penelitian. Perbedaan hasil penelitian inilah memotivasi peneliti untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dengan memfokuskan objek penelitian pada perusahaan
barang konsumsi yang telah go public. Alasan peneliti menggunakan perusahaan
barang konsumsi karena berdasarkan data bisnis indonesia intelligence tahun lalu
(2009), emiten di sektor industri barang konsumsi pada tahun lalu mampu
mencetak laba bersih sebesar Rpl6,49 triliun atau naik 45,03% dibandingkan
dengan perolehan laba bersih dari sektor ini pada 2008 dengan rata-rata
pertumbuhan mencapai 66,11%. Selain itu, pertimbangan lainnya sehingga
peneliti menggunakan perusahaan barang konsumsi sebagai objek penelitian
adalah permintaan terhadap barang konsumsi bersifat inelastis artinya persentase
perubahan jumlah barang yang diminta lebih kecil dibanding persentase
perubahan harga. Permintaan terhadap barang konsumsi tidak banyak dipengaruhi
oleh situasi perekonomian negara karena termasuk kebutuhan primer atau
kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi. Berdasarkan latar belakang tersebut,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh karakteristik
perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada
memfokuskan karakteristik perusahaan terhadap ukuran perusahaan, profitabilitas,
likuiditas, leverage, dan porsi saham publik.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah karakteristik perusahaan
(ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage, dan porsi saham publik)
berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada
perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui dan memperoleh bukt i empiris pengaruh karakteristik
perusahaan (ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage, dan porsi
saham publik) terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada
perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat yaitu :
1. bagi penulis yaitu meningkatkan wawasan berpikir dan mengaplikasikan ilmu
yang di dapat selama perkuliahan dalam penelitian ini,
2. bagi perusahaan yaitu dapat digunakan sebagai informasi tambahan dan bahan
Bursa Efek Indonesia mengenai perlunya kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan perusahaan,
3. bagi investor yaitu sebagai dasar pertimbangan untuk melakukan keputusan
investasi pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia,
4. bagi peneliti selanjutnya yaitu sebagai bahan referensi untuk melakukan
penelitian selanjutnya yang lebih baik mengenai pengaruh karakteristik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan laporan yang berisikan informasi yang
memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk mengetahui kondisi
perusahan pada masa tertentu atau masa pelaporan yang tepat dalam pengambilan
keputusan, informasi yang didapat tergantung pada tingkat pengungkapan dari
laporan keuangan yang bersangkutan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 1 menyatakan:
Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan dengan menerapkan PSAK secara benar disertai pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Informasi lain tetap diungkapkan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun pengungkapan tersebut tidak diharuskan oleh PSAK (Ikatan Akuntan Indonesia, 2007: 1.2).
Dalam prakteknya dikenal beberapa macam laporan keuangan seperti:
a. Laporan laba rugi (income statement) merupakan laporan keuangan yang
menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dalam
laporan laba rugi ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber
pendapatan yang diperoleh.
b. Laporan perubahan modal merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis
modal yang dimiliki pada saat ini. Laporan ini juga menjelaskan perubahan
c. Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan
pada tanggal tertentu.
d. Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang
berkaitan dengan kegiatan perusahan, baik yang berpengaruh langsung
maupun yang tidak langsung terhadap kas.
e. Catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang memberikan
informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu.
Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:
1) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi yang dipilih
2) Informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan di neraca,
laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas
3) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi
diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar misalnya pengungkapan
kontijensi, komitmen dan pengungkapan lainnya.
2. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan umum laporan keuangan menurut PSAK No. 1 paragraf 12
disebutkan bahwa ”tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi”. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah
atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa
yang telah dilakukan oleh manajemen agar mereka dapat membuat keputusan
ekonomi. Keputusan ini mencakup misalnya keputusan untuk menahan atau
menjual investasi mereka dalam perusahaan, keputusan mengganti manajemen
dan keputusan pemberian kredit.
Menurut APB Statement No. 4 yang dikutip oleh Harahap (2007:122)
menggambarkan tujuan laporan keuangan dengan membaginya menjadi dua,
yaitu:
a. Tujuan khusus
Menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi berterima umum.
b. Tujuan umum
Memberikan informasi tentang sumber ekonomi, kekayaan, kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban serta informasi lainnya yang relevan.
Tujuan laporan keuangan berdasarkan penjelasan di atas dapat
disimpulkan adalah untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya
mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan yang dapat
digunakan baik oleh pihak intern maupun ekstern perusahaan.
3. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan
Tingkatan pengungkapan menurut Harahap (2007: 85), terdiri atas
adequate, fair dan full. Adequate yaitu informasi minimum yang harus disajikan
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pengungkapan yang memadai bukan
berarti banyaknya penggunaaan kata-kata atau kalimat-kalimat yang panjang
auditor sehingga laporan keuangan tersebut tidak menyesatkan para pembacanya
dan tidak merugikan bagi perusahaan atau pemegang saham. Karena kewajaran
penyajian, laporan keuangan bergantung pada cukup tidaknya
pengungkapan-pengungkapan mengenai hal-hal yang cukup materiil. Hal-hal yang cukup materiil
dan perlu diungkapkan adalah erat hubungannya dengan:
a. Bentuk, susunan dan isi laporan keuangan serta penjelasan-penjelasan yang
dilampirkan
b. Istilah-istilah yang digunakan.
c. Banyaknya perincian-perincian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan.
d. Dasar penilaian atau penentuan dari jumlah-jumlah yang tercantum
e. Dalam laporan keuangan, misalnya dasar penilaian persediaan, dasar
penentuan penyusutan aktiva tetap.
f. Aktiva-aktiva yang dipakai sebagai jaminan pinjaman.
g. Deviden yang tertunggak, pembatasan pembagian deviden dan hutang-
hutang yang bersyarat.
h. Adanya kepentingan-kepentingan yang berafiliasi atau yang menguasai serta
sifat dan volume transaksi-transaksi dengan kepentingan tersebut.
Fair yaitu aturan etis tentang perlakuan yang sama kepada pemakai
laporan mengandung sasaran etis dengan menyediakan informasi yang layak
terhadap investor, dan full yaitu menyangkut kelengkapan penyajian informasi.
Konsep full disclosure mewajibkan agar laporan keuangan atau laporan tahunan
harus disajikan sebagai kumpulan potret dari kejadian ekonomi yang
sehingga membuat orang baik umum atau investor paham dan tidak salah tafsir
terhadap laporan tersebut (Harahap, 2007: 84).
Menurut Hendriksen (2002: 436), “pengungkapan laporan keuangan dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu pengungkapan wajib (Mandatory
Disclosure) dan pengungkapan sukarela (Voluntary Disclosure)”. Pengungkapan
wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar
akuntansi yang berlaku. Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan melebihi pengungkapan wajib yang
diharuskan oleh standar akuntansi yang berlaku. Setiap perusahaan publik
diwajibkan melakukan pengungkapan mengenai informasi yang berhubungan
dengan kondisi internal perusahaan seperti kondisi manajemen, kinerja
perusahaan dan sebagainya. Di Indonesia yang menjadi otoritas pengungkapan
wajib adalah Bapepam-LK. Melalui Surat Edaran Ketua Bapepam-LK No.
SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember tahun 2002 tentang Pedoman Penyajian
Laporan Keuangan menyebutkan setiap perusahaan publik disyaratkan melakukan
pengungkapan atas laporan keuangan perusahaan sebanyak 68 item (lihat
lampiran i).
Namun ada juga perusahaan yang tidak mengungkapkan secara lebih luas
laporan keuangannya karena menganggap pengungkapan lengkap hanya akan
menyesatkan dan berakibat pada kegagalan pasar. Pengungkapan akan membantu
pesaing dengan merugikan pemegang saham. Selain itu, pengungkapan yang luas
diterima oleh perusahaan. Oleh karena itu, hanya sebagian perusahaan yang
melakukan pengungkapan sukarela.
4. Karakteristik Perusahaan dan Pengaruhnya Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan
Karakteristik perusahaan dapat menjelaskan variasi luas pengungkapan
dalam laporan keuangan, karakteristik perusahaan merupakan prediktor kualitas
pengungkapan. Setiap perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda satu entitas
dengan entitas lainnya. Lang dan Lundholm (1994) dalam Subiyantoro (1996: 3)
mengatakan dalam konteks laporan keuangan membagi karakteristik perusahaan
menjadi tiga kategori yakni variabel struktur (structure related variables) meliputi
ukuran perusahaan dan kemampuan melunasi hutangnya. Kedua adalah variabel
kinerja (performance related variables) mencakup likuiditas perusahaan dan
profitnya. Terakhir adalah variabel pasar (market related variables) dilihat dari
porsi saham, umur perusahaan, dan status perusahaan dan jenis industri.
Menurut Jogiyanto (2000:89), ”karakteristik peusahaan merupakan
hal-hal yang berhubungan dengan kondisi internal perusahaan, yang meliputi kondisi
manajemen, organisasi, SDM dan keuangan perusahaan yang tercermin dalam
kinerja perusahaan”. Dengan demikian dapat dipahami bahwa karakteristik
perusahaan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kondisi internal
perusahaan yang dapat mempengaruhi suatu kondisi dalam perusahaan tersebut.
Karakteristik perusahaan meliputi :
b. kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
c. manfaat bagi perekonomian nasional
Sebagai sarana akuntabilitas, pengungkapan laporan keuangan harus
memiliki kualitas. Tingginya kualitas laporan keuangan sangat erat hubungannya
dengan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan dipengaruhi oleh karakteristik suatu perusahaan.
Dalam penelitian ini, karakteristik perusahaan tercermin dalam ukuran
perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage dan porsi saham publik.
a. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan karakteristik perusahaan dalam kaitannya
dengan struktur perusahaan. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya
perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar.
Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar
pula ukuran suatu perusahaan. Semakin besar aktiva, maka semakin besar modal
yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang
dan semakin besar kapitalisasi pasar. Dari ketiga variabel ini, peneliti
menggunakan variabel total aktiva dalam mengukur ukuran perusahaan karena
nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan penjualan dan kapitalisasi
pasar.
Ukuran perusahaan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu
perusahaan kecil, perusahaan menengah dan perusahaan besar. Berdasarkan
tentang perubahan atas peraturan menteri perdagangan Republik Indonesia No.
36/M-DAG/PER/9/2007 tentang penerbitan surat izin usaha perdagangan, pasal 3
mengelompokkan ukuran perusahaan atas:
1) perusahaan kecil yaitu perusahaan yang memiliki aset lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2) perusahaan menengah yaitu perusahaan yang memiliki aset lebih dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
3) perusahaan besar yaitu perusahaan yang memiliki aset lebih dari Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih
banyak daripada perusahaan kecil. Menurut Almilia (2007: 5), “perusahaan besar
mempunyai kemampuan untuk merekrut karyawan yang ahli, serta adanya
tuntutan dari pemegang saham dan analis, sehingga perusahaan besar memiliki
insentif untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas daripada perusahaan
kecil”. Perusahaan besar merupakan entitas yang banyak disorot oleh pasar
maupun publik secara umum. Mengungkapkan lebih banyak informasi yang
berhubungan dengan kondisi internal perusahaan baik yang meliputi kondisi
manajemen, organisasi, SDM dan keuangan perusahaan merupakan bagian dari
upaya perusahaan untuk mewujudkan akuntabilitas publik.
b. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan oleh
yang dihasilkan. Rasio profitabilitas terkait dengan penjualan dan investasi
perusahaan karena kedua variabel ini menunjukkan efektivitas operasional
keseluruhan perusahaan. Pada umumnya, investor sangat memperhatikan rasio
profitabilitas, misalnya untuk melihat keuntungan yang akan diterima dalam
bentuk deviden. Selain itu, analisis profitabilitas merupakan evaluasi atas tingkat
pengembalian investasi perusahaan dimana analisis ini berfokus pada sumber daya
perusahaan dan tingkat profitabilitas dengan melibatkan pengukuran terhadap
pemicu profitabilitas yaitu margin dan perputaran.
Beberapa pengukuran dalam menghitung rasio profitabilitas:
1) laba bersih atas penjualan (net profit margin/NPM)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui
penjualan. Cara menghitung NPM adalah dengan membandingkan laba bersih
dengan penjualan bersih.
Menurut Kasmir (2008: 201) menyatakan bahwa perusahaan dikatakan baik
jika NPM yang dimiliki oleh perusahaan diatas rata-rata industri pada
umumnya yakni di atas 20%.
2) pengembalian atas total aktiva (return on total asset/ROA)
Pengembalian atas total aktiva dihitung dengan membagi laba bersih sebelum
bunga dan pajak terhadap rata- rata total aktiva. Rasio ini menilai efektivitas
dan intensitas aktiva dalam menghasilkan laba.
Menurut Kasmir (2008: 203), rata-rata industri untuk ROA adalah 30%.
Perusahaan dikatakan baik jika mampu mencapai ROA di atas rata-rata
industri.
3) pengembalian atas total ekuitas (return on total equity/ROE)
Pengembalian atas total ekuitas dihitung dengan membagi laba bersih dengan
rata- rata ekuitas pemegang saham. Rasio ini digunakan untuk menunjukkan
kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan yang tersedia bagi
pemegang saham.
Menurut Kasmir perusahaan dikatakan baik jika ROE yang dimiliki oleh
perusahaan diatas rata-rata industri pada umumnya yakni di atas 40% (Kasmir,
2008: 205)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rasio laba bersih setelah pajak
terhadap penjualan bersih (net profit margin/NPM) karena rasio ini menunjukkan
laba yang terkait dengan penjualan. NPM dapat diinterpretasikan sebagai tingkat
efisiensi perusahaan, yaitu sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menekan
biaya-biaya yang ada di perusahaan. Semakin tinggi NPM maka semakin efektif
suatu perusahaan dalam menjalankan operasinya. Almilia (2007: 5), menyatakan
bahwa “net profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu, atau biaya yang
tinggi pada tingkat penjualan tertentu”.
Perusahaan yang menghasilkan laba (profitable) yang tinggi juga akan
disebabkan manajemen perusahaan ingin meyakinkan bahwa perusahaan dalam
posisi persaingan yang kuat dan memperlihatkan kinerja manajemen yang baik.
Selain itu, manajemen juga ingin meyakinkan kepada investor dan kreditor bahwa
operasi perusahaan berjalan dengan efisien.
c. Likuiditas
Kasmir (2008: 130) menyatakan rasio likuiditas sering disebut rasio modal
kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu
perusahaan. Rasio Likuiditas menganalisa dan menginterpretasikan posisi
keuangan jangka pendek, tetapi juga sangat membantu bagi manajemen untuk
mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan, juga penting
bagi kreditor jangka panjang dan pemegang saham yang akhirnya atau setidak
tidaknya ingin mengetahui prospek dari deviden dan pembayaran bunga di masa
yang akan datang. Dapat dipahami bahwa rasio likuiditas menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau
kewajiban yang segera jatuh tempo dengan sumber jangka pendeknya. Semakin
tinggi rasio likuiditas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan membayar
hutang-hutang jangka pendeknya. Dua rasio likuiditas yang sering digunakan
adalah :
1) Rasio lancar (Current Ratio/CR)
Rasio lancar adalah rasio yang paling sering digunakan. Menurut Kasmir
(2008: 134) rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka
Menurut Kasmir perusahaan dikatakan baik jika perbandingan aktiva lancar
dengan hutang lancarnya mencapai 200% atau 2:1 (Kasmir, 2008: 131).
2) Rasio cepat (Quick Ratio/Acid Test ratio)
Rasio cepat merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar dengan aktiva
lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan (Kasmir, 2008: 136) Menurut
Kasmir (2008: 137) rasio cepat dihitung dengan mengurangkan persediaan
dari aktiva lancar dan kemudian membagi hasilnya dengan kewajiban lancar.
Rasio Cepat
Perusahaan dikatakan lebih baik dari perusahaan lain jika perusahaan mampu
mancapai perbandingan rasio cepat 1,5 kali (Kasmir, 2008: 138).
Dalam penelitian ini menggunakan rasio lancar. Alasan peneliti lebih
mengutamakan rasio lancar dibandingkan dengan rasio cepat karena pada rasio
lancar persediaan termasuk ke dalam aset lancar berbeda dengan rasio cepat yang
justru mengurangkan persediaan dari aset lancarnya. Dalam perusahaan barang
konsumsi, persediaan juga sangat memegang peranan penting, karena dapat
dijaminkan untuk menjamin hutang perusahaan. Kesehatan suatu perusahaan yang
dicerminkan dengan tingginya rasio likuiditas yang diukur dengan rasio lancar
perusahaan yang kuat lebih banyak mengungkapkan informasi daripada
perusahaan yang lemah.
d. Leverage
Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan
hutang dimana hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva berasal dari
kreditor, bukan dari pemegang saham atau investor. Leverage dapat dikatakan
sebagai pinjaman sehingga suatu perusahaan dapat membeli lebih banyak aktiva
dibandingkan yang disediakan pemegang saham melalui investasi mereka.
Menurut Stice, dkk (2005: 787), “para investor biasanya lebih
menginginkan leverage yang tinggi untuk meningkatkan ukuran perusahaan
mereka tanpa harus meningkatkan investasi mereka, tetapi para kreditor (lender)
lebih memilih leverage yang rendah untuk meningkatkan keamanan pinjaman
mereka”.
Ada beberapa pengukuran dalam menghitung rasio leverage yaitu :
1) rasio hutang terhadap aktiva (debt to asset ratio/DTAR)
Rasio hutang terhadap aktiva dihitung dengan membagi total hutang terhadap
total aktiva. Rasio ini mengukur jumlah aktiva yang didanai dengan hutang.
Debt to asset ratio
Aktiva Total
Hutang Total
=
Rata-rata rasio hutang terhadap total aktiva untuk industri adalah 35%
(Kasmir, 2008: 157)). Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang
bagi perusahaan dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang
perusahaan mampu mencapai rata-rata rasio hutang terhadap total aktiva
dibawah rata-rata industri.
2) rasio hutang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DTER)
Rasio hutang terhadap ekuitas dihitung dengan membagi total hutang dengan
total ekuitas. Rasio ini menggambarkan kemampuan modal sendiri dalam
menjamin hutang.
Rata-rata rasio hutang terhadap total ekuitas untuk industri adalah 80%
(Kasmir, 2008: 159)). Perusahaan akan dikatakan baik jika perusahaan mampu
mencapai rata-rata rasio hutang terhadap total ekuitas dibawah rata-rata
industri.
3) rasio kelipatan pembayaran bunga (time interest earned ratio)
Rasio kelipatan pembayaran bunga dihitung dengan membagi jumlah laba
sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga. Rasio ini digunakan untuk
menunjukkkan kemampuan laba sebelum bunga dan pajak untuk membayar
beban bunga.
Kelipatan pembayaran bunga untuk industri adalah 10 kali (Kasmir, 2008:
162).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rasio hutang terhadap aktiva
(DTAR) karena rasio ini mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai
kreditor untuk mendapatkan perlindungan jika terjadi risiko. Kreditor akan
mengamati DTAR untuk menilai efisiensi dari kewajiban yang dimiliki oleh
perusahaan.
Semakin tinggi DTAR, maka semakin besar jumlah modal pinjaman yang
digunakan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Horne (2005: 210),
menyatakan bahwa “semakin tinggi debt to asset ratio, maka semakin besar risiko
keuangannya”. Penggunaan utang yang tinggi akan meningkatkan profitabilitas,
namun utang yang tinggi juga akan meningkatkan risiko (Hanafi, 2004: 41).
Adanya pinjaman atau hutang menuntut adanya pertanggungjawaban
perusahaan baik dalam pemakaian maupun pengembalian pinjaman. Pihak
kreditor memerlukan informasi mengenai keadaan finansial debitor untuk
meyakinkan bahwa debitor dapat memenuhi kewajibannya saat jatuh tempo.
Seiring dengan tuntutan kreditor terhadap informasi tersebut, perusahaan dengan
rasio leverage yang tinggi akan melakukan pengungkapan yang lebih
komperehensif (Irawan, 2006: 21).
e. Porsi Saham Publik
Saham-saham pada Perusahaan go public bebas dimiliki oleh publik.
Menurut Suta (2002:93) umumnya komposisi saham perusahaan yang telah go
public masih belum seimbang antara founder dengan pemegang saham publik.
Sekitar 70% saham masih dikuasai oleh founder dan 30% sisanya dimiliki oleh
publik. Perbedaan komposisi kepemilikan tersebut (equity gap) menyebabkan
publik diukur dengan rasio jumlah saham yang dimiliki masyarakat (publik)
dengan total saham perusahaan. Rasio ini menunjukkan seberapa besar saham
perusahaan yang dimiliki oleh publik.
Perusahaan yang sahamnya banyak dimiliki publik menunjukkan
perusahaan tersebut memiliki kredibilitas yang tinggi dimata masyarakat dalam
memberikan imbalan (deviden) yang layak dan dianggap mampu beroperasi terus
menerus (going concern). Alasan inilah yang menyebabkan perusahaan
menganggap perlunya pengungkapan atas informasi mengenai porsi saham publik
dalam laporan keuangan perusahaannya (Irawan, 2006: 22).
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan replikasi dari peneliti terdahulu (Setyoko, Sari,
dan Hidayat). Setyoko (2006) menganalisis tentang pengaruh karakteristik
perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada
perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini
menggunakan 20 perusahaan yang dijadikan sampel pada tahun pengamatan 2003.
Hasil penelitian ini memyimpulkan bahwa karakteristik perusahaan yang tercemin
dalam leverage, profitabilitas, likuiditas dan porsi saham publik secara simultan
memiliki pengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
Namun secara parsial hanya porsi saham publik yang memiliki pengaruh positif
terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan sedangkan leverage,
Sari (2008) menganalisis pengaruh karakteristik perusahaan terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini menggunakan 32 perusahaan
manufaktur sebagai sampel dengan periode pengamatan tahun 2006. Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa karakteristik perusahaan yang tercermin
dalam likuiditas, ukuran perusahaan, proporsi kepemilikan saham, leverage dan
umur perusahaan secara simultan memiliki pengaruh yang positif terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Namun, secara parsial ukuran
perusahaan dan likuiditas yang memiliki pengaruh positif terhadap kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan sementara proporsi kepemilikan saham, leverage
dan umur perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kelengkapan laporan keuangan.
Hidayat (2008), menganalisi tentang pengaruh karakteristik perusahaan
terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan food and
baverages yang terdaftar di bursa efek Jakarta. Penelitian ini menggunakan 20
perusahaan sebagai sample dengan periode pengamatan tahun 2005-2006. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa karakteristik perusahaan yang tercermin melalui
ukuran perusahaan, likuiditas, leverage dan profitabilitas secara simultan memiliki
pengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Namun,
secara parsial hanya likuiditas yang tidak memiliki pengaruh terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Ringkasan penelitian terdahulu ini
C. Kerangka Konseptual
Berdasarkan tinjauan teoritis, penelitian terdahulu dan kerangka
konseptual pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai
masalah penting (Sumarni, 2006: 27). Suatu kerangka berpikir akan
menghubungkan secara teoritis antar variabel penelitian yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Selain itu, kerangka konseptual merupakan penjelasan sementara
gejala- gejala yang menjadi objek permasalahan atau sintesis tentang hubungan
konseptual yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antara variabel
yang diteliti (Sugiyono, 2007: 47).
Beberapa karakteristik perusahaan yang mempengaruhi kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan adalah leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi
saham publik, ukuran perusahaan, status perusahaan, umur perusahaan dan sektor
perusahaan. Variabel independen pada penelitian ini adalah karakteristik
perusahaan yang tercermin melalui ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas,
leverage dan porsi saham publik sedangkan variabel dependennya adalah
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan.
Hubungan antara variabel independen dan variabel dependen adalah
hubungan satu arah atau hubungan positif. Semakin besar ukuran perusahaan
akan cenderung semakin lengkap mengungkapkan laporan keuangannya karena
perusahaan memiliki banyak informasi yang harus diungkapkan. Semakin tinggi
rasio profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan semakin tingginya kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba dan menunjukkan semakin baik kinerja
perusahaannya. Dengan laba yang tinggi perusahaan akan cukup dana dalam
mengumpulkan, mengelompokkan, mengolah informasi menjadi lebih bermanfaat
serta dapat menyajikan pengungkapan yang lebih komperehensif. Likuiditas
perusahaan yang tinggi menunjukkan tingginya kemampuan perusahaan tersebut
dalam memenuhi hutang jangka pendeknya. Dapat dikatakan perusahaan tersebut
dalam kondisi yang sehat. Kekuatan perusahaan yang ditunjukkan dengan rasio
likuiditas yang tinggi akan berhubungan dengan tingkat pengungkapan yang
akan cenderung memberi pengungkapan yang lebih untuk memberikan informasi
yang lebih luas dari pada perusahaan yang memiliki kondisi finansial yang lemah.
Selain itu perusahaan dengan kondisi finansial yang kuat diangggap mampu
menanggung biaya-biaya yang ditimbulkan dengan adanya pengungkapan yang
lebih luas. Leverage menunjukkan proporsi pendanaan perusahaan yang dibiayai
dengan utang. Semakin tinggi rasio leverage, maka semakin besar jumlah
pinjaman yang digunakan untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Dalam
memberikan pinjaman kreditor akan memerlukan informasi mengenai keadaan
finansial perusahaan untuk melihat resiko yang mungkin terjadi. Seiring tuntutan
kreditor akan informasi inilah yang menyebabkan perusahaan perlu melakukan
pengungkapan yang lebih lengkap. Semakin besar proporsi saham yang dimiliki
oleh publik mengharuskan perusahaan memberikan informasi
selengkap-lengkapnya kepada publik. Karena hal ini menunjukkan kredibilitas perusahaan
itu sendiri dimata publik. Hubungan satu arah atau hubungan positif terjadi karena
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan sangat dipengaruhi secara positif
oleh karakteristik perusahaan yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas,
leverage dan porsi saham publik
D. Hipotesis Penelitian
Menurut Indriantoro (2002: 73), “hipotesis menyatakan hubungan yang
diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang
dapat diuji secara empiris”. Hipotesis dikembangkan dari telaah teoritis sebagai
pengujian secara empiris (Sugiyono, 2007: 51). Hipotesis penelitian yang
dirumuskan dalam penelitian ini berdasarkan tinjauan teoritis, penelitian
terdahulu, dan kerangka konseptual adalah karakteristik perusahaan (ukuran
perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage dan porsi saham publik) memiliki
pengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif yaitu
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau
lebih (Sugiyono, 2007: 11).
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Sugiyono (2007: 72) menyatakan bahwa “populasi merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2007-2009
yang berjumlah 34 perusahaan. Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007: 73). Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling yang
merupakan teknik penentuan sampel anggota populasi dengan pertimbangan atau
kriteria tertentu. Kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini adalah :
1. perusahaan-perusahaan tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2007-2009
3. perusahaan-perusahaan tersebut telah mempublikasikan laporan keuangan
lengkap per 31 Desember dan telah diaudit oleh auditor independen
Berdasarkan kriteria yang telah dikemukakan sebelumnya maka
perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini berjumlah 24 perusahaan
dengan 72 unit analisis (24 x 3 tahun). Daftar perusahaan yang dijadikan sebagai
sampel dapat dilihat pada tabel 3. 1
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pooling yang
merupakan kombinasi antara data runtut waktu (time series) dengan data silang
tempat (cross section). Sumber data adalah data sekunder yaitu data penelitian
yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh
dan dicatat oleh pihak lain) (Indriantoro, 2002: 147). Data diperoleh dari situs
Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id yang terdiri dari laporan keuangan
perusahaan.
D. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data eksternal. Data
eksternal adalah data yang umumnya disusun oleh suatu entitas selain peneliti dari
organisasi yang bersangkutan (Indriantoro, 2002: 149). Pada penelitian ini,
pengumpulan data dilakukan dengan dua tahapan. Tahap pertama dilakukan
melalui studi pustaka, yakni jurnal akuntansi dan buku- buku yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Pada tahap yang kedua, pengumpulan data yakni
laporan keuangan perusahaan barang konsumsi periode 2007-2009 dilakukan
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah karakteristik perusahaan.
Karakteristik perusahaan yang di gunakan adalah ukuran perusahaan,
profitabilitas, dan likuiditas, leverage, dan porsi saham publik.
a. Ukuran Perusahaan dinyatakan dalam total aktiva. Total aktiva akan dihitung
dengan menggunakan logaritma atas nilai aktiva.
b. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
Profitabilitas diukur dengan rasio laba bersih setelah pajak terhadap penjualan
bersih (Net Profit Margin).
c. Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang segera jatuh tempo dengan
sumber jangka pendeknya. Likuiditas diukur dengan rumus:
Rasio Lancar
d. Leverage merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi jumlah kewajibannya. Leverage diukur dengan rasio total hutang
dibagi dengan total aktiva (Debt to Asset Ratio/DTAR). Sehingga leverage
dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:
e. Porsi Saham Publik adalah perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki
publik dengan jumlah saham yang dimiliki oleh perusahaan. Porsi saham
publik diukur sebagai berikut:
Tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan diperoleh dengan
menjumlahkan tingkat pengungkapan wajib dengan tingkat pengungkapan
sukarela. Dalam mengukur tingkat pengungkapan digunakan beberapa pedoman
yaitu tingkat pengungkapan wajib (Mandatory indeks disclosure) dan tingkat
pengungkapan sukarela (voluntary indeks disclosure). Kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan mengukur berapa banyak butiran laporan
keuangan yang material diungkap oleh perusahaan diukur dengan indeks
disclosure methodology, yaitu indeks Wallace
Rumus Indeks Wallace =
k n
× 100% (Nugraheni, dkk, 2000:80)
Dimana n :jumlah item yang diungkapkan perusahaan
k :jumlah item yang seharusnya diungkap berdasarkan
peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
dengan melakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis. Hasil
pengujian asumsi klasik akan mendukung hasil pengujian hipotesis.
1. Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum model regresi digunakan dalam pengujian hipotesis, terlebih
dahulu model tersebut diuji apakah model tersebut memenuhi asumsi klasik atau
tidak. Asumsi klasik merupakan asumsi yang mendasari analisis regresi.
Pengujian asumsi klasik ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa model yang
diperoleh benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis regresi yang
meliputi : uji normalitas, uji multikoliniearitas, uji autokorelasi, dan uji
heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005: 110). Uji
normalitas data dapat dilakukan melalui analisis grafik dan analisis statistik.
Analisis grafik untuk melihat normalitas data dilakukan dengan melihat grafik
histogram dan kurva normal probability plot. Pada grafik histogram, suatu data
dikatakan normal jika bentuk kurva memiliki kemiringan yang cenderung
seimbang baik pada sisi kiri maupun pada sisi kanan. Pada kurva normal
probability plot, data dikatakan normal apabila distribusi data menyebar di sekitar
garis diagonal atau mengikuti arah garis diagonal. Analisis statistik dilakukan
statistik apakah data disepanjang garis diagonal berdistribusi normal. Data
dikatakan normal apabila hasil pengujian menunjukkan nilai siginifikan diatas
0,05.
b. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya
hubungan antar variabel independen dalam model regresi. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebasnya (Ghozali, 2005:
91). Untuk menguji ada tidaknya multikolinieritas, dapat dilakukan dengan cara :
1) nilai R2 pada estimasi model regresi,
2) menganalisis matrik korelasi variabel- variabel independen,
3) menggunakan variance inflation factor dan nilai tolerance. Multikolinieritas
terjadi jika VIF lebih dari 10 dan nilai tolerance lebih kecil dari 0,10.
Pengujian multikolinieritas data dalam penelitian ini menggunakan
variance inflation factor dan nilai tolerance. Model regresi linier berganda harus
terbebas dari gejala multikolinieritas agar dapat digunakan dalam penelitian.
c. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode saat ini dengan
kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Ghozali (2005: 95) menyatakan
bahwa “uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)”. Autokorelasi sering terjadi pada
sampel dengan data time series. Pengujian autokorelasi pada penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan The Runs Test dan uji Durbin-Watson. The Runs
test diperkenalkan oleh Geary sebagai uji nonparametrik dengan tanda positif dan
negatif. Kaidah dari keputusan ini adalah tidak menolak hipotesis jika taksiran R
berada pada jarak interval. Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi dengan
menggunakan teori Durbin-Watson :
1) angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif,
2) angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi,
3) angka D-W di atas +2 berarti autokorelasi negatif.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi telah terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan
ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2005: 105). Model regresi yang baik adalah
model regresi yang memiliki persamaan variance residual atau homokedastisitas.
Mengukur ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan dua
pendekatan. Pendekatan pertama dapat dilakukan dengan pendekatan grafik yakni
melihat grafik Scatterplot. Cara memprediksi pola gambar Scatterplot adalah
sebagai berikut:
1) titik- titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0,
3) penyebaran titik- titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar,
4) penyebaran titik- titik data sebaiknya tidak berpola.
Pendekatan kedua adalah pendekatan statistik yakni menggunakan uji
gletser. Data tidak terkena heterokedastitas jika nilai signifikan lebih besar 0,05
2. Pengujian Hipotesis Penelitian (Ha)
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan koefisien
determinasi, uji simultan dan uji parsial. Model penelitian ini menggunakan model
regresi linier berganda. Model regresi linier berganda adalah model regresi yang
memiliki lebih dari satu variabel independen. Model regresi linier berganda
dikatakan model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas data
dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik baik multikolinieritas,
autokorelasi dan heteroskedastisitas (Lubis,dkk, 2007: 45). Persamaan regresi
linier berganda yaitu
Y = α + β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4 + β5X5+ ε
Keterangan :
Y = Indeks Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan
X1 = Ukuran Perusahaan
X2 = Profitabilitas
X3 = Likuiditas
X4 = Leverage
α = Konstanta
ε = error
β1,β2,β3,β4 = koefisien regresi yang menunjukkan perubahan variabel
dependen berdasarkan pada variabel independen.
Menurut Situmorang, dkk (2010: 148), ada beberapa alasan penyisipan
faktor error dalam model regresi yakni:
a. Penyisipan faktor error (ε) dalam model mewakili himpunan pengaruh dari
seluruh variebel-variabel yang diabaikan. Dimungkinkan pengaruh semua
variabel tersebut sangat kecil sehingga faktor error digunakan untuk mewakili
kesalahan-kesalahan dalam pengukuran, pencatatan, pengumpulan maupun
pengolahan data.
b. Karena ketidaksempurnaan spesifikasi untuk matematis model. Bentuk linier
dari persamaan regresi hanyalah sebagai pendekatan dari bentuk persamaan
yang sebenarnya. Faktor error antara lain termasuk pula sebagai faktor koreksi
akibat kesalahan karena pendekatan linier.
c. Perilaku acak dalam kehidupan. Perilaku manusia adalah keadaan acak yang
tidak dapat diduga.variabel-variebel yang digunakan dalam regresi berganda
sering merupakan agregat dari variabel-variabel lainnya. Agregasi dapat
berupa ruang, waktu dan sebagainya. Dengan agregasi sebenarnya telah
dibuang berbagai informasi yang ada pada berbagai distribusi diantara
pengamatan-pengamatan individual. Kehilangan informasi ini mungkin dapat
a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model
menerangkan variasi variabel independen (Ghozali, 2005: 83). Nilai koefisien
determinasi dapat dilihat pada R Square. Jika nilai R Square dikatakan baik jika
di atas 0,5 karena nilai R Square berkisar antara 0 dan 1.
b. Uji Simultan (F-test)
Uji F dilakukan untuk menujukkan apakah semua variabel independen
atau bebas yang dimasukkan dalam model regresi berganda mempunyai pengaruh
secara bersama- sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005: 84). Kriteria
yang digunakan dalam menerima atau tidak dapat menerima hipotesis adalah :
1) Ha diterima apabila Fhitung > Ftabel, pada α = 5% dan nilai p-value < level of
significant sebesar 0,05
2) Ha tidak dapat diterima apabila Fhitung < Ftabel, pada α = 5% dan nilai p-value >
level of significant sebesar 0,05
c. Uji Parsial (t-test)
Uji parsial digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen (Ghozali, 2005: 84). Kriteria yang digunakan dalam menerima atau
tidak dapat menerima hipotesis penelitian (Ha) adalah :
1) Ha diterima apabila thitung > ttabel, pada α = 5% dan nilai p-value < level of
2) Ha tidak dapat diterima apabila thitung < ttabel,, pada α = 5% dan nilai p-value >
level of significant sebesar 0,05.
G. Jadwal Penelitian
Adapun jadwal penelitian adalah sebagai berikut :
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Data Penelitian
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data
dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft Excel, selanjutnya
dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian menggunakan regresi berganda.
Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda digunakan dengan menggunakan
software SPSS versi 18. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel
penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai
metode analisis data yang telah ditentukan.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling
dan berdasarkan kriteria yang telah ditetapka n, diperoleh 24 perusahaan yang
memenuhi kriteria dan dijadikan sampel penelitian ini (tabel 3.1) dan diamati
selama periode 2007-2009. Sehingga unit analisis pada penelitian ini menjadi 72
unit analisis (24x3 tahun). Daftar perusahaan yang dijadikan sebagai sampel dapat