• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALA MATEMATIKA SISWA YANG DIAJARKAN DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING DAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS VIIIMTS NEGERI LUBUK PAKAM T.A. 2012/2013 PADAPOKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALA MATEMATIKA SISWA YANG DIAJARKAN DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING DAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS VIIIMTS NEGERI LUBUK PAKAM T.A. 2012/2013 PADAPOKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang Diajarkan Dengan Model Reciprocal Teaching dan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD siswa kelas VIII MTs Negeri Lubuk Pakam T.A. 2012/2013 pada Pokok Bahasan Kubus dan Balok”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat bantuan dariber bagai pihak, oleh sebab itu sudah sewajarnya apabila penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku pembimbing skripsi dan juga Dosen Pembimbing Akademik Ibu Dra. Katrina Samosir, M.Pd yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan pada Bapak Drs. Asrin Lubis, M.Pd, Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd., dan Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku dosen penguji yang

telah memberikan masukan dan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staff pegawai jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang telah banyak membantu penulis.

(3)
(4)

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA YANG DIAJARKAN DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING DAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS VIII MTS NEGERI LUBUK PAKAM T.A. 2012/2013 PADA

POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK

Ali Sodikin Samosir 071244110035

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan matematika siswa setelah diajarkan dengan model reciprocal teaching dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa kelas VIII MTs Negeri Lubuk Pakam T.A. 2012/2013 pada pokok bahasan Kubus dan Balok.

Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII MTs Negeri Lubuk Pakam yang terdiri dari 5 kelas. Dari 5 kelas, dipilih 2 kelas secara random yaitu kelas VIIIA sebagai kelas eksperimen1 dengan model reciprocal teaching dan kelas VIIIB sebagai kelas eksperimen2 dengan pembelajaran STAD. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan instrumen berupa tes uraian yang telah valid dengan reliabilitas tinggi yaitu 0,381 dengan jumlah soal sebanyak 5 item.

Penelitian ini tidak menggunakan pretes dengan alasan bahwa kemampuan dasar masing-masing siswa di kedua kelas dianggap sama.

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Daftar Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar viii

Dartar Tabel ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Identifikasi Masalah 7

1.3. Batasan Masalah 7

1.4. Rumusan Masalah 7

1.5. Tujuan Penelitian 8

1.6. Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

2.1. Kerangka Teoritis 9

2.1.1. Pembelajaran Matematika 9

2.1.2. Strategi Belajar Mengajar 11

2.1.3. Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika 12 2.1.4. Penerapan Pendekatan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran

Matematika 15

2.1.5. Model Pembelajaran 17

2.1.6. Pembelajaran Reciprocal Teaching 17 2.1.6.1.Pengertian Pembelajaran Reciprocal Teaching 17 2.1.6.2.Memperkenalkan Reciprocal Teaching kepeda Siswa 23 2.1.6.3.Mengajarkan Reciprocal Teaching kepada Siswa 24 2.1.6.4.Perancangan dan Penerapan Prosedur Reciprocal teaching 25

2.1.7. Pengertian Belajar 27

2.1.8. Pembelajaran Matematika 28

2.1.9. Pembelajaran Kooperatif 29

2.1.10. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 32

2.1.11. Pemecahan Masalah Matematika 36

2.2. Kubus dan Balok 39

2.2.1. Mengenal Unsur-unsur Kubus dan Balok 39

2.2.2. Menggambar Kubus dan Balok 40

(6)

2.3. Kerangka Konseptual 42

2.4. Hipotesis Penelitian 43

BAB III METODE PENELITIAN 44

3.1. Lokasi dan WaktuPenelitian 44

3.2. Populasi dan Sampel 44

3.2.1. Populasi Penelitian 44

3.2.2. Sampel Penelitian 44

3.3. Jenis Penelitian 44

3.4. Variabel Penelitian 44

3.4.1. Variabel Bebas 45

3.4.2. Variabel Terikat 45

3.5. Desain Penelitian 45

3.6. Prosedur Penelitian 45

3.7. Instrumen Pengambilan Data 46

3.8. Instrumen Pemecahan Masalah Matematika 46

3.9. Teknik Analisis Data 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 55

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 55

4.2. Uji Persyaratan Analisis 56

4.2.1. Uji Normalitas 56

4.2.2. Uji Homogenitas 56

4.2.3. Uji Hipotesis 56

4.3. Diskusi Hasil Penelitian 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 58

5.1. Kesimpulan 58

5.2. Saran 58

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2. 1. Langkah-lankah Pembelajaran Kooperatif 34

Tabel 2. 2. Prosedur Penentuan Nilai Perkembangan Siswa 35

Tabel 2. 3. Perhitungan Skor Perkembangan 35

Tabel 2. 4. Tingkat Penghargaan Kelompok 35

Tabel 3. 1. Desain Penelitian Experimen 45

Tabel 3. 2. Pedoman Penyekoran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 47

Tabel 3.3. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Tes 49

Tabel 3.4. Klasifikasi Koefisien Validitas Tes 49

Tabel 3.5. Klasifikasi Daya Pembeda 51 Tabel 4.1. Tabel Distribusi Frekuensi Data Hasil Tes 55

Tabel 4.2. Data Tes Kedua Kelas 55

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2. 1. Contoh Benda Menyerupai Kubus 39

Gambar 2. 2. Unsur-unsur Kubus 39

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1-4 : RPP Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II 62 Lampiran 5 : Ppedoman Penskoran Kemapuan Pemecahan Masalah 73

Lampiran 6 : Kisi-Kisi Tes 74

Lampiran 7 : Soal Tes 75

Lampiran 8 : Alternatif Jawaban Tes 76

Lampiran 9 : Skor Hasil Uji Coba Tes 79

Lampiran 10 : Perhitungan Validitas Tes 80 Lampiran 11 : Perhitungan Reliabilitas Tes 82

Lampiran 12 : Data Daya Pembeda Tes 85

Lampiran 13 : Perhitungan Tingkat Kesukaran 86 Lampiran 14 : Perhitungan Daya Pembeda Soal 87 Lampiran 15 : Data Hasil Tes Kelas Eksperimen1 88 Lampiran 16 : Data Hasil Tes Kelas Eksperimen2 90 Lampiran 17 : Uji Normalitas Data Hasil Tes Kelas Eksperimen1 92 Lampiran 18 : Uji Normalitas Data Hasil Tes Kelas Eksperimen2 94

Lampiran 19 : Uji Homogenitas 96

Lampiran 20 : Uji Hipotesis 98

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan bagian dari kehidupan manusia karena belajar matematika pada dasarnya belajar berbuat dan berpikir matematika. Ini sesuai dengan hakikat matematika ditinjau dari segi ilmu yaitu matematika merupakan suatu cara berpikir oleh karena itu matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa disetiap jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi. Sebagaimana yang diutarakan oleh Siroj

(http://www.pelita.or.Id/cetakartikel):

”Jika ingin mencerdaskan bangsa belajarlah matematika karena sadar atau tidak dalam kehidupan sehari-hari matematika selalu diperlukan sebagai alat bantu dalam berbagai kegiatan. Sejak mulai TK sampai Perguruan Tinggi matematika sudah dikenalkan dari model yang sederhana hingga yang kompleks”.

Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang sangat penting diajarkan kepada siswa. Cockroft (dalam Abdurrahman, 2003 : 253) mengemukakan:

”Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala jenis kehidupan ; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang”.

Selanjutnya Hudojo (1988 : 1) juga menyatakan bahwa:

”Matematika berfungsi mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, merupakan pengetahuan yang essensial sebagai dasar untuk bekerja seumur hidup dalam abad globalisasi. Karena itu tingkat penguasaan matematika pada tingkat tertentu diperlukan bagi semua siswa agar kelak dalam hidupnya mendapat pekerjaan yang baik”.

(11)

matematika yang baik sangat diperlukan siswa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya menghadapi masa depan yang semakin kompetitif. Namun kenyataannya tidak sedikit siswa yang kurang memahami arti penting matematika dalam kehidupan, sehingga siswa kurang berminat dan kurang termotivasi dalam belajar matematika umumnya siswa menganggap bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sangat sulit.

Seperti yang dikemukakan oleh Mulyono (1991 : 1) “Dari bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit untuk dipelajari”. Kesulitan dalam belajar matematika mengakibatkan pemecahan masalah matematika siswa rendah.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, hendaknya guru berusaha melatih dan membiasakan siswa melakukan kegiatan pembelajaran seperti memberikan latihan-latihan soal dan memecahkan masalah-masalah matematika yang ada. Dengan adanya pemecahan masalah matematika, maka siswa diharapkan lebih mudah memahami konsep matematika yang ada seperti yang dikemukakan oleh Noor (http://pages-yourfavorite.com/ppsupi/abstrakmat2005.html) bahwa: “Pemecahan masalah

sangat penting dalam pembelajaran matematika yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap penguasaan konsep, aturan-aturan dalil dan sebagainya”.

Selain itu Hudojo (2001:166) juga menyatakan bahwa:

”Pemecahan masalah mempunyai fungsi yang penting dalam kegiatan belajar mengajar matematika. Melalui pemecahan masalah matematika siswa-siswa dapat berlatih dan mengintegrasikan konsep-konsep, teorema-teorema dan keterampilan yang telah dipelajari”.

Selain kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa itu sendiri, rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa juga disebabkan oleh metode pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Oleh karena itu guru harus dituntut untuk menciptakan dan menerapkan suatu strategi dalam pembelajaran matematika seperti dikemukakan oleh Setiawati (http://pages-yourfavorite.com/ppsupi/abstrakmat2005.html) bahwa : “Rendahnya kemampuan

(12)

permasalahan yang menuntut seorang guru untuk menciptakan dan menerapkan suatu strategi dalam pembelajaran matematika”.

Agar kemampuan pemecahan masalah dalam matematika dapat berhasil maka dibutuhkan peran aktif siswa. Oleh karena itu perlu diusahakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. Cara belajar aktif merupakan cara belajar yang dituntut dari siswa agar mereka dapat meningkatkan prestasi belajarnya seperti dikemukakan oleh Noor (http://pages-yourfavorite.com/ppsupi/abstrakmat2005.html) bahwa:

”Cara belajar aktif merupakan cara belajar yang dituntut dari siswa, agar mereka dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Oleh karena itu guru dituntut untuk mendorong siswa belajar secara aktif dan dapat meningkatkan kemampuan penalaran dalam matematika yang merupakan faktor penting dalam matematika”.

Dari permasalahan di atas perlu diterapkan suatu model pembelajaran matematika yang mendorong siswa aktif dalam belajar. Model pembelajaran kooperatif dapat dijadikan model alternatif yang diharapkan dapat mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam arti siswa harus aktif, saling berinteraksi dengan teman-temannya, saling tukar informasi, dan memecahkan masalah. Sehingga tidak ada siswa yang pasif dalam menyelesaikan masalah pelajaran, yang ada adalah untuk menuntaskan materi belajarnya. Seperti dikemukakan oleh Ibrahim, dkk (2000 : 7) bahwa:

”Beberapa ahli berpendapat bahwa model kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar”.

Selain itu Tim MKPBM (2001 : 219) juga menyatakan bahwa:

(13)

Dari beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika. Karena antarsiswa dalam kelompok kooperatif dapat saling membantu temannya dengan bahasanya sendiri yang lebih mudah dipahami daripada penjelasan dari guru.

Matematika secara umum sangat sulit dipahami oleh siswa, karena matematika memiliki objek yang sifatnya abstrak dan membutuhkan penalaran yang cukup tinggi untuk memahami setiap konsep-konsep matematika yang sifatnya hirarkis, sehingga perlu menerapkan model-model pengajaran yang lebih baik dan tepat membantu penguasaan siswa sedini mungkin di tingkat sekolah

terhadap matematika. Berdasarkan data hasil observasi awal yang dilaksanakan peneliti ke sekolah MTs Negeri Lubuk Pakam (05April 2012) menunjukkan bahwa, selama proses belajar mengajar berlangsung, siswa cenderung diam dan tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru, sehingga tidak menunjukkan kelancaran siswa mengemukakan jawaban, pendapat atau gagasannya menanggapi pertanyaan guru tersebut (kelancaran merupakan salah satu penilaian terhadap kemampuan pemecahan masalah). Peneliti juga melihat bahwa pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat konvensional, yang berakibat kegiatan pembelajaran kurang menarik, tidak menantang, dan sulit untuk mencapai target.

Mempelajari matematika tidak terlepas dari topik bangun ruang. Salah satu dari klasifikasi bangun ruang adalah kubus dan balok. Topik ini diajarkan dikelas VIII SMP sederajat. Namun, siswa masih kesulitan dalam memahami konsep pada kubus dan balok.

(14)

Dengan demikian MTs Negeri Lubuk Pakam mengalami masalah dalam proses belajar mengajar pada materi bangun ruangterutama kubus dan balok. Di sekolah tersebut guru hanya menggunakan metode lama yaitu metode ceramah, yang aktif hanya guru saja sedangkan siswanya hanya duduk, diam, mendengarkan, dan mengerjakan perintah guru. Guru tidak pernah memikirkan apakah siswanya sudah mengerti atau belum tentang materi yang diajarkan guru tersebut. Mereka hanya mengejar target untuk menyekesaiakan pembelajaran sesuai dengan kurikulum. Sedangkan materi bangun ruang merupakan materi yang lumayan sulit dimengerti, maka seharusnya diajarkan lebih mendalam karena materi tersebut adalah materi yang berkelanjutan.

MTs Negeri Lubuk Pakam harus memperhatikan kualitas siswanya untuk dapat bersaing dengan sekolah lainnya di dunia pada umumnya dan di Indonesia khususnya. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah tersebut adalah Matematika. Mata pelajaran ini merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang diujiannasionalkan dan merupakan salah satu syarat utama kelulusan. Oleh sebab itu, perlu diterapkan strategi belajar yang efektif dan efisien agar diperoleh motivasi belajar siswa yang baik.

Banyak strategi dan model pembelajaran yang mendukung perkembangan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan konsep pembelajaran yang mandiri, menyenangkan, dan aktif. Setiap model dan strategi pembelajaran memiliki keunggulan dan keistimewaan masing-masing. Salah satu diantara model yang dimaksud adalah strategi Reciprocal Teaching. Model Reciprocal Teaching adalah prosedur pengajaran atau pendekatan yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa tentang strategi – strategi kognitif serta untuk membantu siswa memahami materi pelajaran dengan baik. Model Reciprocal Teaching menerapkan empat strategi dasar pemahaman mandiri yaitu merangkum atau menyimpulkan bahan ajar, mengajukan pertanyaan, memprediksi materi lanjutan, dan mengklarifikasi istilah–istilah yang sulit dipahami.

Menurut Palincsar dan Brown (dalam Ibrahim, 2007) bahwa :

(15)

untuk meningkatkan keterampilan membaca pada siswa yang berkemampuan rendah. Reciprocal teaching adalah prosedur pengajaran atau pendekatan yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa tentang strategi – strategi kognitif serta untuk membantu siswa memahami bacaan dengan baik. Dengan menggunakan pendekatan reciprocal teaching siswa diajarkan empat strategi pemahaman dan pengaturan diri spesifik, yaitu merangkum bacaan, mengajukan pertanyaan, memprediksi materi lanjutan, dan mengklarifikasi istilah – istilah yang sulit dipahami. Untuk mempelajari strategi – strategi tersebut guru dan siswa membaca bahan pelajaran yang ditugaskan di dalam kelompok kecil, guru memodelkan empat keterampilan tersebut di atas.”

Pembelajaran Reciprocal Teaching merupakan suatu kegiatan instruksional yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam bentuk dialog untuk

memahami makna suatu teks bacaan. Oleh karenanya, pembelajaran Reciprocal Teaching merupakan salah satu kegiatan pengajaran yang sangat mempengaruhi hasil belajar siswa karena bersifat efektif, efisien, dan menyenangkan yang terjalin dalam suatu interaksi timbal balik.

Model Reciprocal Teaching adalah salah satu jenis model pembelajaran kooperatif. Selain model Reciprocal Teaching, salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang lain adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok-kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Kedua strategi kooperatif ini memiliki perbedaan keunggulan.

Dari kedua strategi di atas, peneliti tertarik ingin mengetahui strategi mana yang lebih tepat dan seberapa besar perbedaan keunggulan kedua strategi tersebut apabila diterapkan dalam pembelajaran matematika pada topik yang sama yaitu kubus dan balok.

(16)

1.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah sebelumnya maka timbul beberapa pertanyaan sebagai indentifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Kurangnya dukungan dari sekolah dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dalam proses pembelajaran.

2. Rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada pembelajaran matematika.

3. Rendahnya kemampuansiswa dalam memecahkan soal – soal mengenai Kubus dan Balok.

4. Metode yang digunakan guru masih bersifat konvensional dan tidak

inovatif.

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk dapat memfokuskan permasalahan dan untuk mencegah penafsiran yang salah serta keterbatasan waktu, maka tidak semua masalah tersebut akan diteliti, oleh sebab itu diperlukan pembatasan masalah. Yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: Pembelajaran pada pokok bahasan Kubus

dab Balok di kelas VIII MTs Negeri Lubuk Pakam dengan model Reciprocal Teaching sebagai upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Kemampuan pemecahan masalah yang diteliti adalah kemampuan merangkum atau menyimpulkan bahan ajar, mengajukan pertanyaan, memprediksi materi lanjutan, dan mengklarifikasi istilah–istilah yang sulit dipahami pada materi Kubus dan Balok.

1.4. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan

(17)

mendapat pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan Kubus dan Balok di Kelas VIII MTs Negeri Lubuk Pakam Tahun Ajaran 2012/2013?

1.5. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan Model Reciprocal Teaching dan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada Pokok Bahasan Kubus dan Balok di Kelas VIII MTs Negeri Lubuk Pakam Ajaran 2012/2013.

1.6. Manfaat Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Pihak sekolah sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran termasuk dalam meningkatkan kemampuan siswa.

2. Guru matematika khususnya untuk menambah variasi model pembelajaran. Penelitian ini diharapkan mampu memperluas wawasan dan pengetahuan guru mengenai model pembelajaran Reciprocal Teaching sebagai pembelajaran alternatif dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

3. Siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah terutama dalam menyelesaikan permasalahan matematika.

4. Penulis sendiri dalam menambah dan membekali diri untuk menjadi

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta

Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Medan, (2008), Materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, Depdiknas Unimed

Djamarah, S. B., (2002), Psikologi Belajar, PT. Asdi Mahasatya, Jakarta.

Djamarah, S. B. (2002), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Djamarah, S. B., dan Zain, A., (2006), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Hudojo, H., (1988), Belajar Mengajar Matematika, Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan LPTK, Jakarta.

Makmun, A.S. 2002. Psikologi Kependidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Masykur dan Fathani, (2007), Mathematical Intellegence,Penerbit Ar- Ruzz Media, Yogyakarta.

Munandar, S.C.U., (1999), Pengembangan Kemampuan Berpikir Anak Berbakat, Penerbit Depdikbud dan Rineka Cipta, Jakarta.

Rooijakkers, Ad. 1991. Mengajar dengan Sukses : Petunjuk untuk Merencanakan dan Menyampaikan Pengajaran. Jakarta : PT. Grasindo

Ruijter, U. T., (1994), Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan, penerbit Gramedia, Jakarta.

Saripah, E. 2002. Model Resiprocal Teaching dalam Pembelajaran Kooperatif Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 2-3 SMU Negeri 8 Bandung. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan

Suryabrata, Sumadi, (2002), Psikologi Pendidikan, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sriyanto, H.J., (2007), Strategi Sukses Menguasai Matematika, Indonesia Cerdas, Yogyakarta.

(19)

Suherman, E., Kusumah. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusuma

Suherman, Erman, dkk. 2001. Common Text Book : Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA UPI

Trianto, (2007), Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktif, Penerbit Prestasi Pustaka, Jakarta.

Usman, U. M., (1990), Menjadi Guru Profesional, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Dari latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ’’PENGARUH PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAN KEMAMPUAN EKONOMI ORANG TUA

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan menerapkan metode Bamboo Dancing dalam pembelajaran IPA daur air pada

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan ada hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar seni budaya, faktor kecerdasan emosional

Terlihat dari Gambar 2 menjelaskan bahwa ketika melakukan scan rfid maka id number akan di proses di dalam database id number yang terdapat di dalam raspberry, jika id

Dari satu stasiun GPS Singapura NTUS dapat dikembangkan model TEC ionosfer di atas Sumatra dan sekitarnya yang mana cakupan model tersebut tergantung pada sudut elevasi minimum

Menurut Josef Nossek ( 1982: 77), untuk meningkatkan daya tahan, dapat melakukan variasi latihan dengan mengunakan cross country, yaitu latihan yang berlari dari tempat

Sistem JPKM ini merupakan sistem asuransi bagi keluarga mampu sehingga kedepan diharapkan akan mengurangi beban Pemerintah daerah Kabupaten Polewali Mandar di bidang kesehatan

Selain merek dagang dan jasa, juga terdapat penjelasan mengenai merek kolektif sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 angka 4 Undang-undang Nomor 20 tahun 2016 tentang Hak