HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SENI BUDAYA
NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1
Diajukan Oleh:
OKTARIANI KOMALASARI F. 100 070 040
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SENI BUDAYA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh
Derajat Sarjana S-1
Diajukan Oleh:
OKTARIANI KOMALASARI F. 100 070 040
Kepada
FAKULTAS PSIKOLOGI
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SENI BUDAYA
Oktariani Komalasari
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Prestasi belajar seni budaya pada siswa SMA Batik 2 Surakarta dari tahun 2008 hingga 2011 menunjukkan prestasi yang selalu meningkat. Hasil ini didukung oleh minat siswa terhadap kegiatan seni budaya di sekolah dan didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana seni budaya yang memadai. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seni budaya selain minat dan ketersediaan sarana dan prasarana adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan intelektual memberikan persiapan bagi individu untuk menghadapi gejolak, kesempatan ataupun kesulitan-kesulitan dan kehidupan. Dengan kecerdasan emosional, individu mampu mengetahui dan menanggapi perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan menghadapi perasaan-perasaan orang lain dengan efektif. Individu dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki motivasi untuk berprestasi. Sedangkan individu yang tidak dapat menahan kendali atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merusak kemampuannya untuk memusatkan perhatian pada tugas-tugasnya dan memiliki pikiran yang jernih.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar seni budaya, tingkat kecerdasan emosional, prestasi seni budaya, dan untuk mengetahui sumbangan efektif kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar seni budaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode pengambilan datanya menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Sampel penelitian adalah siswa-siswi SMA Batik 2 Surakarta kelas XI IA1, IA2, IA3, IS1, IS2, IS3, IS4, dan IS5. Teknik pengujian hipotesis menggunakan uji korelasi yang didahulu dengan uji asumsi berupa normalitas dan linieritas.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan ada hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar seni budaya, faktor kecerdasan emosional mempunyai pengaruh 60,9 % terhadap prestasi belajar seni budaya dan ini membuktikan bahwa kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang mempengaruhi prestasi belajar seni budaya pada siswa. Sedangkan 39,1 % lagi dipengaruhi oleh faktor lainnya, misalnya faktor motivasi, emosi, faktor lingkungan sosial dan non sosial, dan kecerdasan emosional yang tergolong tinggi dan hal ini ditunjukkan dari rerata empirik sebesar 122,44 dan rerata hipotetik sebesar 90.
Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar Seni Budaya (Oktariani Komalasari)
2 PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan dunia pendidikan sebagai faktor penentu tercapainya tujuan pembangunan nasional di bidang pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut diperlukan sebagai bekal dalam rangka menyonsong datangnya era global dan pasar bebas yang penuh dengan persaingan. Untuk mencapai keberhasilan dalam dunia pendidikan, maka keterpaduan antara kegiatan guru dengan siswa sangat diperlukan. Oleh karena itu guru diharapkan mampu mengatur, mengarahkan, dan menciptakan suasana yang mampu mendorong motivasi siswa untuk belajar. Karena guru merupakan kunci dalam peningkatan mutu pendidikan dan mereka berada di titik sentral dari setiap usaha reformasi pendidikan (Syah,2003).
Masalah pendidikan perlu mendapat perhatian khusus oleh Negara Indonesia yaitu dengan dirumuskannya Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan (2003) yang berbunyi: pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan,
membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sujana (2000)
mengemukakan hasil belajar yang didapatkan oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datangnya dari luar siswa, bahwa hasil belajarnya siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa itu sendiri, dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Tetapi perlu diingat bahwa faktor lain yaitu motivasi, minat, perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi dan politik, kondisi psikis dan fisik mampu memberikan pengaruh.
Pembelajaran seni rupa di
sekolah mengembangkan
kemampuan siswa dalam berkarya seni yang bersifat visual dan rabaan. Pembelajaran seni rupa memberikan kemampuan bagi siswa untuk
memahami dan memperoleh
kepuasan dalam menanggapi karya seni rupa ciptaan siswa sendiri maupun karya seni rupa ciptaan orang lain. Melalui pengalaman berkarya, siswa memperoleh pemahaman tentang berbagai penggunaan media, baik media untuk seni rupa dwimatra maupun seni rupa trimatra. Dalam berkarya seni rupa, siswa belajar menggunakan berbagai teknik tradisional dan modern untuk mengeksploitasi sifat-sifat dan potensi estetik media. Melalui seni rupa, siswa belajar berkomunikasi melalui gambar dan bentuk, serta mengembangkan rasa kebanggaan dalam menciptakan ungkapan pikiran dan perasaannya.
prediktor variabel prestasi belajar yaitu faktor dalam diri individu yang terkait dengan prestasi belajar diantaranya yaitu kecerdasan emosional. Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang
setara dengan kemampuan
inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi.
Menurut Goleman (2000),
kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient
(EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama.
Berdasarkan uraian tersebut,
maka peneliti merumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut “Apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar seni budaya?”. Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka peneliti berkeinginan untuk membuktikan dengan mengajukan judul “Hubungan antara Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Seni budaya”.
LANDASAN TEORI Prestasi Belajar
Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari berbuatan belajar, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut. Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut.
Pendidikan seni pada umumnya meliputi rupa, seni musik, seni tari dan seni drama (seni teater). Sejak awal munculnya kurikulum umum para pendidikan seni budaya berjuang agar seni dipertimbangkan secara serius. Sejak lama seni telah diasumsikan memiliki peranan penting untuk menghasilkan warga masyarakat yang baik, tambahan bagi mata pelajaran akademik, program khusus bagi anak-anak
berbakat, atau kegiatan
ekstrakurikuler.
Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar Seni Budaya (Oktariani Komalasari)
4
Belajar melalui seni merupakan metode untuk mendorong siswa untuk mempelajari dan mengekspresikan pemahamannya tentang materi pelajaran melalui bentuk-bentuk karya seni. Belajar melalui dapat diterapkan untuk semua jenjang sekolah. Sebagai contoh, siswa disuruh menggambar objek alam (misalnya kerang laut) untuk memahami fenomena objek alam tersebut. Dalam hal ini, siswa secara aktif dilibatkan dalam berpikir imajinatif dan kreatif dalam belajar melalui seni dan mengkonstruksi makna.
Pengukuran prestasi belajar seni budaya
Pada dasarnya pendidikan seni disekolah diarahkan untuk menumbuhkan kepekaan rasa estetik dan artistik sehingga terbentnk sikap kritis, apresiasif dan kreatif pada diri peserta didik secara menyeluruh. Sikap ini akan tumbuh, apabila dilakukan serangkaian proses kegiatan pada peserta didik yang meliputi kegiatan pengamatan, penilaian, dan pertumbuhan rasa memiliki melalui keterlibatan peserta didik dalam segala aktivitas seni di dalam kelas dan atau di luar kelas.
Dengan demikian pendidikan seni melibatkan semua bentuk kegiatan berupa aktivitas fisik dan cita rasa keindahan yang tertuang dalam kegiatan berekspresi, bereksplorasi, berapresiasi dan berkreasi melalui bahasa rupa, bunyi, gerak dan peran (seni budaya,musik, tari, dan teater). Masing-masing mencakup mated sesuai dengan bidang seni dan aktivitas dalam gagasan-gagasan seni, keterampilan
berkarya seni serta berapresiasi dengan memperhatikan konteks sosial budaya masyarakat.(Diknas, 2006).
Berikut ini prinsip penilaian karya seni budaya pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, yang mengacu pada Peraturan Menteri No 20 tahun 2007:
a. Sahih b. Objektif c. Adil d. Terpadu e. Terbuka
f. Menyeluruh dan berkesinambungan g. Sistematis
h. Beracuan i. Akuntabel
Penilaian karya seni rupa peserta didik tentunya tidak tepat kalau hanya dilihat dari hasil karya saja, tetapi akan lebih lengkap dan baik bila dilengkapi dengan penilaian proses peserta didik pada waktu membuat karya tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Zainul (2005), yang menyatakan bahwa asesmen kinerja secara sederhana didefinisikan sebagai penilaian terhadap proses perolehan, penerapan, pengetahuan dan ketrampilan, melalui proses pembelajaran yang menunjukkan kemampuan peserta didik dalam proses dan produk.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.
yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal
Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
1) Faktor fisiologis a) Kesehatan badan. b) Pancaindera. 2) Faktor psikologis
a) Intelligensi. b) Sikap. c) Motivasi. b. Faktor eksternal
1) Faktor lingkungan keluarga 2) Faktor lingkungan sekolah
3) Faktor lingkungan
masyarakat
Kecerdasan Emosional
Istilah “kecerdasan emo
sional” pertama kali dilontarkan
pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang
tampaknya penting bagi
keberhasilan. Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah
semuanya dan menggunakan
informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan (Shapiro, 1998). Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan
lingkungan terutama orang tua pada
masa kanak-kanak sangat
mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional. Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan. (Shapiro, 1998).
Faktor – faktor yang
mempengaruhi Kecerdasan Emosional
a. Faktor lingkungan keluarga
Kehidupan keluarga
merupakan sekolah pertama dalam mempelajari emosi, orang tua merupakan subyek pertama yang perilakunya di indentifikasi oleh anak dan kemudian diinternalisasi yang akhitnya akan menjadi bagian dari kepribadian anak.
b. Lingkungan non keluarga
Dalam hal ini yang terkait adalah lingkungan masyarakat dalam pendidikan. Remaja dapat belajar mengenai kecerdasan emosional melalui masyarakat disekitar tempat tinggal dilingkungan pendidikan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosional adalah adanya faktor lingkungan keluarga dan faktor non lingkungan keluarga termasuk juga lingkungan sekolah.
Keterkaitan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar seni budaya pada siswa SMA
Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar Seni Budaya (Oktariani Komalasari)
6
dewasa ini, merupakan hal yang wajar apabila para siswa sering khawatir akan mengalami kegagalan atau ketidak berhasilan dalam meraih prestasi belajar atau bahkan takut tinggal kelas.
Individu yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang lebih baik, dapat menjadi lebih terampil dalam menenangkan dirinya dengan cepat, jarang tertular penyakit, lebih terampil dalam memusatkan perhatian, lebih baik dalam berhubungan dengan orang lain, lebih cakap dalam memahami orang lain dan untuk kerja akademis di sekolah lebih baik (Gottman, 2001).
Hipotesis
Berdasarkan kesimpulan teoretik atas telaah yang dilakukan tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “ Ada hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar seni budaya”. Dalam ini berarti semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang, maka akan semakin tinggi prestasi belajar yang dimilikinya dan begitu pula sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosional seseorang maka akan semakin rendah prestasi belajarnya.
Metode Penelitian
Suatu hal yang harus diperhatikan dalam suatu penelitian adalah metode penelitian yang digunakan. Hadi (1995) menyatakan bahwa metode penelitian merupakan masalah yang penting dalam suatu penelitian dan sangat mempengaruhi hasil penelitian yang dilakukan.
Kesalahan dalam menentukan metode akan mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan data serta pengambilan keputusan, sebaliknya semakin tepat metode yang digunakan diharapkan semakin baik pula hasil yang diperoleh. Penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode kuantitatif. Prosedur dan alat yang digunakan dalam penelitian juga harus cocok dengan metode penelitian yang digunakan. Dalam penelitian ini menggunakam alat ukur yang dinamakan skala.
Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Prestasi Belajar Seni budaya Prestasi belajar siswa diperoleh dari nilai rata-rata raport siswa pada kelas X semester 2 tahun 2011 yang diperoleh dari pihak SMA Batik 2 Surakarta. Prestasi belajar terdiri dari 1 mata pelajaran yang tidak butuh banyak berfikir yaitu Seni Budaya.
2. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam memanajemen emosi untuk melakukan suatu hal yang didasari oleh aspek-aspek mengenali mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan. Semakin tinggi skor skala kecerdasan
emosi yang diperoleh
Subjek Penelitian
Penelitian ini menggunakan studi populasi. Menurut Suryabrata (2000), studi populasi adalah penelitian yang dilakukan terhadap ruang lingkup yang luas dengan subjek penelitian dan kesimpulannya berlaku bagi semua subjek penelitian yang ada dalam populasi tersebut.
Adapun sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Batik 2 Surakarta kelas XI IA1, IA2, IA3, IS1, IS2, IS3, IS4, dan IS5. Total subjek penelitian berjumlah 288 orang.
Metode Pengumpulan Data
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk skala
kecerdasan emosional dan
dokumentasi nilai rapor.
1. Skala kecerdasan emosional Skala ini dibuat guna mengungkap kecerdasan emosi. Skala kecerdasan emosi disusun Ika (2008) yang kemudian dimodifikasi oleh peneliti dengan mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Solovey dan Mayer (dalam Goleman, 2002) yang mencakup aspek mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan. Alasan peneliti memodifikasi karena adanya kesamaan tujuan penelitan yaitu mengetahui tentang kecerdasan emosi, peneliti melakukan modifikasi dengan cara pengurangan dan penambahan aitem dan mengubah beberapa aitem yang memiliki kekaburan makna akibat memiliki dua kondisi, kondisi disesuaikan dengan subjek penelitian. Alasan menggunakan
skala terpakai karena sudah teruji dengan validitas rbt = 0,289 sampai dengan 0,736 dan reliabilitas rtt = 0,957. Namun karena adanya beberapa modifikasi yang dilakukan oleh peneliti maka skala ini masih harus di try out kan lagi untuk memperoleh validitas dan reliabilitas yang baru.
Penyusunan angket
dikelompokkan menjadi item-item
favorable dan unfavorable. Dimana pernyataan favorable adalah pernyataan yang mendukung atau menunjukkan atribut yang diukur, sedang pernyataan unfavorable
adalah penyataan yang tidak mendukung dan tidak menunjukkan atribut yang diukur.
Kecerdasan Emosi pada remaja adalah skala model Likert yang telah dimodifikasi menjadi empat kategori jawaban dan aitem-aitem dalam skala ini dikelompokkan dalam aitem favorable serta
unfavorable. Skor untuk aitem
favorable adalah sebagai berikut:
Sangat Sesuai (SS) : Dengan skor 4
Sesuai (S) : Dengan skor 3
Tidak Sesuai (TS) : Dengan skor 2
Sangat Tidak Sesuai (STS) : Dengan skor 1
Selajutnya untuk aitem
unfavorable yang berisikan pernyataan-pernyataan yang tidak mendukung objek sikap skor yang diberikan adalah sebagai berikut:
Sangat Sesuai (SS): Dengan skor 1
Sesuai (S) : Dengan skor 2
Tidak Sesuai (TS) : Dengan skor 3
Sangat Tidak Sesuai (STS): Dengan skor 4
Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar Seni Budaya (Oktariani Komalasari)
8
Goleman (2000) yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, empati atau mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain atau ketrampilan sosial. Tinggi rendahnya skala kecerdasan emosi ditentukan oleh skor yang diperoleh dan kemudian dikategorisasikan menjadi 5 yaitu: sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.
Blue Print Skala Kecerdasan
Emosi Sebelum Penelitian Aspek Nomor Aitem
Favourable Unfavourable Mengenali
Emosi Diri
1,11,21,31,41 2,12,22,32,42
Mengelola Emosi
3,13,23,33,43 4,14,24,34,44 Memotivasi
Diri Sendiri
5,15,25,35,45 6,16,26,36,46
Mengenali Emosi Orang lain
7,17,27,37,47 8,18,28,38,48
Membina Hubungan
9,19,29,39,49 10,20,30,40,50 Total 25 25
2. Metode Dokumentasi
Teknik pengumpulan data terhadap prestasi belajar ini adalah dengan mengambil data yang sudah tersedia, yaitu nilai Rapor pada kelas X semester 2 sebagai subyek penelitian yang merupakan hasil penilaian oleh pihak Sekolah. Data dari prestasi belajar ini dikumpulkan dengan cara melihat hasil rapor kelas X semester 2 dari seluruh subyek penelitian. Mata pelajaran kelas X yaitu : Seni Budaya.
Penilaian prestasi belajar tersebut merupakan hasil evaluasi dari suatu proses belajar formal yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif
(angka) yang terdiri antara 1 sampai 10. Hasil ini dapat dilihat dari nilai rata-rata raport siswa yang diberikan oleh pihak guru dalam setiap masa akhir tertentu (6 bulan) untuk sekolah lanjutan.
Teknik Analisis Data
Metode analisis data merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengolah data, menganalisis data hasil penelitian untuk diuji kebenarannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisa statistik.
Selanjutnya metode analisis data dilakukan dengan mengunakan kriteria internal yaitu pengujian korelasi antara skor butir dengan skor total butir. Perhitungannya menggunakan teknik korelasi
product moment dari Karl Pearson (Hadi, 2001)
LAPORAN PENELITIAN Orientasi Kancah Penelitian
Pada pelaksanaan try out penelitian ini dilaksanakan pada 96 siswa-siswi SMA Batik 2 Surakarta kelas XI IA1, IS1, dan IS2. Setelah melakukan uji coba, peneliti baru melaksanakan penelitian pada 185 siswa-siswi SMA Batik 2 Surakarta kelas XI IA2, IA3, IS3, IS4, dan IS5.
Perhitungan Validitas dan Reliabilitas
aitem yang dikerjakan dengan bantuan computer program SPSS (Statistical Product and Service Solution).
Hasil uji coba validitas skala kecerdasan emosional diperoleh 45 aitem yang sahih dari 50 aitem yang diujicobakan, dengan koefisien validitas berkisar antara (rbt)= 0,391 sampai (rbt)= 0,698 dengan koefisien p<0,05.
Perhitungan Reliabilitas
Uji koefisien reliabilitas skala dilakukan setelah uji validitas. Perhitungan reliabiltas dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS (Statistical Product and Service Solution). Perhitungan reliabilitas untuk item-item skala kecerdasan emosional dengan koefisien reliabilitas (rtt) sebesar 0,829. Hasil diatas menunjukkan bahwa skala kecerdasan emosional adalah andal, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini.
Analisis Data 1. Uji Asumsi
Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui normal tidaknya penyebaran data dari veriabel penelitian. Hasil dari uji normalitas sebaran diperoleh data sebagai berikut: untuk variable kecerdasan emosional
kolmogorov-smirnov sebesar 0,881 dengan p = 0,420 (p>0,05) dengan demikian dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa sebaran variable kecerdasan emosional yang dipakai dalam penelitian ini mempunyai sebaran normal. Variable prestasi belajar
seni budaya mempunyai
kolmogorov-smirnov sebesar 1,322 dengan p = 0,061 (p>0,05) dengan demikian dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa sebaran variable prestasi belajar seni budaya yang dipakai dalam penelitian ini mempunyai sebaran yang normal.
2. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung berkorelasi linier atau tidak. Dari hasil uji linieritas hubungan antara variabel kecerdasan emosional dengan prestasi belajar seni budaya diperoleh Fbeda sebesar 1,415 dengan p = 0,114 (p>0,05) yang berarti korelasinya linier.
3. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji asumsi, langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik product moment dari Person. Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,609 dengan p = 0,000 (p<0,05) Hal ini berarti ada hubungan negative yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar seni budaya. Artinya semakin positif kecerdasan emosional maka semakin kecil prestasi belajar seni budaya dan sebaliknya.
Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar Seni Budaya (Oktariani Komalasari)
10 4. Mean/Rerata
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata kecerdasan emosional pada subjek
tergolong sedang yang
ditunjukkan oleh rerata empirik (ME) =122,44 dengan rerata hipotik (MH) = 112,50.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis
Product Moment diperoleh nilai koefisien r = 0,609 dengan taraf signifikansi p = 0,000 < p (0,050), hal ini menunjukkan ada hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar seni budaya. Semakin positif kecerdasan emosional, maka semakin tinggi prestasi belajar seni budaya pada siswa.
Hasil penelitian ini
mendukung pernyataan
(Winkle,1997) hakikat inteligensi
adalah kemampuan untuk
menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. Taraf inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, di mana siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi.
Dilihat dari koefisien determinan atau sumbangan efektif. Sumbangan efektif yang diberikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar seni budaya pada siswa dalam penelitian ini sebesar 60,9 %. Hal ini menunjukkan bahwa faktor kecerdasan emosional
mempunyai pengaruh 60,9 % terhadap prestasi belajar seni budaya dan ini membuktikan bahwa kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang mempengaruhi prestasi belajar seni budaya pada siswa. Hal ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Suryabrata (2001) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu: 1) faktor-faktor yang berasal dari luar diri, meliputi faktor sosial dan non sosial; 2) faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu (diantaranya inteligensi, motivasi dan emosi) dan faktor fisiologis (keadaan panca inderanya). Sedangkan 39,1 % lagi dipengaruhi oleh faktor lainnya, misalnya faktor motivasi, emosi, faktor lingkungan sosial dan non sosial.
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil analisis
Product Moment diperoleh nilai koefisien r = 0,609 dengan taraf signifikansi p = 0,000 < p (0,050), hal ini menunjukkan ada hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar seni budaya.
2. Faktor kecerdasan emosional mempunyai pengaruh 60,9 % terhadap prestasi belajar seni budaya dan ini membuktikan bahwa kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang
sangat penting yang
Sedangkan 39,1 % lagi dipengaruhi oleh faktor lainnya, misalnya faktor motivasi, emosi, faktor lingkungan sosial dan non sosial.
3. Kecerdasan emosional yang tergolong sedang dan hal ini ditunjukkan dari rerata empirik sebesar 122,44 dan rerata hipotetik sebesar 90. Rata-rata empirik prestasi belajar seni budaya adalah 76,07, dengan skala skor tertinggi 100, maka diasumsikan bahwa prestasi belajar seni budaya siswa tergolong sedang.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tersebut ada beberapa saran yang dapat dipertimbangkan, yaitu:
1. Kepada subjek penelitian yaitu siswa-siswi SMA Batik 2 Surakarta, hendaknya juga memperhatikan faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi prestasi belajar seni budaya mereka, misalnya faktor motivasi, minat, serta faktor dukungan keluarga, sekolah maupun lingkungan.
2. Kepada peneliti selajutnya yang akan melakukan penelitian dengan tema yang sama diharapkan dapat meningkatkan penelitian dengan menambahkan faktor-faktor yang turut berhubungan dengan prestasi belajar seni budaya siswa, misalnya dengan menambahkan faktor minat, emosi, dan faktor-faktor lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Mudzakir. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.
Arikunto, S. 1998. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Azwar, S. 1998. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukutan Prestasi balajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.
Azwar, S.1999. Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta: Liberty.
Saifuddin Azwar. 1998. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukutan Prestasi balajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.
Cooper, RK.& Sawaf, A. 2000.
Executive EQ: Kecerdasan Emosional Dalam Kepemimpinan Organisasi. Jakarta: PT. Gramedia.
Goleman, Daniel. 2000. Emitional Intelligence (terjemahan). Jakata : PT Gramedia Pustaka Utama.
Goleman, Daniel. 2000. Working
With Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Hadi. S. 1996. Statistik 2.
Yogyakarta: Andi Offset. _______. 2004. Metodologi
Research. Yogyakarta: Andi Offset
Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar Seni Budaya (Oktariani Komalasari)
12
Koentjaraningrat, S.1997. Metode Penelitian Masyarakat.
Jakarta: PT. Gramedia. Maryati, I. 2008. Hubungan Antara
Kecerdasan Emosi dan Keyakinan Diri (Self-Efficacy) dengan Kreativitas pada Siswa Akselerasi. (tidak diterbitkan). Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Mila Ratnawati. 1996. Hubungan antara Persepsi Anak terhadap Suasana Keluarga, Citra Diri, dan Motif Berprestasi dengan Prestasi Belajar pada Siswa Kelas V SD Ta’Miriyah Surabaya. Jurnal Anima Vol XI No. 42. Passaribu, J. Z. Dan Simanjuntak, B.
2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Pratisto, A.2004. Cara Mudah Mengatasi Masalag Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Rahmad, A. 2010. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Kematangan Sosial dengan Prestasi Belajar. (tidak diterbitkan). Surakarta.
Fakultas Psikologi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rahmawati, I. 2009. Peran Prestasi Belajar Matematika tergadap Konsep Diri Akademik pada Siswa SMP. (tidak diterbitkan). Surakarta.
Fakultas Psikologi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Safrudin. 1998. Pengaruh Hubungan Manusia di kalangan Murid Terhadap Prestasi Belajar di SD. Jurnal Analisa Pendidikan, no 1, Edisi II. Hal 14-21.
Saphiro, Lawrence E. 1998.
Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak. Jakarta : Gramedia
Sarlito Wirawan. 1997. Psikologi Remaja. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Sia, Tjundjing. 2001. Hubungan Antara IQ, EQ, dan QA dengan Prestasi Studi Pada Siswa SMU. Jurnal Anima Vol.17 no.1
Slameto. 2003. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bhumi Aksara. Sujana, Y. 2000. Hubungan antara
Kecenderungan Pusat
Kendali dengan Intensi Menyontek. Jurnal Psikologi. Vol. 2. pp. 1-8.
Suryabrata, S. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Suryabrata, S. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada . Susilowati, A. 2009. Hubungan
Antara Efikasi Diri dengan Prestasi Belajar pada siswa SMA Negeri 8 Surakarta. (tidak diterbitkan). Surakarta.
Fakultas Psikologi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Syah, M. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.