i
PERANAN GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN IBADAH
SHALAT DHUHA SISWA KELAS VIII-A2 DI MADRASAH
TSANAWIYAH NEGERI (MTSN) SURAKARTA II
TAHUN AJARAN 2014/2015
NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun Oleh: Nashrul Aziz NIM: G000100182
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
iv
PERANAN GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN IBADAH SHALAT DHUHA SISWA KELAS VIII-A2 DI MADRASAH
TSANAWIYAH NEGERI (MTsN) SURAKARTA II TAHUN AJARAN 2014/2015
Nashrul Aziz G 000 100 182 Fakultas Agama Islam
ABSTRAK
Seorang guru memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka menumbuhkembangkan sifat dan sikap disiplin ibadah shalat dhuha terhadap peserta didiknya di sekolah. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam mendisiplinkan siswanya, yaitu membiasakan shalat dhuha berjama’ah, memberikan contoh dan tauladan, penyadaran, dan suatu pengawasan. Dan yang paling mempengaruhi dalam pelaksanaan pendisiplinan adalah adanya unsur pendisiplinan itu sendiri, yaitu peraturan yang bersifat memaksa (wajib).
Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Surakarta II memiliki program kegiatan yang bertujuan agar siswa menjadi lebih disiplin, yaitu: melaksanakan shalat dhuha secara berjama’ah. Adapun permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini ialah: usaha apa yang dilakukan oleh guru Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Surakarta II dalam meningkatkan kedisiplinan ibadah shalat dhuha siswanya.
Sedang tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan peranan guru dalam meningkatkan kedisiplinan ibadah shalat dhuha siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Surakarta II. Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu (1) manfaat teoritis, agar dapat memberikan sumbangan positif teruntuk sekolah mengenai penanaman kedisiplinan terhadap siswanya; (2) manfaat praktis, sebagai masukan teruntuk pendidik mengenai pendisiplinan siswanya.
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian lapangan (field research) karena data yang diambil langsung dari lapangan dengan metode penulisan deskriptif kualitatif, adapun metode pengumpulan data yang dipakai ialah: observasi, dokumentasi, dan wawancara. Metode analisis yang diambil adalah analisis deskriptif kualitatif dan analisis induktif.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa usaha yang dilakukan guru Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Surakarta II dalam meningkatkan kedisiplinan ibadah shalat dhuha siswanya adalah dengan melakukan langkah-langkah pendisiplinan, yaitu: mengadakan pembiasaan kegiatan, memberikan contoh dan tauladan, penyadaran, dan pengawasan, sebagaimana yang telah penulis bahas dalam skripsi ini.
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Peranan guru sangatlah dibutuhkan untuk menumbuhkan sifat disiplin kepada para siswanya. Pendisiplinan pada diri siswa sangatlah penting, karena dengan disiplin maka semua pekerjaan akan berjalan dengan baik. Yang dimaksud disiplin disini adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem atau mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih.
Disiplin adalah kunci sukses, sebab dalam disiplin akan tumbuh sifat yang teguh dan tekun dalam usaha maupun belajar. Pendisiplinan siswa dengan pelaksanaan ibadah shalat dhuha secara berjama‟ah
merupakan langkah yang tepat. Karena ibadah shalat dhuha merupakan puncak segala kepatuhan,
maksudnya adalah masih banyak orang muslim pada saat ini yang meninggalkan ibadah shalat sunnah khususnya shalat dhuha, dimana shalat dhuha sering terlupakan karena sifat sunnah. maka bagi siapa yang melaksanakan karena telah menyadari pentingnya shalat dhuha tersebut, disanalah bentuk kepatuhannya terhadap Allah swt itu ada pada diri seseorang tersebut1. Dengan dijalankannya shalat dhuha berjama‟ah di sekolah secara rutin,
maka siswa akan menjadi terbiasa melaksanakannya dengan disiplin. Baik siswa tersebut disaat masih bersekolah ataupun setelah lulus sekolah.
Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Surakarta II adalah salah satu sekolah yang menerapkan rutinitas ibadah shalat dhuha kepada
1
2
para siswanya secara berjama‟ah.
Kegiatan ini bagian dari usaha sekolah mendisiplinkan siswanya agar lebih disiplin. Dengan alasan inilah peneliti ingin mengetahui lebih dalam mengenai peranan guru dalam meningkatkan kedisiplinan ibadah shalat dhuha siswa kelas VIII-A2 di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Surakarta II.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang penulis kemukakan di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan, yaitu: Usaha apa yang dilakukan oleh guru Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Surakarta II dalam meningkatkan kedisiplinan ibadah shalat dhuha siswanya ?
Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk
mengetahui usaha yang dilakukan oleh guru Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Surakarta II dalam meningkatkan kedisiplinan ibadah shalat dhuha siswanya.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang positif bagi sekolah dalam penanaman kedisiplinan terhadap peserta didiknya, khususnya shalat dhuha.
2. Manfaat Praktis:
3 Tinjauan pustaka
Penelitian yang terkait dengan penelitian ini telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, diantaranya:
1. Muhammad Fazrih (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) dalam skripsinya yang berjudul Disiplin Beribadah Siswa SMP Islam Assa‟adah Pondok Kelapa
Jakarta Timur tahun 2011, menyimpulkan bahwa dalam kegiatan ibadah para guru telah mengarahkan dan membimbing siswa dengan baik, seperti memberikan materi terlebih dahulu sebelum melaksanakan ibadah, memberikan pengarahan dengan seksama dan memberikan evaluasi. Strategi yang dilakukan adalah memberikan sanksi bagi yang melanggar dan memberi hadiah
atau reward bagi siswa yang aktif.
4
3. Budi Sulistiyo (IAIN Walisongo Semarang, 2011) dalam skripsinya yang berjudul Pembinaan Kedisiplinan Siswa Melalui Punishment Ibadah di SMA Muhammadiyah Purwodadi Tahun Ajaran 2010/2011, menyimpulkan dalam pembinaan kedisiplinan yang dilakukan oleh SMA Muhammadiyah, yang menjadi obyek adalah siswa yang melanggar peraturan. Fungsi sebuah hukuman adalah
membatasi perilaku
menyimpang yang dilakukan para siswa. Namun hal tersebut dirasa kurang efektif dalam menanamkan sikap disiplin pada siswa. Untuk itu pihak sekolah menerapkan hukuman yang bersifat hukuman (melanggar), pembinaan (terlambat).
Tinjauan Teoritik
Disiplin Ibadah
a. Pengertian Disiplin Ibadah
Dalam Bahasa Indonesia, disiplin adalah tata tertib (di sekolah, kemiliteran dan sebagainya); ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib dan sebagainya2. Menurut Conny Semiawan, disiplin adalah sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian3. Menurut Prof. DR. Utami Munandar, disiplin diartikan sebagai pengendalian diri sehubungan dengan proses penyesuaian diri dan sosialisasi4. b. FungsiDisiplin
2
Suyoto Bakir,Kamus Lengkap, hlm. 142.
3
Conny Semiawan, Penerapan Pembelajaran Bagi Anak (Bandung: PT Indeks, 2009), hlm. 92.
4
5
Fungsi disiplin menurut Tulus Tu‟u diantaranya adalah:
1) Menata kehidupan bersama 2) Membangun kepribadian 3) Melatih kepribadian
4) Menciptakan lingkungan yang kondusif.
c. Unsur-Unsur Disiplin
Adapun unsur-unsur pokok dalam disiplin, yaitu:
1) Peraturan, berfungsi sebagai pedoman perilaku.
2) Hukuman, diberikan untuk pelanggaran terhadap peraturan.
3) Penghargaan, diberikan sebagai balasan bagi perilaku yang baik dan sesuai dengan yang diharapkan.
4) Konsistensi, berfungsi sebagai pemacu motivasi
dalam proses pembinaan disiplin5.
d. Langkah-Langkah Penanaman Disiplin
Disiplin harus ditanamkan dan ditumbuhkan sejak dini, sehingga nantinya akan tumbuh dari hati seseorang dengan sendirinya. Disiplin dapat dilakukan dengan cara:
1) Pembiasaan, pembiasaan untuk melakukan sesuatu dengan disipin, tertib, dan teratur.
2) Contoh dan Tauladan, memberi contoh dan tauladan kepada peserta didiknya. 3) Penyadaran, memberikan
penjelasan-penjelasan tentang pentingnya peraturan-peraturan diadakan. Sehingga lambat laun anak itu akan
5
6
sadar terhadap peraturan-peraturan tersebut.
4) Pengawasan, Pengawasan ini bertujuan untuk menjaga atau mencegah agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan khususnya yang bertentangan dengan peraturan yang telah diadakan. Sehingga dengan pengawasan tingkat kedisiplinan anak akan terkontrol6.
e. Macam-macam Ibadah
1) Ibadah khusus (mahdlah) adalah ibadah yang tatacara dan aturannya sudah ditentukan oleh Allah dan RasulNya.
2) Ibadah umum (ghoiru mahdlah) adalah segala perbuatan baik yang diizinkan
6
Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 2007), hlm. 143-144.
Allah Swt dan diniatkan karena Allah.
Shalat Dhuha
a. Pengertian dan Hukum Shalat Dhuha
Shalat dhuha adalah salah satu shalat tathawwu‟ yang
artinya adalah menambah shalat sunnah “nawafil”7. Adapun Pengertian Shalat Dhuha menurut Yusuf Mansur ialah shalat sunnah yang dilakukan ketika matahari sedang naik. Hukum shalat dhuha ialah sunnah mu‟akkad (yang ditekankan)8.
b. Anjuran Mengerjakan Shalat Dhuha
Abu hurairah –radiyallahu anhu –berkata,
7
Zainal Masduki, Tuntunan Shalat Lengkap dan Praktis(Yogyakarta, 2007), hlm. 87.
8
7
“kekasihku (Rasulullah Shalallahu „alaihi wassalam) mewasiatkan kepadaku tiga perkara yang tidak aku tinggalkan sampai aku meninggal: puasa tiga hari setiap bulan, shalat Dhuha, dan shalat Witir sebelum tidur,”9. c. Keutamaan Shalat Dhuha
Adapun keutamaan-keutamaan shalat dhuha. Diantaranya sebagai berikut:
1) Shalat dhuha merupakan salah satu wasiat Nabi Saw. Sebagaimana hadits Abu Hurairah di atas, artinya: “kekasihku (Rasulullah Shalallahu „alaihi wassalam) mewasiatkan kepadaku tiga perkara yang tidak aku tinggalkan sampai aku meninggal: puasa tiga hari setiap bulan, shalat Dhuha, dan shalat Witir sebelum tidur”10.
9
H.R. Al-Bukhoriy, no. 1178, hal: 58 dan Muslim, no. 721 (Maktabah Shamela i-Sofware).
10 Ibid.
2) Sedekah bagi seluruh persendian tubuh manusia. Nabi Sallallahu alaihi wa sallam –bersabda,
“Bagi setiap persendian dari
seorang diantara kalian
terdapat sedekah. Jadi, setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan Laa ilaaha illah) adalah sedekah, setiap takbir
adalah sedekah,
memerintahkan yang ma‟ruf
adalah sedekah, dan melarang kemungkaran adalah sedekah. Mencukupi hal itu, dua rakaat yang dilakukan pada waktu Dhuha.”11
.
11
8 3) Dicukupkan rezekinya di sore
hari. Dari Nu‟aim bin
Hammar Radhiallahu „Anhu,
bahwa Rasulullah Shallallahu
„Alaihi wa Sallam bersabda:
“Allah „Azza wa Jalla berfirman: “Wahai Anak Adam, jangan sekali-kali kamu
malas mengerjakan empat
rakaat pada awal siang (shalat dhuha), nanti akan Aku cukupi kebutuhanmu pada akhirnya (sore hari)”12.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah field research, yaitu langsung di lapangan atau kehidupan yang sebenarnya secara
12
H.R. Abu Daud, No. 1289, hal: 27. (Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud No. 1289 dan Shahih At Targhib wat Tarhib No. 673, juga diriwayatkan oleh Ahmad dari jalur Abu Darda dengan sanad shahih li ghairih, lihatShahih At Targhib wat Tarhib No. 672, At Tirmidzi juga dari Abu Darda, dan beliau mengatakan hasan gharib, dan Syaikh Al Albani menghasankan dalam Shahih At targhib wat Tarhib No.672) (Maktabah Shamela i-Sofware).
spesifik apa yang sedang terjadi13. Melihat dari pendekatannya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kulitatif. Karena data yang dikumpulkan berupa gambar, kata-kata dan bukan bentuk angka hal itu karena disebabkan penerapan metode kualitatif14. Selain itu penelitian deskriptif ini bersifat eksploratif guna menjelaskan status fenomena atau suatu keadaan tertentu.
Penelitian ini dilakukan di MTsN Surakarta II, dan subyek penelitiannya, yaitu: Kepala MTsN Surakarta II, Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan, Guru Penanggung Jawab Kegiatan, Wali Kelas, dan Siswa.
Metode Pengumpulan Data
13
Toto Syatori Nasehudin dan Nanang Gozali, Metode Penelitian Kuantitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm. 55.
14
9
Untuk mendapatkan data-data yang terkait dengan tema penelitian, digunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Observasi
Observasi (observation) atau pengamatan merupakan satu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung15.. 2. Dokumentasi
Pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian tersebut16. Kegunaan metode untuk memperoleh data portofolio yang
15
Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011), hlm. 220.
16
Ibid., hlm. 181.
berkaitan dengan kegiatan shalat dhuha, dan data-data mengenai lingkungan fisik maupun administratif yang terdapat didalamnya.
3. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah proses percakapan antara dua orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk dijawab17.
Metode Analisis Data
Penulis menggunakan metode analisis data induktif (peneliti secara langsung berada „di dalam‟ lokasi
penelitian). Sehingga simpulan diperoleh semata-mata dengan terlebih dahulu melakukan pengumpulan data18.
17
Sudarwan Danim, “Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm. 130.
18
10 HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan bersama Drs. Sunarto, M.pd (selaku kepala sekolah), Ibu Hayati, S.Pd. (selaku wakil kepala sekolah), Ibu Siti Aminah, S.Ag (selaku Koord Sie Keagamaan), dan Bpk Muh. Fajjaruddin, M.PdI (selaku Wali Kelas VIII-A2), serta siswa kelas VIII-A2. Dalam pendisiplinan ibadah shalat dhuha, guru Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Surakarta II selalu memantau berjalannya rutinitas tersebut dengan menggunakan unsur-unsur dan langkah-langkah dalam pendisiplinan shalat dhuha.
1. Keadaan Shalat Dhuha
Shalat dhuha ini dilaksanakan secara berjama‟ah sesuai dengan
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 328.
jadwalnya, di akhir shalat dilakukan doa bersama yang dipimpin oleh imam shalat dan diikuti oleh jama‟ah (siswa)19
. 2. Unsur-Unsur Pendisiplinan
a) Peraturan
Peraturan dalam
pendisiplinan shalat dhuha ini, MTsN Surakarta II hanya memberikan jadwal atau waktu untuk melaksanakan shalat dhuha secara terjadwal dan berjama‟ah20
.
b) Hukuman dan Penghargaan Dalam kegiatan ini tidak terdapat hal yang berbentuk
hukuman ataupun
penghargaan bagi siswa21. c) Konsistensi
19
Observasi pada tanggal 4 November 2014
20
Wawancara dengan Ibu Hayati, S.Pd. pada tanggal 4 November 2014, pukul 10.30-11.30 WIB.
11
Rutinitas ibadah shalat dhuha berjalan secara konsisten. Hal ini dilakukan mengingat banyaknya manfaat dari rutinitas shalat dhuha.22. 3. Langkah-Langkah Pendisiplinan
a) Pembiasaan
Langkah pembiasaan ini dilakukan secara rutin setiap hari, akan tetapi pelaksanaannya dengan sistim terjadwal dan terorganisir. Hal tersebut dilakukan karena banyaknya siswa di MTsN Surakarta II yang mencapai 1.094 siswa. Semua itu dibuktikan dengan adanya jadwal imam dan jadwal kelas yang akan melaksanakan shalat dhuha pada setiap harinya. harapannya siswa bisa
22
Wawancara dengan Bpk Muh. Fajjaruddin, M.PdI. pada tanggal 4 November 2014, pukul 10.30-11.30 WIB.
mendisiplinkan diri masing-masing, terkhusus kedisiplinan siswa pada ketepatan waktu23.
b) Contoh dan Tauladan
Guru di MTsN Surakarta II selalu berusaha untuk memberikan contoh dan tauladan, baik ikut serta melaksanakan secara berjamaah bersama murid dipagi hari, ataupun melaksanakan pada jam istirahat24.
c) Penyadaran
Bentuk penyadaran ini diberikan melalui dua cara, yaitu:
1) Penyadaran melalui materi pembelajaran.
23
Wawancara dengan Drs. Sunarto, M.pd. pada tanggal 4 November 2014, pukul 10.30-11.30 WIB.
24
12
Penyadaran ini diberikan ketika terjadinya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), tepatnya pada pelajaran Fiqh dan Fiqh Terapan.25.
2) Penyadaran melalui metode Ceramah.
Bentuk penyadaran ini biasanya disampaikan oleh Wakil Kepala Sekolah kepada para
siswa. Tujuan
diberikannya metode ceramah ini adalah supaya siswa lebih mengerti apa itu shalat dhuha dan apa manfaat bagi mereka yang melaksanakannya, dan mau melaksanakan
25
Wawancara dengan Bpk Muh. Fajjaruddin, M.PdI. pada tanggal 4 November 2014, pukul 10.30-11.30 WIB.
ibadah wajib dan sunnah (Shalat Dhuha) secara rutin dan ikhlas26.
d) Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh para guru dengan secara langsung bergerak menuju kelas yang menjadi tanggung jawabnya untuk menuju masjid dan mushola sebagai tempat pelaksanaan ibadah shalat dhuha tersebut27. Adapun beberapa kendala yang dialami oleh pihak Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Surakarta II dalam pendisiplinan ibadah shalat dhuha tersebut, yaitu: (1) Waktu pelaksanaan shalat dhuha pagi teruntuk siswa MTsN Surakarta II, mengingat siswa pada
26
Wawancara dengan Ibu Hayati, S.Pd. pada tanggal 4 November 2014, pukul 10.30-11.30 WIB.
27
13
jenjang ini tidak diperbolehkan membawa kendaraan sendiri, terkecuali sepeda ontel28. (2) Kesadaran, baik itu kesadaran diri peserta didik, ataupun dari pihak keluarga sendiri29.
Demikian deskripsi data hasil observasi, dokumentasi serta wawancara yang penulis lakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Surakrta II mengenai Profil sekolah dan usaha-usaha yang dilakukan guru Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Surakrta II dalam meningkatkan kedisiplinan ibadah shalat dhuha siswanya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan data yang terkumpul dan analisis yang
28
Wawancara dengan Bpk Muh. Fajjaruddin, M.PdI. pada tanggal 4 November 2014, pukul 10.30-11.30 WIB
29
Wawancara dengan Ibu Siti Aminah, S.Ag. pada tanggal 4 November 2014, pukul 10.30-11.30 WIB.
dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa guru Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Surakarta II memiliki usaha pendisiplinan shalat dhuha dengan beberapa langkah pendisiplinan, yaitu:
a) Pembiasaan, pada langkah ini pihak sekolah memberikan jadwal kelas, imam, dan pemandu do‟a yang tersusun
dengan rapih, terjaga, dan terorganisir.
b) Contoh dan Tauladan, guru Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Surakarta II selalu memberikan contoh dan tauladan disetiap harinya. Selain ikut serta berjama‟ah bersama
14
c) Penyadaran, adapun bentuk penyadaran yang diberikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Surakarta II adalah melalui penyampaian materi yang diberikan melalui mata pelajaran Fiqh dan ceramah. Sedangkan untuk prakteknya melalui mata pelajaran Fiqh Terapan.
d) Pengawasan, madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Surakarta II selalu menerjunkan gurunya untuk segera mengontrol kelas yang menjadi tenggung jawabnya.
Adapun beberapa kendala yang dialami oleh pihak Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Surakarta II dalam pendisiplinan ibadah shalat dhuha tersebut, yaitu: 1) Waktu, waktu pelaksanaan
shalat dhuha yang sangat pagi
teruntuk siswa MTsN Surakarta II, mengingat siswa pada jenjang ini tidak diperbolehkan membawa kendaraan sendiri, terkecuali sepeda ontel. Siswa harus menunggu orang tuanya yang sibuk dengan pekerjaan rumah untuk mengantarkannya, adapula siswa yang harus menunggu lama Bus atau Angkutan dan sejenisnya untuk menuju sekolah.
2) Kesadaran, kesadaran ini terbagi menjadi dua, yaitu: a) Kesadaran diri peserta didik.
15
melaksanakannya secara disiplin.
b) Kesadaran keluarga
Masih banyak keluarga yang tidak atau belum berpartisipasi untuk mengajarkan anaknya agar menjadi siswa yang disiplin, beberapa siswa yang disekolahkan di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Surakarta II akan tetapi dari keluarga yang non-muslim.
Saran-Saran
1. Bagi kepala dan wakil kepala sekolah. Penulis berharap kepala dan wakil kepala sekolah dapat memberikan peraturan yang bersifat “Wajib” mengenai Ibadah, terkhusus ibadah shalat dhuha, agar sifat dan sikap disiplin siswa menjadi lebih mudah untuk tertanam dan
berkembang. Sesuai dengan apa yang menjadi salah satu tujuan sekolah,
2. Bagi Guru Penanggung Jawab Kegiatan dan Wali Kelas. Penulis mengharapkan pihak penanggung jawab kegiatan bisa menerapkan unsur-unsur dan langkah-langkah pendisiplinan tersebut secara utuh di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Surakarta II. Dan wali kelas lebih tegas dalam membimbing kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azzumardi. 2002. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: PT.Kompas Media Nusantara.
Bakir, Suyoto. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Batam Centre: Karisma Publishing Group.
Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia. Indrakusuma, Amir Daien. 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Komara, Endang. 2003. Disiplin Menurut Islam. (http://endangkomaras blog.blogspot.com/2009/03/disiplin-menurut-islam-oleh-h-endang. html), diakses tanggal 14 Agustus 2014.
Maleong, Lexy j. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mansur, Yusuf. 2013. Dahsyatnya Shalat Sunnah. Jakarta: Zikrul Hakim. Margono, S. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Masduki, Zainal. 2007. Tuntunan Shalat Lengkap dan Praktis.Yogyakarta.
Munandar, Utami dkk. 2001. Pendidikan Agama dan Akhlak Bagi Anak dan Remaja. Jakarta: Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran.
Nasehudin, Toto Syatori & Gozali, Nanang. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Pustaka Setia.
Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Santrock , John W. 2007. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Semiawan, Conny. 2009. Penerapan Pembelajaran Bagi Anak. Bandung: PT Indeks.
penertian-ibadah-menurut-putusan-tarjih-muhammadiyah), diakses tanggal 17 Agustus 2014.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta:
Grasindo.