ABSTRAK
KAMPANYE PENGENALAN HANACARAKA AKSARA BALI UNTUK ANAK-ANAK
Oleh Virnando Agassi
NRP 0964142
Hanacaraka merupakan salah satu bentuk dari kebudayaan Bali yang tidak lepas dari
dunia pendidikan anak. Semenjak Sekolah Dasar, anak-anak sudah diajarkan
mengenal bentuk aksara dan membaca aksara Bali. Akan tetapi, untuk belajar aksara
tidaklah gampang, banyak sekali bentuk dan perubahan yang membuat anak sulit
untuk mengenalnya. Di Bali, metode pengenalan Hanacaraka masih sebatas belajar
dari guru dan buku teks, belum ada gerakan atau kampanye yang yang membantu
anak untuk mengenal aksara dengan cara yang lebih menyenangkan dan sesuai
dengan trend pada zama sekarang.
Melalui Kampanye pengenalan aksara Bali yang akan diadakan di Pesta Kesenian
Bali, anak-anak akan dapat mengenal aksara Bali dengan cara yang lebih
menyenangkan, tidak sekedar mengenal dan menghafal dari buku pelajaran.
Kampanye bertepatan dengan penyelenggaraan Pesta Kesenian Bali, yang merupakan
acara kebudayaan yang diadakan setahun sekali oleh Pemerintah Bali. Kampanye
pengenalan aksara Bali ini diharapkan mampu meningkatkan semangat anak-anak
untuk belajar aksara Bali.
Kata kunci: Bali, Kebudayaan, Pendidikan.
ABSTRACT
CAMPAIGN TO INTRODUCE HANACARAKA BALINESS LETTERS TO CHILDREN
Submitted by Virnando Agassi
NRP 0964142
Hanacaraka is one of the forms of Balinese culture which can be separated for children education. Since in the primary school, children have been taught to know the shapes and read Balinese letters. However, to learn letters is not that easy, there are a lot of shapes and changes which make is difficult for children to know it. In Bali, the method use to introduce Hanacaraka is still limited by learning from the teacher and textbook, there is not such movement or campaign done to help children to know the letters in a more fun and appropriate way according to the modern tends.
Through the campaign of the introduction to Balinese letters in the Balinese Arts Party event, children will be able to know Balinese letters in a more fun way, not just knowing and memorizing them from a textbook. The campaign is done during the Balinese Arts Party event, a yearly event funded by the government of Bali. This campaign is expected to increase children’s motivation to learn Balinese letters.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN ... iii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN ... iv
2.5 Pengertian Bahasa ... 19
BAB III : DATA DAN ANALISIS MASALAH 3.1 Data dan Fakta ... 28
3.1.1 Profil Lembaga Terkait ... 28
3.1.2 Hasil Wawancara dengan Nyoman Arini ... 31
3.1.3 Hasil Kuesioner ... 32
3.1.5 Tinjauan Karya Sejenis ... 30
3.2 Analisis Terhadap Permasalahan Berdasarkan Data dan Fakta ... 36
3.2.1 Analisa SWOT ... 36
3.2.2 Analisa STP ... 37
4.4.6.4 Notebook ... 56
4.4.6.5 Mug ... 56
4.5 Pembiayaan Media Kampanye ... 57
BAB V: KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan ... 58
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Skema Perancangan ... 6
Gambar 3.1 Logo Dinas Pendidikan dan Olahraga ... 28
Gambar 3.2 Poster Tipografi Hangul (Korea) ... 36
Gambar 3.3 Poster Hangul (Korea) ... 37
Gambar 4.1 Logo Kampanye Hanacaraka ... 42
Gambar 4.2 Color Chart ... 42
Gambar 4.3 Timeline Kampanye ... 45
Gambar 4.4 Logo Kampanye ... 46
Gambar 4.5 Mini Booklet Karya Penulis ... 47
Gambar 4.6 Poster Awareness Karya Penulis ... 49
Gambar 4.7 Poster Informing Karya Penulis ... 50
Gambar 4.8Poster Event Kampanye Hanacaraka ... 51
Gambar 4.9 Social Media dan Facebook Cover ... 52
Gambar 4.10 Social Media & Facebook Cover ... 53
Gambar4.11 T-shirts Kampanye Hanacaraka ... 54
Gambar 4.12 Tote Bag dan Drawstring Backpack ... 55
Gambar 4.13 Pencil Case ... 55
Gambar 4.14 Note Book Melajah Hanacaraka ... 56
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa tidak hanya berfungsi sebagai sarana berpikir, tetapi juga sebagai hasil,
bagian, dan kondisi kebudayaan (Laksana, 2009: 11). Bahasa sebagai hasil
kebudayaan artinya bahasa yang dituturkan oleh suatu masyarakat adalah cerminan
keseluruhan budaya masyarakat itu. Bahasa sebagai bagian kebudayaan berarti bahasa
merupakan salah satu penanda kebudayaan disamping peralatan, lembaga, adat, dan
kepercayaan. Sebagai kondisi kebudayaan, bararti kebudayaan dipelajari melalui
bahasa. Sehubungan dengan hal itu, bahasa Bali sebagai salah satu bahasa di
Indonesia merupakan bahasa daerah yang masih hidup, berkembang, dibina, dan
didukung oleh masyarakat penuturnya, yaitu sebagian besar masyarakat Bali. Bahasa
Bali merupakan bahasa ibu atau bahasa pertama bagi sebagian besar masyarakat Bali.
Bahasa Bali digunakan sebagai alat komunikasi, baik di dalam keluarga maupun antar
sesama masyarakat Bali juga merupakan sarana pengungkap kebudayaan Bali dalam
arti luas. Oleh karena itu, mempelajari bahasa Bali secara langsung juga berarti
mempelajari kebudayaan Bali.
Pasal 36 UUD 1945 menjelaskan bahwa di daerah-daerah yang mempunyai bahasa
sendiri yang dipelihara oleh rakyatnya dengan baik-baik, bahasa-bahasa itu akan
dihormati dan dipelihara oleh negara. Bahasa daerah itu juga merupakan sebagian dan
kebudayaan Indonesia yang hidup. Sejalan dengan itu bahasa Bali sebagai salah satu
bahasa daerah yang memiliki tradisi lisan dan tulis juga telah mendapat perhatian dari
pemerintah. Dalam usaha memelihara dan membina bahasa, aksara dan Sastra Bali,
Pemerintah Daerah Tingkat l Bali telah mengeluarkan Peraturan Daerah No. 3 Tahun
1992 tentang Bahasa, Aksara dan Sastra Bali (Lembaran Daerah Propinsi Daerah
Tingkat l Bali Tahun 1992 Nomor 385 Seri D Nomor 3799).
Kemajuan serta perkembangan jaman sangat berpengaruh terhadap perilaku
masyarakat di Bali, kota Denpasar pada khususnya. Sudah merupakan hal yang
asing lainnya, namun patut disayangkan melihat banyak anak yang tidak
menggunakan bahasa Bali dalam bahasa kesehariannya. Bahasa Bali sepertinya
terpinggirkan dengan adanya perkembangan zaman, teknologi dan pergaulan pada
anak yang mengikuti gaya barat.
Dalam pendidikan di Bali, seni dan budaya Bali dikenalkan kepada anak-anak dalam
bentuk muatan lokal, yaitu pelajaran tambahan yang wajib untuk diikuti. Muatan lokal
berbentuk pelajaran bahasa Bali, pelatihan tari Bali, mekidung (bernyanyi dalam
bahasa Bali) dan Geguritan. Mengenalkan kebudayaan Bali harus mulai dari dasar,
mulai dari mengenalkan aksara, membaca cerita rakyat Bali dalam bentuk aksara Bali,
sampai mengenalkan adat-adat Bali. Semua itu ada dalam buku pelajaran bahasa Bali
yang sudah disediakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Bali.
Masih dapat diingat saat para orang dewasa saat ini ketika masih duduk di bangku
sekolah, kira-kira mata pelajaran apa yang menjadi “momok” saat itu. Jawabannya
berkisar pada pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Biologi maupun Kimia.
Namun sekarang apa yang terjadi? Berdasarkan survey, terlihat bahwa Bahasa Bali
telah menjadi “momok” bagi para pelajar. Kenapa hal itu bisa terjadi? Menurut Survei
yang dilakukan Dinas Pendidikan Provinsi Bali tahun 2013, lingkungan merupakan
salah satu alasan kenapa Bahasa Bali dikatakan sebagai “momok” bagi anak-anak di
Bali. Bahasa keseharian anak-anak, mulai dari rumah, teman-teman sepergaulan
bahkan di sekolah lebih banyak menggunakan Bahasa Indonesia ketimbang bahasa
Bali sekalipun itu dilakukan dengan sesama orang Bali. Menggunakan bahasa Bali,
terutama berbahasa Bali yang baik dan benar dianggap sulit, sehingga penggunaan
bahasa Indonesia lebih sering
digunakan(http://denpasarkota.go.id/index.php/baca-
artikel/154/TAMIANG-min-Melestarikan-Bahasa-dan-Aksara-Bali-ditengah-kemajuan-teknologi diakses pada 17 Febuari 2014).
Menurut survei yang dilakukan pada salah satu SD di kota Denpasar, aksara bali
merupakan hal yang paling sulit untuk dipelajari , bahkan lebih susah dari pelajaran
yang lainnya dan dianggap kuno . Aksara Bali yang kita kenal adalah aksara yang
memiliki ciri khas yang membedakannya dengan akasara Latin maupun aksara
lainnya. Banyak ketentuan dalam penulisan aksara Bali yang harus diketahui, mulai
Aksara Bali hanya diajarkan melalui buku teks pelajaran dan lembar soal yang
terkadang membuat anak enggan untuk mempelajarinya karena terkesan
membosankan dan kurang menyenangkan, belum ada gerakan dari sekolah-sekolah di
Bali dan pemerintah yang benar-benar menarik perhatian anak untuk membuat aksara
bali terlihat menyenangkan sehingga belajar aksara jadi lebih mudah. Mengenalkan
aksara Bali tidak hanya dapat dilakukan melalui pelajaran bahasa Bali yang diadakan
di sekolah-sekolah. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah pengadaan
kampanye sebagai usaha untuk mengenalkan dan mengajarkan aksara Bali dengan
cara yang menyenangkan dan sesuai dengan selera anak-anak zaman sekarang. Tidak
hanya mengenalkan dan mengajarkan aksara dan bahasa Bali saja, kebudayaan Bali
juga akan dikenalkan kepada anak-anak di Bali karena Bahasa dan Kebudayaan erat
hubungannya satu sama lain.
1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup
1.2.1 Permasalahan
Dalam menyusun laporan ini, penulis menemukan masalah apa saja yang terjadi yang
sudah dijelaskan pada bagian latar belakang. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut
:
1. Bagaimana cara membuat aksara Bali yang selama ini dianggap “momok”
bagi pelajar menjadi lebih menyenangkan?
2. Bagaimana cara menghilangkan kendala dalam mengenalkan dan mengajarkan
aksara Bali agar tidak menjadi “momok” bagi pelajar di Bali ?
Membuat aksara Bali terkesan menyenangkan untuk dikenal dan dipelajari oleh
generasi muda bertujuan untuk menghilangkan pandangan negatif mengenai aksara
bali dan mengenalkan salah satu kebudayaan Bali yang dikemas kedalam pendidikan
di Bali dengan cara yang berbeda. Aksara Bali sering dianggap “momok” oleh pelajar
karena dianggap susah, banyak ketentuan dalam menulisnya dan system pengajaran
terkadang membuat pelajar jenuh. Kendala-kendala dapat dhilangkan melalui system
pengenalan dan pengajaran aksara Bali kedalam bentuk yang berbeda seperti
ada salahnya kita menyisipkan aksara Bali di antara Hal-Hal itu karena secara tidak
langsung membuat aksara Bali terkesan menyenangkan, dan gampang dipelajari
1.2.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari pembahasan ini adalah pendidikan di Bali yang membahas salah
satu unsur dari kebudayaan yaitu aksara Bali. Aksara Bali akan dikenalkan kembali
dan diajarkan kepada remaja usia 15-18, khususnya pelajar SMA di Denpasar yang
menganggap aksara Bali merupakan “momok” di dalam mata pelajaran.
1.3 Tujuan Perancangan
Poin-poin masalah yang ada dapat diselesaikan dengan cara sebagai berikut :
1. Membuat aksara Bali menjadi menyenangkan melalui gaya visual yang
mengikuti perkembangan, trend dan favorit anak-anak zaman sekarang.
Aksara Bali dapat disisipkan ke dalam hal-hal seperti tadi sehingga menjadi
trend yang baru, aksara Bali tidak terkesan menyeramkan, melainkan terkesan
fun dan menghibur. Gaya visual yang diberikan akan memudahkan pelajar
untuk mengetahui aksara Bali.
2. Membuat Kampanye mengenai aksara Bali yang menyenangkan, sesuai
dengan perkembangan ana-anak zaman sekarang melalui kampanye yang
mampu mengubah pola pikir mereka mengenai belajar aksara Bali
1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data, digunakan teknik observasi, wawancara terstruktur,
kuesioner, dan studi pustaka.
1. Wawancara
Wawancara kepada pengamat, pakar, dan guru, merupakan kegiatan tanya
jawab yang dilakukan dengan pihak yang dianggap kompeten dalam bidang
permasalahan guna mendapatkan data yang akurat. Penulis melakukan
wawancara dengan budayawan dan guru bahasa yang mengerti tentang aksara
2. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan
mempelajari buku mengenai aksara Bali. Beberapa buku yang menggunakan
bahasa baliberisi aturan-aturan yang harus diterapkan ketika menulis aksara
Bali. Literatur dan laporan yang ditulis oleh Dosen ISI Bali dan budayawan
Bali juga membantu dalam proses pengumpulan data
3. Kuesioner
Kuesioner disebar di sekolah-sekolah dasar di Bali, dimana target market
penulis adalah anak-anak di Bali
4. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara mengamati langsung fenomena yang terjadi
1.5 Skema
• Sulitnya mengenal dan belajar aksara Bali
• Aksara Bali kurang diperhatikan oleh anak-anak di Bali • Belum ada usaha dari pemerintah atau sekolah agar
generasi muda di Bali tertarik untuk belajar aksara Bali
Rumusan Masalah
• Bagaimana cara mengenalkan dan mengajarkan aksara Bali kepada anak-anak di Bali khususnya kota Denpasar melalui kampanye?
Kuesioner Wawancara
& Observasi
Studi Pustaka
Perancangan Media
• Menggunakan media berupa poster, iklan, brosur, game, facebook, , booklet, dan event yang akan diadakan di PKB 2015
Tujuan Perancangan
Melalui kampanye pengenalan dan pengajaran aksara Bali , diharapkan mengenal dan belajar aksara Bali menjadi jauh lebih mudah dan menyenangkan, sehingga anggapan anak-anak yang menganggap aksara bali sebagai “momok” akan hilang
Konsep
BAB V
Kesimpulan
5.1 Kesimpulan
Aksara Bali atau Hanacaraka merupakah salah satu peninggalan kebudayaan Bali yang sudah dikenal oleh masyarakat Bali secara turun-menurun. Bentuk aksara Bali banyak diaplikasikan kedalam sastra bali ku, ditulis di atas lontar tetapi sekarang mulai jarang yang melakukan hal itu sehingga aksara Bali ini patut untuk dilestarikan sebelum hilang oleh perkembangan zaman. Dengan adanya perkembangan di dunia desain dan ide-ide baru dari generasi muda, diharapkan aksara Bali mampu berkembang dan mengikuti zaman.
Kampanye Hanacaraka merupakan usaha untuk mengenalkan dan mengajarkan aksara Bali dengan cara yang menyenangkan dan sesuai dengan selera anak-anak zaman sekarang. Tidak hanya mengenalkan dan mengajarkan aksara dan bahasa Bali saja, kebudayaan Bali juga akan dikenalkan kepada anak-anak di Bali karena Bahasa dan Kebudayaan erat hubungannya satu sama lain. Melalui Kampanye ini diharapkan anak-anak mampu mengenal aksara dengan cara yang baru melalui poster, booklet
dan game yang disediakan ketika kampanye ini berlangsung.
5.2 Saran dari Penulis
Kampanye Hanacaraka ini diharapkan mampu membawa hawa segar ke dalam dunia pendidikan anak sekaligus mengenalkan kebudayaan bali kedalam bentuk visual yang baru. Dengan bentuk visual yang baru, aksara bali akan menjadi lebih menyenangkan untuk dipelajari.
Untuk Selanjutnya, kampanye pengenalan Aksara Bali atau Hanacaraka ini dilakukan bersama Dinas Pendidikan dan Dinas Kebudayaan dalam upaya untuk melestarikan kebudayaan Bali.
DAFTAR PUSTAKA
Charlotte, dan Fiell Peter. 2005. Graphic Design Now. Taschen: Cologne
Chijiiwa, Hideaki. 1987. Color Harmony. Rockport, Gloucester
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Dharmayua, Suasthawa. 1995. Kebudayaan Bali, Pra Hindhu, Masa Hindhu dan
Pasca Hindhu. Denpasar : Kayumas Agung
Haslam, Andrew. 2006. Book Design, Laurence King, London
Kirana Nathalia. 2013. Desain Komunikasi Visual; Dasar-dasar Panduan untuk
Pemula. Bandung: Penerbit Nuansa Cendekia
Rice, Ronald E dan Atkin, Charles K. 2001. Public Communication Campaigns.
Sage Publications: California.
Sarwono, Wirawan Sarlito. 1989. Psikologi Remaja, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Shadiri, Hasan. 1983. Ensiklopedia Nasional Indonesia, Ichtiar Baru-Van Hoeve,
Jakarta
Suyadi. 2010. Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogjakarta: Pedagogia
Tri Prasetya, Joko. 2013. Ilmu Budaya Dasar, Jakarta : Rineka Cipta
Venus, Antar. 2009. Manajemen Kampanye. Simbiosa. Rekatama Media:Bandung.