• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Diajukan Kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Dalam Ilmu Pendidikan Islam

Oleh M. SIDIK NPM 1422010125

PROGRAM STUDI ILMU TARBIYAH KONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan satu istilah yang sering dilontarkan oleh berbagai

pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap kehidupan suatu

masyarakat ke arah yang lebih baik. Bagi masyarakat yang kurang maju atau

tertinggal dari masyarakat lainnya, pembangunan di bidang pendidikan

merupakan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang diharapkan

berdampak positif bagi peningkatan berbagai aspek kehidupan lainnya.

Pembangunan pendidikan digunakan sebagai suatu wahana proses transisi yang

disengaja atau terencana agar berbagai segi kehidupan sistem sosial yang

terkenanya dapat meningkat atau menjadi lebih baik.

Hal itu sejalan dengan yang dikemukakan oleh Inkeles dan Smith melalui

penelitiannya: “Saya percaya bagaimanapun juga manusia bisa diubah secara

mendasar setelah dia menjadi dewasa, dan karena itu tidak ada manusia yang

tetap menjadi manusia tradisional dalam pandangan dan kepribadiannya hanya

karena dia dibesarkan dalam sebuah masyarakat tradisional”.1

1 Iskandar Agung, Menghasilkan Guru Kompeten dan Profesional, (Jakarta: Bee Media

(3)

Definisi lain tentang pendidikan bahwa: “Belajar adalah berubah”.2 Dalam hal ini yang dimaksud belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi

belajar akan membawa suatu perubahan bagi individu-individu yang belajar.

Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi

juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat,

watak, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan

tingkah laku pribadi seseorang. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa

belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke

perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta,

rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dari konsep belajar tersebut, pada perkembangannya akan melahirkan

teori belajar yang bertumpu pada konsep pembentukan super ego, yakni suatu proses belajar melalui suatu peniruan, proses interaksi, antara pribadi sesorang

dengan pihak lain dalam hal ini adalah guru sebagai tokoh yang akan ditiru oleh

siswanya.

Sehubungan dengan hal itu, tenaga pendidik (guru) haruslah disiapkan

untuk memenuhi layanan interaksi dengan siswa. Hal ini sebagaimana

diamanatkan oleh UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan Dosen pasal 1 ayat (1)

“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik

2 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

(4)

padapendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah."3

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia sehat berilmu cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara

demokratis serta bertanggung jawab.”4

Tujuan utama pendidikan dalam Islam adalah mencari ridha Allah swt.

Dengan pendidikan, diharapkan akan lahir individu-indidivu yang baik,

bermoral, berkualitas, sehingga bermanfaat kepada dirinya, keluarganya,

masyarakatnya, negaranya dan umat manusia secara keseluruhan.

Firman Allah dalam Surat An-Nisa ayat 162:





























Artinya: Tetapi orang-orang yang ilmunya mendalam diantara mereka, dan orang-orang yang beriman, mereka beriman kepada Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad), dan kepada (kitab-kitab) yang diturunkan sebelummu, begitu pula mereka yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat dan beriman kepada Allah dan hari kemudian. Kepada mereka akan kami berikan pahala yang besar.5

3

Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Guru dan Dosen UU RI No. 14 Th. 2005, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Cet. 2, h. 3

4 Dokumen, Undang-UndangRepublik Indonesia nomor 9 tahun 2009 Tentang Badan Hukum

Pendidikan (BHP), (Jakarta: CV. Novindo Pustaka Mandiri, 2009), Cet.ke-3, h.174

5Departemen Agama RI, Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006),

(5)

Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki

karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan

pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok

seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun

masyarakatnya. Pada dasarnya perubahan perilaku yang dapat ditunjukkan oleh

peserta didik harus dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman

yang dimikliki oleh seorang guru. Atau dengan perkataan lain, guru mempunyai

pengaruh terhadap perubahan perilaku siswa.

Untuk itulah guru harus dapat menjadi contoh (suri teladan) bagi siswa,

karena pada dasarnya guru adalah representasi dari sekelompok orang pada suatu

komunitas atau masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan yang baik.

Guru adalah sosok yang digugudan ditiru.Diguguartinya diindahkan atau

dipercayai. Sedangkan ditiru artinya dicontoh atau diikuti. “Dilihat dan ditelusuri

dari bahasa aslinya, sanskerta, kata guru adalah gabungan dari kata gu dan ru. Gu artinya kegelapan, kejumudan, atau kekelaman. Sedangkan ru artinya

melepaskan, menyingkirkan atau membebaskan.”6

Jadi guru adalah manusia yang berjuang terus menerus dan secara gradual

(perlahan-lahan, sedikit demi sedikit) untuk melepaskan manusia dari kegelapan.

Untuk itu “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, Sertifikat

6 Hamka Abdul Aziz, Karakter Guru Profesional, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2012), cet. 1,

(6)

Pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”7

(1) Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 merupakan seperangkat

pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai,

dan diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.”8

Sejalan dengan pendapat berikut ini yang mengatakan bahwa “Beberapa kompetensi kepribadian yang semestinya ada pada seorang guru, yaitu memiliki

pengetahuan yang dalam tentang materi pelajaran yang menjadi tanggung

jawabnya”.9

Hal ini dengan sendirinya berkaitan erat dengan falsafah hidup yang

mengharapkan guru menjadi model manusia yang memiliki nilai-nilai luhur.

(2)Kompetensi Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi

profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.”10

Keempat kompetensi tersebut yaitu: pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial, dan kompetensi profesional sangat penting untuk dimiliki oleh

setiap guru terutama guru Pendidikan Agama Islam, akan tetapai dalam

kesempatan ini penulis hanya akan meneliti pada satu kompetensi saja yaitu

kompetensi kepribadian dan penerapannya dalam meningkatkan motivasi belajar

siswa.

7 Dokumen, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Badan Hukum

Pendidikan, ( Jakarta: Media Karya Utama, 2009), h. 135

8

Ibid.

9 Hamzah B, Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), cet. 5, h. 19

10

(7)

Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam Undang-Undang RI Nomor

14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta PP No. 19 tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan dinyatakan bahwa sebagai tenaga profesional guru

harus memenuhi sejumlah persyaratan di antaranya memiliki kompetensi.11

Dalam UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab IV pasal 10

dinyatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki seorang guru diantaranya

adalah kompetensi kepribadian.12

Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah “Kemampuan

kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi

teladan peserta didik.”13 Pendapat yang hampir sama mendefinisikan kompetensi

kepribadian adalah “Memiliki sikap kepribadian yang mantap atau matang

sehingga mampu berfungsi sebagai tokoh identitas bagi peserta didik, serta dapat

menjadi panutan bagi peserta didik dan masyarakatnya.”14

Gemelar dan Dahyat merujuk pada pendapat Asian Institut for teacher

Education, mengemukakan kompetensi pribadi meliputi: 1) memiliki

pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama, 2) memiliki

pengetahuan tentang akhlak, 3) memiliki kesadaran sosial, 4) memiliki sikap

yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan, 5) menjunjung tinggi harkat dan

11 Farida Sarimaya, Sertifikasi Guru; Apa, Mengapa dan Bagaimana, (Bandung: Yrama Widya, 2008),

h. 14

12

Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Guru dan Dosen UU RI No. 14 Th. 2005, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), cet. 2, h. 9

13 Departemen Agama RI, Undang-Undang Guru dan Dosen UU RI No. 14 Th. 2005, (Jakarta:

Depag RI, 2008), h.11

14 Direktorat Pendidikan Luar Biasa,Pengadaan dan Pembinaan Tenaga Kependidikan dalam

(8)

martabat manusia, 6) bersikap empati, terbuka, 7) berwibawa, 8) bertanggung

jawab dan 9) mampu menilai diri pribadi.15

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dipahami bahwa yang

dimaksud kompetensi kepribadian ini mencakup kemampuan pribadi yang

berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan

perwujudan diri, baik dalam pola pikir, sikap, perbuatan, tindakan maupun

perkataan yang menunjukkan akhlak yang mulia sehingga dapat menjadi teladan

yang baik bagi para siswanya.

Diputuskan dalam PP. No. 74 Th. 2008 tentang guru, bahwa kompetensi

kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang:

a. beriman dan bertakwa; b. berakhlak mulia; c. arif dan bijaksana; d. demokratis; e. mantap; f. berwibawa; g. stabil; h. dewasa; i. jujur; j. sportif;

k. menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; l. secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan

m. mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.16

Dalam Al-Qur'an ada beberapa ayat yang secara langsung menjelaskan

hal-hal yang harus dimiliki oleh seorang murabbi, dengan melalui penafsiran

15 Rasto, Kompetensi Guru,http://www.wordpress.com/25 Oktober 2012, h. 5-6

16

(9)

tematik yang berkaitan dengan kompetensi guru maka ada tiga hal besar yang

seyogyanya dimiliki oleh seorang pendidik, ketiga hal itu adalah:

Pertama, Kompetensi ilmiyyah kompetensi ini adalah kemampuan

seorang guru atau pendidik dalam hal penalaran, pemahaman artinya seorang

guru harus menguasai materi-materi dan metode yang akan diajarkan kepada

anak didik. Dengan mengetahui materi dan metode pendidikan tentu seorang

guru akan lebih mampu dan layak dalam melaksanakan proses pendidikan

terhadap anak didik. Bagaimana mungkin seorang guru yang tidak mengetahui

banyak materi dan metode pengajaran akan mampu melaksanakan proses

pendidikan dan pengajaran dengan baik. Hal ini sesuai dengan firman Allah

Surat Al-Baqarah ayat 247:



























Artinya: Dan nabi mereka berkata kepada mereka, “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Talut menjadi rajamu.” Mereka menjawab, “Bagaimana Talut

memperoleh kerajaan atas kami, sedangkan kami lebih berhak atas kerajaan itu dari padanya, dan dia tidak diberi kekayaan yang banyak?” (Nabi) menjawab,

“Allah telah memilihnya (menjadi raja) kamu dan memberikan kelebihan ilmu

dan fisik.” Allah memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha luas, Maha mengetahui.17

17

(10)

Guru merupakan suatu komponen yang paling penting dalam

penyelenggaraan pendidikan yang bertugas menyelenggarakan kegiatan belajar

mengajar melatih, meneliti mengembangkan, mengelola dan memberikan

petunjuk dalam bidang pendidikan. Dengan demikian guru harus menguasai ilmu

pengetahuan yang akan dia ajarkan kepada anak didik juga harus mengetahui

metode-metode apa yang harus dipraktikan dalam pengajarannya. Dalam ayat itu

Allah mengisyaratkan tentang kompetensi ilmiyyah ini dengan kalimat

basthathanfil’ilmi artinya Allah menganugerahkan kepada Nabi Daud keluasan

dalam pengetahuan. Kata basthathan berasal dari kata yang berarti

memperluas,18 lapang, lebar dan mendalam. Maksud basthathan pada ayat

tersebut adalah adanya keluasan pada sosok Nabi Daud dalam hal pengetahuan.

Dia adalah Nabi yang sangat mendalam, luas dalam pengetahuannya. Sedangkan

kata al-„ilm berasal dari kata yang berarti mengajar,19 mengetahui.

Jadi kata „ilm adalah semua jenis pengetahuan yang ada di alam ini baik

pengetahuan agama, filsafat maupun sains. Dalam hal ini yang dikatakan orang

alim adalah orang yang mendalam pengetahuannya. Berarti seorang guru harus

benar-benar kompeten dalam hal pengetahuannya sebab dia yang akan

mengajarkan, mentransformasi pengetahuan kepada anak didiknya baik secara

langsung ataupun tidak langsung.

18 Ahmad Najieh, Kamus Arab, (Surakarta: Insan Kamil, 2010), cet. 1, h. 33

19 Achmad Sunarto, Percakapan Tiga Bahasa Al-Mahir, (Surabaya: Halim Jaya, 2008), cet. 2,

(11)

Dalam ilmu pendidikan Islam, guru tidak hanya mentransfer pengetahuan

kepada anak didik saja tapi harus mampu mengarahkan kemana seharusnya bakat

dan kemampuan anak didik itu dikembangkan. Hal ini menunjukan betapa

pentingnya posisi guru dalam proses belajar mengajar dan merupakan pemegang

utama serta penentu keberhasilan dalam proses belajar mengajar yang kondusif

sehingga akan menghasilkan out put yang baik sesuai dengan tujuan yang

dicita-citakan. Karena itu guru harus mampu mengelola proses belajar-mengajar

dengan baik.

Kedua. kompetensi khuluqiyyah, kompetensi ini berkaitan dengan aspek penghayatan seorang guru terhadap seluruh materi yang diajarkan. Kompetensi

ini bersifat abstrak karena berkaitan dengan hati. Kompetensi ini paling banyak

dijelaskan dalam Al-Qur’an karena meliputi seluruh sikap, minat dan penghayatan seseorang terhadap ilmu. Kompetensi ini diambil dari ayat

Al-Qur’an surat Al-Qalam ayat 4 yaitu:



--Artinya: Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur.20

Juga dikutip dari Al- Qur’an surat Al- Syu’araa ayat 137:



Artinya: (Agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang-orang

terdahulu.21

20

(12)

Kata khuluq adalah bentuk mufrad (tunggal) bentuk pluralnya adalah

akhlaq. Kata khuluq seakar dengan kata kholq yang berarti ciptaan. Kesemuanya

berasal dari akar kata yang sama yaitu dari kata kerja khalaqa yang berarti

menciptakan, membuat, mendesain, mengadakan sesuatu dari yang tiada. Dalam

hal ini kata khuluq sudah memiliki arti khusus yaitu tingkah laku, perilaku,

karakter, sifat dan lain sebagainya. Kalau direnungkan kata khuluq masih

memiliki kaitan dengan kata asalnya yaitu ciptaan, yang berarti khuluq adalah

semua tingkah laku, sifat atau perbuatan yang telah Allah ciptakan pada diri

manusia yang muncul dengan perasaan reflektif (kebiasaan yang sudah terjiwai).

Kompetensi khuluqiyah ini adalah kompetensi yang paling banyak dijelaskan

dalam Al-Qur’an sebab kompetensi ini meliputi semua sikap, tingkah laku, perbuatan, perasaan dan lain sebagainya yang berhubungan dengan ranah rasa.

Ketiga, kompetensi jismiyyah. Kompetensi ini berkaitan dengan fisik.

Seorang guru harus memiliki kemampuan dalam hal yang berkaitan dengan fisik

artinya penerapan dan praktek dari setiap materi yang ada. Maka dalam

kompetensi ini seorang guru dituntut untuk sehat jasmaninya. Kompetensi ini

diisyaratkan dalam Surat Al-Baqarah ayat 247 yang artinya:

“Dan nabi mereka berkata kepada mereka, “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Talut menjadi rajamu.” Mereka menjawab, “Bagaimana Talut

memperoleh kerajaan atas kami, sedangkan kami lebih berhak atas kerajaan

itu dari padanya, dan dia tidak diberi kekayaan yang banyak?” (Nabi) menjawab, “Allah telah memilihnya (menjadi raja) kamu dan memberikan

21

(13)

kelebihan ilmu dan fisik.” Allah memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha luas, Maha mengetahui.”22

Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk

watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang luhur.

“Peranan guru masih dominan meskipun teknologi yang dapat dimanfaatkan

dalam proses pembelajaran berkembang amat cepat.” Hal ini disebabkan karena

ada dimensi-dimensi proses pendidikan, atau lebih khusus lagi proses

pembelajaran, yang diperankan oleh guru yang tidak dapat digantikan oleh

teknologi. Fungsi guru tidak akan bisa seluruhnya dihilangkan sebagai pendidik

dan pengajar bagi siswanya. Tugas dan kewajiban seorang guru tidak hanya

mentransfer ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada siswanya akan tetapi

juga bertanggung jawab untuk meningkatkan motivasi belajar siswa agar terjadi

perubahan pola dan hasil belajar yang lebih baik.

Firman Allah dalam surat Ar- Ra’d ayat 11:

































Artinya: Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.23

22Ibid., h. 40

23

(14)

Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa yang dapat mengubah

keadaan kita dari tidak baik menjadi baik, dari tidak tau menjadi tau, dari tidak

mengerti menjadi mengerti dan sebagainya adalah diri kita sendiri. Oleh karena

itu perlu adanya pelaksanaan kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama

Islam untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai

kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut

bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat

diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau

pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.24

Motif dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (1) motif biogenetis,

yaitu motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme demi

kelanjutan hidupnya, misalnya lapar, haus, kebutuhan akan kegiatan dan istirahat,

mengambil nafas, seksualitas, dan sebagainya; (2) motif sosiogenetis, yaitu

motif-motif yang berkembang berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang

tersebut berada. Jadi, motif ini tidak berkembang dengan sendirinya tetapi

dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan setempat. Misalnya keinginan

mendengarkan musik, makan pecel, makan cokelat, dan lain-lain; (3) motif

teologis, dalam motif ini manusia adalah sebagai makhluk yang berketuhanan,

sehingga ada interaksi antara manusia dengan Tuhan-Nya, seperti ibadahnya

24 Isbandi Rukminto Adi, Psikologi, Pekerjaan Sosial, dan Ilmu Kesejahteraan Sosial: Dasar

(15)

dalam kehidupan sehari-hari, misalnya keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan

Yang Maha Esa, untuk merealisasikan norma-norma sesuai agamanya.25

Sebelum mengacu pada pengertian motivasi, terlebih dahulu kita

menelaah pengidentifikasian kata motif dan kata motivasi. Motif adalah daya

penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu, demi

mencapai tujuan tertentu.26 Dengan demikian motivasi merupakan dorongan

yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan

tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.

Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa bukanlah hal yang mudah,

perlu upaya dan kinerja yang baik dari para guru. Hal yang paling pokok yang

harus diingat oleh setiap guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa adalah

menjadikan dirinya sebagai teladan yang baik bagi siswa. Untuk itu apabila

seorang guru ingin berhasil, maka guru harus memiliki akhlak yang baik

sehingga ia dapat menjadi contoh yang baik bagi para siswanya. Siswa akan

patuh dan menuruti apa yang diajarkan dan diperintahkan gurunya apabila

mereka melihat gurunya pun melakukan apa yang diajarkan dan

diperintahkannya tersebut. Dalam hal ini Allah berfirman dalam surat

Al- Baqarah ayat 44 sebagai berikut:















25 W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT Erisco, 1996), h. 142-144

26

(16)

Artinya: Mengapa kamu menyuruh orang lain(mengerjakan) kebajikan, sedangkan

kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca kitab (Taurot)? Tidakkah

kamu mengerti?27







Artinya: (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang

tidak kamu kerjakan. 28

Untuk dapat meningkatkan motivasi belajar pada siswa guru hendaknya

memiliki kompetensi kepribadian yang baik karena hal itu besar sekali

pengaruhnya pada siswa.

Keutamaan seorang guru terutama Guru Pendidikan Agama Islam

disebabkan oleh tugas mulia yang diembannya. Tugas yang diemban seorang

guru hampir sama dengan tugas seorang Rasul.

a. Tugas secara umum, adalah:

Sebagai warasat al- anbiya, yang pada hakikatnya mengemban misi

rahmat li al- alamin, yakni suatu misi yang mengajak manusia untuk tunduk dan patuh pada hukum-hukum Allah, guna memperoleh keselamatan dunia

dan akhirat. Kemudian misi ini dikembangkan kepada pembentukan

kepribadian yang berjiwa tauhid, kreatif, beramal saleh dan bermoral tinggi.

27 Departemen Agama RI, Op.cit., h. 7

28

(17)

Abd al- Rahman al- Nahlawi menyebutkan tugas pendidik sebagai

berikut: Pertama, fungsi penyucian yakni berfungsi sebagai pembersih,

pemelihara, dan pengembang fitrah manusia. Kedua, fungsi pengajaran yakni

meng-internalisasikan dan mentransformasikan pengetahuan dan nilai-nilai

agama kepada manusia.29

b. Tugas secara khusus, adalah:

1) Sebagai pengajar (instruksional) yang bertugas merencanakan program

pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun, dan penilaian

setelah program itu dilaksanakan.

2) Sebagai pendidik (edukator) yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan yang berkepribadian insan kamil, seiring dengan tujuan Allah Allah menciptakan manusia.

3) Sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin dan mengendalikan diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait. Menyangkut upaya

pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, partisipasi atas

program yang dilakukan itu.30

Berdasarkan pendapat tersebut jelaslah bahwaKompetensi Kepribadian

Guru Pendidikan Agama Islambesar sekali pengaruhnya dalam Meningkatkan

Motivasi Belajar Siswa.

29 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), cet. 8., h. 63

30

(18)

Hasil prasurvai peneliti di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Kecamatan

Natar tentang Kompetensi kepribadian yang dimiliki guru Pendidikan Agama

Islam dan motivasi para siswanya, diperoleh fakta bahwa para guru PAI di

MTsNurul Huda Kecamatan Natar memiliki kompetensi kepribadian yang cukup

baik, seperti: bersikap konsisten pada keputusan yang telah diambilnya, sabar,

tidak mudah marah, memiliki prilaku yang disegani para siswa, taat beribadah,

mau instropeksi diri, menghargai orang lain dan para siswanya, dan mampu

menjadikan dirinya sebagai teladan bagi para siswa (peserta didiknya).31

Berikut hasil prasurvai penelitian tentang motivasi belajar siswa

MTsNurul Huda Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Kelas IX TP.

[image:18.612.126.530.228.561.2]

2015/2016: Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1

Motivasi Belajar Siswa MTsNurul Huda Kelas IX TP. 2015/2016

No Motivasi Belajar F %

1 Baik 5 9,80

2 Cukup Baik 11 21,57

3 Kurang Baik 35 68,63

Jumlah 51 100

Sumber: Hasil Observasi Awal Motivasi Belajar Siswa MTsNurul Huda Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Kelas IX TP. 2015/2016.

Kriteria Penilaian dan Petunjuk Penggunaan

Keterangan Dengan Angka

10 = Istimewa 5 = Hampir cukup

9 = Baik sekali 4 = Kurang

31

(19)

8 = Baik 3 = Kurang sekali

7 = Lebih dari cukup 2 = Buruk

6 = Cukup 1 = Buruk sekali

Dengan Huruf

A = Baik Sekali

B = Baik

C = Cukup

D = Kurang

Sumber: Dokumen MTsNurul Huda Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan TP. 2015/2016.

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa masih banyak siswa kelas IX

MTsNurul Huda Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan motivasi

belajarnya tergolong kurang, seperti: Kurangnya hasrat dan keinginan berhasil,

kurangnya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, kurangnya harapan dan

cita-cita masa depan, kurangnya penghargaan dalam belajar, kurangnya kegiatan yang

menarik dalam belajar, kurangnya lingkungan belajar yang kondusif.

Berdasarkan fakta yang ditemukan peneliti di MTsNurul Huda Kecamatan

Natar Kabupaten Lampung Selatan tersebut, timbul permasalahan yaitu walaupun

kompetensi kepribadian guru PAI di MTs tersebut cukup baik, akan tetapi

motivasi belajar siswa di MTs tersebut masih kurang baik. Untuk itu peneliti

tertarik meneliti lebih lanjut tentang ada tidaknya

kompetensi kepribadian guru PAI dalam meningkatkan motivasi belajar

(20)

B. Identifikasi dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut, maka

dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

a. Guru Pendidikan Agama Islam di MTs. Nurul Huda kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan rajin mengerjakan shalat lima waktu, tetapi

siswanya masih banyak yang malas mengerjakan shalat lima waktu.

b. Guru Pendidikan Agama Islam di MTs. Nurul Huda Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan memiliki sikap yang penyabar dan tidak

mudah tersinggung, tetapi siswanya mudah marah dan bersikap kasar

pada teman-teman yang berujung pada perkelahian.

c. Guru Pendidikan Agama Islam di MTs. Nurul Huda Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan memiliki sikap dan perilaku menghargai

orang lain, akan tetapi siswanya suka meremehkan orang lain.

d. Guru Pendidikan Agama Islam di MTs. Nurul Huda Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan bertanggung jawab atas profesinya (sportif),

tetapi siswanya kurang mematuhi guru dan tidak mengerjakan tugas yang

diberikan gurunya.

e. Guru Pendidikan Agama Islam di MTs. Nurul Huda Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan datang tepat waktu ke madrasah, akan tetapi

(21)

f. Guru Pendidikan Agama Islam di MTs. Nurul Huda Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan selalu memberikan motivasi dan pengarahan

kepada siswa, akan tetapi siswanya masih banyak yang malas belajar.

2. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah tersebut, agar tidak terjadi pelebaran

wilayah pembahasan, maka dibatasi dalam permasalahan:

a. Kompetensi kepribadian guru PAI

b. Motivasi belajar siswa.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana kompetensi kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di

Madrasah Tsanawiyah Nurul HudaKecamatan Natar Kabupaten Lampung

Selatan”?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan

atau pelaksanaan kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam

dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Nurul

(22)

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

1) Sebagai sumbangan penting dalam memperluas wawasan bagi kajian

ilmu pendidikan dan meningkatkan kompetensi guru PAI, khususnya

kompetensi kepribadian guru, sehingga dapat dijadikan rujukan untuk

pengembangan penelitian peningkatan mutu sumber daya guru

mendatang.

2) Menambah konsep baru yang dapat dijadikan bahan rujukan

penelitian lebih lanjut bagi pengembangan ilmu pendidikan.

3) Bermanfaat bagi pengembangan wacana ilmu-ilmu pendidikan Islam.

b. Kegunaan Praktis

1) Memberikan informasi mengenai kompetensi kepribadian guru

Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa

di MTs. Nurul Huda Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan,

serta faktor penghambat kompetensi kepribadian guru Pendidikan

Agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di MTs.

Nurul Huda Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

2) Memberikan sumbangan pikiran yang konkrit dan aplikatif bagi

pembaca terutama bagi guru Pendidikan Agama Islam dalam

memahami dan menerapkan kompetensi kepribadian, sehingga

(23)

3) Penelitian ini dapat berguna sebagai tolok ukur sekaligus media

komunikasi bagi perencana, pelaksana dan pengambilan keputusan

untuk menetapkan standar kompetensi yang harus dimiliki oleh

seorang guru Pendidikan Agama Islam.

E. Kerangka Pikir

Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah “Kemampuan

kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi

teladan peserta didik.”32 Pendapat yang hampir sama mendefinisikan kompetensi

kepribadian adalah “Memiliki sikap kepribadian yang mantap atau matang

sehingga mampu berfungsi sebagai tokoh identitas bagi peserta didik, serta dapat

menjadi panutan bagi peserta didik dan masyarakatnya.”33

Gemelar dan Dahyat merujuk pada pendapat Asian Institut for teacher

Education, mengemukakan kompetensi pribadi meliputi: 1) memiliki

pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama, 2) memiliki

pengetahuan tentang akhlak, 3) memiliki kesadaran sosial, 4) memiliki sikap

yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan, 5) menjunjung tinggi harkat

danmartabat manusia, 6) bersikap empati, terbuka, 7) berwibawa, 8) bertanggung

jawab dan 9) mampu menilai diri pribadi.34

32 Departemen Agama RI, Op.cit., h.11

33

Direktorat Pendidikan Luar Biasa,Op.cit., h. 5-6

(24)

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dipahami bahwa yang

dimaksud kompetensi kepribadian ini mencakup kemampuan pribadi yang

berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan

perwujudan diri, baik dalam pola pikir, sikap, perbuatan, tindakan maupun

perkataan yang menunjukkan akhlak yang mulia sehingga dapat menjadi teladan

yang baik bagi para siswanya.

Diputuskan dalam PP. No. 74 Th. 2008 tentang guru, bahwa kompetensi

kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang:

a. beriman dan bertakwa; b. berakhlak mulia; c. arif dan bijaksana; d. demokratis; e. mantap; f. berwibawa; g. stabil; h. dewasa; i. jujur; j. sportif;

k. menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; l. secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan

m. mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.35

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dalam penelitian ini dapat

ditentukan beberapa karakteristik atau indikator kompetensi kepribadian guru

adalah sebagai berikut:

1. Beriman dan bertakwa

2. Berakhlak mulia

3. Arif dan bijaksana

35

(25)

4. Demokratis

5. Mantap

6. Berwibawa

7. Stabil

8. Dewasa

9. Jujur

10. Sportif

11. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat

12. Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri

13. Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

Adapun yang dimaksud dengan motivasi belajar Istilah motivasi berasal

dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri

individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif

tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah

lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu

tingkah laku tertentu.36

Motif dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (1) motif biogenetis,

yaitu motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme demi

kelanjutan hidupnya, misalnya lapar, haus, kebutuhan akan kegiatan dan istirahat,

mengambil nafas, seksualitas, dan sebagainya; (2) motif sosiogenetis, yaitu

motif-motif yang berkembang berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang

36

(26)

tersebut berada. Jadi, motif ini tidak berkembang dengan sendirinya tetapi

dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan setempat. Misalnya keinginan

mendengarkan musik, makan nasi, makan cokelat, dan lain-lain; (3) motif

teologis, dalam motif ini manusia adalah sebagai makhluk yang berketuhanan,

sehingga ada interaksi antara manusia dengan Tuhan-Nya, seperti ibadahnya

dalam kehidupan sehari-hari, misalnya keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan

Yang Maha Esa, untuk merealisasikan norma-norma sesuai agamanya.37Motif

adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu,

demi mencapai tujuan tertentu.38

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada

siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku,

pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu

mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.

Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya

hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam

belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan

dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya

lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa

dapat belajar dengan baik.39

37 W.A. Gerungan, Op.cit., h. 142-144

38 W.S. Winkel, Op.cit., h. 151

39

(27)

Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam

kegiatan belajar di sekolah:

1. Memberi angka

2. Hadiah

3. Saingan/kompetisi

4. Ego-involvement

5. Memberi ulangan

6. Mengetahui hasil

7. Pujian

8. Hukuman

9. Hasrat untuk belajar

10. Minat

11. Tujuan yang diakui40

Motivasi siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi

eksternal. Oleh karena itu dari dua keterangan tentang motivasi yang

disampaikan oleh: 1) Hamzah B. Uno, tentang Indikator motivasi belajar terdiri

dari enam item yang dikemukakan penulis mengutip item yang ke 6 yang

termasuk motivasi eksternal yaitu: Adanya lingkungan belajar yang kondusif,

sebagaimana yang disebutkan dalam kolom motivasi item yang ke 10 di bawah

ini. 2) Sardiman A.M., tentang beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan

40 Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo

(28)

motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah dari sebelas item penulis mengutip

sembilan item yang termasuk motivasi eksternal, yaitu item yang ke 1, 2, 3, 4, 5,

6, 7, 8 dan 11, sebagaimana yang disebutkan dalam kolom motivasi item yang ke

1 s.d. 9 di bawah ini.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, jelaslah bahwa kompetensi

kepribadian guru sangat penting dalam meningkatkan motivasi belajar

siswa.Untuk memudahkan dalam memahami arah penelitian ini, maka dapat

dilihat pada gambar di bawah ini:

KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI

1. Beriman dan bertakwa 2. Berakhlak mulia 3. Arif dan bijaksana 4. Demokratis 5. Mantap 6. Berwibawa 7. Stabil 8. Dewasa 9. Jujur

MOTIVASI BELAJAR SISWA

1. Adanya hasrat dan

keinginan berhasil

2. Adanya dorongan dan

kebutuhan dalam belajar

3. Adanya harapan dan

cita-cita masa depan

4. Adanya penghargaan

dalam belajar

(29)
[image:29.612.128.486.128.577.2]
(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Guru Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Islam

a. Tinjauan Etimologi (menurut bahasa)

Pengertian Pendidikan Islam menurut bahasa sebagai mana

beberapa pendapat di bawah ini:

Menurut Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, dalam bukunya yang

berjudul Ilmu Pendidikan Islam disebutkan bahwa dalam leksikologi1

Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak ditemukan istilah al-tarbiyah, namun terdapat beberapa istilah kunci yang seakan dengannya, yaitu al-rabb, rabbayani, nurabbi, yurbi, dan rabbani. Dalam mu’jam bahasa Arab, kata

al-tarbiyahmemiliki tiga akar kebahasaan, yaitu:

1) Rabba, yarbu, tarbiyah: yang memiliki makna “tambah” (zad) dan berkembang (nama). Pengertian ini juga didasarkan Q.S. al-Rum ayat 39: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah.” Artinya, pendidikan

2) Rabba, yurbi, tarbiyah: yang memiliki makna tumbuh (nasya’a) dan menjadi besar atau dewasa (tara’ra’a). Artinya pendidikan (tarbiyah)

1

(31)

merupakan usaha untuk menumbuhkan dan mendewasakan peserta

didik, baik secara fisik, psikis, sosial maupun spiritual.

3) Rabba, yarubbu, tarbiyah: yang memiliki makna memperbaiki (ashlaha), menguasai urusan, memelihara dan merawat, memperindah, memberi makna, mengasuh, tuan, memiliki, mengatur dan menjaga

kelestarian maupun eksistensinya. Artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha untuk memelihara, mengasuh, merawat,

memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta didik, agar ia dapat

lebih baik dalam kehidupannya.2

Menurut Abul A’la al-Maududi kata rabbun ( ) terdiri dari dua

huruf “ra” dan “ba” tasydid yang merupakan pecahan dari kata tarbiyah yang berarti “pendidikan, pengasuhan, dan sebagainya. Selain itu kata ini

mancakup banyak arti seperti “kekuasaan, perlengkapan,

pertanggungjawaban, perbaikan, penyempurnaan, dan lain-lain. Kata ini

juga merupakan prediket bagi suatu kebesaran, keagungan, kekuasaan, dan

kepemimpinan.”3

Istilah lain dari pendidikan adalah Ta’lim, merupakan masdar dari kata „allama yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau

penyampaian pengertian, pengetahuan dan keterampilan.

2 Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media,

2010), ed. 1, cet. 3, h. 10-11

3

(32)

Penunjukan kata ta’lim pada pengertian pendidikan, sesuai dengan

firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 31:











Artinya: Dan Dia ajarkan kepada Adam semua nama-nama (benda),

kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman.

“Sebutkan kepada-Ku nama semua benda ini, jika kamu yang benar!”4

Berdasarkan pengertian yang ditawarkan dari kata ta’lim dan ayat di

atas, terlihat pengertian pendidikan yang dimaksudkan mengandung makna

yang terlalu sempit. Pengertian ta’lim hanya sebatas proses pentransferan

seperangkat nilai antara manusia. Ia hanya dituntut untuk menguasai nilai

yang ditransfer secara kognitif dan psikomotorik, akan tetapi tidak dituntut

pada domain afektif.5 Ia hanya sekedar memberi tahu atau memberi

pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaan kepribadian, karena sedikit

sekali kemungkinan ke arah pembentukan kepribadian yang disebabkan

pemberian pengetahuan.

Pada masa sekarang istilah yang paling populer dipakai orang

adalah “tarbiyah” karena menurut M. Athhiyah al-Abrasyi term yang

4 Departemen Agama RI, Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006),

h. 6

5

(33)

mencakup keseluruhan kegiatan pendidikan tarbiyah merupakan upaya yang mempersiapkan individu untuk kehidupan yang lebih sempurna etika,

sistematis dalam berpikir, memiliki ketajaman intuisi, giat dalam berkreasi,

memiliki toleransi pada yang lain, berkompetensi dalam mengungkap

bahasa lisan dan tulisan, serta memiliki beberapa keterampilan. Sedangkan

istilah yang lain merupakan bagian dari kegiatan tarbiyah. Dengan demikian maka istilah pendidikan Islam disebut Tarbiyah Islamiyah.

b. Tinjauan Terminologi (menurut istilah)

1) Tarbiyah

Mushtafa al-Maraghiy membagi kegiatan al-tarbiyah dengan dua macam. Pertama tarbiyah khalqiyah, yaitu penciptaan, pembinaan dan pengembangan jasmani peserta didik agar dapat dijadikan sebagai

sarana bagi pengembangan jiwanya. Kedua tarbiyah diniyah tahzibiyah,

yaitu pembinaan jiwa manusia dan kesempurnaannya melalui petunjuk

wahyu Ilahi. Berdasarkan pembagian tersebut, maka ruang lingkup al-tarbiyah mencakup berbagai kebutuhan manusia, baik jasmani dan rohani, kebutuhan dunia dan akhirat, serta kebutuhan terhadap

kelestarian diri sendiri, sesamanya, alam lingkungan dan relasinya

dengan Tuhan.6

6

(34)

Al-Abrasyi memberikan pengertian bahwa tarbiyah adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia,

mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya

(akhlaknya), teratur pikirannya, halus perasaannya, manis tutur katanya

baik dengan lisan atau tulisan.7

2) Ta’lim

Menurut Rasyid Ridha adalah proses transmisi berbagai ilmu

pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan

tertentu. Kemudian menurut al-Maraghi pengajaran dilaksanakan

bertahap, sebagaimana tahapan Adam As. Mempelajari, menyaksikan

dan menganalisa asma-asma yang diajarkan oleh Allah kepadanya.8 Ini berarti bahwa al-ta’lim mencakup aspek kognitif belaka, belum mencapai pada domain lainnya.

3) Ta’dib

Menurut Al-Naquib al-Attas, al-ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu yang di dalam

tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing kearah

7 Ramayulis, Ibid., h.16

8

(35)

pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam

tatanan wujud dan keberadaannya.9

4) Al-Riadhah

Al-Ghazali yang menawarkan istilah al-riyadhah, Baginya, al-riyadhah adalah proses pelatihan individu pada masa kanak-kanak.10 Berdasarkan pengertian tersebut, al-Ghazali hanya mengkhususkan

penggunaan al-riyadhah untuk fase kanak-kanak, sedang fase yang lain

tidak tercakup di dalamnya.

2. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Di negara-negara Timur sejak dahulu kala guru itu dihormati oleh

masyarakat. Orang India dahulu menganggap guru itu sebagai orang suci dan

sakti. Di Jepang, guru disebut sensei, artinya “yang lebih dahulu lahir”,“yang lebih tua”. Di Inggris, guru dikatakan “teacher” dan di Jerman “der Leher”,

keduanya berarti “pengajar”. Sedangkan dalam literatur pendidikan Islam,

seorang guru biasa disebut sebagai ustadz, mu’allim, murabby, mursyid,

mudaris, dan mu’addib. Akan tetapi kata guru sebenarnya bukan saja mengandung arti pengajar melainkan juga pendidik, baik di dalam maupun di

luar sekolah. Ia harus menjadi penyuluh masyarakat.

9

Ibid., h.17

10

(36)

Menurut Zakiah Darajat, guru adalah pendidikan profesional,

karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul

sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul dipundak para orang tua.11

Sedangkan menurut A. Samana, pengertian guru adalah “pribadi dewasa yang mempersiapkan diri secara khusus melalui lembaga pendidikan guru, agar

dengan keahliannya mampu mengajar sekaligus mendidik peserta didiknya

untuk menjadi warga negara yang baik, berilmu, produktif, sosial, sehat, dan

mampu berperan aktif dalam peningkatan sumber daya manusia.”12

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa yang

dimaksud dengan guru adalah seseorang yang bertugas sebagai pengajar,

pembimbing, pengarah, motivator, dan pendidikan seseorang sehingga terjadi

perubahan yang lebih baik dalam diri siswanya.

Adapun yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam adalah

“membimbing jasmani dan rohani berdasarkan hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran Islam.”13

Pendapat lain mendefinisikan Pendidikan Agama Islam adalah

“segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta

11 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet.8, h. 39

12 A. Samana, Profesionalisme Keguruan, (Yogyakarta: Kanisius, 1994) h. 15

13 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1974), h.

(37)

sumberdaya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya

(insan kamil) sesuai dengan norma Islam.”14

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat diambil suatu

kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam adalah

suatu usaha manusia untuk mendidik atau menjadikan seseorang itu beriman,

bertakwa dan memiliki akhlak yang mulia.

Dengan demikian dari pengertian tersebut, maka yang dimaksud

dengan guru Pendidikan Agama Islam adalah seseorang yang mengabdikan

dirinya untuk melaksanakan pengajaran dan pendidikan agar seseorang

menjadi pribadi yang beriman, bertakwa dan memiliki akhlak yang mulia

sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.

3. Syarat-Syarat Guru Pendidikan Agama Islam

Berdasarkan pengertian guru Pendidikan Agama Islam tersebut,

dapat dipahami bahwa tugas dan tanggung jawab seorang guru Pendidikan

Agama Islam sangatlah berat. Oleh karena itu agar guru Pendidikan Agama

Islam mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik untuk

menjadi pengajar dan pendidik seseorang agar menjadi pribadi yang beriman,

bertakwa dan berakhlak mulia, maka hendaklah memiliki atau memenuhi

beberapa syarat sebagai berikut:

14 Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media, 2001), h.

(38)

a. Beriman dan Bertakwa

Guru Pendidikan Agama Islam, sesuai dengan tujuan pendidikan

Islam, tidak mungkin mendidik peserta didiknya agar beriman dan

bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak beriman dan bertakwa

kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan bagi peserta didiknya sebagaimana Rasulullah

SAW menjadi teladan bagi umatnya. Bertakwa maksudnya “mampu menjaga diri agar selalu mengerjakan perintah Allah dan meninggalkan

larangan-Nya serta merasa takut kepada-Nya baik secara sembunyi maupun

secara terang-terangan.”15

Iman dan takwa bukan merupakan suatu konsep teori, dia

memerlukan kenyataan dalam karya, gerak dan interaksi. Untuk

memperoleh iman dan takwa tidak cukup berupa pernyataan percaya dan

cinta kepada Allah, akan tetapi juga memerlukan pengakuan terhadap Allah

berupa peribadatan, pelayanan dan perhatian kepada orang lain melalui

kebenaran, kejujuran dan keikhlasan.16

b. Berakhlak Mulia

Seorang pendidik haruslah mempunyai akhlak yang mulia.

Seseorang yang berakhlak mulia adalah seseorang yang mengisi dirinya

dengan sifat-sifat yang terpuji dan menjauhkan dirinya dari sifat yang

15

Ramayulis, Op.cit., h. 38

(39)

tercela. Dengan memiliki akhlak yang mulia, maka guru dapat menjadi

teladan yang baik bagi para siswanya.

c. Ikhlas dan Bertanggung Jawab

Pendidik yang ikhlas hendaklah berniat semata-mata karena Allah

dalam seluruh pekerjaannya, baik berupa perintah, larangan, nasehat,

pengawasan atau hukuman yang dilakukannya. Ikhlas bukan berarti ia tidak

boleh menerima imbalan jasa, akan tetapi jangan berniat di dalam hati

bahwa pekerjaan mendidik yang dilakukannya karena mengharapkan

materi, akan tetapi semata-mata sebagai pengabdian kepada Allah SWT.

Guru Pendidikan Agama Islam yang ikhlas dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya tidak akan merasa berat dan akan sungguh-sungguh

dalam melaksanakan semua kewajibannya tersebut.

Seorang guru Pendidikan Agama Islam harus juga memiliki sikap

bertanggung jawab akan semua tugas-tugasnya. Dari tanggung jawab akan

muncul sikap sungguh-sungguh dan selalu menginginkan yang terbaik.

Tanggung jawab guru Pendidikan Agama Islam ialah keyakinannya bahwa

segala tindakannya dalam melaksanakan tugas dan kewajiban didasarkan

atas pertimbangan profesional secara tepat. Pekerjaan guru Pendidikan

Agama Islam menuntut kesungguhan dalam berbagai hal, sebagaimana

(40)























Artinya: Sungguh Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang

berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum diantara

manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah

sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha

Mendengar, Maha Melihat.17

d. Berilmu

Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi sebagai bukti

bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan

tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan. Sebagaimana yang

dikemukakan Wina Sanjaya bahwa guru merupakan pekerjaan profesional

yang ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya

mungkin didapatkan dari lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai,

sehingga kinerjanya didasarkan kepada keilmuan yang dimilikinya yang

dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.18

17 Departemen Agama RI, Op.cit., h. 87

18

(41)

e. Sehat Jasmani

Seorang guru Pendidikan Agama Islam haruslah sehat jasmani

dan tidak berpenyakit yang menular yang membahayakan para siswanya

atau orang lain di sekitarnya. Selain itu guru Pendidikan Agama Islam

hendaknya tidak memiliki cacat tubuh yang dapat mengganggu kelancaran

tugas-tugasnya. Guru yang berpenyakit tidak akan bergairah mengajar.19

Kita kenal ucapan “Mens sana in corpore sano”, yang artinya dalam

tubuh yang sehat terkandung jiwa yang sehat. Walaupun pepatah itu tidak

benar secara menyeluruh, akan tetapi bahwa kesehatan badan sangat

mempengaruhi semangat bekerja.

f. Berkompetensi

Kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam

melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan

layak.20 Pendapat lain juga menyatakan bahwa kompetensi guru adalah

kapasitas internal yang dimiliki guru dalam melaksanakan tugas

profesinya.21 Kompetensi guru dapat dimaknai pula sebagai kebulatan

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan

19 Zakiyah Darajat, Op.cit., h. 41

20Muhibbinsyah,Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,(Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1999), h. 229

21

(42)

penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen

pembelajaran.22

Menurut Sardiman guru terikat dengan berbagai syarat, yang

diantaranya guru disyaratkan untuk memiliki sepuluh kemampuan dasar

yaitu:

1. menguasai bahan

2. mengelola program belajar mengajar 3. mengelola kelas

4. menguasai media atau sumber belajar 5. menguasai landasan kependidikan 6. mengelola interaksi belajar mengajar 7. menilai prestasi peserta didik

8. mengenal fungsi dan program bimbingan penyuluhan 9. mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

10. memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian untuk keperluan pendidikan dan pengajaran.23

Keberhasilan guru dalam melaksanakan peranannya dalam bidang

pendidikan sebagian besar terletak pada kemampuannya melaksanakan

berbagai peranan yang bersifat khusus dalam situasi mengajar dan belajar.

Berdasarkan hasil studi literatur terhadap pandangan Adams dan Dickey

dalam bukunya Basic Principles of Student Teaching, dapat diambil kesimpuilan bahwa paling tidak terdapat 13 peranan kompetensi guru di

kelas, yaitu:

a. Guru sebagai pengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan, perlu memiliki keterampilan memberikan informasi kepada peserta didik

22 Farid Sarimaya, Sertifikasi Guru, Apa, Mengapa dan Bagaimana, (Bandung: Yrama Widya,

2008), h. 17

23 Sardiman, AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2007),

(43)

b. Guru sebagai pemimpin kelas, perlu memiliki keterampilan cara memimpin kelompok-kelompok peserta didik

c. Guru sebagai pembimbing, perlu memiliki keterampilan cara mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar peserta didik

d. Guru sebagai pengatur lingkungan, perlu memiliki keterampilan mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran

e. Guru sebagai partisipan, perlu memiliki keterampilan cara memberikan saran, mengarahkan pemikiran kelas, dan memberikan penjelasan

f. Guru sebagai ekspeditur, perlu memiliki keterampilan menyelidiki sumber-sumber masyarakat yang akan digunakan

g. Guru sebagai perencana, perlu memiliki keterampilan dalam cara memilih dan meramu bahan pelajaran secara profesional

h. Guru sebagai supervisor, perlu memiliki keterampilan mengawasi kegiatan anak dan ketertiban kelas

i. Guru sebagai motivator, perlu memiliki keterampilan dalam mendorong motivasi belajar peserta didik

j. Guru sebaghai penanya, perlu memiliki keterampilan cara bertanya yang merangsang peserta didik berpikir dan cara memecahkan masalah

k. Guru sebagai pengajar, perlu memiliki keterampilan cara memberikan penghargaan terhadap anak-anak yang berprestasi l. Guru sebagai evaluator, perlu memiliki keterampilan dalam menilai

anak-anak secara objektif, kontinu, dan komprehensif

m. Guru sebagai konselor, perlu memiliki keterampilan cara membantu peserta didik yang mengalami kesulitan tertentu.24

Apabila dilihat ketiga belas peranan kompetensi guru tersebut

memang benar-benar menuntut kompetensi seorang guru. Guru tidak akan

dapat mengajar dengan baik apabila dalam menyampaikan materi ia tidak

dapat melakukannya dengan baik karena kurang memiliki menguasai

bahan atau materi pelajaran dan kurang terampil dalam menggunakan

metode pembelajaran.

24 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi

(44)

Begitu juga guru sebagai pemimpin, partisipan, perencana,

motivator, penanya, pengajar, dan evaluator, tidak akan dapat

melaksanakan peranannya tersebut apabila ia tidak memi

Gambar

Tabel 1 Motivasi Belajar Siswa MTsNurul Huda Kelas IX TP. 2015/2016
Gambar 1. Paradigma Penelitian
Grafika, 2009), h. 14  Dokumen, 26 Suparta dan Herry Noer Aly,
tabel, grafik yang kemudian diberi penjelasan yang bersifat naratif.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Lampung Selatan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dalam penelitian ini ada beberapa faktor yang dianggap memberikan pengaruh terhadap kinerja guru madrasah

Prestasi belajar siswa mata pelajaran fiqih Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda setelah diterapkannya pemberian jenis motivasi intrinsik ternyata memberikan dampak yang

Tesis berjudul ”PEMBELAJARAN FIQIH DI MADRASAH TSANAWIYAH PONDOK PESANTREN NURUL HUDA SUKARAJA OKU TIMUR ” yang ditulis oleh:.. Nama :

Sebagaian besar sarana prasarana di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja diadakan dengan swadaya oleh yayasan dibantu oleh orang tua siswa melalui komite

menyelesaikan tesis yang berjudul “ Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam dan Perannya dalam Membentuk Karakter Peserta Didik di Madrsasah Tsanawiyah Negeri Kota

hubungan yang rendah. Berarti bahwa besarnya hubungan antara Perilaku Kepemimpinan dan Motivasi Kerja dengan Kompetensi Profesional di Madrasah Tsanawiyah Kecamatan

madrasah sebagai supervisor dalam meningkatkan kompetensi guru pendidikan..

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di Madrasah Aliyah Nurul Huda Sukaraja OKU Timur Sumatera Selatan mengenaikompetensi profesional guru Pendidikan Agama