• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Keluarga Dalam Pencegahan Dan Perawatan Ispa (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) Di Rumah Pada Balita Di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya Keluarga Dalam Pencegahan Dan Perawatan Ispa (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) Di Rumah Pada Balita Di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

PENELITIAN PENELITI MUDA (LITMUD) UNPAD

UPAYA KELUARGA DALAM PENCEGAHAN DAN PERAWATAN ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) DI RUMAH PADA BALITA

DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN TASIKMALAYA

Oleh:

Ketua : Ikeu Nurhidayah, S.Kep., Ners Anggota I : Sari Fatimah, S.Kp., M.Kes

Anggota II : Windy Rakhmawati, S.Kp., M.Kep

Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Padjadjaran Tahun Anggaran 2008

Berdasarkan SPK No. 394 /H6.26.14/LP/PL/2008 Tanggal 16 April 2008

LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

(2)

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN MUDA

SUMBER DANA DIPA UNPAD TAHUN ANGGARAN 2008

1. a. Judul Penelitian :Upaya Keluarga dalam Pencegahan dan Perawatan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di Rumah pada Balita di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.

b. Bidang Ilmu : Kesehatan

c. Kategori : I

2. Ketua Peneliti

a. Nama lengkap & Gelar : Ikeu Nurhidayah, S.Kep., Ners b. Jenis kelamin : Perempuan

c. Pangkat/Gol/NIP : Penata Muda/IIIa/132317012 d. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

e. Fakultas/Jurusan : Ilmu Keperawatan f. Bidang Ilmu yang diteliti : Keperawatan Anak 3. Jumlah Anggota Peneliti

a. Nama Anggota Peneliti I b. Nama Anggota Peneliti II

: 2 orang

: Sari Fatimah, S.Kp., M.Kes

: Windy Rakhmawati, S.Kp., M.Kep 4. Lokasi Penelitian : Desa Ciawi Kecamatan Ciawi

Kabupaten Tasikmalaya

5. Bila penelitian ini merupakan peningkatan kerja sama kelembagaan sebutkan : a. Nama Instansi : -

b. Alamat : -

6. Lama Penelitian : 10 (sepuluh) bulan

7. Biaya yang Diperlukan : Rp. 6.125.000,-

Mengetahui, Dekan

Fakultas Ilmu Keperawatan

Hj. Helwiyah Ropi, S.Kp., MCPN NIP. 140 067 327

Bandung, 15 November 2008

Ketua Peneliti,

Ikeu Nurhidayah, S.Kep., Ners NIP. 132 317 012

Menyetujui, Plh. Ketua LPPM Universitas Padjadjaran

(3)

ABSTRAK

ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga alveoli, termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Sampai saat ini ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Pneumonia merupakan salah satu penyakit ISPA yang menjadi pembunuh utama balita di Indonesia. Oleh karena itu dalam upaya Pemberantasan Penyakit ISPA (P2 ISPA), penanggulangan pneumonia pada balita merupakan fokus utama. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi upaya keluarga dalam mencegah dan melakukan perawatan pada balita dengan ISPA. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya kejadian ISPA pada balita di Kabupaten Tasikmalaya.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki balita yang terkena ISPA di Desa Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 42 responden dengan teknik pengambilan sampel adalah dengan purposive sampling. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara terstruktur dan kemudian diolah dan dianalisa dengan menggunakan rumus persentase dan proporsi.

Hasil penelitan menunjukkan sangat sedikit responden (14,28%) memiliki upaya yang buruk dalam melakukan pencegahan infeksi saluran nafas akut (ISPA) pada balita. Setengahnya responden (57,14%) memiliki upaya yang cenderung buruk, sebagian kecil responden (26,19%) memiliki upaya yang cenderung baik dan sangat sedikit responden (2,38%) memiliki upaya yang baik dalam melakukan melakukan pencegahan infeksi saluran nafas akut (ISPA) pada balita. Sedangkan untuk sub variabel upaya keluarga dalam melakukan perawatan ISPA pada balita didapatkan hasil setengahnya reponden (52%) memiliki upaya yang baik dalam melakukan perawatan infeksi saluran nafas akut (ISPA) pada balita. Sebagian kecil responden (36%) memiliki upaya yang cenderung baik, sangat sedikit responden (12%) memiliki upaya yang cenderung buruk, dan tak seorangpun responden (0%) memiliki upaya yang buruk dalam melakukan melakukan perawatan infeksi saluran nafas akut (ISPA) pada balita.

Berdasarkan hasil penelitian diatas maka disarankan agar semua pihak terutama keluarga diharapkan berpartisipasi untuk meningkatkan upaya pencegahan terjadinya ISPA pada balita terutama dengan menciptakan kondisi lingkungan yang bersih dan sehat, selain itu juga diharapkan agar petugas kesehatan baik di Puskesmas maupun kader kesehatan di Posyandu diharapkan lebih intensif memberikan penyuluhan kesehatan tentang pencegahan dan perawatan pada balita dengan infeksi saluran nafas akut, sehingga diharapkan keluarga lebih mengerti dan termotivasi untuk melakukan tindakan pencegahan dan perawatan pada balita dengan ISPA, sehingga diharapkan dapat mengurangi resiko terjadinya pneumonia.

(4)

ABSTRACT

ISPA or Acute Tractus Resporatory Infection is an infection condition that attact along respiratory tractus from nose to alveoli, including with adnexa tissues such us sinus, middle ear cavum and pleura. Pneumonia is the most dangerous disease complicated by acute tractus respiratory infection that can be make morbidity and mortality to children. So, in order to prevent acute tractus respiratory infection, the tackling of pneumonia’s effect was a main focus. The aim of this research was to describe about the family’s efforts to prevent and to care children with acute tractus respiratory infection. This research based on the data about acute tractus respiratory infection’s rate that ascending significantly in Tasikmalaya Residence.

Design of this study was descriptive. The population are family that have child with ISPA in Ciawi Village Tasikmalaya Residence. Research samples taken in purposive sampling method, total samples are 42 respondence. Sample collecting procedur with interview and then analyzed by percentage and proportion method formula.

The result of this study in sub variable of family’s efforts to prevent ISPA showed that 14,28% respondences have bad efforts, 57,14% respondences have inclined bad efforts, 26,19 % respondences have inclined good efforts and 2,38% respondences have good efforts. While in sub variable of family’s efforts to do home caring to children with ISPA showed that 52% respondences have good efforts, 36% respondences have inclined good efforts, 12% respondences have inclined bad efforts and no one respondences (0%) have bad efforts.

Recommended by researcher was need to intensified efforts to prevent ISPA with dissemination information about preventing ISPA, providing a healthy environment, intensified health education and family empowering, so we hope that can be impact to reduce pneumonia cases in children.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, yang telah dianugerahkan, sehingga Tim Pelaksana Penelitian Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran dapat melaksanakan kegiatan penelitian tentang Upaya Keluarga dalam Melakukan Pencegahan dan Perawatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.

Dalam pelaksanaan Penelitan ini, Tim Pelaksana Penelitian dibantu oleh petugas kesehatan Puskesmas Ciawi, serta aparat pemerintahan Kecamatan Ciawi dan Desa Ciawi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini, serta seluruh responden yaitu balita dan orang tua yang secara sukarela berpartisipasi dalam penelitian ini.

Penulis mengharapkan, dengan dilaksanakannya kegiatan ini dapat memberikan gambaran secara umum mengenai upaya keluarga dalam melakukan pencegahan dan Perawatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita, sehingga dapat menjadi masukan dalam merancang program pemberantasan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita khususnya di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tsikmalaya. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan daerah Kabupaten Tasikmalaya, khususnya dalam bidang kesehatan anak.

Bandung, Nopember 2008

(6)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN

ABSTRAK...i

ABSTRACT...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL...v

PENDAHULUAN...1

TINJAUAN PUSTAKA...5

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN...10

METODE PENELITIAN...11

HASIL PEMBAHASAN...15

SIMPULAN DAN SARAN...23

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Upaya keluarga dalam melakukan pencegahan 1

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Indikator Lingkungan Rumah 15

Tabel 5. 3 Distribusi Frekuensi Pemberian Immunisasi Lengkap 15

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pemberian Vitamin A 16

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI 16

Tabel 5.6 Distribusi Frekeuansi Upaya Keluarga dalam Melakukan Perawatan 19

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Indikator Perawatan Dehidrasi 19

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Indikator Perawatan Demam 20

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Indikator Perawatan Saat Batuk 20

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Indikator Pemberian Nutrisi 20

(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berkelanjutan. Visi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Salah satu faktor utama yang berperan penting dalam mewujudkan Indonesia Sehat 2010, dan sesuai dengan target MDG’S 2015 (Millennium

Development Goals) adalah menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian

Balita (AKABA) dan Angka Kematian Anak (AKA).

Angka kematian bayi, balita dan anak merupakan salah satu indikator kesehatan yang sangat mendasar. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), tahun 1995, menunjukkan bahwa proporsi kematian bayi akibat ISPA adalah sebesar 30,8%, artinya dari 100 bayi meninggal, 30 diantaranya meninggal karena ISPA. Selain itu menurut survey SUSKERNAS tahun 2001, didapatkan data bahwa ISPA dalam hal ini pneumonia, masih merupakan penyebab kematian terbanyak pada balita, yakni sebesar 22,8 % atau sebesar 4,6 kamatian per 1000 balita.

Di Jawa Barat, infeksi saluran nafas masih merupakan urutan pertama penyakit terbanyak pada balita, yakni sebesar 33,44% (Profil Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2003). Jumlah anak balita penderita pneumonia di Jawa Barat pada tahun 2006 mencapai mencapai 199.287 anak pada 2006, dengan jumlah kematian akibat pneumonia pada bayi mencapai 63 orang dan anak balita mencapai 19 orang. Di Tasikmalaya sendiri angka kematian bayi dan balita masih sangat tinggi. Angka kematian bayi di Tasikmalaya mencapai 21,06/1000. Menurut data dari Dinas Kesehatan Tasikmalaya penyebab utama kematian bayi dan balita adalah ISPA dalam hal ini adalah pneumonia. Oleh karena itu, pencegahan dan penanggulangan ISPA terutama penuemonia merupakan prioritas utama pembangunan kesehatan di wilayah Tasikmalaya. Kecamatan Ciawi merupakan salah satu kecamatan yang memiliki jumlah penderita ISPA yang cukup tinggi di Kabupaten Tasikmalaya, menurut data dari Puskesmas Ciawi, didapatkan data bahwa ISPA merupakan jumlah penyakit terbanyak pada balita pada tahun 2006 dan 2007.

(9)

Oleh karena itu dalam upaya Pemberantasan Penyakit ISPA (P2 ISPA), penanggulangan pneumonia pada balita merupakan fokus utama.

Program pemberantasan penyakit ISPA menitikberatkan atau memfokuskan kegiatannya pada penanggulangan pneumonia pada balita (Depkes RI, 2002). Dalam pelaksanaannya, program Pemberantasan Penyakit ISPA (P2 ISPA) memerlukan dukungan dari semua pihak dan peran aktif masyarakat. Peran masyarakat terutama keluarga, dalam penanggulangan dan pencegahan ISPA terutama pneumonia sangat menentukan keberhasilan upaya penanggulangan penyakit ISPA terutama pneumonia (Trapsilowati, 1999).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1988). Sasaran utama Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Nafas akut (P2 ISPA) adalah anak, ibu dan keluarganya. Keluarga sebagai bagian inti dari masyarakat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya menurunkan angka kematian dan kesakitan akibat ISPA terutama pneumonia.

Salah satu fungsi keluarga yang sangat penting adalah fungsi pemeliharaan kesehatan. Menurut Leavell, fungsi kesehatan keluarga sangat penting untuk mempertahankan status kesehatan keluarga. Fungsi pemeliharaan kesehatan terdiri dari pencegahan primer, yang meliputi peningkatan kesehatan dan tindakan preventif khusus yang dirancang untuk menjaga anggota keluarga bebas dari penyakit dan cedera; pencegahan sekunder yang terdiri atas deteksi dini, diagonsa dan pengobatan; dan pencegahan tersier yang mencakup tahap penyembuhan dan rehabilitasi, yaitu bertujuan untuk meminimalkan ketidakmampuan klien dan memaksimalkan tingkat fungsinya.

Peran aktif keluarga dalam menangani ISPA sangat penting, karena penyakit ISPA merupakan penyakit yang sangat sering terjadi dalam kehidupan keluarga. Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius, karena biasanya keluarga menganggap ISPA pada balita merupakan penyakit biasa yang sering timbul dan tidak berbahaya serta bisa menghilang dengan sendirinya. Padahal ISPA merupakan penyakit berbahaya karena bila keluarga membiarkan saja anaknya terkena ISPA dan tidak memberikan perawatan yang baik, dapat mengakibatkan penyebaran infeksi yang lebih luas, sehingga akhirnya infeksi menyerang saluran nafas bagian bawah dan selanjutnya akan menyebabkan radang paru-paru atau penumonia yang sangat berbahaya dan menyebabkan kematian.

(10)

dan sehat, immunisasi lengkap dan pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia anak 2 tahun (Depkes RI, 2002). Selain itu upaya perawatan di rumah sangatlah penting dalam upaya penatalaksanaan anak dengan infeksi saluran pernafasan. Kesembuhan seorang anak dengan infeksi pernafasan sangat tergantung dari perawatan yang diberikan, salah satunya adalah perawatan di rumah yang diberikan oleh keluarga terutama oleh ibu. Selain itu perawatan kesehatan yang baik oleh keluarga juga dapat mencegah kekambuhan infeksi saluran pernafasan. Oleh karena itu, orangtua khususnya ibu, atau orang yang dekat dengan balita, harus melakukan pencegahan untuk mengurangi resiko terjadinya pneumonia pada balita dan memberikan perawatan di rumah yang baik ketika anaknya terkena balita.

B. Perumusan Masalah

ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga alveoli, termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Depkes RI, 2002). Sampai saat ini ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Pneumonia merupakan salah satu penyakit ISPA yang menjadi pembunuh utama balita di Indonesia. Oleh karena itu dalam upaya Pemberantasan Penyakit ISPA (P2 ISPA), penanggulangan pneumonia pada balita merupakan fokus utama.

Program pemberantasan penyakit ISPA menitikberatkan atau memfokuskan kegiatannya pada penanggulangan pneumonia pada balita (Depkes RI, 2002). Dalam pelaksanaannya, program Pemberantasan Penyakit ISPA (P2 ISPA) memerlukan dukungan dari semua pihak dan peran aktif masyarakat. Peran masyarakat terutama keluarga, dalam penanggulangan dan pencegahan ISPA terutama pneumonia sangat menentukan keberhasilan upaya penanggulangan penyakit ISPA terutama pneumonia (Trapsilowati, 1999).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1988). Sasaran utama Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Nafas akut (P2 ISPA) adalah anak, ibu dan keluarganya. Keluarga sebagai bagian inti dari masyarakat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya menurunkan angka kematian dan kesakitan akibat ISPA terutama pneumonia.

(11)

mempertahankan status kesehatan keluarga. Fungsi pemeliharaan kesehatan terdiri dari pencegahan primer, yang meliputi peningkatan kesehatan dan tindakan preventif khusus yang dirancang untuk menjaga anggota keluarga bebas dari penyakit dan cedera; pencegahan sekunder yang terdiri atas deteksi dini, diagonsa dan pengobatan; dan pencegahan tersier yang mencakup tahap penyembuhan dan rehabilitasi, yaitu bertujuan untuk meminimalkan ketidakmampuan klien dan memaksimalkan tingkat fungsinya.

Peran aktif keluarga dalam menangani ISPA sangat penting, karena penyakit ISPA merupakan penyakit yang sangat sering terjadi dalam kehidupan keluarga. Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius, karena biasanya keluarga menganggap ISPA pada balita merupakan penyakit biasa yang sering timbul dan tidak berbahaya serta bisa menghilang dengan sendirinya. Padahal ISPA merupakan penyakit berbahaya karena bila keluarga membiarkan saja anaknya terkena ISPA dan tidak memberikan perawatan yang baik, dapat mengakibatkan penyebaran infeksi yang lebih luas, sehingga akhirnya infeksi menyerang saluran nafas bagian bawah dan selanjutnya akan menyebabkan radang paru-paru atau penumonia yang sangat berbahaya dan menyebabkan kematian.

(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

Patofisiologi

ISPA disebabkan oleh lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan ricketsia. Bakteri utama penyebab ISPA antara lain genus streptococcus, penumococcus, haemofilus,

staphylococcus dan corinebacterium. Sedangkan virus penyebab ISPA antara lain

golongan micovirus, adenovirus dan coronavirus.

Virus merupakan penyebab tersering infeksi saluran nafas. Pada paparan pertama virus akan menyebabkan mukosa membengkak dan menghasilkan banyak lendir sehingga akan menghambat aliran udara melalui saluran nafas. Batuk merupakan mekanisme pertahan tubuh untuk mengeluarkan lendir keluar dari saluran pernafasan. Bakteri dapat berkembang dengan mudah dalam mukosa yang terserang virus, sehingga hal ini menyebabkan infeksi sekunder, yang akan menyebabkan terbentuknya nanah dan memperburuk penyakit.

Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis ISPA dapat berupa batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit telinga (Depkes RI, 1999).

Menurut berat ringanya, ISPA dibagi menjadi 3 golongan,yaitu: 1. ISPA Ringan, dengan gejala yaitu:

- Batuk

- Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suaranya, misalnya pada waktu berbicara atau menangis

- Pilek, yaitu mengeluarkan lendir dari hidung - Demam, yaitu suhu badan anak lebih dari 37ºC

(13)

- Pernafasan lebih dari 50x/menit (anak umur kurang dari 1 tahun) dan lebih dari 40x/menit (anak umur lebih dari 1 tahun)

- Suhu lebih dari 39ºC

- Tenggorokan berwarna merah - Timbul bercak-bercak campak

- Telinga sakit atau mnegeluarkan nanah dari lubang telinga - Pernafasan berbunyi

3. ISPA Berat yaitu jika seorang anak dijumpai gejala-gejala seperti ISPA ringan atau sedang ditambah dengan gejala sebagai berikut:

- Bibir atau kulit membiru - Pernafasan cuping hidung

- Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun - Bunyi nafas gargling, atau snorring

- Dijumpai adanya terraksi otot-otot bantu pernafasan, seperti intercostal, sternal, suprasternal

- Nadi cepat dan lemah > 160x/menit (anak umur < 1 tahun) - Tenggorokan berwarna merah

Faktor Resiko Pneumonia

Berdasarkan penelitian dari berbagai negara termasuk Indonesia dan berbagai publikasi ilmiah, dilaporkan berbagai faktor risiko baik yang meningkatkan insiden (morbiditas) maupun kematian (mortalitas) akibat pneumonia, yaitu:

1. Faktor resiko yang meningkatkan insidensi penumonia, yaitu: usia anak kurang dari 2 bulan, laki-laki, gizi kurang, berat badan lagir rendah, tidak mendapat ASI yang adekuat, polusi udara, kepadatan tempat tinggal, immunisasi tidak lengkap, defisiensi vitamin A

(14)

Pencegahan ISPA

Infeksi saluran pernafasan bagian atas sangat sering terjadi pada anak, dan apabila tidak diberikan perawatan yang baik, maka infeksi ini akan menyebar ke saluran pernafasan bagian bawah, terutama menyerang paru-paru dan menimbulkan radang paru (penumonia) (Biddulph dan Stace, 1999). Menurut Depkes RI (2002), cara pencegahan agar balita tidak terkena penyakit pneumonia adalah sebagai berikut:

1. Kondisi lingkungan yang bersih dan sehat

Infeksi saluran nafas akut menyebar melalui batuk dan air liur, oleh karena itu anak-anak sebaiknya tidak dibiarkan bersama dengan orang yang sedang menderita batuk pilek (Biddulph dan Stace, 1999).

Selain itu keadaan rumah juga sangat mempengaruhi kajiadan ISPA. Keadaan ventilasi rumah sangat berkaitan dnegan kejadian ISPA. Fungsi ventilasi adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tetap segar, sehingga keseimbangan oksigen yang diperlukan tetap terjaga. Kurangnya ventilasi menyebabkan kurangnya oksigen dan meningkatnya kadar karbondioksida di dalam rumah yang bersifat racun bagi penghuninya, karena akan menghambat afinitas oksigen terhadap hemoglobin darah. Selain itu ventilasi yang buruk menyebabkan aliran udara tidak lancar, sehingga bakteri patogen sulit untuk keluar karena tidak ada aliran udara yang cukup untuk membawa bakteri keluar rumah. Selain itu resiko ISPA juga akan meningkat bila di rumah ada sumber pencemaran udara misalnya ada orang dewasa yang merokok atau keluarga memasak menggunakan asap, karena asap rokok dan debu dapat menyebabakan iritasi mukosa saluran pernafasan sehingga merusak sistem mekanisme pertahanan di saluran pernafasan, akibatnya bakteri mudah masuk ke dalam saluran nafas dan anak akan mudah terkena ISPA berulang (Achmadi, 1993 dalam Handayani, 1996).

Paparan asap rokok pada anak dapat menimbulkan gangguan pernafasan terutama memperberat timbulnya infeksi saluran pernafasan akut dan gangguan fungsi paru-paru. Asap dari pembakaran sampah juga dapat meningkatkan resiko terjadinya ISPA (Riyadina, 1995). Pembakaran minyak tanah, kayu bakar dan asap kendaraan bermotor disamping akan menghasilkan zat pollutan dalam bentuk debu (partikel) juga menghasilkan zat pencemar kimia berupa karbondioksida, karbonmonoksida, oksida

sulfur, oksida nitrogen dan hydrocarbon yang berbahaya bagi kesehatan karena zat-zat

(15)

2. Immunisasi lengkap

Salah satu upaya yang dapat menurunkan resiko terkena ISPA pada balita adalah dengan pemberian immunisasi lengkap. Immunisasi adalah upaya pemberian antigen yang bertujuan untuk mengaktivasi kekebalan di dalam tubuh anak atau bayi sehingga terhindar dari penyakit atau penyakit berat yang mungkin timbul (Depkes RI, 2000 dalam Supartini, 2004). Pemberian immunisasi merupakan strategi spesifik untuk dapat mengurangi angka kejadian ISPA (Depkes RI, 1997) dan menurut Trapsilowati (1999), pemberian immunisasi campak yang efektif dapat mencegah 11 % kematian balita akibat pneumonia dan dengan immunisasi DPT 6 % kematian akibat pneumonia dapat dicegah.

3. Pemberian ASI

ASI merupakan sumber kalori dan protein yang sangat penting bagi anak khususnya anak dibawah usia 1 tahun serta melindungi bayi terhadap infeksi karena ASI mengandung antibodi yang penting dalam meningkatkan kekebalan tubuh. Bayi yang diberi susu botol atau susu formula rata-rata mengalami dua kali lebih banyak serangan pneumonia dibanding bayi yang mendapatkan ASI (Depkes RI dan Unicef, 1999). Penelitian di Kanada membuktikan bahwa ASI melindungi bayi terhadap infeksi saluran nafas dalam 6 bulan pertama kehidupan. Nilai gizi ASI yang lebih tinggi dan adanya antibodi, sel-sel leukosit serta enzim dan hormone melindungi bayi terhadap berbagai infeksi.

Perawatan ISPA di Rumah

Ibu merupakan orang yang paling dekat dengan anak dan mempunyai peranan besar dalam merawat anaknya. Perawatan dirumah sangat penting untuk mendukung kesembuhan anak yang sedang menderita ISPA dan mencegah terjadinya kekambuhan. Berikut ini adalah petunjuk perawatan dirumah pada anak ISPA menurut Depkes RI (1993):

1. Pemberian Nutrisi

a. Pemberian nutrisi selama sakit

(16)

waktu yang sering. Hal ini penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan mencegah malnutrisi. Pada bayi dengan usia kurang dari 4 bulan, berikanlah ASI lebih sering ketika anak sakit.

b. Pemberian nutrisi setelah sakit

Pada umumnya anak yang sedang sakit hanya bisa makan sedikit, karena nafsu makan anak sedang turun akibat aktivitas enzim kahektin yang merupakan respon lanjut dari reaksi peradangan. Oleh karena itu setelelah sembuh usahakan memberikan makanan ekstra setiap hari selama seminggu atau sampai berat badan anak mencapai normal, untuk mengejar ketertinggalan anak dan mencegah terjadinya malnutrisi, karena malnutrisi akan mempermudah dan memperberat infeksi sekunder lainnya.

2. Pemberian Cairan

Anak dengan infeksi saluran pernafasan dapat kehilangan cairan lebih banyak dari biasanya terutama bila demam. Pemberian cairan harus lebih banyak dari biasanya. Bila anak belum menerima makanan tambahan maka anak harus diberi ASI sesering mungkin.

3. Melegakan tenggorokan dan meredakan batuk dengan ramuan yang aman dan sederhana (tradisional)

4. Perawatan selama demam

Demam sangat umum terjadi pada anak dengan infeksi pernafasan. Perawatan demam yang bisa dilakukan dirumah sesuai dengan panduan Depkes RI meliputi memberi cairan yang lebih banyak, dan anak diberi pakaian yang tipis untuk meningkatkan transfer panas ke lingkungan. Selain itu anak juga tidak perlu dibungkus selimut tebal atau pakaian yang berlapis karena justru akan menyebabkan anak menjadi tidak nyaman dan menghalangi transfer panas ke lingkungan. Jika anak demam berilah minum yang banyak. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1 ° C akan meningkatkan kebutuhan cairan sebanyak 10-12 %. Selain itu upaya penurunan panas menggunakan kompres juga penting dan pemberian antipiretik akan membantu menurunkan suhu tubuh. Perawatan demam merupakan hal yang sangat penting utnuk mencegah komplikasi lanjut yaitu terjadinya kejang dan bila suhu tubuh terlalu tinggi lebih dari 41° C akan berbahaya bagi tubuh karena akan menyebabkan kerusakan otak permanen (Ganong, 1995).

(17)

Pengetahuan keluarga tentang tanda-tanda bahaya pneumonia merupakan hal yang sangat penting. Hal ini dikarenakan pneumonia merupakan salah satu komplikasi ISPA yang paling membahayakan. Oleh karena itu keluarga harus mengetahui tentang tanda bahaya pneumonia dan segera membawa anak ke pusat kesehatan terdekat. Berikut ini merupakan tanda pneumonia yaitu :

- Nafas menjadi sesak - Nafas menjadi cepat - Anak tidak mau minum - Sakit anak bertambah parah

III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 TUJUAN PENELITIAN 3.1.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi upaya keluarga dalam melakukan pencegahan dan perawatan ISPA di rumah pada balita di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat

3.1.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi upaya keluarga dalam melakukan usaha-usaha pencegahan infeksi saluran pernafasan akut pada balita

2. Mengidentifikasi upaya keluarga dalam melakukan perawatan di rumah pada balita dengan infeksi saluran pernafasan akut

3.2 MANFAAT PENELITIAN 3.2.1 Manfaat Praktis

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kejadian ISPA dan upaya perawatan yang dilakukan oleh keluarga di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya, sehingga dengan demikian dapat diperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan program-program kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak terutama dalam meningkatkan upaya pencegahan dan perawatan ISPA pada anak dimasa yang akan datang.

3.2.2 Manfaat Keilmuan

(18)

3.2.3 Manfaat untuk Penelitian yang akan datang

Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai informasi awal bagi penelitian yang akan dating sehubungan dengan kejadian ISPA pada anak, khususnya penelitian yang berhubungan dengan pola perilaku masyarakat setempat yang berperan terhadap kejadian tersebut.

IV. METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode ex post facto yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya suatu kejadian dengan merunut ke belakang kronologis kejadian tersebut (Sugiyono, 2003).

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel univariat dengan sub variabel sebagai berikut :

1. Upaya keluarga dalam melakukan tindakan pencegahan ISPA pada balita

2. Upaya keluarga dalam melakukan perawatan di rumah pada balita dengan infeksi saluran pernafasan akut

Definisi Operasional Penelitian

Sub Variabel Definisi Operasional

Upaya keluarga dalam melakukan tindakan

pencegahan infeksi saluran pernafasan akut

Upaya ini meliputi antara lain :

1. Menjaga kondisi lingkungan rumah yang sehat 2. Immunisasi Lengkap

3. Pemberian Vitamin A 4. Pemberian ASI

Upaya keluarga dalam melakukan tindakan

perawatan di rumah pada balita

Meliputi upaya antara lain :

1. Mencegah terjadinya dehidrasi dengan

- memberi minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti air sirop, air tajin, air sayur, air sup.

(19)

Sub Variabel Definisi Operasional dengan ISPA dan

pencegahan komplikasi lebih lanjut.

- Tidak menghentikan pemberian ASI pada anak yang masih mendapatkan ASI.

2. Melakukan usaha untuk mengatasi demam dengan cara: - Tirah baring/istirahat selama masih demam.

- Memberikan obat antipiretik sederhana yang dapat dibeli di toko obat terdekat.

- Memberikan kompres hangat untuk membantu menurunkan demam.

- Pemberian cairan selama demam

- Melakukan upaya menurunkan demam dengan evaporasi, radiasi dengan cara tidak memakaikan baju yang tebal, kaos kaki atau selimut tebal pada anak.

3. Melegakan tenggorokan dan meredakan batuk. 4. Memberikan nutrisi yang tepat

5. Upaya keluarga untuk mengenali tanda-tanda pneumonia dan membawa anak ke Puskesmas jika ditemui gejala pneumonia pada anak.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelit ian yang m eliputi seluruh elem en yang ada

diwilayah penelitian (Arikunt o, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang

mem iliki balit a yang pernah mangalam i infeksi saluran pernafasan akut di Kecamat an

Ciawi Kabupat en Tasikmalaya Jaw a Barat .

Sampel

Sam pel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara t ert ent u hingga dianggap

mew akili populasinya. Dalam penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan t eknik

proporsional sampling, yaitu pengambilan sam pel yang digunakan bila anggot a

populasinya t idak homogen (Sugiyono, 2003). Adapun krit eria sam pelnya adalah :

- Keluarga yang m emiliki balit a yang pernah m enderit a infeksi saluran pernafasan akut. - Bersedia m enjadi responden

(20)

Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Teknik pengum pulkan dat a yang digunakan dalam penelit ian ini adalah dengan

w aw ancara t erst rukt ur. Waw ancara dilakukan dengan berpedoman pada crit ical point

yang m ew akili variabel yang harus dit elit i, dalam hal ini adalah t ent ang upaya keluarga

dalam m elakukan peraw at an di rumah pada balit a dengan Infeksi Saluran Pernafasan

Akut (ISPA), t erut am a berkait an dengan hal-hal lam pau yang t elah dilakukan keluarga

ket ika balit a m engalami Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). W aw ancara dilakukan

dengan m engident ifikasi crit ical point upaya-upaya yang seharusnya dilakukan oleh

keluarga. Unt uk set iap crit ical point yang t erungkapkan m elalui cerit a keluarga akan

mendapat nilai sat u. Dari hasil w awancara akan didapat kan dat a penelitian yang

dikat erogikan dalam skala Gut m an (dikotomi).

Tahap pert am a adalah m engident ifikasi keluarga yang memiliki balit a, penelit ian ini

dipusat kan di Desa Ciawi. Kem udian dilakukan inform consent unt uk perset ujuan

penelitian. Set elah diset ujui unt uk penelit ian, maka dilakukan waw ancara selam a kurang

lebih t iga puluh sampai em pat puluh m enit .

Inst rumen penelit ian disusun sebagai panduan dalam m elakukan w aw ancara. Daft ar

w aw ancara dikem bangkan berdasarkan penjabaran m asing-m asing variabel yang akan

ditelit i.

Uji coba Instrumen

Dilakukan cont ent validit y dengan m erujuk berbagai lit erat ur yang ada untuk m elihat

komprehensivit as sub variabel penelit ian. Set elah it u dilakukan uji coba inst rum en secara

langsung t erhadap orangtua pasien anak dengan ISPA di Puskesm as Ciaw i sebelum

digunakan sebagai acuan penelitian.

W aktu dan tempat penelitian

Penelit ian dilakukan selama empat minggu yaitu pada bulan Agustus 2008 bert em pat di

Puskesmas Ciaw i dan Desa Ciaw i Kecamat an Ciawi Kabupat en Tasikmalaya.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

(21)

1. M engumpulkan hasil w awancara

2. M em buat rekapit ulasi dari keseluruhan hasil w awancara

3. M engelom pokkan hasil berdasarkan m asing-masing sub variabel

4. Teknik analisa dat a dilakukan t erhadap m asing-masing sub variabel. Untuk m engukur variabel dan sub variabel penelitian yaitu upaya keluarga dalam mencegah dan

m elakukan upaya peraw at an ISPA pada anak, t erlebih dahulu dihitung skor t ot al dari

keseluruhan it em pada set iap variab el dan sub variabel penelit ian. Kem udian dari skor

t ot al t ersebut dihitung persen t ase dengan m enggunakan rumus :

Ket erangan:

P = Persent ase skor t ipa responden

X = Skor t ot al dari keseluruhan pada variable at au sub variable penelit ian Xmaks = Skor t ot al maksim um pada variable atau sub variable penelit ian

Penent uan kat egori m asing-masing responden dilakukan pada set iap variabel dan

sub variabel penelitian dengan krit eria sebagai berikut :

Baik : > 75 %

Cenderung baik : 51 % - 75 %

Cenderung buruk : 26 % - 50 %

Buruk : ≤ 25 %

Set elah dilakukan penentuan kat egori set iap responden, kemudian dilakukan

analisa deskript if set iap variable/ sub variable penelit ian dengan m enggunakan rumus

present ase P

Ket erangan:

P : Persent ase

X : Skor jaw aban tiap crit eria N : Jumlah responden

Kemudian hasil perhitungan frekuensi responden dalam persentase diint erpret asikan sebagai berikut :

0 % = Tidak seorangpun responden 1% - 19% = Sangat sedikit responden

(22)

40% - 59% = Set engahnya reponden

60% - 79% = Sebagian besar responden

80% - 99% = Ham pir seluruh responden

100%= Seluruh responden

V. HASIL DAN PEM BAHASAN

5.1 Upaya Keluarga dalam M elakukan Pencegahan Infeksi Saluran Nafas Atas pada

Balita

Sangat sedikit responden (14,28%) memiliki upaya yang buruk dalam m elakukan

pencegahan infeksi saluran nafas akut (ISPA) pada balit a. Set engahnya responden

(57,14%) m em iliki upaya yang cenderung buruk, sebagian kecil responden (26,19%)

mem iliki upaya yang cenderung baik dan sangat sedikit responden (2,38%) m em iliki upaya

yang baik dalam m elakukan m elakukan pencegahan infeksi saluran nafas akut (ISPA) pada

balit a. Upaya keluarga dalam m elakukan pencegahan infeksi saluran nafas akut (ISPA)

pada balit a dapat t erlihat sepert i t abel 5.1 dibaw ah ini:

Tabel 5.1 Tabel Distribusi Frekuensi Upaya Keluarga dalam M elakukan

Pencegahan ISPA pada Balita

No Kriteria Frekuensi Prosent ase

1 Baik 1 2.38%

2 Cenderung Baik 11 26.19% 3 Cenderung Buruk 24 57.14%

4 Buruk 6 14.28%

Tabel 5.2 Tabel Distribusi Frekuensi Indikator Lingkungan Rumah

No Kriteria Frekuensi Prosent ase

1 Baik 3 7.14%

2 Cenderung Baik 7 16.67% 3 Cenderung Buruk 20 47.62%

4 Buruk 12 28.57%

Berdasarkan t abel 5.2, didapat kan dat a bahwa untuk indikat or lingkungan rum ah,

set engahnya responden memiliki upaya yang cenderung buruk, sebagian kecil

responden m em iliki upaya yang buruk, sangat sedikit responden m em iliki upaya yang

(23)

Tabel 5.3 Tabel Distribusi Frekuensi Indikator Immunisasi Lengkap

No Kriteria Frekuensi Prosent ase

1 Baik 30 71.43%

2 Cenderung Baik 0 0.00% 3 Cenderung Buruk 0 0.00%

4 Buruk 12 28.57%

Berdasarkan t abel 5.3, didapat kan dat a bahw a untuk indikator pem berian

imm unisasi lengkap, sebagian besar responden memiliki upaya yang baik, sebagian

kecil responden m em iliki upaya yang buruk, dan tidak seorangpun responden m em iliki

upaya yang cenderung baik dan cenderung buruk.

Tabel 5.4 Tabel Distribusi Frekuensi Indikator Pemberian Vitamin A

No Kriteria Frekuensi Prosent ase

1 Baik 41 97.62%

2 Cenderung Baik 0 0.00% 3 Cenderung Buruk 0 0.00%

4 Buruk 1 2.38%

Berdasarkan t abel 5.4, didapat kan dat a bahw a unt uk indikat or pem berian vit am in

A, Hampir seluruh responden m em iliki upaya yang cenderung baik dan sangat sedikit

responden m em iliki upaya yang buruk, sert a t idak seorangpun responden m em iliki

upaya yang cenderung baik dan cenderung buruk.

Tabel 5.5 Tabel Distribusi Frekuensi Indikator Pemberian ASI

No Kriteria Frekuensi Prosent ase

1 Baik 2 4.76%

2 Cenderung Baik 25 59.52% 3 Cenderung Buruk 15 35.71%

4 Buruk 0 0.00%

Berdasarkan t abel 5.5, didapat kan dat a bahwa unt uk indikat or pem berian ASI,

set engahnya responden m em iliki upaya yang cenderung baik, sebagian kecil responden

mem iliki upaya yang cenderung buruk, sangat sedikit responden m em iliki upaya yang

(24)

Hasil penelitian m em perlihat kan dat a bahw a set engahnya keluarga m em iliki

upaya yang cenderung buruk dalam m elakukan upaya pencegahan t erhadap t erjadinya

infeksi saluran nafas akut (ISPA) pada balit a. Indikat or dalam variable upaya keluarga

dalam pencegahan t erjadinya ISPA pada balit a m eliput i indikat or lingkungan

rum ah, im munisasi lengkap, pemberian vit amin A, pem berian ASI. Indikator lingkungan

rum ah m em perlihat kan dat a cenderung buruk (47.62%), indikat or pemberian im munisasi

lengkap m emiliki kategori baik (71,43%), indikat or pemberian vit am in A m em iliki kat egori

baik (97,62%), indikat or pem berian ASI memiliki kat egori cenderung baik (59.52%).

Lingkungan merupakan hal yang sangat pent ing dalam proses penularan infeksi

saluran nafas akut . Infeksi saluran nafas m enyebar melalui bat uk dan air liur (Biddulph

dan St ace, 1999). Ket ika seseorang t erkena bat uk dia akan menyebarkan dahak (sputum )

yang mengandung virus dalam bentuk percikan ke udara (droplet nuclei). Orang yang

berada dekat dengan penderit a batuk t ersebut akan menghirup udara yang mengandung

virus at au bakt eri t ersebut, apalagi pada anak/ bayi sangat rent an t erhadap penularan

penyakit karena daya t ahan tubuh yang belum sempurna. Jika infeksi ini m enyebar ke

saluran nafas bagian baw ah, m aka akan menyebabkan radang paru-paru at au pneum onia.

Oleh karena it u, sebaiknya orangt ua menjauhkan balit a dari penderit a bat uk begitu juga

bila ada orangtua at au anggot a keluarga yang t erkena batuk sebaiknya harus m enjaga

jarak at au t idak t erlalu dekat dengan anak.

Pencem aran udara dalam rum ah dapat m erusak m ekanism e pert ahanan

paru-paru sehingga m em permudah timbulnya gangguan saluran pernafasan, t erut ama pada

anak balita (Achmadi, 1993 dalam Handayani, 1996). Jendela rumah at au vent ilasi yang

t idak pernah at au jarang dibuka akan menyebabkan peningkat an CO2 yang berbahaya

bagi manusia selain itu kuman pun akan t erperangkap di dalam rum ah dan sulit untuk

keluar sehingga akan m eningkat kan resiko infeksi pernafasan bagi orang yang berada di

dalamnya. Gangguan saluran pernafasan (ISPA) ini t erut am a t erjadi pada anak balit a,

karena diperkirakan balit a lebih lama berada didalam rumah bersama ibunya, sehingga

udara yang t ercemar t erhirup lebih banyak apalagi kondisi t ubuh anak rent an t erhadap

kuman penyakit .

Paparan asap rokok pada anak-anak dapat menimbulkan gangguan pernafasan

t erut am a m emperberat t imbulnya infeksi saluran nafas akut dan gangguan fungsi

(25)

sist em pert ahanan efekt if t erhadap infeksi m aupun partikel gas, m ekanism e pert ahanan

t ersebut diant aranya adalah gerak lapisan mukosa dan silia sert a makrofag. Infeksi akan

mudah t erjadi jika sist em pert ahanan saluran nafas ini t erganggu.

Asap rokok juga m enurunkan kem ampuan makrofag untuk membunuh bakt eri,

juga dapat mengganggu pergerakan lapisan mukosa dan silia, sehingga mem perberat

infeksi saluran nafas bahkan dapat menyebabkan gangguan fungsi paru-paru. Upaya

unt uk menghindari asap rokok merupakan kondisi yang sulit karena banyak sekali orang

dew asa yang sulit untuk m enghent ikan kebiasaan merokok. Oleh karena it u diperlukan

adanya pendekat an kepada m asyarakat / anggot a keluarga yang m erokok berupa

penyuluhan m engenai bahaya asap rokok t erut am a bagi anak dan anjuran untuk

menghindari berdekat an dengan anak saat sedang m erokok. Begit u juga dengan asap

kendaraan berm otor dan asap dapur yang banyak mengandung pencemar dan debu yang

dapat mengirit asi saluran pernafasan anak dan m enurunkan mekanism e pert ahanan di

saluran nafas anak, sehingga mem udahkan anak t erkena gangguan pernafasan salah

sat unya adalah ISPA. Oleh karena it u menjadi pent ing bagi keluarga untuk m em inimalkan

anak bermain di pinggir jalan sert a t idak m embawa anak ket ika sedang m em asak di

dapur, karena selain untuk m emim alkan paparan asap dan debu sert a bahan pencemar

lain hal ini juga pent ing untuk m enghindari kecelakaan pada anak.

Dalam indikator imm unisasi, responden sudah m enyadari bahw a immunisasi

pent ing bagi anak, t erbukt i dari hasil penelit ian didapat kan dat a bahw a indikat or

im munisasi memiliki kat egori baik (71,43%). M asyarakat sudah m em baw a anaknya ke

puskesmas at au posyandu secara rut in unt uk m endapat kan im munisasi lengkap.

Pemberian im munisasi m erupakan st rat egi spesifik unt uk dapat m engurangi angka

kejadian ISPA (Depkes RI, 1997). Im unisasi ini adalah hal yang pent ing karena merupakan

salah sat u cara untuk meningkat kan kekebalan secara akt if sehingga anak t idak m udah

t erserang penyakit t erut ama penyakit berat sepert i pneumonia yang merupakan

komplikasi t ersering akibat ISPA. Im munisasi yang t idak memadai merupakan fakt or

resiko t erjadinya pneumonia dan hal ini t ent u akan meningkat kan resiko kemat ian akibat

pneumonia. Sedangkan dari indikat or pem berian vit amin A, didapat kan dat a bahw a 100%

balit a mendapat kan vit amin A. M enurut beberapa penelit ian di dapat kan dat a bahw a

(26)

Hal lain yang berkont ribusi t erhadap kejadian ISPA adalah pem berian ASI. ASI

merupakan zat yang sangat diperlukan oleh bayi. ASI mem punyai komponen zat ant i

infeksi (im munoglobulin A) sehingga bayi yang diberi ASI beresiko lebih rendah unt uk

t erjadinya penyakit infeksi saluran pernafasan terut am a pneumonia. M anfaat ASI tidak

bisa digant ikan dengan susu bo tol, hal ini dikarenakan susu botol t idak m em iliki komposisi

yang lengkap sepert i di dalam ASI. Bayi yang diberi susu botol at au susu form ula rat a-rat a

mengalam i dua kali lebih banyak serangan radang paru dibandung dengan bayi yang

diberi ASI (Depkes RI dan Unicef, 1999). Oleh karena itu, pem berian ASI m erupakan aspek

yang sangat penting untuk dilakukan oleh ibu pada anak usia 0-2 t ahun untuk m em enuhi

kebutuhan gizi anak dan m eningkat kan kekebalan tubuh anak t erhadap infeksi.

Pemberian ASI yang tidak m em adai at au ibu m enghent ikannya sebelum anak usia 2 t ahun

merupakan salah sat u fakt or resiko t erjadinya pneum onia. Tet api ada hal penting lainnya

yang w ajib diperhatiakan saat m emberikan ASI yait u cara memberikan ASI yang baik,

karena apabila ibu t idak memberikan ASI secara benar akan dapat m eningkat kan resiko

masuknya ASI ke paru-paru bayi (aspirasi), dan hal ini t ent u sangat berbaya karena

masuknya ASI at au m akanan lain ke dalam paru-paru dapat m enimbulkan infeksi. Jika

anak sering m engalami keadaan sepert i ini m aka akan m eningkat kan resiko t im bulnya

infeksi di paru-parunya dan jika tidak diobati dengan baik akan m enyebabkan t imbulnya

pneumonia karena aspirasi (pneum onia aspirasi).

5.2Upaya Keluarga dalam M elakukan Peraw at an Infeksi Saluran Nafas Atas pada Balita Set engahnya reponden (52%) mem iliki upaya yang baik dalam m elakukan

peraw at an infeksi saluran nafas akut (ISPA) pada balit a. Sebagian kecil responden (36%)

mem iliki upaya yang cenderung baik, sangat sedikit responden (12%) mem iliki upaya yang

cenderung buruk, dan t ak seorangpun responden (0%) memiliki upaya yang buruk dalam

melakukan peraw at an infeksi saluran nafas akut (ISPA) pada balit a.

Upaya keluarga dalam melakukan perawat an infeksi saluran nafas akut (ISPA)

pada balit a dapat t erlihat sepert i t abel 5.6 dibaw ah ini :

Tabel 5.6 Tabel Distribusi Frekuensi Upaya Keluarga dalam Peraw at an ISPA

Pada Balita

No Kriteria Frekuensi Prosent ase

(27)

2 Cenderung Baik 15 35.71% 3 Cenderung Buruk 5 11.90%

4 Buruk 0 0.00%

Tabel 5.7 Tabel Distribusi Frekuensi Indikator Peraw at an Dehidrasi

No Kriteria Frekuensi Prosent ase

1 Baik 25 59.52%

2 Cenderung Baik 0 0.00%

3 Cenderung Buruk 17 40.48%

4 Buruk 0 0.00%

Berdasarkan t abel 5.7, didapat kan dat a bahw a unt uk indikat or peraw at an

dehidrasi, set engahnya responden m emiliki upaya yang baik dan cenderung buruk, sert a

t ak seorangpun responden m emiliki upaya yang buruk dan cenderung baik.

Tabel 5.8 Tabel Distribusi Frekuensi Indikator Peraw at an Demam

No Krit eria Frekuensi Prosent ase

1 Baik 22 52.38%

2 Cenderung Baik 0 0.00%

3 Cenderung Buruk 18 42.86%

4 Buruk 2 4.76%

Berdasarkan t abel 5.8, didapat kan dat a bahwa unt uk indikat or peraw at an demam ,

set engahnya responden m emiliki upaya yang baik dan cenderung buruk, dan t ak

seorangpun respo nden mem iliki upaya yang buruk dan cenderung baik.

Tabel 5.9 Tabel Distribusi Frekuensi Indikator Peraw at an Saat Batuk

No Kriteria Frekuensi Prosent ase

1 Baik 30 71.43%

2 Cenderung Baik 0 0.00%

3 Cenderung Buruk 12 28.57%

4 Buruk 0 0.00%

Berdasarkan t abel 5.9, didapat kan dat a bahw a unt uk indikat or peraw at an saat

batuk, sebagian besar m emiliki upaya yang baik, sebagian kecil responden m em iliki upaya

yang cenderung buruk, dan t ak seorangpun responden m emiliki upaya yang buruk dan

cenderung baik.

(28)

No Kriteria Frekuensi Prosent ase

1 Baik 6 14.29%

2 Cenderung Baik 15 35.71% 3 Cenderung Buruk 18 42.86%

4 Buruk 3 7.14%

Berdasarkan t abel 5.10, didapat kan dat a bahw a untuk indikat or pem berian nut risi,

set engahnya responden m emiliki upaya yang cenderung buruk, sebagian kecil responden

mem iliki upaya yang cenderung baik, sangat sedikit responden m emiliki upaya yang

cenderung baik dan upaya yang buruk.

Tabel 5.11 Tabel Distribusi Frekuensi Indikator Observasi Tanda Pneumonia

No Kriteria Frekuensi Prosent ase

1 Baik 31 76.19%

2 Cenderung Baik 9 21.43%

3 Cenderung Buruk 1 2.38%

4 Buruk 0 0.00%

Berdasarkan t abel 5.11, didapat kan dat a bahwa unt uk indikat or observasi t anda

dan gejala pneum onia, sebagian besar responden m em iliki upaya yang baik, sebagian

kecil responden m em iliki upaya yang cenderung baik, sangat sedikit responden m emiliki

upaya yang cenderung buruk dan t ak seorangpun responden m em iliki upaya yang buruk.

Set enganya responden memiliki upaya yang baik dalam melakukan peraw at an

infeksi saluran nafas akut (52%). Pada indikat or m encegah t erjadinya dehidrasi

kat egorinya baik (59,52%) walaupun beberapa responden masih ada yang jarang

mem beri kan m inum an lebih banyak dari biasanya, jarang at au tidak m emberikan

minum an t ambahan dan jarang/ t idak m em berikan ASI lebih sering dari biasanya. Padahal

pada anak dengan infeksi saluran nafas akan kehilangan cairan lebih banyak dari biasanya

t erut am a bila dem am . Kehilangan cairan melalui penguapan sangat t ergant ung pada

keadaan suhu sert a kelem baban lingkungan. M akin tinggi suhu dan makin rendah

(29)

keadaan ISPA biasanya suhu tubuh anak akan meningkat , set iap kenaikan suhu t ubuh 1°C,

t ubuh m emerlukan t ambahan cairan sebesar 10%-12%, selain itu pemberian cairan juga

perlu ditingkatkan agar sekret m enjadi lebih encer sehingga sekret at au ingus menjadi

lebih mudah dikeluarkan oleh anak. Oleh karena it u pem berian cairan harus dit ingkat kan

agar t idak terjadi dehidrasi dan m em perberat penyakit nya, bahkan dianjurkan unt uk

mem beri kan cairan t ambahan sepert i sari buah dan m enambah pemberian ASI sert a susu

buat an sert a air putih.

Hasil penelit ian m enunjukkan, dalam upaya mengat asi dem am pada anak keluarga

mem iliki kat egori baik (52.58%). Peningkat an suhu tubuh m erupakan hal yang secara

fisiologis t erjadi pada anak yang sedang mengalam i proses infeksi. Pada anak yang sedang

mengalam i prosens infeksi akan t erjadi peningkat an set point hipot ahalamus yang akan

mengakibat kan dem am pada anak. Oleh karena it u peraw at an selama anak dem am

merupakan hal yang penting dilakukan oleh keluarga. Hal ini t erut ama diperlukan untuk

mencegah t erjadinya komplikasi akibat dem am yait u kejang dan kerusakan ot ak

permanen yang t imbul akibat dem am yang t idak diat asi dengan sem purna. Oleh karena

itu upaya untuk menurunkan suhu tubuh merupakan hal yang sangat penting untuk

mencegah komplikasi yang lebih lanjut akibat demam yang t idak t ert angani, sepert i

kejang yang dapat timbul jika suhu > 40° C dan bisa m engakibat kan kerusakan ot ak

permanen. Oleh karena it u keluarga harus bisa untuk m elakukan peraw at an dem am .

Salah satu cara yang paling mudah unt uk menrunkan suhu tubuh adalah dengan cara

kompres. Kompres pent ing dilakukan dirum ah sebagai pert olongan pert am a sebelum

anak dibaw a ke pusat kesehat an t erdekat . Selain itu, pada w aktu demam sebaiknya anak

diberikan m inum lebih banyak untuk mencegah t erjadinya dehidrasi yang sangat

berbahaya bagi anak. M emakaikan kaos kaki yang t ebal, baju yang t ebal, penutup kelapa

t ebal dan selimut yang t ebal just ru harus dihindari karena anak akan m erasa t idak

nyam an dan m enghambat penurunan panas pada anak.

Indikator peraw at an saat batuk dengan pem berian ramuan pereda batuk dan

pelega t enggorokan t erm asuk kat egori baik (71.43%) w alaupun m asih ada responden

yang t idak pernah mem berikan ram uan t radisional at au obat batuk. Pada keadaan infeksi

saluran nafas akan t erjadi proses inflamasi yang akan m eningkat kan produksi sekret

berlebihan. Sekret yang berlebihan akan m enumpuk di jalan nafas dan jika t idak

(30)

bernafas sehingga int ake oksigen menjadi berkurang dan karbondiokasida menjadi lebih

sulit dikeluarkan, dan apabila dibiarkan hal ini akan memperberat kondisi anak dan

mem bahayakan karena m enyebabkan kesulit an bernafas bahkan bisa sam pai kondisi

asidosis. Pada anak kemampuan untuk bat uk efekt if juga belum sem purna, sehingga anak

sulit untuk mengeluarkan dahaknya. Oleh karena it u orangtua harus melakukan berbagai

upaya untuk m engeluarkan sekret dan m elegakan t enggorokan sepert i m em berikan

ram uan t radisional m enggunakan jeruk nipis dll, memberikan obat bat uk, m em berikan

cairan lebih banyak at au m elakukan fisiot erapi dada.

Indikator pemberian nut risi cenderung buruk (42.86%), m asih banyak responden

yang melakukan t indakan kurang t epat diant aranya ket ika anaknya t idak nafsu m akan

karena sedang sakit , ibu hanya m em biarkannya saja dan m emberikan makanan sesuai

keinginan anak saja, padahal pada saat anak sakit keinginan m akan anak m enurun

sehingga asupan m akanan yang didapat anak pun m enurun. M alnut risi dapat

mem perburuk fungsi pernafasan dan m enyebabkan anak lebih mudah t erkena infeksi

sekunder (M oore, 1997). Gizi kurang menyebabkan mekanisme pem bent ukan sist em

pert ahahan t ubuh m enurun (Depkes RI, 1999). Pada anak dengan ISPA, biasanya anak

t idak m au makan at au m akannya m enurun karena nafsu m akannya menurun, hai ini

menyebabkan konsumsi m akanan at au zat gizi menurun. Sedangkan pada saat anak

t erkena ISPA kebutuhan nut risi just ru m eningkat karena pada saat ini diperlukan m akanan

yang bagus untuk meningkat kan sist em kekebalan tubuh dan mencegah keadaan infeksi

yang lebih buruk. Jika pada saat anak t erkena ISPA t idak m endapat kan m akanan yang

baik, hal ini akan memperberat kondisi anak, meningkat kan resiko penyebaran infeksi

lebih lanjut . Selain itu juga kebut uhan nut risi yang baik harus diberikan set elah anak

sem buh dari ISPA. Hal ini untuk m encapai tingkat kesehat an sem ula dan m encegah

malnut risi lebih lanjut .

Indikator mengenali at au m engobservasi t anda-t anda pneum onia t ermasuk

kat egori baik (76.19%), responden sudah cukup m engenali t anda-t anda pneum onia dan

pada umumnya responden akan segera m em baw a anaknya ke pusat kesehat an t erdekat

jika anak sakit bat uk pilek lebih dari 2 hari, t erut am a mereka akan m em baw a ke

puskesmas jika anaknya bernafas cepat , t idak mam pu minum dan sakitnya bert ambah

(31)

Berdasarkan penelit ian yang t elah dilakuakan dapat disimpulkan bahw a

set engahnya responden (57,14%) m em iliki upaya cenderung buruk dalam m elakukan

t indakan pencegahan ISPA pada balita sedangkan dalam upaya t indakan peraw at an ISPA

set engahnya reponden (52%) m em iliki upaya yang baik.

5.3Keterbatasan Penelitian

Penelit i menyadari dalam penelit ian ini banyak sekali kekurangannya.

Ket erbat asan dalam penelit ian ini diant aranya t idak adanya inst rum en yang baku unt uk

mengukur aspek upaya keluarga dalam penet alaksanaan ISPA di rum ah. Selain it u untuk

hasil yang lebih maksimal seharusnya penelit ian m enggunakan t eknik observasi t api

dikarenakan ket erbat asan peneliti m aka penelit i menggunakan t eknik w aw ancara

t erst rukt ur untuk m endapat kan data.

VI. SIM PULAN DAN SARAN 6.1Simpulan

1. Sehubungan dengan upaya keluarga dalam m elakukan pencegahan infeksi saluran nafas akut pada balit a, sangat sedikit responden (14,28%) memiliki upaya yang

buruk dalam m elakukan pencegahan infeksi saluran nafas akut (ISPA) pada balit a.

Set engahnya responden (57,14%) mem iliki upaya yang cenderung buruk, sebagian

kecil responden (26,19%) memiliki upaya yang cenderung baik dan sangat sedikit

responden (2,38%) m emiliki upaya yang baik dalam m elakukan m elakukan

pencegahan infeksi saluran nafas akut (ISPA) pada balit a.

2. Sehubungan dengan upaya keluarga dalam melakukan perawat an pada anak dengan infeksi saluran nafas akut , set engahnya reponden (52%) memiliki upaya

yang baik dalam m elakukan peraw at an infeksi saluran nafas akut (ISPA) pada

balit a. Sebagian kecil responden (36%) memiliki upaya yang cenderung baik,

sangat sedikit responden (12%) mem iliki upaya yang cenderung buruk, dan t ak

seorangpun responden (0%) memiliki upaya yang buruk dalam m elakukan

melakukan peraw at an infeksi saluran nafas akut (ISPA) pada balit a.

(32)

1. Sem ua pihak t erut am a keluarga diharapkan berparisipasi untuk m eningkat kan upaya pencegahan t erjadinya ISPA pada balit a t erut am a mencipt akan kondisi

lingkungan yang bersih dan seh at

2. Pet ugas kesehat an baik di Puskesmas m aupun kader kesehat an di Posyandu diharapkan lebih int ensif memb erikan penyuluhan kesehat an t ent ang pencegahan

dan peraw at an pada balita dengan infeksi saluran nafas akut , sehingga diharapkan

keluarga lebih m engert i dan t ermot ivasi untuk m elakukan t indakan pencegahan

dan peraw at an pada balit a dengan ISPA, sehingga diharapkan dapat m engurangi

resiko t erjadinya pneum onia.

3. Untuk penelitian selanjut nya diharapkan dapat dit elit i lebih lanjut t ent ang fact or-fakt or yang berkont ribusi t erhadap kejadian ISPA pada balita dengan responden

yang lebih represent at ive dan m enggunakan t eknik pengum pulan dat a yang lebih

(33)

KEPUSTAKAAN

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta : Rineka Cipta.

Azwar, S. 2000. Reliabilitas dan Validitas. Edisi ke-4. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Biddulph dan Stace. 1999. Kesehatan Anak untuk Perawat, Petugas Penyuluhan

Kesehatan dan Bidan Desa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Depkes RI. 1992. Strategi Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta: Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.

---.1993. Bimbingan Keterampilan dalam Tata Laksana Penderita Infeksi

Saluran Pernafasan Akut pada Anak. Jakarta: Dirjen P2M dan PLP.

---.1993. Pedoman Manajemen Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Tingkat

Puskesmas. Jakarta: Ditjen PPM dan PLP.

---.2002. Pedoman Promosi Penanggulangan Pneumonia Balita. Jakarta: Dirjen P2M dan PLP

---.2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut

untuk Penenggulangan Penumonia Balita. Jakarta: Dirjen P2M dan PLP.

Friedman, M. 1998. Keperawatan Keluarga Edisi 3. Jakarta: EGC

Kaplan, Robert, M dan P. Sacuzzo, Dennis. 1993. Psycological Testing Principles,

Aplication and Issue. Third Edition. California : Brocks/Cole Publishing Company.

National Human Development Report. 2004. Angka Kematian Bayi dan Balita (online): http://suskernas.litbang.depkes.go.id, diakses tanggal 8 Januari 2008

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : P.T. Rineka Cipta.

---.2003b. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pikiran Rakyat. 1996. Masih Tinggi, Angka Kematian Bayi di Tasik, dr. Sadeli: ISPA

Merupakan Penyebab Terbesar (Online):www.pikiranrakyat.com, diakses tanggal

8 Januari 2008

Profil Dinas Kesehatan Profinsi Jawa Barat. 2003. Pola Penyakit Penderita Rawat Jalan di

Puskesmas Umur 1-4 Tahun. Dinkes Jawa Barat

Sekretariat SUSKERNAS, BADAN LITBANGKES DEPKES RI. 2005. Kajian Kematian

Ibu, Kematian Anak dan Status Gizi di Indonesia (online):

http://suskernas.litbang.depkes.go.id, diakses tanggal 8 Januari 2008

(34)

Soemirat, J. 1996. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

(35)

CURRICULUM VITAE KETUA PENELITI

1. Nama lengkap dan gelar : Ikeu Nurhidayah, S.Kep., Ners

2. NIP : 132317012

3. Pangkat/Golongan : Penata Muda/ III A 4. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli 5. Jabatan Struktural : Staf Akademik

6. Unit Kerja : Bagian Keperawatan Anak

Fakultas Ilmu Keperawatan UNPAD

7. Alamat dan Telp. Rumah : Jl. Sukajadi Gg. Panata No. 182 A Sukajadi Bandung, Telp. 08121469051

8. Alamat Kantor : Gd L3 FIK UNPAD

Jl. Raya Bandung – Sumedang KM 21 Jatinangor Telepon/Fax (022) 7795596

9. Riwayat Pendidikan : Lulus S1 Keperawatan Tahun 2004

Lulus Pendidikan Profesi Ners tahun 2006 10. Riwayat Pekerjaan : 2006- sekarang: staf pengajar pada bagian ilmu

keperawatan anak FIK UNPAD 11. Riwayat Penelitian

No Penelitian Tahun Sumber

Dana

Posisi

1 Hubungan Antara Karakteristik Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Pada Anak di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang

2004 Skripsi Ketua

2 Gambaran Tingkat Perkembangan Balita Usia 1 Bulan – 6 Tahun di Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut

2007 DIPA PNBP UNPAD

Anggota

3 Upaya Keluarga dalam Melakukan Pencegahan dan Perawatan ISPA pada Balita di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

2008 DIPA PNBP UNPAD

Ketua

4 Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

2008 DIPA PNBP UNPAD

Anggota

Bandung, 15 November 2008

Ket ua Penelit i

Ikeu Nurhidayah, S.Kep., Ners

(36)

CURRICULUM VITAE KETUA PENELITI

1. Nama lengkap dan gelar : Sari Fatimah, S.Kp., M.Kes

2. NIP : 140 070 429

3. Pangkat/Golongan : Lektor Kepala/IIId 4. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

5. Jabatan Struktural : Kepala Bagian Keperawatan Anak FIK UNPAD 6. Unit Kerja : Bagian Keperawatan Anak

Fakultas Ilmu Keperawatan UNPAD

7. Alamat dan Telp. Rumah : Jl. Kolonel Bajuri No. 144 Cihideung Lembang Bandung, Telp.022-6668033, Hp. 08122183455 8. Alamat Kantor : Gd L3 FIK UNPAD

Jl. Raya Bandung – Sumedang KM 21 Jatinangor Telepon/Fax (022) 7795596

9. Riwayat Pendidikan : Lulus S1 Keperawatan Tahun 1989 Lulus S2 Magister Kesehatan Tahun 1999

10. Riwayat Pekerjaan 1974-1994: - Staf perawat di ICU RSHS Bandung - Clinical Instructor di Ruang ICU

RSHS Bandung

- Pengawas Ruangan Anak RSHS Bandung

1994- sekarang: Staf pengajar pada bagian ilmu keperawatan anak FIK UNPAD 11. Riwayat Penelitian

No Penelitian Tahun Sumber Dana Posisi

1 Gambaran Tingkat Perkembangan Balita Usia 1 Bulan – 6 Tahun di Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut

2007 DIPA PNBP UNPAD

Ketua

2 Upaya Keluarga dalam Melakukan Pencegahan dan Perawatan ISPA pada Balita di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

2008 DIPA PNBP UNPAD

Anggota

3 Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

2008 DIPA PNBP UNPAD

Ketua

Bandung, 15 November 2008

Anggot a Penelit i

(37)

CURRICULUM VITAE ANGGOTA PENELITI

1. Nama lengkap dan gelar : Windy Rakhmawati, S.Kp, M.Kep

2. NIP : 132 257 917

3. Pangkat/Golongan : Penata, III/c 4. Jabatan Fungsional : Lektor

5. Jabatan Struktural : Sekretaris Bagian Keperawatan Anak 6. Unit Kerja : Bagian Keperawatan Anak

Fakultas Ilmu Keperawatan UNPAD

7. Alamat dan Telp. Rumah : Perumahan Bumi Adipura Jl. Pinus VIII No.1 Bandung Tlp. (022) 87524887 Hp.08156108235 8. Alamat Kantor : Gd L3 FIK UNPAD

Jl. Raya Bandung – Sumedang KM 21 Jatinangor Telepon/Fax : (022) 7795596

9. Riwayat Pendidikan : 1994-1999: S1 Keperawatan PSIK FK UNPAD 2004-2006: S2 Magister Keperawatan FIK UI 10. Riwayat Pekerjaan : 2000-Sekarang : Staf pengajar bagian ilmu

keperawatan anak FIK UNPAD 11. Riwayat Penelitian :

No Penelitian Tahun Sumber

Dana

Posisi

1 Tingkat kecemasan pada anak usia remaja dengan thalasemia mayor dalam menghadapi penyakit terminal

2004 DIPA PNBP UNPAD

Ketua

2 Upaya Keluarga dalam Melakukan Pencegahan dan Perawatan ISPA pada Balita di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

2008 DIPA PNBP UNPAD

Anggota

3 Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

2008 DIPA PNBP UNPAD

Anggota

4 Hubungan Antara Riwayat Kontak, Status Gizi dan Immunisasi BCG dengan Kejadian TB Pada Anak di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

2008 DIPA PNBP UNPAD

Ketua

Bandung, 15 Januari 2009

Anggot a Penelit i

(38)
(39)

ABSTRAK

ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga alveoli, termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Sampai saat ini ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Pneumonia merupakan salah satu penyakit ISPA yang menjadi pembunuh utama balita di Indonesia. Oleh karena itu dalam upaya Pemberantasan Penyakit ISPA (P2 ISPA), penanggulangan pneumonia pada balita merupakan fokus utama. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi upaya keluarga dalam mencegah dan melakukan perawatan pada balita dengan ISPA. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya kejadian ISPA pada balita di Kabupaten Tasikmalaya.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki balita yang terkena ISPA di Desa Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 42 responden dengan teknik pengambilan sampel adalah dengan purposive sampling. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara terstruktur dan kemudian diolah dan dianalisa dengan menggunakan rumus persentase dan proporsi.

Hasil penelitan menunjukkan sangat sedikit responden (14,28%) memiliki upaya yang buruk dalam melakukan pencegahan infeksi saluran nafas akut (ISPA) pada balita. Setengahnya responden (57,14%) memiliki upaya yang cenderung buruk, sebagian kecil responden (26,19%) memiliki upaya yang cenderung baik dan sangat sedikit responden (2,38%) memiliki upaya yang baik dalam melakukan melakukan pencegahan infeksi saluran nafas akut (ISPA) pada balita. Sedangkan untuk sub variabel upaya keluarga dalam melakukan perawatan ISPA pada balita didapatkan hasil setengahnya reponden (52%) memiliki upaya yang baik dalam melakukan perawatan infeksi saluran nafas akut (ISPA) pada balita. Sebagian kecil responden (36%) memiliki upaya yang cenderung baik, sangat sedikit responden (12%) memiliki upaya yang cenderung buruk, dan tak seorangpun responden (0%) memiliki upaya yang buruk dalam melakukan melakukan perawatan infeksi saluran nafas akut (ISPA) pada balita.

Berdasarkan hasil penelitian diatas maka disarankan agar semua pihak terutama keluarga diharapkan berpartisipasi untuk meningkatkan upaya pencegahan terjadinya ISPA pada balita terutama dengan menciptakan kondisi lingkungan yang bersih dan sehat, selain itu juga diharapkan agar petugas kesehatan baik di Puskesmas maupun kader kesehatan di Posyandu diharapkan lebih intensif memberikan penyuluhan kesehatan tentang pencegahan dan perawatan pada balita dengan infeksi saluran nafas akut, sehingga diharapkan keluarga lebih mengerti dan termotivasi untuk melakukan tindakan pencegahan dan perawatan pada balita dengan ISPA, sehingga diharapkan dapat mengurangi resiko terjadinya pneumonia.

(40)

ABSTRACT

ISPA or Acute Tractus Resporatory Infection is an infection condition that attact along respiratory tractus from nose to alveoli, including with adnexa tissues such us <

Gambar

Tabel 5.2 Tabel Distribusi Frekuensi Indikator Lingkungan Rumah
Tabel 5.5 Tabel Distribusi Frekuensi Indikator Pemberian ASI
Tabel 5.8 Tabel Distribusi Frekuensi Indikator Perawatan Demam
Tabel 5.11 Tabel Distribusi Frekuensi Indikator Observasi Tanda Pneumonia

Referensi

Dokumen terkait

Analisis ini digunakan dengan alasan variabel dependennya berupa kategori sukses dan kurang sukses (nonmetrik) sehingga tidak bisa digunakan metode lain dan urutan

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan augerahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan dan menuangkan apa yang dirancang didalam laporan

Pada Sistem Informasi ini dilengkapi juga dengan fitur transaksi dan chatting sehingga konsumen yang berminat terhadap produk UKM dapat langsung melakukan transaksi pembelian

Pada perancangan bangunan ini akan menggunakan 2 jenis plafond yaitu plafon gypsum untuk seluruh ruang, kecuali ruang pertemuan dan ruang kapel menggunakan plafond

BPR Bank Karanganyar kepada pelaku UMKM untuk mendukung upaya pengembangan UMKM di Kabupaten Karanganyar, dan (3) untuk mengetahui berapa besar pengaruh variabel

client public tidak diizinkan mengakses FTP pada port 21 menuju komputer user1. Sesuai dengan aturan yang telah diberikan bahwa FTP pada jaringan internal di Namun

Faktor utama yang mempengaruhi produksi telur adalah jumlah pakan yang dikonsumsi dan kandungan zat makanan dalam pakan (Lengkong dkk., 2015).. Menurut Risnajati (2014)

Tujuan penelitian ini dirancang untuk : (1) mengetahui peningkatan keaktifan belajar siswa kelas X Jasa Boga 3 setelah menggunakan model pembelajaran Time Token