• Tidak ada hasil yang ditemukan

PUSAT PENGEMBANGAN SENI TARI TRADISIONAL JAWA TIMUR DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PUSAT PENGEMBANGAN SENI TARI TRADISIONAL JAWA TIMUR DI SURABAYA."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PUSAT PENGEMBANGAN SENI TARI

TRADISIONAL JAWA TIMUR

DI SURABAYA

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

Diajukan Oleh :

NELIA ALBERTINA X dos REIS MAGNO

0551010096

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

(2)

DAFTAR ISI

Halaman Judul………...i

Lembar Pengesahan... ……….……….ii

Abstrak ... ……….………. iii

Kata Pengantar... ……….……….. iv

Ucapan Terima Kasih……….…………....….v

Daftar Isi ... ………...viii

Daftar Gambar ...………. xi

Daftar Tabel... ………..xiii

Daftar Gambar Diagram...xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Perancangan ... 3

1.3. Batasan dan Asumsi ... 3

1.4. Tahapan Perancangan ... 4

1.5. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN OBYEK PERANCANGAN 2.1. Tinjauan Umum ... 8

2.1.1. Pengertian Judul Objek Perancangan ... 8

2.1.2. Studi Literatur... 9

2.1.3. Studi Kasus ... 16

2.1.4. Kesimpulan Studi ... 28

2.2. Tinjauan Khusus ... 28

2.1.1. Lingkup Pelayanan ... 28

2.1.2. Aktivitas dan Kebutuhan Ruang... 29

2.1.3. Perhitungan Luas Ruang... 30

2.1.4. Pengelompokkan Ruang ... 36

BAB III TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN 3.1. Latar Belakang Pemilihan Lokasi... 37

(3)

3.2.1. Kedudukan Administrasi Tapak ... 39

3.3.3. Batas-Batas Lokasi Perencanaan ... 46

3.3.4. Infrastruktur Kota ... 47

BAB IV ANALISA PERANCANGAN 4.1. Analisa Ruang ...49

4.1.1. Program Ruang ... 49

4.1.2. Organisasi Ruang Antar Fasilitas ... 51

4.1.2.1. Hubungan Antar Ruang dan Fasilitas ………...………. 52

4.1.4. Sirkulasi Antar Ruang ………..………...54

4.1.5. Diagram Abstrak ………..………...55

4.2. Analisa Site... 57

4.2.1. Analisa Aksesibilitas ... 57

4.2.2. Analisa Bangunan Terhadap Site ...59

4.2.3. Analisa Kondisi Lingkungan ... 60

4.3. Pendekatan Rancangan ... 61

4.3.1. Tema Rancangan ... 61

(4)

BAB VI APLIKASI PERANCANGAN

6.1. Aplikasi Bentuk ... 69

6.2. Aplikasi Tampilan ... 70

6.3. Aplikasi Sirkulasi ... 70

6.4. Aplikasi Ruang Luar ... 71

6.5. Aplikasi Ruang Dalam (Interior) ... 71

Penutup ...73

Daftar Pustaka...74

Lampiran 1 Gambar Rancangan ...75

Lampiran 2 ...89

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tati Jejer Gandrung dan Jarana Goyang... 9

Gambar 2.2. Ukuran Gerak Tubuh Manusia saat menari ... 11

Gambar 2.3. Akustik Ruang pada Seni Tari... 12

Gambar 2.4. Akustik Ruang ... 12

Gambar 2.5. Bidang Datar yang Dipantulkan ... 13

Gambar 2.6. Potongan Langit-Langit Datar ... 13

Gambar 2.7. Potongan Langit-Langit yang Dimiringkan... 13

Gambar 2.8. Taman Buadata Jawa Timur, Satelite View ... 15

Gambar 2.9.Gedung Cak Durasim ... 17

Gambar 2.10. Latihan Tari dan Pertunjukkan Wayang Kulit... 18

Gambar 2.11. Pendopo Taman Budaya Jatim ... 18

Gambar 2.12. Arsitektur Kolonial dan Tradisional Jawa ... 19

Gambar 2.13. Gedung Teater terbuka ... 20

Gambar 2.14. Panggung teater tertutup... 20

Gambar 2.15. Lahan Terbuka... 21

Gambar 2.16. Galeri ... 21

Gambar 2.17. Sanggar Seni ... 21

Gambar 2.18. Wisma Seni... 22

Gambar 2.19. Gedung Sekretariat ... 22

Gambar 2.20. Area Parkir... 22

Gambar 2.21. Pertunjukkan Seni Tari di Malam dan Siang Hari... 23

Gambar 2.22. Cafetaria Boga dan Panggung Teater Terbuka... 24

Gambar 3.1. Lokasi Site ... 34

Gambar 3.2. Gamabar Wilayah Perencanaan... 35

Gambar 3.3. Nama Ruas Jalan Sekitar Lokasi ... 38

Gambar 3.4. Batas-Batas Lokasi Perencanaan ... 41

Gambar 4.1. Hubungan Ruang Antar Fasilitas... 47

Gambar 4.2. Hubungan Ruang Antar Fasilitas pertunjukkan... 47

Gambar 4.3. Hubungan Ruang Antar Ruang Latihan ... 47

(6)

Gambar 4.5. Hubungan Ruang Antar Cafe/Restaurant... 48

Gambar 4.6. Hubungan Ruang Antar Museum ... 48

Gambar 4.7. Hubungan Ruang Antar Kantor Prngrlola ... 49

Gambar 4.8. Diagram Abstrak Horizontal... 51

Gambar 4.9. Diagram Abstrak Vertikal ... 51

Gambar 4.10. Input dan Analisa Aksesibilitas ... 52

Gambar 4.11. Output Aksesibilitas ... 53

Gambar 4.12. Analisa Kebisingan Jalan... 53

Gambar 4.13. Kondisi Site Asli ... 54

Gambar 4.14. Analisa View ... 55

Gambar 5.15. Konsep Bentuk... 55

Gambar 5.16. Konsep Sirkulasi menyebar pada perancangan ... 58

Gambar 5.17. Konsep Museum gedung pagelaran... 59

Gambar 5.18. Konsep Museum, gedung latihan, g. pengelola... 59

Gambar 5.19. Konsep outdoor ... 60

Gambar 6.20. Perspektif bird eye view... 64

Gambar 6.21. Perspektif view mata normal... 65

Gambar 6.22. Interior museum/ ruang pamer... 65

Gambar 6.23. Podium panggung pertunjukkan outdoor... 66

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Jenis-Jenis Tarian dari Jatim ... 11

Tabel 2.2. Kelompok Fasilitas yang Disediakan ... 25

Tabel 2.3. Kebutuhan Ruang Fasilitas Pertunjukkan ... 27

Tabel 3.1. Rata-rata Kelembapan, Tekanan Udara, Temperatur pada tahun 2002... 36

Tabel 3.6. Struktur Penduduk Menurut Umur Tahun 2004... 40

Tabel 4.1. Nama ruang berdasar pembagian area dan fasilitasnya... ..44

DAFTAR DIAGRAM GAMBAR

Diagram Gambar 1.1. Tahapan Perancangan ...5

Diagram Gambar 2.1. Skema Organisasi Ruang ...16

Dagram Gamabar 4.1. Sirkulasi Antar Ruang Lt.1 ...50

Diagram Gambar 4.2. Dirkulasi Antar Ruang Lt.2 ...50

(8)

PUSAT PENGEMBANGAN SENI TARI TRADISIONAL

JAWA TIMUR DI SURABAYA

Nelia Albertina Mango

0551010096

ABSTRAK

Perancangan pada tugas akhir ini dibuat dengan dasar berfikir bahwa adanya fasilitas Seni Tari Trasisional mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan kesenian tradisional Jawa Timur. Pusat Pengembangan Seni Tari Tradisional Jawa Timur di Surabaya ini bertujuan untuk menjaga keberagaman dan kesinambungan nilai-nilai tradisional dalam usaha untuk menjawab tantangan dari budaya Global.

Konsep awal berangkat dari ide penggabungan antara arsitektur tradisional Jawa dan modern. Yang disusun secara Harmony and Unity, hal tersebut diwujudkan lewat sebuah pergerakan arsitektur dengan metode menggabungkan (kombinasi) berbagai aspek, ide, teori maupun yang ditujukan untuk membuat arsitektur terbaik dengan kombinasi yang ada.

Bentuk bangunan diaplikasikan berdasarkan konsep Harmony and Unity, bentuk dasar dari bangunan yaitu bentuk persegi empat. Bangunan yang ada menggunakan atap joglo yang mencerminkan keselarasan dan kesatuan antara yang satu dengan yang lain, Unsur-unsur yang ada menggunakan elemen kaca dan aksesoris pada dinding setiap massa bangunan.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan suatu Negara yang memiliki keanekaragaman seni tari. Setiap daerah di Indonesia selalu memiliki ciri khas dan kesenian tari masing-masing. Tetapi dalam kenyataannya sekarang ini banyak kebudayaan daerah yang tenggelam, sehingga daerah tersebut tidak memiliki identitas yang dapat ditonjolkan, salah satu daerah yang kebudayaannya mulai pudar adalah daerah Jawa Timur.

Sebagai makhluk hidup yang berbudaya dan sosial, manusia tidak dapat dipisahkan dari seni tari, seni tari adalah salah satu aspek budaya manusia yang menekankan sudut estetika dan artistik pada suatu hal. Seni merupakan perwujudan gagasan dan pearsaan seseorang yang tidak pernah lepas dari masyarakat dimana orang tersebut dibesarkan, jadi seni tari wujud dari kebudayaan yang merupakan hasil dari kreatifitas manusia didalam masyarakat dimana berlangsung proses sosialisasi dan interaksi, serta penanaman nialai-nilai keindahan

Kota Surabaya adalah kota terbesar nomor dua di Indonesia setelah Jakarta, tentunya masalah kebudayaan merupakan syarat yang tidak dapat ditinggalkan sebagai kota yang memiliki semboyang sebagai kota “INDAMARDI” tidak berarti masalah budaya diabaikan. Dalam suatu batasan yang sempit, kehidupan berkesenian dalam suatu kota bisa dikatakan ada jika di kota itu sering diselenggarakan acara-acara kesenian. Sebuah kota bisa terasa denyut kebudayaan manakala dalam segala aktivitasnya bukan semata-mata hanya memetingkan aspek fisik ataupun materi saja.

(10)

tersebut. Bahkan beberapa di antaranya berada dalam kondisi yang tidak terawat dan cukup mengenaskan, misalnya Gedung Balai Pemuda yang telah beralih fungsi menjadi gedung bioskop, serta Balai Sahabat yang berada dalam kondisi tidak terawat, hanya gedung Cak Durasim yang terletak di Taman Budaya Jawa Timur yang masih dalam kondisi siap pakai. Oleh karena itu, komunitas seni tari Surabaya tidak memiliki fasilitas yang memadai dalam berkreasi serta menyalurkan apresiasi seni tarinya kepada masyarakat.

Salah satu masalah yang sering dikeluhkan bahwa Surabaya belum mempunyai suatu wadah pagelaran seni tari yang memenuhi syarat, maupun pertunjukkan lainnya. Belum adanya gedung pagelaran yang memenuhi syarat, menyebabkan Surabaya seringkali gagal sebagai tuan rumah yang baik bagi kegiatan-kegiatan kesenian khususnya di bidang tari, oleh karena ketidak mampuan Surabaya menjadi tuan rumah bagi penyelenggaraan festival seni antara lain disebabkan juga karena ketersediaanya fasilitas. Selama ini pagelaran-pagelaran seni pertunjukkan (tari, musik, drama) hanya diselenggarakan dibeberapa gedung pertunjukkan yang antara lain Auditorium PPIA dijalan Dharmahusada Indah, Gedung Go Skate dijalan Embong Malang, Balai Sahabat dijalan Genteng Kali, Balai Pemuda dijalan Pemuda, Gedung Cak Durasim dijalan Genteng Kali dan hotel-hotel representative lainnya. Sumber (www.wikipedia.com, 2009).

(11)

1.2Tujuan Perancangan

Proyek ini bertujuan menyediakan statu tempat pelatihan yang didalam aktifitasnya dapat melestarikan, mengembangkan, dan memperkenalkan kesenian tradisional Jawa Timur kepada wisatawan Internasional dan domestik.

Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah :

 Sebagai wadah atau tempat untuk mempelajari tarian tradisional Jawa Timur sehingga tarian yang ada dapat terjaga kelestariannya dan dapat mengembangkan tarian tradisional Jawa Timur

 Sebagai wadah yang mampu mengangkat kembali memori dan identitas budaya tradisional pada masyarakat luas agar dapat dilestarikan antar generasi.

 Sebagai salah satu obyek wisata di Surabaya, karena Surabaya sendiri sangatlah sedikit obyek wisatanya padahal mempunyai potensi yang besar.

 Sebagai tempat atau wadah untuk menyajikan dan mementaskan suatu karya seni tari tradisional Jawa Timur

 Sebagai pemberi informasi kepada orang yang ingin mengetahui tentang seni tradisional Jawa Timur.

1.3. Batasan dan Asumsi

Batasan proyek adalah sebagai berikut :

1. Batasan usia pengguna dari usia anak sampai dewasa.

2. Perencanaan bangunan berupa bangunan bermassa banyak (tatanan massa) 3. Batasan desain berupa perpaduan antara unsure tradisional dan modern 4. Berada di wilayah kota Surabaya

Asumsinya adalah sebagai berikut

(12)

3. Prediksi pembangunan pusat seni tari ini untuk jangka waktu 10 tahun ke depan

1.4. Tahapan Perancangan

Sub bab Tahapan Rancangan disini menjelaskan secara skematik tentang urutan yang dilakukan penyusun dalam menyusun laporan mulai dari tahap pemilihan judul sampai dengan laporan selesai untuk kemudian diaplikasikan pada gambar perancangan.

Tahapan perancangan didapat dari pengumpulan data yang akan dipakai dalam

perencanaan proyek ini adalah :

DATA LITERATURE DAN STUDY KASUS

JUDUL

LATAR BELAKANG

PENGUMPULAN DATA

DATA STUDI LAPANGAN

ANALISA

HIPOTESA/ HASIL ANALISA

IDE/KONSEP PERANCANGAN

GAMBAR RANCANGAN

RUMUSAN MASALAH

(13)

Pemikiran teatang tahapan perancangan dimulai dari sebuah judul yaitu “Pusat pengembangan Seni Tari Tradisional Jawa Timur di Surabaya”, yang kemudian mencari latar belar belakang kenapa mengambil judul itu dan permasalahan yang terjadi sehingga muncul ide tersebut. Setelah menemukan latar belakang, kemudian diinterpretaasikan melalui pengumpulan data (kompilasi dan analisis) dengan mencari literatur dan studi kasus, dimana proses penambilan data dilakukan dengan cara :

1. Studi internet.

Studi ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran obyektif terhadap arah perancangan yang berhubungan dengan proyek yang akan direncanakan, dilakukan melalui internet, yaitu dengan cara download dari google ataupun wikipedia.

2. Studi pustaka.

Tahap kedua adalah studi pustaka yaitu dengan mencari literatur tentang berbagai hal yang berhubungan dengan jenis tari dan literature tentang berbagai kehidupan seni tari di Jawa Timur.

Selain bertujuan untuk mencari literatur dan mendapatkan bahan perbandingan juga untuk mengenal masalah-masalah yang berhubungan dengan proyek ini serta untuk melengkapi data masukan dalam proses perencanaan dan perancangan. Bahan dari studi literatur ini diperoleh dari buku-buku referensi, brosur-brosur dan lain-lain yang dapat melengkapi kelengkapan data.

3. Studi Kasus/Lapangan.

(14)

Hasil dari studi pengumpulan data, di analisa kembali untuk menemukan suatu pendekatan terhadap perancangan yang nantinya akan timbul suatu ide/konsep gagasan perancangan. Akhir dari konsep itu nantinya akan diaplikasikan ke dalam sebuah gambar rancangan.

1.5. Sistematika Penulisan

Digunakan sistematika penulisan dengan poin – poin sebagai berikut :

1. BAB I : Pendahuluan, berisi tahapan-tahapan mulai dari latar belakang

pemilihan judul, tujuan perancangan, batasan dan asumsi rancangan, dan tahap perancangan beserta dengan uraian penjelasan dari tiap tahapannya yang menjelaskan secara rinci isinya.

2. BAB II : Tinjauan Obyek Perancangan, mulai dari tahap pengertian judul

yang berisi pengertian tentang pusat pengenbangan Seni Tari Tradisional Jawa Timur itu sendiri yang kemudian disimpulkan menjadi suatu pengertian baru dari rancangan. Tahap studi literatur yang berisi tentang segala data dari bermacam jenis literatur yang digunakan sebagai data penunjang yang berkaitan dengan rancangan. Tahap tinjauan obyek perancangan yang berisi dua obyek studi kasus sejenis secara fungsi dan aktivitas yang digunakan sebagai acuan yang menbantu rancangan nantinya, dari hasil analisa dan pembandingan yang dilakukan pada studi kasus. Tahap kesimpulan studi, lingkup pelayanan yang menjelaskan pembatasan pelayanan rancanangan, serta aktivitas kebutuhan ruang dan perhitungan luasannya yang menguraikan secara rinci kebutuhan ruang yang diperlukan untuk kemudian dihitung secara pasti luasan yang dibutuhkan.

3. BAB III : Tinjauan Khusus, didalam bab ini menjelaskan tentang berbagai

(15)

4. BAB IV : Analisa Perancangan, isinya sudah mengarah ke arah lebih lanjut

yaitu mulai dari analisa sampai dengan gambaran secara abstrak tentang konsep perancangan yang akan dibuat. Seperti dari mulai analisa ruang berserta hubungannya, analisa aksesibilitas, view, kebisingan, iklim, potensi daerah sekitar. Sampai dengan diagram abstrak yang kurang lebih menggambarkan secara abstrak konsep bentukan atau lay out.

5. BAB V : Pada bab ini berisi mengenai konsep serta tema perancangan dari

Pusat Pengembangan Seni Tari Tradisional Jawa Timur di Surabaya yang mendasari terciptanya sebuah desain rancangan.

6. BAB VI : Bab ini menjelaskan tentang aplikasi rancangan dari Pusat

(16)

BAB II

TINJAUAN OBYEK RANCANGAN

2. 1. Tinjauan Umum Rancangan

2. 1. 1. Pengertian Judul Proyek Tugas Akhir Pusat

Place of gred activity of special Interest.

Yaitu suatu tempat kedudukan utama dimana terjadi suatu pemusatan atau kordinasi kegiatan yang spesifik. (sumber: www.wikipedia.com 2009)

Pengembangan Seni Tari

Bersifat mengembangkan; menjadikan lebih dari sebelumnya. Yaitu penyempurnaan suatu seni yang terkaji dalam suatu lingkup waktu dan ruang/tempat dengan pola gerak yang berirama berupa gerak badan, tangan dan sebagainya. Yang diiringi bunyi-bunyian (musik, gamelang), bersifat dinamis dan dapat dinikmati secara nyata lewat penglihatan juga secara abstrak atau imajinatif.

(Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 3 tahun 2001)

Menurut Soedarsono, Seni tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak ritme yang indah dimana di dalamnya terkandung maksud tertentu dari yang jelas mudah dirasakan sampai maksud yang simbolis yang sukar dimengerti tetapi bisa dirasakan keindahannya.

Tradisional

- Sesuatu yang dilakukan secara turun temurun di suatu wilayah atau daerah.

(17)

Jawa Timur

Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa, Indonesia. Ibukotanya adalah Surabaya. (sumber : www.wikipedia.com 2009)

Di Surabaya

Ibukota propinsi Jawa Timur, tempat dimana proyek ini ditempatkan secara keseluruhan.

(Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Drs. Sulchan Yasyin, Penerbit Amanah, 1997, Surabaya). Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Pusat

Pengembangan seni tari tradisional Jawa Timur di Surabaya merupakan :

suatu wadah untuk mempelajari, meresapi, dan menampilkan nilai-nilai kebudayaan Jawa Timur dalam usaha untuk menjaga dan mengembangkan nilai-nilai tersebut dari ke-tergradasian karena masuknya beragam buadaya asing.

2.1.2. Studi Literatur

Studi literstur / pustaka digunakan sebagai pengenalan masaalah untuk memperjelas pemahaman, yang lebih mendalam dalam pelaksanaan yang berhubungan dengan proyek yang direncanakan. Kemudian tidak hanya sebagai itu literatur juga digunakan untuk melengkapi data atau masukan dalam proses perencanaan yang berhubungan dengan Seni Tari. Adapun study literatur atau pustaka yang dapat memberikan penjelasan mengenai rancangan dalam hal ini adalah mengenai Pusat Seni Tari Tradisional Jawa Timur.

1. Bentuk Seni Pertunjukkan Khas Jawa Timur

(18)

diberbagai belahan Jawa Timur. Pertunjukannya sangat menarik, singkat, padat koreografis. Kemasan tarian ini sangat memungkinkan untuk produk seni wisata, karena mudah dicerna, penonton dapat merespons tarian tersebut secara mudah dan komunikatif. Tari Jaran Goyang merupakan tarian kreasi baru yang menggambarkan pria yang ditolak cintanya oleh seorang gadis. Berkat aji pengasihan yang dimiliki berupa Jaran Goyang, gadis tersebut dapat bertekuk lutut dan mau menerima cintanya. Peristiwa pertunjukan tarian ini pada dasarnya dikemas sesuai konsumsi seni wisata. Nilai jual dan nilai pemenuhan penghidupan standar kualitas pelaku seni sedikit lebih baik dibandingkan

beberapa seni wisata di banyak daerah di wilayah Indonesia. Dengan demikian nilai jual dan kualitas seni kemasannya telah lebih baik dibandingkan seni wisata lainnya.

Gambar 2.1. Tari Jejer Gandrung dan Jarang Goyang (Sumber: www.wikipedia.com 2009)

2. Jenis-jenis tarian Jawa Timur

Tabel 2.1 Jenis-jenis tarian dari propinsi Jawa Timur

No Nama Tarian Asal Jenis tarian

1. Tari Jejer Gandrung Banyuwangi Jejer Gandrung merupakan tarian selamat datang.

2. Tari Reog Ponorogo Ponorogo Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani.

(19)

satu penonton biasanya laki - laki dan di ajak untuk menari.

4. Tari Merak Tarian yang melambangkan

gerakan-gerakan burung merak

5. Sri Paganti Lamongan Tentang kegembiraan dan keceriaan masa remaja.

6. Tari Cemeti Jawa Timur Biasanya dilakukan pada saat acara perlombaan sapi dan dilakukan oleh beberapa gadis

7. Tari Tak Tok Tari Tak Tok adalah tarian yang berasal

dari Jawa Timur.

8. Tari Soyong Kediri, Tulung Agung Tari Soyong dilakukan harus sesuai dengan ketukan irama gamelan atau musik,dan ditarikan sesuai dengan lemah lembutnya gerakan dan perasaan yang menyertai tarian tersebut.

9. Tari Baronan Lamongan Tari Baronan adalah kesenian yang paling sering ditampilkan pada event-event penting di Kabupaten Lamongan.

10. Tari Puteri Ledang Tarian ini merupakan Gerak tari 'Gusti Putri' yang gemalai, mistik si Bayan, kegagahan Hang Tuah, kebengisan Gusti Adipati dan kemerduan irama lagu yang berkumundang. Alunan muzik, sulaman lirik yang puitis dan gerak tari puteri jawa yang gemalai.

11. Tari Kuda Lumping Malang, Nganjuk, Tulungagung dan daerah lainnya.

Tari Kuda lumping lahir sebagai simbolisasi, bahwa rakyat juga memiliki kemampuan (kedigdayaan), dalam menghadapi musuh ataupun melawan kekuatan elit kerajaan, yang memiliki bala tentara.

12. Tari Gedog Srampat Banyuwangi Tari Gedog Srampat adalah tarian tradisional Khas Banyuwangi

13. Tari Beskalan Putri Malang Tarian ini dipercaya berawal pada tahun 1930an saat kesenian Ludruk berkembang pesat dikawasan ini. Konon kata ‘Beskalan’ berasal dari kata ‘Bakalan’ yang pada masa lalu dipertunjukkan dijalanan seperti pengamen. Pada mulanya kesenian ini ditarikan oleh laki-laki yang memakai baju perempuan, namun kini sudah banyak perempuan yang menarikan jenis tarian ini.

14. Tari Goyang-Goyang Tari Goyang-goyang merupakan tarian khas dari jawa Timur.

15. Tari Jaran Ucul Banyuwangi Tari Jaran Ucul adalah tarian tradisional khas Banyuwabgi Jawa Timur.

(20)

Kirana atau Dyah Sekartadji dengan kekasihnya bernama Panji Asamara Bangun. Galuh adalah putri dari Kertamerta asal kerajaan di Kediri, dan Panji Asmara Bangun adalah putra dari Prabu Lembu Amiluhur raja Jenggala. 17. Tari Jaran Goyang Trenggalek Merupakan kesenian asli kabupaten

Trenggalek. Awalnya kesenian ini berasal dari "BARITAN" yaitu sebuah ritual yang dilakukan oleh masyarakat kecamatan Dongko sejak lama.

18. Tari perang-perangan Jawa Timur Tari Perang-perangan adalah tarian khas Jawa Timur

19. Tari Topeng Malang Tarian dimana penarinya menggunakan topeng kayu. Dalam tradisi budaya Kutai, tarian ini biasanya dipersembahkan sebagai selingan untuk menunggu Upacara Seluang Mudik, mirip dengan Wayang Gedok dari Jawa dan ditampilkan pada acara penobatan Raja / Sultan, acara perkawinan dan acara penyambutan tamu.

20. Tari Ngremo Banyuwangi Bentuk tari tunggal putra yang

menggunakan properti sampur dan gongseng dalam menarikannya

dengan gerak yang ritmis dan dinamis, bisa dipertunjukkan di panggung outdor maupun indor.

21. Tari Jaranan Banyuwangi Tari Jaranan adalah bentuk tari kelompok yang menggambarkan kegagahan para prajurit yang sedang menunggang kuda. Sumber www.wikipedia.com 2009

3. Pendekatan Persyaratan Ruang Pagelaran tari

Persyaratan yang harus dipenuhi sebagai ruang pagelaran tari adalah sebagai berikut :

 Penerangan untuk berlatih tari dapat diperoleh secara alami atau buatan, dengan penerangan sebesar 20 lux.

 Suhu dalam ruangan tari berkisar antara 12ºc - 15º c. Untuk memperoleh kenyamanan penghawaan ini akan lebih efektif jika digunakan AC split yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.

(21)

1. Kuat, tahan pecah dan hancur 2. Stabil, tidak licin

3. Hard wearing

4. Memiliki isolasi bunyi dan panas

 Ruang studio tari memiliki flow gerak yang cukup besar.

Ketinggian plafon untuk tari tradisional disesuaikan dengan gerakan tari yang mungkin terjadi.

Gambar 2.2. ukuran gerakan tubuh manusia saat menari (Sumber: Gambar pribadi, 2009)

4. Pendekatan Sistem Akustik

a. Pengertian Akustik

(22)

Akustik ruang banyak dikaitkan dengan dua hal mendasar, yaitu :

 Perubahan suara karena pemantulan dan

 Gangguan suara ketembusan suara dari ruang lain.

Dibutuhkan seorang ahli yang berlandaskan teori perhitungan dan pengalaman lapangan untuk mewujudkan sebuah ruang yang ideal, seperti home theatre, ruangan karaoke, raung rekaman , ruang pertemuan, ruang pertunjukan tari dan sejenisnya termasuk ruang tempat ibadah.

Pengukuran jangkah frekuensi dan besarnya, dapat dilakukan dengan bantuan sebuah RTA (Real Time Analyzer) untuk mengetahui dan menentukan frekuensi pantulan atau ketembusan, sehingga dapat ditentukan jenis material peredam yang digunakan.

Gambar 2.4. Akustik ruang (Sumber: www.wikipedia.com 2009)

b. Sistem akustik yang diterapkan pada ruang pagelaran tari

Sistem akustik yang dituntut pada ruang pagelaran adalah yang dapat berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan kwalitas bunyi yang didengar penonton, yaitu :

- Dapat menyebar merata - Terhindar dari efek bunyi luar

- Terhindar cacat gema, fluter echo, suara yang memusat

- RT (waktu dengung) sensasi dengan fungsi ruang. Utuk mendapatkan akustik ruang pagelaran yang baik perlu diperhatikan beberapa patokan yaitu:

(23)

Gambar 2.5. Bidang datar yang dipantulkan (sumber: Gambar pribadi, 2009)

Apabila diterapkan pada ruang pagelaran maka pantulan bunyi yang didapat adalah sebagai berikut :

Gambar 2.6. Potongan langit-langit datar (Sumber : www.wikipedia.com 2009)

Untuk mendapatkan bunyi yang merata bidang langit-langit dan dinding samping diusahakan menjadi bidang kecil-kecil, sedangkan pola langit-langit yang memungkinkan dapat menyebarkan bunyi keseluruh ruang adalah sebagai berikut :

Gambar 2.7. potongan langit-langit yang dimiringkan (Sumber: www.wikipedia.com 2009)

 Untuk menghindari gangguan suara dari luar yakni dengan cara : 1. Memberi buffer tanaman

2. Memberi material penyerap suara pada dinding pembatas 3. Menempatkan mesin pada tempat terisolir

(24)

 Gema terjadi karena 2 bunyi yaitu berasal dari satu sumber, bunyi mencapai titik yang sama dengan selisih lintasan lebih besar dari 17 m. Untuk menghilangkan gema dapat digunakan material penyerap bunyi pada dinding belakang ruang pagelaran.

 Gema menerus/ fluetter echo

Terjadi karena pemantulan yang terus menerus dari dinding yang sejajar dimana tiap pantulan akan menjadi sumber bunyi baru.

Ditanggulangi denagn cara :

tidak membuat dinding sejajar tetapi bersudut, tidak membuat bidang lantai dan langit menjadi dua bidang sejajar. ( Sumber www.wikipedia.com 2009)

2.1.3. Studi Kasus

2.1.3.1 Taman Budaya Propinsi Jawa Timur

Taman Budaya Propinsi Jawa Timur merupakan Sebuah bangunan tua dan termasuk cagar budaya, bangunan berlokasi cukup strategis berdiri megah dikota metropolitan di Jl. Gentengkali 85 Surabaya. Bangunan ini adalah sebuah kantor yang bernama Taman Budaya Propinsi Jawa Timur, tempat berkumpulnya para seniman baik lokal, regional, nasional maupun manca negara. Dengan luas area 10.400 m2, dikatakan berlokasi cukup strategis karena terletak dijantung kota Surabaya sebagai Ibukota Jawa Timur.

Didepan kantor (sebelah Utara) mengalir sungai Kalimas, Sebelah belakang kantor Taman Budaya ada gedung Grahadi sebuah cagar budaya untuk menerima tamu-tamu negara. Sebelah barat merupakan pusat perbelanjaan yang tidak asing lagi bernama Siola, menyebrang kebarat ada pasar Blauran. Disini banyak dijual bermacam-macam jajan pasar dan juga makanan khas Surabaya.

(25)

pembinaan dan pengembangan kesenian. Taman Budaya juga memiliki beberapa koleksi buku dan juga sarana berkesenian lainnya antara lain: Topeng Jawa Timur (Sumenep, Malang, Jombang) sebanyak 105 buah, seperangkat Reog, Angklung Caruk Banyuwangi dll.

Sesuai dengan keputusan Gubernur Jatim; No.41 Tahun 2002, tentang Uraian Tugas dan Fungsi Unit Pelaksanaan Teknis Dinas P dan K Jatim, maka tugas Tamana Budaya adalah melaksanakan sebagian tugas Dinas di Bidang perencanaan, pengelolaan, peningkatan, pengembangan, pendokumentasian dan informasi seni sebagai unsur budaya. Sedangkan fungsinya sebagai penyusunan rencana program, penyelenggaraan seni, pertunjukkan dan pameran seni rupa. Disamping itu juga sebagai pelaksanaan peningkatan dan pengembangan seni budaya, serta pendokumentasian dan informasi, seni budaya. Funsi berikutnua sebagai pelaksana tugas-tugas lain yang diberikan Dinas P dan K.

Gambar 2.8. Taman budaya Jawa Timur, Satellite view (Sumber: Google earth, peta garis Surabaya,2009)

(26)

a. Fasilitas yang ada

 Pendopo dengan luas 400 m2

Berukuran 20m x 20m. Cocok untuk pagelaran wayang kulit, pemeran seni rupa, tayuban, cokekan dll.

 Parkiran

Memiliki lahan parkir dapat menampung 100 buah kendaraan roda 4 dan 500 roda dua.

 Gedung pertunjukan Cak Durasim dengan luas 2308 m2

Nama CAK DURASIM dikenang melalui kegiatan-kegiatan besar di Taman Budaya Jawa Timur yang bertajuk FESTIVAL CAK DURASIM setahun sekali pada bulan Oktober. Oleh karena itu nama CAK DURASIM

dikenang dan diabadikan sebagai nama gedung kesenian Gedung CAK DURASIM ini berkapasitas 500 org, dilengkapi dengan panggung pertunjukkan ber AC, lighting, sound system dan kursi penonton. Cocok untuk pagelaran seni musik, tari, teater. Dapat juga untuk acara seminar, halal bihalal, resepsi pernikahan dan lain-lain.

 Kantor pengelola dengan luas 661.5m2

 Galery dengan luas 200m2

Ukuran 10x20m, cocok untuk pameran lukisan

 Teater terbuka dengan luas 580m2

Kapasitas 300 orang, cocok untuk pagelaran musik,wayang, teater, pesta kebung, dan lain-lain.

 Studio dengan luas 552m2

Melayani masyarakat yang ingin rekaman suara berupa nyanyian, paduan suara, karawitan, campursari, musik band dan kolintang.

(27)

Dapat menampung para seniman dan masyarakat yang ingin bermalam di Taman Budaya. Kapsitas 60 orang lengkap dengan tempat tidur, ruang tamu, kamar mandi, dan mushola.

 Perpustakaan

Memiliki koleksi khusus seni budaya sekitar 2.200 eksemplar, kaset-kaset Video, tape recorder dan VCD berbagai aktivitas Seni Budaya. Perpustakaan ini terbuka dan umum.

Dari data-data tersebut tersusun organisasi ruang seperti yang terlihat pada gambar 2.10.

Pada Taman Budaya Surabaya ini terdapat gedung kesenian Cak Durasim yang digunakan untuk seniman atau kelompok seniman Jatim, agar dapat memenfaatkan gedung pertunjukan secara maksimal tanpa terkendala. Karena gedung ini memiliki fasilitas yang cukup nyaman dan lengkap untuk sebuah pertunjukan yang bersifat mengembangkan kesenian tradisional.

PENDOPO G. CAK DURASIM

PARKIR

KANTOR PENGELOLA

GALERI

WISMA TEATER

TERBUKA

(28)

Gambar 2.9. Gedung Cak Durasim (Sumber: Dokumentasi pribadi 2009)

Diharapkan para seniman dapat mengembangkan kreasinya lewat proses aktif, kreatif, inovatif, apresiatif serta adanya kesadaran untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap kebudayaan tradisional yang ada sebagai warisan leluhur yang perlu dilestarikan.

b. Interior

Gambar 2.10. Latihan tari dan pertunjukan wayang kulit (Sumber: Dokumentasi pribadi 2009)

Dalam gambar diatas merupakan aktivitas latihan menari dan pertunjukan wayang kulit yang diadakan di taman budaya.

Diperlukan adanya alat yang digunakan dalam pertunjukan Taman Budaya Jawa Timur (TBJ) menyediakan :

 Stage panggung berukuran 11 x 15 m.

 Lampu 30 buah.

(29)

 AC panggung 5000 watt.

 AC samping panggung 6 buah.

 Sound system 800 watt.

 Genset 35.000 watt, kursi 300 buah.

 Wisma seni selama kegiatan berlangsung.

Gambar 2.11. Pendopo Taman Budaya Jawa Timur (Sumber: Dokumentasi pribadi 2009)

Gambar diatas merupakan pendopo yang berada di Taman Budaya Jawa Timur. Pendopo ini sering digunakan sebagai tempat pertunjukkan seni budaya, selain itu pendopo tersebut juga dapat digunakan sebagai tempat perlombaan kreatifitas anak, seperti contoh diatas yaitu sedang diadakan perlombaan dan pertunjukkan seni tari, namun jika pertunjukan diadakan di dalam gedung tidak semua kalangan dapat menikmatinya, karena harus membayar uang masuk gedung. Oleh karena itu, untuk melestarikan kebudayaan pemerintah menyediakan fasilitas pendopo agar semua kalangan dapat menikmatinya secara gratis.

c. Tampilan Bangunan

(30)

Gambar 2.12. arsitektur kolonial dan tradisional Jawa (sumber: dokumentasi pribadi 2009)

Tampilan gedung pertunjukan Cak Durasim banyak memakai elemen-elemen tradisional lokal Jawa seperti model penutup atap limas dan hiasan wuwungan.

2.1.3.2. Taman Budaya Jawa Barat (Dago Tea House)

Pada studi kasus kali ini akan membahas mengenai Taman Budaya Jawa Barat, Taman Budaya Jawa Barat yang berlokasi di Jl. Bukit Dago Selatan No. 53 A Bandung merupakan sebuah bangunan yang dibangun dengan sentuhan arsitektur Parahyangan dan berada di Pusat kota Bandung, terletak pada ketinggian 600 m diatas permukaan air laut, letak geografis yang cukup menguntungkan, Balai Pengelolaan Taman Budaya menawarkan alternatif wisata alam panorama kota Bandung siang atau malam hari. Bangunan ini adalah sebuah kantor yang bernama Taman Budaya Propinsi Jawa Barat, tempat berkumpulnya para seniman baik lokal, regional, nasional maupun manca negara. Dengan luas bangunan 10.877.734 m2, berlokasi cukup strategis karena berada di jantung Kota Bandung.

a. Fasilitas yang ada

1. Panggung Teater terbuka

(31)

trbuka (open air) dengan latar belakang panorama kota Bandung, jika tidak ada pertunjukan di malam hari, pengunjung masih dapat menikmati panorama Kota Bandung dan sekitarnya, lengkap dengan hidangan yang tersedia di Cafetaria sekitar Teater Terbuka. Lokasi Teater Terbuka dilengkapi pula ruang Hias artis, ruang operator, toilet serta sarana bermain anak.

Gambar 2.13. Gedung teater terbuka (Sumber: www.wikipedia.com 2009) 2. Panggung teater tertutup 1.491,25 m2

Gedung pertunjukan yang memiliki luas bangunan 1.491,25 m2 dan terdiri dari beberapa fasilitas, antara lain panggung pertunjukan dengan panggung (play area), dengan ukuran 12 x 15 m dengan tinggi lantai panggung sampai grit catwork 6 m, yang dilengkapi layar elektrik berupa layar kuning 1 buah, layar merah 1 buah, layar hitam 1 buah, layar putih 1 buah, serta layar border skrin 8 buah, yang dapat dinikmati dari semua titik pandang penonton.

(32)

3. Lahan terbuka

Lahan yang berada di halaman depan Galeri Balai Pengelolaan Taman Budaya dapat menjadi alternatif pilihan sajian pertunjukan dalam kapasitas penonton yang lebih kecil.

Gambar 2.15. Lahan terbuka (Sumber: www.wikipedia.com,2009) 4. Galeri

Galeri ini selain digunakan untuk kebutuhan pameran, kadang dipergunakan untuk acara diskusi atau lomba dalam skala pengerahan massa relatif terbatas. Untuk mendukung kegiatan pameran tersedia 10 buah base, 9 buah panel serta dilengkapi lampu pameran yang memadai.

Gambar 2.16. Galeri (Sumber: www.wikipedia.com 2009) 5. Sanggar seni

(33)

6. Wisma seni

Merupakan tempat istirahat/menginap para seniman/budayawan dari daerah yang akan mempersiapkan berbagai pergelaran di Balai Pengelolaan Taman Budaya.

Wisma Seni mempunyai luas 315 m2 terdiri dart 8 kamar yang setiap kamarnya dilengkapi dengan toilet. Keseluruhan Wisma Seni memiliki daya tampung 35 orang.

7. Gedung sekretariat

Dengan luas bangunan 281,00 m2, Gedung Sekretariat Balai Pengelolaan Taman Budaya berada di komplek Teater Tertutup yang merupakan tempat pelayanan administrasi.

Gambar 2.19. Gedung sekretariat (Sumber: www.wikipedia.com 2009)

Gambar 2.18. Wisma seni (Sumber: www.wikipedia.com 2009)

Gambar 2.17. Sanggar seni (Sumber: www.wikipedia.com

(34)

8. Area parkir

Sebagai sarana pendukung, lahan parkir di Balai Pengelolaan Taman Budaya seluas 2.451,00 m2 dapat menampung kendaraan roda 4 dan roda 2 sebanyak 200 buah.

Gambar 2.20. Area parkir

(Sumber: www.wikipedia.com 2009)

b. Interior

 Gallery (Ruang Pameran)

Tersedia 10 buah base, 9 buah panel serta dilengkapi lampu pameran yang memadai.

 Gedung Teater Tertutup

Dilengkapi layar elektrik berupa layar kuning 1 buah, layar merah 1 buah, layar hitam 1 buah, layar putih 1 buah, serta layar border skrin 8 buah, yang dapat dinikmati dari semua titik pandang penonton. Ruang penonton yang herkapasitas 640 tempat duduk ditambah dengan wing kiri dan wing kanan, disertai dengan dukungan lighting system dan sound system berkekuatan listrik 82.500 watt (85,5 KWh)/220 volt, dapat memberikan kemudahan pada setiap sajian pertunjukan.

 Sanggar Seni (Studio Tari)

Dilengkapi dengan 3 buah AC, alat musik untuk pertunjukkan serta latihan tari

(35)

Untuk mendukung kegiatan pameran tersedia 10 buah base, 9 buah panel serta dilengkapi lampu pameran yang memadai.

Pada Taman Budaya Jawa Barat ini terdapat gedung teater terbuka dan gedung teater tertutup yang digunakan untuk seniman atau kelompok seniman Jawa Barat, agar dapat memenfaatkan gedung pertunjukan secara maksimal di siang maupun malam hari tanpa terkendala. Karena gedung ini memiliki fasilitas yang cukup nyaman dan lengkap untuk sebuah pertunjukan yang bersifat mengembangkan kesenian tradisional.

Gambar diatas merupakan sebuah acara pertunjukan seni di Arena Panggung Teater Terbuka Balai pengelolaan Taman Budaya (Dago Tea House yang menampilkan ragam seni pertunjukkan (Karawitan, Teater, Pedalangan, Musik, Tari, Sastra danpertunjukkan rakyat), baik murni tradisi maupun kedaerahan yang telah menjadi kreatifitas baru. Rangkaian pertunjukkan tersaji dalam format wisata sehingga suasana Bandung Utara diwaktu malam tetap ternikmati disela-sela pertunjukan seni.

c. Tampilan Bangunan

Taman Budaya Propinsi-Jawa Barat ini dibangun dengan sentuhan arsitektur Parahyangan yang berada di kawasan Bandung Utara, walaupun

(36)

menampilkan kekentalan arsitektur Parahyangan pada tampilan bangunan namun tidak luput dari

sentuhan unsur modern, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.22. Cafetaria Boga dan panggung teater terbuka (Sumber: www.wikipedia.com 2009)

Cafetaria Boga Kuring yang dibangun diatas lahan bekas Restaurant Dago Tea House tempo dulu ini dilengkapi dengan saung Iesehan yang berarsitektur Sunda di sekitar Teater Terbuka. Sedangkan panggung teater terbuka dibangun dengan sentuhan arsitektur Parahyangan.

2.1.3.4. Kesimpulan Studi Kasus

Dari studi kasus Taman Budaya Jawa Timur dan juga Taman Budaya Jawa Barat (Dago Tea House) dapat ditarik kesimpulan bahwa tampilan bangunan dari kedua Taman Budaya sangatlah tepat karena masih memperhatikan unsur-unsur tradisional lokal. Unsur-unsur tersebut dipadukan dengan elemen-elemen modern sehingga mampu menampung aktifitas dan memenuhi persyaratan ruang.

2.2. Tinjauan Khusus Obyek Perancangan

2.2.1. Lingkup Pelayanan

(37)

negeri. Kalangan yang dilayani juga dalam jangkauan untuk umum,jadi tidak terbatas hanya pada masyarakat umum tetapi juga kalangan terpelajar,Ilmuwan ,Antropolog,Tim Ekspedisi , dan juga wisatawan atau turis adari berbagai wilayah Nasional maupun Internasional yang ingin berekreasi dan mengetahui kesenian seni tari Surabaya.

Pelayanan khususnya memang di tujukan untuk masyarakat Surabaya dan pelayanan umumnya untuk lingkup masyarakat luas dan menyeluruh .pelayanan dan sarana $disediakan yaitu berupa wisata maupun Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan.

2.2.2. Aktifitas dan Kebutuhan Ruang

Dengan banyaknya fasilitas-fasilitas yang akan disediakan,maka

fasilitas-fasilitas tersebut akan di kelompokkan berdasarkan sifat dari aktifitas yang terjadi.

Pelaku kegiatan Aktivitas Kebutuhan ruang

Pengunjung/ tamu Membeli karcis masuk Loket

Memarkir kendaraan Tempat parkir Menonton prtunjukan Tribun penonton Makan minum Cafe/ restaurant Berwisata budaya Museum

Ke toilet Toilet

Peserta festival tari Memarkir kendaraan Tempat parkir

Ganti kostum Ruang ganti

Bersiap Ruang siap

Pertunjukan Panggung

Istirahat Ruang istirahat Makan minum Cafe/ restaurant

Ke toilet Toilet

(38)

Sholat Mushollah

Murid/ seniman Memarkir kendaraan Tempat parkir

Ganti kostum Ruang ganti Latihan tari Ruang latihan

Berkumpul Ruang kumpul

Istirahat Ruang istirahat Makan minum Cafe/ restaurant

Ke toilet Toilet

Sholat mushollah

Pengelola Memarkir kendaraan Tempat parkir

Menerima pengunjung Hall entrance Mengatur segala kegiatan Ruang pimpinan Mengatur segala kegiatan yang

diberikan pimpinan

ruang sekretaris

Mengatur & mengawasi segala bidang admin. Dan keuangan

Ruang staff admin dan keuangan

Memberikan informasi Ruang informasi Mengatur dan mengawasi Ruang staff umum Makan minum Caffe/ restaurant

Ke toilet Toilet

Sholat Mushollah

(Sumber: Analisa pribadi 2009)

2.2.3. Perhitungan Luas Ruang

Dengan banyaknya fasilitas-fasilitas yang akan disediakan,maka fasilitas-fasilitas tersebut akan di kelompokkan berdasarkan sifat dari aktifitas yang terjadi.

(39)

Tabel 2.3. Kebutuhan ruang fasilitas pertunjukkan

Kebutuhan Kel.

fasilitas

Ruang Kapsitas

Studi

Seniman R. Ganti/r.rias

(40)
(41)
(42)

R. latihan

R. penyimpanan 2x6x10 120

Gudang ± 9 9

Souvenir shop

TOTAL 529

(43)
(44)

Bus Asumsi 10 % 300 org, 1 bus=

50 6 bus

-

41/bus 249.6

TOTAL 2844.6

TOTAL KESELURUHAN 6365.85

(Sumber: Analisa pribadi 2009)

Luasan ruang diperoleh melalui data-data pendekatan literatur, literatur tersebut adalah :

TSS : Time Server Standard for Building Type NAD : Neufert Architecture Data

SB : Study Banding

HB : Human Dimention

2.2.4. Pengelompokkan ruang

Proyek ini terdiri dari banyak bangunan atau multi masa, yang kemudian komponen-komponen multi masa ini pada tapak akan berupa zonning yang dihubungkan dengan jalur-jalur sirkulasi yang di utamakan untuk pejalan kaki,sehingga sirkulasi kendaraan bermotor hanya di batasi sampai pada lahan parkir saja.

(45)

BAB III

TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN

3.1 Latar Belakang Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi untuk Pusat Pengembangan Seni Tari Tradisional Jawa Timur ini berada di kawasan Surabaya Timur, tepatnya berada di kawasan Unit Distrk (UD) Keputih yang termasuk dalam wilayah RDTR(K) Unit Pengembangan (UP) Semolowaru (RTRW Kotamadya Surabaya 2005) atau RDTR(K) UP-2 Kertajaya (RTRW Kota Surabaya 2013). Penentuan lokasi perpustakaan ini didasarkan pada literatur dan kasus sebelumnya, diantaranya :

Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain yaitu : 1. Berada di ibu kota Jawa Timur yaitu kota Surabaya

2. Berada di sekitar pusat kegiatan masyarakat seperti pusat pendidikan (sekolah), pemerintahan dan tentunya pemukiman.

3. Terletak dilokasi yang strategis, mudah diakses oleh sarana transportasi umum.

4. Lokasi mudah dikenali agar mudah mempromosikan obyek rancangan. 5. Terletak pada daerah lalu lintas yang tidak padat sehingga tidak

menyebabkan kemacetan pada kawasan obyek yang dirancang.

6. Peraturan daerah yang berlaku berdasarkan Rencana Tata Guna Lahan yang diperbolehkan untuk fasilitas umum.

7.

3.2Penetapan Lokasi

Penetapan lokasi Pusat Pengembangan Seni Tari Tradisonal Jawa Timur yaitu di Jl. MERR (Kertajaya Indah Timur). Lokasi site dipilih dengan pertimbangan:

(46)

2. Lahan berada dekat dengan wilayah pendidikan baik dari tingkat sekolah maupun perguruan tinggi

3. Merupakan lahan kosong yang akan dibangun sebuah gedung yang berdiri sendiri dari bangunan sekitarnya

4. Akses menuju ke site dapat menggunakan angkutan kota (lyn/bemo) ataupun kendaraan pribadi dan angkutan besar (Bis).

5. Daerah sekitar lahan cukup tenang meskipun tidak terlalu sepi untuk dilalui karena jalan yang berada di depan site cukup lebar dan luas.

6. Sarana dan Prasarana yang cukup 7. Sarana infrastruktur yang mendukung

8. Akses yang mendukung yaitu 3 akses dari Jl. Arief Rahman Hakim, Jl. Kertajaya dan Jl. Darmahusada, sedangkan jalan utamanya merupakan jalur MERR.

9. Kondisi tanah yang datar untuk mempermudah mendesain bangunan. 10. Lahan yang memang difungsikan sebagai fasilitas umum

Berdasarkan criteria dan pertimbangan pembahasan di atas, maka diusulkan bahwa lokasi yang paling memenuhi syarat sebagai Pusat Pengembangan Seni Tari Tradisional di Surabaya adalah :

(47)

3.2.1. Kedudukan Administrasi Tapak

Gambar 3.2. Gambar wilayah perencanaan (Sumber: Dokumentasi pribadi 2009) Propinsi : Jawa Timur

Kotamadya : Surabaya Kecamatan : Mulyorejo Kelurahan : Klampis Ngasem Batas wilayah sekitar adalah:

Utara : Jalan Darmahusada Indah

Selatan : Jalan Menur Pumpungan dan Arief Rahman Hakim Barat : Jalan Komplek Perumahan

Timur : Jalan Kertajaya Indah Timur

(48)

3.2.2 Peraturan Bangunan

Peraturan bangunan pada lokasi sesuai dengan rujukan RDTRK kota Surabaya, antara lain:

3.2.3 Data Tapak

Tabel 3.1. Rata-rata Kelembapan, Tekanan Udara, Temperatur pada tahun 2002 menurut Stasiun Meteorologi Perak I dan Perak II

PERAK I PERAK II

URAIAN

Minimum Maksimum Rata-rata Minimum Maksimum Rata-rata

Rata-rata kelembapan

Tekanan udara 1007,5 Mbs

(februari)

1012,2 Mbs

(agustus)

1009,9Mbs 1006,7 Mbs

(februari)

1013,8 Mbs

(agustus)

1010,8

Mbs

Temperature 27,2ºC

(juni)

(Sumber : Data Pokok Kotamadya Dati II Surabaya, 1992)

3.2.4 Luas dan Lokasi Proyek

(49)

ruang dan sisanya ± 50 % hectar kira-kira 0.5 hectar untuk pengolahan lansekap dan fasilitas penunjang lainnya. Dengan persyaratan KDB 75 %.

 Lokasi : Surabaya Timur

3.2.5 Kondisi Site

1. Topografi wilayah: Daerah perencanaa merupakan sebuah wilayah dengan karakteristik dataran rendah yang berbatasan dengan kawasan pantai. Lokasi perencaan ini mempunyai ketinggian 3,25 meter terhadap ARP (Air Rendah Purnama)

2. Geologi tanah : Kondisi geologi dan jenis tanah pada lokasi perencanaan secara umum tidak berbeda jauh dengan Kota Surabaya pada umumnya. Pada wilayah perencanaan tidak ditemukan kandungan tambang yang mempunyai nilai ekonomis. Sedangkan jenis tanah pada wilayah perencanaan menurut Data Pokok Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya Tahun 1992 adalah Aluvial Hidromorf. 3. Hidrologi : Dilihat dari wilayah perencanaan UD Keputih, Lokasi

berada di hilir saluran Kali Dami dan Kali Bokor, maka wilayah ini menerima debit kiriman dari kawasan hulu, ditambah dengan kondisi topografi yang agak rendah dari permukaan laut, maka wilayah ini dapat dibilang rawan terhadap banjir. Tetapi wilayah yang akan direncanakan tidak termasuk dalam wilayah yang terkena banjir.

4. Kemampuan Tanah: Menurut data kemampuan tanah dan jenis tanah dari Peta Data Pokok Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya tahun1992, kondisi tanah pada lokasi perencanaan dan sekitarnya adalah :

(50)

umumnya, maka data-data mengenai klimatologi Surabaya dapat dianggap berlaku untuk Lokasi Perencanaan.

Data klimatologi dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika Perak I dan Perak II. Stasiun Perak I terletak di jl. Tanjung Sadari sedangkan Stasiun Perak II terletak di jl. Kalimas Baru.

Lereng : 0 – 2 %

Kedalaman Efektif tanah : Lebih dari 90 cm

Tekstur Tanah : Halus

Drainase : Tergenang Periodik (Sebagian)

Erosi : Tidak ada Erosi

Faktor Pembatas : Air Tanah Asin

3.3 Kondisi Fisik Lokasi

3.3.1 Aksesibilitas

Pada lokasi terpilih memiliki aksesibilitas yang sangat baik karena ditunjang dari pencapaian kedalam site, jalur Aksesibilitas utama pada lokasi perencanaan merupakan jalan MERR yang memiliki ciri-ciri :

- Klasifikasi sebagai Jalan Arteri Primer

- Jenis Perkerasan aspal (hotmix) dalam kondisi sangat baik - Merupakan akses arah Utara – Selatan

- Intensitas kepadatan relatif masih rendah, mengingat jalan ini merupakan jalan baru yang dirancang sebagai alternatif akses dari dan ke bandara Juanda dan Jembatan Suramadu, dan belum terkoneksi secara optimal dengan sistem jaringan kalan arteri lainnya.

(51)

Gambar 3.3. Nama ruas jalan di sekitar lokasi (Sumber: Google Earth, 2009)

- Lebar perkerasan jalan ini selebar 2 x 10.80 m untuk lalu lintas dua arah dengan median berupa jalur hijau selebar ± 6,70 m. Pada kedua sisi jalan ini terdapat trotoar selebar 4,90 m dan saluran tepi selebar 1 m.

Sedangkan untuk jalan di sekitarnya yaitu : Utara : Jalan Darmahusada Indah

Selatan : Jalan Menur Pumpungan dan Arief Rahman Hakim Barat : Jalan Komplek Perumahan

Timur : Jalan Kertajaya Indah Timur

Hal yang patut mendapat perhatian adalah tentang kepadatan lalu lintas yang sering terjadi. Kepadatan lalu lintas di dekat lokasi perencanaan yaitu lalu lintas pertigaan MERR dengan jl. Arief Rahman Hakim, kepadatan itu terjadi karena :

- Dekatnya jarak traffic light antara pertigaan MERR – Jl. Arief Rahman Hakim dengan pertigaan Jl. Arief Rahman Hakim – Jl. Deles.

- Dimensi dan konstruksi Jl. Arief Rahman Hakim yang tidak seimbang dengan fungsi jalan

- bottle Neck dengan ruas jalan sebelumnya (depan ITATS)

(52)

jalan, marka jalan, tempat parkir, rambu-rambu lalu lintas, saluran samping, lampu penerangan, median jalan, halte, dan terminal/sub terminal.

Untuk area jalan, hampir keseluruhan kecuali bahu jalan yang tidak dimiliki oleh jalan MERR. Sedangkan untuk parkir, halte, dan terminal/sub terminal masih belum ada.

Ada satu jenis angkutan umum yang trayeknya melewati lokasi perencanaan yaitu mikrolet (lyn/bemo). Lyn angkutan yang trayeknya melewati lokasi perencanaan adalah :

- Dari Joyoboyo naik Lyn P, berhenti di jalan putar balik MERR depan lokasi atau berhenti di ujung site.

- Dari Bratang naik Lyn S, di jalan putar balik MERR depan lokasi atau berhenti di ujung site.

- Dari Yakaya Rungkut naik Lyn RBK, berhenti di perempatan Jl. Kertajaya Indah, jalan ± 50 m di depan site lokasi.

- Dari Pangkalan Keputih naik Lyn O berhenti langsung di depan site.

3.3.2. Potensi Lingkungan

1. Berada di pusat kota Surabaya

2. Terletak dilokasi yang strategis, mudah diakses oleh sarana transportasi umum.

3. Lokasi mudah dikenali agar mudah mempromosikan obyek rancangan. 4. Terletak pada daerah lalu lintas yang tidak padat sehingga tidak

menyebabkan kemacetan pada kawasan obyek yang dirancang.

5. Peraturan daerah yang berlaku berdasarkan Rencana Tata Guna Lahan yang diperbolehkan untuk fasilitas umum.

(53)

ditambah dengan setengah dari penduduk yang berusia 17-25 tahun yaitu sekitar 700 jiwa (10 %). Dari jumlah tersebut, total semua penduduk berusia 3-20 tahun kurang lebih 3000 jiwa dari total jumlah semua penduduk di tahun 2004 yaitu sekitar 7000 jiwa di wilayah UD. Keputih.

Tabel 3.2. Struktur Penduduk Menurut Umur Tahun 2004 pada wilayah perencanaan (UD. Keputih)

KECAMATAN KELURAHAN

0-5

(54)

3.3.3. Batas-Batas Lokasi Perencanaan

Utara : Showroom Toyota (Sumber: Dokumentasi pribadi

2009)

Barat : komplek perumahan (Sumber: Dokumentasi pribadi

2009)

Selatan : Kantor Telkom (Sumber:Dokumentasi pribadi2009) Timur : Komplek perkantoran

dan pertokoan Sinar Galaxy (Sumber: Dokumentasi pribadi 2009)

(55)

3.3.4. Infrastruktur Kota

 Air bersih

Wilayah lokasi perencanaan mendapat pelayanan air bersih dari PDAM, dilayani dari Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) Ngagel dengan kapasitas :

- Unit I kapasitaas 1800 I/det. - Unit II kapasitas 100 I/det. - Unit III kapasitas 1500 I/det.

Dari IPA ngagel didistribusikan melalui jaringan pipa primer berdiameter 1000mm yang melewati Jl. Arief Rahman Hakim (diluar kawasan perencanaan) kemudian didistribusikan melalui jaringan pipa sekunder yang berdiameter < 600 mm (menurut data Pokok Kotamadya Dati II Surabaya) menuju Jl. Arief Rahman Hakim dan Jl. Kejawen Putih Tambak.

 Listrik

(56)

 Telepon

Areal terbangun pada kawasan perencanaan hampir seluruhnya telah terlayani jaringan telepon. Jaringan tersebut biasanya terpasang sesuai dengan jaringan jalan yang ada baik saluran udara maupun bawah tanah. Pelayanan telepon tidak hanya melalui sambungan langsung ke rumah atau tempat usaha, tetapi juga dengan telepon umum dan wartel yang dimaksudkan agar dapat menjangkau masyarakat luas. Disamping pelayanan telepon dari PT. TELKOM, juga sudah semakin memasyrakat penggunaan telepon seluler.

 Gas

(57)

BAB IV

ANALISA PERANCANGAN

Keberhasilan suatu perancangan ditentukan dari keberhasilan arsitek itu sendiri dalam mendesain dan menata bagian-bagian dari bangunan yang direncanakan sesuai dengan perilaku manusia. Selain desain yang diperlukan, analisa terhadap ruang dan site sangat diperlukan untuk menemukan tingkat kenyamanan dan kebutuhan yang sesuai dari pengunjung yang akan menikmati bangunan tersebut beserta fasilitasnya. Berikut akan dijelaskan lebih rinci dalam proses analisa ruang dan site bangunan.

4.1. Analisa Ruang

Analisa ruang menjelaskan tentang organisasi ruang yang ada beserta pola hubungan dan sirkulasi bangunan.

4.1.1. Program Ruang.

Merupakan pengelompokkan ruang-ruang yang ada didalam obyek perancangan. Dimana pengelompokkan ruang-ruang ini terbagi atas beberapa kelompok ruang seperti terlihat pada tabel dibawah:

Tabel 4.1. Nama ruang berdasar pembagian area dan fasilitasnya

No Area Nama Ruang

1 Area Fasilitas utama Gedung pertunjukan outdoor

- Panggung - Ruang ganti - Toilet

Gedung pertunjukan indoor - Panggung

- R. ganti/ rias - R. persiapan - Loket - R. control Gedung latihan tari - R. staff

(58)

- R. latihan A - R.latihan B - R. latihan bersama - R. preparasi - Gudang - Toilet

No Area Nama Ruang

2 Fasilitas penunjang Cafeteria/ restaurant

- R. makan

- R. penyimpanan - Gudang

- Ruang konservator, preparasi, restorasi

Fasilitas servis/layanan

3 Area servis/layanan Kantor pengelola

- R. kepala

(59)

4.1.2. Organisasi Ruang Antar fasilitas

Merupakan pembagian kebutuhan ruang didalam obyek perancangan yang membentuk sebuah alur antara fasilitas yang satu dengan fasilitas yang lain. Dimana nantinya didalam pengorganisasian fasilitas ini dapat terlihat hubungan antara fasilitas yang satu dengan yang lain. Yakni seperti :

Diagram gambar 4.1. Organisasi antar fasilitas (Sumber: Analisa pribadi 2009)

4.1.3. Hubungan Antar Fasilitas dan Sirkulasi

(60)

4.1.2.1. Hubungan Antar Ruang dan Fasilitas

Merupakan suatu saling keterkaitan antar ruang yang satu dengan yang lain sehingga memberi kemudahan sirk

ulasi di dalam obyek rancangan. Dalam hal ini penilaian hubungan ruang terbagi menjadi tiga yaitu :

o Hubungan dekat yaitu secara langsung.

o Hubungan sedang yaitu secara tidak langsung. o Hubungan jauh yaitu tidak berhubungan sama sekali. o

a. Hubungan antar fasilitas

b. Hubungan antar ruang

Hubungan antar ruang berdasarkan fasilitas utama

(61)

Hubungan antar ruang berdasarkan fasilitas penunjang

Gambar 4.5. Hubungan ruang antar cafe dan restaurant (Sumber: Analisa pribadi 2009)

Gambar 4.3. Hubungan ruang antar ruang latihan (Sumber: Analisa pribadi 2009)

(62)

Hubungan antar ruang berdasarkan fasilitas servis

4.1.4. Sirkulasi antar ruang

Sirkulasi ruang merupakan akses bagi pengguna atau pemakai dari kebutuhan – kebutuhan ruang yang ada didalam obyek perancangan. Disini sirkulasi ruang dibedakan menurut penggunanya, untuk kemudian direncanakan selaras sehingga menciptakan aksebilitas antar ruang yang baik.

Berikut adalah gambar yang menjelaskan sirkulasi antar antar ruang berdasarkan pengguna yang berbeda-beda.

Gambar 4.7. Hubungan ruang antar Kantor Pengelola (Sumber: Analisa pribadi 2009)

Keterangan

(63)

Diagram gambar 4.2. sirkulasi antar ruang lantai 1 dan 2 (Sumber: Analisa pribadi 2009)

4.1.5. Diagram Abstrak

(64)

Gambar 4.8. Diagram abstrak horizontal (Sumber: Analisa pribadi 2009)

Gambar 4.9. Diagram abstrak vertikal (Sumber: Analisa pribadi 2009)

ENTRANCE dari luar Panggung indoor/ cafe

Souvenir shop G.pengelola, Musseum,

Glatihan tari

Panggung outdoor

Parkir Mobil Parkir Mobil

Parkir Motor

Parkir Mobil Parkir Mobil

ENTRANCE dari luar

Parkir Motor

Souvenir shop Panggung outdoor

G.pengelola, Musseum, Glatihan tari

(65)

4.2 Analisa Site

Analisa site mempunyai peranan penting dalam melakukan sebuah

perancangan, dengan melihat dan menganalisa kondisi fisik lahan secara nyata, sehingga dapat dilakukan penentuan zooning, enterance site, dan arah hadap bangunan terhadap matahari, serta tampilan bangunan yang dapat menyesuaikan kondisi sekitar.

4.2.1 Analisa Aksesibilitas

Pencapaian site lokasi dari daerah sekitarnya ditentukan berdasarkan pertimbangan terhadap :

 Keleluasaan pengamatan untuk berorientasi terhadap obyek.

 Ruang yang memiliki potensi sebagai titik pandang pengamat untuk mengenali obyek.

 Sudut pandang ( orang berjalan, kendaraan ).

(66)

Gambar 4.10. Input dan Analisa Aksesibilitas (Sumber: Google Earth ,2009) - Ja lur MERR letaknya diujung site, tertutup bangunan sisi sebelahnya dan susah untuk mobil masuk

 B = Cocok digunakan sebagai ME karena letaknya yang dekat dengan jalan raya utama dan sangat strategis  C = Kurang cocok sebagai ME karena jalan ini

merupakan jalan kawasan perumahan, kendaraan jarang melewati jalur ini. Baik digunakan sebagai sirkulasi service dan SE.

 D = cocok digunakan sebagai ME maupun SE karena lokasinya diujung site, memberi waktu bagi pengunjung untuk melihat bangunan.

A

B

C

D

Jalur Entrance dari luar site

(67)

Tingkat kebisingan sekitar yang sangat berpengaruh pada bangunan Jalan Sekitar

Site.

Gambar 4.12. Analisa kebisingan jalan (Sumber: RTRK UD. Keputih ,2008)

4.2.2. Analisa Bangunan Terhadap Site

Wilayah peracangan berada di bagian Surabaya Pusat dimana pada bagian ini merupakan wilayah yang tujuan utamanya diperuntukkan sebagai fasilitas umum dan jasa komersial sebagai pendukungnya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan terhadap kondisi site yang akan berpengaruh terhadap bangunan antara lain:

Jl. Menur Pumpungan dan Jl Arif Rahman Hakim  Kebisingan pada jam-jam

tertentu (berangkat dan pulang kerja atau sekolah) sangat tinggi karena sirkulasi kendaraan padat  Pada wilayah pertigaan

merupakan pusat kemacetan Jl. MERR (Kertajaya

Indah Timur) = Kebisingan sedang karena sirkulasi kendaraan tidak terlalu padat

(68)

1. Luasan dan posisi site.

Luasan total dari site adalah ±1.5 hektar dengan bentuk site persegi panjang dimana panjangnya menghadap arah Utara dan Selatan, sedangkan lebarnya menghadap Barat dan Timur.

2. Analisa iklim

Gambar 4.13. Kondisi site asli (Sumber: Analisa pribadi 2009)

4.2.3 Analisa Kondisi Lingkungan

Lingkungan sekitar kawasan site sangat berpengaruh terhadap rancangan sehingga pemaksimalan lingkungan dengan cukup baik di dalam maupun diluar

Curah hujan yang cukup tinggi pada musim penghuj

ng

Arah sinar datang Arah sinar tenggelam

Pergerakan angin tidak menentu, tergantung cuaca dan keadaan

(69)

proyek menghasilkan suatu rancangan yang berkesinambungan terhadap kondisi sekitar.

Gambar 4.14. Analisa View

(Sumber: Analisa dan dokumentasi pribadi 2009)

4.3 Pendekatan Rancangan

4.3.1. Tema Rancangan

Tema rancangan dapat terbentuk karena adanya suatu dasar dalam merancang, Tema adalah suatu gagasan yang digunakan untuk membatasi permasalahan dalam proses merancang dan merencanakan sebuah bentuk. Tema yang diangkat disini adalah ”Harmony and unity“.

Dalam perancangan Pusat Pengembangan Seni Tari Tradisional ini perancang ingin menghadirkan percampuran suatu yang modern dan tradisional yaitu selaras dan

View yang paling menarik dan paling

(70)

memiliki satu kesatuan, bila di Barat cenderung berbicara klasik, kebiasaan yang baru dan lama, dan pencampuran ini disusun secara ”harmony dan unity” lewat sebuah kontradiksi, kontradiksi disini yang dimaksud adalah mengkompromikan sebuah perbedaan yang ada, Sehingga terjadi sebuah pengalihan atas suatu bentuk, yang kaya akan makna dan biasanya berfungsi ganda elemen.

(71)

BAB V

KONSEP PERANCANGAN

Dalam sebuah proses perancangan, diperlukan adanya analisa dan pembuatan konsep yang didasari atas hasil analisa yang di dalamnya terdapat penyelesaian – penyelesaian terhadap permasalahan yang ada tersebut. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai analisa dan konsep rancangan yang diinginkan pada proyek Pusat Pengembangan Seni Tari Tradisional Jatim di Surabaya untuk direalisasikan pada rancangan tersebut.

5. 1. Konsep Dasar Rancangan

Konsep dasar rancangan yaitu menggunakan konsep Eklektik dengan sebuah tema rancang yaitu Harmony and unity. Konsep dan tema digunakan sebagai tolak ukur dasar dalam perancangan.

Eklektik yaitu sebuah pergerakan arsitektur dengan metode menggabungkan (kombinasi) berbagai aspek, ide, teori maupun yang ditujukan untuk membuat arsitektur terbaik dengan kombinasi yang ada, sedangkan Harmony dapat diartikan mempunyai kesatuan dan kesinambungan sedangkan unity berarti keselarasan, maka harmony and

unity berarti selaras dan memiliki satu kesatuan.

5. 2. Konsep Bentuk

Bentuk bangunan diaplikasikan berdasarkan dari tema dan konsep, bentuk dasar dari bangunan yaitu bentuk persegi empat, semua bangunan menggunakan atap joglo yang mencerminkan keselarasan dan menyatu satu sama lain, selain itu untuk unsur pencampurannya yaitu menggunakan elemen kaca dan aksesoris pada dinding gedung latihan tari.

(72)

5. 3. Konsep Tampilan

Tampilan bangunan tetap tidak meninggalkan dari fungsi dan pengguna bangunan ini dimana fungsi bangunan yaitu sebagai pusat pengembangan seni tari tradisional dan pertunjukan seni tari. Untuk membuat tampilan bangunan yang selaras dan memiliki memiliki satu kesatuan sesuai tema, ini dapat diperoleh yaitu dengan penggunaan atap joglo limasan di setiap masa bangunan agar pengamat dapat dengan mudah menangkap makna bahwa bangunan tesebut pasti berhubungan dengan sesuatu yang Tradisional, selain atap joglo juga menggunakan elemen kaca dan penonjolan kolom pada gedung pagelaran dan gedung latihan tari.

5. 4. Konsep Sirkulasi

- Sirkulasi Ruang Luar

(73)

5. 5. Konsep Ruang Dalam (Interior)

Pola ruang dalam pada pusat pengembangan seni tari tardisional di Surabaya terdiri dari beberapa fungsi ruang yang berbeda, yaitu dibedakan antara Fasilitas utama, fasilitas penunjang, fasilitas pelengkap dan fasilitas servis.

Fasilitas Utama

Fasilitas umum Fasilitas servis Keterangan :

(74)

5.6. Konsep Struktur

Sistem Struktur yang direncanakan memakai sistem grid pada penataan kolom dan balok. Konstruksi yang digunakan pada kolom dan balok adalah beton bertulang. Sedangkan pada atap Joglo menggunakan sistem struktur baja (ikatan angin), Selain itu material seperti kaca dan aluminium juga dipergunakan.

5.7. Konsep Mekanikal Elektrikal

A. Sistem Aliran Listrik

Listrik mutlak diperlukan sebagai kelangsungan kegiatan yang terus menerus pada Gedung Pertunjukan Musik ini. Untuk itu disamping menggunakan aliran listrik dari PLN, disediakan pula alternatif generator set (genset), apabila terjadi pemadaman listrik dari PLN. Penempatan genset disesuaikan sehingga tidak menimbulkan kebisingan yang dapat mengganggu aktifitas di dalam maupun diluar Gedung.

B. Sistem Penghawaan

Sistem Penghawaan yang secara khusus hanya dibuat untuk ruang – ruang pada gedung pagelaran, gedung latihan tari, ruang, dll. Untuk gedung pagelaran outdoor dan souvenir shop menggunakan sistem penghawaan alami, sedangkan auditorium maupun ruang yang mendukung menggunakan AC central, sedangkan untuk ruang kantor pengelola menggunakan AC split. Pemakaian jenis AC ini dipertimbangkan dengan : - Kebisingan yang timbul AC dapat dihindarkan

(75)

- Pemeliharaan dan maintenance lebih mudah - Biaya operasional lebih efisien.

C. Sistem Pencegahan Bahaya Kebakaran

Pusat Pengembangan Seni Tari Tradisional ini merupakan gedung dengan fungsi bangunan umum yang melibatkan banyak pelaku aktifitas, maka haruslah direncanakan keamanan terhadap bahaya kebakaran dengan digunakannya sistem pencegahan kebakaran yang dapat mengamankan manusia. Adapun cara pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran antara lain adalah :

- Perencanaan terhadap pemilihan bahan / material yang tidak mudah terbakar dan penyebaran apinya lambat.

- Merencanakan pintu darurat atau tangga darurat dan sirkulasinya.

- Menyediakan peralatan pemadam kebakaran pada tempat – tempat umum yang mudah dilihat dan ditemukan, seperti :

a. Sprinkler dengan smoke detektor yang bekerja secara otomatis dengan

membunyikan fire alarm, yang ditempatkan pada masing – masing ruang dalam. b. Fire Extinguiser khususnya pada ruang dapur, mekanikal / elektrikal atau ruang -

ruang yang terdapat aliran listrik.

c. Fire Hydrant yang ditempatkan pada ruang luar dengan sumber air yang berasal

(76)

Berikut adalah Diagram cara kerja Sprinkler Semi Otomatis :

Diagram 5. 1. Cara Kerja Sprinkler Semi Otomatis (Sumber : Penulis, 2010)

Jockey Jump Tanki Air

Area kebakaran Pipa Induk

Hydran

pilar

(77)

BAB VI

APLIKASI PERANCANGAN

Perancangan Gedung Pusat Pengembangan Seni Tari Tari Tradisional Jatim di Surabaya ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan baik bagi para pecinta kesenian maupun penari dari seluruh tanah air khususnya dalam sarana pengembangan seni tari.

Pada aplikasi konsep rancangan proyek Gedung Pengembangan Seni Tari Tradisional Jatim di Surabaya ini menggunakan persyaratan – persyaratan yang ada pada bab sebelumnya untuk kemudian diterapkan pada penyelesaian gambar rancangan tugas akhir yang akan diuji dengan kaidah – kaidah dan azas – azas perancangan sehingga dapat diperoleh hasil desain rancangan yang paling optimal.

6. 1. Aplikasi Bentuk

Aplikasi bentukan bangunan pada rancangan Gedung Pertunjukan Tari Tradisional Jatim di Surabaya ini merupakan penggabungan bentuk dasar auditorium utama yaitu lantai tidak teratur, serta bentuk yang mengibaratkan orang sedang bermain piano, lalu mengalami transformasi bentukan.

6. 2. Aplikasi Tampilan

Gambar

Gambar 2.12. arsitektur kolonial dan tradisional Jawa (sumber: dokumentasi pribadi 2009)
Gambar 2.14. Panggung teater tertutup (Sumber: www.wikipedia.com 2009)
Gambar 2.19. Gedung sekretariat (Sumber: www.wikipedia.com 2009)
Tabel 2.2. Kelompok fasilitas yang disediakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perangkat keras yang digunakan dalam membangun sistem ini diantaranya adalah Raspberry Pi model B sebagai komponen utama dimana tersimpan semua data yang digunakan dalam sistem

Hasil KLT-Bioautografi komponen kimia yang memiliki aktivitas antimikroba dari hasil fraksi ekstrak n-heksan daun botto‟-botto‟ ( Chromolaena odorata L.) adalah fraksi

Penelitian Sintesis dan Karakterisasi Material Berpori Berbasis Mineral Silikat sebagai Penyaring Molekul merupakan kegiatan dalam rangka mensisntesis nano partikel silika

Memberi kuasa dan wewenang kepada Direksi Perseroan (dengan persetujuan Dewan Komisaris), jika keadaan keuangan Perseroan memungkinkan, untuk menetapkan dan membayar

Barat, Kotawaringin Timur, Sukamara, Barito Utara, Murung Raya, Kapuas, dan

Untuk melihat kemampuan tersebut digunakan beberapa indikator yaitu (1) menyajikan pernyataan matematika melalui gambar, (2) menemukan pola atau sifat dari gejala

Untuk siswa kelompok KAM bawah, 68% sudah memahami hubungan antar topik matematika, namun hanya 26% yang mampu mengenali representasi ekuivalen dari konsep yang sama dan