| III-1
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN
BAB III
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA
STRATEGIS INFRASTRUKTUR
BIDANG CIPTA KARYA
3.1 ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG
Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, konsep
perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai
peraturan perundangan dan amanat perencanaan pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan
pembangunan permukiman, Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota perlu memahami arahan
kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan Bidang
Cipta Karya.
Gambar 3.1 memaparkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, yang
membagi amanat pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dalam 4 (empat) bagian, yaitu amanat
penataan ruang/spasial, amanat pembangunan nasional dan direktif presiden, amanat pembangunan
Bidang Pekerjaan Umum, serta amanat internasional.Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur
Bidang Cipta Karya dihadapkan pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim,
kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan, pengarusutamaan gender, serta green
economy. Disamping isu umum, terdapat juga permasalahan dan potensi pada masingmasing daerah,
sehingga dukungan seluruh stakeholders pada penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya sangat diperlukan.
3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
A. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005- 2025
RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan dokumen perencanaan
pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan
| III-2
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN
dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”. Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam pembangunan bidang Cipta
Karya, yaitu:
a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan penyediaan air minum
dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta
kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan
jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan
melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu
dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan.
b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka Pemenuhan kebutuhan
dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas
pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan
kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan
air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber
pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.
c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah
terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi
seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan
lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran
swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk
proyek-proyek yang bersifat komersial.
d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan RPJMN, yaitu:
▪ RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui percepatan
pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan
dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan permukiman.
▪ RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat terus
meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan
berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa
permukiman kumuh.
▪ RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana
| III-3
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN Gambar 3.1
Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
B. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019
RPJMN 2015-2019 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015,menyebutkan
bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan dengan mendorong partisipasi masyarakat Dalam
rangka pemenuhan hak dasar untuk tempat tinggal dan lingkungan yang layak sesuai dengan UUD 1945
Pasal 28H, pemerintah memfasilitasi penyediaan perumahan bagi masyarakat berpendapatan rendah serta
memberikan dukungan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, seperti air minum, air
limbah, persampahan dan drainase.
Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai
berikut:
1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen;
2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia;
3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;
4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat air dan
simpan air secara nasional;
5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung;
6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah
a. dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar;
7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap
| III-4
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN Sasaran pembangunan perkotaan yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Pembangunan 5 kawasan metropolitan baru di luar Pulau Jawa-Bali sebagai Pusat Kegiatan Nasional
(PKN) yang diarahkan menjadi pusat investasi dan penggerak pertumbuhan ekonomi bagi wilayah
sekitarnya guna mempercepat pemerataan pembangunan di luar Pulau Jawa;
2. Peningkatan peran dan fungsi sekaligus perbaikan manajemen pembangunan di 7 kawasan perkotaan
metropolitan yang sudah ada untuk diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berskala
global guna meningkatkan daya saing dan kontribusi ekonomi;
3. Pengembangan sedikitnya 20 kota otonom di luar Pulau Jawa – Bali khususnya di KTI yang
diarahkan sebagai pengendali (buffer) arus urbanisasi ke Pulau Jawa yang diarahkan sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya serta menjadi percotohan (best practices) perwujudan
kota berkelanjutan;
4. Pembangunan 10 kota baru publik yang mandiri dan terpadu di sekitar kota atau kawasan perkotaan
metropolitan yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah serta
diarahkan sebagai pengendali (buffer) urbanisasi di kota atau kawasan perkotaan metropolitan;
5. Perwujudan 39 pusat pertumbuhan baru perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW).
Sasaran pembangunan perkotaan yang didukung oleh infrastruktur permukiman bidang Cipta Karya yakni
diprioritaskan pada: 5 Kawasan Metropolitan Baru, 7 Kawasan Metropolitan Eksisting, 20 Kota Sedang,
39 Pusat Pertumbuhan Baru, 10 Kota Baru.
10 Kota Baru 20 Kota Sedang 7 Kawasan Metropolitan
Eksisting
39 Pusat Pertumbuhan
Baru 5 Kawasan
Metropolitan Baru
Gambar 3.2
| III-5
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN C. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan pertumbuhan ekonomi 7-9
persen per tahun, Pemerintah menyusun Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI) yang ditetapkan melalui Perpres No. 32 Tahun 2011. Dalam dokumen tersebut
pembangunan setiap koridor ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan masing-masing dengan
prioritas pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen Cipta Karya diharapkan dapat
mendukung penyediaan infrastruktur permukiman pada KPI Prioritas untuk menunjang kegiatan
ekonomi di kawasan tersebut. Kawasan Perhatian Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah adalah satu
atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih
faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi,
pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor
konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.
Gambar 3.3 Peta Koridor MP3EI
D. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan Indonesia
Sesuai dengan agenda RPJMN 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu diimbangi dengan
upaya pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Untuk itu, telah ditetapkan Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan Indonesia (MP3KI) d imana semua upaya
penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk mempercepat laju penurunan angka kemiskinan dan
memperluas jangkauan penurunan tingkat kemiskinan di semua daerah dan di semua kelompok
masyarakat. Dalam mencapai misi penanggulangan kemiskinan pada tahun 2025, MP3KI bertumpu pada
| III-6
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN
a. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh, terintegrasi,dan mampu
melindungi masyarakat dari kerentanan dan goncangan,
b. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan sehingga dapat terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di masa mendatang,
c. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) masyarakat miskin dan
rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan di tingkat lokal dan regional dengan
memperhatikan aspek.
Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan penting dalam
pelaksanaan MP3KI, terutama terkait dengan pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat
(PNPM-Perkotaan/P2KP, PPIP, Pamsimas, Sanimas dsb) serta Program Pro Rakyat.
E. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
UU No. 39 tahun 2009 menjelaskan bahwa kawasan ekonomi khusus adalah kawasan dengan batas
tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui
penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk
menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi
tinggi dan daya saing internasional. Di samping zona ekonomi, KEK juga dilengkapi zona fasilitas
pendukung dan perumahan bagi pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal ini diharapkan dapat mendukung
infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut sehingga menunjang kegiatan ekonomi di KEK.
F. Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan
Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh Kementerian, Gubernur,
Walikota/Bupati, untuk menjalankan program pembangunan berkeadilan yang meliputi Program pro
rakyat, Keadilan untuk semua, dan Program Pencapaian MDGs. Ditjen Cipta Karya memiliki peranan
penting dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat terutama program air bersih untuk rakyat dan program
peningkatak\n kehidupan masyarakat perkotaan. Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta
Karya berperan dalam peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta
pengurangan permukiman kumuh.
3.1.2 Arahan Penataan Ruang
Bagian ini berisikan arahan RTRW Nasional (PP No.26 Tahun 2008), RTRW Pulau, RTRW
| III-7
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN
RTRW Nasional, RTRW Pulau, RTRW Provinsi, maupun RTRW KSN yang terkait dengan
kabupaten/kota setempat dipaparkan pada bagian ini. Tidak hanya memaparkan arahan kebijakan
spasial, bagian ini juga memaparkan kedudukan kota pada rencana pengembangan MP3EI dan KEK.
(jika termasuk dalam KPI, MP3EI dan atau kawasan pengembangan KEK
3.1.2.1 Arahan Stratetegis RTRW Nasional (PP No. 26 Tahun 2008)
A. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Di dalam rencana tata ruang wilayah nasional, provinsi Kalimantan tengah didalam
arahan sistem perkotaan nasional-nya terdapat pusat kegiatan nasional (PKN) yakni Kota
Palangkaraya. Pusat kegiatan nasional adalah kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi
sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala
nasional atau yang melayani beberapa provinsi; dan/atau kawasan perkotaan yang berfungsi atau
berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
Sedangkan pusat kegiatan wilayah diantaranya ditetapkan di Kuala Kapuas, Pangkalan
Bun, Buntok, Muarateweh, dan Sampit. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang
mendukung PKN; kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau kawasan
perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala
provinsi atau beberapa kabupaten. Untuk Kabupaten Seruyan sendiri, belum masuk dalam
pengembangan sistem perkotaan tata ruang nasional. Namun kabupaten ini mendukung PKW
pengembangan perkotaan PKW Pangkalan Bun dan Sampit. Pusat Kegiatan Strategis Nasional
| III-8
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN
Sumber: PP 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN
Gambar 3.4
Sistem Perkotaan Nasional di Provinsi Kalimantan Tengah
B. Kawasan Strategis Nasional (KSN)
KSN yang terkait langsung dengan wilayah pengembangan Kabupaten Seruyan adalah
Kawasan Taman Nasional Tanjung Putting, dengan arahan pengembangan Rehabilitasi dan
Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Lingkungan Hidup;
Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan. Selain itu terdapat beberapa kawasan strategis nasional
lainnya yang meliputi :
1. Kawasan Perbatasan Darat RI dan Jantung Kalimantan (Heart of Borneo) (Provinsi
| III-9
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN
2. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Daerah Aliran Sungai Kahayan Kapuas dan
Barito (Provinsi Kalimantan Tengah) (I/A/2).
C. Kawasan Lindung Nasional
Beberapa kawasan lindung nasional yang berada di Kalimantan Tengah meliputi Suaka
Margasatwa Sungai Lamandau (Kabupaten Kotawaringin Barat dan dan Kabupaten Sukamara);
Cagar Alam Bukit Sapat Hawung (Kab. Murung Raya); Cagar Alam Bukit Tangkiling (Kota
Palangkaraya); dan Cagar Alam Pararawen (Kabupaten Barito Utara). Kesemua kawasan lindung
nasional tersebut tidak berada dalam pengembangan wilayah Kabupaten Seruyan. Selain itu juga
terdapat Taman Nasional Bukit Baka – Bukit Raya (Kalimantan Barat – Kalimantan Tengah);
Taman Nasional Tanjung Puting (Kabupaten Seruyan – Kabupaten Kotawaringin Barat);
Taman Nasional Sebangau (Kabupaten Katingan). Taman Wisata Alam Tanjung Keluang/Teluk
Keluang (Kabupaten Kotawaringin Barat).
Dari kesemua kawasan lindung nasional yang ditetapkan, terdapat 1 (satu) kawasan
lindung nasional yang terkait dengan pengembangan wilayah Kabupaten Seruyan yakni TN
Tanjung Putting dengan arahan program berupa Rehabilitasi dan Pemantapan Fungsi Kawasan
Lindung Nasional (I/A/4).
3.1.2.2 Arahan Strategis Pulau Kalimanatan (RTR Pulau)
A. Sistem Perkotaan Nasional
Strategi operasionalisasi perwujudan sistem perkotaan nasional terkait dengan wilayah
Kabupaten Seruyan secara regional yakni PKN Palangkaraya, PKW Kuala Kapuas, PKW
Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Muara Teweh, dan PKW Sampit. Beberapa strategi
operasionalisasi yang diarahkan meliputi:
1. Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan hasil pertambangan
mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah
industri terpadu yaitu pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara, serta
minyak dan gas bumi di PKW Muara Teweh, PKW Tanjung Redeb, PKW Sangata,
PKW/PKSN Nunukan, PKW Tanjung Selor, PKW Malinau, dan PKW Tanah Grogot.
2. Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan lanjut dan industri jasa
| III-10
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN
a. pusat industri hilir pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet di PKN
Palangkaraya, PKN Banjarmasin, dan PKN Kawasan Perkotaan
Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang; dan
b. pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet di PKW Singkawang,
PKW Sambas, PKW Ketapang, PKW Putussibau, PKW/PKSN Entikong, PKW Sanggau,
PKW Sintang, PKW Kuala Kapuas, PKW Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW
Muara Teweh, PKW Sampit, PKW Amuntai, PKW Martapura, PKW Marabahan, PKW
Kotabaru, PKW Sangata, PKW/PKSN Nunukan, PKW Tanjung Selor, PKW Tanah
Grogot, PKW Sendawar, PKW Malinau, PKSN Simanggaris, PKSN Long Midang, dan
PKSN Long Pahangai.
3. Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan hasil hutan yang berdaya
saing dan ramah lingkungan meliputi:
a. pusat industri hilir pengolahan hasil hutan di PKN Palangkaraya dan PKN Kawasan
Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang; dan
b. pusat pengolahan hasil hutan di PKW Ketapang, PKW Putussibau, PKW/PKSN Entikong,
PKW Sanggau, PKW Sintang, PKW Kuala Kapuas, PKW Pangkalan Bun, PKW
Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Sampit, PKW Tanjung Redeb, PKW Sangata,
PKW/PKSN Nunukan, PKW Tanjung Selor, PKW Malinau, PKW Tanlumbis, dan PKW
Sendawar.
4. Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil
pertanian tanaman pangan dilakukan di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN
Banjarmasin, PKW Mempawah, PKW Singkawang, PKW Sambas, PKW Ketapang,
PKW/PKSN Entikong, PKW Sanggau, PKW Sintang, PKW Kuala Kapuas, PKW
Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Sampit, PKW Amuntai,
PKW Martapura, PKW Marabahan, dan PKW Kotabaru.
5. Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil
perikanan yang ramah lingkungan dilakukan di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN
Banjarmasin, PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang, PKN
Tarakan, PKW Mempawah, PKW Singkawang, PKW Sambas, PKW Ketapang, PKW
Sanggau, PKW Sintang, PKW Pangkalan Bun, PKW Kuala Kapuas, PKW Martapura,
PKW Marabahan, PKW Kotabaru, PKW Tanjung Redeb, PKW/PKSN Nunukan, PKW
Tanjung Selor, dan PKW Sangata.
6. Pengembangan PKN, PKW, dan PKSN sebagai pusat pengembangan ekowisata dan wisata
| III-11
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN
a. pusat pengembangan ekowisata di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN
Banjarmasin, PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang, PKW
Putussibau, PKW Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Kotabaru, PKW Tanjung Redeb,
PKW Tanjung Selor, PKW Malinau, PKW Tanah Grogot, PKSN Nanga Badau, PKSN
Long Midang, PKSN Long Pahangai, dan PKSN Long Nawang; dan
b. pusat pengembangan wisata budaya di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN
Banjarmasin, PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang, PKW
Mempawah, PKW Putussibau, PKW Sintang, PKW Amuntai, PKW Sangata, PKW/PKSN
Nunukan, dan PKW Sendawar.
7. Pengembangan pusat kegiatan ekonomi di PKN dan PKW yang berdekatan/menghadap
badan air dilakukan di PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, PKN
Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang, PKW Mempawah, PKW
Sambas, PKW Ketapang, PKW Putussibau, PKW Sanggau, PKW Sintang, PKW Kuala
Kapuas, PKW Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Sampit,
PKW Martapura, PKW Marabahan, PKW Tanjung Redeb, PKW Sangata, PKW Tanjung
Selor, dan PKW Tanah Grogot.
8. Pengembangan jaringan drainase di PKN dan PKW yang terintegrasi dengan sungai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i meliputi pengembangan jaringan drainase di:
a. PKN Palangkaraya yang terintegrasi dengan Sungai Kahayan;
b. PKW Kuala Kapuas yang terintegrasi dengan Sungai Kapuas dan Sungai Kahayan;
c. PKW Pangkalan Bun yang terintegrasi dengan Sungai Lamandau;
d. PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Martapura, dan PKW Marabahan yang
terintegrasi dengan Sungai Barito;
e. PKW Sampit yang terintegrasi dengan Sungai Mentaya;
9. Penataan kawasan perkotaan yang adaptif terhadap ancaman bencana banjir dilakukan di
PKN Pontianak, PKN Palangkaraya, PKN Banjarmasin, PKN Kawasan Perkotaan
Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang, PKW Mempawah, PKW Sambas, PKW
Ketapang, PKW Putussibau, PKW Sanggau, PKW Sintang, PKW Kuala Kapuas, PKW
Pangkalan Bun, PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Sampit, PKW Martapura,
PKW Marabahan, PKW Tanjung Redeb, PKW Sangata, PKW Tanjung Selor, dan PKW
Tanah Grogot.
10. Pengendalian perkembangan fisik PKN dan PKW untuk kelestarian lahan pertanian pangan
| III-12
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN
Raya, PKN Banjarmasin, PKN Kawasan Perkotaan
Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang, PKW Putussibau, dan PKW Malinau.
B. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya
Strategi operasionalisasi kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya meliputi:
1. Pemertahanan luasan dan pelestarian kawasan bergambut untuk menjaga sistem tata air
alami dan ekosistem kawasan dilakukan pada kawasan bergambut di Kabupaten Sambas,
Kabupaten Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten
Ketapang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan,
Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten
Barito Selatan, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Kutai
Timur, Kabupaten Bulungan, dan Kabupaten Nunukan.
2. Pemertahanan dan peningkatan fungsi kawasan resapan air, khususnya pada hulu sungai
dilakukan pada hulu Sungai Barito, hulu Sungai Kahayan, hulu Sungai Katingan, hulu
Sungai Kapuas, hulu Sungai Melawi, hulu Sungai Seruyan, hulu Sungai Sesayap, hulu
Sungai Sembakung, hulu Sungai Berau, hulu Sungai Kayan dan hulu Sungai Mahakam.
3. Pengendalian kegiatan pemanfaatan ruang di kawasan resapan air dilakukan pada hulu
Sungai Barito, hulu Sungai Kahayan, hulu Sungai Katingan, hulu Sungai Kapuas, hulu
Sungai Melawi, hulu Sungai Seruyan, hulu Sungai Sesayap, hulu Sungai Sembakung, hulu
Sungai Berau, hulu Sungai Kayan, dan hulu Sungai Mahakam.
C. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Setempat
Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan yang memberikan perlindungan setempat
meliputi:
1. Pengendalian perkembangan kawasan terbangun yang mengganggu dan/atau merusak fungsi
sempadan sungai dilakukan di sempadan Sungai Seruyan di WS Seruyan;
2. Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan sekitar danau atau waduk yang berpotensi
mengganggu dan/atau merusak fungsi kawasan sekitar danau atau waduk sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c dilakukan pada:
✓ kawasan sekitar Danau Sentarum (Kabupaten Kapuas Hulu), Danau Bekuan (Kabupaten
Kapuas Hulu), Danau Belida (Kabupaten Kapuas Hulu), Danau Genali (Kabupaten
| III-13
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN
Sungai Selatan dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah), Danau Bitin (Kabupaten Hulu
Sungai Utara), Danau Cembulu (Kabupaten Seruyan), Danau Ganting (Kabupaten
Barito Selatan), Danau Bambenan (Kabupaten Barito Selatan), Danau Limut (Kabupaten
Barito Selatan), Danau Mepara (Kabupaten Barito Selatan), Danau Raya (Kabupaten
Barito Selatan), Danau Gatel (Kabupaten Kotawaringin Barat), Danau Kenamfui
(Kabupaten Kotawaringin Barat), Danau Terusan (Kabupaten Kotawaringin Barat),
Danau Jempang (Kabupaten Kutai Barat), Danau Melintang (Kabupaten Kutai
Kartanegara), Danau Semayang (Kabupaten Kutai Kartanegara), Danau Sembuluh
(Kabupaten Seruyan), dan Danau Tete (Kabupaten Barito Utara).
D. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam Dan Cagar Budaya
Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar
budaya meliputi :
1. Pemertahanan dan rehabilitasi luasan suaka margasatwa, cagar alam, taman nasional, taman
hutan raya, dan taman wisata alam dilakukan pada:
a. Taman Nasional Betung Kerihun (Kabupaten Kapuas Hulu), Taman Nasional Danau
Sentarum (Kabupaten Kapuas Hulu), Taman Nasional Gunung Palung (Kabupaten
Kayong Utara dan Kabupaten Ketapang), Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya
(Kabupaten Melawi, Kabupaten Sintang, dan Kabupaten Katingan), Taman Nasional
Tanjung Putting (Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Seruyan), Taman
Nasional Sebangau (Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau, dan Kota
Palangkaraya, Taman Nasional Kayan Mentarang (Kabupaten Malinau, Kabupaten
Nunukan, dan Kabupaten Bulungan), dan Taman Nasional Kutai (Kabupaten Kutai
Timur, Kabupaten Kutai Kartanegara, dan Kota Bontang);
b. Taman Nasional Betung Kerihun (Kabupaten Kapuas Hulu), Taman Nasional Danau
Sentarum (Kabupaten Kapuas Hulu), Taman Nasional Gunung Palung (Kabupaten
Kayong Utara-Kabupaten Ketapang), Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya
(Kabupaten Melawi-Kabupaten Sintang-Kabupaten Katingan), Taman Nasional
Tanjung Puting (Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Seruyan), Taman
Nasional Sebangau (Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau dan Kota
Palangkaraya), Taman Nasional Kayan Mentarang (Kabupaten Malinau, Kabupaten
Nunukan dan Kabupaten Bulungan), dan Taman Nasional Kutai (Kabupaten Kutai
| III-14
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN
2. Pemertahanan kawasan pantai berhutan bakau di wilayah pesisir untuk perlindungan pantai
dan kelestarian biota laut dilakukan pada kawasan pantai berhutan bakau di wilayah pesisir
Kabupaten Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten
Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin
Timur, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten
Kotabaru, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten
Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Berau,
Kabupaten Bulungan, dan Kabupaten Nunukan.
E. Kawasan Rawan Bencana Alam
Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan rawan bencana alam dilakukan dengan
mengembangkan jaringan drainase yang terintegrasi dengan sungai pada kawasan perkotaan yang
rawan banjir.
1. Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun pada kawasan rawan bencana
alam geologi dilakukan pada:
a. kawasan rawan gerakan tanah di Kabupaten Melawi, Kabupaten Sintang, Kabupaten
Kapuas Hulu, Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Lamandau, Kota
Balikpapan, Kabupaten Kutai Barat, Kota Bontang, Kabupaten Sangata, Kota Samarinda,
Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Balangan, Kabupaten
Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Laut,
Kabupaten Kotabaru, dan Kabupaten Tanah Bumbu; dan
2. Penyelenggaraan upaya mitigasi dan adaptasi bencana melalui penetapan lokasi dan jalur
evakuasi bencana, pembangunan prasarana dan sarana pemantauan bencana, serta penetapan
standar bangunan gedung untuk mengurangi dampak akibat bencana alam geologi dilakukan
pada:
a. kawasan rawan gerakan tanah di Kabupaten Melawi, Kabupaten Sintang, Kabupaten
Kapuas Hulu, Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Lamandau, Kota
Balikpapan, Kabupaten Kutai Barat, Kota Bontang, Kabupaten Sangata, Kota Samarinda,
Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Balangan, Kabupaten
Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Laut,
Kabupaten Kotabaru, dan Kabupaten Tanah Bumbu; dan
b. Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun pada kawasan imbuhan air
tanah dilakukan pada kawasan imbuhan air tanah di CAT Paloh (Kabupaten Sambas dan
| III-15
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN
Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Negara Malaysia), CAT
Palangkaraya-Banjarmasin (Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten
Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Katingan,
Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten
Gunung Mas, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Timur, Kota Palangkaraya,
Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tapin, Kabupaten Barito Kuala,
Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu
Sungai Utara, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kota Banjarmasin dan Kota
Banjar Baru), CAT Muarapayang (Kabupaten Barito Utara dan Kabupaten Paser), dan
CAT Muara Lahai (Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Murung Raya, dan Kabupaten
Barito Utara).
F. Kawasan Lindung Lainnya
Strategi operasionalisasi perwujudan pengelolaan kawasan lindung lainnya meliputi:
1. koridor ekosistem bekantan, gabon, gajah, dan orang utan yang menghubungkan
antarekosistem dataran rendah, yaitu:
a. koridor ekosistem yang menghubungkan Suaka Margasatwa Lamandau (Kabupaten
Kotawaringin Barat dan Kabupaten Sukamara), Cagar Alam Gunung Raya Pasi (Kota
Singkawang dan Kabupaten Bengkayang), Taman Nasional Gunung Palung (Kabupaten
Kayong Utara dan Kabupaten Ketapang), Taman Nasional Tanjung Puting
(Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Seruyan), dan Taman Wisata Alam
Tanjung Keluang (Kabupaten Kotawaringin Barat);
2. Pengendalian pemanfaatan ruang kegiatan budi daya dengan prinsip berkelanjutan pada
kawasan yang merupakan kawasan koridor ekosistem dilakukan pada:
a. Suaka Margasatwa Lamandau (Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten
Sukamara), Cagar Alam Gunung Raya Pasi (Kota Singkawang dan Kabupaten
Bengkayang), Taman Nasional Gunung Palung (Kabupaten Kayong Utara dan Kabupaten
Ketapang), Taman Nasional Tanjung Puting (Kabupaten Kotawaringin Barat dan
Kabupaten Seruyan), dan Taman Wisata Alam Tanjung Keluang (Kabupaten
Kotawaringin Barat);
3. Pengembangan prasarana yang ramah lingkungan sebagai pendukung koridor ekosistem
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e dilakukan pada:
| III-16
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN
i. Suaka Margasatwa Lamandau (Kabupaten Kotawaringin Barat-Kabupaten
Sukamara), Cagar Alam Gunung Raya Pasi (Kota Singkawang dan Kabupaten
Bengkayang), Taman Nasional Gunung Palung (Kabupaten Kayong Utara dan
Kabupaten Ketapang), Taman Nasional Tanjung Puting (Kabupaten
Kotawaringin Barat dan Kabupaten Seruyan), dan Taman Wisata Alam
Tanjung Keluang (Kabupaten Kotawaringin Barat);
G. Kawasan Budi Daya Strategis Nasional
Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis
nasional terdiri atas strategi operasionalisasi perwujudan:
1. kawasan peruntukan hutan;
2. kawasan peruntukan pertanian;
3. kawasan peruntukan perikanan;
4. kawasan peruntukan pertambangan;
5. kawasan peruntukan industri;
6. kawasan peruntukan pariwisata; dan
7. kawasan peruntukan permukiman.
Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan hutan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 48 huruf a meliputi:
1. Pengembangan kawasan peruntukan hutan yang didukung dengan industry pengolahan
dengan prinsip berkelanjutan dilakukan pada kawasan peruntukan hutan di Kabupaten
Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten
Sanggau, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas
Hulu, Kabupaten Melawi, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten
Lamandau, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan,
Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten
Gunung Mas, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Utara,
Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu
Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar,
Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Paser,
Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara,
Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Berau, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan
| III-17
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN
2. Pemertahanan kelestarian keanekaragaman hayati tumbuhan dan satwa endemik kawasan
dengan meningkatkan fungsi ekologis di kawasan peruntukan hutan dilakukan pada kawasan
peruntukan hutan di Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Landak,
Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Sekadau,
Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Melawi, Kabupaten Kayong Utara,
Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Sukamara, Kabupaten
Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten
Katingan, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Kapuas, Kabupaten
Murung Raya, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Tabalong,
Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu Sungai
3. Pengendalian perubahan peruntukan dan/atau fungsi kawasan peruntukan hutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan pada kawasan peruntukan hutan di Kabupaten
Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten
Sanggau, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas
Hulu, Kabupaten Melawi, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten
Lamandau, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan,
Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten
Gunung Mas, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Utara,
Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu
Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar,
Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Paser,
Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara,
Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Berau, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan
Kabupaten Malinau.
Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan perikanan dilakukan di :
1. Pengembangan kegiatan perikanan budi daya dengan memperhatikan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan pada
kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Sambas, Kabupaten Pontianak, Kota
Singkawang, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Sukamara,
Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kapuas, Kota
Banjarmasin, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Kotabaru,
Kabupaten Penajam Paser Utara, Kota Samarinda, Kabupaten Kutai Timur, dan Kabupaten
| III-18
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan pertambangan dilakukan di:
1. Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas
bumi dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup meliputi:
a. kawasan peruntukan pertambangan mineral di Kabupaten Pontianak, Kabupaten Landak,
Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Ketapang,
Kabupaten Sambas, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Melawi, Kabupaten Kayong Utara,
Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Banjar, Kabupaten Banjarbaru, Kota Martapura,
Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Tanah Laut,
Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Kotabaru,
Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Kotawaringin Barat,
Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten
Sukamara, Kota Palangkaraya, Kabupaten Gunung Mas, Kota Muara Teweh, Kabupaten
Barito Selatan, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Kapuas,
Kabupaten Paser, Kabupaten Berau, Kota Samarinda, Kabupaten Kutai Kartanegara,
Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Bulungan, Kabupaten
Malinau, dan Kota Balikpapan;
b. kawasan peruntukan pertambangan batubara di Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas
Hulu, Kabupaten Melawi, Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten
Landak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Murung Raya,
Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten
Sukamara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten
Seruyan, Kabupaten Katingan, Kota Palangkaraya, Kabupaten Kapuas, Kabupaten
Barito Kuala, Kabupaten Malinau,
2. Pengendalian perkembangan kawasan pertambangan yang mengganggu kawasan berfungsi
lindung meliputi:
a. kawasan peruntukan pertambangan mineral di Kabupaten Pontianak, Kabupaten Landak,
Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Ketapang,
Kabupaten Sambas, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Melawi, Kabupaten Kayong Utara,
Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Banjar, Kabupaten Banjarbaru, Kota Martapura,
Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Tanah Laut,
Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Kotabaru,
Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Kotawaringin Barat,
| III-19
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN
Sukamara, Kota Palangkaraya, Kabupaten Gunung Mas, Kota Muara Teweh, Kabupaten
Barito Selatan, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Kapuas,
Kabupaten Paser, Kabupaten Berau, Kota Samarinda, Kabupaten Kutai Kartanegara,
Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Bulungan, Kabupaten
Malinau, dan Kota Balikpapan;
b. kawasan peruntukan pertambangan batubara di Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas
Hulu, Kabupaten Melawi, Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten
Landak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Murung Raya,
Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten
Sukamara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten
Seruyan, Kabupaten Katingan, Kota Palangkaraya, Kabupaten Kapuas, Kabupaten
Barito Kuala, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Bulungan,
Kabupaten Berau, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten
Kutai Barat, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Paser, Kabupaten Tarakan,
Kota Bontang, Kota Samarinda, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten
Kotabaru, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Banjar,
Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Utara,
Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dan Kota Banjarbaru; dan
3. Pelaksanaan reklamasi dan kegiatan pasca tambang pada kawasan peruntukan pertambangan
untuk memulihkan kualitas lingkungan dan ekosistem sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c dilakukan pada:
a. kawasan peruntukan pertambangan mineral di Kabupaten Pontianak, Kabupaten Landak,
Kota Tayan, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang,
Kabupaten Ketapang, Kabupaten Sambas, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Melawi,
Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Banjar, Kabupaten
Banjarbaru, Kota Martapura, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tabalong,
Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Hulu Sungai Tengah,
Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Lamandau, Kabupaten
Kotawaringin Barat, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten
Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kota Palangkaraya, Kabupaten Gunung Mas, Kota
Muara Teweh, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Murung
Raya, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Paser, Kabupaten Berau, Kota Samarinda,
Kabupaten Kutai Kertanegara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Barat,
| III-20
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN
b. kawasan peruntukan pertambangan batubara di Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas
Hulu, Kabupaten Melawi, Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten
Landak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Murung Raya,
Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten
Sukamara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten
Seruyan, Kabupaten Katingan, Kota Palangkaraya, Kabupaten Kapuas, Kabupaten
Barito Kuala, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Bulungan,
Kabupaten Berau, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten
Kutai Barat, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Paser, Kabupaten Tarakan,
Kota Bontang, Kota Samarinda, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten
Kotabaru, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Banjar,
Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Utara,
Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dan Kota Banjarbaru.
Kawasan andalan terdiri atas kawasan andalan dengan sektor unggulan kehutanan,
pertanian, perkebunan, perikanan, pertambangan, industri, dan pariwisata. Strategi
operasionalisasi perwujudan kawasan andalan terdiri atas strategi operasionalisasi perwujudan:
1. kawasan andalan dengan sektor unggulan kehutanan;
2. kawasan andalan dengan sektor unggulan pertanian;
3. kawasan andalan dengan sektor unggulan perkebunan;
4. kawasan andalan dengan sektor unggulan perikanan;
5. kawasan andalan dengan sektor unggulan pertambangan;
6. kawasan andalan dengan sektor unggulan industri; dan
| III-21
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN Table III.1
Strategi Operasionalisasi Kawasan Andalan Pangkalan Bun-Sampit
No. Kawan Pangkalan
SU Kehutanan; Kab. Seruyan, Kab. Kotawaringin Barat, Kab. Lamandau, Kab. Kotawaringin Timur
• Pengembangan kawasan untuk kegiatan sektor unggulan kehutanan, termasuk kegiatan industri pengolahan hasil hutan, permukiman, serta jaringan prasarana dan sarana.
• Pengendalian perkembangan kegiatan sektor unggulan kehutanan yang mengganggu fungsi ekologis hutan
• Peningkatan keterkaitan pusat kegiatan sektor unggulan kehutanan dengan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan kehutanan, yang terlayani terutama oleh pelabuhan
SU Pertanian; Kab. Seruyan, Kab. Kotawaringin Barat, Kab. Lamandau, Kab. Kotawaringin Timur
• Pengembangan kawasan untuk kegiatan sektor unggulan pertanian, termasuk kegiatan industri pengolahan hasil pertanian, permukiman, serta jaringan prasarana dan sarana;
• Pengendalian alih fungsi lahan pada kawasan andalan dengan sektor unggulan pertanian
• Peningkatan keterkaitan pusat kegiatan pertanian pada kawasan andalan dengan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan pertanian, yang terlayani terutama oleh pelabuhan
SU Perkebunan; Kab. Seruyan, Kab. Kotawaringin Barat, Kab. Lamandau, Kab. Kotawaringin Timur
• Pengembangan kawasan untuk kegiatan sektor unggulan perkebunan, termasuk kegiatan industri pengolahan hasil perkebunan, permukiman, serta jaringan prasarana dan sarana
• Peningkatan keterkaitan pusat kegiatan perkebunan dengan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan perkebunan, yang terlayani terutama oleh pelabuhan
SU Perikanan; Kab. Seruyan, Kab. Kotawaringin Barat, Kab. Lamandau, Kab. Kotawaringin Timur
• Pengembangan kawasan untuk kegiatan sektor unggulan perikanan, termasuk kegiatan industri pengolahan hasil perikanan, permukiman, serta jaringan prasarana dan sarana
| III-22
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN
sebagai pusat pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan perikanan yang terlayani terutama oleh bandar udara dan/atau pelabuhan
SU Pertambangan; Kab. Seruyan, Kab. Kotawaringin Barat, Kab. Lamandau, Kab. Kotawaringin Timur
• Peningkatan keterkaitan pusat kegiatan pertambangan dengan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan pertambangan yang terlayani terutama oleh pelabuhan
SU Industri; dan Kab. Seruyan, Kab. Kotawaringin Barat, Kab. Lamandau, Kab. Kotawaringin Timur
• Pengembangan kawasan untuk kegiatan industri dan permukiman, serta jaringan prasarana dan sarana
• Peningkatan keterkaitan antarpusat kegiatan industri dan keterkaitan pusat kegiatan industri dengan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan industri yang terlayani terutama oleh bandar udara atau pelabuhan SU Pariwisata Kab. Seruyan, Kab.
Kotawaringin Barat, Kab. Lamandau, Kab. Kotawaringin Timur
• Pengembangan kawasan untuk kegiatan sektor unggulan pariwisata, termasuk kegiatan pendukung pariwisata, permukiman, serta jaringan prasarana dan sarana
• meningkatkan keterkaitan antarpusat kegiatan pariwisata serta antara pusat kegiatan pariwisata dengan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan pariwisata, yang terlayani terutama oleh pelabuhan dan/atau bandar udara
Sumber : Perpres No 3/2012 Tentang Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan.
3.1.2.3 Arahan Strategis Rencana Tata Ruang Provinsi (RTRW) Provinsi Kalimantan Tengah
Sistem pusat permukiman di Provinsi Kalimantan Tengah, berdasarkan Perda No 8 Tahun 2003,
menetapkan:
1. Kota Utama, meliputi Kota Palangka Raya, Kota Kuala Kapuas, Kota Sampit, dan Kota
| III-23
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN
2. Kota cepat tumbuh, meliputi Kota Buntok, Muara Teweh, Puruk Cahu, Ampah, Pulang Pisau,
Kasongan, Sukamara, Nanga Bulik, Kuala Pembuang, Tumbang Samba, Kuala Kurun, Tamiang
Layang dan Pagatan;
3. Kota kecamatan yang didorong pertumbuhan dan pengembangannya meliputi Kota Kotawaringin
Lama, Kudangan, Pangkut, Tumbang Sangai, Tumbang Senamang, Samuda, Pelantaran,
Tumbang Jutuh, Bawan, Lampeong, Kandui, Timpah, Bahaur, Palingkau, Dadahup.
Kota kota utama memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Kota Palangka Raya berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Propinsi, Pusat Pendidikan, Kota
Kebudayaan, Pusat Perdagangan dan Jasa;
2. Kota Kuala Kapuas berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Kota Pelabuhan, Kota
Industri, Agropolitan, Pusat Perdagangan dan Jasa;
3. Kota Sampit berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Kota Pelabuhan Laut, Kota
Industri, Pusat Perdagangan dan Jasa;
4. Kota Pangkalan Bun berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Kota Pelabuhan Laut,
Kota Industri, Pusat Perdagangan dan Jasa.
A. Kawasan Cagar Alam dan Suaka Margasatwa
Kawasan cagar alam dan suaka margasatwa meliputi:
a. Cagar Alam Pararawen I dan Pararawen II terletak di Kabupaten Barito Utara;
b. Cagar Alam Bukit Tangkiling terletak di Kota Palangka Raya;
c. Cagar Alam Bukit Sapat Hawung terletak di Kabupaten Murung Raya;
d. Cagar Alam Tumbang Tahai Tangkiling terletak di Kota Palangka Raya;
e. Cagar Alam Air Terjun Molau Besar terletak di Kabupaten Barito Utara;
f. Cagar Alain Bukit Bakitap terletak di Kabupaten Murung Raya;
g. Suaka Margasatwa Sungai Lamandau di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Sukamara.
Suaka Alam Laut dan Perairannya yaitu Suaka Alam Laut Gosong Sanggora di Teluk Kumai
Kecamatan Arut Selatan dan Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat. Taman Nasional
dan Taman Wisata Alam, terdiri dari :
a. Taman Nasional Tanjung Putting terletak di Kabupaten Kotawaringin Barat dan
Kabupaten Seruyan;
| III-24
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN c. Taman Wisata Air Terjun Poran terletak di Kabupaten Barito Utara;
d. Taman Wisata Bukit Tangki1ing terletak di Kota Palangka Raya;
e. Taman Wisata. Tanjong Keluang terletak di Kabupaten Kotawaringin Barat;
f. Taman Wisata Ujung Pandaran di Kabupaten Kotawringin Timur; g. Taman Wisata
Liang Saragih di Kabupaten Barito Timur.
B. Kawasan Pertambangan
Kawasan Pertambangan, terdiri dari :
1. Pertambangan emas terletak di semua kabupaten;
2. Pertambangan batubara terletak di Kabupaten Barito Selatan, Barito Timur, Kotawaringin
Barat, Kotawaringin Timur, Sukamara, Barito Utara, Murung Raya, Kapuas, dan Gunung
Mas;
3. Pertambangan gamping terletak di Kabupaten Kapuas, Barito Selatan, Barito Timur,
Barito Utara, Murung Raya, dan Gunung Mas;
4. Pertambangan granit terletak di semua kabupten dan kota;
5. Pertambangan pasir terletak di semua kabupaten dan kota;
6. Pertambangan minyak bumi terletak di Kabupaten Barito Selatan, Barito Utara, Kapuas,
dan Barito Timur;
7. Pertambangan batu permata dan setengah permata di semua kabupaten dan kota.
C. Kawasan Industri
Kawasan Industri yang diprioritaskan pengembangannya adalah di Kota Pangkalan Bun,
Sampit, Palangka Raya, Pulang Pisau, Kuala Kapuas, Tamiang Layang, Buntok, Muara Teweh,
Puruk Cahu, Kasongan, Sukamara, Nanga Bulik, Kuala Pembuang, dan Kota Kuala Kurun.
D. Kawasan Pariwisata
Kawasan Pariwisata mencakup kawasan yang memiliki potensi besar untuk keperluan
pariwisata di semua kabupaten dan kota.
E. Kawasan Permukiman
Kawasan Permukiman mencakup :
1. Kawasan Permukiman Perkotaan, yaitu kawasan ibukota propinsi, kabupaten, dan
| III-25
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN
2. Kawasan Permukiman Perdesaan, yaitu kawasan permukiman perdesaan di seluruh
desa-desa di Propinsi Kalimantan Tengah;
3. Kawasan Permukiman Rawan Bencana Alam.
F. Sistem Pusat-Pusat Permukiman
Sistem Pusat-Pusat Permukiman di Propinsi Kalimantan Tengah dilihat dalam konteks
wilayah propinsi serta keterkaitannya satu sama lain, baik secara spasial maupun fungsional,
mencakup :
1. Kota Pangkalan Bun berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Pelabuhan Laut
dan Udara, Pusat Industri, Pusat Perdagangan dan Jasa;
2. Kota Sukamara berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Pusat Industri dan
Pusat Perdagangan dan Jasa;
3. Kota Nanga Bulik berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Agro-industri dan
Pusat Perdagangan dan Jasa;
4. Kota Sampit berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Pelabuhan Laut,
Agro-industri Kehutanan, Pusat Perdagangan dan Jasa;
5. Kota Kasongan berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten; Pusat Perdagangan dan
Jasa;
6. Kota Kuala Pembuang berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Pusat
Industri, Agro Polita dan Pusat Perdagangan dan Jasa;
7. Kota Palangka Raya berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Propinsi, Pusat Pendidikan
dan Kebudayan, Pusat Industri serta Pusat Perdagangan dan Jasa;
8. Kota Kuala Kapuas berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Pusat Industri,
Agropolitan, Pusat Perdagangan dan Jasa;
9. Kota Kuala Kurun berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Agro-Industri dan
Pusat Perdagangan dan Jasa;
10. Kota Pulang Pisau berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Pusat AgroIndustri
dan Pusat Perdagangan dan Jasa;
11. Kota Buntok berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Pusat Agro-Industri dan
Pusat Perdagangan dan Jasa;
12. Kota Tamiyang Layang berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, AgroIndustri
dan Pusat Perdagangan dan Jasa;
13. Kota Muara Teweh berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten, Agro-Industri dan
| III-26
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN
14. Kota Puruk Cahu berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten dan Pusat
Perdagangan dan Jasa.
G. Kawasan Prioritas
Kawasan yang diprioritaskan pengembangan atau penaelolaannya adalah:
1. Kawasan perdesaan terpencil, terisolir, dan terbelakang;
2. Kawasan perdesaan di wilayah perbatasan dengan Kalimantan Barat, Kalimantan Timur
dan Kahmantan Selatan,
3. Kawasan Sentra Produksi Pertanian Tanaman Pangim dan Hortiknitura, Perkebunan,
Perikanan, kehewanan dan Kawasan Sentra industri,
4. Kawasan Sekitar jalur jalan Lintas Kalimantan:
5. Kawasan Andalan Sampit dan sekitarnya;
6. Kawasan Andalan Pangkalan Bun dan sekitarnya,
7. Kawasan Andalan Muara Teweh dan sekitarnya;
8. Kawasan Andalan Buntok dan sekitarnya:
9. Kawasan Andalan Kuala Kapuas dan sekitarnya;
10. Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Terpadu (Kapet) DAS KAKAB;
11. Kawasan Taman Nasional Tanjung, Putting;
12. Taman Nasional Bukit Raya Bukit Baka:
13. Suaka Alam Laut Gosona Sanggora di Teluk Kumai.
3.1.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis
Kebijakan Prioritas Direktorat Jenderal Cipta Karya sesuai Amanat RPJMN III Tahun 2015-2019 yakni:
1. Mendukung sistem perkotaan nasional: metropolitan eksisting, metropolitan baru, kota baru, kota
sedang, dan kawasan pusat pertumbuhan baru
2. Mendukung WPS, Pelabuhan Strategis, Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, dan Kawasan
Industri Prioritas
3. Mendukung Kawasan Perbatasan di Kawasan PLBN dan Kawasan Permukiman Perbatasan
4. Mendukung Pengurangan Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan
5. Mendukung Pembangunan SPAM Regional dan SPAM Kota Binaan
6. Mendukung Pembangunan TPA Regional dan ITF
| III-27
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN Gambar 3.5
Keterpaduan Pembangunan
Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, Ditjen Cipta Karya
menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Dareah
Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat melalui program-program
pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan
pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam
hal fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada Pemerintah
Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas
dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan
| III-28
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN Gambar 3.6
Peta Wilayah Pengembangan Strategis Kementerian PUPR 2015-2019
Provinsi Kalimantan Tengah termasuk dalam Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) Nomor 22,
yang meliputi Kota Palangkaraya-Banjarmasin-Batulicin. Selain termasuk dalam WPS, Provinsi
Kalimantan Tengah menjadi salah satu dari 24 Pengembangan Pelabuhan Strategis yakni yang berada di
Kota Sampit. Kemudian juga termasuk dalam 25 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional yakni Tanjung
Puting. Arahan Kebijakan Prioritas Nasional inilah yang menjadi acuan dalam pengembangan
Infrastruktur dalam mendukung aktivitas di dalamnya dan menumbuhkembangkan sektor perekonimian
bagi Provinsi Kalimantan Tengah.
3.1.4 Arahan Rencana Pembangunan Daerah
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Seruyan 2005-2025
merupakan pedoman dalam penyusunan visi, misi dan program Kepala Daerah. RPJPD Kabupaten
Seruyan juga menjadi pedoman penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat
Seruyan dalam pelaksanaan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggungjawab dalam
| III-29
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN
Sebagai sebuah dokumen perencanaan jangka menengah daerah yang merupakan bagian dari
perencanaan jangka panjang Kabupaten Seruyan tahun 2005-2025, maka visi di dalam RPJMD
Kabupaten Seruyan tahun 2013-2018 memiliki keterkaitan terhadap pencapaian visi RPJPD Kabupaten
Seruyan tahun 2005-2025. Dalam rangka menwujudkan Visi Kabupaten Seruyan tahun 2005-2025 yaitu “Terwujudnya Masyarakat Madani Yang Adil dan Sejahtera”, maka misi pembangunan jangka panjang menjadi bagian yang diperhatikan dalam perumusan misi RPJMD tahun 2013-2018.
V i s i
Visi Kabupaten Seruyan tahun 2013-2018 adalah:
“Menembus Keterisolasian Daerah Dari Arus Barang Dan Jasa Serta Arus Informasi,
Menyambung Disparitas Pelayanan Antara Daerah Hilir Dan Daerah Hulu, Guna Mengantar
Masyarakat Seruyan Menjadi Sejahtera Dan Berkeadilan”
Visi Kabupaten Seruyan ini memiliki makna sebagai berikut:
Menembus keterisolasian daerah: memiliki makna bahwa pembangunan diarahkan untuk membuka
akses keseluruh wilayah Seruyan sehingga terjangkau dan memperlancar pergerakan dan distribusi
orang, barang dan jasa.
Menyambung disparitas pelayanan: memiliki makna bahwa pembangunan diarahkan untuk pemerataan
pelayanan baik di daerah hulu dan hilir sehingga tercipta optimalisasi dan keseimbangan pembangunan
yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat.
Sejahtera: memiliki makna bahwa pembangunan dirahkan untuk menciptakan masyarakat yang sehat,
berpendidikan, memiliki daya saing, mampu secara ekonomi dan aman.
Berkeadilan: memiliki makna bahwa pembangunan dilaksanakan secara adil dan bijaksana dengan
memperhatikan potensi yang dimiliki dan memanfaatkannya secara optimal guna kesejahtearaan rakyat.
M i s i
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
Untuk mewujudkan visi tersebut, akan ditempuh melalui misi sebagai berikut:
1. Menciptakan Pemerintahan yang bersih, tidak KKN, efisien, kreatif, inovatif dan profesional.
2. Mendorong iklim investasi yang sehat berbasis pada potensi daerah.
| III-30
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN 4. Menciptakan pendidikan formal dan non formal yang berkualitas dan terakses serta merata.
5. Menyediakan pelayanan kesehatan masyarakat yang berkualitas dan merata.
6. Membangun infrastruktur dan meningkatkan infrastruktur wilayah yang merata hingga menjangkau
pemukiman warga di pedalaman.
7. Meningkatkan, mengembangkan dan memberdayakan potensi sumber daya alam, perkebunan,
kehutanan, pertanian, perikanan, kelautan, peternakan, pertambangan energi, sumber daya mineral
dan keanekaragaman hayati yang berkelanjutan.
8. Meningkatkan kemampuan dan pengembangan pertumbuhan perekonomian rakyat dengan
mendorong pengembangan simpul-simpul ekonomi rakyat utamanya, industri kecil, industri rumah
tangga, perdagangan dan jasa serta koperasi.
9. Membangun sektor pariwisata dengan tetap mengedepankan kearifan budaya lokal masyarakat
Seruyan.
10. Menjamin hak-hak masyarakat dan menciptakan lapangan pekerjaan.
11. Menciptakan kerukunan dan kedamaian serta keharmonisan kehidupan masyarakat Seruyan.
Tujuan dan Sasaran
Tujuan
Tujuan adalah pernyataan-pernyataan tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai visi,
melaksanakan misi dengan menjawab isu strategis daerah dan permasalahan pembangunan daerah.
Rumusan tujuan dan sasaran merupakan dasar dalam menyusun pilihan-pilihan strategi pembangunan dan
sarana untuk mengevaluasi pilihan tersebut.Dengan memperhatikan penjelasan Visi dan Misi
Pembangunan Kabupaten Seruyan periode 2013-2018, maka tujuan pembangunan Kabupaten Seruyan
dirumuskan sebagai berikut:
Tabel III.2
Misi dan Tujuan RPJMD Kabupaten Seruyan
Misi Tujuan
Misi 1 :
Menciptakan pemerintahan yang bersih, tidak KKN, efisien, kreatif, inovatif dan profesional.
Mewujudkan pengelolaan pemerintahan yang transparan, akuntabel, efektif dan efisien.
Misi 2 :
| III-31
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN
Misi Tujuan
pada potensi daerah. wilayah yang memberdayakan masyarakat lokal.
Misi 3:
Menciptakan rasa aman bagi masyarakat. Mewujudkan masyarakat yang tertib hukum dan menghormati hak azasi manusia.
Misi 4:
Menciptakan pendidikan formal dan non formal yang berkualitas dan terakses serta merata.
Meningkatkan cakupan pelayanan dan mutu pendidikan.
Misi 5:
Menyediakan pelayanan kesehatan masyarakat yang berkualitas dan merata.
Meningkatkancakupan pelayanan dan mutu kesehatan masyarakat.
Misi 6:
Membangun infrastruktur dan meningkatkan infrastruktur wilayah yang merata hingga menjangkau pemukiman warga di pedalaman.
1. Meningkatkan akses dan membuka keterisolasian wilayah.
2. Meningkatkanpenyediaaninfrastruktur dasar hingga wilayah pedalaman.
Misi 7:
Meningkatkan, mengembangkan dan memberdayakan potensi sumber daya alam, perkebunan, kehutanan, pertanian, perikanan, kelautan, peternakan, pertambangan energi, sumber daya mineral dan keanekaragaman hayati yang berkelanjutan.
1. Mengoptimalkan pengelolaan potensi dan komoditas unggulan daerah guna peningkatan perekonomian daerah.
2. Meningkatkan kelestarian lingkungan.
Misi 8:
Meningkatkan kemampuan dan pengembangan pertumbuhan perekonomian rakyat dengan mendorong pengembangan simpul-simpul ekonomi rakyat utamanya, industri kecil, industri rumah tangga, perdagangan dan jasa serta koperasi.
1. Meningkatkan nilai tambah dan pendapatan masyarakat.
2. Menjadikan industri kecil, rumah tangga dan koperasi serta Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai penopang perekonomian rakyat.
Misi 9:
Membangun sektor pariwisata dengan tetap mengedepankan kearifan budaya lokal
| III-32
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021KABUPATEN SERUYAN
Misi Tujuan
masyarakat seruyan. pariwisata sekaligus melestarikan budaya lokal.
Misi 10:
Menjamin hak-hak masyarakat dan menciptakan lapangan pekerjaan.
Meningkatkan kualitas kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.
Misi 11:
Menciptakan kerukunan dan kedamaian serta keharmonisan kehidupan masyarakat seruyan.
Mewujudkan karakter masyarakat yang berakhlak mulia, berprestasi, beriman dan bertaqwa.
Sasaran
Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata dalam rumusan yang lebih spesifik dan
terukur. Perumusan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan Kabupaten Seruyan periode 2013-2018
memiliki keterkaitan dengan isu strategis pembangunan Kabupaten Seruyan. Dimana isu strategis
pembangunan Kabupaten Seruyan sebagai hulu dari perencanaan strategis pembangunan untuk kemudian
menjadi titik tolak pelaksanaan pembangunan yang dijabarkan dalam visi, misi, tujuan dan sasaran
pembangunanKabupaten Seruyan periode 2013-2018. Keterkaitan antara isu strategis dan perencanaan
strategis pembangunan Kabupaten Seruyan dalam visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan dijabarkan
di dalam tabel sebagai berikut:
A. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah
Dalam tahap II RPJPD Kabupaten Seruyan Tahun 2005–2025, pembangunan diarahkan pada
pemantapan perubahan struktural secara sosial – ekonomi, sehingga pembangunan akan lebih diarahkan
pada tahapan sebagai berikut:
1. Penguatan kualitas sumberdaya manusia.
2. Pengembangan pertanian berbasis agribisnis dan agroindustri.
3. Pengendalian lingkungan
4. Peningkatan daya saing daerah dalam kemandirian pembangunan.
5. Prasarana dasar pembangunan semakin memiliki peran dalam pemerataan dan mendorong pertumbuhan wilayah.