AKHI
R
3.1 KONSEP PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM DIRJEN CIPTA KARYA
Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman, Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya.
Konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, membagi amanat pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dalam 4 (empat) bagian, yaitu amanat penataan ruang/spasial, amanat pembangunan nasional dan direktif presiden, amanat pembangunan Bidang Pekerjaan Umum, serta amanat internasional.
Gambar 3.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Amanat Penataan
- UU Nomor 20/2001 tentang Rumah Susun - UU Nomor 28/2002 tentang Bangunan Gedung - UU Nomor 18/2008 tentang Pengelolaan
Persampahan
- UU Nomor 7/2004 tentang SDA
- PP Nomor 18/2005 tentang Pengembangan SPAM
- PP 81/2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah sejenis - PP 36/2005 tentang Peraturan
- Standar Pelayanan Minimal Bidang PU dan Penataan Ruang
A.Rencana dan Program Bidang CK B.Pelaksanaan Pembangunan Bidang CK
Permukiman yang
RAN
AKHI
R
Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dihadapkan pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim, kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan, pengarusutamaan gender, serta green economy. Disamping isu umum, terdapat juga permasalahan dan potensi pada masing-masing daerah, sehingga dukungan seluruh stakeholders pada penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya sangat diperlukan.
3.1.1 AMANAT PEMBANGUNAN NASIONAL
Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan nasional karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Cipta Karya berperan penting dalam implementasi amanat kebijakan pembangunan nasional.
A. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU Nomor 17 Tahun 2007, merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”. Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu :
a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan ntuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan
kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan.
AKHI
R
c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.
d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan RPJMN, yaitu:
RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui percepatan
pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan permukiman.
RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat
terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.
RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.
B. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
RPJMN 2010-2014 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan dengan mendorong partisipasi masyarakat Dalam rangka pemenuhan hak dasar untuk tempat tinggal dan lingkungan yang layak sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28H,pemerintah memfasilitasi penyediaan perumahan bagi masyarakat berpendapatan rendah serta memberikan dukungan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, seperti air minum, air limbah, persampahan dan drainase.Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur permukiman pada periode 2010-2014, yaitu:
a. Tersedianya akses air minumbagi 70 % penduduk pada akhir tahun 2014, dengan perincian akses air minum perpipaan 32 persen dan akses air minum non-perpipaan terlindungi 38 %. b. Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga akhir tahun 2014,
RAN
AKHI
R
serta penyediaan akses dan peningkatan kualitas sistem pengelolaan air limbah setempat
(on-site) yang layak bagi 90 % total penduduk.
c. Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 % rumah tangga di daerah perkotaan.
d. Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis perkotaan.
Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi yang memadai, melalui :
a. menyediakan perangkat peraturan di tingkat Pusat dan/atau Daerah, b. memastikan ketersediaan air baku air minum,
c. meningkatkan prioritas pembangunan prasarana dan sarana permukiman,
d. meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air minum, penanganan air limbah, dan pengelolaan persampahan,
e. meningkatkan sistem perencanaan pembangunan air minum dan sanitasi, f. meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman,
g. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
h. Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan infrastruktur, i. meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta,
j. mengurangi volume air limpasan, melalui penyediaan bidang resapan.
C. Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI)
AKHI
R
A. Prinsip Dasar Keberhasilan Pembangunan
Prinsip-prinsip dasar percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi menuju negara maju membutuhkan perubahan dalam cara pandang dan perilaku seluruh komponen bangsa, sebagai berikut :
• Perubahan harus terjadi untuk seluruh komponen bangsa;
• Perubahan pola pikir (mindset) dimulai dari Pemerintah dengan birokrasinya;
• Perubahan membutuhkan semangat kerja keras dan keinginan untuk membangun kerjasama dalam kompetisi yang sehat;
• Produktivitas, inovasi, dan kreatifitas didorong oleh Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menjadi salah satu pilar perubahan;
• Peningkatan jiwa kewirausahaan menjadi faktor utama pendorong perubahan; • Dunia usaha berperan penting dalam pembangunan ekonomi;
• Kampanye untuk melaksanakan pembangunan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan;
• Kampanye untuk perubahan pola pikir untuk memperbaiki kesejahteraan dilakukan secara luas oleh seluruh komponen bangsa.
B. Prasyarat Keberhasilan Pembangunan
1. Peran Pemerintah dan Dunia Usaha
Dunia Usaha (Swasta, BUMN, dan BUMD) mempunyai peran utama dan penting dalam pembangunan ekonomi, terutama dalam peningkatan investasi dan penciptaan lapangan kerja, sementara Pemerintah bertanggung jawab menciptakan kondisi ekonomi makro yang kondusif untuk percepatan dan perluasan investasi. Oleh karena itu, kebijakan pembangunan harus didukung oleh komitmen dunia usaha maupun Pemerintah
2. Reformasi Kebijakan Keuangan Negara
Kebijakan anggaran harus dimulai dengan menciptakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang credible dan berkelanjutan, serta diprioritaskan untuk akselerasi pertumbuhan demi menciptakan pembangunan yang merata dan berkelanjutan.
Pajak dan Bea Masuk adalah instrumen kebijakan ekonomi untuk mendukung percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi nasional, untuk itu diperlukan reformasi.
RAN
AKHI
R
3. Reformasi Birokrasi
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia memerlukan dukungan birokrasi Pemerintah berupa reformasi yang berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: • Menciptakan birokrasi yang efektif, dapat mengatur kehidupan masyarakat dan
mendukung kebutuhan sektor usaha;
• Birokrasi didukung oleh kelembagaan yang kuat dan efektif, menciptakan birokrasi dan administrasi yang rapi, lembaga legislatif yang bertanggung jawab, lembaga yudisial yang independen;
• Menciptakan komitmen kepada penerapan good governance;
• Birokrasi dan struktur kelembagaan yang kuat dan efektif harus mampu menjadi saluran umpan balik bagi perencanaan ke depan.
4. Penciptaan Konektivitas Antar Wilayah di Indonesia
Pemerintah menjadi motor penciptaan konektivitas antar wilayah yang diwujudkan dalam bentuk :
Merealisasikan sistem yang terintegrasi antara logistik nasional, sistem transportasi
nasional, pengembangan wilayah, dan sistem komunikasi dan informasi;
Identifikasi simpul-simpul transportasi (transportation hubs) dan distribution centers
untuk memfasilitasi kebutuhan logistik bagi komoditi utama dan penunjang;
Penguatan konektivitas intra dan antar koridor dan konektivitas internasional (global
connectivity);
Peningkatan jaringan komunikasi dan teknologi informasi untuk memfasilitasi seluruh
aktifitas ekonomi, aktivitas pemerintahan, dan sektor pendidikan nasional. 5. Kebijakan Ketahanan Pangan, Air, dan Energi
Ketahanan pangan merupakan prasyarat penting mendukung keberhasilan pembangunan Indonesia. berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
• Ketahanan pangan memperhatikan dimensi konsumsi dan produksi;
• Pangan tersedia secara mencukupi dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sehat dan produktif;
• Upaya diversifikasi konsumsi pangan terjadi jika pendapatan masyarakat meningkat dan produk pangan dihargai sesuai dengan nilai ekonominya;
• Diversifikasi produksi pangan terutama tepung-tepungan, disesuaikan dengan potensi produksi pangan daerah;
AKHI
R
• Peningkatan produktivitas melalui peningkatan kegiatan penelitan dan pengembangan khususnya untuk bibit maupun teknologi pasca panen.
Kebijakan terkait penyediaan air bersih tidak terfokus pada pembangunan infrastruktur, namun juga harus memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:
• Pemerintah memastikan ketersediaan dan akses terhadap air bagi seluruh penduduk; • Penyediaan air bersih memperhatikan kelestarian lingkungan sumber air untuk menjaga
keberlanjutannya;
• Pengembangan hutan tanaman harus dilanjutkan guna memastikan peningkatan luas hutan untuk keberlanjutan ketersediaan air;
• Kabupaten/Kota memiliki luasan hutan sebagai persentase tertentu dari luas wilayahnya.
Ketahanan energi didasarkan kepada manajemen resiko dari kebutuhan dan ketersediaan energi di Indonesia, yang meliputi :
Manajemen resiko tersebut melalui pengaturan komposisi energi (energy mix) yang
mendukung pembangunan ekonomi Indonesia secara berkelanjutan;
Revisi peraturan perundang-undangan yang tidak mendukung iklim usaha, serta
perbaikan konsistensi antar peraturan;
Pembatasan ekspor komoditas energi untuk pengolahan lebih lanjut di dalam negeri
guna meningkatkan nilai tambah ekspor;
Tata kelola penambangan untuk meminimalkan kerusakan lingkungan.
6. Jaminan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan
Negara bertanggung jawab melaksanakan sistem perlindungan sosial untuk melindungi masyarakat terhadap resiko pembangunan ekonomi, sehingga perlu menyediakan jaminan sosial, bantuan sosial dan asuransi sosial.
Penanggulangan kemiskinan dilaksanakan secara berkelanjutan dengan berlandaskan penciptaan lapangan kerja seluas-luasnya. Penanggulangan kemiskinan adalah upaya terkoordinasi antara pemerintah dan masyarakat yang mana masing-masing memiliki peran tersendiri
C. Peningkatan Potensi Ekonomi Wilayah Melalui Koridor Ekonomi
RAN
AKHI
R
memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah serta memperbaiki ketimpangan spasial pembangunan ekonomi Indonesia.
Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan mengembangkan klaster industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan tersebut disertai dengan penguatan konektivitas antar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan antara pusat pertumbuhan ekonomi dengan lokasi kegiatan ekonomi serta infrastruktur pendukungnya. Secara keseluruhan, pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan konektivitas tersebut menciptakan Koridor Ekonomi Indonesia. Peningkatan potensi ekonomi wilayah melalui koridor ekonomi ini menjadi salah satu dari tiga strategi utama (pilar utama).
Dalam rangka Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi dibutuhkan penciptaan kawasan-kawasan ekonomi baru, diluar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang telah ada. Pemerintah dapat memberikan perlakuan khusus untuk mendukung pembangunan pusat-pusat tersebut, khususnya yang berlokasi di luar Jawa, terutama kepada dunia usaha yang bersedia membiayai pembangunan sarana pendukung dan infrastruktur. Tujuan pemberian perlakuan khusus tersebut adalah agar dunia usaha memiliki perspektif jangka panjang dalam pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru.
Perlakuan khusus tersebut antara lain meliputi : kebijakan perpajakan dan kepabeanan peraturan ketenagakerjaan, dan perijinan sesuai kesepakatan dengan dunia usaha. Untuk menghindari terjadinya enclave dari pusat-pusat pertumbuhan tersebut, Pemerintah Pusat dan Daerah mendorong dan mengupayakan terjadinya keterkaitan (linkage) semaksimal mungkin dengan pembangunan ekonomi di sekitar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru tersebut dapat berupa KEK dalam skala besar yang diharapkan dapat dikembangkan disetiap koridor ekonomi disesuaikan dengan potensi wilayah yang bersangkutan.
AKHI
R
Gambar 2.1 Ilustrasi Koridor Ekonomi Indonesia
C. Penguatan Konektivitas Nasional
Suksesnya pelaksanaan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia tersebut sangat tergantung pada kuatnya derajat konektivitas ekonomi nasional (intra dan inter wilayah) maupun konektivitas ekonomi internasional Indonesia dengan pasar dunia. Dengan pertimbangan tersebut Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) menetapkan penguatan konektivitas nasional sebagai salah satu dari tiga strategi utama (pilar utama).
RAN
AKHI
R
(global) dalam rangka meningkatkan daya saing nasional. Hal ini sangat penting dilakukan guna memaksimalkan keuntungan dari keterhubungan regional dan global/internasional.
Gambar 3.2
Konsep Gerbang Pelabuhan dan Bandar Udara Internasional di Masa Depan
Maksud dan tujuan Penguatan Konektivitas Nasional adalah sebagai berikut:
1. Menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi utama untuk memaksimalkan
pertumbuhan berdasarkan prinsip keterpaduan, bukan keseragaman, melalui
inter-modal supply chains systems.
2. Memperluas pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan aksesibilitas dari
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi ke wilayah belakangnya (hinterland).
3. Menyebarkan manfaat pembangunan secara luas (pertumbuhan yang inklusif dan
berkeadilan) melalui peningkatan konektivitas dan pelayanan dasar ke daerah
AKHI
R
Tabel 2.1 Komponen Konektivitas
Sumber : MP3EI
Gambar 2.3.
Visi Konektivitas Indonesia
Hasil dari pengintegrasian keempat komponen konektivitas nasional tersebut kemudian dirumuskan visi konektivitas nasional yaitu ‘TERINTEGRASI SECARA LOKAL, TERHUBUNG SECARA GLOBAL (LOCALLY INTEGRATED, GLOBALLY CONNECTED)’.
Locally Integrated adalah pengintegrasian sistem konektivitas untuk mendukung
perpindahan komoditas, yaitu barang, jasa, dan informasi secara efektif dan efisien dalam wilayah NKRI. Oleh karena itu, diperlukan integrasi simpul dan jaringan transportasi, pelayanan
RAN
AKHI
R
terhubung secara efisien dan efektif. Jaringan komunikasi dan informasi juga perlu diintegrasikan untuk mendukung kelancaran arus informasi terutama untuk kegiatan perdagangan, keuangan dan kegiatan perekonomian lainnya berbasis elektronik.
Sistem tata kelola arus barang, arus informasi dan arus keuangan harus dapat dilakukan secara efektif dan efisien, tepat waktu, serta dapat dipantau melalui jaringan informasi dan komunikasi (virtual) mulai dari proses pengadaan, penyimpanan/pergudangan, transportasi, distribusi, dan penghantaran barang sesuai dengan jenis, kualitas, jumlah, waktu dan tempat yang dikehendaki produsen dan konsumen, mulai dari titik asal (origin) sampai dengan titik tujuan (destination).
globally connected adalah sistem konektivitas nasional yang efektif dan efisien yang
terhubung dan memiliki peran kompetitif dengan sistem konektivitas global melalui jaringan pintu internasional pada pelabuhan dan bandara (international gateway/exchange) termasuk fasilitas custom dan trade/industry facilitation. Efektivitas dan efisiensi sistem konektivitas nasional dan keterhubungannya dengan konektivitas global akan menjadi tujuan utama untuk mencapai visi tersebut.
Gambar 2.4
Kerangka Kerja Konektivitas Nasional
AKHI
R
E. Penguatan Kemampuan SDM dan IPTEK Nasional
RAN
AKHI
R
karena itu, tujuan utama di dalam sistem pendidikan dan pelatihan untuk mendukung hal tersebut diatas haruslah bisa menciptakan sumber daya manusia yang mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perkembangan sains dan teknologi
3.1.2 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
A. Arahan RPJMN 2015-2019
A. Sasaran Bidang Pembangunan Kawasan Permukiman
1. 100% pelayanan air minum;
2. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;
3. Peningkatan efisiensi layanan air minum melalui prinsip jaga air, hemat air
dan simpan air secara nasional;
4. Pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0%;
5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang
mendukung;
6. 100% akses sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase
lingkungan);
7. Meningkatkan keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk
keserasiannya terhadap lingkungan;
B. Sasaran Pembangunan Perkotaan
1. Terbentuknya 5 kawasan metropolitan baru
2. Pembangunan 7 kawasan metropolitan eksisting
3. Pembangunan 20 kota sedang
4. Pembangunan 39 pusat pertum buhan baru
5. Pembanvgunan 10 kota baru
B. Renstra PU 2015-2019
1. Mendukung sistem perkotaan nasional: metropolitan eksisting, metropolitan
baru, kota baru, kota sedang, dan kawasan pusat pertumbuhan baru
2. Mendukung WPS, Pelabuhan Strategis, Kawasan Strategis Pariwisata Nasional,
dan Kawasan Industri Prioritas
3. Mendukung Kawasan Perbatasan di Kawasan PLBN dan Kawasan Permukiman
AKHI
R
4. Mendukung Pengurangan Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan
5. Mendukung Pembangunan SPAM Regional dan SPAM Kota Binaan
6. Mendukung Pembangunan TPA Regional dan ITF
7. Mendukung Penataan Kampung Nelayan dan Revitalisasi Kawasan Pusaka
C. Renstra Cipta Karya 2015-2019
1. Kawasan Strategis Nasional (KSN)
2. Pusat Kawasan Strategis Nasional (PKSN)
3. Kawasan Kumuh (30 kawasan)
4. Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
5. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
6. Kawasan Industri Prioritas (KIP) di 22 lokasi
7. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Prioritas (KSPNP) di 10 lokasi
8. Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) di 35 lokasi
9. Pengembangan Pelabuan Strategis di 24 pelabuhan
10.Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di 7 pos
11.Non Pos Lintas Batas Negara (NPLBN) di 9 lokasi
KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG CIPTA KARYA dalam STRATEGI PEMBIAYAAN 2015-2019
Sumber Pembiayaan 2010-2014 2015-2019
Pusat 67 % 35 %
Daerah 15 % 25 %
Swasta 2 % 15 %
PHLN 16 % 10 %
RAN
AKHI
R
RENCANA AKSI PROGRAM 100-0-100
1. AIR MINUM :
SPAM Regional di 31 kws
SPAM Perkotaan di 3.697 IKK
SPAM Perdesaan di 14.262 desa)
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Target 71 % 76 % 82 % 88 % 94 % 100 %
APBN 70,5 % 72,7 % 72,9 % 74,3 % 77,5 % 80,3 %
2. AIR LIMBAH :
AL Terpusat di 12 kab/kota
AL Komunal 458 kab/kota
AL Skala kawasan 150 kab/kota
IPLT 222 kab/kota
3. KUMUH :
Penanganan kawasan kumuh di 38.432 Ha
PENGANGGARAN PROGRAM TAHUN 2017
Tema RKP : Memacu Pembangunan Infrastruktur dan Ekonomi untuk
Meningkatkan Kesempatan Kerja serta Mengurangi Kemiskinan dan Kesenjangan Antarwilayah
Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2017 :
1. Kemaritiman dan Kelautan
2. Revolusi Mental
3. Daerah Perbatasan
4. Daerah Tertinggal
5. Pelayanan Kesehatan
6. Antar Kelompok Pendapatan
7. Desa dan Kawasan Perdesaan
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Target 62 % 64 % 72 % 85 % 92 % 100 %
APBN 62 % 63,9 % 66,2 % 69,5 % 73,6 % 76,9 %
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Target 10 % 8 % 6 % 4 % 2 % 0 %
AKHI
R
8. Perumahan Permukiman
9. Perkotaan
10. Percepatan Pertumbuhan Industri dan KEK
11. Pembangunan Pariwisata
Sasaran Tahun 2017 :
Akses Air Minum Layak 84%
Aksses Sanitasi Layak
Akses Layak 70,7%
Akses Dasar 12,4%
Total Akses 83,2%
Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan 38.431 Ha (Kondisi Kumuh 45%)
Kota Metropolitan 7 kota
Kota Sedang 10 kota
Pusat Pertumbuhan 14 kws.
Kota Baru 2 kota
3.2 RTRW NASIONAL
3.2.1 Rencana Struktur Ruang Nasional
Sesuai dengan lingkup perencanaan RTRWN yang meliputi seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka arahan RTRWN yang akan dijadikan sebagai
acuan adalah kebijakan dan rencana yang ditetapkan lokasinya di Provinsi Kalimantan
Selatan dan Kabupaten Banjar, sebagai berikut :
A. Sistem Perkotaan Nasional
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) : Banjarmasin
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) : 1. Amuntai
2. Martapura
3. Marabahan
4. Kotabaru
B. Jalan Bebas Hambatan
1. Banjarmasin-Liang Anggang
2. Liang Anggang –Pelaihari
RAN
AKHI
R
4. Marabahan – Banjarmasin
5. Liang Anggang – Martapura
6. Pelaihari – Pagatan
7. Pagatan – Batulicin
8. Batulicin – Tanah Grogot (Kuaro)
C. Pelabuhan Sebagai Simpul Transportasi Laut Nasional
Pelabuhan Internasional : Pelabuhan Banjarmasin
Pelabuhan Nasional : Pelabuhan Batulicin
D. Bandar Udara Sebagai Simpul Transportasi Udara Nasional
Pusat Penyebaran Sekunder : Bandara Syamsuddin Noor
Pusat Penyebaran Tersier : Bandara Stagen
E. Wilayah Sungai
Wilayah Sungai Barito - Kapuas
F. Kawasan Lindung Nasional
Suaka Margasatwa Pleihari - Martapura
Suaka Margasatwa Kuala Lupak
Cagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut, Selat Sebuku
Cagar Alam Teluk Pamukan
Cagar Alam Sungai Lulan Dan Sungai Bulan
Cagar Alam Teluk Pamukan
Taman Hutan Raya Sultan Adam
Taman Wisata Alam Pleihari Tanah Laut
Taman Wisata Alam Laut Pulau Laut Barat – Selatan dan Pulau Sembilan
G. Kawasan Andalan Nasional
Kawasan Kandangan dan sekitarnya
Kawasan Banjarmasin Raya dan sekitarnya
Kawasan Batulicin
Kawasan Andalan Laut Pulau Laut
H. Kawasan Strategis Nasional
AKHI
R
Dari arahan RTRW Nsional tersebut diatas, maka kebijakan nasional yang terkait
dan bersinggungan langsung dengan wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan adalah
sebagai berikut :
1. Kawasan Andalan Nasional Kawasan Kandangan dan Sekitarnya
3.4 ARAHAN RTRW PULAU KALIMANTAN
Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau Kalimantan disyahkan pada tanggal 5 Januari
2012 dalam bentuk Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2012 tanggal 5 Januari 2012
tentang RTRW Pulau Kalimantan. Tujuan dari penyusunan RTRW Pulau Kalimantan
adalah untuk mewujudkan :
1. Kelestarian kawasan konservasi keanekaragaman hayati dan kawasanberfungsi
lindung yang bervegetasi hutan tropis basah paling sedikit 45%(empat puluh lima
persen) dari luas Pulau Kalimantan sebagai Paru-paruDunia;
2. Kemandirian energi dan lumbung energi nasional untuk ketenagalistrikan;
3. Pusat pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi di Pulau
Kalimantan;
4. Pusat perkebunan kelapa sawit, karet, dan hasil hutan secara berkelanjutan;
5. Kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbangnegara yang
berbatasan dengan Negara Malaysia dengan memperhatikankeharmonisan aspek
kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara,kesejahteraan masyarakat, dan
kelestarian lingkungan hidup;
6. Pusat pengembangan kawasan perkotaan nasional yang berbasis pada air;
7. Kawasan ekowisata berbasis hutan tropis basah dan wisata budayaKalimantan;
8. Jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antar
wilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah;
9. Swasembada pangan dan lumbung pangan nasional.
Arahan RTRW Pulau Kalimantan berupa rencana struktur ruang, rencana
infrastruktur dan rencana pemanfaatan ruang di Provinsi Kalimantan Selatan sebagai
RAN
AKHI
R
AKHI
R
RAN
AKHI
R
3.4.1 Rencana Struktur Ruang Pulau Kalimantan
Pusat industri hilir pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet di PKN
Banjarmasin,
Pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet di PKW
Amuntai, PKW Martapura, PKW Marabahan, dan PKW Kotabaru
Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan
PKNBanjarmasin, PKW Amuntai, PKW Martapura, PKW Marabahan, dan PKW
Kotabaru.
Pusat industri pengolahan danindustri jasa hasil perikanan yang ramah
lingkungan di PKN Banjarmasin, PKW Martapura, PKW Marabahan, dan PKW
Kotabaru
Pusat pengembangan ekowisata di PKN Banjarmasin, dan PKW Kotabaru
Pusat pengembangan wisata budaya di PKN Banjarmasin, dan PKW Amuntai
Pusat kegiatan ekonomi di PKN Banjarmasin,PKW Martapura, dan PKW
Marabahan
3.4.2 Rencana Pengembangan Infrastruktur
Pengembangan jaringan drainase di PKN dan PKW yang terintegrasi
dengansungai di PKN Banjarmasin yang terintegrasi dengan Sungai Barito
Pengembangan jaringan jalan arteri primer pada Jaringan Jalan Lintas Selatan
Pulau Kalimantan, yang merupakan bagian dari Jaringan Jalan Trans Kalimantan,
yang menghubungkan:
1. Sei Pinyuh - Pontianak - Tayan - Nanga Tayap - Kudangan –Penopa - Nanga
Bulik - Pangkalan Bun - Sampit - Kotabesi - Kasongan -Palangkaraya - Pulang
Pisau - Kuala Kapuas - Banjarmasin – LiangAnggang;
2. Liang Anggang - Pelaihari - Pagatan - Batulicin - Batuaji – TanahGrogot –
Kuaro
3. Muara Teweh – Ampah-Tamiang Layang-Kelua, Barabai-Mabuun;Simpang
Serapat-Benua Anyar
Pengembangan jaringan jalan nasional yang menghubungkan kawasan perkotaan
nasional sebagai pusat pertumbuhan dengan pelabuhan danbandar udara untuk
mendukung pemasaran dan distribusi produk unggulan meliputi jaringan jalan
AKHI
R
1. PKN Banjarmasin dengan Pelabuhan Banjarmasin (Kota Banjarmasin) dan
Bandar Udara Syamsuddin Noor (Kota Banjarmasin),
2. PKW Kotabaru dengan Pelabuhan Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu)dan
Bandar Udara Stagen (Kabupaten Kotabaru);
Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan untuk melayani PKN sebagai
pusat pertumbuhan utama meliputi jaringan jalan bebas hambatan antar kota
yang menghubungkan:
1. Banjarmasin-Liang Anggang, Liang Anggang-Pelaihari, Kuala
Kapuas-Banjarmasin;
2. Marabahan-Banjarmasin; Liang Anggang-Martapura; Pelaihari-Pagatan;
Pagatan-Batulicin; dan Batulicin-Tanah Grogot (Kuaro);
Pengembangan jaringan jalan nasional yang terpadu dengan jaringan jalur kereta
api, pelabuhan, bandar udara, serta transportasi sungai dan penyeberangan
untuk membuka keterisolasian wilayah Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau
Kalimantan yang terpadu dengan Pelabuhan Banjarmasin (Kota Banjarmasin),
dan Pelabuhan Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu)
Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan yang terpadu denganBandar
Udara Syamsuddin Noor (Kota Banjarmasin), dan Bandar Udara Stagen
(Kabupaten Kotabaru)
Jaringan Jalan Lintas Tengah Pulau Kalimantan yang terpadu dengan jaringan
transportasi sungai di Sungai Barito
Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan yang terpadu dengan jaringan
transportasi sungai di SungaiBarito,
Jaringan Jalur Kereta Api Lintas Selatan Pulau Kalimantan Bagian Timur yang
melalui Balikpapan-Tanah Grogot – Tanjung-Ampah, Batulicin - Pelaihari -
Banjarmasin - Kuala Kapuas - Pulang Pisau- Palangkaraya
Pengembangan jaringan transportasi sungai untuk melayani PKN, PKW, dan
kawasan permukiman pada bagian hulu sungai dilakukan di:
1. jaringan transportasi Sungai Barito yang menghubungkan PKW Muara Teweh
dan PKW Buntok dengan PKN Banjarmasin
2. jaringan transportasi Sungai Nagara yang menghubungkan PKW Amuntai
RAN
AKHI
R
Pengembangan jaringan transportasi sungai untuk melayani pengangkutan batu
bara, hasil hutan, dan komoditas unggulan lainnya dilakukan pada jaringan
transportasi Sungai Barito
Pengembangan jaringan transportasi penyeberangan untuk membukake
terisolasian wilayah pulau- pulau kecil terluar, meningkatkan keterkaitan antar
provinsi di Pulau Kalimantan dengan provinsi di luar Pulau Kalimantan, dan
antar negara yaitu menghubungkan :
1. Batulicin-Garongkong (Pulau Sulawesi);
2. Batulicin-Barru (Pulau Sulawesi)
3. Banjarmasin-Semarang (Pulau Jawa)
4. Banjarmasin-Lamongan (Pulau Jawa);
Pengembangan dan pemantapan pelabuhan yang melayani kawasan perkotaan
nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan menuju pasar nasional
dan internasional :
1. Pelabuhan Banjarmasin (Kota Banjarmasin) sebagai pelabuhan utama untuk
melayani
a. PKN Banjarmasin, PKW Marabahan, dan PKWMartapura sebagai pusat
pengembangan Kawasan Andalan Banjarmasin Raya dan Sekitarnya,
b. PKW Amuntai sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Kandangan
dan Sekitarnya,
2. Pelabuhan Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu) sebagai pelabuhan
pengumpul untuk melayani PKW Kotabaru sebagai pusat pengembangan
Kawasan Andalan Batulicin dan Kawasan Andalan Laut Pulau Laut;
Pengembangan akses dan jasa kepelabuhanan di sepanjang Alur Laut Kepulauan
Indonesia I dan Alur Laut Kepulauan Indonesia II dilakukan di Pelabuhan
Banjarmasin (Kota Banjarmasin) dan Pelabuhan Batulicin (Kabupaten Tanah
Bumbu)
Pemanfaatan bersama pelabuhan guna kepentingan pertahanan dankeamanan
negara dilakukandi sekitar Pelabuhan Banjarmasin dan Pelabuhan Batulicin
AKHI
R
Pengembangan alur pelayaran yang menghubungkan antar pelabuhan meliputi
alur pelayaran yang menghubungkan Pelabuhan Banjarmasin (Kota
Banjarmasin), dan Pelabuhan Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu)
Pengembangan sarana bantu navigasi pelayaran pada kawasan konservasi
perairan yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi Taman Wisata Alam Laut
Pulau Laut Barat-Selatan dan Pulau Sembilan (Kabupaten Kotabaru).
Pengembangan dan pemantapan bandar udara yang terpadu dengan sistem
jaringan transportasi darat untuk meningkatkan keterkaitan antar wilayah yaitu
di :
1. Bandar Udara Syamsuddin Noor (Kota Banjarmasin) sebagai Bandar udara
pengumpul dengan skala pelayanan sekunder yang terpadu dengan
pengembangan Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan dan Jaringan
Jalur Kereta Api Lintas Selatan Pulau Kalimantan Bagian Timur;
2. Bandar Udara Stagen (Kabupaten Kotabaru) sebagai bandar udara
pengumpul dengan skala pelayanan tersier yang terpadu dengan
pengembangan Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan
Pengembangan bandar udara untuk melayani kawasan perkotaan nasional
sebagai pintu gerbang internasional dalam rangka mendukung kegiatan
ekowisata, wisata budaya, dan industri dilakukan Bandar Udara Syamsuddin
Noor(Kota Banjarmasin)
Pemanfaatan bersama bandar udara guna kepentingan pertahanan dan
keamanan negara dilakukan di Bandar Udara Syamsuddin Noor (Kota
Banjarmasin) dan Bandar Udara Stagen (Kabupaten Kotabaru)
Jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi Tanah Laut-Banjar
Baru-Banjarmasin - Barito - Kuala Kapuas - Pulang Pisau - Katingan -Kotawaringin
Timur - Seruyan - Kotawaringin Barat - Lamandau -Ketapang - Pontianak dan
jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi
Natuna-Pontianak-Palangkaraya-Banjarmasin,
Pengembangan jaringan pipa transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi
untuk melayani kawasan andalan jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi
RAN
AKHI
R
Jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi Tanah Laut - Banjar Baru-
Banjarmasin - Barito Kuala - Kapuas - Pulang Pisau - Katingan - Kotawaringin
Timur - Seruyan - Kotawaringin Barat - Lamandau -Ketapang - Pontianak,
jaringan pipa transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi Natuna – Pontianak –
Palangkaraya-Banjarmasin
Pengembangan pembangkit listrik berbasis energi baru berupa PLTU Asam-asam
(KabupatenTanah Laut), PLTA Kusan (Kabupaten Kotabaru), PLTA Riam Kanan
(Kabupaten Banjar) dan PLTA M Noor(Kabupaten Banjar),
Pengembangan pembangkit listrik pada mulut tambang kawasan pertambangan
batubara Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Kotabaru,
Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Hulu Sungai
Tengah dan Kabupaten Tapin.
Pengembangan dan rehabilitasi jaringan transmisi tenaga listrik untuk melayani
kawasan perkotaan nasional, kawasan andalan, kawasan terisolasi, dan kawasan
perbatasan negara
Pengembangan jaringan terestrial yang menghubungkan antar pusat perkotaan
nasional dan melayani kawasan andalan Jaringan Pelayanan Pusat Pertumbuhan
di Pantai Selatan Kalimantan yang menghubungkan PKN Banjarmasin, PKW
Marabahan, PKW Martapura, PKW Amuntai, dan PKW Kotabaru serta melayani
Kawasan Andalan Kandangan dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Banjarmasin
Raya dan Sekitarnya, dan Kawasan Andalan Batulicin.
WS lintas provinsi WS Barito Kapuas yang melayani PKN Banjarmasin, PKW
Kuala Kapuas, PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Martapura, PKW
Marabahan, dan Kawasan Andalan Buntok, Kawasan Andalan Muara Teweh,
Kawasan Andalan Kuala Kapuas, Kawasan Andalan Kandangan dan Sekitarnya,
Kawasan Andalan Banjarmasin Raya dan Sekitarnya.
Rehabilitasi DAS kritis DAS Barito pada WS Barito-Kapuas.
Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan imbuhan air tanah dan
pelepasan air tanah pada daerah cekungan air tanah (CAT)
Palangkaraya-Banjarmasin.
Pemeliharaan dan pengembangan bendungan beserta waduknya untuk
AKHI
R
Kota Banjarbaru) yang melayani PKN Banjarmasin, PKW Martapura dan Kawasan
Andalan Banjarmasin Raya dan Sekitarnya;
Pemeliharaan dan peningkatan jaringan irigasi teknis pada DI untuk
meningkatkan luasan lahan pertanian pangan dilakukan di jaringan irigasi pada
DI Riam Kanan (Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru), DI Tapin (Kabupaten
Tapin), DI Telaga Langsat (Kabupaten Hulu Sungai Selatan), DI Sungai Bungur
(Kabupaten Kota Baru), dan DI Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu)
Berdasarkan paparan diatas, maka kedudukan Kabupaten Hulu Sungai Selatan
dalam RTRW Pulau Kalimantan direncanakan atau diarahkan memegang peranan dan
fungsi sebagai berikut :
A. Rencana Struktur Ruang Pulau Kalimantan
Pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet
Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan.
Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah
lingkungan
Pusat pengembangan ekowisata
B. Rencana Pengembangan Infrastruktur
Pengembangan jaringan jalan nasional yang menghubungkan kawasan perkotaan
nasional sebagai pusat pertumbuhan dengan pelabuhan dan bandar udara untuk
mendukung pemasaran dan distribusi produk unggulan meliputi jaringan jalan
arteri primer yang menghubungkan PKN Banjarmasin dengan Pelabuhan
Banjarmasin (Kota Banjarmasin) dan Bandar Udara Syamsuddin Noor (Kota
Banjarmasin),
Pengembangan jaringan transportasi sungai untuk melayani PKN, PKW, dan
kawasan permukiman pada bagian hulu sungai dilakukan di Jaringan
transportasi Sungai Nagara yang menghubungkan PKW Amuntai dengan PKN
Banjarmasin.
Pengembangan jaringan terestrial yang menghubungkan antarpusatperkotaan
nasional dan melayani kawasan andalan Jaringan Pelayanan Pusat Pertumbuhan
di Pantai Selatan Kalimantan yang menghubungkan PKN Banjarmasin, PKW
RAN
AKHI
R
Tabel 3.2 Rencana Kawasan Lindung RTRW Pulau Kalimantan di Provinsi Kalimantan Selatan
AKHI
khususnyapada hulu sungai Hulu Sungai Barito
Pengendalian kegiatan
pemanfaatan ruang di kawasan
resapan air Hulu Sungai Barito
Pengendalian perkembangan kawasan terbangun yang mengganggudan/atau merusak fungsi sempadan sungai
sempadan Sungai Kapuas, sempadan Sungai Barito, sempadan SungaiMurung, sempadan Sungai Martapura, sempadan Sungai Riam Kanan,sempadan Sungai Riam Kiwa, sempadan Sungai Nagara,
dan sempadanSungai Tapin di WS Barito-Kapuas
Pengendalian pemanfaatan
Danau Bangkau (Kabupaten Hulu SungaiSelatan dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah), Danau Bitin (KabupatenHulu Sungai Utara), Waduk RiamKanan (Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru)
Suaka Margasatwa Pelaihari
Martapura V
Suaka MargasatwaKuala Lupak V
Cagar Alam Teluk Kelumpang –
Selat Laut – Selat Sebuku V
Cagar Alam Teluk Pamukan V
Cagar Alam Sungai Lulan dan
Sungai Bulan V
RAN pantai dan kelestarian biota laut
AKHI Selat Sebuku, CA Sungai Lulan dan SungaiBulan, CA Teluk Pamukan, Tahura SultanAdam
RAN
AKHI
R
lintas provinsi WS Barito Kapuas yang melayani PKN Banjarmasin, PKW Kuala
Kapuas, PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Martapura, PKW Marabahan, dan
Kawasan Andalan Buntok, Kawasan Andalan Muara Teweh, Kawasan Andalan
Kuala Kapuas, Kawasan Andalan Kandangan dan Sekitarnya, Kawasan Andalan
Banjarmasin Raya dan Sekitarnya
Pemeliharaan dan peningkatan jaringan irigasi teknis pada DI untuk
meningkatkan luasan lahan pertanian pangan dilakukan di jaringan irigasi pada
DI Riam Kanan (Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru), DI Tapin (Kabupaten
Tapin), DI Telaga Langsat (Kabupaten Hulu Sungai Selatan), DI Sungai Bungur
(Kabupaten Kota Baru), dan DI Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu)
C. Kawasan Lindung Nasional
Perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati tumbuhan dan satwa
endemik kawasan di kawasan hutan lindung.
Pemertahanan luasan kawasan bervegetasi hutan tetap yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya.
Pengendalian kegiatan pemanfaatan ruang di kawasan hutan lindung.
Rehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi dalam rangka
memelihara keseimbangan ekosistem pulau.
Pemertahanan permukiman masyarakat adat dan penyediaan akses
bagimasyarakat adat yang tidak mengganggu kawasan berfungsi lindung.
Pemertahanan & peningkatan fungsi kawasan resapan air, khususnyapada hulu
sungai.
Pengendalian kegiatan pemanfaatan ruang di kawasan resapan air.
Pengendalian perkembangan kawasan terbangun yang mengganggu dan/atau
merusak fungsi sempadan sungai.
Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan sekitar danau atau wadukyang
berpotensi mengganggu dan/atau merusak fungsi kawasan sekitar danau atau
waduk.
Pelestarian kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan Loksado.
AKHI
R
Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun pada kawasan
imbuhan air tanah (CAT) Palangkaraya-Banjarmasin.
D. Kawasan Budidaya
Pengembangan kawasan peruntukan hutan yang didukung dengan
industripengolahan dengan prinsip berkelanjutan dilakukan pada kawasan
peruntukan hutan.
Pemertahanan luasan kawasan peruntukan pertanian beririgasi, rawapasang
surut dan sawah non irigasi, termasuk yang merupakan lahanpertanian pangan
berkelanjutan.
Pengendalian alih fungsi lahan kawasan pertanian sawah menjadinon sawah.
Pengembangan kawasan peruntukan pertanian.
Pengembangan kawasan budi daya perkebunan kelapa sawit.
Pengembangan kawasan budi daya perkebunan karet.
Kawasan peruntukan pertambangan mineral.
Kawasan peruntukan pertambangan batubara.
Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi.
Pelestarian kawasan permukiman berbasis budaya Kalimantan.
Pengembangan prasarana dan sarana transportasi yang menghubungkan antara
kawasan ekowisata, wisata budaya, obyek wisata lainnya, dan kawasan perkotaan
Pengembangan kawasan untuk kegiatan sektor unggulan pariwisata, termasuk kegiatan pendukung pariwisata, permukiman, serta jaringan prasarana dan sarana
3.4 ARAHAN RTRW PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Kebijaksanaan RTRW Provinsi Kalimantan Selatan mengacu pada dokumen
Revisi RTRW Provinsi Kalimantan Selatan 2006-2026, yang hingga saat ini masih dalam
proses pembahasan/pengesahan di DPRD Provinsi Kalimantan Selatan.
3.4.1 Pengembangan Sistem Perkotaan Wilayah Provinsi
Pengembangan Sistem Perkotaan Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan terdiri
RAN
AKHI
R
1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi yang
didasarkan pada kriteria:
a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;
b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi; dan/atau
c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
Dalam RTRWN (PP No. 26 Tahun 2008) ditetapkan Kota Banjarmasin sebagai
Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Penetapan Kota Banjarmasin sebagai PKN karena
Kota Banajrmasin merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Selatan yang tentunya
mempunyai sarana dan prasarana dengan tingkat pelayanan regional maupun
nasional dan dengan jumlah pendduk pada tahun 2010 berjumlah 638.902 jiwa
menjadikan Kota Banjarmasin sebagai Kota Besar sesuai dengan kriteria kawasan
perkotaan besar yang ditetapkan dengan kriter.i Antasaria jumlah penduduk lebih
dari 500.000 (lima ratus ribu) jiwa.
Standar infrastruktur minimal yang dimiliki Pusat Kegiatan Nasional (PKN),
antara lain memiliki bandar udara pusat penyebaran sekunder, dan/atau pelabuhan
nasional/utama tersier dan/atau terminal penumpang tipe A, pasar induk antar
wilayah, perbankan nasional dan/atau internasional, rumah sakit umum tipe A dan
sarana pendidikan berupa perguruan tinggi S-1.
Standar pelayanan tersebut telah dimiliki oleh Kota Banjarmasin antara lain
adanya Pelabuhan Trisakti, terminal penumpang tipe A KM 6, pasar sentra Antasari,
adanya Bank Indonesia dan adanya Universitas Lambung Mangkurat dan Institut
Agama Islam Negeri.
2. Pusat Kegiatan Nasional promosi (PKNp)
Selain sistem perkotaan nasional tersebut juga direncanakan dan dipersiapkan
peningkatan pengembangan pusat kegiatan yang dipromosikan untuk dikemudian
hari dapat ditetapkan sebagai PKN, terdiri atas :
a. Kota Martapura (Kabupaten Banjar) sebagai kota inti Kawasan Metropolitan
AKHI
R
pemerintahan kabupaten, jasa pariwisata nasional, jasa dan perdagangan
nasional, kegiatan keagamaan regional dan nasional.
b. Kota Banjarbaru sebagai kota inti Kawasan Metropolitan Banjar Bakula dengan
fungsi pusat pemerintahan provinsi, industri nasional, perdagangan regional dan
nasional, jasa transportasi udara nasional, dan pendidikan tinggi.
c. Kota Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu) sebagai Pusat Kawasan Strategis
Nasional dengan fungsi sebagai pusat jasa, industry dan perdagangan regional
dan nasional, pemerintahan lokal, pelayanan wilayah belakang.
Pusat Kawasan Strategis Nasional ditetapkan dengan kriteria :
Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan
negara tetangga;
Pusat berkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang
menghubungkan dengan negara tetangga;
Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang
menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau
Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat
mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.
Dalam menunjang pelaksanaan tersebut maka status Kota Banjarbaru dan Kota
Martapura perlu ditingkatkan menjadi PKN dan menyatukan dengan kota Banjarmasin
bersama serta ibukota kecamatan di sekitarnya menjadi satu kesatuan kawasan
pengembangan Metropolitan Banjar Bakul dalam perubahan RTRW Nasional (PP No. 26
Tahun 2008) yang akan datang.
Standar infrastruktur minimal yang dimiliki Pusat Kegiatan Nasional (PKN) antara lain
Terminal Penumpang Tipe A, Pasar Induk Regional, Perbankan Regional dan/atau
Nasional, Rumah Sakit Umum Tipe B, Sekolah Menengah Umum/Kejuruan.
3. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota yang didasarkan
pada kriteria:
a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua
RAN
AKHI
R
b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten;
dan/atau
c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi
yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
Dalam RTRWN (PP No. 26 Tahun 2008) ditetapkan Kota Kota Marabahan
(Kabupaten Barito Kuala), Martapura (Kabupaten Banjar), Amuntai (Kabupaten
Hulu Sungai Utara), dan Kotabaru (Kabupaten Kotabaru) sebagai Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW).
Penetapan PKW selain sebagai ibukota kabupaten juga disebabkan posisi
strategis ibukota kabupaten tersebut berbatasan langsung dengan provinsi tetangga
dalam hal ini Provinsi Kalimantan Tengah maupun Provinsi Kalimantan Timur dan
mempunyai fungsi pelayanan regional.
Standar infrastruktur minimal yang dimiliki Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
antara lain : adanya bandara pusat penyebaran tersier dan/atau pelabuhan
regional/pengumpan primer dan/atau terminal penumpang tipe B, pasar induk
regional, perbankan regional dan/atau nasional, rumah sakit umum tipe B,
perguruan tinggi D-3.
Standar pelayanan minimal pada masing-masing PKW tidak sama, yaitu :
a. PKW Martapura merupakan pusat pendidikan pondok pesantren, pusat kerajinan
dan penjualan batu permata;
b. PKW Amuntai merupakan pusat kerajinan anyaman, pusat pendidikan pondok
pesantren, pusat perdagangan diwilayah perbatasan Kalimantan Tengah;
c. PKW Marabahan merupakan
d. PKW Kotabaru merupakan
4. Pusat Kegiatan Wilayah promosi (PKWp)
Selain sistem perkotaan provinsi tersebut juga direncanakan dan dipersiapkan
peningkatan pengembangan pusat kegiatan yang dipromosikan untuk dikemudian
hari dapat ditetapkan PKW, terdiri atas : adalah Kota Barabai (Kabupaten Hulu
Sungai Tengah) sebagai pusat layanan Banua Anam dengan fungsi dengan fungsi
pusat perdagangan regional Banua Anam, pemerintahan kabupaten, pelayanan jasa
AKHI
R
Dalam menunjang pelaksanaan tersebut maka status Kota Barabai sebagai PKW
dalam perubahan RTRW Nasional (PP No. 26 Tahun 2008) yang akan datang.
5. Pusat Kegiatan Lokal
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatanyang didasarkan
pada kriteria:
a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan;
dan/atau
b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi
yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.
Dalam revisi RTRWP KalSel rencana pengembangan sistem perkotaan provinsi
meliputi PKL sebagaimana ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi terdiri dari Kota
Banjarbaru, Rantau (Kabupaten Tapin), Kandangan (Kabupaten Hulu Sungai
Selatan), Barabai (Kabupaten Hulu Sungai Tengah), Tanjung (Kabupaten
Tabalong), Paringin (Kabupaten Balangan), Pelaihari (Kabupaten Tanah Laut),
Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu);
Sistem perkotaan provinsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berada di :
a. Kota Banjarbaru dengan fungsi pusat pemerintahan provinsi, industri nasional,
perdagangan regional dan nasional, jasa transportasi udara nasional, dan
pendidikan tinggi;
b. Kota Rantau (Kabupaten Tapin) sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dengan
fungsi pusat pemerintahan kabupaten, perdagangan lokal, pelayanan wilayah
belakang;
c. Kota Kandangan (Kabupaten Hulu Sungai Selatan) sebagai Pusat Kegiatan Lokal
(PKL) dengan fungsi pusat pemerintahan kabupaten, industri regional, pelayanan
wilayah belakang, perdagangan lokal dan jasa pariwisata regional;
d. Kota Barabai (Kabupaten Hulu Sungai Tengah) dengan fungsi pusat perdagangan
regional Banua Anam, pemerintahan kabupaten, pelayanan jasa kesehatan
regional, kota transit;
e. Kota Tanjung (Kabupaten Tabalong) sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dengan
RAN
AKHI
R
f. Kota Paringin (Kabupaten Balangan) sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dengan
fungsi pusat perdagangan lokal, pemerintahan local, pelayanan wilayah belakang;
g. Kota Pelaihari (Kabupaten Tanah Laut) sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
sebagai pusat jasa, industry dan perdagangan regional, pemerintahan lokal,
pelayanan wilayah belakang;
h. Kota Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu) sebagai pusat jasa, industry dan
perdagangan regional dan nasional, pemerintahan lokal, pelayanan wilayah
belakang.
Standar Infrastruktur Minimal yang dimiliki Pusat Kegiatan Lokal (PKL), antara lain
: Bandara Perintis, dan/atau Pelabuhan Lokal/Pengumpan Sekunder dan/atau
Terminal Penumpang Tipe C, Pasar Induk Lokal, Perbankan Lokal dan/atau
Regional, Rumah Sakit Umum Tipe C, Sekolah Menengah Umum/Kejuruan.
Kota-kota lainnya yang dikembangkan adalah ibukota kecamatan yang berkembang
baik dari pengaruh penjalaran atau perembetan dari ibukota kabupaten/kota
maupun karena adanya bangkitan-dan tarikan baru seperti pelabuhan laut, pusat
perdagangan dan pusat transit seperti Kota Margasari, Negara, Alabio, Danau
Panggang, Kelua, Astambul, Binuang, Pantai Hambawang, Anjir Pasar, Alalak, Handil
Bakti, Kertak Hanyar, Gambut, Pengaron, Liang Anggang, Bati-Bati, Jorong, Takisung,
Kintapura, Sungai Danau, Pagatan, Tanjung Samalantakan, Gunung Batu Besar,
Manggalau, Sengayam
Berdasarkan paparan diatas, maka kedudukan Kabupaten Kotabaru dalam RTRW
Provinsi Kalimantan Selatan direncanakan atau diarahkan memegang peranan dan
fungsi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau
beberapa kabupaten/kota yang didasarkan pada kriteria:
a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan
ekspor-impor yang mendukung PKN;
b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau
c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi
AKHI
R
3.4.2 Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi
1. Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Darat
Strategi pengembangan sistem jaringan jalan dilakukan upaya, antara lain :
a. Memelihara, meningkatkan dan memantapkan aksesibilitas, fungsi, status dan kelas jalan secara bertahap pada jalan arteri primer, kolektor primer dan kolektor sekunder terutama yang menghubungkan antar wilayah, antar pusat permukiman, antar kawasan sentra produksi, antar pusat pemasaran untuk
menjamin keberlangsungan pergerakan orang, barang dan jasa menuju outlet (pintu keluar) utama pelabuhan dan bandar udara;
b. Memelihara, meningkatkan dan memantapkan aksesibilitas kawasan rawa, pesisir, perbatasan provinsi dan kawasan tertinggal untuk mendukung pengembangan ekonomi wilayah dan peningkatan interaksi sosial dan budaya; c. Meningkatkan dan mengembangkan terminal penumpang tipe A, B dan C dalam
sistem jaringan pelayanan angkutan umum Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP);
Berdasarkan strategi pengembangan sistem jaringan jalan maka pengem-bangan sistem jaringan jalan Provinsi Kalimantan Selatan yang terkait dengan pembangunan wilayah Kabupaten Kotabaru, meliputi :
a. Pembangunan, peningkatan dan pengembangan sistem jaringan jalan kolektor sekunder dan tersier dengan status jalan Provinsi meliputi : Sebelimbingan – Kotabaru – Berangas ; Sebelimbingan – Mekar Putih.
b. Pembangunan dan peningkatan jalan lingkar dalam kabupaten/kota se Kalimantan Selatan, meliputi : Jalan Kotabaru – Pelabuhan Mekar Putih dan Tanjung Seloka; Jalan lingkar Kotabaru, Pulau Laut.
c. Pembangunan, peningkatan dan pengembangan jaringan jalan yang menghubungkan antara bagian barat dengan tengah Kalimantan Selatan dan antara bagian tengah dengan timur-tenggara Kalimantan Selatan, yaitu : Kandangan – Batulicin; Rantau – Lumpangi – Batulicin; Simpang Empat Pangaron – Sungai Loban – Pagatan; Jembatan Pulau Swangi yang menghubungkan Kabupaten Tanah Bumbu dengan Kabupaten Kotabaru.
RAN
AKHI
R
e. Pembangunan, peningkatan dan pengembangan pada ruas-ruas jalan khusus angkutan komoditi yang mendukung kelancaran arus distribusi dari sentra-sentra produksi pertanian dalam arti luas, sentra produksi energi dan mineral yang dikelola oleh pihak
swasta/investor menuju pelabuhan khusus, yang nantinya akan dipersiapkan menjadi cikal bakal jalan umum apabila masa kontrak investor telah berakhir dan atau adanya kepentingan pengembangan wilayah, yaitu: Pembangunan jalan khusus angkutan komoditi untuk Kabupaten Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Kotabaru;
Pengembangan sistem jaringan jalan Provinsi Kalimantan Selatan diwujudkan dengan kesesuaian dengan sistem jaringan pelayanan angkutan umum dan pengembangan terminal yang berfungsi untuk kemudahan pelayanan pergantian antar moda secara terpadu dalam berbagai tingkatan (hirarkhi), regional Pulau Kalimantan, lokal Provinsi Kalimantan Selatan dan untuk kebutuhan kabupaten/kota yang bersangkutan, meliputi :
a. Pengembangan terminal meliputi :
Terminal Tipe B difungsikan untuk melayani pergerakan lokal antar moda, antar kota
dalam Provinsi Kalimantan Selatan yang diarahkan untuk pembangunan dan pemindahan Terminal Batuah Martapura, pemeliharaan Terminal Rantau, pembangunan dan pemeliharaan Terminal Antaluddin, pembangunan dan pemindahan terminal Amuntai di Kecamatan Amuntai Tengah (Desa Tapus), pemeliharaan Terminal Barabai di Kecamatan Pantai Hambawang Kabupaten Hulu Sungai Tengah, pembangunan dan pemindahan Terminal Tanah Habang Pelaihari di Desa Ambungan Kabupaten Tanah Laut, pemeliharaan Terminal Batulicin di Desa Kersik Putih Kabupaten Tanah Bumbu, pemeliharaan Terminal Kotabaru dan pembangunan dan pemindahan Terminal Banjarmasin di Kelurahan Basirih Kota Banjarmasin.
Terminal Tipe C difungsikan untuk melayani pergerakan lokal antar moda, antar
kecamatan/kelurahan dalam kota/kabupaten yang bersangkutan yang diarahkan untuk pembangunan, pemindahan dan atau pemeliharaan Terminal Tipe C pada wilayah Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, Balangan, Tabalong dan Kotabaru.
b. Strategi pengembangan sistem jaringan kereta api, meliputi upaya :
Mempercepat rencana pembangunan jaringan prasarana kereta api angkutan
AKHI
R
Mengarahkan angkutan penumpang dan barang yang bersifat massal dan berskala besar,
berbiaya murah, berkecepatan tinggi, terjaminnya keamanan dan kenyamanan, berbahan bakar hemat dan ramah lingkungan;
Meningkatkan dan mengembangkan stasiun kereta api dalam sistem jaringan pelayanan
angkutan umum.
Berdasarkan Strategi pengembangan sistem jaringan kereta api tersebut di atas maka pengembangan sistem jaringan jalur kereta api, meliputi :
Pembangunan jalur kereta api untuk angkutan penumpang antar kota PKN, yaitu ruas Banjarmasin – Palangkaraya;
Batas Kalimantan Tengah - Banjarmasin – Pelaihari – Asam-Asam – Satui – Pagatan –
Batulicin – Kotabaru – Batas Kalimantan Timur
Pembangunan jalur kereta api untuk angkutan barang pada sentra-sentra produksi
terutama untuk komoditas sumberdaya mineral dan batubara serta komoditas pertanian
pada sebelah barat dan timur-tenggara Pegunungan Meratus, yaitu :
Batas Kalimantan Timur (Kabupaten Pasir) - Kotabaru – Tanah Bumbu – Tanah Laut –
Tanjung Selatan;
Batas Kalimantan Tengah (Kabupaten Barito Timur) - Tabalong – Balangan - Batas
Kalimantan Timur (Kabupaten Pasir) - Kotabaru – Batakan - Teluk Pamukan;
Pembangunan stasiun besar kereta api sebagai simpul jaringan jalur kereta api diarahkan
pada ibukota provinsi, kabupaten/kota se Kalimantan Selatan;
2. Pengembangan sistem Jaringan transportasi sungai, danau dan
penyeberangan
Strategi Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Sungai, Danau dan Penyeberangan meliputi upaya :
a. Mengarahkan pengembangan jaringan transportasi sungai untuk pelayanan
angkutan penumpang dan yang bersifat murah dan massal pada lintas wilayah,
antar wilayah, antar pusat permukiman, antar kawasan sentra produksi, antar pusat
pemasaran;
b. Meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan fasilitas keamanan, keselamatan,
kenyamanan alur pelayaran pada sungai, kanal/anjir baik lebar maupun
kedalamannya pada saat musim hujan maupun kemarau sehingga layak untuk
RAN
AKHI
R
c. Meningkatkan pengembangan pembangunan dermaga dan pelabuhan
penyeberangan terpadu yang terhubung antara moda angkutan sungai dan moda
angkutan darat dengan dilengkapi fasilitas pergudangan;
Berdasarkan strategi pengembangan sistem jaringan transportasi sungai, danau dan
penyeberangan, maka pengembangan sistem jaringan sungai, meliputi : a. Peningkatan jaringan sungai sekunder, yaitu:
Sungai Tabalong yang menghubungkan Kota Amuntai – Kalua – Pamarangan – Tanjung; Sungai Balangan yang mengbubungkan antara Kota Amuntai – Lampihong – Paringin –
Juai – Awayan;
Sungai Tabalong yang mengubungkan Kota Pasar Arba – Kalua – Pamarangan – Tanjung; Sungai Amandit yang menghubungkan Kota Kandangan dengan daerah sekitarnya Sungai Tapin yang menghubungkan Kota Rantau dengan daerah sekitarnya. Sungai Kusan yang menghubungkan Kota Batulicin dengan daerah sekitarnya.
3. Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Laut
Strategi Pengembangan sistem jaringan transportasi laut, meliputi upaya :
a. meningkatkan dan mengembangkan simpul-simpul jaringan transportasi laut melalui peningkatan dan pembangunan pelabuhan peti kemas yang didukung oleh keberadaan industri manufaktur dan/atau industri pengolahan terutama yang berperan dalam mendorong dan mempercepat laju perekonomian wilayah, pergerakan orang, barang dan
jasa antar pulau pada jaringan pelayaran Nusantara dan ekspor–impor pada jaringan pelayaran internasional;
b. meningkatkan aksesibilitas dari kawasan andalan ke tujuan pemasaran;
c. meningkatkan rambu-rambu keamanan dan keselamatan pelayaran untuk mengantisipasi
gangguan alam dan daerah-daerah bahaya;
d. menata Daerah Lingkungan Kerja (DLKR) dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKP) yang dapat mengamankan proses pengembangan pelabuhan secara terpadu, efisiensi dan efektif sesuai dengan skala ekonomi investasi dengan memanfaatkan jalur ALKI II yang melintasi Selat Makassar pada sepanjang pantai timur – tenggara Kalimantan Selatan dan sepanjang Sungai Barito dan Sungai Negara;
AKHI
R
f. meningkatkan dan mengembangkan pelabuhan utama untuk barang dan penumpang khususnya pelayaran Nusantara;
g. meningkatkan dan memantapkan aksesibilitas jalur pelayaran antar pulau dan
jalur-jalur internasional terutama peningkatan ekspor komoditas unggulan daerah;
h. meningkatkan, mengembangkan dan membatasi secara selektif pembangunan pelabuhan khusus baik regional maupun nasional;
Berdasarkan strategi pengembangan sistem jaringan transportasi laut tersebut di atas, maka pengembangan sistem jaringan transportasi laut, meliputi :
a. Peningkatan dan pengembangan prasarana Pelabuhan Nasional Bandarmasih Trisakti, Martapura Baru, Basirih Banjarmasin dan Pelabuhan Batulicin sebagai sebagai Pelabuhan Utama Primer;
b. Perencanaan pembangunan dermaga Pangkalan TNI-AL pada daerah-daerah tertentu di sepanjang pesisir pantai timur – tenggara Provinsi Kalimantan Selatan.
4. Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Udara
Strategi Pengembangan sistem jaringan prasarana transportasi udara, meliputi upaya :
a. Mempersiapkan dan melengkapi sarana dan prasarana bandar udara untuk peningkatan status bandar udara;
b. Mempesiapkan bandar udara khusus untuk penerbangan sipil dan bandar udara khusus untuk penerbangan dan basis militer;
c. Meningkatkan dan memantapkan aksesibilitas jalur-jalur penerbangan antar kota dalam lingkup lokal, regional dan nasional serta mempersiapkan pembukaan jalur-jalur internasional terutama dengan negara tetangga dan negara-negara pusat pemasaran produk dan jasa;
d. Mendorong pengembangan potensi parawisata dan potensi ekonomi lainnya pada lokasi-lokasi yang sangat potensial dan belum dilayani jaringan transportasi lainnya yang mamadai;
e. Mengembangkan dan mewujudkan sistem jaringan trasportasi udara yang terpadu sebagai satu kesatauan dengan sistem jaringan transportasi lainnya.
Berdasarkan strategi pengembangan sistem jaringan transportasi udara maka pengembangan sistem jaringan transportasi, meliputi :
a. Pembangunan dan pemindahan Bandar Udara Bersujud dari Batulicin ke Betung
(Sungai Loban) dan peningkatan status Bandar Udara Bersujud Sungai Loban-Tanah
Bumbu, Bandar Udara Stagen-Kotabaru dan Bandar Udara Warukin-Tabalong