1
Penelitian Kualitatif pada Tesis dan Disertasi Arsitektur
syamsul alam paturusi
E erythi g that a e ou ted does ot e essarily ou t; e erythi g that ou ts a ot e essarily e ou ted. -Albert Einstein
PENGANTAR
Peningkatan kualitas pengajar Perguruan Tinggi salah satunya dicapai dengan pendidikan lanjutan pada jenjang S2 dan S3. Pendidikan S2 dan S3 menurut Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dibagi dua, yaitu orientasi akademik (scientific theory) dan orientasi vokasional (applied research) . Perbedaannya adalah, jenjang orientasi akademik berbasis pada penelitian, sedangkan orientasi vokasional berbasis pada praktek/terapan. Pendidikan lanjutan S2 dan S3 Arsitektur di Indonesia mayoritas berorientasi pada akademik. Konsekuensi logisnya adalah kegiatan penelitian menjadi keniscayaan.
Disatu sisi, berbagai kendala dialami oleh karyasiswa yang berlatar belakang Arsitektur ketika mengikuti pendidikan lanjutan ini, antara lain: pendidikan S1 Arsitektur tidak diformat u tuk e jadi pe eliti ; ata kuliah Metodologi Penelitian relatif baru masuk pada kurikulum pendidikan Arsitektur dan sampai saat ini mata kuliah ini hanya sekedar pelengkap; pekerjaa se agai ko sulta le ih menjanjikan ketimbang dunia penelitian. Dengan segala kondisi yang melatar belakangi karyasiswa tersebut, kegiatan penelitian menjadi jalan satu satunya yang harus dilewati.
Pilihan jenis penelitian pada umumnya dikategorikan ada dua, yaitu Penelitian Kuantitatif dan Penelitian Kualitatif. Meskipun pengelompokan dualisme penelitian yang seolah bertolakbelakang ini banyak yang tidak sependapat (Trochim, 2007; Groat, 2013), namun pada kenyataannya dikotomi pengelompokan masih tetap digunakan.
2 dibatasi pada lingkup penelitian Tesis/Disertasi bukan pada penelitian non akademis. Pembahasannya lebih ersifat pe ga tar daripada pembahasan lengkap yang tidak mungkin dilakukan pada tulisan yang terbatas ini.
ASAL MUASAL PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian kualitatif relatif baru digunakan sebagai alternatif pilihan pada penelitian Tesis dan Disertasi. Sebelumnya, penelitian kuantitatif hampir mendominasi setiap penelitian, seolah menjadi keharusan bahwa setiap penelitian harus menggunakan angka. Terkesan penelitian tanpa angka atau statistik diragukan kevailiditasan dan hasilnya.
Menilik sejarah lahirnya, sebenarnya jenis penelitian kualitatif sudah sejak lama digunakan dikajian Antroplogi yang mempelajari manusia dalam perspektif waktu dan tempat. Tulisan Frederic le Play tentang keluarga-keluarga dan masyarakat Eropa abad 19 dianggap sebagai cikal bakal penelitian sosial yang menggunakan penelitian kualitatif (Kompasiana, 2015). Namun secara formal pendekatan kualitatif pertama kali diterapka dala sosiologi pada kajia te ta g Chicago School pada
pergantian abad.
Pendekatan ini berakar pada paradigma Konstruktifism atau Interpretive social sciences paradigm yang berbasis dari kajian Max Weber (1864 – 1920) dengan
jargo verstehen pe aha a e pati (Jennings, 2010). Inti dari konstruktivis sosial yang menjadi filosofi penelitian kualitatif bertujuan untuk mencari makna atau pemaknaan serta memahami dan menafsirkan makna lain dari interaksi manusia tentang dunia. Berbeda dengan pandangan positivism (yang mendasari penelitian kuantitatif) yang memulai penelitian dengan teori dan menghasikan secara induktif dalam mengembangkan teori sebelumnya. Dengan demikian, pemahaman mendalam adalah titik tolak dan tujuan penelitian kualitatif. Karenanya ketekunan,
3 KARAKTERISTIK PENELITIAN KUALITATIF
Sejumlah penciri penelitian kualitatif dapat dicermati berdasarkan aspek ontologis, epistemologis, metodologi dan aksiologisnya. Dari aspek aspek ini kemudian dijabarkan lebih rinci yang dapat dijadikan sebagai karakteristik dan prinsip dasar penelitian kualitatif yang membedakannya dengan penelitian kuantitatif.
Pendekatan penelitian (research approach). Pendekatan penelitian bertumpu pada gejala induktif yang didasarkan pada kasus-kasus dan kenyataan di lapangan, bukan pada pendekatan deduksi yang berangkat dari teori sebagaimana pendekatan kuantitatif.
Pandangan ontologis. Pendekatan ini memahami bahwa kebenaran atau realitas kebenaran sifatnya jamak (multiple realities), bukan kebenaran tunggal (Causal relationship) sebagaimana penelitian kuantitatif. Ini berarti bahwa penelitian yang dilakukan pada objek yang sama oleh peneliti yang berbeda dapat mengeluarkan hasil yang berbeda dan sah sah saja karena kebenaran itu tidak tunggal – homogen.
Sifat kebenaran (nature of truth): penelitian kualitatif didasarkan pada dunia nyata (grounded in the real world). Sedangkan pendekatan kuantitatif didasarkan pada uji hipotesis (Hypothesis testing).
4 Sikap peneliti (researcher situatedness): posisi peneliti didasarkan pada pandangan
emic (apa adanya yang terjadi di lapangan, yang dialami, dirasakan dan difikirkan oleh partisipan sebagai insider) bukan pada etic (bagaimana seharusnya atau sebaiknya menurut pandangan si peneliti sebagai outsider). Empati dan emic seperti sekeping uang yang memiliki dua sisi, tetapi tak tepisahkan.
Rancangan penelitian (research design): rancangan penelitian kualitatif bersifat tidak terstruktur (unstructured), ide bisa muncul secara tiba-tiba (emergent), dan kajiannya spesifik. Kontras dengan kuantitatif yang : terstruktur, sistematis dan dapat diulang (replicable).
Fokus masalah: penelitian kualitatif tidak e ge al atasa - asalah (sebagaimana dalam kuantitatif). Pe ikira atasa - asalah era gkat dari pemahaman bahwa kebenaran itu tunggal sehingga bisa dipilah dan dipilih, bagi pendekatan kualitatif kebenaran itu bersifat jamak, berlapis lapis dan saling berkait sehingga tidak dapat dibatas batasi. Fokus di lakukan hanyalah untuk memudahkan langkah awal penelitian, tetapi bukan berarti titik lain diabaikan, bahkan bukan tidak mungkin justru titik lain itu yang lebih berarti dan lebih bermakna (pola inklusi-eksklusi).
Pemilihan sampel (participant selection): bersifat tidak diacak (non-random/non probability) artinya orang yang diwawancarai secara mendalam memang dengan sengaja dipilih (purposive, unequal chance and non-representative) karena dianggap dialah yang paling tahu dan akan memberikan informasi yang diharapkan. Sehingga dalam penelitian kualitatif jumlah sampling tidak pernah dituntut jumlahnya.
Peneliti sebagai instrument penelitian yang utama (researcher as measurement device): Pada penelitian kuantitatif instrument yang diandalkan adalah
5 adalah instrument utama,karena instrument yang telah disebutkan, tidak mampu menangkap atau merekam bahasa tubuh, mimik, raut wajah partisipan.
Peranan Teori: Perananan teori dalam penelitian kualitatif tidak sepenting dalam
penelitian kuantitatif (sebagai pengarah atau akan diuji). Teori hanya digunakan sebagai pemberi pemahaman awal tetapi selanjutnya peneliti lebih berpihak kepada realitas lapangan. Bila realitas lapangan bertentangan dengan teori maka teori tersebut tidak digunakan. Buat penelitian kualitatif teori hanyalah merupakan (re)konstruksi atas realitas, tetapi bukan realitas itu sendiri.
Penyajian data (Representation data): Data yang digunakan dalam penelitian kualitatif disajikan dalam bentuk narasi/deskripsi atau gambar – gambar (images): artefak, simbol, obyek budaya (rumah, lukisan); peristiwa ( upacara, acara keagamaan, pertunjukan), bukan dalam wujud angka angka.
Teknik analisis: Dalam penelitian kualitatif SEDIKIT prosedur yang disepakati secara
luas; Jarang ada penjelasan eksplisit bagaimana DATA dianalisis; Cara-cara yang ditempuh para peneliti dalam analisis sangat tidak jelas (Idiosinkratik). Namun secara umum, teknik analisis yang digunakan adalah, data dikelompokkan berdasakan tema-tema atau motif kemudian dilakukan
analysis content melalui cara manual atau bantuan software. Babbie (2004, p.369) mengusulkan tahapan analisis: Coding, Memoing, Concept mapping.
“e agia esar a alisis ya g dilakuka e ggu aka kata da materi visual bukan analisis statistik.
Simpulan penelitian: tidak menghasilkan generalisasi, tetapi lebih menekankan pada
makna sehingga tidak dapat diberlakukan di tempat lain (untransferability). Holistik: Pe elitia kualitatif se ara tipikal ertujua u tuk e ge a gka
6 beragam pandangan, mengidentifikasi banyak faktor yang tercakup dalam suatu situasi, dan umumnya menghasilkan sketsa gambar kehidupan yang lebih besar Cres ell, 2009).
Durasi penelitian yang lama: Penelitian kualitatif yang menekankan pada penelitian
lapangan butuh waktu yang cukup panjang misalnya untuk memahami dan menghayati tentang budaya, memahami konteks dan atau membangun
keper ayaa da hu u ga de ga partisipa O’Leary dala Groat, .
Namun, argument lain dari Nusa Putra (2011, p.21) mengatakan bahwa durasi penelitian kualitatif sama saja dengan penelitian kuantitatif tergantung fokusnya.
Terbuka (open-ended): Penelitian kualitatif cenderung lebih terbuka (open-ended) baik dari aspek konsep teoritis aupu ra a ga pe elitia , sehi gga rencana untuk penelitian tidak dapat ditentukan secara ketat, dan seluruh tahapan proses penelitian dapat dirubah atau digeser.
Penyajian laporan dalam bentuk yang bersifat personal seperti: saya, aku, peneliti,
penulis dst. yang tidak direkomendasi dalam penelitian kuantitatif. Dengan demikian, dalam penelitian kualitatif penggunaan kata personal adalah hal yang lumrah.
RAGAM PENELITIAN KUALITATIF
7 penelitian Ethnografi dan grounded research; memiliki kesamaan hanya pada dua penulis seperti: penelitian phenomenology, case study dan ethnomethodology. Jenis penelitian kualitatif ini akan semakin beragam ditemui dalam buku Handbook of Qualitative Reseach (Denzin dan Lincoln, 2009).
Pilihan jenis penelitian kualitatif mana yang digunakan sangat tergantung dari tujuan dan fokus penelitian yang akan dilakukan.
Tabel 1 Jenis Penelitian Kualitatif menurut Creswell, Jennings, Babbie, Trochim dan Groat.
CRESWELL JENNINGS BABBIE TROCHIM GROAT
Narratives -- -- -- --
Phenomenology -- -- Phenomenology Phenomenology
Ethnographies Ethnographies Ethnographies Ethnographies Ethnographies Grounded
Research
Grounded Research Grounded Research Grounded Research
Grounded Research
Case Studies -- Case Studies -- --
-- -- Naturalism -- --
-- Ethnomethodology Ethnomethodology -- --
-- Heuristic research -- -- -- Groat and David Wang (2013),
8 Secara umum penentuan pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian Tesis dan Disertasi sangat tergantung dari tujuan penelitian. Selain itu ada beberapa pertimbangan yang dilakukan untuk memilih penelitian kualitatif.
Beberapa faktor kapan penelitian kualitatif digunakan, akan diuraikan sebagai berikut.
a. Ketika masalah penelitian belum jelas, masih kabur bahkan belum tahu apa yang akan diteliti. Setelah diadakan grand tour, fokus perlahan-lahan masalah yang akan diteliti mulai tersingkap. Semakin didalami maka akan semakin fokus masalah yang akan diteliti. Hal ini tentu sangat berbanding terbalik dengan penelitian kuantitatif, yang sejak awal sudah direncanakan dengan baik sebelum diverifikasi di lapangan.
b. Jika penelitian ingin mengetahui apa yang tersirat, bukan yang tersurat. Penelitian kualitatif bukan hanya merekam apa yang terucap oleh partisipan, tetapi juga yang tak terucapkan. Seorang peneliti ketika melihat pemesuan
pada perumahan tradisonal bali, bukan fokus mengukur proporsi perbandingan antara tinggi dan lebar pemesuan tersebut, tetapi lebih tertarik pada pemikiran dibalik desain tersebut, apa arti, fungsi dan makna dibaliknya.
c. Ketika berlangsung suatu upacara adat di Bali, terjadi interaksi sosial diantara masyarakat. Bila peneliti ingin mengetahui interaksi tersebut secara dalam, maka pilihan partisipasi langsung (direct observation) yang merupakan salah satu tools penelitian kualitatif menjadi pilihan.
9 e. Desain arsitektur dan kota tidak selamanya sesuai antara apa yang direncanakan dengan perilaku pengguna. Dengan teknik pemetaan perilaku (behavioral mapping) dengan segera tergambarkan pola pola pengguna dan kecenderungannya ketika beraktivitas pada suatu obyek. Visual sociology
(Baker, 1998) dengan berbagai tekniknya merupakan salah satu bagian dari penelitian kualitatif.
TAHAPAN PENELITIAN KUALITATIF
Sebagaimana dalam penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif juga memiliki tahapan tahapan proses. Tahapan tahapan tersebut akan diuraikan sebagi berikut.
1. Grand tour, merupakan tahap awal untuk menggali realitas, mengenali medan lapangan, menghirup aroma udara dan ambiance lingkungan, telusuri lorong dan gang sempit, dengarkan hiruk pikuk atau keheningan dan rasakan auranya.
2. Seluruh hasil grand-tour, disimak dengan cermat untuk menentukan fokus penelitian.
3. Mini-tour, merupakan tahapan mendalami fokus penelitian, mencermati secara detail obyeknya, mengamati penggunaanya, frekuensi dan waktunya dan mempertanyakan mengapa semua itu terjadi, apa makna dan artinya. 4. Secara simultan dengan kegiatan mini tour dilakukan proses analisis di
tempat. Setiap informasi atau data yang diperoleh langsung dianalisis. Proses ini dilakukan secara berkesinambungan dan terus menerus hingga dianggap jenuh menurut pandangan emik bukan etik.
PENELITIAN KUALITATIF DALAM ARSITEKTUR
10 Metode adalah alat (tools) yang dapat digunakan dimana saja, dalam disiplin ilmu apa saja. Dengan demikian prinsip-prinsip penelitian kualitatif yang telah dibahas sebelumnya dapat digunakan pada penelitian kualitatif dalam Arsitektur. Demikian halnya pada tingkat teknik/taktik penelitian semuanya dapat digunakan selama kompatibel.
Dibawah ini akan disajikan beragam jenis penelitian secara umum sebagai pengantar sebelum masuk ke pembahasan penelitian Arsitektur.
A. Secara umum penelitian dapat diklasifikasi berdasarkan:
Kegunaannya penelitian evaluasi (misalnya penelitian purna huni).
Penelitian terapan (applied research), biasa juga disebut dengan penelitian preskriptif atau penelitian normatif yang akan menjawab pertanyaan: What should be? atau What ought to?
Penelitian murni (pure research) atau biasa juga disebut penelitian dasar (basic research) yang berorientasi pada pengembangan teori.
Klasifikasi penelitian berdasarkan bidang ilmu yang dibahas:
Penelitian lingkungan perilaku (Environmental-Behavior)
Penelitian perancangan kota
Penelitian perencanan kota
11
Penelitian etnografi
Penelitian konservasi
Penelitian keberlanjutan dan arsitektur hijau
Penelitian permodelan
Klasifikasi penelitian berdasarkan pendekatannya:
Penelitian eksperimental
Penelitian survey
Penelitian analisis data sekunder
Klasifikasi penelitian berdasarkan tempatnya:
Penelitian laboratorium
Penelitian lapangan (field research)
Penelitian pustaka dan dokumen
Klasifikasi penelitian berdarakan tujuan penelitian:
Penelitian eksplorasi atau biasa juga disebut dengan penelitian diagnostik
Penelitian eksplanatory atau biasa juga disebut penelitian confirmatory
Klasifikasi penelitian berdasarkan masalahnya:
Penelitian deskriptif
Penelitian komparasi (differencies)
Penelitian asosiasi (relational)
Klasifikasi penelitian berdasarkan metodenya:
Penelitian kuantitatif
12
Penelitian campuran (mix-methods)
Secara skematik jenis penelitian diatas dapat dilihat pada Gambar 1.
Klasifikasi penelitian tersebut hanyalah upaya untuk memudahkan pemahaman akan ragam jenis penelitian. Karena pada prakteknya satu penelitian bisa masuk dalam berbagai kategori klasifikasi di atas, misalnya suatu penelitian perilaku (environmental-behavior) berdasarkan metodenya termasuk dalam kategori penelitian kualitatif yang dilakukan di lapangan (field esearch) dan kegunaanya untuk tindakan (action).
Gambar 1. Ragam Penelitian
Sumber: William B. Castetter (1982), Uriel Cohen and Lani van Ryzin (1985), John Zeisel (1990), Hermawan Wasito (1992), Therese L.Baker (1994), Gayle Jennings (2001), John W. Creswell (2009), Ranjit Kumar (2011),
B. Penelitian Arsitektur
13 (2013) membagi lima babakan periode perkembangan penelitian arsitektur dan karakteristiknya masing masing yang secara terinci tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2 Perkembangan Penelitian Arsitektur
Sumber: Linda Groat (2013)
Dari Tabel 2 terlihat bahwa ada pergeseran bentuk penelitian arsitektur dari tuntutan fisik praktis kearah penelitian yang bersifat teoritis akademis.
14 saja dalam setiap penelitian tersebut akan melibatkan berbagai disipin ilmu lain sebagai mitra ilmu. Secara terinci ide ide penelitian yang bisa muncul berdasarkan tahap kegiatan desain dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Objek Kajian Penelitian Arsitektur Berdasarkan Tahapan Kegiatan Desain
Sumber: Diolah dari What is Architectural Research?
https://www.architecture.com/Files/RIBAProfessionalServices/ResearchAndDevelopment/WhatisArchitectural Research.pdf
C. JENIS PENELITIAN ARSITEKTUR
Klasifikasi jenis penelitian Arsitektur telah dikembangkan oleh berbagai pakar penelitian arsitektur. Diantara sekian banyak pakar tersebut, ada yang membuat jenis penelitian masih bersifat umum, artinya meskipun berlatar belakang Arsitektur klasifikasinya dapat digunakan untuk berbagai macam disiplin ilmu, misalnya yang dilakukan oleh Cohen (1985) dan Zeisel (1990). Ada tiga pakar lainnya yang dapat memberi kekhasan penelitian arsitektur seperti Joroff & Morse’s , Mahgoub (2009) dan Groat & Wang (2013).
Jenis Penelitian versi Joroff & Morse’s
15 menunjukkan lebih dekat kemana orientasi kecenderungannya kearah subjective atau Objective (Lihat Gambar 2)
Ga bar Je is Pe elitia e urut Joroff & Morse’s (1980) Sumber: Groat & Wang (2013)
Jenis Penelitian versi Mahgoub (2009)
16 Gambar 5 Jenis Penelitian Versi Mahgub
Sumber: http://www.slideshare.net/ymahgoub/architectural-research-methods-table
Jenis Penelitian Menurut Groat & Wang (2013)
Karya Groat dan Wang ini yang banyak digunakan secara luas berkat bukunya yang sangat fenomenal Architectural Research Methods. Seperti yang telah dikemukan sebelumnya bahwa Groat tidak setuju adanya pembagian secara dikotomis penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Menurutnya tidak ada perbedaan yang signfikan antara keduanya, yang ada adalah perbedaan ditataran teknik/taktik. Hal ini terlihat pada klasifikasi penelitian yang disusunnya yang tidak memperlihatkan adanya secara tersurat penelitian kuantitatif. Groat juga tidak membuat suatu range
pe elitia se agai a a ya g dilakuka oleh Joroff&Morse’s (Gambar 3).
Gambar 4. Jenis Penelitian versi Groat & Wang (2013) Sumber: Groat & Wang (2013)
TEKNIK PENGUMPULAN, ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA PADA PENELITIAN KUALITATIF DALAM ARSITEKTUR
17 Proses pendataan yang mencakup pengumpulan, reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif bersifat interaktif dan berpola siklus yang dilakukan secara berkesinambungan.
Pengumpulan data
Ada 4 sumber data yang digunakan dalam pengumpulan data kualitatif, yaitu: 1. Wawancara terstruktur (in-depth interview) termasuk Focus Group
Discussion (FGD). 2. Observasi
3. Artefak dan tapak (observasi in situ pada artefak/bangunan/konteks urban dan tapak lansekap).
4. Dokumentasi arsip
Butir 1 hingga 3 merupakan sumber data primer, sedangkan yang terakhir adalah sumber data sekunder.
Reduksi data/Coding
Adalah tahapan menjaring data yang benar benar dibutuhkan dalam penelitian. Tahapannya adalah data hasil lapangan yang begitu banyak, dipilih dan dipilah lalu dikelompokkan. Selanjutnya data yang sudah dikelompokkan ini disajikan dalam bentuk tematik yang mudah dibaca dan dicerna. Seluruh proses reduksi ini selalu dikontrol berdasarkan tujuan dan fokus penelitian.
Penyajian data (data display)
Kalau dalam penelitian kuantitatif penyajian data dilakuka dengan tabel, grafik, pictogram, maka dalam penelitian kualitatif ata disajikan dalam bentuk narasi, uraian singkat, sketsa, gambar, foto dan sejenisnya.
18 Kesimpulan dalam penelitian kualitatif bersifat sementara, sampai tidak ditemukannya bukti bukti lainnya baru dijadikan simpulan akhir. Juga simpulan ini bisa berbeda dengan rumusan masalah sehingga perlu modifikasi masalah yang juga bersifat sementara.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENELITIAN KUALITATIF
Kelebihan:
Kemampuan untuk merekam keadaan kehidupan nyata yang sangat kaya dan holistik.
Kelenturan dalam rancangan dan prosedur yang memungkinkan penyesuaian dalam proses penelitian.
Kepekaan terhadap makna dan proses suatu artefak dan kegiatan manusia.
Kekurangan:
tantangan menangani sejumlah data yang banyak.
Sangat sedikit panduan atau langkah langkah prosedur penelitian
Kredibilitas data kualitatif yang dipandang sebagai kelemahan paradigm postpositivist.
CATATAN AKHIR
19
Pemilihan jenis penelitian kualitatif ini tentu didasarkan pada berbagai pertimbangan, misalnya bidang ilmu yang diambil cenderung ke arah etnografi dan sosial budaya.
Penguasaan terhadap pendekatan kuantitatif yang menggunakan analisis kuantitatif belum mendapatkan tempat dengan berbagai faktor.
Dominansi pendekatan kuantitatif yang cukup merasuk dalam dunia keilmuan dalam waktu yang cukup lama, membuat pola pikir kita masih sulit untuk meninggalkannya meskipun kita mengklaim memilih kualitatif sebagai pilihan. Hal ini terlihat dari belum teraplikasikannya kaidah kaidah dan prinsip dasar penelitian kualitatif yang sesungguhnya.