• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEMPAT PELELANGAN IKAN DI SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TEMPAT PELELANGAN IKAN DI SIDOARJO."

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

TEMPAT PELELANGAN IKAN

DI SIDOARJO

Untuk memenuhi sebagianpersyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

Diajukan oleh :

FERY TRIONO

0651010002

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

JAWA TIMUR

2010

(2)

TUGAS AKHIR

TEMPAT PELELANGAN IKAN DI SIDOARJO

Dipersiapkan dan disusun oleh :

FERY TRIONO

NPM : 0651010002

Telah dipertahankan didepan tim penguji Pada tanggal : 2 Agustus 2010

Pembimbing Utama

Ami Arfianti, ST., MT NPTY. 3 6911 97 0158 1

Pembimbing Pendamping

Lily Syahrial, ST., MT NIP. 19550908 199103 1 00 1

Penguji

Ir. Erwin Djuni Winarto., MT NTPY. 3 6506 99 0166 1

Ir. Niniek Anggriani., MTP NIP. 19580124 198703 2 00 1

Ir. Syaifuddin Zuhri., MT NIP. 19621019 199403 1 00 1

Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana (S-1)

Tanggal :

Dr. Ir. Edi Mulyadi, SU NIP. 19551231 198503 1 00 2

Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

(3)

TEMPAT PELELANGAN IKAN DI SIDOARJO

FERY TRIONO 0651010002

ABSTRAKSI

Tempat pelelangan ikan di Sidoarjo pada tugas akhir ini dibuat dengan

dasar pemfasilitasan bahwa tempat pelelangan ikan peranan yang sangat penting

dalam kemajuan pemasaran ikan. Pada kenyataannya, tempat pelelangan ikan sangat

memberikan image yang negatif, dengan kondisi becek, bau yang taksedap membuat

pengunjung tidak nyaman dan limbah ikan mencemari lingkungan setempat. , karena

dalam jual beli ikan perlu suatu tempat khusus. Berbeda dengan pasar umum, karena

membutuhkan sarana khusus, maka perlu dibangun tempat khusus sebagai wadah

dalam jual beli ikan.

. Kabupaten Sidoarjo merupakan kabupaten terkecil di Jawa Timur

Kegiatan ekonomi Kabupaten Sidoarjo menampilkan dua wajah. Di satu sisi

kabupaten itu identik dengan tambak yang luas sehingga bandeng dan udang

kemudian dijadikan lambang Kabupaten Sidoarjo

Sebagai dasar pada perancangan tempat pelelangan ikan di Sidoarjo ini

diambil pendekatan arsitektur yang tanggap terhadap lingkungan responsible design,

konsep awal berangkat dari tampilan bangunan yang perhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhi sampai menghasilkan konsep desain untuk perancangan bangunan

ini. Sedangkan pendalaman kaidah - kaidah terhadap perancangan , dipilih tema

Responsible Environment yang memiliki dominasi terbesar pada perancangan

tersebut. Dengan memperhatikan konsep tersebut maka dihasilkan suatu karya

arsitektur yang akan menampilkan nilai-nilai tetap ramah terhadap lingkungan.

Kata Kunci : Pelelangan, ikan, Sidoarjo

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur ditujukan kehadirat Allah SWT, yang mana atas

rahmat dan ridho-Nya, sehingga penyusunan Proposal Tugas Akhir yang berjudul

“TEMPAT PELELANGAN IKAN DI SIDOARJO” ini dapat terselesaikan

dengan baik, untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar

Sarjana Teknik ( S-1 ) Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan

Perencanaan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur di

Surabaya.

Bersama ini penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Ir. Edy Mulyadi, SU. Selaku Dekan Fakultas Tekni Sipil dan Perencanaan

(FTSP), Universitas Pembangunan Nasional (UPN), Jawa Timur.

2. Ir. Syaifuddin Zuhri, MT. selaku Ketua Jurusan Arsitektur, Fakultas Tekni

Sipil dan Perencanaan (FTSP), Universitas Pembangunan Nasional (UPN),

Jawa Timur.

3. Ir. Sri Suryani Y W, MT. selaku Ketua Lab Studio Tugas Akhir.

4. Amy Arfianti, ST, MT.. Selaku dosen pembimbing utama, terimakasih

banyak atas bimbingannya.

5. Lily Syahrial, ST, MT. Selaku Dosen Pembimbing pendamping. Terimakasih

banyak atas bimbingannya.

6. Ir. Erwin Djuni Winarto.,MT. Ir. Niniek Anggriani.,MTP. Ir. Syaifuddin

Zuhri.,MT Selaku Dosen Penguji. Terima Kasih atas Semua kritik dan

sarannya.

7. Bunda-ku Mamik, yang selalu mendukung aku dengan kesabaran. Dan

Ayah-ku Supardi.

8. Mas Nanang,Mas Hendrik, dan Mbak Lilik, Firda, Mbak Rere, Mbak Dewi,

Dita terimakasih Suport dan Doanya.

9. Calon Istri-ku Ayu Herawati terima kasih udah sabar menunggu-ku dan

memberikan suport serta fasilitas-fasilitas untuk pendukung Studi-ku.

10. Keluarga besar Pak Hendro sekeluarga yang telah jauh-jauh mengantar

survey ke lamongan.

(5)

11. Pak Handoko, Mama, Bu Watik dan Keluarga yang di jember . Terimakasih

Do’a-nya.

12. Achmat Rustam Fauzi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk

membatu jalanya TAq. Txs ya bro.

13. Kelompok “WongTuex’s”, Romei, Jujuk, Huda, Nopi. Terimakasih atas

semua dukungan dan bantuannya.

14. Nelia, terimakasih sudah jadi notulen.

15. Teman-teman ruangan “TA”.

16. Teman-teman angkatan 2004, 2005, 2006.

17. Dan semua pihak yang telah membantu dalam pengerjaan Proposal Tugas

Akhir ini.

Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih dan mohon maaf

sebesar-besarnya jika terdapat banyak kesalahan baik yang disengaja maupun tidak dalam

penyusunan proposal tugas akhir ini. Semoga Proposal Tugas Akhir ini bisa

bermanfaat bagi semua pihak, dan bisa didapatkan hasil yang maksimal nantinya.

(6)

DAFTAR ISI

Bab III. Tinjauan Lokasi Perancangan... 30

3. 1. Latar Belakang Lokasi ... 30

3. 2. Penetapan Lokasi ... 32

3. 3. Kondisi Fisik Lokasi ... 33

(7)

3. 3. 1. Eksisting Site ... 35

4. 2. 1. Analisa Aksesibilitas... 47

4. 2. 2. Analisa iklim ... 48

4. 2. 3. Analisa Lingkungan Sekitar... 49

4. 2. 4. Analisa Zoning ... 49

5. 4.Konsep Bentuk dan Tampilan... 54

5. 5.Konsep Tatanan masa ... 54

5. 6.Konsep sirkulasi ... 55

5. 7.Konsep Ruang Luar ... 56

5. 8.Konsep Utilitas... 57

Bab VI. Aplikasi Konsep Perancangan ... 58

6. 1. Aplikasi Bentuk ... 58

6. 2. Aplikasi Tampilan ... 59

6. 3. Aplikasi Sirkulasi Dalam Tampak ... 61

6. 4. Aplikasi Ruang Luar ... 62

(8)

6. 5. Aplikasi Drainase Dalam Tapak ... 64

PENUTUP ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Luas Tambak di Sidoarjo ... 2

Tabel 1.2 Produksi Tambak Kabupaten Sidoarjo 1997-2002 ( /kg ... 3

Tabel 1.3 Produksi Tambak Kabupaten Sidoarjo 2001-2003 ( /kg )... 3

Tabel 2.1 Fasilitas Pelabuhan dan Tempat Pelelangan Ikan di pantai Tamperan Kabupaten Pacitan ... 12

Tabel 2.2 Fasilitas Yang Dikembangkan Dalam Jangka Pendek ... 22

Tabel 2.3 Fasilitas Yang Dikembangkan Dalam Jangka Menengah ... 21

Tabel 2.4 Fasilitas Yang Dikembangkan Dalam Jangka Panjang ... 22

Tabel 2.5 Perhitungan Luas Fasilitas Tempat Pelelangan Ikan... 24

Tabel 2.6 Perhitungan luas Fasilitas Pengelola ... 25

Tabel 2.7 Perhitungan luas Fasilitas Servise ... 26

Tabel 2.8 Perhitungan luas Fasilitas Umum ... 27

Tabel 2.9 Perhitungan luas Fasilitas Parkir ... 27

Tabel 2.10 Perhitungan luas Retotan ... 28

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.10. Peta Lokasi Pangkalan Pendaratan Ikan... 13

Gambar 2.11. Jembatan penghubung antara desa ayah dan Desa Jetis... 14

Gambar 2.12. Pengangkutan ikan dengan tradisional ... 16

Gambar 2.13. Gedung Tempat Pelelangan Ikan... 16

Gambar 2.14. Gudang Tempat Pengasinan PPI Jetis ... 17

Gambar 2.15. Tempat Jual Beli Ikan (Pasar Ikan) PPI Jetis ... 17

Gambar 2.16. Kondisi Bangunan Kios BBM PPI Jetis... 18

Gambar 2.17. Tempat Parkir Kendaraan Roda Dua PPI... 18

Gambar 2.18. Kondisi Bangunan Balai Pertemuan Nelayan PPI Jetis ... 19

Gambar 2.19. Kolam Tempat Ubur-Ubur Berada di Sekitar PPI Jetis ... 19

Gambar 2.20. Kolam Tempat Ubur-Ubur Berada di Sekitar PPI Jetis ... 19

Gambar 3.1. Peta Sidoarjo... 34

Gambar 3.2. Batas-batas site ... 35

Gambar 3.3. Suasana Jalan Lingkar Timur ... 38

Gambar 3.4. Foto Alur sungai yang menuju ke laut dan ke kota ... 39

Gambar 3.5. Foto Permukiman disektar site ... 40

Gambar 3.6. Perukoan disektar site... 41

(11)

xi

Gambar 3.7. Perwilayahan Pengembangan di Sidoarjo ... 41

Gambar 4.1. Skema organisasi ruang... 43

Gambar 4.2. Sirkulasi pengunjung ... 44

Gambar 4.3. Sirkulasi Staff dan servis ... 45

Gambar 4.4. Diagram abstrak vertical... 46

Gambar 4.5. Analisa Lokasi Site... 47

Gambar 4.6. Analisa Iklim ... 48

Gambar 4.7. Analisa Lingkungan Sekitar ... 49

Gambar 4.8. Analisa Zoning ... 49

Gambar 4.9. Ilustrasi zoning dalam site ... 50

Gambar 4.10. Analisa Tampilan dalam site ... 50

Gambar 5.8. Teknologi Biofilter ... 57

Gambar 6.1. Aplikasi bentuk pada perancangan ... 59

Gambar 6.2. Aplikasi Bentuk tampilan TPI ... 60

Gambar 6.3. Penghawaan dan pencahayaan alami... 60

Gambar 6.4. Aplikasi konsep terhadap bangunan... 61

Gambar 6.5. Pola tatanan masa bangunan... 61

Gambar 6.6. Tempat pelelangan ikan... 62

Gambar 6.7. Sikuen yang memperlihatkan salah satujenis vegetasi...…...63

Gambar 6.8. Sikuen elevasi lantai ... 63

(12)

1

Bab I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah benua kepulauan dengan posisi

geografis strategis, menjadi penghubung benua Asia dan Australia, serta samudera

Hindia dan Pasifik. Lebih dari dua pertiga wilayah tersebut adalah laut yakni seluas

5.877.879 km2, dengan laut teritorial 300.165 km2 dan ZEE: 2.692.762 km2, serta

panjang garis pantai 80.570 km. Wilayah perairan Indonesia yang sedemikian luasnya

kaya akan hasil laut. Potensi sumber daya ikan dan biota Indonesia sekitar 55,7 juta ton

per tahun, yang terdiri dari potensi lestari sumberdaya ikan laut sekitar 6,2 juta ton per

tahun, budidaya laut sekitar 46,7 ton, perairan umum (darat) 0,8 juta ton, budidaya

tambak sekitar 1 juta ton, dan budidaya airtawar 1 juta ton. Kekayaan alam ini apabila

dikelola dengan baik dapat dioptimalkan menjadi pilar keunggulan kompetitif bangsa

dalam pembangunan ekonomi dan kemakmuran rakyat, dengan jalan memberikan

kontribusi terhadap devisa negara. Namun pada saat ini potensi sumberdaya alam

tersebut belum dimanfaatkan dengan baik oleh bangsa Indonesia, bahkan dimanfaatan

secara tidak sah oleh pihak asing. Kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan

pasar komoditif perikanan di dalam negeri adalah masalah teknis dan masalah rantai

pemasaran komoditi perikanan, dimana salah satu mata rantai pemasaran ikan dan hasil

laut lainnya adalah tempat pelelangan ikan.

Tetapi petani tambak terutama pada musim panen, sulit memperoleh harga

yang layak dalam memasarkan hasil ikannya. Untuk itu perlu suatu tempat yang dapat

menampung mereka dalam suatu sistem jual beli yang terbuka dan saling

(13)

2

Pentingnya tempat pelelangan ikan, karena dalam jual beli ikan perlu suatu

tempat khusus. Berbeda dengan pasar umum, karena membutuhkan sarana khusus, maka

perlu dibangun tempat khusus sebagai wadah dalam jual beli ikan.

Dalam menunjang laju perkembangan masyarakat dan membuat kemudahan

dalam kegiatan masyarakat tersebut sehari-hari maka tempat pelelangan ikan sangat

perlu untuk diadakan. Dengan itu sangat penting adanya perencanaan dan perancangan

Tempat Pelelangan Ikan di Sidoarjo.

Kabupaten Sidoarjo terletak pada daerah Delta Brantas, Jawa Timur.

Kabupaten Sidoarjo merupakan kabupaten terkecil di Jawa Timur dengan luas 627 km².

Kegiatan ekonomi Kabupaten Sidoarjo menampilkan dua wajah. Di satu sisi kabupaten

itu identik dengan tambak yang luasnya mencapai 15.530 hektar (5,28 km2) milik

sekitar 3.300 petambak. Bandeng dan udang kemudian dijadikan lambang Kabupaten

Sidoarjo. Beberapa kecamatan di Sidoarjo yang banyak memiliki lahan tambak antara

lain Kecamatan Sidoarjo, Jabon, Buduran, Candi, Tanggulangin dan Sedati. Sekitar 90%

petambak menerapkan metode pemeliharaan udang dengan teknik tradisional, sisanya

menggunakan teknik semi-intensif.

Rincian tambak di Kabupaten Sidoarjo sebagai berikut:

(14)

3

No Jeni Produksi Th. 2001 (kg) Th. 2002 (kg) Th. 2003 (kg)

1 Bandeng 13.552.200 14.229.800 14.464.500

2 Udang Windu 3.592.100 4.191.700 3.401.500

3 Udang Putih 840.400 882.500 910.300

4 Udang Campur 1.575.800 1.654.600 1.638.600

5 Tawes 126.100 132.400 136.600

6 Lain-lain 924.600 970.700 1.069.600

Jumlah 20.611.200 22.061.700 21.620.600

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sidoarjo,

Secara keseluruhan ekspor udang beku, baik hasil tambak memberikan

kontribusi terbesar dalam ekspor non migas di Jawa Timur. Pada tahun 2001 ekspor

udang beku Jatim mencapai volume 43.232,56 ton. Jika dihitung nilai produksi seluruh

tambak udang di Sidoarjo, dengan penghasilan rata-rata Rp 7 juta per hektar,

diperkirakan angka sebesar Rp 108,710,- milyar.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan ikan kawasan di

Sidoarjo sangat besar, dengan adanya Tempat Pelelangan Ikan di kota Sidoarjo

diharapkan kawasan tersebut menjadi lebih maju dan berkembang, guna menunjang

perekonomian masyarakat yang lebih baik. Secara umum dapat dikatakan bahwa tempat

(15)

4

diperoleh petani tambak yang pada akhirnya akan merubah taraf hidupnya kearah lebih

sejahtera.

1.2 Tujuan dan Sasaran Perancangan

Dalam kegiatan penelitian atau proyek ini, tujuan dan sasaran yang dapat kita

ambil berdasarkan perhitungan dan pandangan arsitektur adalah sebagai berikut:

Tujuan direncanakannya tempat pelelangan ikan ini adalah :

1. Merubah image masarakat bahwa Tempat Pelelangan Ikan yang ada saat ini kotor,

kumuh, dan bau yang membosankan, melainkan sebaliknya yaitu menyenangkan

dan sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari dengan menciptakan tempat

pelelangan yang bersih dan higienis.

2. Menciptakan Tempat Pelelangan Ikan dengan segala fasilita-fasilitas yang

penujang dalam aktifitas.

Sasaran direncanakannya Tempat Pelelangan Ikan ini adalah :

1. Merencanakan suatu komplek pelelangan ikan yang nyaman dengan perletakan

massa yang baik.

2. Merencanakan suatu komplek pelelangan ikan yang sesuai standart yang lebih baik

yang ada di Sidoarjo.

3. Menghadirkan suatu hasil perencanaan dan perancangan yang arsitektural melalui

pertimbangan kaidah-kaidah estetika dalam desain.

1.3 Batasan dan Asumsi

Dalam perencanaan dan perancangan tempat pelelangan ikan di Sidoarjo adalah

suatu wadah untuk melakukan bongkar muat, pengolahan ikan dan fasilitas

penunjangnya, meliputi; bangunan tempat pelelangan, kantor pengelola dan sarana

pendukung lainnya, untuk menghasilkan suatu hasil yang akan menjadi penentu pada

(16)

5

1.4 Tahapan Perancangan

Didalam merencanakan dan merancang tempat pelelangan ikan di Sidoarjo ini

melalui beberapa tahapan-tahapan.

Tahapan-tahapa didalamnya antara lain :

 Mengintepretasi judul rancangan yaitu “Tempat Pelelangan Ikan di Sidoarjo”

yang mempunyai fungsi sebagai tempat pemasaran ikan yang nyaman.

 Mengunpulkan data tentang tempat pelelangan ikan, yaitu melalui studi literature,

internet serta langsung ke lokasi obyek (survey).

 Analisa karakteristik bangunan sejenis yang dikaitkan dengan tujuan perancangan

untuk memperoleh gambaran pada setiap permasalahan yang ada, dan pada tahap

berikutnya dapat disimpulkan pemecahan persoalan yang dihadapi.

Jadi kesimpulan dari mempelajari literature dan studi tipologi bangunan sejenis

yang telah ada. Sehingga muncullah konsep rancangan yang berisi ide bangunan. Yaitu

tentunya sesuai dengan Tempat Pelelangan Ikan.

Diagram 1.1. Skema Tahap Rancangan (Sumber : Analisa, 2010)

Interpretasi

Latar belakang

Tema Kajian teori Obyek rancang

Studi kasus Studi literatur

Kompilasi data

Identifikasi masalah

Teori, prinsip, asas perancangan

Pengembangan desain Hasil desain

Konsep rancangan

(17)

6

1.5 Sistematika Laporan

Untuk mendapatkan pengertian serta pemahaman yang sama tentang Tempat

Pelelangan Ikan di Sidoarjo, maka penyajian proposal ini mengunakan sistematika

penyusunan sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan, yang berisi :

Latar belakang , maksud dan tujuan perancangan, lingkup perancangan,

metode perancangan, manfaat perancangan, serta metode pendekatan

penyusunan laporan.

Bab II : Tinjauan Obyek Perancangan, yang berisi :

Uraian-uraian mengetengahkan tentang obyek rancangan, tinjauan

literature, batasan rancangan dan studi kasus obyek rancangan.

Bab III : Tinjauan Lokasi Perancangan, yang berisi :

Uraian-uraian mengetengahkan tentang tinjauan lokasi proyek atau

rancangan , persyaratan pemilihan lokasi, latar belakang pemilihan site,

tinjauan terhadap site, potensi dari bangunan sekitar site, infrastuktur

kota, aktifitas dan fasilitas serta persyaratan teknis dan standarisasi.

Bab IV : Analisa Perancangan, yang berisi :

Uraian tentang latar belakang pemilihan bentuk bangunan, ruang

lingkup dan pengertian dalam perancangan arsitektur . secara garis

besar bab IV berisi mengenai finishing dari obtek rancang.

Bab V : Konsep Perancangan, yang berisi :

Uraian tentang latar belakang pemilihan konsep rancang untuk

bangunan.

Bab VI : Aplikasikasi konsep rancangan, yang berisi :

Uraian tentang latar pengaplikasian rancangan untuk penyesuaikan

(18)

7

Bab II

TINJAUAN OBYEK RANCANGAN

2.1 Tinjauan Umum Perancangan

2.1.1 Pengertian Judul Proyek Tugas Akhir

Dari judul yang diajukan dalam rancangan ini,yaitu “Tempat Pelelangan

Ikan di Sidoarjo” dapat diuraikan dengan definisi sebagai berikut :

Tempat : Sesuatu yang menunjukan wilayah, daerah atau wadah.

(Kamus Umum Bahasa Indonesia, W J S Poerwadarminta)

Pelelangan : Kegiatan atau pelaksanaan mulai dari penerimaan nimbangan sampai

pembayaran.

(Kamus Umum Bahasa Indonesia, W J S Poerwadarminta)

Ikan : Binatang bertulang belakang yang hidup dalam air, berdarah dingin,

umumnya bernapas dengan insang, biasanya tubuhnya bersisik,

bergerak dan menjaga keseimbangan adannya dengan menggunakan

sirip.

(Kamus Umum Bahasa Indonesia, W J S Poerwadarminta)

Sidoarjo : Salah satu Kabupaten Daerah Tingkat II di Jawa Timut.

Sehingga dari jabaran tiap-tiap kata tersebut dapat diambil makna atau

pengertian dari “Tempat Pelelangan Ikan di Sidoarjo”, yaitu suatu wadah kegiatan

hasil laut dan tambak yang ada di Sidoarjo Kabupaten Dati II untuk meningkatkan

nilai jual yang akan diperoleh nelayan yang pada akhirnya akan merubah taraf

hidupnya kearah lebih sejahtera. Terutama pada musim panen, sulit agar memperoleh

harga yang layak dalam memasarkan hasil ikannya, yang di dalamnya meliputi

kegiatan yang mulai dari penerimaan, penimbangan, sampai pembayaran untuk

mendapatkan ikan sesuai dengan kesepakatan antara penjual dan pembeli ikan

(19)

8 2.1.2 Studi Literatur

Dalam perancangan Sentra Pelelangan Ikan di Sidoarjo diperlukan adanya

sebuah wacana yang diharapkan menjadi acuan dalam proses desain. Adapun

literature yang diambil adalah :

 Tempat pelelanga ikan ref. Dinas Perikanan dan Kelautan, th 2003

 Standart Arsitektur ref. Data arsitek, Ernst Neufert, th 1970

Hasil dari literature tersebut diperoleh :

A. Fungsi Tempat Pelelalngan Ikan

 Memasarkan ikan dengan harga yang layak.

 Memberi wadah untuk para nelayan dan petani tambak

B. Tugas Tempat Pelelangan Ikan

 Melayani masyarakat untuk lelang ikan

 Memasarkan ikan sebaik-baiknya

2.1.3 Studi Proyek Sejenis

Studi Kasus 1

Pelabuhan dan Tempat Pelelangan Ikan di pantai Tamperan Kabupaten

Pacitan

Mengingat peluang sektor perikanan khususnya usaha perikanan tangkap

yang dimiliki Kabupaten Pacitan begitu besar, oleh karenanya pembangunan

Pelabuhan dan Tempat Pelelangan Ikan yang memenuhi standar merupakan

(20)

9

Gambar 2.1. Lay Out PPP Tampera

Dengan selesainya pembangunan Pelabuhan dan Tempat Pelelangan Ikan di

Tamperan kini masyarakat Kabupaten Pacitan khususnya nelayan Kecamatan

Tamperan dan sekitarnya dapa merasakan manfaatnya dengan semakin

bersemangatnya mereka dalam melakukan kegiatan usaha penangkapan ikan di laut

hal ini tersebut terbukti dengan adanya peningkatan jumlah nelayan, bentuk

maupun ukuran kapal dan jenis alat tangkap yang digunakan serta hasi produksi

yang didaratkan Pelabuhan dan Tempat Pelelangan Ikan Tamperan.

Gambar 2.2. Kondisi awal pembangunan

Dampak lain dari pembangunan pelabuhan dan tempat pelelangan ikan

Tamperan ini adanya peningkatan jumlah tenaga kerja yang terserap seperti : jasa

angkut (manol), jasa transportasi, jasa makanan dan minuman dan jasa penyediaan

bahan alat tangkap perikanan serta perbekalan melaut antara lain, BBM, air bersih,

(21)

10

Gambar 2.3. Crane

Perancangan Crane Pada Tempat Pelelangan Ikan difungsikan sebagai alat

untuk mempermudah pemindahan atau pengangkutan ikan hasil tangkapan nelayan

dari laut yang berada di kapal.

Gambar 2.4. Pengangkutan ikan di TPI

Aktifitas pengangkutan ikan setelah turun dari kapal untuk dipindahkan di

tempat pelelanga ikan dengan alat tradisional yaitu dengan dipikul mengunakan

bambu.

Gambar 2.5. Tempat Pelelangan Ikan

Tempat pelelangan ikan di fungsikan untuk tempat lelang dalam partai besar

(22)

11

Gambar 2.6. Gudang alat tangkap

Tempat ini digunakan sebagai gudang alat tangkap yang didalamnya

terdapat peralatan – peralatan milik nelayan mulai dari alat untuk melaut dan

penangkapan ikan.

Gambar 2.7. Kios-kios Nelayan

Kios – kios pada tempat pelelangan ini digunakan sebagai untuk penjualan

ikan partai kecil seperti pembelian ikan per-ekor sampai per-kiloan.

Gambar 2.8. SPBN

SPBN di dalam tempat pelelangan ikan di fungsikan sebagai fasilitas bagi

(23)

12

Gambar2.9. Pabrik Es

Pabrik Es juga sebagai sarana untuk memfasilitasi bagi nelayan supaya ikan

hasil tangkapanya dapat awet tetap segar dan tidak mudah busuk.

Untuk menunjang kelancaran operasional PPP Tamperan telah dibangun

beberapa fasilitas yang memadai sebagai berikut :

Tabel 2.1 Fasilitas Pelabuhan dan Tempat Pelelangan Ikan di pantai Tamperan

Kabupaten Pacitan

No. Jenis Fasilitas Telah dibangun s/d

2008

(24)

13

Kondisi Umum Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Jetis

(25)

14

Jetis pencapaian ke Lokasi Pangakalan Pendaratan Ikan Jetisl okasi

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Jetis kecamatan Nusawungu Kabupaten Cilacap,

jarak dari kota Cilacap ke lokasi Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) ± 50 km.

Jalan menuju ke lokasi Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Jetis dari jalan

utama desa Jetis merupakan jalan dengan lebar ± 5m yang terdiri dari lebar

perkerasan 3 m dan lebar bahu jalan kanan kiri masing-masing 1 m. Kondisi jalan

tersebut merupakan jalan beraspal sepanjang 0,8 km dan jalan makadam sepanjang

0,6km Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan areal pertanian di sekitarnya

tersebut berada pada lahan yang merupakan tanah negara. Potensi Wisata Daerah

Jetis.

Daerah Jetis memiliki kawasan pantai yang cukup luas dengan

pemandangan (panorama) laut yang masih alami dan menarik. Kawasan pantai Jetis

yang letaknya masih berdekatan dan masuk dalam lingkungan Pangkalan

Pendaratan Ikan Jetis sangat memungkinkan untuk dijadikan sebagai kawasan

wisata pantai Jetis. Hal ini dapat dilihat dengan terlihatnya para pengunjung yang

sengaja datang hanya untuk melihat keindahan pantai dan panorama lingkungan

laut. Keadaan tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pendapatan,

apabila dapat dikelola dengan baik .

(26)

15

Sumberdaya ikan merupakan bagian dari sumberdaya alam yang

memberikan andil sebagai penghasil devisa negara. Mengingat perikanan Indonesia

terdiri dari beberapa jenis dan ragamnya (multispesies), maka pengembangan yang

mengacu pada peningkatan produksi perikanan tangkap mempunyai peluang yang

sangat besar untuk dikembangkan. Dalam mengekploitasi suatu sumberdaya

perikanan untuk suatu tujuan keuntungan (terutama peningkatan kesejahteraan

nelayan) yang pertamakali harus diketahui adalah seberapa besar sumberdaya yang

mendiami perairan tersebut.

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Jetis terletak di wilayah Propinsi Tingkat I

Jawa Tengah. Dimana estimasi potensi sumberdaya ikan Jawa Tengah terdapat di

perairan Laut Jawa dan Samudera Hindia. Berdasarkan pengkajian stok ikan di

Perairan Indonesia yang disusun oleh Pusat Riset Perikanan Tangkap, Badan Riset

Kelautan dan Perairan- DKP bersama Pusat Penelitian dan Pengembangan

Oseanologi dan LIPI Jakarta wilayah pengelolaan perikanan estimasi potansi ikan

pelagis besar, pelagis kecil, demersal dan udang paneid pada tahun 2001 sebesar 6,4

juta ton/tahun.

Fasilitas yang ada di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Jetis antara lain

berupa : fasilitas dasar/pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas

penunjang/tambahan. Fasilitas Dasar/Pokok Fasilitas dasar/pokok yang ada di

Pangkalan Pendaratan Ikan Jetis saat ini antara lain :

Lahan yang ada di sekitar Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Jetis cukup luas,

dimana bangunan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Jetis dan bangunan penunjang

lainnya serta tempat parker masih mencukupi untuk dapat dikembangkan. Lahan

yang tersedia saat ini ± 6 ha, dan telah digunakan untuk kegiatan Pangkalan

Pendaratan Ikan ± 1 ha. Kolam. Kolam yang ada saat ini terbentuk secara alami

(27)

16

Gambar 2.12 Pengangkutan ikan dengan tradisional (TPI) PPI Jetis Sumber : Google (http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi.1/import/643.pdf.)

Fasilitas fungsional yang ada di Pangkalan Pendaratan Ikan Jetis saat ini adalah :

1) Gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dengan luas 9x16m. Gedung Tempat

Pelelangan Ikan ini terdiri dari : lantai lelang 8x9m, ruang administrasi (loket

pembayaran) 3x3m, ruang kantor kepala TPI 3x4m, ruang pengawasan kapal

TPI 3x3m, gudang 3x3m, mushola 3x4m, kamar mandi/WC 2x1,5m. Kondisi

bangunan masih cukup baik dengan lantai keramik dan dinding dari pasangan

batu bata.

Gambar 2.13 Gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI) PPI Jetis Sumber : Google (http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi.1/import/643.pdf.)

2) Gudang tempat pengasinan. Gudang tempat pengasinan dengan luas 4x6 m, ini

letaknya terpisah dari gedung TPI. Gudang tempat pengasinan ini belum

(28)

17

melakukan kegiatan pengasinan ikan laut. Kondisi bangunan masih cukup baik

dengan lantai keramik dan dinding batu bata.

Gambar 2.14 Gudang Tempat Pengasinan PPI Jetis Sumber : Google (http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi.1/import/643.pdf.)

3) Tempat jual beli ikan. Fasilitas jual beli ikan berupa los-los bangunan tidak

permanen. Kondisi bangunan saat ini masih sangat sederhana, tiang-tiangnya

terbuat dari bambu dan atapnya dari terpal (sejenis karpet yang terbuat dari

plastik).

Gambar 2.15 Tempat Jual Beli Ikan (Pasar Ikan) PPI Jetis Sumber : Google (http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi.1/import/643.pdf.)

4) Kios Bahan Bakar Minyak (BBM). Kios Bahan Bakar Minyak (BBM) berada di

dekat jalan masuk tepatnya berada di perempatan jalan utama dengan jalan yang

menuju ke lokasi Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Jetis. Kios Bahan Bakar

Minyak (BBM) ini dimaksudkan dan dialokasikan untuk melayani para nelayan

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Jetis untuk mengisi bahan bakar bagi

perahunya/kapalnya saat akan melaut (menangkap ikan). Selain untuk melayani

nelayan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Jetis juga melayani masyarakat Jetis.

Kondisinya saat ini belum jadi, masih dalam tahap pembangunan serta kurang

(29)

18

Gambar 2.16 Kondisi Bangunan Kios BBM PPI Jetis Sumber : Google (http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi.1/import/643.pdf.)

5) Instalasi air. Sumber air bersih berasal dari sumur ada di dalam gedung TPI

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Jetis. Kondisi air ini adalah payau.

6) Areal parkir kendaraan. Areal parkir kendaraan tersedia untuk kendaraan roda

empat dan terdapat juga bangunan tempat parkir untuk kendaraan roda dua.

Kondisi bangunan tempat parkir untuk kendaraan roda dua sudah cukupbaik,

dengan lantai dari plesteran serta penutup atap dari genting. Sedangkantempat

parkir kendaraan roda empat masih alami.

Gambar 2.17 Tempat Parkir Kendaraan Roda Dua PPI Jeti Sumber : Google (http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi.1/import/643.pdf.)

Fasilitas penunjang yang ada di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Jetis

antara lain adalah :

1) Balai pertemuan nelayan. Balai pertemuan nelayan dengan ukuran 6 x 12 m,

(30)

19

Bangunan ini berdekatan dengan lokasi Bahan Bakar Minyak (BBM). Kondisi

bangunan saat ini belum jadi masih dalam tahap pembangunan, namun

konstruksi tiang-tiang kolomnya sudah berdiri (sudah mulai dibangun).

Gambar 2.18 Kondisi Bangunan Balai Pertemuan Nelayan PPI Jetis Sumber : Google (http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi.1/import/643.pdf.)

2) Tempat penjemuran ikan. Pada lokasi sekitar Pangkalan Pendaratan berupa

patok-patok dari bambu sebagai tonggak untuk meletakkan papan tempat

penjemuran. Selain beberapa bangunan dan fasilitas tersebut di atas, pada

lokasi Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Jetis terdapat juga gudang tempat

pengolahan ubur-ubur, kolam untuk menempatkan ubur-ubur dan beberapa

bangunan lain yang mulai dibangun untuk menunjang kegiatan Pangkalan

Pendaratan Ikan (PPI).

(31)

20

Armada Kapal Perikanan Berdasarkan hasil observasi langsung di lapangan,

armada kapal yang digunakan adalah kapal jukung motor, yang dilengkapi dengan

katir (penyeimbang badan). Kapal-kapal ini terbuat dari fibre glass. Para nelayan di

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Jetis ini mendapatkan kapal jukung motor dari

Cilacap.

Dimensi ukuran dari kapal-kapal nelayan Jetis ini relatif sama yaitu : L x B

x D = 8 x 1,5 x 1,5. Kapal-kapal ini menggunakan mesin motor temple (out board)

memiliki kekuatan mesin 15 Pk, dengan kapasitas bahan bakar 35 liter. Merk mesin

kapal yang digunakan adalah Suzuki, Yamaha, dan Odatsu.

Gambar 2.20 Mesin-Mesin Kapal Yang Digunakan Nelayan PPI Jetis Sumber : Google (http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi.1/import/643.pdf.)

Mengingat ketersediaan lahan sebagian masih berupa rawarawa dan tambak,

maka prioritas pengembangan jangka pendek ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

saat ini serta menata kawasan sebelah timur untuk pengembangan jangka menengah

dan jangka panjang.

a) Pengembangan jangka pendek didasarkan atas kebutuhan saat ini meliputi :

fasilitas dasar, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang, serta sebagian

merupakan rehabilitasi fasilitas-fasilitas. Sedangkan yang lain untuk mengatasi

permasalahan-permasalahan saat ini seperti dangkalnya alur pelayaran, kolam

untuk tempat tambat labuh. Secara terperinci jenis-jenis fasilitas yang

(32)

21

Tabel 2.2 Fasilitas Yang Dikembangkan Dalam Jangka Pendek

No. Jenis Fasilitas Satuan

1. Dermaga kayu 100 x 6 m

2. Sumur dan instalasi air bersih 1 unit

3. Peningkatan/perkerasan jalan 600 x 3 m

4. Pengadaan lampu penerangan luar 10 titik

5. Tempat pengepakan 8 x 15 m

b) Pengembangan Jangka Menengah Pengembangan fasilitas Pangkalan

Pendaratan Ikan Jetis didasarkan atas adanya perbaikan-perbaikan fasilitas

dasar, fasilitas fuingsional, fasilitas penunjang dalam pengembangan jangka

pendek, serta asumsi-asumsi (estimasi produksi, jumlah kunjungan

perahu-perahu, jumlah kebutuhan perbekalan) yang akan berakibat peniingkatan

aktivitas secara keseluruhan di Pangkalan Pendaratan Ikan Jetis-Cilacap untuk

masa mendatang. Untuk mengantisipasi hal tersebut diatas maka dasar

pengembangan jangka menengah adalah meningkatkan fungsi pelayanan dan

perbaikan kualitas mutu hasil tangkpan serta menunjang program peningkatan

ekspor hasil perikanan. Untuk menunjang fungsi-fungsi tersebut dalam rangka

pengembangan jangka menengah, maka jenis-jenis fasilitas dan kapasitas yang

dikembangkan adalah tercantum dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.3 Fasilitas Yang Dikembangkan Dalam Jangka Menengah

No. Jenis Fasilitas Satuan

1. Timbangan berkel 1 unit

2. Basket ikan 500 buah

3. Area perbaikan jaring 20 x 40 m

4. Pengerukan kolam pelabuhan 1,25 x 16 x 100 m

(33)

22

6. Pabrik es 10 x 20 m

7. Peningkatan akses jalan ke PPI 5 x 1400 m

8. Perbaikan tempat jual beli ikan (pasar ikan) 15 x 25 m

9. Kios (pom) BBM 16 x 16 m

10. Balai pertemuan nelayan 8 x 12 m

c) Pengembangan Jangka Panjang Pengembangan jangka panjang didasarkan pada

pengembangan industri perikanan yang tangguh dan berkelanjutan ke arah

peningkatan ekspor produk perikanan serta kelengkapan fasilitas fungsional dan

fasilitas penunjang (tambahan) untuk mencapai kesempurnaan pelayanan.

Fasilitas yang akan dikembangkan pada jangka panjang meliputi bebrapa aspek

seperti tercantum dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.4 Fasilitas Yang Dikembangkan Dalam Jangka Panjang

No. Jenis Fasilitas Satuan

1. Bangunan Tempat Pelelangan Ikan 10 x 20 m

2. Penataan tapak 6000 m²

3. Penataan tempat parkir roda dua dan roda

empat

1515 m2

4. Bengkel 15 x 15 m

5. Gudang 10 x 10 m

6. Mushola 8 x 8 m

7. Kios (warung) makan 96 m2

8. MCK umum 4 x 15 m

(34)

23

2.1.4 Analisa Hasil Study

Jadi kesimpulan dari 2 obyek studi kasus dan studi literaturdapat dijadikan

pertimbangan didalam merencanakan maupun perancangan menentukan aktifitas dan

fasilitas pada proyek ini antara lain :

a. Kekuranga kasus :

Luas bangunan tidak memenuhi

Fasilitas Kurang Mendukung

b. Untuk direncanakan suatu perencanaan sebagai berikut :

Luas bangunan harus memenuhi aktifitas dan fasilitas

Fasilitas harus mendukung baik struktural maupun non-struktural

2.2 Tinjauan Khusus

2.2.1 Lingkup Pelayanan

Mengenai kajian pembahasan terhadap perancangan proyek yang mengarah pada

Building Desain / Perancangan Gedung, maka diberi batasan :

1. Pembangunan Tempat Pelelangan Ikan sebagai wadah penampungan,

pembersihan, penimbangan sampai hingga pemasaran yang terkaitan dengan ikan.

2. Sosok fisik yang ditampilkan di luar mencerminkan kegiatan dan fungsi bangunan

yang dimiliki, sehingga dapat dengan mudah menangkap fungsi bangunan tersebut.

2.2.2 Aktivitas dan Kebutuhan Ruang

Tinjauan pelaku dan kegiatan dalam tempat pelelangan ikan :

Kelompok pengunjung

Adalah dari semua kalangan masyarakat baik dari golongan rendah maupun dari

golongan menengah keatas dimana mereka mereka mempunyai tujuan dari

(35)

24

 Kelompok pengelola

Adalah merupakan sekelompok orang yang melakukan kegiatan seperti mengelola

dan bertanggung jawab atas segala kegiatan yang berlangsung dalan bangunan

tepat pelelangan ikan serta mengatur jalanya kegiatan tersebut.

 Barang pengelola

Ikan juga merupakan salah satu pemakai bangunan tempat lelang karena luasan

ruang sangat ditentukan jenis-jenis dan jumlah yang akan dipasarkan atau

dilelengkan.

2.2.3 Perhitungan Luas Ruang

Penentuan luas ruang ini atas dasar jenis dalam pada kegiatan yang digunakan

berdasarkan studi literature.

Tabel 2.5 Perhitungan Luas Fasilitas Tempat Pelelangan Ikan

(36)

25

Tabel 2.6 Perhitungan Luas Fasilitas Pengelola

(37)

26

3 R.pertemuan nelayan

dapur

Tabel 2.7 Perhitungan Luas Fasilitas Servise

(38)

27

SUBTOTAL

Sirkulasi 30% = (626 m² x 30%)

= 813.8 m²`

626 m²

Tabel 2.8 Perhitungan Luas Fasilitas Umum

NO. RUANG KAPASITAS SBR PENDEKATAN LUAS (M²)

1 Mushola ASS =58m² 58 m²

2 R.ATM 3 unit SB =3 m² x 3 = 9 m² 9 m²

3 R. POM SB =16 m² 16 m²

SUBTOTAL

Sirkulasi 30% = (82 m² x 30%)

= 107 m²`

82 m²

Tabel 2.9 Perhitungan Luas Fasilitas Parkir

NO. RUANG KAPASITAS SBR PENDEKATAN LUAS (M²)

1 Parkir mobil 37 NAD =15 m²/mobil 37 = 555 m² 555 m²

2 Parkir truk 12 NAD =28 m²/mobil x 12 = 336m² 336m²

(39)

28

NO. RUANG KAPASITAS SBR PENDEKATAN LUAS (M²)

(40)

29

Rekapitulasi Program Ruang

NO. JENIS RUANG LUAS

1 Fasilitas Tempat Lelang ikan 1211 m²

2 Fasilitas Pengelola 169 m²

3 Fasilitas Servise 813.8 m²

4 Fasilitas Umum 107 m²

5 Fasilitas Parkir 1418 m²

6 Fasilitas Restoran 332.8 m²

Total 4051.6m²

KETERANGAN :

NAD : Neufert Architect Data

SB : Studi Banding

ASS : Asumsi

(41)

30

i. Program Ruang

Pegelompokan Tempat pelelangan ikan dapat dibagi menjadi tiga zona

utama, yaitu :

1. Zona Pelayanan Umum :

 Hall pelelangan ikan

 Restoran

 Kios BBM

 ATM

 Musholla

2. Zona Pengelola :

 Gedung pengelola

 Gudang alat

 Dermaga bongkar

 Tempat pebersihan ikan

3. Zona Servis :

 Toilet

(42)

31

Bab III

TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN

3.1 Latar Belakang pemilihan Lokasi

Langkah awal dalam proses perencanaan tempat pelelangan ikan di Sidoarjo

adalah pemilihan lokasi yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang dibutuhakan dalam

fungsinya sebagai pemasaran ikan itu sendiri.

Agar dalam penentuan lokasi Tempat Pelelanangan Ikan dapat lebih maksimal

pemanfaatannya harus dapat memenuhi kriteria diantaranya :

Faktor peruntukan

Tapak yang digunakan harus merupakan tanah yang diperuntukkan sebagai

daerah pengembangan pusat perdagangan, mengingat proyek yang dipilih

merupakan salah satu fasilitas untuk pemasaran yaitu lelang dari hasil tambak.

Faktor luas tapak

Luas tapak yang dipilih harus memenuhi kebutuhan luas bangunan yang

merupakan standart dari tempat pelelangan ikan itu sendiri, kemudian ditambah

dengan Building Coverage (BC) yang sudah ditentukan untuk lahan tersebut

berdasarkan peraturan daerah yang berlaku saat itu.

Faktor sirkulasi ke tapak

Faktor terpenting dalam pemilihan lokasi yaitu kemudahan pencapaian ketapak

dari dalam maupun luar kota. Daerah tapak harus dapat dilalui oleh mobil-mobil

dan kedekatannya dengan lokasi-lokasi lainya yang mendukung tempat

pelelangan ikan, yaitu perlu diperhatikan dalam perancangan ini.

Faktor infrastruktur

Faktor pendukung proyek berupa sarana dan prasarana yang mendukung

pelaksanaan operasional sebuah tempat pelangan ikan dengan baik seperti

(43)

32

 Faktor lebar jalan

Lebar jalan minimum 6 meter dengan pertimbangan kemudahan untuk

kendaraan-kendaraan besar.

 Faktor ketrategisan lokasi

Faktor yang mempertimbangkan daerah jangkauan pemasaran yang dapat

mencakup wilayah yang cukup luas atas dasar perkembangan daerah itu sendiri

yang menjadi perhatian daerah-daerah sekitarnya.

Berdasarkan kriteria-kriteria seperti diatas dalam menentukan lokasi site

tempat pelelangan ikan ini maka site yang paling cocok dan mendekati yaitu terletak

pada wilayah Kecamatan Sidoarjo, Kelurahan Bluru Kidul, Desa Bluru Kidul

Desa Bluru Kidul adalah termasuk wilayah perluasan kota Sidoarjo yang

dibuat secara formal oleh Pemerintah Kota Sidoarjo, pengembangan yang dilakukan

adalah pengembangan perdagangan dan pemasaran khususnya di daerah Sidoarjo.

Desa Bluru Kidul merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

Bluru Kidul yang memiliki alur sungai yang menuju kota dan laut sebagi transportasi

air yang mempermudahkan pemasaran ikan.

3.2 Penetapan Lokasi

Berdasrkan hasil survey ke Desa Bluru Kidul, Kecamatan Sidoarjo, yang

terletak di Jalan Raya Lingkar Timur. Kota Sidoarjo merupakan salah satu bagian dari

wilayah Jawa Timur yang memiliki geogafis berbeda.

Geografis Kota Sidoarjo terletak pada posisi antara 112 5’ dan 112 9’ Bujur

Timur dan antara 7 3’ dan 7 5’ Lintang Selatan. Kecamatan Sidoarjo terdiri dari

beberapa desa yaitu Magersari, Pucang, Sidoklumpuk, Pucanganom, Bulusidokare,

Sekardangan, Celep, Sidokare, Pekauman, Lemahputro, Gebang, Urangagung,

Cemengkalang, Kemiri, Bluru Kidul, Rangka Kidul, Banjarbendo, Jati, Suko, Lebo,

(44)

33

Luas wilayah Bluru Kidul ini sendiri yaitu 260.817 Ha yang batas wilayah

kelurahannya, berbatasan dengan :

 Sebelah Utara : Kelurahan Kemiri, Kelurahan Pucang dan Kelurahan

Pucanganom.

 Sebelah Selatan : Kelurahan Ragkah Kidul dan Kelurahan Sidolumpuk

 Sebelah Barat : Desa Sidoklumpuk dan Kelurahan Pucang

 Sebelah Timur : Kelurahan Pucanganom dan KelurahanRangkah Kidul

Berdarakan hasil survey ke Desa Bluru Kidul, Kecamatan Sidoarjo, yang

terletak di Jalan Raya Lingkar Timur dengan kriteria :

 Kondisi jalan yang cukup baik untuk dilalui kendaraan besar, kendaraan mobil,

maupun sepeda motor.

 Lokasi dekat dengan jalan propinsi.

 Utilitas dapat ditangani dengan baik karena sarana dan prasarana sudah tersedia.

 Akses menuju ke site dapat menggunakan angkutan kota (lyn/bemo) ataupun

kendaraan pribadi.

 Daerah lahan cukup tenang meskipun tidak terlalu sepi untuk dilalui karena jalan

yang berada di depan site cukup lebar.

 Sarana dan prasarana yang cukup.

 Sarana infrastruktur yang mendukung misalnya dilewati oleh angkutan umum,

dekat dengan badan pemerintahan, dan dekat dengan tempat wisata.

 Akses pencapaian yang dapat dilalui dari arah Malang dan Surabaya.

3.3 Kondisi Fisik Lokasi

Lokasi perencanaan ini berada di bagian pemerintah Kota Sidoarjo dan

merupakan sebuah lahan kosong berupa persawahan yang berada di sebelah timur

(45)

34

Persyaratan lokasi sesuai dengan rujukan RTRK kota Sidoarjo, Kecamatan

Sidoarjo, Kelurahan Bluru Kidul, yaitu :

 KDB : 40 – 60%

 KLB : 0,4 – 0,6

Peaturan Rencana Dedail Ruang Tata Kota ( RDRTK )

a. Koefisien Dasar Bangunan ( KDB ) : 40 % - 60 %

b. Garis Sepadan Bangunan ( GSB ) perdagangan : ± 10 m

c. Garis Sepadan Bangunan ( GSB ) : ± 5 m

Gambar 3.1. Peta Sidoarjo

(46)

35

Gambar 3.2 Batas-batas site (Sumber : Analisa dan Google Earth)

Batas Site

Sebelah Utara : Lahan persawahan

Sebelah Timur : Perumahan Permata Gading

Sebelah Selatan : Sungai Bluru

Sebelah Barat : Jalan Lingkar Timur

Luas keseluruhan lahan dari Tempat Pelelanga Ikan = ±1 Ha

Luas bangunan = 4051.6 m²

Luas halaman = 5948.4 m²

3.3.1 Exsisting Site

Tapak yang kita pilih sebagai bahan kajian kali ini berlokasi di Pedukuhan

Rangka Lor, Desa Blurukidul, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Tepatnya berada di pinggir jalan lingkar timur kota Sidoarjo, dan berada ditepi sungai

(47)

36

a. Topografi

Tanah di daerah ini umumnya datar dengan ketinggian 1 hingga 2,5 meter di

atas permukaan air laut. Adanya permukaan yang berkontur hanya terdapat pada

daerah aliran sungai yang mencapai 6 atau 7 meter dengan kemiringan rata-rata

14%. Pada muara sungai Sidoarjo ini kedalamannya mencapai 11 atau 12 meter

dengan kemiringan rata-rata 6%. Daerah yang tidak rata juga karena adanya sawah,

tambak, dan daerah yang diurug. Pengurugan sering dilakukan karena ketinggian

tanah yang relatif rendah dari tinggi air pasang, sehingga sering terjadi genangan

bila terjadi hujan deras dan bersamaan dengan pasang air laut yang tinggi yang

masuk lewat sungai.

b. Hidrologi

Dengan ketinggian hanya 1 meter di atas permukaan air laut, air tanah juga

sangat dangkal yaitu sekitar 1 meter hingga 25 centimeter. Pada daerah dengan

keadaan tanah yang lembek ini daya serap tanah terhadap air sangat besar, yaitu

hingga mencapai 20 cm per menit, atau waktu perkolasi 5 menit per meter. Namun

karena kedalaman air tanah hanya 0,25 hingga 1 meter, maka daya serap itu terbatas

bila air yang ada (air hujan) terlalu banyak. Daerah aliran sungai terdapat di bagian

selatan tapak. Air yang ada pada sungai mengalami pasang surut sesuai dengan

pasang surut air laut dengan selisih antara pasang dan surut mencapai 3 atau 4

meter. Daerah bekas tambak terdapat pada bagian timur tambak merupakan tambak

yang tidak difungsikan lagi, bahkan pada bagian lain dari tambak ini sudah diurug

dengan sirtu.

c. Geologi

Daerah ini adalah daerah delta yang daratannya merupakan hasil endapan dari

tanah dan lumpur yang terbawah oleh aliran sungai, apalagi pada tapak ini memang

tempat yang berada di tepi aliran sungai. Sungai yang melaluinya yaitu Kali Kuto

(sungai Sidoarjo) yang hulunya merupakan pecahan dari sungai Brantas, muaranya

di selat Madura (pantai timur kabupaten Sidoarjo). Tapak ini juga dekat dengan

(48)

37

lumpur dari arus air sungai, tanah yang ada merupakan jenis tanah lembek dengan

tidak ada batuan keras tanah keras yang diakibatkan oleh endapan tanah yang telah

sekian lama, terdapat pada kedalaman sekitar 2 hingga 3 meter dengan ketebalan

sekitar 1,5 meter, kemudian tanah lembek dengan kedalaman hingga 20 atau 30

meter.

d. Analisa Slop

Sesuai dengan peta kontur yang ada, tapak ini datar (daerah bekas sawah)

dengan adanya lubang pada tepi sungai dan bekas tambak yang tidak produktif lagi.

Tinggi rata-rata pada daerah yang terluas dari tapak yaitu 1 meter dari permukaan

air laut. Lubang pada bekas tambak mencapai kedalaman 1,5 meter dengan

kemiringan 1,5 / 5 x 100% = 30 %. Pada kedalaman sungai, mencapai 7 meter

dengan kemiringan 7 / (100/2) x 100% = 14%.

e. Jenis Tanah

Tanah yang ada merupakan tanah lempung dengan keasaman sedang, sehingga

baik untuk tanaman, namun karena kondisinya yang sering tergenang tidak cocok

untuk tanaman yang tidak tahan air. Daerah ini sebenarnya merupakan daerah yang

subur terutama sangat sesuai untuk tanaman padi, namun karena banyaknya hama

terutama tikus dan sulitnya mengatur air (sering terjadi genangan yang terlalu tinggi

dan lama) maka sawah yang ada sudah tidak difungsikan lagi. Pada aliran sungai

terutama di bagian tengah adalah jenis tanah berpasir, hal ini kemungkinan karena

hasil endapan dari tanah yang terbawah oleh arus sungai. Demikian juga pada tepi

tambak tanahnya adalah jenis tanah berpasir

f. Klimatologi

Daerah ini terletak sekitar 7,5o Lintang Selatan. Sebagaimana sebagian besar

iklim di Indonesia adalah iklim tropis lembab dengan ciri-ciri antara lain sebagai

berikut:

- Curah hujan tinggi (1800 m/tahun)

- Radiasi sinar matahari tinggi (matahari bersinar sepanjang tahun)

(49)

38

- Perbedaan temperatur antara siang dan malam 2o s/d 5o C (ini karena

kelembaban udara tinggi).

3.3.2 Aksesibilitas

Untuk menghubungakn lokasi ini dengan tempat lain biasanya memakai dua

jalan yaitu jalur darat dan jalur air. Jalur darat adalah melaui jalan lintas (lingkar)

timur kota Sidoarjo, yang melingkari kota Sidoarjo dari kecamatan Buduran atau

Gedangan di utara dan kecamatan Candi di selatan. Untuk langsung ke pusat kota

Sidoarjo dapat melalui desa Blurukidul dan desa Gebang atau desa Rangkah Kidul.

Gambar 3.3 Suasana Jalan Lingkar Timur (sumber : Foto dari hasil studi lapangan 2009)

Jalur darat yang menghubungkan lokasi dengan tambak atau laut masih

merupakan jalan setapak yang hanya dapat dilalui dengan jalan kaki atau sepeda dan

sepeda motor, dengan keadaan yang seadanya, bila hujan sangat becek. Jalur yang

menghubungkan lokasi ini dengan tambak terutama menggunakan perahu.

Kebanyakan perahu yang ada di daerah aliran sungai di sini adalah perahu tongkang

dengan motor bensin, perahu dengan mesin diesel, dan perahu kecil (sampan) dengan

diberi mesin bensin atau didayung dengan atau layar tradisional. Jalur air melalui

sungai ini memang jalur utama bagi para nelayan yang menuju laut yang jaraknya ±

13 dan menghubungkan tambak-tambak yang berada di sepanjang aliran sungai ini

(50)

39

Gambar 3.4 Alur sungai yang menuju ke laut dan ke kota

(sumber : Foto dari hasil studi lapangan 2009)

Sungai yang melalui lokasi ini juga dapat menghubungkan dengan kota di

Sidoarjo, yaitu hingga desa Karang Gayam, desa Pucang dan desa Gebang. Dengan

jalur sungai ini juga dapat menghubungkan ke daerah-daerah lain dan di sepanjang

aliran sungai ini dan sungai-sungai lain yang bermuara ditempat yang sama, juga

daerah-daerah lain yang jauh, karena berhubungan dengan laut. Namun hanya dapat

dilakukan dengan perahu/kapal tradisional yang tidak besar.

3.3.3 Potensi Lingkungan

a. Bentuk-Bentuk Alam

Di daerah ini kita masih dapat melihat suasana yang alami dengan adanya

aliran sungai dengan pasang surutnya dan adanya tambak yang dikelola secara

tradisional. Bentuk badan sungai yang berkelok-kelok mengikuti tanah yang terus

tererosi oleh aliran air dan aliran air itu sendiri tentu membawa kita pada ide-ide

segar dalam perencanaan. Juga adanya tambak yang tenang dan damai dengan

suasana ikan-ikan yang hidup di dalamnya adalah gambaran yang diberikan alam

pada tapak ini. Di sisi lain pembangunan yang selalu bergerak demi memenuhi

kebutuhan manusia yang tidak pernah habis, juga memberikan warna lain pada

(51)

40

b. Pola Ruang

Daerah ini merupakan daerah yang masih terbuka karena belum banyak

bangunan yang ada. Namun kemungkinan besar akan segera ramai dengan

munculnya bangunan-bangunan baru. Hal ini tampak dengan banyaknya proyek

pengurugan yang ada di sekitar lokasi yang tentu itu untuk bangunan. Tapak ini

terletak di suatu sudut yaitu antara garis jalan dan garis sungai. Dengan posisi yang

demikian dapat memanfaatkan view ke dua arah tersebut. Arah barat merupakan jalan

raya dan arah selatan merupakan sungai dan tambak-tambak di seberangnya. Selain

hal tersebut pola pepohonan yang ada yaitu berjajar mengikuti arah aliran sungai di

selatan dan arah tepi tambak di bagian timur tapak. Daerah yang datar di sebagian

besar tapak dan dibatasi oleh sungai – yang cukup dalam dengan pasang surutnya –

juga merupakan bentuk yang menarik untuk dapat dimanfaatkan dalam desain.

Sedangkan di bagian utara adalah lokasi perumahan Permata Gading.

Gambar 3.5 Permukiman disektar site sumber : Foto dari hasil studi lapangan 2009

Di dekat lokasi terdapat perumahan permata gading yang berada dibagian

utara site yang diagarkan untuk memfasilitasi masyarakat dengan adanya tempat

(52)

41

Gambar 3.6 Perukoan disektar site sumber : Foto dari hasil studi lapangan 2009

Di dekat lokasi juga terdapat sarana ruko yang berada dibagian selatan site

yang menunjang perancangan tempat pelelangan ikan ini.

3.3.4 Infrastruktur Kota

Pada area jalan lingkar timur ini menurut master plan Sidoarjo diperuntukkan

sebagai pusat jasa, perkantoran, prumahan, pendidikan dan fasilitas-fasilitas umum.

Fasilitas-fasilitas yang penunjang selain jalan raya juga tersedianya jaringan

telekomunikasi, jaringan air bersih yang dikelolah PDAM serta jaringan listrikPLN.

3.3.5 Peraturan Bangunan Setempat

(53)

42

sumber : RTRW Kota Sidoarjo

Peraturan bangunan setempat kawasan Sidoarjo termasuk dalam RDTRK

(Rencana Detail Tata Ruang Kota), yaitu:

Tinjauan Undang – Undang Tata Ruang No. 24 Tahun 1992

Penataan ruang kawasan perkotaan bertujuan untuk meningkatkan fungsi kawasan

menjadi lebih optimal, serasi, selaras, dan seimbang dalam pengembangan

kehidupan manusia, meningkatkan kemakmuran rakyat dan mencegah serta

menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan alam, buatan dan social

Tinjauan Undang – Undang Bangunan Gedung No.28 Tahun 2002

Undang – Undang Bangunan Gedung no 28/ 2002 mengatur penataan banguan

gedung sehingga tertib dan terwujud sesuai dengan fungsinya. Beberapa

persyaratan harus dipenuhi untuk mencapai tujuan tersebut, seperti peruntukan

lahan dan itensitas bangunan. Persyaratan peruntukan dan itentitas meliputi lokasi,

kepadatan, ketinggian dan jarak bebas bangunan gedung yang ditetapkan bangunan

tersebut

Tinjauan Peraturan Daerah No.7 Tahun 2002 Tentang Ruang Terbuka Hijau

Pengelolahan Ruang Terbuka Hijau dilaksanakan secara terpadu oleh Pemerintah

Derah, masyarakat dan pelaku pembangunan lainnya. Diharapkan Ruang Terbuka

Hijau dapat dimanfaatkan bisa dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah sehingga

menambah pendapatan asli daerah serta kembali kepada peran fungsinya menjadi

(54)

43

BAB IV

ANALISA PERANCANGAN

4.1 Analisa Ruang

Analisa ruang dilakukan untuk memperoleh gambaran program ruang yang

terbentuk serta pola sirkulasi antar ruang yang terjadi secara khusus (mikro), dan

pola sirkulasi antar bangunan atau fasilitas yang ada secara umum (makro).

4.1.1 Organisasi Ruang

Dilihat dari tujuan perencanaan ini adalah menghadirkan sebuah tempat

Pelelangan Ikan yang merupakan fasilitas utama dalam pemasaran dan pengolahan

ikan.

Bangunan yang akan dirancang merupakan bangunan tatanan masa dan

membentuk sebuah alur antar ruang, dimana pembagian ruang tersebut kepada

pembagian tiap ruang. Berikut ini pengorganisasian ruang yang dapat terlihat dalam

hubungan antara ruang yang satu dengan ruang yang lain.

Diagram 4.1 Skema organisasi ruang (sumber : Analisa Pribadi, 2009) Entrance

Parkir Kios BBM

R.Pengelola Fasilitas Umum

R.Pengolahan Supermarket Ikan

R. servis

Dermaga Restoran

(55)

44

4.1.2 Hubungan Sirkulasi

1. Sirkulasi Manusia (Pedestrian Way)

Merupakan jenis sirkulasi yang digunakan untuk keperluan manusia berjalan

kaki. Untuk menjaga supaya kendaraan tidak memasuki daerah yang digunakan

manusia untuk berjalan kaki adalah dengan :

a. Membedakan tinggi permukaan lantai sebanyak satu atau dua anak tangga.

b. Perbedaan tekstur permukaan antara jalur kendaraan dan jalur pedestrian way.

Sirkulasi untuk manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

 Sirkulasi untuk pengunjung

Diagram 4.2 Sirkulasi pengunjung (sumber : Analisa Pribadi, 2009) Parkir

Selasar Pasar Ikan

T.Lelang Ruang

Pengelola

(56)

45

 Sirkulasi staff dan servis

Bagan 4.3 Sirkulasi Staff dan servis (sumber : Analisa Pribadi, 2009)

Dari bagan diatas, hasil dari sirkulasi tersebut adalah :

 Entrance merupakan sirkulasi utama untuk sebelumnya menuju ruang yang

lainnya. Pada bangunan pengelolahan pelelangan sebaiknya hanya terdapat satu

entrance, dikarenakan untuk menjaga keamanan dari hal-hal yang tidak

diinginkan.

 Ruangan yang memiliki hubungan yang cukup dekat, sirkulasinya antar ruangnya

(57)

46

 Bangunan didesain utnuk tatanan masa, maka perletekkan area fasilitas-fasilitas

yang ada harus sesuai dengan fuangsinya.

4.1.3. Diagram Abstrak

Analisa terhadap organisasi ruang, hubungan dan sirkulasi di dalam ruang,

didapatkan output berupa tatanan massa bangunan didalam site secara abstrak sebagai

berikut :

Gambar 4. 4. Diagram abstrak vertical (sumber : Analisa Pibadi)

TPI

Dermaga Fasilitas Pengelola

Restoran

Pengisian BBM Parkir Zona Pengelola

Zona Pengunjung

Zona Servis Zona Pengunjung

(58)

47

4.2 Analisa Site

Analisa site mempunyai peranan yang cukup besar didalam perencanaan

maupun dalam perancangan. Pada penganalisaan fisik site dapat digunakan sebagai

penentuan zonning, perletakan pintu masuk, arah hadap bangunan, maupun tampilan

bangunan.

4.2.1 Analisa Aksesibilitas

Merupakan analisa terhadap akses – akses yang berada disekitar lokasi tapak,

dimana analisa tersebut dilakukan untuk mengetahui jenis jalan maupun tingkat

kepadatan arus lalu lintas yang ada pada lokasi site sebagai acuan didalam

menentukan letak pintu masuk kedalam site.

`

Gambar 4.5 Analisa Lokasi Site (sumber : Analisa Pibadi)

- Merupakan jalur

lalulintas padat kendaraan

- Jalur 2 arah

- Lebar 6 m

- Merupakan jalur

(59)

48

Kondisi jalan menuju lokasi site cukup baik karena sudah menggunakan aspal,

dengan sirkulasi dua arah dengan pemandangan kanan dan dikirinya masih banyak

lahan persawahan kosong yang mempermudah view pengendara kendaraan melihat

entrance dalam site.

4.2.2 Analisa Iklim

Daerah ini terletak sekitar 7,5o Lintang Selatan. Sebagaimana sebagian besar

iklim di Indonesia adalah iklim tropis lembab dengan ciri-ciri antara lain sebagai

berikut: Curah hujan tinggi (1800 m/tahun), Radiasi sinar matahari tinggi (matahari

bersinar sepanjang tahun), Kelembaban tinggi (mencapai lebih dari 90%), Perbedaan

temperatur antara siang dan malam 2o s/d 5o C (ini karena kelembaban udara tinggi).

Gambar 4. 6 Analisa Iklim (Sumber : Data Pribadi, 2009)

Matahari terbit dari arah timur - barat. Solusi untuk bangunan pada arah hadap timur – barat yaitu dapat diberikan sun screen atau kisi – kisi pada bangunan atau bisa juga hadap arah bangunan yang tidak langsung menghadap sinar matahari Solusi yang lain adalah diberikan pepohonan agar sinar tidak langsung mengenai bangunan. Pergerakan angin

tidak menentu, tergantung cuaca dan keadaan

(60)

49 4.2.3 Analisa Lingkungan Sekitar

Meninjau dari letak, arah hadap dan kondisi lingkungan sekitar site, dapat

diketahui arah datangnya sumber-sumber kebisingan yang dapat mempengaruhi

perancangan paling besar adalah berasal dari JL. Lingkar Timur serta dari dalam site

sendiri. Sedangkan dari permukiman sendiri bisa dikatakan sangant kecil (jam- jam

tertentu saja).

Gambar 4. 7 Analisa Lingkungan Sekitar (Sumber : Data Pribadi, 2009)

4.2.4 Analisa Zoning

Merupakan pengelompokkan zona-zona kebutuhan ruang yang sesuai dengan

jenis, sifat dan fungsi ruang, seperti zona bagi pengunjung (publik), zona pengelola

(privat), dan zona penunjang dan servis. Dimana pengelompokkan zona-zona tersebut

memberikan batas-batas terhadap fungsi-fungsi yang ada dalam obyek perancangan.

Gambar 4.8 Analisa Zoning (sumber : Analisa Pribadi) Sumber kebisingan utama

Sumber kebisingan Skunder

Semi Privat

Publik Ruang Terbuka Publik

(61)

50 4.2.5 Analisa Bentuk dan Tampilan

Melihat dari lingkungan sekitar, bentukan bangunan adalah tipologi bangunan

Tempat Pelelangan ikan. Karena proyek ini adalah sebuah wadah perdagangan, maka

hendaknya tampil dengan menarik tetap memperhatikan lingkungan sekitarnya.

Bentukan yang direncanakan adalah memakai geometri persegi .

Gambar 4.9 Ilustrasi zoning dalam site (sumber : Ilustrasi Pribadi)

Tampilan muka bangunan harus dapat menarik perhatian pemakai jalan yang

melewatinya. Oleh karena itu bangunan harus memiliki titik tangkap. Titik tangkap

tidak harus lebar menyeluruh pada fasade bangunan. Cukup di pintu masuk,

misalnya.

(62)

51 BAB V

KONSEP PERANCANGAN

Dalam sebuah proses perancangan, diperlukan adanya analisa dan pembuatan

konsep yang didasari atas hasil analisa yang di dalamnya terdapat penyelesaian –

penyelesaian terhadap permasalahan yang ada di lokasi site. Dalam bab ini akan

dijelaskan mengenai analisa dan konsep rancangan yang diinginkan untuk

direalisasikan pada rancangan tersebut.

5.1. Analisa View

Analisa view pada lokasi Tempat Pelelangan Ikan di Sidoarjo ini di bagi

menjadi dua antara lain :

View ke dalam.

View ke dalam lokasi dihadirkan dengan ruang – ruang luar yang direncanakan

untuk mendukung kehadiran bangunan utama dan penunjang di dalam site. Ruang –

ruang luar tersebut mengunakan sirkulasi radial yang melintas atar ruang untuk

mempermuda pengunjung dan membedakan ruang berdasarkan fungsinya

Gb. 5.1 View dalam Site Sumber : Analisa pribadi

+

(63)

52

 View ke luar.

Untuk view keluar, pada site Tempat Pelelangan Ikan di Sidoarjo

ini memiliki beberapa alternatif, yaitu menghadap ke sungai dan Jalan

Lingkar Timur. Namum, karena ingin mempermuda pemasaran ikan,

maka perlu terlalu berorientasi keluar site.

5.2. Analisa Aksesibilitas.

Aksebilitas dipertimbangkan terhadap :

a. Ruang yang memiliki potensi sebagai titik pandang pengamat untuk

mengenali obyek.

b. Kecepatan arus lalu lintas yang ada.

c. Kenyamanan pengunjung dalam melihat bangunan dan akses menuju

bangunan.

Jalan utama pada area ini terletak pada jalur propinsi sebelah timur memiliki

tingkat kepadatan lalu lintas padat. Untuk mengantisipasi terhadap potensi kepadatan

lalu lintas serta mempertimbangkan kenyamanan pengunjung dalam melihat

bangunan, maka Main Entrance diletakkan pada bagian timur site yang menghadap

langsung ke jalan lingkar Timur.

Gb. 5.2 View luar site Sumber : Analisa pribadi

+

(64)

53

= Entrence

=

Peletakannya berada di sisi timur site dengan maksud agar pengunjung dapat

menikmati bangunan dengan leluasa dan nyaman (dimana kecenderungan manusia

dalam menikmati sebuah obyek adalah dengan memperlambat irama geraknya).

Sirkulasi ini berlaku terhadap pengunjung dan pengelola.

5.3. Konsep Rancangan.

Konsep dasar rancangan didapat dari sebuah tema rancang yang ingin

dihadirkan, yaitu berupa tolak ukur dasar atas ide tampilan, pola sirkulasi, pola

tatanan massa dan lainnya. Konsep rancangan pada Tempat Pelelangan Ikan di

Sidoarjo ini sendiri karena merupakan pusat pemasaran ikan di sidoajo maka

rancangan berusaha mengacu pada karakter bangunan yang mewakili konten dan

menyediakan sarana yang mampu memenuhi kekurangan dari bangunan – bangunan

yang ada antara lain :

1. Bangunan permanen yang didirikan diusahakan agar tidak berada di dalam

garis sempadan.

2. Memiliki fasilitas – fasilitas penunjang yang menopang keberadaan maksud

dan tujuan didirikannya Tempat Pelelangan Ikan di Sidoarjo. Outrance

(65)

54

3. Menanam vegetasi pada ruang luar, yang berfungsi sebagai penegas dan

pembatas jalur sirkulasi baik pejalan kaki maupun kendaraan.

5.4. Konsep Bentuk dan Tampilan.

Tema rancang dalam Tempat Pelelangan Ikan di Sidoarjo ini adalah

“Responsible Environment” yang berarti “suatu bentuk arsitektural yang mampu

menghadirkan makna dari fungsi terhadap lingkungan.Dari tema ini, maka akan

menghadirkan sebuah konsep yang dapat menampilkan citra suatu bangunan dan

tetap berusaha memberikan kenyamanan, kedinamisan antara obyek rancang dengan

isi di dalamnya serta dapat memaksimalkan estetika baik bentuk maupun penataan

massanya.

Bentuk dasar dan tampilan yang digunakan adalah selaras dengan tema

Responsible Environment yang cenderung berkesan joglo. Pengunaan atap joglo

untuk mengatasi curah hujan yang berlebihan pada daerah tropis, dan memaksimalkan bukaan2 untuk memaksimalkan alam agar mendapatkan cahaya dan

sirkulasi udara secara baik.  

 

Beberapa pertimbangan yang menjadi acuan dalam menata massa-massa

bangunan adalah bentuk dasar tapak seperti, orientasi view terbaik yang dapat

dinikmati pengunjung yang berada di dalam dan luar bangunan, serta suasana yang

ditimbulkan.

(66)

55

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai yaitu memberikan pencitraan,

kesenangan dan kenikmatan bagi pengunjung yang masuk serta keamanan dalam

Tempat Pelelangan Ikan di Sidoarjo ini ditata dengan pola linier.

Tatanan Bangunan sendiri dilakukan sesuai dengan analisa yang telah

dilakukan pada bab sebelumnya, yaitu dibagi menjadi zona pengelolaan, zona

bangunan penunjang, dan zona servis.

Zona Servis

5.6. Konsep Sirkulasi

Konsep sirkulasi dalam site bagi pejalan kaki dapat melintas antar bangunan

kemudian menuju main entrance yang sebelumnya telah melewati pedestrian.

Sedangkan bentuk yang mendominasi adalah jalan setapak yang ditandai dengan

struktur rangka batang kolom penyangga atap bangunan dan yang lainnya dibatasi

dengan vegetasi sebagai penanda jalur sirkulasi. Untuk sirkulasi kendaraan dirancang

dengan dua arah sirkulasi. Hal ini dilakukan agar pengunjung lebih mudah untuk

menentukan posisi parkir sesuai dengan yang diinginkan.

Gb. 5.5 Zoning Site Sumber : Analisa pribadi

Zona Pengelolah

(67)

56

5.7. Konsep Ruang Luar

Penataan ruang luar menggunakan konsep-konsep penataan yang mengambil

kota sebagai acuan secara skala makro. Penyelesaian ruang luar itu antara lain

penggunaan vegetasi (tanaman) baik itu existing seperti pohon-pohon besar.

Gb. 5.6 sirkulasi Site Sumber : Analisa pribadi

Gambar

Gambar 2.18 Kondisi Bangunan Balai Pertemuan Nelayan PPI Jetis Sumber : Google
Gambar 2.20 Mesin-Mesin Kapal Yang Digunakan Nelayan PPI Jetis Sumber : Google
Tabel 2.3  Fasilitas Yang Dikembangkan Dalam Jangka Menengah
Tabel 2.4  Fasilitas Yang Dikembangkan Dalam Jangka Panjang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk persaingan ketat ini berkaitan dengan adanya sejumlah faktor (Pearce and Robinson, 2008): ada banyak pesaing atau pesaing yang ada memiliki ukuran dan kekuatan

Pada batang tumbuhan dikotil, stele tersusun atas perisikel (perikambium), berkas pengankut dan empulur. Berkas pengangkut letaknya dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh

Sedangkan nilai Mean-rank antara kelompok kontrol positi dan perlakuan yaitu pada kelompok kontrol positif memiliki nilai Mean- Rank 7,69 dan kelompok perlakuan

Karakteristik responden menurut masa kerja para responden dalam penelitian ini yang merupakan karyawan pada Pasar Modern Pasir Pengaraian yaitu yang memiliki masa

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.8 tahun 1965 tentang Pendirian Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Djasa Rahardja, mulai 1 Januari 1965 PNAK Eka Karya dilebur menjadi

Glass secara fungsional dapat diterapkan pada berbagai aplikasi teknologi yang di antaranya yaitu sifat elektrik dan sifat optik glass[1].. Secara struktural

Petani garam merupakan seseorang yang menjalankan dan bertanggungjawab pada usahatani dengan komoditi garam mulai dari pengolahan air laut hingga proses panen hasil

Sedangkan teknik pengukuran terhadap amplitudo dari signal gema dapat dilakukan dengan menggunakan oscilloscope, yakni sebuah pesawat yang mampu melakukan visualisasi terhadap