• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

II . TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Garam

Garam merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan sehari-hari. Pembuatan garam sebagian besar dilakukan secara tradisional oleh petani rakyat disamping oleh perusahan garam industri. Dari segi kualitas produksi garam dalam negeri masih belum memenuhi syarat kesehatan, terutama garam yang dihasilkan dari petani garam, sebab mutu garam umumnya dibawah mutu II menurut spesifikasi SNI/SII No.140-76. Garam adalah benda padat berwarna putih berbentuk kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium Chlorida (>80%) serta senyawa lainnya, seperti Magnesium Chlorida, Magnesium Sulfat, dan Calsium Chlorida. Sumber garam yang didapat di alam berasal dari air laut, air danau asin, deposit dalam tanah, tambang garam, sumber air dalam tanah (Burhanuddin 2001). Komponen-komponen tersebut mempunyai peranan yang penting bagi tubuh manusia, sehingga diperlukan konsumsi garam dengan ukuran yang tepat untuk menunjang kesehatan manusia. Konsumsi garam per orang per hari diperkirakan sekitar 5 s.d15 gram atau tiga kilogram per tahun per orang (Winarno,1995).

Dikemukakan oleh Desrosier (1988) ada tiga sumber utama garam, sebagai berikut.

1. Garam solar ialah garam yang diperoleh dengan cara penguapan dari air garam baik yangdari laut maupun yang dari danau garam daratan.

(2)

2. Tambang garam atau garam sumber ialah garam yang biasanya dinyatakan sebagai batu garam, diperoleh dari pertambangan yang beroperasi sedalam seribu kaki atau lebih dibawah permukaan bumi.

3. Garam yang diperoleh dari penguapan dengan sinar matahari mengandung kotoran kimia dan mikrobia halofisilis yang toleran terhadap garam. Garam tambang atau garam sumber pada umumnya bebas dari kontaminasi organisme ini.

2.2 Karakteristik Petani Garam

Petani memiliki karakteristik yang beragam, karakteristik tersebut dapat berupa karakter demografis, karakter sosial serta karakter kondisi ekonomi petani itu sendiri. Karakter-karakter tersebut yang membedakan tipe perilaku petani pada situasi tertentu. Karakteristik yang diamati dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, luas lahan garapan, pengalaman usahatani dan jumlah tanggungan keluarga.

Umur responden merupakan lama responden hidup hingga penelitian dilakukan, umur produktif petani akan mempengaruhi proses adopsi suatu inovasi baru. Menurut BPS (2012), berdasarkan komposisi penduduk, umur dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu umur 0-14 tahun dianggap sebagai kelompok penduduk belum produktif, kelompok penduduk umur 15 s.d 64 tahun sebagai kelompok produktif dan kelompok umur 65 tahun ke atas sebagai kelompok penduduk yang tidak lagi produktif.

Dinyatakan oleh Soekartawi (2005) bahwa makin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga

(3)

mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun biasanya mereka masih belum berpengalaman dalam soal adopsi inovasi tersebut.

Tingkat pendidikan merupakan jumlah tahun mengikuti pendidikan formal yang ditempuh petani pada bangku sekolah. Pendidikan akan berpengaruh terhadap perilaku dan tingkat adopsi suatu inovasi. Seseorang yang berpendidikan tinggi cenderung lebih terbuka untuk menerima dan mencoba hal-hal yang baru. Menurut Saridewi (2010), tingkat pendidikan seseorang dapat mengubah pola pikir, daya penalaran yang lebih baik, sehingga makin lama seseorang mengenyam pendidikan akan semakin rasional.

Disebutkan oleh Hernanto (1993), luas lahan usahatani menentukan pendapatan, taraf hidup dan derajat kesejahteraan rumah tangga petani. Luas Penguasaan lahan akan berpengaruh terhadap adopsi inovasi, karena semakin luas lahan usahatani maka akan semakin tinggi hasil produksi sehingga turut meningkatkan pendapatan petani.

Dikemukakkan Padmowiharjo (1999) pengalaman merupakan

pengetahuan yang dialami seseorang dalam kurun waktu yang tidak ditentukan. Pengalaman yang menyenangkan dan memuaskan akan berdampak positif untuk melanjutkan mengadopsi suatu inovasi. Jumlah anggota keluarga akan berpengaruh terhadap perekonomian keluarga, semakin banyak jumlah anggota keluarga maka akan semakin meningkat pula kebutuhan keluarga, hal ini akan membuat biaya hidup meningkat.

2.3 Pemberdayaan

Posisi masyarakat yang marginal dan powerless dibuat menjadi lebih berdaya. Dengan demikian pendekatan yang digunakan disebut sebagai

(4)

pemberdayaan masyarakat. Pada dasarnya pokok pikiran teori pembangunan yang berpusat pada rakyat (people centered development) yang dalam implementasinya dijabarkan ke dalam pendekatan pemberdayaan masyarakat adalah sebuah pendekatan yang memberikan kesempatan, wewenang yang lebih besar kepada masyarakat terutama masyarakat lokal untuk mengolah proses pembangunannya. Kewenangan tersebut meliputi keseluruhan proses pembangunan sejak identifikasi masalah dan kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan menarik manfaat hasil pembangunan. Di samping akses dan kontrol terhadap pengambilan keputusan tersebut, masyarakat lokal juga lebih memiliki akses dan kontrol terhadap sumberdaya (Soetomo, 2011).

Pemberdayaan sebagai sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses (Suharto, 2010).

(5)

Definisi pemberdayaan yang dikemukakan para pakar sangat beragam dankontekstual. Akan tetapi dari berbagai definisi tersebut, dapat ditarik suatu benangmerah bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memampukan danmemandirikan masyarakat. Atau dengan kata lain adalah bagaimana menolong masyarakat untuk mampu menolong dirinya sendiri.

2.3.1 Konsep pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan, menswadayakan, memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan (Eko,2002). Konsep pemberdayaan (masyarakat desa) dapat dipahami juga dengan dua cara pandang. Pertama, pemberdayaan dimaknai dalam konteks menempatkan posisi berdiri masyarakat. Posisi masyarakat bukanlah obyek penerima manfaat (beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari pihak luar seperti pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan yang bertindak) yang berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri bukan berarti lepas dari tanggungjawab negara.

Pemberian layanan publik (kesehatan, pendidikan, perumahan, transportasi dan seterusnya) kepada masyarakat tentu merupakan tugas (kewajiban) negara secara given. Masyarakat yang mandiri sebagai partisipan berarti terbukanya ruang dan kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol lingkungan dan sumberdayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut menentukan proses politik di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan dan pemerintahan (Eko, 2002).

(6)

Permendagri RI Nomor 7 Tahhun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat, dinyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi yang digunakan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pasal 1, ayat (8)). Inti pengertian pemberdayaan masyarakat merupakan strategi untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat.

2.3.2 Tujuan dan strategi cara pemberdayaan masyarakat

Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah memampukan dan

memandirikan masyarakat terutama dari kemiskinan dan

keterbelakangan/kesenjangan/ketidakberdayaan. Kemiskinan dapat dilihat dari indikator pemenuhan kebutuhan dasar yang belum mencukupi/layak. Kebutuhan dasar itu, mencakup pangan, pakaian, papan, kesehatan, pendidikan, dan transportasi. Sedangkan keterbelakangan, misalnya produktivitas yang rendah, sumberdaya manusia yang lemah, terbatasnya akses pada tanah padahal ketergantungan pada sektor pertanian masih sangat kuat, melemahnya pasar-pasar lokal/tradisional karena dipergunakan untuk memasok kebutuhan perdagangan internasional. Dengan perkataan lain masalah keterbelakangan menyangkut structural (kebijakan) dan kultural (Usman, 2004).

Bagaimana strategi atau kegiatan yang dapat diupayakan untuk mencapai tujuan pemberdayaan masyarakat? Ada beberapa strategi yang dapat menjadi pertimbangan untuk dipilih dan kemudian diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat. Strategi 1: Menciptakan iklim, memperkuat daya, dan melindungi. Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu ;

(7)

pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan ini menyangkut pembangunan prasarana dan sarana dasar fisik, seperti irigasi, jalan, listrik, maupun sosial seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling bawah, serta ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di perdesaan, dimana terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya amat kurang. Untuk itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena program-program umum yang berlaku tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya.

Menanamkan nilai-nilai budaya moderen, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini. Demikian pula pembaharuan institusi-institusi sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat didalamnya. Yang terpenting disini adalah peningkatan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan,

(8)

pembudayaan, pengamalan demokrasi. Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertikarkan dengan pihak lain).

Dengan demikian tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan. Strategi 2: Program Pembangunan Pedesaan Pemerintah di Negara-negara berkembang termasuk Indonesia telah mencanangkan berbagai macam program pedesaan, (1) pembangunan pertanian, (2) industrialisasi pedesaan, (3) pembangunan masyarakat desa terpadu, dan (4) strategi pusat pertumbuhan (Usman, 2004). Penjelasan macam-macam program sebagai berikut: Program pembangunan pertanian, merupakan program untuk meningkatkan output dan pendapatan para petani. Juga untuk menjawab keterbatasan pangan di pedesaan, bahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar industri kecil dan kerumahtanggaan, serta untuk memenuhi kebutuhan ekspor produk pertanian bagi negara maju. Program

(9)

industrialisasi pedesaan, tujuan utamanya untuk mengembangkan industri kecil dan kerajinan. Pengembangan industrialisasi pedesaan merupakan alternative menjawab persoalan semakin sempitnya rata-rata pemilikan dan penguasaan lahan dan lapangan kerja diperdesaan.

2.3.3 Aspek-aspek pemberdayaan

Menurut Sumodiningrat, (1995), Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari lingkup dan objek pemberdayaan mencakup beberapa aspek sebagai berikut.

1. Peningkatan kepemilikan aset (sumberdaya fisik dan finansial) serta kemampuan (secara individual dan kelompok) untuk memanfaatkan aset tersebut demi perbaikan kehidupan mereka.

2. Hubungan antar individu dan kelompoknya, kaitannya dengan pemilikan aset dan kemampuan memanfaatkannya.

3. Pemberdayaan dan reformasi kelembagaan.

4. Pengembangan jejaring dan kemitraan kerja, baik ditingkat lokal, regional, maupun global.

2.5.2 Unsur-unsur pemberdayaan

Upaya pemberdayaan masyarakat perlu memperhatikan empat unsur pokok sebagai berikut ini.

1. Aksesibilitas informasi,

Aksesibilitas informasi dinyatakan sebagai unsur pemberdayaan yang penting karena informasi merupakan kekuasaan baru kaitannya dengan : peluang, layanan, penegakan hukum, efektivitas negosiasi dan akuntabilitas (Sumodiningrat, 1995).

(10)

Partisipasi, sebagai suatu konsep dalam pengembangan masyarakat, digunakan secara umum dan luas. Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu

“participation” adalah pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Keith

Davis, partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Dalam defenisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosi. Sebenarnya partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam suatu perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan.

Partisipasi adalah konsep sentral, dan prinsip dasar dari pengembangan masyarakat karena, di antara banyak hal, partisipasi terkait erat dengan gagasan HAM. Dalam pengertian ini, partisipasi adalah suatu tujuan dalam dirinya sendiri; artinya, partisipasi mengaktifkan ide HAM (Hak Asasi Manusia), hak untuk berpartisipasi dalam demokrasi dan untuk memperkuat demokratif

deliberative.Sebagai suatu proses dalam pengembangan masyarakat, partisipasi

berkaitan dengan HAM dengan cara lainnya. Jika HAM lebih dari sekedar pernyataan dalam deklarasi yaitu jika partisipasi berakibat membangun secara aktif kultur HAM-sehingga menjamin berjalannya proses-proses dalam pengembangan masyarakat secara partisipatif adalah suatu konstribusi signifikan bagi pembangunan kultur HAM, suatu kebudayaan yang partisipasi warga negaranya merupakan proses yang diharapkan dan normal dalam suatu upaya pembuatan keputusan. Dalam hal ini, partisipasi adalah alat dan juga tujuan

(11)

karena membentuk bagian dari dasar kultur yang membuka terbukanya jalan bagi tercapainya HAM. Paul berpendapat bahwa dalam partisipasi harus mencapkup kemampuan rakyat untuk memengaruhi kegiatan-kegiatan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kesejahteraanya. Arti partisipasi sering disangkut pautkan dengan banyak kepentingan dan agenda yang berbeda yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat dan pembuatan keputusan secara politis. Dalam lain hal, Partisipasi masyarakat merupakan hak dan kewajiban warga Negara untuk memberikan konstribusinya kepada pencapaian tujuan kelompok. Sehingga mereka diberi kesempatan untuk ikut serta dalam pembangunan dengan menyumbangkan inisiatif dan kreatifitasnya (Sumodiningrat, 1995).

Partisipasi yang menyangkut siapa yang dilibatkan dan bagaimana mereka terlibat dalam keseluruhan proses pembangunan. Partisipasi masyarakat sering kali dianggap sebagai bagian yang tidak terlepas dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Dengan melihat partisipasi sebagai kesatuan dalam proses pemberdayaan masyarakat, akan dapat diketahui bahwa akar perkembangan pemikiran tentang partisipasif dalam pembangunan akan terkait dengan diskursus komunitas. Dimana salah satu diskursus komunitas adalah asumsi bahwa masyarakat bukanlah sekumpulan orang yang bodoh, yang hanya bisa maju kalau mereka mendapatkan perintah belaka. Partisipasi masyrakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada dimasyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.

(12)

3. Akuntabilitas, kaitannya dengan pertanggungjawaban publik atas segala kegiatan yang dilakukan dengan (Miriam Budiarjo, 1998) mendefinisikan akuntabilitas sebagai pertanggungjawaban pihak yang diberi kuasa mandat untuk memerintah kepada yang memberi mereka mandat. Akuntabilitas bermakna pertanggung jawaban dengan menciptakan pengawasan melalui distribusi kekuasaan pada berbagai lembaga pemerintah sehingga mengurangi penumpukkan kekuasaan sekaligus menciptakan kondisi saling mengawasi. Sedangkan LembagaAdministrasi Negara menyimpulkan akuntabilitas sebagai kewajiban seseorang atau unit organisasi untuk mempertanggung jawabkan pengelolaan dan pengendalaian sumberdaya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui pertanggungjawaban secara periodik atas namakan rakyat.

4. Kapasitas organisasi lokal, kaitannya dengan kemampuan bekerja sama, mengorganisasi warga masyarakat, serta memobilisasi sumberdaya untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi.

2.4 Penyuluhan

Penyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh yang disuluh agar terbangun proses perubahan perilaku. Dengan kata lain kegiatan penyuluhan tidak terhenti pada penyebarluasan informasi, dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi. Akan tetapi, merupakan proses yang dilakukan secara terus menerus, sekuat tenaga dan pikiran, memakan waktu dan melelahkan, sampai terjadinya perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh penerima manfaat penyuluhan yang menjadi client penyuluhan (Rohman, 2008).

(13)

Penyuluhan Pertanian adalah pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal di bidang pertanian agar mereka mampu menolong dirinya sendiri baik di bidang ekonomi, sosial maupun politik sehingga peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai. Penyuluhan Pertanian adalah sistem pemberdayaan petani dan keluarganya melalui kegiatan pembelajaran yang bertujuan agar para petani dan keluarganya mampu secara mandiri mengorganisasikan dirinya dan masyarakatnya untuk bisa hidup lebih sejahtera. Petani harus diajak belajar bagaimana memelihara dan memanfaatkan sumberdaya yang ada di lingkungannya untuk kesejahteraannya yang lebih baik secara berkelanjutan (Askari, 2011).

2.5 Petani Garam dan Kelompok Petani Garam

Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 273 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petanimenyebutkan bahwa kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha tani anggota.

Fadholi Hermanto, memberikan pengertian tentang petani yang mengatakan “Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya dibidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usaha tani pertanian, peternakan, perikanan (termasuk penangkapan ikan), dan mengutamakan hasil laut”.

(14)

Petani garam merupakan seseorang yang menjalankan dan bertanggungjawab pada usahatani dengan komoditi garam mulai dari pengolahan air laut hingga proses panen hasil pertanian serta memasarkan hasil produksinya.

Kelompok atau group adalah kumpulan dari individu yang berinteraksi satu sama lain, pada umumnya hanya untuk melakukan pekerjaan, untuk meningkatkan hubungan antar individu, atau bisa saja untuk keduanya. Sebuah kelompok suaktu waktu dibedakan secara kolektif, sekumpulan orang yang memiliki kesamaan dalam aktifitas umum namun dengan arah interaksi terkecil. Kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan manusia yng hidup bersama, karena adanya hubungan antara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong (Soekanto, 2006).

Kelompok tani diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) maupun petani-taruna (pemuda-pemudi) yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pimpinan seorang kontak tani. Menurut Mosher dalam Mardikanto (1993), salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kerjasama kelompok tani.

Kelompok tani (Poktan) adalah kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk bekerjasama dalam meningkatkan, mengembangkan produktivitas usaha tani, memanfaatkan sumberdaya pertanian, mendistribusikan hasil produksinya dan meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

(15)

Kelompok petani garam yang dimaksud di sini adalah sekumpulan orang atau masyarakat tani yang menentukan diri dalam suatu kegiatan atas dasar semangat bekerja „dari‟, „oleh‟, dan „untuk‟, anggota demi meningkatkan proses kesejahteraan bersama. Jadi yang dimaksud tentang Kelompok Petani Garam adalah sekumpulan orang atau masyarakat tani yang menjalankan usahatani dengan komoditi garam mulai dari pengolahan air laut hingga proses panen hasil pertanian serta memasarkan hasil produksinya untuk meningkatkan kesejahteraan bersama.

2.6 Kerangka Pemikiran

Petani garam merupakan seseorang yang menjalankan dan bertanggungjawab pada usahatani dengan komoditi garam mulai dari pengolahan air laut hingga proses panen hasil pertanian serta memasarkan hasil produksinya.

Petani sebagai manusia yang hidup bermasyarakat, memiliki kebebasan untuk berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya, mempelajari berbagai hal baru, dan mengikuti setiap perkembangan yang ada. Hal ini, akan membentuk karakteristik petani yang berhubungan dengan dengan tingkat kompetensi mereka dalam berusaha tani.

Keberhasilan usaha tani sangat tergantung kepada kompetensi petani sebagai pengelola utama. Kompetensi petani tidak sama satu dengan lainnya, hal ini sangat tergantung kepada karakteristik yang mereka miliki. Ada banyak faktor terkait yang berkenaan dengan karakteristik petani garam yang memungkinkan mereka lebih maju dalam meningkatkan jumlah dan kualitas produknya. Faktor tersebut seperti umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, status usahatani, pengalaman berusahatani, dan luas lahan.

(16)

Karakteristik yang dimiliki petani menentukan keberhasilan suatu usahatani dimana dalam hal ini usahatani garam. Keberhasilan usahatani garam dapat dilihat dari potensi produk yang dimiliki. Potensi disebut sebagai kekuatan, energi, atau kemampuan yang terpendam yang dimiliki dan belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi suatu produk dapat menjadi modal dasar untuk pengembangan produk tersebut agar dapat menjadi produk yang unggul. Potensi suatu produk dapat dilihat dari sisi kelebihan maupu kekurangan produk tersebut. Potensi yang dimaksud terdiri dari kualitas, pemasaran, ketersediaan lahan, kemampuan SDM, keuntungan usaha, dan daya saing produk garam. Untuk mengembangkan potensi produk yang dihasilkan oleh petani garam, maka perlu dilakukannya suatu upaya pemberdayaan terhadap petani garam.

Pemberdayaan masyarakat, merupakan ungkapan lain dari tujuan penyuluhan pertanian, yang diartikan sebagai upaya untuk memberikan daya atau kekuatan kepada masyarakat untuk mengembangkan masyarakat petani menjadi sumberdaya manusia yang mampu meningkatkan kualitas hidupnya secara mandiri, tidak bergantung pada belas kasih pihak lain.

Penyuluhan sebagai proses pemberdayaan masyarakat merupakan proses pemandirian masyarakat. Pemandirian bukanlah menggurui tapi menumbuhkan partisipasi atau peran serta aktif dari semua pihak yang akan menerima manfaat penyuluhan terutama dari masyarakat petani. Yang hakekatnya adalah meningkatkan kemampuan, mendorong kemauan dan keberanian serta memberikan kesempatan bagi upaya-upaya masyarakat tanpa dukungan pihak luar mengembangkan kemandiriannya demi terwujudnya perbaikan kesejahteraan secara berkelanjutan.

(17)

Aspek-aspek pemberdayaan masyarakat meliputi kepemilikan asset, hubungan individu dengan kelompok, pemberdayaan masyarakat petani, pemberdayaan kelembagaan petani dengan pengembangan jejaring dan kemitraan kerja.

Unsur pemberdayaan masyarakat meliputi : aksesibilitas informasi teknologi, keterlibatan / partisipasi pelaku utama dalam pembangunan, akuntabilitas, dan kapasitas organisasi berupa kemampuan bekerjasama, mengorganisir warga masyarakat serta mobilisasi sumberdaya untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.

Tujuan pemberdayaan masyarakat, dapat dicapai dengan : 1) menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang, 2) upaya membangun sumberdaya/potensi yang ada, dengan mendorong, memberikan motivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. 3) memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat.

Berdasarkan konsep pemikiran di atas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar skema kerangka pemikiran berikut.

(18)

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Penelitian Potensi dan Proses Pemberdayaan Petani Garam di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung.

Petani Garam di Desa Kusamba (Klingkung) Potensi Garam  Kualitas  Pemasaran  KetersediaanLaha n  Kemampuan SDM  Keuntungan Usaha  DayaSaingProduk Garam Aspek Pemberdayaan  Kepemilikan asset  Hubungan  Pemberdayaan  Jejaring/kemitraan kerja Unsur Pemberdayaan  Aksesibilitas Informasi  Partisipasi  Akuntabilitas  Kapasitas Analisis Simpulan Rekomendasi Proses pemberdayaan

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan dukungan yang sangat berarti dari berbagai pihak, khususnya Bapak Taufik Akbar, SE, M.Si, AK, CA, selaku

Setelah penulis melaksanakan penelitian dengan memberikan tes berbentuk essay kepada siswa kelas VIII MTs.Al-Washliyah Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan dengan sampel

Kini, di lokasi pesantren Asshiddiqiyah seluas 10.000 meter persegi lebih berdiri beberapa gedung megah bertingkat, dua masjid (sebuah masjid untuk santri putra

Serta, interaksi modal sosial dalam masyarakat dalam pengembangan One Village One Product (OVOP) di Desa Tinalan Kota Kediri sebagai objek yang akan diteliti dalam penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang negatif antara persepsi mahasiswa terhadap gaya mengajar dosen dengan cyberloafing pada mahasiswa Fakultas Psikologi

Analisis data sekuen juga dilakukan untuk mengetahui beberapa karakter urutan basa nukleotida pada d-loop Rana yang dianalisis, diantaranya adalah.. menghitung

Untuk mendeskripsikan perencanaan yang dilakukan guru mata pelajaran akidah akhlak dalam implementasi kurikulum 2013 pada kelas X Madrasah Aliyah Bilingual Batu..3.

disimpulkan bahwa komunikasi dalam organisasi merupakan proses untuk mencipta dan saling tukar menukar pesan dalam rangkaian hubungan yang saling bergantung antara satu dengan