• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Tinjauan Agronomi Tanaman Kopi

Kopi adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam familia Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuh tegak, bercabang, dan bila dibiarkan tingginya dapat mencapai 12 m. Daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing. Daun tumbuh berhadapan pada batang , cabang, dan ranting-rantingnya . Kopi mempunyai sistem percabangan agak berbeda dengan tanaman lain. Tanaman ini mempunyai beberapa jenis cabang yang sifat dan fungsinya berbeda.

Kopi umumnya tidak menyukai sinar matahari langsung dalam jumlah banyak, tetapi menghendaki sinar matahari yang teratur. Sengatan sinar matahari langsung dan dalam jumlah banyak akan meningkatkan penguapan dari tanah maupun daun, yang pada gilirannya dapat mengganggu keseimbangan proses fotosintesis pada musim kemarau. Dengan demikian untuk mengatur datangnya sinar matahari, biasanya diantara tanaman ditanami tanaman pelindung

(Najiyati dan Danarti, 2004).

Menurut Panggabean (2011), jenis kopi yang banyak dibudidayakan yakni kopi arabika (Coffea Arabica) dan robusta (Coffea canephora). Sementara itu, ada juga jenis Coffea liberica dan Coffea congensis yang merupakan perkembangan dari jenis robusta.

(2)

Dalam Rahardjo (2012), kopi arabika pertama kali dibudidayakan di Indonesia tahun 1996. Dalam rangka mengatasi karat daun, telah dilakukan seleksi pohon induk dari populasi kopi arabika yang ada serta penyilangan antartipe kopi arabika atau dengan varietas lain.

Menurut Nadjiyati (2004), ada beberapa sifat penting kopi Arabika yaitu:

1. Menghendaki daerah dengan ketinggian antara 700-1700 m dpl, dan suhu 16-20º C

2. Menghendaki daerah yang mempunyai iklim kering atau bulan kering 3 bulan/tahun secara berturut-turut, yang sesekali mendapat hujan kiriman. 3. Umumnya peka terhadap serangan penyakit Hemeleia vastatrix, terutama

bila ditanam di dataran rendah 500 mdpl.

4. Rata-rata produksi sedang sekitar 4,5-5 kw/ha/tahun, tetapi mempunyai kualitas dan harga yang relatif lebih tinggi dari kopi lainnya. Dan bila dikelola secara intensif produksinya bisa mencapai 15-20 kw/ha/tahun. 5. Umumnya panen raya terjadi dalam setahun.

Jika dibandingkan dengan varietas biji kopi yang lain misalnya kopi Robusta, kopi Arabika memiliki kualitas yang lebih tinggi karena biji kopi ini mempunyai sekitar setengah dari kafein yang ditemukan dalam biji Robusta. Biji kopi Arabika yang dapat tumbuh di dataran tinggi melakukan proses panen yang sangat halus karena perawatan yang terus-menerus dalam fase pertumbuhan, maka kualitas yang dihasilkan yaitu tingkat keasaman yang seimbang dan cita rasa yang ringan. Kualitas kopi yang baik diperoleh dari buah kopi yang telah matang dan proses pengolahan yang tepat. Pemanenan buah kopi yang matang mempengaruhi 50%

(3)

kualitas kopi. Sementara itu pengolahan pasca panen yang tepat mempegaruhi 50% kualitas kopi. Sehingga penanganan pada masing-masing proses tersebut harus dikerjakan secara tepat dan selalu diawasi kualitasnya (Panggabean, 2011).

2.1.2 Tinjauan Ekonomi Tanaman Kopi

Pemasaran kopi di Indonesia tergolong cukup baik. Salah satu indikatornya adalah kenaikan harga jual kopi yang signifikan setiap tahunnya. Beberapa hal penting mengenai perdagangan kopi di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Sebagian besar pemasaran kopi di Indonesia dikuasai oleh pihak asing (Negara lain).

2. Pedagang besar local cukup banyak yang mengalami kebangkrutan , tetapi pengumpul kecil bertambah.

3. Terjadi peningkatan luas areal perkebunan kopi arabikadan robusta di berbagai wilayah.

4. Penguasaan harga berdampak sangat positif untuk petani kopi, yakni harga jual kopi semakin tinggi.

Kopi arabika memang dikenal terlebih dahulu oleh konsumen dibanyak Negara, sehingga kelezatan kopi Arabika lebih dikenal superior dibandingkan kopi robusta. Dengan rasa khas kopi Arabika yang kuat dengan sedikit asam (kandungan kafein 1-1,3 %) , maka kopi arabika memperoleh citra mutuprima dan harga yang amat baik dipasaran dunia. Oleh sebab itu Indonesia perlu lebih menggarap kopi Arabika di kawasan-kawasan yang cocok untuk jenis kopi ini ( Siswoputranto, 1993).

(4)

Produktivitas kopi arabika di Indonesia pada tahun lebih tinggi dari kopi robusta. Produktivitas kopi arabika mencapai 658 – 847 Kg/ha/tahun, sedangkan produktivitas kopi robusta hanya mencapai 529 – 557 Kg/ha/tahun. Lebih tingginya produktivitas kopi arabika disebabkan karena yang bersifat lebih unggul yakni varietas Catimor yang berhabitus katai dan produksi yang tinggi (Pelita Perkebunan, 1999).

Laju rata - rata perkembangan produksi kopi Sumatera Utara (2, 19%),volume ekspor kopi Sumatera Utara (1,03%), lebih cepat dari laju rata – rata perkembangan produksi kopi dunia (1,9%), dan pekembangan volume ekspor kopi dunia (0,55%). Selain itu jumlah produksi kopi Sumatera Utara setiap tahunnya masih lebih kecil dari jumlah volume ekspor kopi. Hal ini menunjukkan masih terbukanya peluang bagi para petani kopi untuk mengembangkan produksinya (Marlina, 2007).

Menurut Panggabean (2011), Harga jual kopi Arabika dalam enam tahun terakhir (2004-2010) mengalami peningkatan yaitu tahun 2004-2005 yaitu sebesar 7.000 hingga 8.000 rupiah, tahun 2005-2006 yaitu sebesar 8.000 hingga 11.500 rupiah , tahun 2006-2007 yaitu sebesar 11.500 hingga 14.000 rupiah, tahun 2007-2008 yaitu 14.000 hingga 19.000 rupiah , tahun 2008-2009 yaitu sebesar 19.000 hingga 22.000 rupiah dan tahun 2009-2010 yaitu sebesar 22.000 hingga 30.000 rupiah.

Sebagai salah satu hasil komoditi pertanian, kopi nampaknya masih akan mempunyai kemampuan yang besar dalam menyerap tenaga kerja. Sampai saat ini di Indonesia sektor pertanianlah yang mempunyai peluang besar dalam menyerap tenaga kerja (Retnandari dan Tjokrowinoto, 1991).

(5)

2.1.3 Prospek dan Keberhasilan Kopi sebagai Tanaman Penyegar

Secara umum terdapat dua jenis biji kopi, yaitu Arabika dan Robusta . Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Ethiopia di benua Afrika sekitar 3000 tahun (1000 SM) yang lalu. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahunnya . Di samping rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker,diabetes ,batu empedu , dan penyakit jantung (AAK, 2009).

Peluang kopi di Indonesia meningkat beberapa tahun mendatang seiring dengan peningkatan perluasan areal penanaman kopi yang dilakukan oleh petani (Anggara dan Sri, 2011).

Kopi (Cofea spp.) dikenal sebagai bahan minuman yang memiliki aroma harum, rasa nikmat yang khas, serta dipercaya memiliki khasiat menyegarkan badan. Karena beberapa kelebihan yang dimilikinya, kopi sangat akrab dilidah dan

banyak digemari tidak saja di Indonesia , tapi di mancanegara (Najiyati dan Danarti, 2007).

Minuman kopi bukan hanya sekedar minuman beraroma khas dan merangsang karena mengandung kafein , tetapi minuman ini juga mengandung beberapa zat yang bermanfaat bagi tubuh meskipun kadarnya tidak terlalu tinggi. Adapun beberapa zat yang terkandung didalam kopi arabika dapat dilihat pada Tabel 4:

(6)

Tabel 4. Komposisi kimia, Vitamin dan Mineral Kopi Arabika Komposisi Kopi Beras (%)

Air 11,22 Kafein 1,21 Lemak 12,27 Gula 8,55 Selulosa 18,07 Abu 3,92

Vitamin dan Mineral

 Vitamin B1 0,2  Vitamin B2 0,23  Vitamin B6 0,143  Vitamin B12 0,00011  Sodiun 4  Ferrum 3,7  Fluor 0,45

(Najiyati dan Danarti, 2004).

Keseluruhan komposisi tersebut sangat bermanfaat bagi tubuh, hal ini yang menjadi salah satu menyebabkan masyarakat lebih memilih kopi Arabika disamping kapasitasnya sebagai bahan baku industri di Negara-negara Eropa. Berdasarkan standar kualitas, kemampuan produksi, harga yang tinggi dan tingkat permintaan terhadap kopi arabika yang baik sehingga menyebabkan masyarakat memilih untuk membudidayakan kopi arabika baik secara intensif maupun tradisional.

Menurut Siswoputranto (1992), walaupun kopi terutama diperuntukkan hanya untuk minuman tapi ternyata kopi sumber citarasa kopi dapat digunakan untuk macam macam makanan, pernak-pernik kerajinan tangan, maupun berbagai manfaat lain yang dapat diperoleh dari:

1) Biji kopi secara alami mengandung cukup banyak senyawa calon pembentuk citarasa dan aroma khas kopi antara lain asam amino dan gula. Membentuk senyawa melancidin yang memberikan warna cokelat yang dapat disuling dan

(7)

menghasilkan minyak biji kopi dan dapat dipergunakan untuk campuran dalam pembuatan sabun, campuran minyak cat, bahkan industri plastik memanfaatkannya untuk pembuatan jenis plastik cavelite.

2) Daging buah dapat dimanfaatkan untuk bahan baku yang diproses untuk campuran pakan ternak.dan kulit buah dapat dijadikan bahan pembuatan pupuk kompos.

3) Kayu pohon kopi dapat dipergunakan untuk pembuatan barang barang kerajinan, patung, dan kipas yang serba menarik.

Dari segi produksi yang paling menonjol dalam kualitas dan kuantitas adalah jenis kopi arabika karena kopi arabika berproduksi lebih cepat dibandingkan dengan kopi robusta. Memasuki tahun kedua sejak penanaman kopi arabika telah menghasilkan meskipun masih dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu jenis arabika lebih diminati para petani kopi dibandingkan robusta disebabkan produksinya yang cepat. Sedangkan robusta mulai menghasilkan memasuki tahun ketiga sejak penanaman. Selain produksi kopi arabika yang cepat, harga jual kopi jenis arabika lebih tinggi dibandingkan robusta. Hal ini tentu sangat menguntungkan petani kopi yang mengusahakan jenis kopi arabika, namun tingkat kesulitan dalam pengelolahannya juga lebih dirasakan oleh petani kopi yang memilih jenis arabika. Dengan demikian dapat dikatakan kalau kopi arabika memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan jenis kopi robusta, namun tingkat produktivitas kopi arabika di Indonesia tergolong lebih rendah dibandingkan tingkat produktivitas robusta.

2.1.4 Tinjauan Finansial Tanaman Kopi

Kebutuhan kopi semakin bertambah seiring dengan pertambahan jumlah penduduk serta kemajuan teknologi yang menimbulkan perubahan gaya hidup dan

(8)

tren. Manfaat dari meminum kopi sudah banyak dibuktikan oleh masyarakat, bahkan beberapa pakar ilmu kedokteran dan medis banyak menuliskan artikel dari penelitiannya tentang manfaat meminum kopi.

Indonesia merupakan salah satu penghasil kopi terbaik didunia, khususnya untuk jenis kopi arabika. Hal ini dapat dilihat dari jumlah ekspor dari Indonesia yang dilakukan oleh perusahaan eksportir komoditas kopi. Beberapa tahun terakhir, berbagai perusahaan asing telah melakukan ekspansi besar-besaran untuk mendapatkan kopi arabika di Sumatera Utara, Aceh Tenggara dan Sulawesi Selatan. Pada tahun 2003, ekspor kopi dari Indonesia sebesar 5.800 ton (bernilai US $ 17,9 juta). Sementara itu, impor kopi pada tahun yang sama mencapai 1.560 ton atau setara US $ 3,56 juta (Panggabean, 2011).

Untuk melakukan usahatani kopi Arabika perlu diperhatikan beberapa faktor seperti faktor internal. Faktor internal yang mempengaruhinya adalah potensi sumber daya alam dan letak geografis yang tepat sangat mendukung pertumbuhan dan kualitas kopi dengan baik. Demikian halnya akan luas lahan area tanam memiliki jumlah produksi kopi karena penambahan luas area tanam memiliki pengaruh positif terhadap jumlah produksi, dengan demikian akan tercipta citra produk speciality sesuai dengan daerah penghasil kopi. Harga yang tidak efisien atau tidak memihak di tingkat petani yang diakibatkan beberapa hal menyebabkan peningkatan biaya produksi dan mata rantai pemasaran kopi yang cukup panjang. Sehingga menyebabkan ketidakseimbangan pendapatan petani dengan pengeluaran dalam usahatani kopi.

(9)

Perbedaan harga kopi biji dengan harga kopi olahan juga mampu mempengaruhi pendapatan petani. Pendapatan petani biji kopi relatif lebih rendah apabila dibandingkan dengan produk olahan kopi yang memiliki nilai tambah. Prospek pengembangan perkopian di Indonesia akan semakin meningkat dalam hal daya saing dan efisiensi memproduksi specialty coffee sehingga mampu bertahan dan meningkatkan pangsa pasar luar negeri.

Kabupaten Samosir sangat berpotensial untuk usaha perkebunan kopi mengingat topografi yang berbukit. Sentra produksi komoditi Kopi di Kabupaten ini, yaitu di Kecamatan Ronggur Nihuta, Kecamatan Pangururan dan Kecamatan Palipi.

Salah satu Desa yang menghasil kopi arabika di daerah Kabupaten Samosir adalah Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta. Sebagian besar masyarakat Desa Paraduan menjadikan pertanian sebagai mata pencaharian salah satunya adalah usahatani kopi arabika. Namun dalam beberapa waktu terakhir, jumlah produksi kopi arabika di Desa Paraduan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu hama yang menyerang tanaman kopi yang menyebabkan biji kopi membusuk maupun batang pohon kopi mengalami pembusukan. Pengolahan dan penanganan yang masih dilakukan secara tradisional juga mempengaruhi kualitas produksi biji kopi arabika dan berdampak terhadap harga jual produksi. Jumlah produksi yang menurun dan penanganan petani terhadap hama yang menyerang tanaman kopi secara tradisional sangat ditentukan oleh harga pupuk dan insektisida yang tidak tetap. Sedangkan perbedaan harga jual ditingkat petani dengan distributor sangat jauh berbeda. Harga biji kopi kering ditingkat petani hanya mencapai 18,000 hingga 20,000 rupiah per kilogramnya, sedangkan harga

(10)

ditingkat distributor mencapai 80,000 hingga 100,000 rupiah per kilogramnya sesuai dengan kualitas biji kopi. Hal ini menyebabkan petani menggunakan pupuk yang lebih murah dan sekedarnya sehingga produksi tanaman tidak maksimal.

Penurunan produksi tanaman kopi di Desa Paraduan juga sangat dipengaruhi perubahan cuaca yang berakibat buruk terhadap petani kopi. Selain biaya pemeliharaan dan biaya saprodi yang tinggi, pengalaman bertani juga mengakibatkan petani kopi cenderung kurang memperhatikan tanaman yang terserang hama maupun penyakit. Dengan berkurangnya jumlah produksi tanaman kopi, yang akhirnya mengurangi penerimaan petani mengakibatkan petani mencari sumber pendapatan lain seperti menanam cengkeh , jagung, cabai rawit sebagai tanaman tumpang sari dan beternak.

Oleh karena itu, diperlukan suatu analisis kelayakan finansial untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dihasilkan petani kopi dalam membudidayakan usahatani kopi.

2.2 Landasan Teori

Kopi merupakan salah satu diantara 3 minuman non alkohol (kopi, teh dan cokelat) yang tersebar luas. Perkopian juga merupakan bidang usaha yang banyak menyerap tenaga kerja, baik sebagai tenaga buruh tetap maupun musiman. Walaupun sebagian besar produksi kopi dihasilkan petani rakyat dan kegiatan bidang perkopian sangat penting artinya bagi perekonomian berbagai daerah, tetapi perkopian rakyat hingga saat ini belum dapat dikatakan baik. Rendahnya pendapatan petani kopi akibat rendahnya harga dan rendahnya produksi kebun-kebun kopi serta adanya perbedaan mutu, sehingga kiranya akan tetap

(11)

mempengaruhi perkembangan perkopian Indonesia untuk masa-masa mendatang (Sastraatmadja, 1991).

Untuk mendapatkan hasil produksi kopi yang optimal maka sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang mendukung proses produksi kopi tersebut. Faktor produksi tersebut adalah lahan, modal, tenaga kerja, dan faktor lingkungan. Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan dengan baik, Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi proses produksi seperti iklim, kondisi lingkungan, kondisi tanah (Daniel, 2002).

Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya suatu usaha, demikian pula dengan usaha tani. Suatu usaha tani sebagai bisnis menjadi lebih efisien dan menguntungkan seringkali disebabkan oleh perubahan - perubahan yang dilaksanakan dalam rangka pengembangan usaha tani. Suatu usaha tani dikatakan berhasil apabila usaha tani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat - alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi dan dapat menjaga kelestarian usahanya (Suratiyah, 2008).

Proses produksi diartikan sebagai kaidah-kaidah atau asumsi yang dapat dipakai dalam menggunakan sumber daya yang terbatas dalam proses produksi agar tercapai hasil yang maksimum. Kemampuan tanaman memberikan suatu hasil produksi ditentukan oleh bibit, iklim dan lahan. Terjadinya peningkatan produksi hasil-hasil petanian dibutuhkan peningkatan areal tanaman atau kapasitas produksi dan peningkatan produktivitas tanaman dan lahan.

(12)

Produktivitas tanaman adalah totalitas hasil yang diperoleh tanaman dalam satu kali berproduksi. Produktivitas ditentukan oleh keunggulan bibit, metode budidaya seperti pemupukan, pemberantasa hama dan penyakit, sistem pemasaran dan sistem panen (Simanjuntak, 2004).

Menurut Prawirokusumo (1990), biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang diperlukan untuk menghasilkan sesuatu produk dalam dalam suatu periode produksi. Nilai biaya dinyatakan dengan uang, yang termasuk dalam biaya adalah:

 Sarana produksi yang habis terpakai, seperti bibit, ppuk Pestisida, bahan bakar, bunga modal dalam penanaman lain.

 Lahan seperti sewa lahan baik berupa uang atau natura, pajak, iuran pengairan, taksiran biaya penggunaan jika yang digunakan ialah tanah milik sendiri  Biaya dari alat - alat produksi tahan lama, yaitu seperti bangunan, alat dan

perkakas yang berupa penyusutan

 Tenaga kerja dari petani itu sendiri dan anggota keluarganya, tenaga kerja tetap atau tenaga bergaji tetap

 Biaya - biaya lain

Menurut Mubyarto (1986) dan Soekartawi (1987), biaya usaha tani dibedakan menjadi: Biaya tetap (fixed cost): biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Yang termasuk biaya tetap adalah sewa tanah, pajak, dan penyusutan alat pertanian. Biaya tidak tetap (variable cost): biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh

(13)

produksi yang diperoleh, seperti biaya saprodi (tenaga kerja, pupuk, Pestisida, dan bibit).

Biaya yang dibutuhkan dalam usahatani kopi berupa biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan petani pada awal penanaman kopi sampai tanaman kopi belum menghasilkan, terdiri dari biaya untuk mendapatkan lahan dan pembukaan lahan, biaya memperoleh peralatan, bibit tanaman kopi, naungan, dan pencampur, serta biaya untuk pemeliharaan tanaman kopi sebelum menghasilkan seperti pupuk, obat - obatan, dan tenaga kerja (Witjaksono, 2006).

Menurut Prasmatiwi et al. (2010), pada tahun ke - 1 petani mengeluarkan biaya lahan dan peralatan yang tinggi, dan tahun ke - 2, biaya usahatani kopi adalah paling kecil dan kemudian naik lagi pada tahun ke - 3 dan ke -4. Setelah tanaman kopi menghasilkan, umumnya biaya yang dikeluarkan petani untuk pengelolaan usahatani kopi sama setiap tahunnya. Perbedaan biaya akan terjadi pada kegiatan panen dan penggilingan hasil, dimana kebutuhan tenaga kerja pada kegiatan ini bergantung pada produksi kopi yang dihasilkan.

Biaya untuk pengelolaan tanaman kopi menghasilkan terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya sarana produksi. Biaya tenaga kerja diperlukan untuk kegiatan pemupukan, pemangkasan, panen, dan pengolahan, sedangkan biaya sarana produksi,seperti biaya pembelian pupuk,obat - obatan, dan karung.

Menurut Soekartawi (2002), pendapatan suatu usaha merupakan selisih penerimaan dengan total biaya usaha. Penerimaan diperoleh dengan menekan

(14)

adanya harga jual. Harga penjualan yang dapat diperoleh petani ditentukan oleh berbagai faktor yaitu : mutu hasil, pengolahan hasil, dan sistem pemasaran serta struktur pasar yang dihadapi. Produksi yang diperoleh petani dijual ke pasar sehingga akan mendapatkan penerimaan.

Pendapatan bersih suatu usaha dinyatakan dalam bentuk jutaan rupiah. Tujuan petani dalam berusahatani pada masyarakat yang telah memasuki sistem pasar adalah memperoleh pendapatan bersih yang sebesar-besarnya. Dalam memperoleh pendapatan bersih yang tinggi maka petani harus mengupayakan penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah (Simanjuntak, 2004).

Analisis finansial lebih menekankan pada aspek input dan output pada penerimaan dan pengeluaran yang sebenarnya. Dengan demikian pada analisis ini, variabel yang dipakai adalah data harga real, tenaga kerja dalam keluarga yang terlibat tidak diperhitungkan tetapi pajak serta biaya bea masuk tetap diperhitungkan. Begitu pula dengan besarnya bunga pinjaman juga dihitung pada analisis finansial ini (Soekartawi, 1991).

Penggunaan analisis finansial disebabkan oleh penelitian yang menganalisa biaya dan manfaat dari usahatani kopi arabika di daerah penelitian. Komoditi kopi arabika di daerah penelitian merupakan salah satu komoditas ekspor, tingkat permintaan terhadap komoditi yang cenderung stabil, harga yang komoditi yang kompetitif dan sedang dalam tahap pengembangan untuk melihat kelayakan investasi dari komoditi tersebut sehingga dapat dijadikan salah satu pertimbangan bagi masyarakat setempat untuk mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki untuk mengembangkan kopi arabika yang memiliki kualitas dan kuantitas

(15)

yang sesuai dengan standar internasional (traded good) sehingga peningkatan kesejahteraan masyarakat petani dapat tercapai dengan baik.

Menurut Gray (1999), dalam penelitian digunakan berbagai kriteria aspek finansial yang dikenal dengan kriteria investasi (Investment Criteria) yang digunakan untuk menentukan kelayakan usahatani tersebut tanpa melihat pengaruhnya terhadap perekonomian secara luas. Kriteria investasi yang umum dikenal ada 6 yaitu : (1) Net Present Value dari arus benefit dan biaya (NPV) ; (2) Internal Rate of Return (IRR) ; (3) Net Bebefit- Cost Ratio (Net B/C) ; (4) Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C) ; (5) Profitability Ratio (PV/C) ; (6) Return on Investment (ROI). Setiap kriteria ini mempergunakan perhitungan nilai sekarang atas arus benefit dan biaya selama umur proyek.

Net Present Value (NPV) adalah finansial yang memperhitungkan selisih antara penerimaan dan biaya terhadap besarnya suku bunga atau lebih dikenal dengan istilah analisis yang sudah mempetimbangkan faktor diskonto pada waktu -waktu tertentu.

Tingkat pengembalian internal (IRR), merupakan parameter yang dipakai untuk melihat apakah suatu usaha mempunyai kelayakan usaha atau tidak. Kriteria layak atau tidak bagi suatu usaha adalah bila IRR lebih besar daripada tingkat suku bunga yang berlaku saat usaha itu dilaksanakan dengan meminjam uang (biaya) dari Bank pada saat netto sekarang (Net Present Value, NPV = 0), oleh karena itu untuk menghitung IRR diperlukan NPV terlebih dahulu (Soekartawi, 1995).

(16)

Benefit Cost ratio (B/C) yaitu tingkat perbandingan antara penerimaan dengan biaya yaitu antara semua nilai-nilai positif dan arus keuntungan bersih setiap tahun (bulan) setelah didiskontokan dengan jumlah nilai negative.

Kelayakan dari suatu usaha diperhitungkan atas dasar besarnya laba finansial yang diharapkan. Kegiatan usaha dikatakan layak jika memberikan keuntungan finansial, sebaliknya kegiatan usaha dikatakan tidak layak apabila kegiatan usaha tersebut tidak memberikan keuntungan finansial (Kasmir dan Jakfar, 2003).

Pendapatan petani (Farmers Income) adalah pendapatan tenaga kerja petani ditambah bunga modal milik sendiri dan sewa tanah milik sendiri. Pendapatan keluarga petani (Family’s Income) merupakan pendapatan tenaga kerja keluarga petani ditambah bunga modal sendiri (Prawirokusumo, 1990).

Pendapatan rumah tangga petani tidak hanya berasal dari usaha pertanian, tetapi juga dari usaha –usaha di luar sektor petanian seperti perdagangan, industri pengolahan, pengangkutan dan lainnya. Pada sebagian rumahtangga pertanian, usaha pertanian masih merupakan usaha utama dan menjadi sumber pendapatan utama, tetapi bagi sebagian rumahtangga pertanian lainnya, usaha non pertanian merupakan usaha yang utama.

Mubyanto (1994) menyatakan bahwa struktur pendapatan rumahtangga di perdesaan antara lain dipengaruhi oleh potensi desa. Pada potensi desa yang relatif sama, maka keragaman pendapatan rumahtangga juga relatif sama, meskipun tidak menutup kemungkinan adanya variasi pendapatan akibat keterampilan yang berbeda antar anggota rumahtangga. Selain itu, besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap tingkat pendapatan rumahtangga, tergantung dari sumberdaya

(17)

atau potensi desa tersebut. Pendapatan total keluarga petani diperoleh dengan menjumlahkan pendapatan usahatani dan pendapatan non usahatani baik yang berasal dari sektor pertanian maupun sektor non pertanian.

Pada dasarnya setiap rumah tangga tani bertujuan untuk meningkatkan produksi usahatani kopinya agar pendapatannya meningkat. Oleh karena itu petani sebagai pengelola usahatani harus memahami dan mengerti cara mengalokasikan input atau faktor produksinya sehingga tujuan peningkatan pendapatan dapat tercapai. Pertanamana kopi yang ada di Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir umumnya adalah perkebunan rakyat. Pola perkebunan rakyat pada dasarnya mempunyai pengelolaan yang masih bersifat sederhana, penggunaan teknologi yang masih rendah, seperti pohon pelindung yang kurang terawat, kurangnya pemeliharaan pada tanaman kopi seperti tidak dilakukannya pemangkasan pada tanaman kopi. Hal-hal tersebut yang menyebabkan produksi rendah, rendahnya mutu biji kopi yang dihasilkan, terlambatnya panen bukan gagal panen. Selain masalah teknis tersebut, masalah lain yang ditemukan menjadi kendala usahatani kopi, yaitu : kurangnya modal, tingginya upah tenaga kerja harian, iklim, hama dan penyakit, dan kebijakan pemerintah setempat.

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian oleh Jun Verawati Siregar (2009) berjudul “ Analisis Usahatani Andaliman dan Sumbangannya terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Riaria, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan”. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sistem usahatani andaliman di daerah penelitian , mengetahui komponen biaya produksi dalam usahatani andaliman, mengetahui

(18)

dan menganalisis kelayakan usahatani andaliman di daerah penelitian , mengetahui besarnya kontribusi andaliman terhadap pendapatan keluarga petani andaliman , mengetahui masalah - masalah yang dihadapi petani dalam mengusahakan andaliman di daerah penelitian, dan mengetahui upaya - upaya yang dilakukan dalan menyelesaikan masalah dalam usahatani andaliman. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskripsi, analisis NPV, Net B/C, IRR dan analisis kontribusi andaliman terhadap pendapatan keluarga adalah pendapatan andaliman dibagi pendapatan keluarga dikali seratus persen. Dari penelitian tersebut maka diperoleh hasil (1) Analisis kelayakan adalah Nilai NPV yaitu sebesar Rp 21.355.433,1 sedangkan nilai Net B/C yaitu sebesar Rp 23,10 dan nilai IRR (tingkat pengembalian terhadap Bunga Bank) yaitu sebesar 542,83% (2) Kontribusi andaliman terhadap pendapatan keluarga adalah sebesar 36,67% (3) Masalah yang dihadapi oleh petani adalah yang dihadapi oleh petani andaliman di daerah penelitian pada umumnya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang teknik budidaya tanaman andaliman yang baik dan kurangnya modal.

Rochimah (2010) meneliti dengan judul “Analisis Kelayakan Finansial dan Kontribusi Pendapatan Usahatani Kopi Rakyat Terhadap Pendapatan Total Keluarga di Kecamatan Silo Kabupaten Jember”. Metode analisis data yang digunakan: (1) analisis kelayakan finansial, (2) analisis sensitifitas, (3) analisis kontribusi pendapatan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui kelayakan finansial usahatani kopi rakyat di Desa Pace dan Sidomulyo, (2) mengetahui tingkat kepekaan petani kopi rakyat terhadap kenaikan biaya produksi dan penurunan harga jual, (3) mengetahui besarnya kontribusi kopi rakyat di Desa

(19)

Pace dan Sidomulyo terhadap pendapatan total keluarga petani kopi rakyatHasil peneltian menunjukkan (1) Usahatani kopi rakyat di Desa Pace dan Sidomulyo secara finansial layak diusahakan, (2) Hasil analisis sensitifitas usahatani kopi rakyat di Desa Pace dan Sidomulyo tidak peka terhadap peningkatan biaya pupuk 20% dan penurunan harga jual 10%, (3) Kontribusi usahatani kopi rakyat di Desa Pace dan Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember terhadap total pendapatan keluarga petani kopi adalah tinggi.

2.4 Kerangka Pemikiran

Usahatani kopi merupakan salah satu jenis usahatani yang banyak diusahakan. Adapun jenis kopi yang paling umum dibudidayakan oleh petani adalah kopi Arabika. Dalam melakukan usahataninya, petani membutuhkan input produksi atau faktor produksi seperti lahan, modal, tenaga kerja dan sarana produksi lainnya yang mendukung kegiatan usahatani sehingga menghasilkan output yang memuaskan.

Lahan sebagai salah satu input atau faktor produksi merupakan pabriknya hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan darimana hasil-hasil produksi tersebut keluar. Luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses produksi atau usaha pertanian. Modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja mengahsilkan barang-barang baru yaitu dalam hal ini hasil pertanian. Modal petani yang berupa barang diluar tanah adalah cangkul, bajak, ternak beserta kandangnya dan alat-alat pertanian lainnnya.

(20)

Tenaga kerja adalah orang yang bersedia dan sanggup bekerja baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain, dengan tidak atau menerima upah. Tenaga kerja ini merupakan faktor yang penting dalam usahatani, khususnya tenaga kerja petani dan anggota keluarganya.

Sarana produksi adalah sarana yang dibutuhkan dalam proses produksi. Sarana produksi terdiri dari lahan, bibit, pupuk, Pestisida dan tenaga kerja. Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan sarana produksi dan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi merupakan biaya produksi. Biaya produksi yang dikeluarkan petani dipengaruhi oleh harga input produksi .

Pendapatan bersih suatu usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan total biaya yang dikorbankan. Petani memperoleh penerimaan usahatani kopi yang merupakan hasil perkalian antara produksi dengan harga produksi. Penerimaan yang diterima oleh petani dipengaruhi oleh harga jual kopi yang tidak dapat dipastikan nilainya. Pendapatan yang diperoleh petani akan mempengaruhi pendapatan keluarga, konsumsi keluarga serta pengeluaran lainnya, dimana semakin besar pendapatan maka konsumsi akan semakin banyak dan sebaliknya. Selanjutnya, pendapatan tersebut juga akan mempengaruhi modal usahatani berikutnya. Dari pendapatan bersih tersebut akan dilakukan analisis finansial yang digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu usaha dilihat dari arus kasnya. Adapun kriteria investasi yang dipakai dalam analisis ini yakni B/C ratio, NPV, dan IRR. Bila kriteria tersebut terpenuhi maka dapat dikatakan usaha tersebut layak untuk diusahakan.

(21)

Usahatani tersebut dikatakan layak apabila menguntungkan dan dikatakan tidak layak apabila usahatani yang di jalankan mengalami kerugian atau pendapatan besih yang diperoleh lebih kecil dari total biaya produksi yang dikeluarkan dalam menjalan usahatani tersebut.

Usahatani kopi tidak terlepas dari hambatan – hambatan teknis baik internal maupun eksternal. Adanya ketidakpastian dalam berusahatani tidak dapat dipastikan seberapa besar output yang dihasilkan. Hambatan – hambatan tersebut akan mempengaruhi produksi dan produktivitas usahatani kopi Arabika. Secara sistematis kerangka pemikiran tersebut diatas digambarkan sebagai berikut :

(22)

Keterangan :

: Menyatakan Hubungan : Menyatakan Pengaruh

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Usahatani Kopi Arabika Input Produksi :  Lahan  Modal  Tenaga Kerja  Sarana lainnya Output Produksi Produktivitas Penerimaan Biaya Produksi Konsumsi keluarga Pendapatan Analisis Finansial  NPV  B/C  IRR

Layak Tidak Layak

Proses produksi Harga Input Harga Output Modal Usahatani Petani Hambatan Teknis

(23)

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan Identifikasi Masalah dan kerangka Pemikiran maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

1) Agribisnis kopi Arabika di daerah penelitian layak secara finansial.

2) Pendapatan dari usahatani kopi Arabika memberikan kontribusi >50% terhadap pendapatan keluarga di daerah penelitian.

Gambar

Gambar  1.       Skema Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Pencantuman kolom agama bagi Penghayat kepercayaan di Kabupaten Magelang diatur di dalam Pasal 72 ayat (3) Peraturan Daerah nomor 5 tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan

Dongeng binatang si Kancil memiliki banyak manfaat dan pesan moral yang dimaksudkan agar anak – anak mendapatkan pengalaman dan pemahaman tentang bagaimana moral yang

The 1 st International Conference on Muslim Society and Thought “Muslim Society and Globalization” held by Ushuluddin and Philosophy Department of Sunan Ampel State

Persentase Perubahan Tingkat Nyeri Sendi Tangan Setelah Dilakukan Masase Swedia pada Penderita Artritis di Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru Perubahan Tingkat Nyeri

Dalam edisi yang terbaru tersebut, buku ini diterbitkan dalam satu jilid besar dengan judul tersebut oleh penerbit Lentera Hati pada tahun 2009.. Sejarah d an Ulumul Qur’an

2 Ahli waris adalah orang yang berhak mewarisi harta peninggalan pewaris, yakni anak kandung, orang tua, saudara, ahli waris.. pengganti, dan orang yang mempunyai

Maka dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian kausal yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh fraud traingle terhadap cheating academic behavior mahasiswa

Sebagaimana di lembaga-lembaga atau sekolah-sekolah formal yang sudah tertib masalah administrasi, kebijakan-kebijakan, kegiatan, jadwa pembelajaran dan