• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Komunikasi

Kata komunikasi berasal dari Bahasa latin communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Jadi, secara garis besar, dalam suatu proses komunikasi haruslah terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran dan pengertian antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan).1

Proses komunikasi dapat diartikan sebagai transfer informasi atau pesan (message) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima sebagai komunikan. Dalam proses komunikasi tersebut bertujuan untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) antara kedua pihak yang terlibat dalam proses komunikasi.2

Komunikasi adalah suatu kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial dapat mengisyaratkan bahwa komunikasi itu sangat penting untuk membangun konsep dalam diri, untuk mengaktualisasikan diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan dan terhindar dari ketegangan dan tekanan antara lain dengan melalui komunikasi yang menghibur dan juga untuk memupuk hubungan luas dengan orang lain.3

1 Tommy Suprapto. Pengantar Ilmu Komunikasi. CAPS, Yogyakarta, 2001, hlm 5.

2 Ibid.

(2)

Kata komunikasi atau communication dalam Bahasa inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau cammunicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah communis paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suat pesan dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-hal tersebut, seperti dalam kalimat “Kita berbagi pikiran”, “Kita mendiskusikan makna”,dan “Kita mengirimkan pesan”.4

Berdasarkan definisi Lasswell ini dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu: Pertama, sumber (source), sering disebut juga pengirim (sender), penyandi (encoder), komunikator (communicator), pembicara (speaker) atau originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu Negara. Kebutuhannya bisa bervariasi, bisa untuk memelihara hubungan yang sudah dibangun, menyampaikan informasi, menghibur, hingga kebutuhan untuk mengubah ideology, keyakinan agama dan perilaku pihak lain. Untuk menyampaikan apa yang ada dalam hatinya (perasaan) atau dalam kepalanya (pikiran), sumber harus mengubah perasaan atau pikiran tersebut kedalam seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang

4 Ibid. hlm. 46.

(3)

idealnya dipahami oleh penerima pesan. Proses itulah yang disebu penyandian (encoding).5

Kedua, pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi. Ketiga, saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan untuk menyampaikan pesan tadi. Keempat, penerima (receiver), sering juga disebut komunikan atau decoder yaitu adalah orang yang menerima pesan yang diterima. Kelima, efek yaitu apa yang terjadi pada seorang komunikan berupa perubahan sikap dan sebagainya.

2.2 Komunikasi Visual

Menurut definisinya desain komunikasi visual adalah suatu disiplin ilmu yang bertujuan mempelajari konsep-konsep komunikasi, serta ungkapan kreatif melalui berbagai media untuk menyampaikan pesan dengan mengelola elemen-elemen grafis yang berupa bentuk dan gambar. Tatanan huruf serta komposisi warna dan layout (tata letak atau perwajahan) dengan demikian, gagasan dapat diterima oleh orang atau kelompok yang menjadi sasaran penerima pesan.6 Sementara Kata “visual” sendiri bermakna segala sesuatu yang dapat dilihat dan

5 Ibid. hal. 69.

(4)

direspon oleh indera penglihatan kita yaitu mata. Berasal dari kata Latin videre yang artinya melihat yang kemudian dimasukan ke dalam bahasa Inggris visual.7

Komunikasi visual termasuk dalam disiplin ilmu yang mempelajari konsep komunikasi menggunakan elemen-elemen visual, serta mempelajari teknik dan media penyampaian pesan sehingga pesan atau informasi dapat diterima pembaca dengan mudah dan menyenangkan.8 Komunikasi visual juga merupakan payung dari berbagai kegiatan komunikasi yang menggunakan unsur visual pada berbagai media seperti percetakan, iklan luar ruang (papan reklame), televisi, film/video, internet dan lain sebagainya.9

Metodologi dalam komunikasi visual merupakan sebuah proses kreatif. Berikut istilah-istilah yang berhubungan dengan visual.

1. Visual Language, yakni ilmu yang mempelajari Bahasa visual. Visualisasi, yakni kegiatan menerjemahkan atau mewujudkan informasi dalam bentuk visual.

2. Visualizer, yaitu orang yang pekerjaannya menangani masalah visual atau mewujudkan suatu ide ke dalam bentuk visual dalam proyek desain.

7A.S. Pudjiastuti Kusmiati & P. Suptandar, Teori Dasar Desain Komunikasi Visual, Jakarta, 1999. Hal.6

8 Rakhmat Supriyono, Desain Komunikasi Visual Teori dan Aplikasi, Andi, Yogyakarta, 2010, Hal.56

(5)

3. Visual Effect memmbuat efek-efek tipuan seolah-olah terjadi suatu keadaan atau kejadian yang sulit dilakukan manusia.

4. Visual Information adalah informasi melalui penglihatan, misalnya lambaian tangan, senyuman dll.

5. Visual Litteracy yaitu kumpulan atau daftar karya visual.10

2.2.1 Unsur-Unsur Visual

Untuk mewujudkan suatu tampilan visual, ada beberapa unsur yang diperluka, unsur yang diperlukan adalah sebagai berikut :

1. Titik

Titik adalah salah satu unsur visual yang wujudnya relatif kecil, dimana dimensi memanjang dan melebarnya dianggap tidak berarti. Titik cenderung ditampilkan dalam bentuk kelompok, dengan variasi jumlah, susunan, dan kepadatan tertentu.

2. Garis

Garis dianggap sebagai unsur visual yang banyak berpengaruh terhadap pembentukan suatu objek, sehingga garis selain dikenal sebagai goresan atau coretan, juga menjadi batas limit suatu bidang awat warna. Ciri khas garis adlah terdapatnya arah serta dimensi memanjang. Garis dapat tampil dalam bentuk lurus, lengkung, gelombang, zigzag, dan lainnya. Kualitas garis ditentukan oleh tiga

10 Rakhmat Supriyono, Desain Komunikasi Visual Teori dan Aplikasi, Andi, Yogyakarta, 2010, hal. 10.

(6)

hal, yaitu orang yang membuatnya, alat yang digunakan serta bidang dasar tempat garis digoreskan.

3. Bidang

Bidang merupakan unsur visual yang berdimensi panjang dan lebar. Ditinjau dari bentuknya, bidang bias dikelompokkan menjadi dua, yaitu bidang geometri/beraturan dan bidang nongeometri alias tidak beraturan. Bidang geometri adalah bidang yang relatif mudah diukur keluasannya, sedangkan bidang nongeometri merupakan bidang yang relatif sukar diukur keluasannya. Bidang bias dihadirkan dengan menyusun titik maupun garis dalam kependapatan tertentu, dan dapat pula dihadirkan dengan mempertemukan potongan hasil goresan satu garis atau lebih.

4. Ruang

Ruang dapat dihadirkan dengan adanya bidang. Pembagian bidang atau jarak antar objek berunsur titik, garis, bidang, dan warna. Ruang lebih mengarah pada perwujudan tiga dimensi sehingga ruang dapat dibagi dua, yaitu nyata dan semu. Keberadaan ruang sebagai salah satu unsur visual sebenarnya tidak dapat diraba tetapi dapat dimengerti.

5. Warna

Warna sebagai unsur visual yang berkaitan dengan bahan yang mendukung keberadaannya ditentukkan oleh jenis pigmennya.

(7)

Kesan yang diterima oleh mata lebih ditentukan oleh cahaya. Permasalahan mendasar dari warna diantaranya adalah Hue (spectrum warna), Saturation (nilai kepekatan), dan Lightness (nilai cahaya dari gelap ke terang). Ketiga unsur tersebut memiliki nilai 0 hingga 100. Hal yang paling menentukan adalah lightness, jika ia bernilai 0, maka seluruh palet warna akan mendai hitam ( gelap cahaya ), sebaliknya jika lightness bernilai 100, warna akan berubah menjadi putih, alias tidak berwarna karena terlalu silau. Pada nilai 40 hingga 40 kita akan dapat melihat warna-warna dengan jelas.

6. Tekstur

Tekstur adalah nilai raba dari suatu permukaan, secara fisik tekstur dibagi menjadi tekstur kasar dan halus, degan kesan pantul mengkilat dan kusam. Ditinjau dari efek tampilannya, tekstur digolonhkan menjadi tekstur nyata dan tekstur semu. Disebut tekstur nyata bila ada kesamaan antara hasil raba dan penglihatan. Misalnya, bila suatu permukaan terlihat kasar dan ketika diraba juga terasa kasar. Sementara itu, pada tekstur semu terdapat perbedaan antara hasil penglihatan dan peradaban. Misalnya, bila dilihat tampak kasar tetapi ketika diraba ternyata sebaliknya, yaotu terasa halus. Dalam penerapannya, tekstur dapat berpengaruh terhadap unsur visual lainnya, yaitu kejelasan titik, kualitas garis keluasan bidang dan ruang, serta intensitas warna.

(8)

2.2.2 Fungsi Komunikasi Visual

a. Komunikasi visual sebagai sarana identifikasi

Fungsi dasar yang utama dari desain komunikasi visual adalah sebagai sarana identifikasi. Identitas seseorang dapat mengatakan tentang siapa orang itu, atau dari mana asalnya. Demikian juga dengan suatu benda atau produk, jika mempunyai identitas akan dapat mencerminkan kualitas produk itu dan mudah dikenali, baik oleh produsennya maupun konsumennya.

b. Komunikasi Visual sebagai sarana informasi dan interaksi Sebagai sarana informasi dan interaksi, desain komunikasi visual bertujuan menunjukkan hubungan antara suatu hal dengan hal yang lain dalam petunjuk, arah, posisi, dan skala; contohnya peta, diagram, simbol dan petunjuk arah. Informasi akan berguna apabila dikomunikasikan kepada orang yang tepat, pada waktu dan tempat yang tepat, dalam bentuk yang dapat dimengerti, dan dipresentasikan secara logis dan konsisten. Simbol-simbol yang kita jumpai sehari-hari seperti tanda dan rambu lalu lintas, simbol-simbol ydi tempat umum seperti telepon umum, toilet, restoran dan lain-lain harus bersifat informatif dan komunikatif, dapat dibaca dan dimengerti oleh orang dari berbagai latar belakang dan kalangan.

(9)

Tujuan dari desain komunikasi visual sebagai sarana presentasi dan promosi adalah untuk menyampaikan pesan, mendapatkan perhatian (atensi) dari mata (secara visual) dan membuat pesan tersebut dapat diingat; cotohnya poster, penggunaan gambar dan kata-kata yang diperlukan sangat sedikit, mempunyai satu makna dan mengesankan. Umumnya, untuk mencapai tujuan ini, makna gambar dan kata-kata yang digunakan bersifat persuasive dan menarik, karena tujuan akhirnya adalah menjual suatu produk atau jasa.11

2.3 Dongeng

Dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi dan dalam banyak hal sering tidak masuk akal.12 Pendapat lain mengenai dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi, terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh.13 Menurut Brunvard, Carvalho, dan Neto14 dongeng mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan, yaitu disebarkan dari mulut ke mulut, melalui kata-kata dan dari generasi ke generasi berikutnya.

11Cenadi Christine Suharto, Elemen-elemen dalam dalam Desain Komunikasi Visual. Nirmana Vol.

1, Januari 1999:, hal. 1-11.

12 Burhan Nurgiyantoro, Sastra Anak, Gadjah Mada University Press, Yogjakarta, 2005, hal. 198 13 Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007, hal. 274

14 James Danandjaja, Folklor Indonesia: Ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain, PT Utama Pustaka graffiti, Jakarta, 2007, hal. 3.

(10)

2. Disebarkan diantara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama. 3. Ada dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini diakibatkan oleh cara

penyebaran dari mulut ke mulut (lisan).

4. Bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui lagi. 5. Biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola seperti kata klise,

kata-kata pembukaan dan penutup baku.

6. Mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu kolektif, sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial dan proyeksi keinginan yang terpendam.

7. Bersifat pralogis, yaitu memiliki logika tersendiri yang tidak sesuai dengan logika umum.

8. Menjadi milik bersama dari kolektif tertentu. Hal ini disebabkan penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi, sehingga setiap anggota kolektif merasa memilikinya.

9. Bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatannya kasar, terlalu spontan. Hal ini dapat dimengerti bahwa dongeng juga merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya.

(11)

2.3.1 Jenis – Jenis Dongeng

Anti Aarne dan Stith Thompson15 telah membagi jenis-jenis dongeng ke dalam empat golongan besar. Keempat golongan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dongeng Binatang (Fabel)

Dongeng binatang adalah dongeng yang ditokohi binatang peliharaan dan binatang liar. Binatang-binatang tersebut dalam cerita jenis ini dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia. 2. Dongeng Biasa (ordinary tales)

Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah suka duka seseorang.

3. Lelucon dan anekdot (jokes and anecdotes)

Lelucon dan anekdot adalah dongeng yang dapat menimbulkan rasa menggelikan hati. Ada sedikit perbedaan antara lelucon dan anekdot. Lelucon menyangkut kisah fiktif lucu anggota suatu kolektif, seperti suku bangsa, golongan, bangsa atau ras. Sedangkan anekdot menyangkut kisah fiktif lucu pribadi seorang tokoh atau beberapa tokoh yang benar-benar ada. 4. Dongeng Berumus

15 Ibid. Hal. 86

(12)

Dongeng yang strukturnya terdiri dari pengulangan. Dongeng-dongeng berumus mempunyai beberapa subbentuk, yakni: dongeng bertimbun banyak, dongeng untuk mempermainkan orang, dongeng yang tidak mempunyai akhir.

2.3.2 Manfaat Dongeng

Dongeng juga merupakan cerita yang berfungsi untuk menghibur pembaca atau pendengarnya. Oleh karena itu dongeng sebaiknya disampaikan kepada anak-anak dalam suasana yang penuh kehangatan, pada kesempatan yang tepat, dan dengan mengintegrasikan sebuah media dalam penyampaiannnya.16 Secara umum mendongeng bermanfaat bagi perkembangan emosional, kognitif, dan sosial anak, terutama dalam perkembangan bahasanya, yaitu :

1. Mempererat Hubungan Orangtua-anak.

Mendongeng adalah sarana untuk orangtua-anak berkomunikasi dan bertukar pikiran. Jika dilakukan secara rutin, mendongeng dapat mendekatkan orangtua-anak dan membangun kedekatan emosi karena ia tahu bahwa ia memiliki waktu khusus bersama orangtua.

2. Memperkaya Kosakata Anak.

Anak yang lebih banyak dibacakan dongeng, maka akan lebih

(13)

banyak mendengar berbagai kosakata. Hal ini akan berpengaruh pada ragam kosakata yang dipilihnya saat berbicara.

3. Mempengaruhi Perkembangan Anak, Yaitu Dalam Membaca dan Menulis.

Saat dibacakan dongeng, anak akan lebih sering melihat huruf-huruf. Hal ini akan berpengaruh dan mempercepat anak ketika mereka belajar membaca dan menulis, karena mereka sudah terbiasa melihat kumpulan huruf tersebut. Hal ini dapat dipercepat, jika orangtua juga bermain tebak- tebakan kata dan huruf selama kegiatan mendongeng.

4. Melatih Anak Untuk Menjadi Public Speaker Yang Handal. Ketika anak didongengkan dan diminta untuk menceritakan kembali, misalnya dalam metode dongeng tipe 4. Anak akan belajar untuk berbicara di depan orang lain, hal ini akan berpengaruh pada kemampuannya untuk berbicara di depan orang depan kelak. Apalagi jika orangtua juga mendorong, memuji, dan memberikan respon positif saat anak bercerita ulang atau menjawab pertanyaan seputar dongeng.

5. Memperkaya Imajinasi Anak.

Dongeng tidak seperti buku komik yang hanya memuat gambar untuk beberapa adegan cerita. Cerita yang diceritakan oleh orangtua dan disertai sedikit gambar di buku dongeng, akan

(14)

membuat anak mengembangkan imajinasinya sendiri. Hal ini berguna dalam mengembangkan ide dan berpikir kreatifnya. 6. Melatih Kemampuan Sosial Anak.

Ketika anak dibacakan cerita, ia akan menjalin komunikasi dua arah dengan orangtuanya, hal ini sangat berguna dalam mengembangkan kemampuan sosial anak, yaitu saat nantinya ia harus berkomunikasi dengan orang lain di luar keluarganya.

2.4 Fabel

Dunia sastra mengenal cerita yang lakonnya binatang tapi berperangai manusia itu dengan nama fabel. Beberapa referensi mendefenisikan fabel (bahasa latinnya adalah fabulla) sebagai cerita fiksi atau hasil reka imajinasi dan menggunakan binatang sebagai tokoh dalam cerita tersebut. Binatang-binatang ini berpikir dan bertindak layaknya manusia.17 Dongeng binatang (fabel) adalah dongeng yang ditokohi binatang peliharaan dan binatang liar, seperti binatang menyusui, burung, binatang melata (reptillia), ikan, dan serangga.18

Fabel adalah dongeng binatang yang mengandung ajaran moral, yakni ajaran baik buruk perbuatan dan kelakuan.19 Biasanya cerita ini mengandung unsur pendidikan bagi anak- anak dan petuah-petuah mengenai hal baik dan buruk.

17 Diakses pada tanggal 19 May 20116, pukul 22:00 dari http://www.anneahira.com/dongeng-fabel-indonesia.htm

18 James Danandjaja, Folklor Indonesia: Ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain, PT Utama Pustaka graffiti, Jakarta, 2007, hal. 86.

(15)

Teks fabel merupakan teks persuasif. Melalui tokoh binatang, pengarang ingin mempengaruhi pembaca agar mencontoh yang baik dan tidak mencontoh yang tidak baik.20 Umumnya bersifat universal artinya dapat diterima di daerah mana pun tanpa menghiraukan batas-batas geografis, politik dan sebagainya. Indonesia terdapat banyak dongeng fabel disetiap provinsi. Tak terhitung jumlahnya, karena fabel bisa dibuat oleh siapa saja.

Secara sederhana, fabel didefinisikan sebagai cerita dengan hewan sebagai tokohnya. Dalam fabel, tokoh hewan itu digambarkan dapat bicara dan berpikir layaknya manusia. Biasanya ada seekor binatang yang memegang peranan penting yang pada umumnya binatang yang kecil dan lemah, tetapi dengan kecerdasannya ia mampu memperdaya binatang-binatang lain yang lebih besar dan lebih kuat darinya. Cerita binatang adalah salah satu cerita yang sangat populer. Tiap-tiap bangsa di dunia mempunyai cerita binatang. Kepopulerannya ini menggambarkan bahwa fabel merupakan salah satu bentuk cerita yang digemari oleh masyarakat.

2.4.1 Nilai Dongeng Binatang (Fabel)

Dongeng binatang (fabel) termasuk dalam sebuah karya sastra. Sebuah karya sastra tidak terlepas dari nilai-nilai yang terkandung didalamnya.21 yaitu :

1. Nilai Moral, sebuah karya sastra secara umum membawa pesan

20Sugihastuti, Serba-Serbi Cerita Anak-Anak, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1996 hlm. 21.

21 Jati Atmaja, Buku Lengkap Bahasa Indonesia dan Peribahasa SD-SMP-SMA, Pustaka Widyatama, Yogyakarta, 2010, hal. 11

(16)

dan amanat, pesan moral dapat disampaikan langsung atau tidak langsung oleh seorang pengarang, dan pesan moral dapat diketahui dari perilaku tokoh-tokohnya.

2. Nilai Estetis, nilai estetis merupakan nilai keindahan yang melekat pada dongeng tersebut, seperti rima, diksi, atau gaya.

3. Nilai Budaya, nilai budaya dan sosial tidak terlepas dari karya sastra tersebut bercerita tentang daerah tertentu. Aspek budaya tersebut dapat diketahui dari latar atau setting, tokoh, corak masyarakat, kesenian ataupun kebudayaan.

2.4.2 Dongeng Fabel Si Kancil

Dongeng termasuk prosa rakyat tradisional atau sastra lama, dimana pada masa itu karya-karya tidak mempunyai judul dan pengarang, maka setiap orang berhak merubah atau mengambil karya itu.22 Akibatnya, cerita yang sama dapat saja mempunyai judul yang berbeda ditempat lain, seperti cerita dongeng Cinderella diluar mempunyai versi judul yang berbeda. Di Indonesia dongeng dengan judul “Bawang Merah dan Bawang Putih”.23

Keunikan cerita si Kancil ini adalah memiliki ragam cerita yang berbeda - beda pada setiap latar belakang budaya, meskipun jalan cerita

22 Sugiarto, Mengenal Dongeng dan Prosa Lama: Fabel, Legenda, Mite, Sage, Hikayat, Cerita Berbingkai, Cerita Pelipur Lara, Epos, Pustaka Widyatama, Yogyakarta, 2009, hal. 9

23 James Danandjaja, Folklor Indonesia: Ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain, PT Utama Pustaka graffiti, Jakarta, 2007, hal. 84.

(17)

kadang sebenarnya sama. Pada umumnya fabel yang ditokohi kancil menggambarkan seekor binatang cerdik dan nakal.

McKean telah mencoba mengulas dongeng kancil dengan mempergunakan dua macam pendekatan, yakni pertama historis- difusionis, dan strukturalis. Menurut McKean metode ini dapat mengungkapkan hipotesis watak bangsa Indonesia. Metode difusionis dapat menerangkan asal dongeng si Kancil, tetapi tidak dapat menerangkan bagaimana dongeng-dongeng itu berhubungan dengan kebudayaan setempat.24

Dongeng binatang si Kancil memiliki banyak manfaat dan pesan moral yang dimaksudkan agar anak – anak mendapatkan pengalaman dan pemahaman tentang bagaimana moral yang baik yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari - hari untuk menolong dan membantu orang lain dan juga diri sendiri. Walaupun beberapa dongeng si Kancil juga diceritakan tentang kelicikan si Kancil dalam hal menipu dan juga mencuri, untuk itu diperlukan peran penting orang tua dan guru dalam hal mengajarkan anak untuk menanamkan kesadaran akan sosok si Kancil dimana disatu sisi mengambarkan sifat baik namun di sisi yang lain menggambarkan sifat buruk. Untuk menggambarkan ciri sifat kewajaran manusia, mengingat si Kancil merupakan representasi manusia yang memiliki kekurangan dan kelebihan. Hal ini sangat penting agar anak-anak

(18)

tidak mencontoh sifat atau perilaku si Kancil yang buruk namun hanya mengambil sifat positif dari dongeng si Kancil tersebut.

2.4.3 Manfaat Dongeng Fabel

Dongeng fabel merupakan karya sastra yang dekat dengan dunia anak. Hal ini dikarena isi dongeng fabel yang menarik dan tentunya bermanfaat bagi anak. Pada umumnya dongeng fabel merupakan cerita khayalan sehingga mampu mengajak anak untuk berimajinasi. Anak akan berkhayal seolah-olah mereka ada di dunia hewan dan bercakap-cakap dengan hewan yang ada dalam cerita tersebut. Namun memiliki pesan moral, petuah-petuah mengenai hal baik dan buruk. Sehingga sangat mendidik bagi khususnya bagi anak-anak. Dilain pihak, fabel dimanfaatkan untuk pengajaran anak-anak dalam upaya pengembangan dasar meliputi daya cipta, bahasa, daya fikir, keterampilan dan jasmani. Karena anak-anak dapat menunjuk dan mengenal binatang yang bersifat baik dan kurang baik. Selain itu fabel merupakan salah satu media pengenalan lingkungan dan alam sekitar. Seperti habitat Si Kancil itu berada.

Manfaat mendongeng diantaranya adalah mampu mengembangkan daya pikir dan imajinasi anak, mengembangkan kemampuan berbicara anak, mengembangkan daya sosialisasi anak dan yang terutama adalah sarana komunikasi anak dengan orang tuanya.25 Pentingnya berdongeng

(19)

sebagai kebutuhan pembelajaran tentu membutuhkan dongeng yang benar- benar dapat diterima oleh anak secara maksimal agar terjadinya dampak yang baik bagi anak. Terdapat lima segi positif dari sebuah dongeng (fabel).26 yaitu:

1. Merupakan alat pendidikan budi pekerti yang paling mudah dicerna anak

2. Metode dan materi yang dapat diintegrasikan dengan keterampilan lain, yakni berbicara, membaca, dan menulis. 3. Memberikan pelajaran budaya dan budi pekerti yang memiliki

efek lebih kuat daripada pelajaran budi pekerti yang diberikan melalui penuturan atau perintah langsung .

4. Memberi ruang lingkup yang bebas pada anak untuk mengembangkan kemampuan bersimpati dan berempati. 5. Memberikan contoh pada anak bagaimana menyikapi suatu

permasalahan dengan baik sekaligus memberipelajaran tentang caramengendalikan keinginan-keinginan yang dinilai negatif.

2.6 Buku Cergam (Picture Book)

Dari berbagai media, buku cerita bergambar atau yang lebih dikenal dengan sebutan picture book sebagai salah satu media alternatif pewarisan cerita rakyat.

(20)

Picture book merupakan sebuah media ilustratif yang menggabungkan narasi visual dan verbal dalam format buku, dan paling sering ditujukan pada anak. Picture book umumnya memiliki bahasa yang sangat dasar dan dirancang untuk tujuan membantu anak-anak mengembangkan kemampuan membaca & berimajinasi Sebagian besar ditulis dengan kosakata yang sangat sederhana agar anak bisa mengerti.Menurut Bambang Trim yang seorang praktisi perbukuan di Indonesia, dalam tulisan pada laman blog pribadinya, setidaknya terdapat dua jenis picture book yang beredar di masyarakat.

Pertama ada yang disebut wordless picture book yang kerap diidentikkan dengan buku bergambar mini kata (biasanya hanya terdiri atas satu kalimat) atau buku bergambar minus kata (hanya gambar yang ada). Contoh pertama, “A Day in the Garden” karya Bettina Stietencron yang merupakan terjemahan dari buku anak Jerman berjudul “Ein Tag im Garten”. Selain itu, buku Kyoko Sakai berjudul “Ofuroya-San” karya Shigeo Nishimura yang menceritakan kegiatan mandi bersama di kamar mandi umum di Jepang juga merupakan buku bergambar mini kata. Kedua adalah picture book berteks yang dalam hal ini kekuatan ilustrasi/gambar hampir seimbang dengan teks, bahkan boleh dikatakan kekuatan gambarlah yang lebih banyak bicara dibandingkan teks. Begitulah, sebuah picture book terkadang hanya mengandung 1.000 kata atau kurang.27

27 Diakses pada tanggal 22 Oktober 2015, pukul 16:20

(21)

2.7 Anatomi Buku

Sebelum menerbitkan sebuah buku, sebaiknya kita mengetahui anatomi buku, bagian-bagian yang menjadi kelengkapan buku. Pengetahuan ini perlu, karena setiap naskah buku yang akan diterbitkan harus diperlakukan secara berbeda, sesuai dengan isi dan kegunaannya.28

1. Kover Buku (Sampul Buku) a. Cover depan

Cover sangat memengaruhi daya tarik sebuah buku, sebab persepsi awal terhadap buku ada di sini. Setiap datang ke toko atau sebuah pameran buku, yang terlebih pertama kali oleh pandangan kita adalah pajangan buku berbentuk kover buku yang menarik. Kover depan biasanya berisi judul, nama penulis, nama pemberi pengantar atau sambutan, serta logo dan nama penerbit.

b. Cover belakang

Biasanya berisi judul buku, sinopsis, biografi penulis, ISBN (International Standard Book Number) berserta barcode-nya, dan alamat penerbit sekaligus logonya.

c. Punggung buku: Buku yang memiliki ketebalan tertentu biasanya memiliki punggung buku (khusus untuk buku tebal). Punggung buku berisi nama pengarang, nama penerbit, dan logo penerbit.

(22)

d. Endorsement: Semacam dukungan atau pujian terhadap buku dari pembaca atau ahli atau orang terkenal untuk menambah daya pikat buku yang ditulis di kover buku atau kover belakang.

e. Lidah Cover

Lidah cover jarang ada, hanya di buku tertentu saja. Biasanya berisi foto beserta riwayat hidup pengarang dan atau ringkasan buku yang dihadirkan untuk kepentingan estetika dan keeksklusifan buku.

2. Perwajahan Buku a. Ukuran buku

Masalah ukuran buku sangat berhubungan dengan materi (isi). Sebuah novel biasanya memiliki ukuran yang berbeda dengan buku pelajaran. Buku pelajaran biasanya lebih panjang dan lebih lebar.

b. Bidang cetak

Dalam setiap halaman isi buku, kita melihat bagian yang kosong di setiap pinggir-pinggirnya, atau biasa disebut margin. Selain untuk keindahan, bagian tersebut berfungsi mengamankan materi dari kesalahan cetak (misalnya terpotong). Sedangkan bagian yang berisi tulisan (materi) biasa dinamakan bidang cetak.

c. Pemilihan huruf

Jenis huruf (font), ukuran huruf (size), dan jarak antarbaris (lead) sangat penting dalam pembuatan buku. Ketiga hal tersebut selain untuk kepentingan estetika, akan menentukan enak tidaknya buku dibaca.

(23)

d. Teknik penomoran halaman

Masalah halaman berkaitan dengan kemudahan pembaca dalam menandai materi (isi).

e. Pemilihan warna

Beberapa buku terkadang membutuhkan pewarnaan pada bagian gambar-gamber tertentu yang memang dibutuhkan, untuk penegasan atau sekadar keindahan.

f. Keindahan dan kesesuaian ilustrasi

Beberapa buku, terutama yang dipruntukkan anak-anak banyak membutuhkan ilustrasi yang berfungsi menggambarkan materi, sehingga membantu imajinasi pembaca memahami pesan di dalam buku.

g. Kualitas kertas dan penjilidan

Tidak semua buku dicetak dengan menggunakan kertas yang sama. Untuk buku anak-anak yang mengandung banyak ilustrasi dan berwarna, biasanya membutuhkan kertas yang lebih tebal. Hal ini mempengaruhi penjilidan di akhir proses penerbitan buku.

Referensi

Dokumen terkait

terbanyak ditemukan pada sampel tanah yang berasal dari lokasi yang telah memiliki IUPHKm dan menerapkan pola budidaya agroforestri, sedangkan sampel tanah pada

penghalang/sekat bakar alamiah maupun bagian areal kebakaran yang telah padam. Sekat bakar dibuat tegak lurus dengan arah menjalar api. Personil yang diperlukan tergantung

a. Survey kepustakaan, yaitu dengan melakukan pendataan dan mengumpulkan sejumlah literatur yang diperlukan yang ada di perpustakaan untuk penyusunan penelitian

[r]

Peserta didik dalam setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai dengan langkah kerja yang telah dijelaskan oleh guru dengan menggunakan gelas benda, gelas penutup,

Data yang diperoleh dari lembar observasi yang diisi oleh observer dijadikan masukan bagi peneliti untuk melakukan refleksi pada kegiatan berikutnya...

Hubungan antara Iklim Psikologis dan Komitmen profesi dengan Adaptive Performance pada Perawat Rumah Sakit Umum Daerah

(2010) Mengangkat Ekonomi Petani Melalui Pengembangan Sistem Agribisnis, dalam Kumpulan Tulisan Refleksi Agribisnis, 65 Tahun Professor Bungaran Saragih, IPB Press, Bogor.