• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Pengembangan Kacang Tanah

Kacang tanah adalah merupakan jenis tanaman palawija yang sudah

umum dibudikan di Indonesia . Komoditi ini mempunyai peran yang strategis

dalam upaya peningkatan ketahanan pangan, meningkatkan kesejahteraan

petani dan perbaikan gizi masyarakat.

Prospek pengembangan usahatani kacang tanah cukup cerah, hal ini

terlihat dari kebutuhan di dalam negeri yang terus meningkat baik sebagai

bahan pangan, pakan, maupun bahan baku untuk industri olahan . Dalam

pemanfaatannya, penggunaan kacang tanah sebagai bahan baku untuk

industri semakin meluas dan beragam karena mempunyai nilai gizi yang

cukup tinggi , sumber lemak dan protein.

Menurut Astanto (2003) bahwa produktivitas dan luas areal panen

komoditas kacang tanah di Indonesia mengalami stagnasi. Sementara

volume permintaan dalam negeri setiap tahun semakin meningkat, seiring

bertambahnya jumlah penduduk dan beragamnya produk olahan yang

menggunakan bahan baku dari kacang tanah. Kondisi tersebut berdampak

pada meningkatnya jumlah impor kacang tanah.

Berdasarakan kajian instansi terkait serta masyarakat pertanian di

Kabupaten Maros telah menetapkan kacang tanah sebagai salah satu

produk / komoditas unggulan yang diharapkan menjadi andalan dan

memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Penentuan

komoditas unggulan ini mengacu pada keriteri yaitu (1) agroekosistem yang

sangat mendukung, (2) komoditas yang mempunyai nilai ekonomis atau nilai

jual yang tinggi serta menguntungkan, (3) mempunyai prospek pasar yang

baik, (4) mempunyai potensi pengembangan yang cukup luas, (5) teknologi

mudah dan dikuasi.

Komoditas kacang tanah sebagai komoditas unggulan Kabupaten

Maros telah ditentukan sentral pengembangannya yaitu Kecamatan Camba,

Kecamatan Cenrana dan Kecamatan Mallawa. Potensi areal pengembangan

(2)

2 sekitar 53,61 persen dari luas 6.249 hektar potensi areal pengembangan

kacang tanah di Kabupaten Maros .

Upaya pemerintah Kabupaten Maros dalam mendukung engembangan

usahatani kacang tanah tetap menjadi perhatian. Rukmana (1998)

mengemukakan bahwa untuk tumbuh dan berkembangnya kacang tanah

dengan baik, maka yang harus diperhatikan adalah syarat tumbuh yaitu iklim

dan tanah.

1. Iklim

Faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil

produksi kacang tanah adalah suhu, cahaya, dan curah hujan. Suhu

tanah maksimun untuk perkembangan ginofor adalah 30o-400 C ,

sementara suhu tanah untuk perkecambahan benih antara 200- 30o C,

sedangkan suhu udara berpengaruh pada periode pembungaan adalah

240 -270 C (Yandianto, 2003).

Kacang tanah merupakan tanaman C3 berhari pendek sehingga

jumlah terbentuknya bunga dan terbukanya bunga sangat tergantung

dari intensitas cahaya. Rendahnya intensitas cahaya pada saat

pengisian polong akan menurunkan jumlah dan berat polong serta akan

menambah jumlah polong hampa. Kacang tanah toleran terhadap

lingkungan tumbuh dengan ketinggian antara 800 - 1.000 meter dari

permukaan laut

Curah hujan sangat berpengaruh atau dapat menjadi kendala

terhadap pertumbuhan dan pencapaian hasil kacang tanah. Curah

hujan yang cukup dan tidak terlalu lembab pada saat tanam sangat

dibutuhkan agar tanaman dapat berkecambah dengan baik. Total curah

hujan optimun selama 3 - 3,5 bulan atau sepanjang periode

pertumbuhan sampai panen 300 – 500 mm ( Adisarwanto, 2004 ).

2. Tanah

Tanah yang cocok untuk pertumbuhan kacang tanah adalah jenis tanah

lempung berpasir, liat berpasir, atau lempung liat berpasir. Kemasaman

(3)

3 S, Fe, dan Mn ) dan sering timbul bercak hitam pada polong. Pada jenis

tanah berstruktur berat seperti latosol kacang tanah masih dapat tumbuh

dengan baik tetapi pada saat panen banyak polong yang tinggal dalam

tanah sehingga mengurangi hasil panen ( Adisarwanto, 2004).

Rukmana (1998) mengemukakan bahwa kacang tanah dapat

dibudidayakan di lahan sawah berpengairan, sawah tadah hujan, lahan

kering tadah hujan memperhatikan pemilihan atau penentuan lahan

untuk kacang tanah adalah tanah cukup subur, gembur, bertekstur

ringan, aerase dan draenase baik. • Menurut Cahyo J.N (2012), bahwa jenis tanah yang sesuai untruk kacang tanah adalah tanah gembur /

bertekstur ringan dan subur. pH antara 6,0-6,5. Kekurangan air akan

menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati.

B. Potensi Lahan Pertanian

Pembangunan produksi tanaman pangan adalah pembangunan yang

bukan hanya pembangunan parsial pengembangan komoditas, tetapi terkait

dengan pembangunan wilayah yaitu wilayah pedesaan secara berkelanjutan,

berkerakyatan serta terdesentralisasi yang ditujukan untuk meningkatkan

pendapatan petani.

Peningkatan produksi tanaman pangan khususnya komoditas kacang

tanah dapat dilakukan melalui : (1) perluasan areal tanam, (2) peningkatan

produktivitas, (3) pengamanan produksi, dan (4) pengolahan dan pemasaran

hasil. Perluasan Areal Tanaman (PAT) dapat ditempuh melalui : (1)

optimalisasi lahan, (2) rehabilitasi dan konservasi lahan, dan (3)

penambahan baku lahan (Adisarwanto, 2004).

Pemanfaatan lahan secara optimal perlu terus dilakukan agar mampu

mendorong peningkatan produksi kacang tanah, karena lahan adalah

merupakan salah satu komponen paket teknologi penting dari empat

komponen usahatani yang saling terkait yaitu lahan, petani, teknologi dan

faktor penunjang (Adisarwanto, 2004). Selanjutnya dikatakan bahwa salah

satu penyebab rendahnya produksi kacang tanah di Indonesia adalah belum

(4)

4

C. Penyuluhan

Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan

komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya

memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar.

Van den Ban and Hawkins (l999) mengatakan bahwa penyuluhan dapat

didefinisikan secara sitematis sebagai proses yang :

a. Membantu petani menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan

melakukan perkiraan ke depan dan menyadarkan petani terhadap

kemungkinan timbulnya masalah dari analisis tersebut.

b. Meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan terhadap

suatu masalah.

c. Membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan

dengan cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang

ditimbulkannya sehingga mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan.

d. Membantu petani memutuskan pilihan yang tepat yang menurut pendapat

mereka sudah optimal dan meningkatkan motivasi petani untuk dapat

menerapkan pilihannya.

e. Membantu petani untuk mengevaluasi dan meningkatkan keterampilan

mereka dalam membentuk pendapat dan mengambil keputusan.

Selanjutnya dikatakan bahwa penyuluhan pertanian merupakan sarana

kebijaksanaan yang dapat digunakan pemerintah untuk mendorong

pembangunan pertanian. Di lain pihak petani mempunyai kebebasan untuk

menerima atau menolak saran yang diberikan oleh penyuluh pertanian.

Penyuluhan hanya dapat mencapai sasarannya jika perubahan yang diinginkan

menyentuh kepentingan petani

Kegiatan penyuluhan banyak melibatkan pertimbangan nilai dan tidak

jarang penyuluh dihadapkan pada keharusan memberikan informasi tidak saja

untuk kepentingan petani tetapi juga untuk kepentingan masyarakat umum.

Agar penyuluhan menjadi efektif dalam membantu petani, maka penyuluh

dituntut memiliki kemampuan, wawasan yang luas tentang dunia sekelilingnya

serta memiliki latar belakang pengetahuan yang sesuai bidang tugasnya untuk

dapat mendorong petani belajar sekaligus melakukan perubahan perilaku

(5)

5 Harun (1995) dalam Akhsan (1996) menyatakan bahwa agar penyuluh

mudah masuk dan mudah diterima dalam lingkup petani maka penyuluh harus

bermitra / kawan dekat dengan petani serta harus memiliki karakteristik seperti;

(1) memiliki keyakinan bahwa petani dan keluarganya mempunyai kemampuan

yang potensial, (2) bertindak sebagai fasilitator bukan guru atau pendidik, (3)

bergaya hidup sesuai dengan lingkungan petani ; sederhana, jujur, berdedikasi,

sabar, (4) mengenal masyarakat yang dilayani srta keadaan dan masalah sosial

ekonominya, (5) menguasai metode analisis, sintesis, dan pemecahan

masalah, (6) mampu merubah peran dari fasilitator menjadi konsultan

usaha/agribisnis bagi petani, (7) bertanggung jawab atas profesinya sebagai

fungsional penyuluh pertanian dan (8) pengembangan pofesional diri secara

berkelanjutan.

Dengan demikian kegiatan penyuluhan pertanian adalah kegiatan

pendidikan non-formal yang berfungsi dalam membantu masyarakat tani untuk

memecahkan persoalan melalui penerapan teknologi dan pengetahuan ilmiah

yang dapat meningkatkan produksi dan pendapatan.

Proses pendidikan terjadi karena adanya komunikasi yang berjalan dua

arah yaitu antara penyuluh sebagai sumber dengan petani beserta keluarganya

sebagai sasaran . Sebagai sasaran diharapkan agar para petani beserta

keluarganya bisa dan membiasakan diri menggunakan teknologi baru

(Suriatna, 1987 )

D. Paket Teknologi Produksi

Pengembangan tanaman pangan pada dasarnya dimaksudkan untuk

meningkatkan produktivitas lahan, produktivitas usaha tani, dan pendapatan

petani melalui dukungan teknologi untuk menurunkan biaya usahatani,

meningkatkan produksi dan memperbesar kapasitas proses pencapaian

kesejahteraan masyarakat petani serta meningkatkan daya saing produk

menuju keunggulan komperatif dalam persaingan lokal, regional dan global (

Partadinata, 2004). Upaya peningkatan produktivitas pada dasarnya

dilakukan melalui perbaikan intensifikasi yaitu dengan menerapakan 10

paket tenologi dengan baik dan benar sebagai berikut :

(6)

6 2. Penggunaan benih bermutu dari varitas unggul

3. Penyiapan lahan tepat waktu dan baik

4. Pemupukan berimbang

5. Perbaikan teknik budidaya

6. Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT)

7. Mengurangi kehilangan hasil pada saat pane

8. Pemanfaatan air secara efisien

9. Penyediaan Modal Usaha

10. Harga yang merangsang petani.

1. Ketersediaan Sarana Produksi dengan 6 Tepat

Untuk memudahkan petani menerapkan anjuran paket teknologi tepat

guna dan spesifik lokasi, maka sarana produksi seperti benih, pupuk

dan pestisida harus tersedia sesuai dengan enam tepat yaitu tepat

waktu, tepat jenis, tepat harga, tepat jumlah, tepat mutu dan tepat

penggunaan. Namun hingga saat ini petani belum seluruhnya

menggunakan sarana teknologi produksi seperti benih bermutu, pupuk,

pemanfaatan air, dan pestisida dengan berbagai alasan bahwa tidak

tersedia saat dibutuhkan, harganya tidak terjangkau, dan dengan

pemakaian sarana teknologi seadanya dianggap sudah cukup layak

untuk mendukung berlangsungnya usahatani. Oleh karena itu perlu

dilakukan berbagai upaya dan alternatif agar petani mau dan menyadari

pentingnya pemakaian sarana produksi yang lengkap dan penerapan

teknologi produksi secara baik dan benar dalam rangka peningkatan

produktivitas dan pendapatannya.

Penyediaan benih dapat dilakukan dengan mendorong tumbuhnya

penangkar benih di dalam kelompok tani sekaligus memperkenalkan

sertifikasi benih. Hal ini dapat ditempuh melalui pola kemitraan dengan

koptan, gapoktan, UPB, BUMN atau mandiri. Sasaran produksi benih

disesuaikan dengan kebutuhan kelompok dalam areal kelompok tani,

maupun untuk memenuhi kebutuhan diluar areal (desa, kecamatan,

dan kabupaten).

Penyediaan pupuk dan pestisida dapat dilakukan kerja sama stake

(7)

7 dengan membimbing petani membuat pupuk organik dari sisa tanaman

dan pestisida nabati/biologi untuk pengendalian OPT.Untuk mendukung

penyediaan sarana produksi sesuai dengan sasaran enam tepat maka

perlu direncanakan dan ditetapkan lebih awal sasaran yaitu luas areal

tanam, areal panen, produktivitas, kebutuhan benih, pupuk, serta modal

usaha tani yang dibutuhkan. Penentuan sasaran tersebut disusun dari

tingkat kelompok tani, tingkat desa, tingkat kecamatan dan tingkat

kabupaten,

2. Benih

Menurut Adisarwanto (2004) bahwa salah satu upaya untuk

meningkatkan produktivitas kacang tanah adalah dengan

menggunakan vaietas unggul yang berpotensi hasil yang tinggi, dan

upaya ini dapat dicapai bila penanaman diikuti dengan penerapan

komponen teknologi produksi secara efektif, efisien, dan benar.

Menurut Nur Cahyono (2012) bahwa syarat-syarat benih/bibit kacang

tanah yang baik adalah: (a) Berasal dari tanaman yang baru dan

varietas unggul, (b) Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan

sehat, (c) Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat, (d) Murni atau

tidak tercampur dengan varietas lain, dan (e) Kadar air benih berkisar

9-12 %.

Biji dari varietas unggul yang baik untuk dijadikan benih adalah

dengan ciri-ciri sebagi berikut (a) biji cukup tua, bernas, kulit biji halus

dan mengkilat, berasal dari tanaman bebas hama dan penyakit, (b)

daya tumbuh 90 persen atau lebih, (c) laju perkecambahan tinggi, (d)

biji tidak bercampur dengan vaietas lain, (e) berumur genjah antara 100

-150 hari, (f) fotensi hasil tinggi minimal 1,8 ton per hektar (

Fachruddin, 2000 ).

Kebutuhan benih kacang varietas unggul yang bermutu di Kabupaten

Maros masih sulit diperoleh atau dipenuhi. Hal ini disebabkan antara

lain : (1) Pertanaman untuk pembenihan harus ditanam pada musim

tanam yang tidak optimal, sehingga resiko kegagalan cukup besar, (2)

petani kacang tanah pada umumnya adalah petani kecil yang enggan

(8)

8 akan rusak dan tidak dapat dijual lagi sebagai benih dan (5) harga

benih kacang tanah umumnya kurang menarik.

Benih kacang tanah sulit diperoleh di toko-toko atau kios-kios

sarana produksi sehingga petani umumnya menggunakan benih dari

tanamannya sendiri yang mutunya kurang terjamin dan kurang

memenuhi standar sehingga produksi kacang tanah yang dihasilkan

kurang optimal.

Rekomendasi paket teknologi untuk benih kacang tanah

penggunaan varitas unggul atau bersertifikasi seperti penggunaan

varietas gajah, jerapah, dan kancil dengan kebutuhan benih 80 – 100 kg dengan daya tumbuh paling kurang 80 persen.

3. Pemupukan

Kesuburan tanah merupakan salah satu faktor penunjang produksi

pertanian. Penurunan kesuburan tanah bisa terjadi akibat penanaman

yang tidak diimbangi dengan pemupukan yang tepat, penurunan

kandungan bahan organik tanah, kekeringan, kebanjiran dan erosi.

Usaha petani untuk meningkatkan kesuburan tanah biasanya dilakukan

secara kimia, yaitu dengan menambah pupuk an-organik dan pupuk

organik kedalam tanah sehingga tersedia bagi tanaman (Nusagro,

2001).

Pupuk merupakan salah satu sarana produksi yang sangat penting

dalam peningkatan produktivitas kacang tanah. Upaya untuk

meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil perlu dikembangkan

anjuran pemupukan berimbang. Menurut Sarief (1986) bahwa

pemupukan berimbang adalah pemberian pupuk secara berimbang

disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dengan memperhatikan unsur

hara yang tersedia dalam tanah dan jumlah yang ditambahkan baik

melalui tanah maupun melalui daun.

Teknologi pemupukan ditujukan untuk mengoptimalkan

pertumbuhan tanaman melalui kecukupan unsur hara guna

meningkatkan produksi dan memperhatikan keberlanjutan produktivitas,

sumber daya lahan dengan melestarikan tingkat kesuburan tanah dan

(9)

9 Sesuai dengan rekomendasi anjuran penggunaan paket teknologi

pemupukan bahwa pemupukan dilakukan dua kali yaitu pupuk dasar

dan pupuk susulan sesuai dengan tingkat perkembangan tanaman.

Prinsip pemupukan yaitu enam tepat. Adapun jenis dosis pemupukan

yang direkomendasikan untuk kacang tanah yaitu 25 Kg urea per kektar

(tanpa ZA) + 25 Kg ZA Kg per hektar (tanpa Urea ) + 50 Kg SP-36 Kg

per hektar + 50 Kg KCl per hektar . Pupuk SP-36 + KCl + ½ bagian

urea diberikan pada saat tanaman sebagai pupuk dasar dan sisanya

diberikan pada umur 25 - 35 hari setelah tanam sebagai pupuk susulan.

4. Pemanfaatan Air (Pengairan)

Pemanfaatan air yang teratur akan meningkatkan efesiensi

pemakaian, yang pada akhirnya memperluas jangkauan jaringan irigasi,

terutama pada musim kemarau. Pengaturan waktu tanam yang tepat

juga dimaksudkan untuk mengefisienkan pemakaian air. Oleh karena

itu perlu dicermati tentang kebutuhan air setiap fase dan stadia

pertumbuhan tanaman untuk mengetahui titik kritis air terhadap

tanaman.

Budidaya tanaman pangan sangat tergantung pada ketersediaan air

baik jumlah, waktu maupun mutu, oleh karena itu pengelolaan air

harus diusahakan secara optimal. Menurut Rukmana (1998 ) bahwa

pada fase awal pertumbuhan kacang tanah membutuhkan pengairan

yang memadai terutama pada musim kemarau.

Sesuai dengan paket teknologi dianjurkan pemberian air pada saat

fase pertumbuhan, fase pembungaan dan fase pengisian polong yang

dilakukan pada pagi atau sore hari.

5. Penyiangan / Pembumbunan

Penyiangan dilakukan untuk menghilangkan gulma, menghindari

hama dan penyakit tanaman. sehingga dapat menekan persaingan

unsur hara antara kacang tanah dengan gulma , memperkecil atau

mengurangi sumber inang hama penyakit, serta menggemburkan tanah

(10)

10 dan dapat menghasilkan polong yang banyak (Danarti dan Najiyati,

1998)

Menurut Sugeng (2001) bahwa gulma dapat merugikan karena

banyak mengisap air dalam tanah, mengisap bahan-bahan mineral dan

pupuk, menghambat perkembangan dan pertumbuhan akar serta

pembentukan polong pada tanaman kacang tanah.

Sesuai dengan paket teknologi produksi dianjurkan melakukan

penyiangan sebanyak dua kali yaitu pertama pada umur 3 minggu

setelah tanam karena pada saat itu gumla atau rumput biasanya sudah

tumbuh memenuhi tanah areal pertanaman, dan penyiangan kedua

dilakukan pada pada umur 6 minggu setelah tanam agar tanah menjadi

gembur san sekaligus diadakan pembumbunan. Hasil penelitian

Balittan Pangan Malang dalam Rukmana (1998) bahwa pembumbunan

pada kacang tanah dapat meningkatkan hasil polong rata-rata sebesar

0,15 ton per hektar.

6. Pengendalian Hama/Penyakit (OPT)

Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dilakukan

melalui strategi pengendalian hama terpadu (PHT) yaitu merupakan

suatu rangkaian cara pendekatan yang didasarkan pada pertimbangan

ekologi dan ekonomi melalui pengelolaan agroekositem usahatani yang

berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

Serangan hama dan penyakit pada kacang tanah merupakan salah

satu kendala dalam upaya peningkatan produksi kacang tanah,

walaupun pestisida belum banyak digunakan pada kacang tanah akan

tetapi pestisida masih merupakan salah satu alternatif andalan dari

beberapa daerah sentral produksi dalam mengendalikan hama/peyakit.

Menurut Adisarwanto (2004) bahwa jumlah dan aktivitas serangan

hama pada kacang tanah relatif sedikit dan jarang terjadi disetiap

musim tanam , walaupun demikian perlu dilakukan tindakan preventif,

karena apabila terjadi serangan hama/penyakit secara mendadak dan

serempak pada hamparan pertanaman kacang tanah yang cukup luas

(11)

11 Sesuai dengan paket teknologi produksi dianjurkan pengendalian

hama penyakit dilakukan secara terpadu yaitu merupakan kombinasi

tindakan pengendalian cara mekanik, kultur teknis, biologis dan kimia.

Penggunaan pestisida hanya dilaksakan apabila cara-cara lain belum

dapat mengatasi serangan hama penyakit. Penggunaan pestisida

secara bijak sesuai dengan prinsip enam tepat yaitu tepat jenis, tepat

mutu, tepat waktu, tepat sasaran, tepat dosis, dan tepat konsentrasi,

serta termasuk penggunaan biologis dan nabati (Supriyatin dan

Marwoto, 1993 ).

7. Pemasaran

Salah satu aspek yang sangat penting dalam budidaya kacang tanah

adalah pemasaran hasil. Besar kecilnya minat petani untuk menanam

kacang tanah tergantung pada faktor sistem pemasaran dan analisis

usahatani, karena sistem pemasaran ini sangat terkait dengan tingkat

pendapatan yang akan diperoleh.

Menurut Adisarwanto (2004) bahwa cara pemasaran dapat dibuat

gambar skema mengenai rantai pemasaran kacang tanah yang umum

terjadi di beberapa daerah di Indonesia sebagai berikut.

Pemasaran adalah aliran barang dari produsen ke konsumen. Aliran

barang ini dapat terjadi karena adanya peranan lembaga pemasaran.

Lembaga pemasaran ini sangat tergantung dari sistem pasar yang berlaku

dan karakteristik aliran barang yang dipasarkan. Oleh karena itu dikenal

dengan istilah saluran distribusi barang yang berfungsi sangat penting,

khususnya dalam melihat tingkat harga masing-masing lembaga

pemasaran ( Soekartawi, 1993 ).

Pemasaran atau penjualan produk dalam rantai pemasaran sangat

mempengaruhi tingkat pendapatan petani. Semakin banyak komponen

yang terdapat dalam rantai pemasaran akan semakin sedikit keuntungan

yang bakal diterima oleh petani, ini disebabkan setiap komponen pelaku

pemasaran ingin memperoleh sejumlah keuntungan ( Soekartawi, 1993 ).

Menurut Adisarwanto (2004) bahwa pemasaran dan penjualan kacang

tanah yang biasa dilakukan oleh petani yaitu dijual secara tebasan atau

(12)

12 Penjualan secara tebasan dilakukan oleh petani dengan pertimbangan

masalah pengolahan atau uimumnya tidak mempunyai lantai jemur dan

masalah biaya tunai yang diperlukan untuk keperluan secara mendesak.

Waktu penjualannya sangat bervariasi antara sebulan sampai beberapa

hari sebelum panen dan transaksi harga yang disetujui antara petani dan

pedagang sangat tergantung pada negoisasi serta kondisi ekonomi petani.

Penebas pada sitem ini adalah pedagang pengumpul di tingkat

kecamatan kemudian hasilnya dijual ketingkat kabupaten atau ada pula

langsung ke pabrik pengolahan kacang tanah. Sedangkan penjualan

yang dilakukan oleh petani setelah panen biasanya dilakukan bila tingkat

harga cukup menguntungkan polong kering atau biji kering dijual kepada

pedagang pengumpul atau langsung ke pedagang besar ditingkat

kabupaten ( Adisarwanto, 2004 ).

Gambar 2.1. Rantai Pemasaran Kacang Tanah ( Adisarwanto, 2004).

PETANI DESA

KECAMATAN PEDAGANG/

PENEBAS

DISTRIBUTOR IMPORTIR

KONSUMEN PENGENCER

INDUSTRI PENGOLAHAN

PROPINSI KABUPATEN PEDAGANG

BESAR PEDAGANG PENGUMPUL

(13)

13

E. Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap Petani

Penyuluhan pertanian adalah merupakan kegiatan pendidikan yang

berusaha untuk menimbulkan perubahan perilaku sasaran. Belajar bagi

petani mengandung tekanan rangkap yaitu pencapaian perkembangan

individu dan peningkatan partisipasi sosial dari pada individu. Menurut Van

den Ban & Hawkins, (1999) bahwa proses belajar adalah pekerjaan

mengumpulkan atau memperbaiki kemapuan untuk membentuk suatu pola

perilaku yang diperoleh melalui pengalaman dan praktek.

Menurut Suriatna (1987) bahwa hasil belajar akan nampak pada

perubahan–perubahan perilaku perilaku. Perubahan-perubahan yang diharapkan dapat terjadi adalah:

a. Pengetahuan baik jenis maupun jumlahnya.

b. Keterampilan dalam melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan

keperluannya.

c. Kecakapan dalam berpikir untuk menyelesaikan persoalan sehari-hari.

d. Sikap yaitu kecenderungan untuk :

(1). Tidak berperasangka terhadap hal-hal yang belum dikenal

(2). Mencoba sesuatu yang baru.

(3). Mau bergotong royong dalam menyelesaikan masalah .

(4). Menimbulkan sikap- swadaya dan swadaana.

Ndraha (1997) mengatakan bahwa manusia menunjukkan berbagai

sikap terhadap pekerjaan dan sikap terhadap pekerjaan bisa berubah karena

berada dalam ruang kognitif. Sikap terhadap pekerjaan dipengaruhi dua faktor

yaitu faktor yang pertama adalah pengetahuan dan informasi kerja, dan

faktor yang kedua adalah kesadaran akan kepentingan. Sikap adalah

perasaan, pikiran dan kecenderungan evaluatif sesorang yang bersifat

permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya ( Van den

Ban & Hawkins, 1999).

Pendidikan kepada petani tidak cukup hanya dengan memberikan

tambahan pengetahuan saja, betapun pengetahuannya bertambah , jika

sikapnya masih tidak percaya diri , masih tertutup terhadap suatu inovasi ,

(14)

14 Perilaku petani yang bekerja menanam bibit, menggunakan pupuk, dan

lain-lain yang dilakukan hanya seadanya, dapat diberikan tambahan

pengetahuan cara menggunakan bibit unggul, cara pemberian pupuk

berimbang dan lain-lain, namun perubahan perilaku petani belum tentu terjadi

kalau petani tersebut tidak mau merubah sikapnya yang tertutup dan takut

melakukan sesuatu yang lain dari pada yang dikenalnya secara turun

temurun. Begitu juga sebaliknya jika petani mau merubah sikapnya tetapi tidak

memperoleh tambahan pengetahuan dan keterampilan untuk menanam bibit

yang baik dan benar, menggunakan pupuk yang sesuai maka perubahan

perilkau tidak terjadi ( Van den Ban & Hawkins, 1999).

Suriatna (1987) mengatakan bahwa walaupun petani sudah memperoleh

pengetahuan, keterampilan dan mau merubah sikapnya yang tertutup tetapi

tidak tersedia sarana yang mendukung untuk mewujudkan hal yang baru

dalam praktek kehidupan sehari-hari, maka perubahan perilaku juga belum

memungkinkan. Perubahan perilaku dapat terjadi secara utuh, jika proses

belajar petani digalakkan melalui usaha perubahan sikap, harus diusahakan

melalui pemberian pengetahuan baru, harus dijelaskan melalui latihan

kerampilan baru dan harus diadakan penyediaan sarana baru.

F. Kerangka Pikir

Pembangunan pertanian tanaman pangan ke depan, diharapkan mampu

mencapai tujuan yaitu (1) meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani

, (2) meningkatkan produksi dan produktivitas bahan pangan yang berdaya

saing untuk memenuhi kebutuhan pangan, pakan dalam rangka mencapai

kemandirian ketahanan pangan nasional serta memanfaatkan pasar bahan

baku industri pengolahan dalam negeri dan peluang ekspor, (3)

mengembangkan berbagai produk komoditi pangan untuk mendukung

diversifikasi pangan, pengembangan pangan lokal dan membangun komoditi

unggulan spesifik, (4) mengembangkan kesempatan kerja dan berusaha, (5)

mendorong pembangunan ekonomi daerah dan nasional, (6) meningkatkan

devisa melalui ekspor dan menghemat devisa melalui subtitusi impor komoditi

pangan.

Kabupaten Maros merupakan salah satu kabupaten penyangga Propinsi

(15)

15 selatan yaitu 40045' – 50007 Lintang Selatan dan 109020''5’ – 129012’' Bujur

Timur. Luas lahan pertanian Kabupaten Maros adalah 48.087,90 hektar

dengan luas potensi pengembangan kacang tanah yaitu 6.249 hektar. Dalam

kurung waktu lima tahun terakhir rata-rata luas panen kacang tanah setiap

tahun sebesar 52,18 persen (3.261 Ha ) dari luas lahan potensial untuk

pengembangan kacang tanah. Dengan demikian masih terdapat sekitar 47,82

persen ( 2.988 Ha ) luas lahan yang belum tergarap secara optimal sehingga

masih terdapat peluang untuk pengembangan kacang tanah di tahun-tahun

mendatang melalui perluasan areal tanam atau ekstensifikasi (Anonim,

2005).

Rata-rata tingkat produktivitas kacang tanah di Kabupaten Maros per

tahun sebesar 1,22 ton per hektar, ini lebih rendah dibanding dengan potensi

produktivitas kacang tanah antara 2,0 – 2,5 ton per hektar (Rukmana, 1998), sehingga masih terdapat peluang untuk meningkatkan produktivitas melalui

sentuhan-sentuhan teknologi tepat guna.

Berdasarkan kondisi biofisik wilayah Kabupaten Maros, berbagai upaya

pokok yang telah dilakukan maka strategi operasional pembangunan

pertanian tanaman pangan Kabupaten Maros berorientasi pada optimalisasi

pemanfaatan sumber daya ekologis, peningkataan sumber daya manusia,

penguasaan teknologi, penguatan kelembagaan melalui penyuluhan

pertanian, pemasaran dan pengembangan sarana dan prasana.

Dukungan sumberdaya manusia (SDM) dalam pengembangan kacang

tanah di Kabupaten Maros secara kuantitas cukup memadai, namun dari segi

kualitas belum sepenuhnya mendukung dalam penerapan teknologi karena

dipengaruhi oleh perilaku petani yaitu pengalaman, keterampilan, dan sikap

berusaha tani hanya diperoleh secara turun termurun

Faktor eksternal maupun faktor internal erat kainnya dalam

meningkatkan keberhasilan pengembangan usahatani kacang tanah. Faktor

eksternal yang menjadikan kekuatan sekaligus hambatan dalam

pengembangan kacang tanah adalah potensi lahan, penyuluhan pertanian,

pemasaran, ketersediaan teknologi sedangkan faktor internal yang

menjadikan kekuatan sekaligus hambatan adalah perilaku petani yaitu

(16)

16 .

PENGETAHUAN

KETERAMPILAN

SIKAP

PENGEMBANGAN KACANG TANAH

DI KAB. MAROS

FAKTOR INTERNAL

POTENSI LAHAN

INTENSITAS PENYULUHAN

PEMASARAN

KETERSEDIAAN TEKNOLOGI

FAKTOR EKSTERNAL

PROSPEK PENGEMBANGAN KACANG TANAH PENINGKATAN PRODUKSI

PENERAPAN PAKET TEKNOLOGI PRODUKSI

Gambar 2.2. Kerangka Pikir Pengembangan Usahatani Kacang Tanah di Kabupaten Maros

G. Hipotesis

1. Ketersediaan sarana dan prasarana paket teknologi produksi seperti

lahan, benih, pupuk, air, pestisida, dan pasar dapat menunjang

pengembangan usahatani kacang tanah di Kabupaten Maros.

2. Intensitas penyuluhan, pengetahuan, keterampilan dan sikap petani

berhubungan erat dengan tingkat penerapan paket teknologi produksi

Gambar

Gambar 2.1.   Rantai Pemasaran Kacang Tanah ( Adisarwanto, 2004).

Referensi

Dokumen terkait

Undang-undang No. Menua merupakan bagian dari proses tumbuh kembang. Menua memerlukan proses dan waktu, dan tidak tumbuh secara tiba-tiba. Tua atau yang biasa disebut

Air dibumi digolongkan menjadi dua, yaitu : a. Air tanah dibagi menjadi dua yaitu air tanah preatis dan air tanah artesis. 1) Air tanah preatis yaitu air tanah yang letaknya

Time Value of Money merupakan metode yang biasa digunakan untuk mengetahui nilai uang atau keuntungan dari suatu cash flow di waktu yang akan datang, yaitu dengan

Pada mereka yang melahirkan secara normal, tidak ada pantangan diet. Dua jam setelah melahirkan perempuan boleh minum dan makan seperti biasa bila ingin. Namun

Secara umum terdapat beberapa hal yang kurang menguntungkan dari batang kelapa sawit dibandingkan dengan kayu biasa, yaitu kandungan air pada kayu segar kelapa

Suraatmaja (2007) menyatakan bahwa diare akut, yaitu diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Penyebab diare akut biasa disebabkan

Pada gadai biasa tanah dapat ditebus oleh pemberi gadai setiap saat, pembatasannya adalah satu tahun panen atau apabila di atas tanah masih

Tingkat pendidikan tidak berpengaruh dalam memilih sistem panen, apabila petani yang berpendidikan tinggi akan memilih sistem panen tebasan karena sudah tidak ada waktu lagi