• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2003) yang dikutip oleh Wawan & Dewi, 2010). Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai pengetahuan tersebut sangat dipengarui oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor Pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa denagn pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif.

(2)

9

Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang,semakin banyak aspek positif dan obyek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap obyek tertentu.

b. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau koknitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup di dalam domain koknitif mempunyai 6 tingkatan yaitu (Notoatmodjo, 2003) :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recal) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “ tahu “ ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi teru dapat

(3)

10

menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap suatu obyek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemempuan untuk mengguanakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartiakan aplikasi atau penggunaan hokum- hokum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks ataupun situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sitesis (Syntesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesi adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

(4)

11

Penilaian-penilaian itu berdasarkan keriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoadmodjo (2003) yang dikutip oleh Wawan & Dewi, 2010) adalah sebagai berikut:

Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan 1) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adsanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan cara menggunakan kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebu dapat dipecahkan.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin pimpinan masyarakat baik folmal maupun informal,ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prisip orang lain yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebi dahulu atau membuktikan kebenarannya baik fakta emnpiris maupun penalaran sendiri.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

(5)

12

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

4) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popularnya metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561–1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Deven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan 1) Faktor Internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. (YB Mantra yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003) dan ditulis kembali oleh Wawan & Dewi (2010) pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk berperan serta dalam pembangunan (Nursalam (2003) yang dikutip oleh Wawan & Dewi , 2010).

(6)

13

Pendidikan bisa formal, non formal, dan informal sebagai sebuah sistem. Pendidikan formal yang disebut adalah pendidikan prasekolah, berupa rangakain jenjang pendidkan yang telah baku. Misalnya SD, SMP, SMA dan PT. Pendidikan nonformal lebih difokuskanpada pemberian keahlian atau skil yang berguna untuk terjun ke masyarakat. Sedangkan pendidikan informal suatu fase pendidikan yang berada disamping formal dan nonformal. Jenjang pendidikan menurut UU RI No. 2 Tahun 1989 ada tiga yaitu jenjang pendidikan dasar, menengah, dan tinggi (Umar & S.L La Sulo. 2005).

b) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003) dan ditulis kembali oleh Wawan & Dewi (2010), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

(7)

14 c) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip oleh Nursalam (2003) dan ditulis kembali oleh Wawan & Dewi (2010), usia adalah individu yang terhitung mulai dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.

2) Faktor Eksternal

a) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. (Nursalam (2003) yang dikutip oleh Wawan & Dewi , 2010)

b) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

(8)

15 2. Masa Nifas

a. Pengertian

Masa nifas (puer purium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara menyeluruh akan pulih dalam waktu 3 bulan (Anggraini, 2010).

Masa nifas (puer purium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. (Bahiyatun, 2009).

Masa nifas (puer perium), berasal dari bahasa latin yaitu puer yang artnya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau sesudah melahirkan (Saleha, 2009).

Masa nifas (puer perium) dimulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi alat genitalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Sarwono, 2007).

Menurut Bennet V.R dan Brown L.K (1996) yang dikutip oleh Anggraini (2010) puer perium adalah waktu mengenai perubahan besar yang berjangka pada periode transisi dari puncak pengalaman melahirkan untuk menerima kebahagiaan dan tanggung jawab dalam keluarga.

(9)

16 b. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Anggraini (2010) :

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi

2) Melaksanakan skrining yang komperhensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan dini, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan merawat bayi sehat.

4) Memberikan pelayanan KB c. Tahapan Dalam Masa Nifas

1) Puerperium Dini (Immedieate puerperium) : waktu 0–24 jam post partum yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berbiri dan jalan-jalan. Dalam agama islam telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari

2) Puerperium Intermedial (early puerperium) : waktu 1–7 hari post partum. Kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6–8 minggu

3) Remote Puerperium (later puerperium) : waktu 1–6 minggu post partum. Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil dan waktu persalinan

(10)

17

mempunyai komplikasi, waktu untuk sehat bias berminggu-minggu, bulan, atau tahun.

d. Perubahan Sistem Reproduksi Ibu Masa Nifas

Secara fisiologis seorang wanita yang telah melahirkan akan perlahan-lahan kembali seperti semula. Alat reproduksi sendiri akan pulih setelah enam minggu. Pada kondisi ini, ibu dapat hamil kembali. Yang perlu diketahui ibu hamil, keluarnya menstruasi bukanlah pertanda kembalinya kesuburan, karena sebelum mens datang, pada saat habis masa nifas orang bisa saja hamil (Anggraini, 2010). Adapun perubahan-perubahan dalam masa nifas adalah sebagai berikut :

1) Involusio uterus

Involusio atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

a) Proses involusio uterus

Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promotorium sakralis. Pada saat besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan berat 1000 gram. Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung

(11)

18

jawab untuk masif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus pada masa prenatal tergantung pada hyperplasia, peningkatan jumlah sel-sel otot hipertropi, yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada masa post partum penurunan kadar hormon-hormon ini menyebabkan autolisis. Uterus akan mengalami involusi, yaitu proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, dimulai setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Proses involusio uterus adalah sebagai berikut :

(1) Autolysis

Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterin. Enzim proteolitik akan memendekan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebih lebar dari semula selama kehamilan. (2) Atrofi jaringan

Jaringan yang berproliferasi deangan adanya estrogen dalam jumlah besar,kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubah atrofi pada otot-otot uterus,lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan

(12)

19

meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium yang baru.

(3) Efek oksitosin (kontraksi)

Intensitas kontrkasi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intra uterin yang sangat besar.Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,mengompresi pembuluh darah dan membabntu proses hemostatis.proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total. Oksitosin biasanya diberikan secara intravena atau intramuskular segera setelah kepala bayi lahir.

2) Perubahan-perubahan hormon pada uterus selama postpartum. Involusi uteri diluar dapat diamati yaitu dengan memeriksa fundus uteri dengan cara :

(a) Segera setelah persalinan, TFU 2 cm dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira-kira 1cm setiap hari.

(13)

20

(b) Pada hari kedua setelah persalinan TFU 1 cm dibawah pusat. Pada hari ke-3 sampai ke-4 TFU 2 cm dibawah pusat. Pada hari ke-5 sampai ke-7 TFU ½ pusat sympisis.Pada hari ke-10 TFU tidak teraba.

3) Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus.

4) Serviks

Segera postpartum bentuk servik agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik uteri tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antaran korpus dan servik uteri terbentuk semacam cincin.

5) Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan mncul kembali sementara labia menjadi menonjol. Ukuran vagina akan

(14)

21

selalulebih besar dibandingkan keadaan sebelum persalinan pertama.

6) Perineum

Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, sehingga menyebabkan mengendurnya organ ini bahkan robekan yang memerlukan penjahitan, namun akan pulih kembali setelah 2–3 pekan (tergantung elastis tidak atau seberapa sering melahirkan). Pada post natal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari keadaan sebelum melahirkan.

7) Rahim

Setelah melahirkan rahim akan berkontraksi untuk merapatkan dinding rahim sehingga tidak terjadi perdarahan kontraksi inilah yang menimbulkan rasa mulas pada perut ibu. Berangsur-angsur rahim akan mengecil seperti sebelum hamil, sesaat setelah melahirkan normalnya rahim teraba keras setinggi 2 jari dibawah pusar, 2 pekan setelah melahirkan sudah tidak teraba, 6 pekan akan pulih seperti semula.

e. Perubahan Sistem Percernaan

Kerap kali diperlukan waktu 3–4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan

(15)

22

selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang hingga dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit di daerah perineum dapat menghalangi keinginan ke belakang.

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mandapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemoroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diet/makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan pemberian huknah atau gliserin spuit atau diberikan obat laksan yang lain.

f. Perubahan Sistem Perkemihan

Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil, selain itu khawatir nyeri jahitan juga karena penyempitan saluran kencing akibat penekanan kepala bayi saat proses melahirkan. Namun usahakan tetap kencing secara teratur, buang rasa takut dan khawatir, karena kandung kencing yang terlalu penuh dapat menghambat kontraksi rahim yang berakibat terjadi perdarahan. Perubahan semasa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut menyebabkan peingkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan

(16)

23

kadar steroidsetelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama pasca posca partum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1 bulan setelah wanita melahirkan (Cunningham,dkk 1993).

g. Perubahan Sistem Musculoskeletal

Ambulasi pada umumnya dimulai 4–8 jam post partum. Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat involusi. Adaptasi sistem musculoskeletal ibu yang terjadi selama hamil berlangsung terbalik pada masa post partum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat gravitasi ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke-6 sampai minggu ke-8 setelah wanita melahirkan.

h. Perubahan Tanda-Tanda Vital

Satu hari (24 jam) post partum suhu badan akan naik sedikit (37,50C–380C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan kehilangan cairan dan kelelahan. Denyut nadi juga akan lebih cepat setelah melahirkan sedangkan tekanan darah biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah inu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadi preeklamsi post partum. Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan denyut tidak normal, pernafasan juga

(17)

24

akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas (Anggraini, 2010).

i. Perubahan Sistem Kardiovasculer

Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini (Anggraini, 2010).

j. Kebutuhan Dasar Masa Nifas 1) Nutrisi dan cairan

Pada mereka yang melahirkan secara normal, tidak ada pantangan diet. Dua jam setelah melahirkan perempuan boleh minum dan makan seperti biasa bila ingin. Namun perlu diperhatikan jumlah kalori dan protein ibu menyusui harus lebih besar dari pada ibu hamil kecuali apabila ibu tidak menyusi bayinya. Kebutuhan nutrisi pada masa menyusui meningkat 25% yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat 3 kali dari biasanya. (Anggraini, 2010).

(18)

25 2) Eliminasi

a) Buang air kecil (BAK)

Dalam waktu 6 jam ibu sudah harus bisa BAK spontan, kebanyakan ibu dapat berkemih spontan dalam waktu 8 jam. Urine dalam jumlah yang banyak diproduksi dalam waktu 12–36 jam setelah melahirkan. Ureter yang berdilatasi akan kembali dalam waktu 6 minggu.

b) Buang Air Besar (BAB)

BAB biasanya tertunda selama 2–3 hari, karena enema persalinan, diit cairan, obat-obatan analgetik, dan perineum yang sangat sakit. Bila lebih dari 3 hari belum BAB bisa diberikan obat laksantia. Ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam regulasi BAB. Dan asupan cairan yang adekuat serta diit tinggi serat sangat dianjurkan. (Suhermi & Rahmawati, 2009).

3) Kebersihan Diri Masa Nifas

Menjaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik pada luka jahitan maupun kulit (Anggraini, 2010). a) Kebersihan alat genetalia

Setelah melahirkan biasanya perineum menjadi agak bengkak/memar dan mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau episiotomi. Anjuran (Anggraini, 2010) :

(19)

26

(1) Menjaga kebersihan alat genetalia dengan mencucinya menggunakan sabu dan air,kemudian daerah vulva sampai anus harus kering sebelum memakai pembalut wanita, setiap kali selesai buang air besar atau kecil, pembalut diganti minimal 3 kali sehari.

(2) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah membersihkan daerah genetalia.

(3) Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar.

(4) Sasaran ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.

(5) Sasaran ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

(6) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau cuci menggunakan sabun.

(20)

27 b) Pakaian

Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil. Sebaiknya pakaian agak longgar didaerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi pada daerah sekitarnya akibat lochea.

c) Kebersihan Rambut

Setelah bayi lahir, biasanya akan mengalami kerontokan rambut akibat gangguan perubahan hormon sehingga rambut menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan normal. Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih kembali setelah beberapa bulan. Perawatan rambut perlu diperhatikanoleh ibu yaitu mencuci rambut dengan condisioner yang cukup, lalu menggunakan sisir lembut dan hindari penggunaan pengering rambut.

d) Kebersihan kulit

Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. Oleh karena itu, dalam minggu-

(21)

28

minggu pertama setelah melahirkan, ibu merasa jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan menjaga agar kulit tetap keadaan kering. Vulva harus dibersihakan dari depan ke belakang. Apabila ada pembengkakan dapat dikompres dengan es untuk mengurangi rasa tidak nyaman.

4) Kebersihan Vagina

Langkah-langkah untuk menjaga kebersihan vagina yang benar adalah (Anggraini, 2010) :

a) Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis BAK dan BAB. Air yang digunakan tidak perlu matang asalkan bersih. Basuh dari arah depan ke belakang hingga tidak ada sisa kotoran yang menempel disekitar vagina baik itu dari air seni maupun feases yang mengandung kuman dan bias menimbulkan infeksi luka jahitan.

b) Vagina boleh dicuci menggunakan sabun maupun cairan antiseptik karena dapat berfungsi sebagai penghilang kuman. Yang penting jangan takut memegang daerah tersebut dengan seksama.

c) Bila ibu benar-benar takut menyentuh luka jahitan, upayakan menjaga kebersihan vagina dapat dilakukan

(22)

29

dengan cara duduk berendam dalam cairan antiseptic selama 10 menit. Lakukan setelah BAK atau BAB.

d) Yang kadang terlupakan, setelah vagina dibersihkan, pembalutnya tidak diganti. Bila seperti itu caranya maka akan percuma saja karena vagina akan tetap lembab dan kotor.

e) Setelah dibasuh, keringkan perineum dengan handuk lembut, lalu kenakan pembalut baru. Ingat pembalut harus diganti setiap setelah BAK atau BAB atau minimal 3 jam sekali atau bila sudah merasa tidak nyaman.

f) Setelah semua langkah tadi dilakukan, perineum dapat diolesi salep antibiotic yang diresepkan oleh dokter.

5) Istirahat

Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat. Delapan jam setelah persalinan, ibu harus tidur terlentang untuk mencegah perdarahan. Sesudah 8 jam, ibu boleh miring ke kiri dan ke kanan untuk mencegah thrombosis dan trombo emboli (Anggraini, 2010).

6) Seksual

Setelah persalinan pada masa ini ibu mengalami peran baru sebagai orang tua sehingga sering melupakan perannya sebagai pasangan. Namun segera setelah ibu merasa percaya diri dengan peran barunya dia akan menemukan waktu dan melihat

(23)

30

sekelilingnya serta menyadari bahwa ia sudah kehilangan aspek lain dalam kehidupannya yang penting juga. Anjuran (Anggraini, 2010) :

a) Secara fisik, aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri.

b) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai waktu tertentu setelah 40 hari atau 6 minggu pasca persalinan.

c) Kerjasa dengan pasangan dalam merawat dan memberikan kasih sayang pada bayi sangat dianjurkan.

d) Kebutuhan yang satu ini memang agak sensitif. Tidak heran jika Anda dan suami jadi serba salah.

7) Keluarga Berencana

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan (Saifudin, 2008). Pemilihan kontrasepsi harus dipertimbangkan pada masa nifas. Apabila hendak memakai

(24)

31

kontrasepsi yang mengandung hormon, harus menggunakan obat yang tidak mengganggu produksi ASI (Anggraini, 2010).

3. Ambulasi Dini a. Pengertian

Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidurnya dan mambimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan (Saleha, 2009).

Ambulasi dini adalah beberapa jam setelah melahirkan, segera bangun dari tempat tidur dan bergerak, agar lebih kuat dan lebih baik (Anggraini, 2010).

Ambulasi dini disebut juga early ambulation. Early

ambulation adalah kebijakan untuk selekas mungkin

membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan (Ambarwati & Wulandari, 2010). Konsep mobilisasi mula-mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan pengambilan secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah komplikasi (Roper, 1996)

b. Macam Mobilisasi Dini (Uliyah M & Alimul A, 2008) 1) Mobilisasi penuh

(25)

32

Yaitu seluruh anggota dapat melakukan mobilisasi secara normal. Mobilisasi penuh mempunyai peranan penting dalam menjaga kesehatan baik secara fisiologis maupun psikologis. 2) Mobilisasi sebagian

Yaitu sebagian dari anggota badan yang dapat melakukan mobilisasi secara normal. Terjadi pada pasien dengan gangguan saraf motorik dan sensorik, terdiri dari :

a) Mobilisasi sebagian dengan temporer, disebabkan oleh trauma yang reversible pada sistem muskuloskeletal b) Mobilisasi sebagian permanen disebabkan karena

rusaknya sistem saraf yang reversibel (hemiplagi karena kecelakaan).

c. Keuntungan Ambulasi dini

Keuntungan amulasi dini menurut adalah sebagi berikut (Saleha, 2009) :

1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan ambulasi dini 2) Faal usus dan kandung kemih lebih baik

3) Ambulasi dini memungkinkan kita mengajarkan ibu cara merawat anaknya selama ibu masih di rumah sakit. Misalnya memandikan, mengganti pakaian, dan memberi makan

4) Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial ekonomis). Menurut penelitian-penelitian yang seksama, ambulasi dini tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan

(26)

33

perdarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka di perut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri. Menurut Rambey, 2008 manfaat mobilisasi dini adalah :

1. Melancarkan sirkulasi darah 2. Membantu proses pemulihan

3. Mencegah terjadinya infeksi yang timbul karena gangguan pembuluh darah balik serta menjaga pedarahan lebih lanjut d. Kerugian tidak melakukan Ambulasi dini

1) Peningkatan suhu tubuh

Karena adanya involusio uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan mengalami penyempitan pembuluh darah yang terbuka

2) Involusi uterus yang tidak baik

Tidak dilakukan mobilisasi secara dini akan menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi uterus.

3) Perdarahan yang abnormal.

Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka.

(27)

34 e. Tahapan Ambulasi Dini

Ambulasi dini sangat penting dalam mencegah trombosis vena, setelah persalinan normal. Jika gerakan tidak terhalang oleh pemasangan infus atau kateter dan tanda-tanda vitalnya juga memungkinkan, biasanya diperbolehkan untuk mandi dan pergi ke WC dengan dibantu pada satu atau dua jam setelah melahirkan normal. Sebelumnya ibu harus melakukan latihan menarik nafas yang dalam serta latihan tungkai yang sederhana dan harus duduk serta mengayunkan tungkainya dari tepi ranjang (Asih Y, 1999).

Jika dokter tidak secara khusus meminita ibu nifas menunggu hingga 8 jam setelah bersalin atau jika ibu nifas merasa sudah cukup kuat dan tidak pening sebaiknya ibu nifas bangun dari tempat tidur agar ibu cepat pulih dan dilakukan dengan hati-hati. Berikut langkah-langkah turun dari tempat tidur setelah melahirkan (Danuatmaja, 2003) :

1) Pertama-tama duduk terlebih dahulu

2) Tangan ditahan dengan tubuh, geserkan kaki kesisi ranjang dan biarkan kaki menggantung sebentar.

3) Setelah itu perlahan-lahan ibu berdiri dengan bantuan orang lain dan tangan masih perpegangan pada ranjang

4) Jika pening, duduklah kembali. Stabilkan diri beberapa menit sebelum melangkah

(28)

35

f. Rentang Gerak Dalam Ambulasi Dini

Menurut Carpenito (2000) yang di kutip oleh (Ambarwati & Sunarsih, 2009) dalam mobilisasi dini ada 3 rentang gerak yaitu :

1) Rentang gerak pasif

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakan kaki pasien.

2) Rentang gerak aktif

Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring, pasien menggerakkan kakinya.

3) Rentang gerak fungsional

Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifas yang diperlukan.

g. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini (Uliyah M & Alimul A, 2008)

1) Penyakit tertentu dan cidera

Penyakit-penyakit tertentu dan cidera berpengaruh terhadap mobilitas misalnya penderita multipel aklerosis dan cidera pada urat saraf tulang belakang. Demikian juga pada pasien post operasi atau yang mengalami nyeri, cenderung membatasi gerakan.

(29)

36 2) Energi

Tingkat energi bervariasi pada setiap individu. Terkadang seseorang membatasi aktivitas tanpa mengetahui penyebabnya. Selain itu tingkat usia juga berpengaruh terhadap aktivitas. Misalnya orang pada usia pertengahan cenderung mengalami penurunan aktivitas yang berlanjut sampai usia tua.

h. Resiko Bila Tidak Melakukan Mobilisasi Dini

Berbagai masalah dapat terjadi bila tidak melakukan mobilisasi dini (Ambarwati & Sunarsih, 2009) :

1) Gangguan pernafasan yaitu sekret akan terakumulasi pada

saluran pernafasan yang akan berakibat klien sulit batuk dan mengalami gangguan bernafas.

2) Pada sistem kardiovaskuler terjadi hipotensi ortostatik yang

disebabkan oleh sistem syaraf otonom tidak dapat menjaga keseimbangan suplai darah sewaktu berdiri dari dalam waktu yang lama.

3) Pada saluran perkemihan yang mungkin terjadi adalah statis urin yang disebabkan karena pasien pada posisi berbaring tidak dapat mengosongkan kandung kemih secara sempurna.

4) Pada gastrointestinal terjadi anoreksia diare atau konstipasi.

Anoreksia disebabkan oleh adanya gangguan katabolisme yang mengakibatkan ketidakseimbangan nitrogen karena

(30)

37

adanya kelemahan otot serta kemunduran reflek deteksi, maka pasien dapat mengalami konstipasi.

(31)

38 B. Kerangka Teori

Gambar : 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Nursalam (2003) dalam (Wawan & Dewi (2010)) Keterangan : Cetak tebal yang diteliti

C. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Pengetahuan Faktor internal : Pendidikan Pekerjaan umur Faktor eksternal : lingkungan sosial budaya

Pendidikan, Pekerjaan, Umur Ibu Nifas Tentang Ambulasi Dini Dalam Masa NIfas

Gambar

Gambar : 2.1 Kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

pada data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan hasil. observasi

Negara A melaksanakan pemajakan atas keuntungan dari stock option saat pemberian berdasarkan rumusan ditentukan keuntungan sebesar 15% dari nilai saham pada waktu pemberian

Produksi kubis pada perlakuan organik lebih rendah dibandingkan dengan non organik, juga disebabkan tingginya intensitas penyakit akar gada dan hama Gryllotalpa sp.. Hal

Mengenai hal tersebut, Lembaga Amil Zakat PKPU menyalurkan dana zakat melalui salah satu program yaitu Program Sinergitas Pemberdayaan Ekonomi Komunitas, program ini

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) tingkat pengetahuan penderita DM Di Puskesmas Kartasura sebelum pemberian

Telah dibuat dan diuji coba Simulasi Pembaca pH Limbah Industri Cair Berbasis Mikrokontroler yang dilengkapi dengan sistem ADC didalamnya sehingga lebih. sederhana dan

Dengan mengsmati vidio iklan media elektronik, yang di bagikan di laman edmodo, siswa dapat memeragakan informasi yang di sampaikan dari media elektronik dengan bantuan lisan

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat- Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Perbedaan Keberhasilan Terapi