• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Ketidakpatuhan

2.1.1 Definisi Ketidakpatuhan

Ketidakpatuhan adalah perilaku dimana seseorang tidak menjalankan perjanjian atau kesepakatan yang telah dibuat. Ketidakpatuhan tersebut mengakibatkan kefatalan atau kegagalan untuk mencapai hasil yang maksimal. Jika seseorang ingin hambatan tersebut tidak terjadi, maka harus dilandasi dengan pengetahuan yang luas. Pengetahuan yang luas dapat membantu seseorang agar tidak keterbelakangan atau adanya hambatan yang tidak diinginkan. Pengetahuan juga dapat menentukan sikap, berpikir, berusaha agar tidak adanya hambatan dan mengurangi hambatan tersebut. Ketidakpatuhan sangat merugikan, maka dari itu lebih baik melakukan hal yang patuh meskipun itu sulit agar tidak ada hambatan yang tidak diinginkan (Phitri & Widyaningsih, 2013).

Ketidakpatuhan adalah perilaku individu dan atau pemberi asuhan yang tidak sesuai dengan rencana promosi kesehatan atau terapeutik yang ditetapkan oleh individu (dan atau keluarga dan atau komunitas) serta professional pelayanan kesehatan. Perilaku pemberi asuhan atau individu yang tidak mematuhi ketetapan, rencana promosi kesehatn atau terapeutik secara keseluruhan atau sebagian dapat menyebabkan hasil akhir yang tidak efektif secara klinis atau sebagian tidak efektif (Purba, Sitorus, & Alfiyanti, 2016) .

2.1.2 Faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan

Ketidakpatuhan terhadap sesuatu sangat mempengaruhi pola hidup manusia. Adapun faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan menjalankan terapi diabetes melitus diantaranya (Risnasari, 2014):

1. Pendidikan

Pendidikan sangat mempengaruhi adanya ketidakpatuhan. Jika seseorang tidak mendapat didikan/pembelajaran, mengetahui antara yang baik dan benar, pemahaman dari orang lain yang diturunkan dari satu orang ke orang lainnya, mengakibatkan orang tersebut tidak patuh akan peraturan larangan maupun perintah dari orang lain.

(2)

Jika seseorang tidak mengetahui sebab akibat dari suatu masalah orang tersebut akan merasa dirinya paling benar tanpa memikir apa yang akan terjadi selanjutnya. Informasi sangat penting bagi seseorang, karena dengan informasi kita dapat mengetahui apa yang belum kita ketahui.

3. Kurangnya motivasi/ dukungan dari orang terdekat

Dorongan dan dukungan dari orang terdekat dapat memberikan dampak positif bagi orang lain. Seseorang yang tidak patuh akan suatu hal biasanya jika diberi informasi, motivasi atau bahkan dukungan dari orang terdekat orang tersebut kan luluh dan menjadi patuh akan suatu hal tersebut.

4. Ekonomi yang tercukupi

Dengan tercukupinya ekonomi kesejahteraan seseorang dalam perawatan yang lebih intensive akan lebih meningkat. Hal ini bisa dilihat dari hambatan seseorang dalam ekonomi yang kurang karena jika seseorang kekurangan ekonomi proses penyembuhan juga akan terhambat.

5. Kejenuhan dalam pengobatan

Mengkonsumsi obat yang terus menerus akan mengakibatkan kebosanan/kejenuhan seseorang sehingga orang tersebut menjadi tidak patuh. 6. Rendahnya keinginan untuk sembuh

Ketika seseorang mengetahui bahwa dirinya terdiagnosis suatu penyakit yang kronis, orang tersebut akan berfikiran negatif terhadap dirinya yang menjadikan seseorang hilang akan keinginan untuk sembuh.

7. Harga diri rendah karena gangguan citra tubuh

Hilang dan rusaknya 1 organ tubuh saja bisa membuat seseorang tidak percaya diri. Seseorang dengan gangguan citra tubuh biasanya sering menjadi sorotan bagi orang lain karena adanya perbedaan yang menonjol dalam diri orang tersebut.

8. Adanya komplikasi dengan penyakit lainnya

Seseorang ketika didiagnosa penyakit yang banyak akan merasakan dirinya didunia sudah tidak berdaya dan tidak mempunyai arti lagi bagi orang lain sehingga orang tersebut membiarkan dirinya terjangkit suatu penyakit dan tidak mau berobat atau bahkan tidak patuh dalam prosedur perawatan medis.

(3)

2.2 Konsep Dasar Program Diet 2.2.1 Definisi Diet

Diet adalah seseorang yang membatasi makanan dan minuman untuk menurunkan berat badan yang biasanya dilandasi dengan resep dokter dan kiat-kiat untuk menjaga pola makannya. Di Indonesia saat ini banyak orang yang mengalami obesitas (berat badan melebihi batas normal/ideal). Banyak orang yang berbondong-bondong melakukan program diet dengan menjaga pola makannya agar berat badan orang tersebut mencapai tingkat normal/ ideal. Selain itu program diet juga sangat bermanfaat, salah satunya yaitu dapat mengurangi mengkonsumsi daging dan lebih banyak mengkonsumsi sayuran dan buah buahan. Sehingga seseorang dapat terhindar dari penyakit yang mematikan dan dapat memperpanjang umur (Nugraha, Sugianto, & Prasetyo, 2016).

2.2.2 Faktor yang mempengaruhi kepatuhan program diet

Faktor yang mempengaruhi agar seseorang patuh dalam program diet yang dijalaninya adalah dengan adanya dukungan keluarga. Dalam dukungan keluarga juga mencakup dukungan emosional dan informatif. Dukungan emosional dan dukungan informatif merupakan bentuk dukungan yang menunjukkan rasa kepedulian, pembangkit semangat dan pemberian informasi sehingga seseorang mendapat dukungan untuk lebih bangkit dan patuh dalam mengikuti proses keperawatan. Sehingga diet yang diinginkan akan mencapai hasil sesuai yang diinginkan (Yusfita, Parjo, & Nurfianti, 2014).

Menurut (Amelia, Nurchayati, & Elita, 2014) faktor yang mempengaruhi kepatuhan program diet klien diabetes melitus yaitu :

1. Pemahaman tentang instruksi

Pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi faktor kepatuhan seseorang. Dengan adanya informasi yang awalnya belum diketahui dan sekarang menjadi tahu itu akan mempengaruhi pemahaman tentang bagaimana cara diet yang benar sesuai instruksi dari dokter, cara melakukannya dan apa yang akan dilakukan selanjutnya.

2. Kualitas interaksi

Maksud dari kualitas interaksi disini adalah cara bagaimana kita dapat berinteraksi dengan orang lain. Dengan bahasa yang sopan, gerak-gerik yang

(4)

enak dipandang sehingga seseorang nyaman berinteraksi dengan orang tersebut. Interaksi yang di lakukan bertujuan untuk mendapatkan informasi yang diinginkan.

3. Dukungan keluarga

Dengan adanya dukungan keluarga seseorang akan lebih semangat dalam menjalankan program dietnya. Biasanya keluarga juga memakai berbagai cara agar pola makan orang tersebut tetap terjaga. Seperti halnya menemani makan dengan makanan yang sama, memberi motivasi, dapat mengontrol emosi serta mendukung agar senantiasa selalu ingat kepada Tuhan-Nya

4. Keyakinan

Banyak seseorang dengan penyakit diabetes melitus biasanya merasa dirinya sudah tidak berguna lagi di dunia karena mengetahui penyakitnya yang sangat serius, akan tetapi ada juga yang semangat dalam menjalani dietnya dengan keyakinan bahwa dirinya akan sembuh dengan mencari informasi tentang penyakitnya. Maka dari itu perlu keyakinan dan dukungan dari dirinya sendiri bahwa dirinya akan sembuh dan juga dukungan orang lain yang selalu memberi motivasi serta tidak lupa senantiasa berdoa meminta kesembuhan. 5. Sikap

Sikap seseorang dapat mempengaruhi faktor kepatuhan diet, karena sikap seseorang tergantung keyakinan seseorang tersebut. Jika seseorang yakin dirinya akan sembuh pasti akan melakukan perawatan sesuai prosedur medis jika tidak yakin maka akan bersikap pasrah terhadap apa yang dialaminya saat ini.

6. Kepribadian

Kepribadian seseorang juga termasuk perilaku dan sikap seseorang. Tergantung bagaimana menyikapi ketika terjangkit penyakit dan tindakan yang akan dilakukan ketika mengetahui penyakit tersebut.

2.3 Konsep Dasar Diabetes Melitus 2.3.1 Definisi Penyakit

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan glukosa darah tinggi dalam tubuh yang melibatkan hormon endoktrin yang berupa insulin. Kondisi ini terjadi akibat adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulin maupun

(5)

keduanya. Penurunan fungsi pankreas sebagai penghasil insulin atau reseptor insulin pada sel yang tidak peka menimbulkan gangguan metabolisme lipid, karbohidrat dan protein yang dapat merangsang kondisi hiperglikemia. Oleh karena itu diagnosis diabetes melitus selalu berdasarkan tingginya kadar glukosa dalam plasma darah. Seseorang yang mempunyai hormon insulin cukup juga dapat mengidap diabetes melitus. Hal ini dikarenakan reaksi tubuh terhadap insulin kurang efisien sehingga tubuh tidak mampu mengoksidasi glukosa menjadi energi. Akan tetapi ada faktor lain juga terkait dengan penyakit diabetes melitus (Firdaus, 2017).

Adanya gangguan keseimbangan antara transpostasi gula ke sel, gula yang disimpan di hati maupun gula yang dikeluarkan dari hati yang mengakibatkan kadar gula meningkat. Urin keluar banyak dan mengandung gula. Penyebab keadaan ini bisa karena pankreas tidak mampu memproduksi urin atau sel tidak memberi respon kepada kerja insulin sebagai kunci untuk pembuka pintu sel. Sehingga gula tidak dapat masuk ke dalam sel (Tandra, 2017).

Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang dimana pankreas sebagai produksi insulin tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup. Rendahnya insulin dalam tubuh bisa mengakibatkan kadar gula meningkat yang biasa disebut hiperglikemia. Penyakit ini merupakan penyakit yang tidak menular, akan tetapi penyakit kronis yang sulit disembuhkan (Saputra, Yuniarti, & Sumarmin, 2018).

2.3.2 Tanda dan Gejala

Tingkat kepekaan seseorang berbeda-beda sehingga banyak orang terkadang tidak merasakan perbedaan yang terjadi pada dirinya. Seseorang yang menderita penyakit diabetes melitus biasanya merasa cemas ketika mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit kronis yang sulit disembuhkan. Adapun tanda dan gejala diabetes melitus yang sering dijumpai antara lain (Tandra, 2015) :

1. Sering BAK

Ginjal tidak dapat menyerap kembali gula yang berlebihan di dalam darah sehingga gula akan menarik air keluar dari jaringan.

(6)

Rasa haus yang berlebih dapat memancing kita untuk meminum minuman softdrink yang mengandung pemanis dan segar. Minuman yang manis jika dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dapat meningkatkan kadar gula dalam darah semakin tinggi sehingga bisa menimbulkan komplikasi akut yang bisa membahayakan nyawa.

3. Berat Badan Menurun

Awal mulanya berat badan naik, akan tetapi lama kelamaan otot tidak mendapat cukup gula sehingga jaringan otot dan lemak harus berpisah untuk memenuhi kebutuhan energi. Efeknya bisa membuat berat badan turun.

4. Rasa Seperti Flu dan Lemah

Gula tidak lagi menjadi sumber energi karena glukosa tidak dapat diangkut didalam sel untuk menjadi energi. Efeknya badan akan teasa lemas, capek dan nafsu makan menurun.

5. Penglihatan Kabur

Gula darah yang tinggi akan menarik keluar cairan dari lensa mata sehingga lensa menjadi tipis. Efeknya penglihatan menjadi kurang fokus dan penglihatan kabur. Akan tetapi jika bisa mengontrol glukosa dengan baik penglihatan bisa kembali normal.

6. Penyembuhan Luka Lama

Penyebab hal ini karena adanya infeksi yang hebat sehingga kuman dan jamur mudah tumbuh dalam kondisi gula darah yang tinggi. Adanya kerusakan pembuluh darah juga dapat menimbulkan aliran darah yang tidak lancar pada kapiler (pembuluh darah kecil) menghambat penyembuhan luka.

7. Kesemutan

Kerusakan saraf yang disebabkan glukosa yang tinggi akan merusak dinding pembuluh darah yang kemudian menganggu nutrisi bagi saraf.

8. Gusi Merah dan Bengkak

Kemampuan rongga mulut menjadi lemah dalam melawan infeksi sehingga terjadilah gusi bengkak.

9. Kulit Kering dan Gatal

Keluhan ini biasanya menyebabkan orang bisa mengetahui apakah dirinya terkena penyakit diabetes melitus. Dengan ditandai dengan gatal dan kulit

(7)

menjadi kering. Gatal juga bisa dirasakan pada kemaluan. Vagina mudah terkena infeksi yang biasanya ditandai dengan keluarnya cairan kental putih kekuningan. 10. Mudah Terinfeksi

Sel darah putih (leukosit) yang biasanya tidak dapat berfungsi dengan baik karena seseorang dalam keadaan gula darah yang tinggi. Sedangkan gejala seseorang dengan diabetes melitus biasanya adalah sering kesemutan hingga merasa kram, kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa kebas dikulit, mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas dan biasanya ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau berat bayi lahir lebih dari 4 kg atau 4000 gram.

2.3.3 Patogenesis

Pada stadium prediabetes seseorang awalnya akan timbul resistensi insulin dan diikuti dengan peningkatan sekresi insulin untuk mengkompensasi resistensi insulin agar gula darah tetap normal. Akan tetapi dalam waktu jangka lama sel beta tidak mampu mengkompensasi gula darah meningkat dan fungsi sel beta menurun. Patogenesis diabetes melitus ditandai dengan adanya resistensi insulin, gangguan HGP (Hepatic Glucose Production) dan penurunan fungsi sel beta sehingga terjadinya kerusakan pada sel beta (Soegondo, Soewondo, & Subekti, 2011 ). Secara garis besar patogenesis diabetes melitus disebabkan delapan hal (Ominous octet) yaitu sebagai berikut:

1. Kegagalan sel beta pankreas

Pada saat diagnosis diabetes melitus ditegakkan, fungsi sel beta sudah sangat berkurang. Obat anti diabetik yang bekerja melalui jalur ini adalah sulfonilurea, meglitinid, GLP-1 agonis dan DPP-4 inhibitor.

2. Liver

Penderita diabetes melitus mengalami resistensi insulin yang berat dan memicu gluconeogenesis sehingga produksi glukosa dalam keadaan basal oleh liver (HGP: Hepatic Glucose Production) meningkat. obat yang bekerja melalui jalur ini adalah metformin, yang menekan proses gluconeogenesis.

3. Otot

Penderita diabetes mellitus mengalami gangguan kinerja insulin yang multiple di intramioselular, akibat gangguan fosforilasi tirosin sehingga timbul gangguan

(8)

transport glukosa dalam sel otot. Obat yang bekerja di jalur ini adalah metformin, dan tiazolidindion.

4. Sel lemak

Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari insulin, menyebabkan peningkatan proses lipolysis dan kadar asam lemak bebas (FFA : Free Fatty Acid) dalam plasma. Peningkatan FFA merangsang proses glukoneogenesis, dan mencetuskan resistensi insulin di liver dan otot. Obat yang bekerja di jalur ini adalah tiazolidindion.

5. Usus

Glukosa yang ditelan secara langsung atau rute oral lebih memicu respon insulin jauh lebih besar dibandingkan jika diberikan melalui rute intravena. Efek yang dikenal sebagai efek incretin ini diperankan oleh dua hormon GLP-1 (Glucagon-like polypeptide-1) dan GIP (glucose-dependent insulinotrophic polypeptide atau disebut juga gastic inhibitory polypeptide). Saluran pencernaan mempunyai peran dalam penyerapan karbohidrat melalui kinerja ensim alfa-glukosidase yang memecah polisakarida menjadi monosakarida yang kemudian diserap oleh usus dan berakibat meningkatkan glukosa darah setelah makan. Obat yang bekerja untuk menghambat kinerja ensim alfa-glukosidase adalah akarbosa. 6. Sel Alpha Pankreas

Merupakan organ keenam yang berperan dalam hiperglikemia dan sudah diketahui sejak tahun 1970. Sel ini berfungsi dalam sintesis glukagon yang dalam keadaan puasa kadarnya didalam plasma akan meningkat. Dan peningkatan ini mengakibatkan HGP dalam keadaan basal meningkat secara signifikan dibanding individu yang normal. Obat yang menghambat sekresi glukagon meliputi GLP-1 agonis, DPP-4 inhibitor an amylin.

7. Ginjal

Merupakan salah satu organ penting yang berperan dalam patogenensis diabetes melitus. Ginjal menfiltrasi kurang lebih sekitar 163 gram glukosa setiap harinya. 90% dari glukosa terfiltrasi ini akan diserap kembali melalui peran SGLT-2 (Sodium Glucose co-Transporter) pada bagian convulatedtubulus proximal. Sedangkan yang 10% sisanya akan di absorbsi melalui peran SGLT-1 pada

(9)

tubulus desenden dan asenden. Obat yang bekerja di jalur ini adalah SGLT-2 inhibitor. Salah satu contoh obatnya adalah dapaglifozin.

8. Otak

Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada individu yang memiliki berat badan berlebih atau obesitas baik yang diabetes melitus maupun yang non diabetes melitus, didapatkan hiperinsulinemia yang merupakan kompensasi dari resistensi insulin. Obat yang bekerja di jalur ini adalah GLP-1 agonis, amylin dan bromokriptin.

9. Klasifikasi

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2018 diabetes dapat diklarifikasikan sebagai berikut :

1) Diabetes tipe 1

Ditandai dengan insufisiensi insulin yang absolute. Maksudnya terjadi akibat penghancuran autoimun dari sel beta penghasil insulin pada pankreas. Umumnya menyerang seseorang pada rentan umur dibawah 30 tahun. Sehingga seseorang mengalami penurunan berat badan dan menjadi kurus. 2) Diabetes tipe 2

Biasanya ditandai dengan adanya resistansi insulin yang disertai dengan kelainan sekresi insulin diberbagai tingkatan. Diumur 40 tahun keatas dan mengalami obesitas biasanya sering terkena penyakit ini.

3) Diabetes Kehamilan

Biasanya diabetes ini terdiagnosis pada waktu usia kehamilan trimester ke 2 dan ke 3.

4) Jenis Diabetes Tipe Spesifik Lain

Misalnya sindrom monogenik diabetes, seperti:

a. Cacat genetik fungsi sel beta (cacat bawaan atau keturunan), diabetes neonatal: MODY (Maturity Onset Diabetes of the Young)

b. Penyakit pankreas eksokrin (seperti cystic fibrosis dan pankreatitis) c. Diabetes yang di induksi obat atau kimia (seperti penggunaan

glukokortikoid, dalam pengobatan HIV/AIDS, atau setelah transplantasi organ)

(10)

2.3.4 Faktor Resiko

Resiko seseorang yang dialami penderita diabetes melitus biasanya ditandai dengan faktor-faktor berikut ini (Sutedjo, 2010):

1. Keturunan : Seseorang menderita penyakit diabetes melitus bisa terjangkit penyakit tersebut ketika riwayat keluarga dan penderita diabetes melitus

2. Obesitas (kegemukan) : Seseorang menderita penyakit diabetes melitus tipe 2 ditandai dengan obesitas

3. Infeksi pada pankreas : Infeksi pankreas yang mengenai sel beta (penghasil insulin) bisa menimbulkan kerusakan. Disebabkan oleh virus rubella (campak jerman), mump (gondong).

4. Usia : Diabetes melitus tipe 1 umumnya menyerang rentan usia <30 tahun. Sedangkan diabetes melitus tipe 2 menyerang usia >40 tahun.

5. Pola makan : Jika seseorang tidak menjaga pola makan dengan baik tingkat suatu penyakit yang akan mengidap ke dalam tubuh meningkat, karena tidak semua makanan sehat akan tetapi jika ada takarannya akan lebih baik untuk tubuh itu sendiri.

6. Riwayat konsumsi obat yang lama

7. Adanya sindrom genetic seperti sindrom down

2.3.5 Diagnosis

Seseorang terdiagnosis diabetes melitus apabila terdapat salah satu atau lebih dari hasil pemeriksaan gula darah yang didapatkan :

1. Kadar gula sewaktu ≥200 mg/dl 2. Kadar gula puasa ≥126 mg/dl

3. Kadar glukosa plasma ≥200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram pada tes toleransi glukosa oral.

Tetap memperhatikan kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan WHO. Dengan mengadakan pemeriksaan kadar glukosa darah secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena, baik darah utuh vena maupun kapiler (Hasdianah, 2012)

(11)

1. Reborn (lahir kembali dengan diabetes melitus).

Ketika seseorang baru mengetahui bahwa dirinya terdiagnosis dengan diabetes melitus biasanya seseorang akan merasakan harga diri rendah. Oleh karena itu diperlukan kesadaran akan dirinya bahwa seseorang tersebut harus memulai hidup barunya dengan mengidap penyakit diabetes melitus.

2. Rethinking (belajar untuk hidup bukan hidup untuk belajar)

Mempelajari pengertian, pola kerja, sistem dan yang ada di ruang lingkup diabetes terlebih dahulu, sehingga bisa mengetahui pencegahan untuk meningkatkan kualitas hidup agar tidak terjadinya komplikasi yang lebih lanjut. 3. Reorganized (mengatur kembali pola makan dan mengendalikan glukosa darah) Mengatur pola makan adalah salah satu cara mengatasi diabetes melitus. Faktor pola makan sangat penting bagi penderita diabetes melitus, konsep yang perlu diperhatikan adalah :

a. Adanya komitmen terhadap diri sendiri karena kesembuhan penyakit bisa didasarkan dari dirinya sendiri.

b. Selalu menjaga pola makan

c. Hindari ceroboh dalam makanan atau sering makan makanan ringan d. Mengatur jam makan

e. Memilih jenis makanan yang dikonsumsi dan mengaturnya

f. Menghitung jumlah karbohidrat (nasi) agar tidak berlebihan. Karena nasi mengandung gula yang tinggi

g. Lebih kreatif dalam memasak agar yang makan masakan tersebut tidak bosan dan makanan bisa dinikmati

4. Replaced (mengganti jenis karbohidrat dengan yang lebih aman)

Karbohidrat yang tinggi dapat menyebabkan glukosa darah naik. Cara yang dapat mencegah agar glukosa darah tidak naik dengan mengganti yang lebih aman, seperti menjaga pola makan dengan tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat yang tinggi, berolahraga dan mengkonsumsi obat- obatan yang bisa menurunkan glukosa darah.

5. Relax (melepaskan beban)

Kehidupan di dunia selalu tidak jauh dari masalah. Seseorang yang pertama kali mengetahui bahwa dirinya mengidap diabetes melitus pikirannya akan

(12)

terganggu. Biasanya seseorang akan seperti mendapatkan beban yang paling berat di dunia akan tetapi jika tidak diatasi pikiran tersebut akan meningkatkan glukosa secara otomatis. Maka dari itu harus diatasi. Cara mengatasinya dengan merelaksasi otot-otot agar tidak tegang, berkonsentrasi mencari pengetahuan cara mengatasi penyakit tersebut dan senantiasa berdzikir, berdoa kepada Tuhan YME.

6. Return (kembali kepada tuhan)

Semua yang terjadi saat ini adalah kehendak tuhan. Kita sebagai umatnya tidak bisa mengubah takdir tuhan. Sehingga kita dianjurkan untuk senantiasa bersyukur dan meminta pertolongan agar penyakit yang mengidap dalam tubuh bisa diangkat dan disembuhkan, dijauhkan dari penyakit seperti sediakala. 2.3.7 Penatalaksanaan

Secara umum penatalaksanaan secara umum adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup penderita diabetes melitus. Tujuan pengelolaan diabetes melitus adalah (Hasdianah, 2012) :

1. Tujuan jangka pendek : menghilangkan keluhan dan gejalanya dan mempertahankan kenyamanan dan tercapainya target pengendalian darah. 2. Tujuan jangka panjang : mencegah terjadinya komplikasi, mikroagiopati dan

makroangiopati dengan tujuan meningkatkan mortalitas dan morbiditas.

Adapun prinsip pengelolaan diabetes melitus untuk meningkatkan kesejahteraan kualitas hidup penderita diabetes melitus diantaranya meliputi (Hasdianah, 2012) :

1) Penyuluhan

Bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan diabetisi tentang penyakit dengan tujuan untuk bisa merawat diri sendiri dan mempertahankan hidup agar tidak terjadi komplikasi yang lebih lanjut.

2) Diet diabetes melitus

Penderita diabetes melitus dalam melaksanakan diet harus memperhatikan 3J yaitu jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal makan yang harus diikuti/dipatuhi dan jenis makanan yang boleh dikonsumsi. Untuk mempertahankan berat badan yang ideal, mempertahankan glukosa darah mendekati normal, meningkatkan kualitas hidup agar tidak terjadi komplikasi yang lebih lanjut

(13)

juga harus mempertahankan komposisi makanan yang dianjurkan. Makanan dengan komposisi seimbang yaitu mengandung karbohidrat (45-60%), protein (10-15%), lemak (20-25%), garam (≤3000 mg atau 6-7 gr/hari) dan serat (±25 g/hari). Buah-buahan yang dianjurkan golongan buah yang mengandung vitamin B, sedangkan sayuran dianjurkan golongan sayur yang mengandung vitamin A.

3) Latihan fisik (olah raga)

Tujuan olahraga adalah untuk meningkatkan kepekaan terhadap insulin, mencegah obesitas, memperbaiki aliran darah, merangsang pembentukan glikogen baru dan mencegah komplikasi lebih lanjut

4) Terapi Nutrisi Medis (TNM), yang meliputi (Ramayulis, 2016): a. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan predicator yang kuat dalam merespon glukosa darah. Makanan yang mengandung karbohidrat tinggi perlu dihindari, akan tetapi pemberian karbohidrat yang rendah juga tidak baik karena merupakan sumber energi utama, serat dan vitamin mineral larut air di tubuh. Oleh karena itu perlu perhitungan untuk setiap rata-rata 15 g karbohidrat diperlukan 1 ml insulin.

b. Protein

Asupan protein >20% tidak dianjurkan karena beresiko terhadap berkembangnya kelainan ginjal. Untuk penderita diabetes melitus yang sudah terkomplikasi dengan kelainan ginjal pemberian protein dibatasi 0,8g/kg BB/hari atau 10% energi total.

c. Lemak

Asupan lemak juga perlu diperhatikan dan disesuaikan berdasarkan pencegahan terjadinya komplikasi dengan jantung koroner, yaitu 25% energi total, lemak jenuh <7% dan lemak trans diminimalkan.

d. Serat

Anjuran konsumsi serat adalah 14g untuk setiap 1000 kkal atau 38g perhari untuk laki-laki dan 25g untuk perempuan. Bahan sumber serat adalah biji-bijian, sereal, buah dan sayuran.

(14)

Dalam mengontrol glukosa darah, asupan makanan perlu dijadwal antara jam makan pagi, siang dan malam harus sama. Begitu juga dengan jumlah takaran nutrisi juga perlu dipertimbangkan.

5) Terapi farmakologis

a. Obat antihiperglikemi oral : untuk membantu mengontrol kondisi klien diabetes melitus dengan menambahkan obat obatan oral lainnya. Contoh metformin

b. Obat antihiperglikemia suntik

1. Insulin : Insulin diperlukan pada keadaan HbA1c >9% dengan kondisi dekompensasi metabolic, penurunan berat badan yang cepat, hiperglikemia berat yang disertai ketosis, Krisis hiperglikemia, gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal, Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut, stroke), kehamilan dengan diabetes gestasional yang tidak terkendali, gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat, kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO, kondisi perioperatif sesuai dengan indikasi. Lama kerja insulin adalah :

a) Insulin kerja cepat dan pendek : dengan lama kerja 4-8 jam. Insulin jenis ini diberikan 30-60 menit sebelum makan untuk mengendalikan kadar gula sesudah makan. Contoh insulin jangka pendek (humulin,actrapid), insulin jangka panjang (humalog, novorapid dan apidra)

b) Insulin kerja menengah : dengan lama kerja 8-12 jam. Insulin jenis ini lebih lambat diserap oleh tubuh dan digunakan untuk mengendalikan gula darah saat tidak makan atau puasa. Contoh insulin kerja menengah : insulin manusia NPH (humulin N, Insulatard)

c) Insulin kerja panjang : dengan lama kerja 12-24 jam. Insulin jenis ini paling lambat diserap oleh tubuh dan bertujuan untuk mengendalikan kadar gula darah puasa. Umumnya hanya digunakan satu kali sebelum tidur malam atau dua kali pagi dan malam hari. Contoh insulin kerja panjang (lantus, levemir, ezelin)

d) Insulin kerja campuran : Untuk pasien dengan kebutuhan khusus bisa diberikan insulin campuran dengan dibandingkan yang tetap. Insulin

(15)

jenis ini merupakan kombinasi antara insulin kerja pendek dan krja menengah (humulin 30/70 dan mixtard 30/70 untuk insulin manusia) atau insulin kerja cepat dan kerja menengah (humulog 75/25 dan novomix 30 untu insulin analog)

2. Agonis GLP-1/ incretin mimetic

Pengobatan dasar dengan peningkatan GLP-1 merupakan pendekatan baru untuk pengobatan diabetes melitus. Agonis GLP-1 dapat bekerja pada sel-beta sehingga terjadi peningkatan pelepasan insulin, mempunyai efek menurunkan berat badan, menghambat pelepasan glukagon, dan menghambat nafsu makan.

3. Terapi kombinasi

Pengaturan diet dan kegiatan jasmani merupakan hal yang utama dalam penatalaksanaan diabetes melitus, namun bila diperlukan dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian obat antihiperglikemia oral tunggal atau kombinasi sejak dini. Pemberian kombinasi obat antihiperglikemia oral dengan insulin dimulai dengan pemberian insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang). Insulin kerja menengah harus diberikan pada jam 10 malam menjelang tidur, sedangkan insulin kerja panjang dapat diberikan sejak sore sampai sebelum tidur.

2.3.8 Komplikasi

Komplikasi pada diabetes melitus dibagi menjadi 2 yaitu (Hasdianah, 2012) : 1. Komplikasi kronis

a. Hipoglikemia

Menurut PERKENI tahun 2015 Hipoglikemia merupakan kadar glukosa berada di bawah normal <50 mg/dl. Biasanya hipoglikemia ini lebih sering terjadi pada penderita penyakit diabetes melitus tipe 1, yang biasa dialami 1-2 kali dalam seminggu. Seseorang dengan kadar gula yang rendah dapat menyebabkan kekurangan asupan energi pada sel-sel otak sehingga sel-sel otak tidak dapat berfungsi atau bahkan mengalaami kerusakan.

(16)

Hiperglikemia merupakan suatu kondisi dimana kadar glukosa seseorang dengan penyakit diabetes melitus meningkat secara tiba-tiba. Hal ini dapat berkembang menjadi keadaan metabolism yang berbahaya, seperti : ketoasidosis diabetik, koma hiperosmoler non ketotik (KHNK) dan kemolakto asidosis.

2. Komplikasi akut

a. Komplikasi makrovaskuler

Komplikasi makrovaskuler yang umum berkembang pada pasien diabetes melitus adalah trombosit otak (pembekuan darah pada sebagian otak), mengalami penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung kongestif dan stroke.

b. Komplikasi mikrovaskuler

Komplikasi mikrovaskuler terutama terjadi pada pasien diabetes melitus tipe 1 seperti nefropati, diabetik retinopati (kebutaan), neuropati dan amputasi akibat luka diabetes yang tidak terawat dengan baik akhirnya mengalami infeksi yang parah.

2.3.9 Pengobatan

Seseorang dengan penyakit diabetes melitus telah merapkan pengaturan makanan, kegiatan jasmani yang teratur dan apa yang disarankan oleh dokter, namun pengendalian gula darah belum tercapai maka untuk mempertimbangkannya bisa dengan minum obat. obat yang diberikan biasanya seperti : obat hipoglikemia oral yang biasa diberikan <30 menit sebelum makan. Pemberian insulin yang biasa diberika melalui suntikan pada daerah bawah kulit (subkutan) dan pada keadaan khusus diberikan pada daerah intravena atau intramuscular (Hasdianah, 2012).

Referensi

Dokumen terkait

“ Selamat pagi ibu/bapak.,.,.,., saya perawat… yang bertugas pada pagi hari ini, sesuai hasil dari pengkajian yang kami peroleh pasien

Pemanas air tenaga matahari ini jauh lebih sederhana dan lebih efisien dibandingkan dengan pemanas air elektrik, karena pemanas air tenaga surya hanya memerlukan panas matahari

(CLEARANCE FORM) DITANDA TANGANI OLEH GURU DI SARANKAN UNTUK MENGAMBIL TIKET UPACAR LULUSAN DARI PENASEHAT (COUNSELOR) SELESAI SEKOLAH... SENIN, 12 JUNI PERPUSTAKAAN

TABEL MATRIK RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016.. 3 4

Vektor plasmid yang telah diligasi dengan DNA insert (sisipan) kemudian ditransfeksikan ke dalam sel kompeten E coli (Nova Blues singles – Novagen) dengan metode

(1) Peningkatan kualitas produksi kopi, (2) Penambahan volume penawaran ekspor kopi saat harga ekspor kopi Indonesia tinggi untuk meningkatkan pendapatan dari

[r]

Puji Allah atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat menyelesaikan studi pada Jurusan Kesehatan Masyarakat,