ANALISIS PERBEDAAN KINERJA PORTOFOLIO 12 SAHAM LQ45 DAN REKSADANA SAHAM LQ45 BERDASARKAN METODE SHARPE, TREYNOR
DAN JENSEN PERIODE FEBRUARI 2008 - JANUARI 2012
Oleh:
Fahmi Fathurahman, S.E Kartikawati Danusasmita, M.B.A Fakultas Ekonomi Perbanas Institute Jakarta
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan kinerja dalam berinvestasi melalui pembentukan portofolio saham LQ45 dan melalui reksadana saham LQ45. Analisis ini membandingkan kinerja tingkat risk & return investasi, serta membuktikan secara empiris adanya perbedaan antara kinerja kedua investasi tersebut menggunakan tiga metode penilaian kinerja, yaitu metode sharpe, treynor dan jensen. Populasi penelitian ini adalah portofolio dari 12 saham-saham LQ45 yang dipilih karena perusahaan tersebut tercatat masuk di dalam perhitungan indeks LQ45 secara terus-menerus dan membagikan dividen serta reksadana ETF LQ-45 selama periode Februari 2008 - Januari 2012. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa portofolio 12 saham LQ45 menghasilkan tingkat return sebesar 0.010513849 atau 1,05 % per bulan dengan variance portofolio sebesar 0.009456123 atau 0,95 %. Sedangkan reksadana ETF LQ-45 menghasilkan tingkat return sebesar 0.006624093 atau 0,66 % per bulan dengan
variance sebesar 0.006470102 atau 0,65%. Berdasarkan 3 metode penilaian, portofolio 12
saham LQ45 memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan kinerja reksadana ETF-LQ45 tetapi perbedaan tersebut tidak signifikan. Ini berarti bahwa semakin tinggi return yang diperoleh, maka semakin tinggi pula risiko yang dihadapi. Selain itu, portofolio hanya mampu mengurangi risiko tidak sistematik, tetapi tidak mampu menghilangkan risiko sistematik (pasar).
Kata kunci : risk, beta, expected return, portofolio dan reksadana
ANALYSIS THE DIFFERENCES IN PORTFOLIO PERFORMANCE, BETWEEN PORTFOLIO FROM 12 SHARES LQ45 AND SHARE MUTUAL FUNDS LQ45
BASED ON SHARPE, TREYNOR AND JENSEN METHOD IN THE PERIOD FEBRUARY 2008 – JANUARY 2012
ABSTRACT
This study aims to determine the differences in investment performance through the portfolio of shares LQ45 and the mutual funds of shares LQ45. This analysis compares the performance level of risk and return of investment, and demonstrates empirically the difference between the performance of both investments using three methods of performance
appraisal, namely Sharpe, Treynor and Jensen method. The population of this study is a portfolio of 12 shares LQ45 that is selected because the company is listed in the index calculation LQ45 continuously and distribute dividends and mutual funds ETF LQ-45 during the period February 2008 - January 2012. The study results show 12 shares LQ45 portfolio yield rates of return 0.010513849 or 1.05% per month with a variance portfolio of 0.009456123 or 0.95%. While mutual funds ETF LQ-45 yield rates of return 0.006624093 or 0.66% per month with a variance of 0.006470102 or 0.65%. Based on the three methods of performance appraisal, the portfolio of 12 shares LQ45 have performed better than the performance of mutual funds ETF-LQ45 but the difference was not significant. This means that greater the return gained the greater the risk will be. In addition, the portfolio only able to
reduce unsystematic risk, not to eliminate systematic (market) risk.
Keywords: risk, beta, expected return, and mutual fund portfolio
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Investasi merupakan penanaman
sejumlah dana dalam bentuk uang ataupun barang yang diharapkan akan memberikan hasil yang lebih dikemudian hari. Investasi dapat digolongkan ke dalam dua jenis yaitu investasi pada riil aset dan investasi pada asset keuangan. Investasi pada riil aset
dapat dilakukan dengan membeli
peralatan, pendirian pabrik, perbaikan mesin produksi dan lain-lain. Sedangkan investasi pada asset keuangan (instrumen keuangan) dapat dilakukan pada pasar uang (berupa sertifikat deposito,
commercial papper, dll) maupun pasar
modal (berupa saham, obligasi, dll).
Pasar modal merupakan alternatif penghimpunan dana serta seringkali pasar modal merupakan alternatif pendanaan ekstrem bagi perusahaan dengan biaya yang rendah selain sistem perbankan, Ditinjau dari sisi investor, pada umumnya tujuan investor berinvestasi di pasar modal
adalah mengharapkan tingkat
pengembalian yang lebih tinggi daripada
berinvestasi di sektor riil aset maupun pasar uang.
Investor pada umumnya merupakan pihak yang tidak menyukai risiko tetapi
menginginkan pengembalian yang
maksimal. Meskipun investasi dipasar modal menjanjikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi, namun perlu diingat bahwa semakin besar pengembalian, maka risiko-nya akan semakin besar pula. Untuk itulah sebagai seorang investor yang rasional, yang paling penting untuk diperhatikan adalah bagaimana investasi dapat menghasilkan pengembalian yang optimal pada tingkat risiko yang minimal.
Untuk dapat meminimalkan risiko dalam investasi saham di pasar modal, pemodal dapat melakukan portofolio (diversifikasi) saham yaitu dengan melakukan investasi pada banyak saham sehingga risiko kerugian pada satu saham dapat ditutup dengan keuntungan pada
saham yang lainnya. Portofolio
(diversifikasi) dapat dilakukan dengan dua strategi, yaitu strategi pembentukan portofolio sendiri ataupun strategi investasi pada perusahaan reksadana.
Pembatasan Masalah
Masalah yang akan diteliti dibatasi hanya penelitian mengenai analisis perbedaan kinerja portofolio dan reksadana. Perusahaan yang diteliti adalah saham perusahaan tercatat yang masuk dalam perhitungan indeks LQ45 secara terus-menerus dan perusahaan yang membagikan dividen selama periode Februari 2008 – Januari 2012 untuk portofolio serta reksadana saham LQ45.
Perumusan Masalah
1. Berapakah kinerja tingkat risiko dan
return dari pembentukan portofolio
saham-saham LQ45?
2. Berapakah kinerja tingkat risiko dan
return dari reksadana saham LQ45?
3. Adakah perbedaan yang signifikan antara kinerja portofolio dan reksadana saham LQ45?
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis kinerja tingkat risiko dan
return dari pembentukan portofolio
saham - saham LQ45.
2. Menganalisis kinerja tingkat risiko dan
return dari reksadana saham LQ45.
3. Membuktikan secara empiris ada perbedaan antara kinerja portofolio dan reksadana saham LQ45.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan gambaran dan
pemahaman serta wawasan di bidang manajemen keuangan dan investasi. 2. Bagi Dunia Investasi.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai informasi bagi investor dalam mengambil keputusan investasi.
METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penilitian komparatif yaitu penelitian untuk menguji perbandingan kinerja antar portofolio menggunakan tolak ukur risk dan return serta metode penilaian kinerja portofolio.
Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan
penjelasan dan pengertian teoretis variabel untuk dapat diamati dan diukur. Dalam penelitian ini definisi operasional yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Return pasar adalah tingkat pengembalian yang diperoleh dari investasi pada saham yang ada di bursa, yang tercermin dari indeks IHSG peridoe bulanan yang diukur dengan persentase (%).
2. Variance pasar merupakan tingkat
penyimpangan pasar terhadap
penyimpangan rata-rata pengembalian saham pasar pada periode tertentu.
Varians pasar diukur dengan persentase (%).Varian pasar (σ2) merupakan kuadrat dari standar deviasi pasar (σ).
3. Return bebas risiko Merupakan tingkat
pengembalian yang diperoleh dari aktiva bebas risiko. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai tingkat bunga bebas risiko adalah tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia
periode bulanan dengan ukuran
4. Return saham merupakan tingkat keuntungan yang diperoleh dari investasi. Dalam penelitian ini return saham merupakan return saham-saham sampel LQ 45.
5. Risiko sistematis adalah risiko yang
melekat pada investasi dan tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi. Risiko ini lebih dikenal sebagai risiko unik dan merupakan risiko yang berkaitan dengan keadaan bursa secara keseluruhan yang terjadi karena factor makro seperti inflasi, politik, stabilitas
nasional, dan pergantian
kepemimpinan nasional. Dalam
penelitian ini risiko sistematis ditunjukkan oleh parameter beta yang merupakan rasio antara kovarian return saham terhadap return pasar.
6. Risiko Tidak Sistematis. Merupakan
risiko yang melekat pada investasi tertentu karena kondisi yang khas dari perusahaan itu sendiri dan risiko ini lebih dikenal dengan risiko pasar. Risiko ini dapat dihilangkan atau dikurangi dengan cara diversifikasi. Dalam penelitian ini risiko tidak sistematis dicerminkan dengan varian.
Varian saham merupakan penyimpangan tingkat pengembalian
pada penyimpangan rata-rata
pengembalian saham yang diukur dengan persentase (%). Varian saham (σ2) merupakan kuadrat dari standar deviasi saham (σ).
7. Return portofolio merupakan tingkat
keuntungan yang diperoleh dari investasi portofolio yang dibentuk dari saham-saham LQ45.
8. Variance portofolio penyimpangan
tingkat pengembalian pada
penyimpangan rata-rata pengembalian
portofolio yang diukur dengan
persentase (%).Varian indeks (σ2) merupakan kuadrat dari standar deviasi indeks (σ).
9. Return reksadana merupakan return
dari reksadana ETF LQ-45 yang diukur dalam persentase (%).
10. Variance reksadana merupakan penyimpangan tingkat pengembalian
pada penyimpangan rata-rata
pengembalian reksadana yang diukur dengan persentase (%).Varian indeks (σ2) merupakan kuadrat dari standar deviasi indeks (σ).
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah portofolio dari saham perusahaan tercatat yang masuk dalam perhitungan indeks
LQ45 secara terus-menerus dan
perusahaan yang membagikan dividen serta reksadana ETF LQ-45 selama periode Februari 2008 – Januari 2012. Sedangkan sampel dalam penelitian ini, ditetapkan perusahaan dengan kriteria sebagai berikut: 1. Perusahaan tercatat yang masuk dalam perhitungan indeks LQ45 secara terus-menerus selama periode Februari 2008 - Januari 2012.
2. Perusahaan yang membagikan dividen selama periode Februari 2008 - Januari 2012.
Penelitian juga dibatasi untuk perusahaan-perusahaan yang membagi dividen selama periode pengamatan. Hal ini dilakukan agar hasil penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para investor jangka panjang yang tidak hanya mengharapkan return dalam bentuk capital gain saja tetapi juga dividen yield. Jika pada periode pengamatan terjadi peristiwa-peristiwa lain seperti Stock Split, Right Issues,
maka saham tersebut di drop out dari sampel. Pembatasan ini dilakukan
untuk menghindari terjadinya
perubahan harga saham yang drastis selama periode pengamatan, harga rata-rata dan ketidaklengkapan data. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan untuk memilih sampel tersebut, maka dapat diperoleh jumlah sampel sebanyak 12 perusahaan.
Teknik Pengumpulan Data
Data sejarah singkat perusahaan dan harga saham diperoleh dari annual report
melalui situs Yahoo.com
(http://finance.yahoo.com) serta
(http://google.com), reksadana ETF-LQ45 diperoleh dari E-Trading Securities, laporan tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (SBI) didapat melalui situs Online Bank Indonesia (www.bi.go.id), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
didapat melalui situs Yahoo.com
(http://finance.yahoo.com).
Teknik Analisis Data
Secara sistematis teknik menganalisis data meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
Portofolio Saham LQ45
1. Menghitung parameter pasar
a. Membagi IHSG bulan bersangkutan dengan IHSG bulan sebelunnya dikurang IHSG bulan sebelumnya, akan didapat return
market.
b. Membagi jumlah return market
dengan jumlah periode, akan didapat expected return market.
c. Membagi jumlah return market
dikurang expected return market kuadrat dengan jumlah periode dikurang 1, akan didapat variance
market.
d. Mengakarkan variance market,
akan didapat standar deviasi market.
e. Membagi jumlah suku bunga SBI
dengan jumlah periode, akan didapat risk free /bulan.
2. Menghitung parameter masing-masing saham
a. Membagi closing price akhir bulan bersangkutan dengan closing price akhir bulan sebelumnya dikurangi
closing price akhir bulan
Indeks IHSGt - Indeks IHSGt- Rm = Indeks IHSGt- n ∑ Rm i=1 E(Rm) = n n ∑ [Rm - E(Rm)]² i=1 Var (Rm) = n – 1 σ(Rm) = √ Var (Rm) n ∑ Rf i=1 Rf = n
sebelumnya, akan didapat return saham.
b. Membagi jumlah return saham
dengan jumlah periode, akan didapat expected return saham.
c. Membagi jumlah return saham
dikurang expected return saham kuadrat dengan jumlah periode dikurang 1, akan didapat variance saham.
d. Mengakarkan variance saham, akan didapat standar deviasi
saham.
3. Membagi jumlah hasil perkalian antara
return saham dikurang expected return
saham terhadap return market dikurang
expected return market dengan jumlah
periode, akan didapat Covariance saham dan pasar.
4. Membagi covariance saham dan pasar dengan variance market, akan didapat beta saham.
5. Membentuk portofolio saham
a. Membentuk kelas portofolio yang terdiri dari seluruh anggota sample. b. Menjumlahkan seluruh return
saham dengan proporsi saham sehingga didapat return portofolio
c. Menjumlahkan pengkalian proporsi
jumlah saham dengan rata-rata
variance saham dengan pengkalian
proporsi jumlah saham dengan rata-rata covariance saham sehingga didapat variance portofolio.
d. Mengakarkan variance portofolio, akan didapat standar deviasi
portofolio.
e. Membagi jumlah beta saham dengan jumlah saham akan didapat
beta portofolio. Dt + (Pt - Pt- ) Ri = Pt- n ∑ Ri i=1 E(Ri) = n n ∑ [Ri - E(Ri)]² i=1 Var (Ri) = n – 1
σ(Ri) = √ Var (Ri)
n ∑ [Rm - E(Rm)][Ri - E(Ri)] i = Cov (Ri,Rm) = n – 1 Cov (Ri, Rm) βi = Var (Rm) E(Rp) = Σ XiRi
Var (Rp) = 1/N x rata-rata Var (Ri) +
(1 – (1/N)) x rata-rata Cov (Ri,Rm)
σ(Rp) = √ Var (Rp) n ∑ βi i = βp = n
Reksadana ETF LQ-45
1. Membagi closing price nilai aktiva bersih akhir bulan bersangkutan dengan closing price nilai aktiva bersih akhir bulan sebelumnya dikurangi
closing price nilai aktiva bersih akhir
bulan sebelumnya, akan didapat return reksadana.
2. Membagi jumlah return reksadana dengan jumlah periode, akan didapat
expected return reksadana.
3. Membagi jumlah return reksadana dikurang expected return reksadana
kuadrat dengan jumlah periode
dikurang 1, akan didapat variance reksadana.
4. Mengakarkan variance reksadana, akan didapat standar deviasi reksadana.
Penilaian Kinerja Portofolio
1. Pengukuran kinerja portofolio menggunakan metode Excess Return to Variability (Sharpe) yaitu dengan mengurangi return portofolio dengan
risk free kemudian dibagi dengan
risiko portofolio.
2. Pengukuran kinerja portofolio menggunakan metode Excess Return to
Beta (Treynor) yaitu dengan mengurangi return portofolio dengan
risk free kemudian dibagi dengan beta
portofolio.
3. Pengukuran kinerja portofolio menggunakan SML Differential Return (Jensen).
a. Menjumlahkan risk free dengan pengurangan return market dengan
risk free dikali dengan beta
portofolio sehingga didapat
expected return SML.
b. Mengurangi expected return SML dengan return portofolio.
Uji Hipotesis
Dalam menganalisis perbandingan kinerja portofolio dapat dilakukan dengan uji beda rata-rata lebih dari dua sample untuk data yang tidak berhubungan (independen) karena hendak diuji ada tidaknya perbedaan tiap-tiap kinerja dari portofolio, baik portofolio saham LQ45
Dt + (Pt - Pt- ) Ri = Pt- n ∑ Ri i=1 E(Ri) = n n ∑ [Ri - E(Ri)]² i=1 Var (Ri) = n – 1
σ(Ri) = √ Var (Ri)
( Rp – Rf) Sharpe = Σp ( Rp – Rf) Treynor = Bp E(R) SML = Rf + ( Rm – Rf ) x βp Jensen = Rp – E(R) SML
maupun dengan reksadana ETF LQ-45. Singgih Santoso (2011;380).
a. Rumusan hipotesis
Ho : μ1 – μ2 = 0 (tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja portofolio dan reksadana saham LQ45) Hi : μ1 – μ2 # 0 (ada perbedaan yang signifikan antara kinerja portofolio dan reksadana saham LQ45)
Uji dua sisi
b. α yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan df = n1 + n2 – 2 c. Menentukan t hitung dengan bantuan
pengolahan data melalui computer (program SPSS 17.0 for windows) d. Kriteria pengujian
Berdasarkan perbandingan statistik hitung dan statistik tabel
Tolak Ho : bila t hitung > t tabel Terima Ho : bila t hitung < t tabel Berdasarkan probabilitas
Tolak Ho : bila probabilitas < 0,05 Terima Ho : bila probabilitas > 0,05 e. Menarik simpulan dari hasil yang
diperoleh.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Portofolio Saham LQ45 a. Return dan Risiko Saham Individual
Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan
atas keberanian investor dalam
menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya.
Tabel 1. Tingkat pengembalian Saham yang Diharapkan E(Ri)
No. Kode Efek Nama Emiten E(Ri) % E(Ri)
1 ASII Astra International Tbk 0.03414863 3.415%
2 UNTR United Tractors Tbk 0.034025598 3.403%
3 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 0.028383603 2.838%
4 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk 0.024806515 2.481%
5 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 0.022707863 2.271%
6 AALI Astra Agro Lestari Tbk 0.007737017 0.774%
7 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 0.001199498 0.120%
8 ISAT Indosat Tbk 0.001141671 0.114%
9 MEDC Medco Energi International Tbk -2.7177E-06 0.000%
10 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk -0.000423075 -0.042%
11 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk -0.006698151 -0.670%
12 UNSP Bakrie Sumatra Plantations Tbk -0.020860264 -2.086%
Berdasarkan tabel 1 di atas bahwa
return saham 12 perusahan memiliki
nilai positif dan nilai negatif bagi investor yang ingin melakukan penanaman modal pada saham-saham tersebut. Dari hasil tersebut terdapat 8
saham yang memiliki tingkat
pengembalian yang diharapkan E(Ri) positif, yaitu Astra International Tbk, United Tractors Tbk, Bank Mandiri (Persero) Tbk, Tambang Batubara Bukit Asam Tbk, Indofood Sukses Makmur Tbk, Astra Agro Lestari Tbk, Bank Danamon Indonesia Tbk, dan Indosat Tbk. Ini berarti saham-saham tersebut merupakan saham yang
mendatangkan keuntungan atau
manfaat bagi investor. Sedangkan terdapat 4 perusahaan memiliki tingkat pengembalian yang diharapkan E(Ri)
negatif, yaitu Medco Energi
International Tbk, Telekomunikasi
Indonesia Tbk, Aneka Tambang
(Persero) Tbk, dan Bakrie Sumatra Plantations Tbk. Ini berarti saham-saham tersebut merupakan saham-saham yang tidak mendatangkan keuntungan atau manfaat bagi investor.
Investasi berupa saham tidak hanya memberikan keuntungan tetapi juga mengandung risiko. Adanya faktor risiko suatu saham akan menunjukan seberapa besar penyimpangan yang akan terjadi pada tingkat pengembalian yang diharapkan untuk kebutuhan estimasi return saham pada masa yang akan datang.
Tabel 2. Tingkat Risiko Saham
No. Kode Efek Nama Emiten Var (Ri) % Var
(Ri) SD (Ri) % SD (Ri)
1 UNSP Bakrie Sumatra Plantations Tbk 0.04445746 4.446% 0.210849377 21.085%
2 UNTR United Tractors Tbk 0.022859411 2.286% 0.151193289 15.119%
3 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk 0.021760004 2.176% 0.147512726 14.751%
4 AALI Astra Agro Lestari Tbk 0.020847518 2.085% 0.144386697 14.439%
5 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 0.020687506 2.069% 0.143831518 14.383%
6 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 0.01801801 1.802% 0.13423118 13.423%
7 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 0.017517893 1.752% 0.132355178 13.236%
8 ASII Astra International Tbk 0.017277883 1.728% 0.131445362 13.145%
9 MEDC Medco Energi International Tbk 0.016809727 1.681% 0.129652332 12.965%
10 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk 0.016588198 1.659% 0.128795178 12.880%
11 ISAT Indosat Tbk 0.009058968 0.906% 0.095178614 9.518%
12 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk 0.007236359 0.724% 0.085066794 8.507%
Sumber : Data diolah / Lampiran III
Berdasarkan data tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa semakin besar
variance maka semakin besar penyimpangan untung masing-masing
saham perusahaan. Perusahaan yang memiliki variance paling besar adalah perusahaan Bakrie Sumatra Plantations Tbk yaitu sebesar 0.04445746. Ini berarti bahwa saham tersebut memiliki tingkat risiko saham paling besar dibandingkan dengan saham-saham lainnya. Sedangkan perusahaan yang memiliki variance paling kecil adalah Telekomunikasi Indonesia Tbk yaitu sebesar 0.007236359. Ini berarti bahwa saham tersebut memiliki tingkat risiko saham paling kecil dibandingkan dengan saham-saham lainnya.
Beta menunjukkan sensitivitas
return saham terhadap perubahan return pasar. Suatu saham yang
memiliki beta lebih dari satu, maka saham tersebut adalah saham agresif atau kuat. Saham-saham tersebut sensitif terhadap perubahan pasar. Jika nilai beta suatu saham kurang dari satu, maka saham disebut saham defensif atau saham lemah. Saham-saham tersebut tidak sensitif terhadap perubahan pasar.
Tabel 3. Tingkat Risiko Sistematik Saham
No. Kode Efek Nama Emiten B
1 UNSP Bakrie Sumatra Plantations Tbk 1.955921627
2 UNTR United Tractors Tbk 1.499886984
3 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 1.410636382
4 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 1.369265527
5 ASII Astra International Tbk 1.35634265
6 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk 1.281302636
7 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk 1.172079423
8 AALI Astra Agro Lestari Tbk 1.137289733
9 MEDC Medco Energi International Tbk 1.041599357
10 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 0.984466188
11 ISAT Indosat Tbk 0.62227809
12 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk 0.588642563
Sumber : Data diolah / Lampiran III
Dari tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa dari 12 saham, 9 diantaranya memiliki nilai beta lebih besar dari satu (β > 1) antara lain Bakrie Sumatra Plantations Tbk, United Tractors Tbk, Indofood Sukses Makmur Tbk, Bank Mandiri (Persero) Tbk, Astra International Tbk, Tambang Batubara Bukit Asam Tbk,
Aneka Tambang (Persero) Tbk Astra Agro Lestari Tbk dan Medco Energi International Tbk. Ini menunjukan saham tersebut sangat sensitif terhadap perubahan pasar, karena saham tersebut merupakan saham yang kuat atau agresif. Selanjutnya terdapat 3 saham yang memiliki beta kurang dari satu (β < 1) diantaranya Bank
Danamon Indonesia Tbk, Indosat Tbk dan Telekomunikasi Indonesia Tbk. Ini menunjukan bahwa saham tersebut tidak sensitif terhadap perubahan
pasar, karena saham tersebut
merupakan saham yang lemah atau
defensive.
b. Return dan Risiko Portofolio
Analisis portofolio adalah untuk mencari portofolio yang mempunyai
return optimal pada berapapun tingkat
risiko yang investor inginkan atau tingkat risiko minimal pada berapapun
return yang investor inginkan atau return tertentu. Portofolio yang memiliki karakteristik seperti itu disebut sebagai portfolio yang efisien. Diversifikasi atau portofolio dapat menghilangkan unsystematic risk,
karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu, tetapi tidak dapat menghilangkan
systemetic risk, karena fluktuasi risiko
ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan.
Tabel 4. Tingkat Risiko dan Return Portofolio
Jenis Return p % R(p) Var % Var SD % SD
Portofolio 12 Saham
LQ45 0.010513849 1.05% 0.009456123 0.95% 0.097243 9.72%
Sumber : Data diolah / Lampiran IV
Dari tabel 4 diatas, investor mengasumsikan bahwa proporsi tiap-tiap saham adalah sama besar. Dengan jumlah sample sebanyak 12, maka proporsi saham adalah sebesar 1/12, sehingga portofolio 12 saham LQ45
menghasilkan return sebesar
0.010513849 atau 1,05 % dengan
variance portofolio sebesar 0.009456123 atau 0,95 %. Apabila
dibandingkan dengan semua saham-saham LQ45, maka portofolio 12 saham LQ45 yang terdiri dari anggota seluruh saham-saham LQ45 akan memberikan kinerja yang lebih baik maupun lebih rendah dari tingkat
return ataupun tingkat risiko. Berikut
ini merupakan gambar yang
Dari gambar diatas, terlihat bahwa portofolo 12 saham LQ45 mempunyai
return yang lebih tinggi dari saham
Medco Energi International Tbk,
Indosat Tbk, Bakrie Sumatra
Plantations Tbk, Telekomunikasi
Indonesia Tbk, Bank Danamon
Indonesia Tbk, Aneka Tambang
(Persero) Tbk dan Astra Agro Lestari Tbk, tetapi mempunyai risiko yang lebih tinggi dari saham Indosat Tbk dan Telekomunikasi Indonesia Tbk. Sebaliknya, portofolio saham LQ45. mempunyai return yang lebih rendah dari United Tractors Tbk, Tambang Batubara Bukit Asam Tbk, Indofood Sukses Makmur Tbk, Bank Mandiri (Persero) Tbk, dan Astra International Tbk, tetapi mempunyai risiko yang lebih rendah dari saham Medco Energi International Tbk, United Tractors
Tbk, Bakrie Sumatra Plantations Tbk, Tambang Batubara Bukit Asam Tbk, Indofood Sukses Makmur Tbk, Bank
Mandiri (Persero) Tbk, Bank
Danamon Indonesia Tbk, Astra
International Tbk, Aneka Tambang (Persero) Tbk dan Astra Agro Lestari Tbk. Ini membuktikan bahwa dengan diversifikasi (membentuk portofolio) akan mengurangi risiko investasi, yaitu
unsystematic risk
2. Analisis Reksadana ETF LQ45
Melakukan diversifikasi portofolio investasi bukanlah suatu hal yang mudah, karena diperlukan biaya yang relatif tinggi, waktu yang cukup banyak untuk melakukan pengamatan dan pengawasan, serta pengetahuan dan profesionalisme yang memadai. Oleh karenanya, lahirnya reksadana
-5.000% 0.000% 5.000% 10.000% 15.000% 20.000% 25.000% AALI ANTM ASII BDMN BMRI INDF PTBA TLKM UNSP UNTR ISAT MEDC Portofolio Gambar 3.
Perbandingan Kinerja Risk & Return Portofolio LQ45
sebagai pemecahan baru. Investor tidak perlu lagi melakukan riset maupun pekerjaan administrasi yang
berkaitan dengan pengambilan
keputusan investasi setiap harinya,
karena telah dilakukan oleh Manajer Investasi yang didukung oleh tenaga
ahli dalam menghitung atau
menganalisis risiko atau expected returnnya.
Tabel 5. Tingkat Risiko dan Return Reksadana
Jenis Return p % R(p) Var % Var SD % SD
Reksadana ETF LQ-45 0.006624093 0.66% 0.006470102 0.65% 0.080436942 8.04% Sumber : Data diolah / Lampiran V
Dari tabel 5 diatas, diperoleh hasil bahwa investor yang berinvestasi pada
sebuah reksadana ETL-LQ45
mendapatkan tingkat keuntungan sebesar 0.006624093 atau 0,66 % dengan variance sebesar 0.006470102 atau 0,65%. Apabila dibandingkan
dengan hasil yang didapat oleh seorang investor yang membentuk portofolio 12 saham LQ45, maka investasi pada reksadana ETF LQ-45 menghasilkan tingkat return yang lebih kecil dan variance atau risiko yang lebih kecil pula. Hal ini terlihat
pada gambar berikut ini:
Dari gambar diatas, terlihat bahwa berinvestasi di reksadana ETF LQ-45 memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan berinvestasi pada semua
saham-saham LQ45 maupun pada
portofolio 12 saham LQ45, tetapi sebanding dengan tingkat return yang diperoleh, yaitu lebih rendah dari
-5.000% 0.000% 5.000% 10.000% 15.000% 20.000% 25.000% AALI ANTM ASII BDMN BMRI INDF PTBA TLKM UNSP UNTR ISAT MEDC Portofolio Reksadana Gambar 4. Perbandingan Kinerja
Portofolio LQ45 dan Reksadana ETFLQ45
portofolio 12 saham LQ45 dan semua saham-saham LQ45, kecuali pada saham Medco Energi International Tbk, Indosat Tbk, Bakrie Sumatra Plantations Tbk, Telekomunikasi Indonesia Tbk, Bank Danamon Indonesia Tbk, dan Aneka Tambang (Persero) Tbk. Hal ini sepadan dengan pengorbanan investor dalam mencari informasi dan pemilihan sekuritas untuk membentuk portofolio dibandingkan dengan investasi pada reksadana yang dikelola oleh manajer investasi.
3. Analisis perbandingan kinerja portofolio
Penilaian terhadap kinerja portofolio merupakan langkah investor dalam mengevaluasi kinerja portofolionya. Dalam penilaian kinerja portofolio diperlukan variabel variabel yang relevan seperti tingkat keuntungan dan risiko.
Perbandingan dapat dihitung
menggunakan metode Sharpe, metode Treynor dan metode Jensen.
a. Sharpe Measure
Sharpe Measure berupa excess
return yang dapat diperoleh oleh investor pada total risiko tertentu. Dari perhitungan parameter tingkat pengembalian rata-rata E(Rp), Risk Free (Rf) dan Standar Deviasi (σp) dapat diketahui kinerja portofolio berdasarkan metode Sharpe. Semakin tinggi nilai Sharpe Measure semakin tinggi pula excess return yang dapat dinikmati oleh investor dan berarti kinerja portofolio semakin baik dan layak untuk diinvestasikan, begitu pula dengan sebaliknya. Hal inidapat dilihat seperti tabel berikut
Tabel 6. Hasil Perhitungan Kinerja Sharpe
Jenis Sharpe % Sharpe
Portofolio 12 Saham LQ45 0.046570186 4.66%
Reksadana ETF-LQ45 0.007942247 0.79%
Sumber : Data diolah / Lampiran VI
Dari tabel 6 diatas, berdasarkan metode Sharpe, kinerja portofolio 12 saham LQ45 menghasilkan kinerja yang lebih baik yaitu sebesar 4,66% dibandingkan kinerja reksadana yaitu sebesar 0,79%. Ini berarti portofolio 12 saham LQ45 memiliki nilai excess return yang lebih besar, sehingga portofolio 12 saham LQ45 semakin baik dan layak untuk diinvestasikan.
b. Treynor Measure
Dari perhitungan parameter tingkat pengembalian rata-rata E(R p), Risk
Free Rate (Rf) dan Beta (βp) maka dapat diketahui kinerja portofolio berdasarkan metode Treynor. Jika Treynor portofolio bernilai positif maka kinerja portofolio itu akan
semakin baik dan layak
untuk diinvestasikan. Begitu pula sebaliknya jika Treynor portofolio
semakin negatif maka kinerja
Reksadana itu akan semakin buruk dan tidak layak untuk diinvestasikan. Hal ini dapat dilihat seperti tabel berikut:
Tabel 7. Hasil Perhitungan Kinerja Treynor
Jenis Treynor % Treynor
Portofolio 12 Saham LQ45 0.00376868 0.38%
Reksadana ETF-LQ45 0.001010666 0.10%
Sumber : Data diolah / Lampiran VI
Dari tabel 7 diatas, berdasarkan metode treynor, kinerja portofolio 12 saham LQ45 menghasilkan kinerja yang lebih baik yaitu sebesar 0,38% dibandingkan kinerja reksadana yaitu sebesar 0,10%. Ini berarti portofolio 12 saham LQ45 memiliki nilai treynor yang lebih tinggi, sehingga portofolio 12 saham LQ45 lebih baik dan layak untuk diinvestasikan.
c. Jensen Measure
Dari perhitungan parameter tingkat pengembalian rata-rata E(Rp), Risk
Free Rate (Rf ) dan Beta (βp) maka dapat juga diketahui kinerja portofolio berdasarkan metode Jensen, dimana jika ukuran Jensen bernilai positif maka disebut superior performance dan layak untuk diinvestasikan dan jika nilai ukuran Jensen bernilai negative maka disebut inferior performance dan tidak layak untuk diinvestasikan. Hal inidapat dilihat seperti tabel berikut:
Tabel 8. Hasil Perhitungan Kinerja Jensen
Jenis Jensen % Jensen
Portofolio 12 Saham LQ45 -0.002608679 -0.26%
Reksadana ETF-LQ45 -0.003115625 -0.31%
Sumber : Data diolah / Lampiran VI
Dari tabel 8 diatas, berdasarkan metode Jensen, kinerja portofolio 12 saham LQ45 dan reksadana ETF LQ-45 memiliki nilai yang negatif yaitu sebesar -0.26% dan -0.31%. Ini berarti bahwa, keduanya disebut inferior performance dan tidak layak untuk diinvestasikan, tetapi portofolio 12 saham LQ45 lebih baik dibandingkan
reksadana ETF LQ-45 karena,
mempunyai nilai negatif yang lebih kecil.
Berdasarkan hasil risiko dan return serta 3 metode penilaian kinerja
portofolio diatas, maka dapat dilihat bahwa kinerja portofolio 12 saham LQ45 memiliki kinerja yang berbeda dan lebih baik dibandingkan dengan kinerja reksadana ETF-LQ45. Tetapi, perbedaan kinerja tersebut tidak terlihat secara signifikan, artinya antara portofolio 12 saham LQ45 dan
reksadana ETF-LQ45 memang
memiliki perbedaan yang tidak signifikan.
4. Hasil Uji Dua Beda Rata-Rata
Untuk menjawab pertanyaan
antara kinerja portofolio dan reksadana saham LQ45, maka digunakan uji beda rata-rata dua sample untuk data yang tidak berhubungan (independen), hasil
pengolahan data dengan menggunakan software SPSS versi 17.0 for window adalah sebagai berikut.
Tabel 9.
Hasil Uji Dua Beda Rata-Rata (Mann-Whitney U)
Kinerja Investasi
Mann-Whitney U 3.000
Wilcoxon W 9.000
Z -.655
Asymp. Sig. (2-tailed) .513 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .700a
Keputusan berdasarkan probabilitas, tolak Ho bila probabilitas < 0,05 sedangkan terima Ho bila probabilitas > 0,05. Dari hasil tabel statistik diatas, dapat dilihat bahwa P value (Sig.2-tailed) adalah 0,513. Ini berarti bahwa, P value > 0,05 , maka Ho diterima. Oleh karena itu, tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja portofolio 12 saham LQ45 dengan reksadana LQ45.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Berdasarkan hasil pengolahan data, Portofolio saham LQ45 yang terdiri dari 12 perusahaan yang masuk di dalam perhitungan indeks LQ45 secara terus-menerus selama periode
Februari 2008 – Januari 2012 diantaranya PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM), PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
(BMRI), PT Indofood Sukses
Makmur Tbk (INDF), PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
(TLKM), PT Bakrie Sumatra
Plantations Tbk (UNSP), PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Indosat Tbk (ISAT), dan PT Medco Energi
International Tbk (MEDC)
menghasilkan tingkat return sebesar 0.010513849 atau 1,05 % dengan
variance portofolio sebesar 0.009456123 atau 0,95 %
b. Berdasarkan hasil pengolahan data,
Reksadana ETF LQ45 selama
periode Februari 2008 – Januari 2012 menghasilkan tingkat return sebesar 0.006624093 atau 0,66 %
dengan variance sebesar
0.006470102 atau 0,65%.
c. Berdasarkan penilaian kinerja portofolio melalui 3 metode penilaian. Untuk metode Sharpe,
portofolio saham LQ45
menghasilkan kinerja sebesar 4,66%, sedangkan reksadana ETF LQ45 menghasilkan kinerja sebesar 0,79%. Untuk metode treynor,
portofolio saham LQ45
menghasilkan kinerja sebesar 0,38%
sedangkan reksadana ETF
LQ45menghasilkan kinerja sebesar 0,06%. Dan untuk metode Jensen, kinerja portofolio saham LQ45 dan reksadana ETF LQ-45 memiliki nilai yang negatif yaitu sebesar -0.002608679 dan -0.009739718. Berdasarkan 4 metode tersebut, maka kinerja portofolio saham
LQ45 memiliki kinerja yang
berbeda tidak signifikan dan lebih baik dibandingkan dengan kinerja reksadana ETF-LQ45.
d. Berdasarkan hasil uji beda rata-rata dua sample untuk data yang tidak berhubungan (independen), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja portofolio saham LQ45 dengan reksadana LQ45.
Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan penulis antara lain :
a. Bagi Calon investor yang ingin berinvestasi di pasar modal dengan
membentuk portofolio saham
sebaiknya sangat memperhatikan tingkat risiko dan return saham, karena portofolio yang terdiri dari
beberapa saham akan selalu
dihadapkan pada suatu risiko tertentu yang disebut sebagai risiko sistematis (systematic risk),
sedangkan risiko yang bisa
dihilangkan dengan diversifikasi disebut sebagai risiko tidak sistematis terutama unsystematic
risk. Selain itu risiko sangat mempengaruhi return suatu saham, sehingga investor dapat memilih
saham mana yang dapat
memberikan keuntungan untuk
membentuk portofolio optimal. b. Bagi investor atau peneliti
selanjutnya, sebaiknya dapat melakukan penelitian pada berbagai jenis portofolio dan reksadana
lainnya serta membandingkan
tingkat kinerja portofolio dan reksadananya dengan tingkat kinerja pasar.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim. 2003. Analisis Investasi. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.
Annual Report Periode 2010-2011. Dalam www.idx.go.id.
Bodie, Zvi., Alex Kane, dan Alan J. Marcus. 2006. Investments. Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat. Eduardus Tandelilin. 2001. Analisis
Investasi & Manajemen Portofolio. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta.
Harga Saham Periode Februari 2008-Januari 2012. Dalam
www.finance.yahoo.com.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Periode Februari 2008-Januari 2012. Dalam
Iskandar Z. Alwi. 2003. Pasar Modal
Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Yayasan Pancur Siwah.
Keown, Arthur J. 2001. Dasar-dasar
Manajemen Keuangan. Buku 1.
Jakarta: Salemba Empat.
Nilai Aktiva Bersih Reksadana ETF
LQ-45. Dalam E-trading
Securities Jakarta.
Panji Anoraga, dan Piji Pakarti. 2003.
Pengantar Pasar Modal. Edisi
Keempat. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Santi. (2007). Perbedaan Kinerja Portofolio Berdasarkan Strategi Portofolio Aktif dan Pasif Pada
Saham LQ45 di BEJ. Buletin
Studi Ekonomi, 2007(3):
299-313.
Sejarah Singkat Perusahaan. Dalam
www.google.com.
Suad Husnan. 2005. Dasar-dasar Teori
Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Keempat. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Sunariyah. 2000. Pengantar
Pengetahuan Pasar Modal.
Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia Periode Juli 2005- Juni 2008. Dalam www.bi.go.id.